Sinus

14
ANATOMI HIDUNG Hidung dibagi atas: a.Hidung bagian luar b.Hidung bagian dalam c.Sinus paranasalis Hidung bagian luar Bentuk hidung bagian luar menyerupai piramid, puncaknya dikenal sebagai tip atau apex. Dari tip membentang ke atas dan di belakang disebut dorsum nasi, yangkemudian bersatu dengan os frontale membentuk radix nasi. Columella adalah bagian yang turun ke depan bawah tip ke bibir atas. Pada sisi kanan dan kiri, yang dibatasi dari lateral oleh alae nasi, dan dari inferior oleh alaris nasi. Rangka hidung bagian proximal dibentuk oleh rangka tulang, bagian distal oleh rangka tulang rawan, sehingga bagian proximal lebih kokoh dan sukar digerakkan.Kerangka tulang ini merupakan kesatuan dari os nasale dan processus frontalismaxillae. Bagian tulang rawan terdiri dari cartilago septi nasi, yang memegang perananmenentukan tinggi rendahnya hidung seseorang. Sedangkan puncak hidung (tip)dibentuk oleh septalangle dan cartila alaris mayor. Kerangka tulang dan tulang rawan ini terikat erat satu sama lain oleh jaringan ikatyang kuat. Otot-otot tipis yang melapisi hidung bagian luar terdiri dari otot- ototdilatator dan otot-otot konstriktor. Kulit yang melapisi hidung bagian proximal lebihtipis dan lebih longgar hubungannya dengan jaringan ikat dan tulang di bawahnya;sedangkan di bagian distal lebih tebal dan lebih erat hubungannya dengan jaringan dantulang rawan di bawahnya. Bagian distal ini juga banyak mengandung kelenjar- kelenjar sebaciuus. Vestibulumnasi termasuk hidung bagian luar, karena diisi oleh kulit dan mengandung kelenjar-kelenjar sebacious dan vibrisae. Hidung bagian dalam

description

Sinus

Transcript of Sinus

Page 1: Sinus

ANATOMI HIDUNGHidung dibagi atas:a . H i d u n g b a g i a n l u a r  b . H i d u n g b a g i a n d a l a mc . S i n u s p a r a n a s a l i s

Hidung bagian luarBentuk hidung bagian luar menyerupai piramid, puncaknya dikenal sebagai tip atau apex. Dari tip membentang ke atas dan di belakang disebut dorsum nasi, yangkemudian bersatu dengan os frontale membentuk radix nasi. Columella adalah bagian yang turun ke depan bawah tip ke bibir atas. Pada sisi kanan dan kiri, yang dibatasi dari lateral oleh alae nasi, dan dari inferior oleh alaris nasi.

Rangka hidung bagian proximal dibentuk oleh rangka tulang, bagian distal oleh rangka tulang rawan, sehingga bagian proximal lebih kokoh dan sukar digerakkan.Ke rangka t u l ang i n i me rupakan ke sa tuan da r i o s na sa l e dan p roce s sus f ron t a l i s maxillae. Bagian tulang rawan terdiri dari cartilago septi nasi, yang memegang perananmenentukan tinggi rendahnya hidung seseorang. Sedangkan puncak hidung (tip)dibentuk oleh septalangle dan cartila alaris mayor.

Kerangka tulang dan tulang rawan ini terikat erat satu sama lain oleh jaringan ikatyang kuat. Otot-otot tipis yang melapisi hidung bagian luar terdiri dari otot-ototdilatator dan otot-otot konstriktor. Kulit yang melapisi hidung bagian proximal lebihtipis dan lebih longgar hubungannya dengan jaringan ikat dan tulang di bawahnya;sedangkan di bagian distal lebih tebal dan lebih erat hubungannya dengan jaringan dantulang rawan di bawahnya. Bagian distal ini juga banyak mengandung kelenjar-kelenjar sebaciuus. Vestibulumnasi termasuk hidung bagian luar, karena diisi olehkulit dan mengandung kelenjar-kelenjar sebacious dan vibrisae.

Hidung bagian dalamTerdiri dari cavum nasi yang berbentuk terowongan yang menyerupai piramid,dipisahkan menjadi dua bagian kiri dan kanan oleh septum nasi. Pintu depan daricavum nasi disebut neres anterior, cavum nasi berhubungan langsung ke belakangdengan nasopharynx melalui choanae atau nares posterior. Cavum nasi itu terdiri daridinding-dinding lateral, medial, atap dan dasar cavum nasi.

a. Dinding lateral. Bagian ini merupakan bagian yang amat penting dan kompleksdari cavum nasi, karena ada hubungan langsung dengan sinus-paranasalis. Padadinding ini terdapat tiga conchae nasalis, yakni conchae nasalis inferior, conchaenasalis media, dan conchae nasalis superior. Conchae nasalis inferior merupakantulang yang berdiri sendiri, sedangkan conchae nasalis media dan conchae nasalissuperior merupakan bagian dari tulang othmoidalis. Di antara ketiga conchaenasalis ini terbentuk celah-celah yang masing-masing kita kenal sebaai meatus nasiinferior, meatus nasi media yang letaknya antara conchae inferior dan conchaemedia, dan meatus superior yang letaknya antara conchae media dengan conchaesuperior.

Pada meatus inferior terdapat muara dari ductus nasolacrimalis yangmenghubungkan s accus l a c r ima l i s dengan cavum nas i . Pada

Page 2: Sinus

mea tus med ius dimana terdapat hiatus semilunaris bermuara ketiga ostia dari sinus frontalis,ostium sinus ethmoidalis anterior dan ostium sinus maxillaris.

Pada meatus nasi posterior terdapat ostia dari sinus paranasalis kelompok   be l akang , yakn i o s t i um s inus o thmoida l i s pos t e r i o r dan o s t i um da r i s i nus sphenoidalis. Atas dasar hubungan anatomis ini, maka setiap adanya kelainan padamea tus na s i med ius , k i t a ha rus p ik i rkan kemungk inan hubungannya dengan kelainan dalam sinus paranasalis kelompok depan sedangkan kelainan pada meatusnasi superior kita harus pikirkan kemungkinan adanya kelainan dalam sinus paranasalis kelompok belakang.

 b. Dinding medial. Dinding medial cavum nasi adalah septum nasi yang

membagicavum nasi atas dua bagian yang kurang lebih sama besarnya. Septum ini dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis ethmoidalis yang merupakan lempeng tulangyang tipis yang menempati bagian belakang atas dari septum nasi; cartilago septinasi (cartilago quadrilateral) yang terletak di depan, dan vomer yang merupakantulang yang terletak di belakang bawah dari septum nasi. Kerangka septum inidilapisi oleh mukosa yang pada umumnya tebalnya tak teratur. Septum nasi padaseorang dewasa jarang yang benar-benar lurus, pada umumnya ada deviasi ringan,yang berupa obstruksi nasi (akan dibicarakan pada bagian patologi).

c. Atap. Atap cavum nasi merupakan bagian yang tertinggi dan tersempit, dari depank e b e l a k a n g t e r d i r i d a r i o s n a s a l e , p r o c e s s u s n a s a l i s o s f r o n t a l i s , c o r p u s ethmoidalis, corpus sphenoidalis. Lamina eribrosa dari ethmoid membentuk sebagian besar dari atap cavum nasi, atap dari cavum nasi ini hanya dibatasi olehtulang yang tipis dengan fossa cranii anterior, sehingga kalau terdapat fraktur padal amina e r i b ro sa , akan t e rbuka j a l an ke fo s sa c r an i i an t e r i o r dengan s ega l a akibatnya.

d. Dasar cavum nasi. Merupakan atap dari rongga mulut. 2/3 bagian depan dibentuk oleh pars palatina os maxillae, 1/3 belakang oleh pars horizontalis os palatina.

Sinus ParanasalisSinus paranasalis adalah rongga-rongga berisi udara dalam tengkorak, yangdilapisi oleh

lanjutan mukosa cavum nasi paranasalis pada kedua sisi kiri dan kanan.Untuk memudahkan pengertian dalam klinik, kita bagi sinus paranasalis dalam dua bag i an a t au ke lompok , yakn i ke lompok depan dan ke lompok be l akang . S inus  paranasalis kelompok depan terdiri atas: sinus frontalis, sinus maxillaris dan sinus ethmoidalis anterior, kelompok belakang terdiri dari sinus ethmoidalis posterior dansinus sphenoidalis. Ostia dari sinus paranasalis kelompok depan bermuara pada hiatussemilunaris dalam meatus nasi media; sedangkan kelompok belakang bermuara padameatus nasi superior.

Dari riwayat pembentukannya, hampir semua sinus paranasalis dimulai sebagaievaginasi (outpocketings) dari selaput lendir meatus nasi, kecuali sinus sphenoidalissebagai hasil penguncupan (contriction) dari bagian posterior superior mukosa cavumnasi, pada bulan ke-3 dan ke-4 dari kehidupan fetus.

Semua sinus-sinus ini melanjutkan perkembangannya sesudah lahir, tetapisinus ethmoidalis telah mempunyai bentuk yang paling lengkap, diusul oleh

Page 3: Sinus

sinusmaxillaris, sedangkan sinus sphenoidalis masih amat kecil dan sinus frontalis masih belum terbentuk waktu bayi lahir. Sinus frontalis ini pembentukannya amat terlambat,kurang lebih pada umur 6 tahun dimulai dengan extensi langsung dari satu atau lebihsel-sel ethmoidalis anterior.

a . S i n u s M a x i l l a r i sDisebut juga antrum high more merupakan sinus yang terbesar ukurannya, pada

orang dewasa kurang lebih berukuran 15 cc dan terletak seluruhnyadalam tulang maxilla. Dinding depan sedikit cekung dan tipis kita kenal sebagai fossacanina. Di bagian atas tengah dari dinding depan kurang lebih 7 – 8 mm garis infraorbitalis terdapat foramen infra orbitalis dimana berjalan n. infra orbitalis yangmemberi cabang-cabangnya menjadi n. dentalis anterior dan superior.

Dinding atas atau atap dari sinus maxillaris merupakan dasar dari orbita padad ind ing t e rdapa t c ana l i s i n f r a o rb i t a l i s . D ind ing be l akang dan bawah be r sa tu , merupakan permukaan yang lengkung, n. dentalis posteriores yang merupakan cabang-cabang dari n. maxillaris berjalan dari atas melalui dinding belakang terus ke bawah kegigi molar atas.

Dinding medial atau dinding naso antral dibagi dalam dua segment, yaknisegment depan bawah setinggi meatus nasi inferior dan segment belakang atas setinggimeatus nasi media, dimana bermuara ostium sinus maxillaris.

Dasar sinus maxillaris, dibentuk oleh processus alveolaris dan palatum durum.Pada anak-anak dasar sinus maxillaris ini setinggi atau sedikit lebih tinggi dari dasar cavum nasi. Sedangkan pada orang dewasa dasar sinus maxillaris sedikit lebih rendahdari dasar cavum nasi sehingga dasar-dasar dari gigi atas kadang-kadang dapat masuk ke dalam sinus maxillaris. Atas dasar hubungan anatomis ini, maka sinusitis maxillarisdentogen lebih sering terdapat pada orang dewasa daripada anak-anak.

b . S i n u s E t h m o i d a l i sTerdiri dari 7 – 15 rongga-rongga yang dibatasi oleh dindingyang sangat tipis,

yang bentuknya menyerupai sarang tawon, dan terletak di dalammassa lateral dari tulang ethmoid. Kalau pneumatisasi luas, maka sel-sel dari sinusethmoidalis dapat masuk ke dalam tulang sekitarnya, misalnya ke tulang frontalis,maxillaris, dan sphonoidalis. Sinus ethmoidalis ini kita bagi dalam dua kelompok,yakni sinus ethmoidalis anterior dan posterior.

Sinus ethmoidalis anterior bentuk sel-selnya lebih kecil, tetapi jumlahnya lebih banyak, sedangkan sinus ethmoidalis posterior sel-selnya lebih besar dan jumlahnyalebih sedikit.

Sinus ethmoidalis anterior ostiumnya bermuara pada meatus nasi media,sedang sinus ethmoidalis posterior ostiumnya bermuara pada meatus nasi superior.

Topografi. Batas atas terdapat fosa cranii anterior, yang hanya dipisahkan olehtulang yang tipis dari sel ethmoid.

Bilateral dipisahkan dengan orbita oleh lamina papiracea yang sangat tipi,sedangkan n. opticus bisa amat berdekatan dengan sel-sel sinus othmoidalis posterior.

c . S i n u s F r o n t a l i sS i n u s f r o n t a l i s i n i b e l u m t e r b e n t u k w a k t u a n a k

l a h i r ,  pembentukannya dimulai pada anak umur 6 tahun, yang dianggap sebagai extensilangsung dari satu atau lebih sel-sel othmoidalis anterior ke dalam os

Page 4: Sinus

frontalis. Dalam perkembangannya sinus frontalis mempunyai berbagai bentuk, kurang lebih 5% dariorang dewasa yang tak mempunyai sinus frontalis. Kedua sinus ini kiri dan kanan biasanya tak simetris, kadang-kadang yang satu lebih besar dan overlapping ke sisiyang lain.

Dinding belakang dan atap dari sinus frontalis berbatasan dengan fosa oraniianterior, sedangkan dasarnya dengan orbita.

d . S i n u s S p h e n o i d a l i sTe r l e t ak d i be l akang a t a s c avum nas i d i da l am

co rpus sphenoidalis. Kadang-kadang menempati sampai alas sphenoidalis dan processus pterigoideus dari os sphenoidalis. Ukuran rata-rata pada orang dewasa sebesar 7 cc,kiri kanan jarang simetris dipisahkan oleh septum yang sangat tupis dan kadang-kadang septum tak terbentuk dengan baik. Ostiumnya terletak pada dinding depan atasdari sinus dan bermuara pada meatus nasi superior.

Topografi. Lateral terdapat sinus cavernosus, a. carotis interna dan n. opticus.Cranii terdapat hypophyso, chiasma opticus, traktus olfaktorius dan lobus frontaliscerebri.

Anterior inferior berjalan syaraf-syaraf dan pembuluh darah yang keluar dariforamen sphenopalatina waktu menuju ke septum nasi.

HistologiR o n g g a h i d u n g d i l a p i s i o l e h m u k o s a y a n g

b e r b e n t u k “ c o l u m n a r    pseudostratified cilliated epithelium”, yang kaya akan pembuluh darah, saluran limfe,syaraf-syaraf dan kelenjar-kelenjar. Mukosa ini secara langsung berhubungan dengannasopharynx, sinus paranasalis. Ia secara tak langsung berhubungan dengan cavumtympani. Oleh karena itu mudah dipahami bagaimana penyebaran infeksi dari satudaerah ke daerah lain mudah terjadi. Mukosa cavum nasi ini dibagi dalam dua daerah,yakni daerah olfaktorius dan daerah respiratorius.

Daerah olfaktorius terbatas pada bagian atas dari cavum nasi, yang ditempatioleh conchae superior dan bagian septum yang berhadapan. Bentuk epithel pada  bagian ini adalah “non-cilliated columnar epithelium”, dan terdiri dari dua bentuk selyang utama, yakni sel-sel penyokong dan sel-sel olfaktorius. Terdapat beberapakelenjar-kelenjar serous yang dikenal ebagai kelenjar Bowmani yang berbentuk  tubuler.

Daerah respiratorius mengisi seluruh bagian yang terletak di bawah dari daeraholfaktorius.Kedua daerah ini histologis berbatas jelas, walaupun tak teratur. Pada bagian- bagian tertentu dari daerah respiratorius amat tebal, dan kaya akan pembuluh darah,terutama pada conchae inferior.

Mukosa s i nus pa r anasa l i s me rupakan l an ju t an da r i mukosa cavum nas i , ukurannya lebih tipis dan mengandung lebih sedikit kelenjar-kelenjar, kecuali dekat pada ostium sinus paranasalis menuju ke ostia masing-masing.

PersyarafanPersyarafan dari cavum nasi berasal dari cabang pertama dan cabang kedua

dari n.trigeminus. Cabang pertama dari n. trigeminus yakni n. ophthalmicus membawaserabut-serabut afferent ke bagian depan dan bawah cavum nasi. Cabang kedua dari n.trigemanus yakni n. maxillaris membawa serabut-serabut afferent ke bawah dan belakang dari cavum nasi, dengan melalui ganglion sphenopalatina. Ganglion

Page 5: Sinus

inimempunyai arti klinik penting pada cavum nasi. Serabut-serabut offerent dari n.maxillaris juga menerima serabut-serabut parasympathis dari n. petrosius superfacialismayus, dan seravi petrosus ini bersatu membentuk n. vidianus sebelum sampai padaganglion sphenopalatina.

Letak dari ganglion di dalam fossa pterigopalatina berdekatan dengan foramensphenoplatina, sehingga mudah dicapai dalam pemberian lokal anesthesia, karena foramen sphenopalatina letaknya tepat di belakang atas ujung belakang dari conchaemedia.

Mukosa sinus paranalis menerima serabut-serabut sensoris melalui ostia sinus paranasalis masing-masing.

VascularisasiA. Sphenopalatina cabang dari a. maxillaris interna mensuplai darah ke bagian belakang

atas cavum nasi, kemudian berjalan ke depan septum nasi dan ke lateral keconchae nasalis.A. Ethmoidalis anterior dan posterior merupakan cabang dari a.

opthalnicayang berasal dari a. carotis internal yang memberi darah pada atap dari cavum nasi,sinus ethmoidalis dan sinus frontalis.

A. Labialis superior merupakan cabang dari a. maxillaris externa, naik dari bibir atas ke bagian depan dari septum nasi dan vestibulum nasi.

A. Palatina decedens cabang dari a. maxillaris interna yang melewati canalisi n c i s i v u s b e r a n a s t o m o s e d e n g a n a . s p h e n o p a l a t i n a . P e m b u l u h - p e m b u l u h i n i  beranastomose membentuk plexus Kieselbach yang terletak di anterior inferior septumnasi, yang juga disebut Little’s area.

A . I n f r a o rb i t a l i s dan den t a l i s supe r io r , c abang da r i a . max i l l a r i s i n t e rna memberi darah ke sinus maxillaris. Cabang pharyngeal dari a. maxillaris internamemberi darah ke sinus sphenoidalis. Sedangkan sinus frontalis dan sinus ethmoidalisdiperdarahi oleh a. ethmoidalis anterior dan posterior.

Aliran LymfeGl. Submandibularis menampung aliran limfe dari hidung luar dan

bagiandepan cavum nasi.Gl. Cervicalis superior profunda menampung cairan lymfe dari cavum

nasi bagian belakang, baik secara langsung atau melalui gl. retropharyngeal.Pengertian aliran lymfe ini penting untuk menerangkan pembesaran kelenjar regioner,

hubungannya dengan infeksi pada hidung atau adanya keganasan padahidung.

Page 6: Sinus
Page 7: Sinus

FISIOLOGI HIDUNGBoies membagi fungsi hidung dalam fungsi Primer dan fungsi Sekunder  Fungsi PrimerFungsi primer adalah air conditioning dan penciuman.a. Air conditioning

Rongga hidung dapat dipandang sebagai “air conditioning” dari paru-paru,yang mengatur aliran udara, temperatur, kelembaban dan pembersihan udara sebelummasuk ke paru-paru, agar pertukaran O2 dan CO2 dapat berlangsung dengan aman didalam alveoli paru-paru.

1) Aliran udaraAliran udara yang masuk dalam hidung dalam bentuk parabolik yang naik setinggi

conchae media kemudian turun ke nasopharynx. Pada umumnyaudara yang mengalir itu melalui bidang vertikal dari hidung dan sebagian melaluimeatus nasi.

Aliran udara ini amat halus dengan putaran dan gesekan yang minimal.Sedangkan udara yang diexpirasi, sebagian kecil terpecah dalam bentuk putaran,kemudian keluar melalui vestibulum.Arah udara yang keluar dan masuk ke dalam sinus paranasalis, arahnya terbalik dengan aliran udara dan mengalir dalam cavum nasi.

2) Pengaturan kelembabanUdara dalam cavum nasi itu diproses sedemikianrupa, sehingga kelembaban

sesuai dengan kebutuhan tubuh.Perjalanan udara dalam cavum nasi hanya 1 sekond, pada waktu

yangsingkat ini kelembaban relatif dari udara setibanya di nasopharynx kurang lebih75% - 80% dikatakan bahwa jumlah air yang diuapkan dalam cavum nasi kuranglebih 1.000 cc per 24 jam; ini berarti sekitar 1/25 ccc per satu kali respirasi. Tentusaja jumlah udara yang diuapkan berbanding terbalik dengan kelembaban udara diluar. Misalnya pada waktu musim panas dengan udara yang basah dan lembab,maka udara yang menguap dalam cavum nasi relatif kecil, bila dibandingkandengan musim dingin dengan udara yang sangat kering, dimana terjadi penguapanyang lebih besar. Penguapan ini terjadi pada permukaan musoca blanket yangmelapisi seluruh cavum nasi.

3) Pengaturan temperaturePengaturan temperatur terjadi bersamaan dengan pengaturan kelembaban.

Panas yang dibutuhkan bersumber dari penyebaran alirandarah yang cepat dari jaringan sub epithelial pada conchae dan septum nasi.Temperatur pada conchae inferior kurang lebih 320C, dibanding dengan 360 sampai370C pada nasopharynx.

4) Pembersihan udaraPembersihan udara dalam hidung dilakukan oleh vibrisae mucous blanket

cilliadan enzym lyzozym.Benda-benda asing akan bersentuhan dengan sekret dan melekat

padamucous blanket, dan terjadi reaksi. Kemungkinan ada suatu potensial elektris

Page 8: Sinus

pada permukaan dari mukosa hidung, menyebabkan adsobsi dari kuman-kuman dan benda asing lainnya. Pada pokoknya semua benda-benda asing akan diubah dalammucous blanket. Bila sesuatu benda terlalu merangsang, maka akan dilemparkankeluar melalui reflex bersin.

b . Inde ra Penc iumanDalam bidang klinik fungsi ini relatif kurang penting bila dibandingkan denganfungsi pertama. Pada

binatang fungsi penciuman ini amat penting, karena ketajaman penc iuman d ipaka i un tuk memper t ahankan d i r i dan un tuk menca r i makanan . Walaupun demikian menurut McKenzie vanili dalam jumlah 0,000000005 ml udaramasih tercium oleh manusia. Proses bagaimana sesuatu bau dapat dicium, sampaisekarang belum jelas.

Ada dua teori yang dikemukakan mengenai hal ini:1) Chemical Theory, yang mengatakan bahwa partikel-partikel disebar dengan jalan difusi melalui udara, kemudian terjadi reaksi kimia waktu tiba pada  permukaan epithel olfaktorius.2) Theory Undulasi, yang mengatakan bahwa ada satu gelombang energi yangmenyerupai cahaya merangsang ujung syaraf olfaktorius.

Pavlov mengadakan percobaan pada binatang, dan berkesimpulan bahwaindera penciuman diperlengkapi dengan stimulus untuk reflex sekresi cairan lambung.

Sel penciuman adalah sel syaraf bipolar yang termasuk dalam susunan syaraf  pusat yang sampai pada permukaan tubuh, yang terdapat di daerah olfaktorius yangt e rben t ang d i a t a s da r i conchae med i a s ampa i ke a t ap dan dae rah s ep tum yang  berhadapan. Axon dari “senso colls” dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk seratsyaraf yang melalui lamina cribrosa ke dalam bulbus olfaktorius. Axon dari sel-sel inimembentuk traktus olfaktorius yang menuju ke otak. Jadi kalau ada gangguan dalam fungsi penciuman yang disebut hyposmia atau anosmia hal ini dapat disebabkanadanya proses degeneratif pada ujung-ujung syaraf atau karena gangguan transmisidari partikel-partikel bau-bauan terhalang tak sampai pada area olfaktorius. Juga dapatd i s ebabkan adanya t umor yang dapa t menekan bu lbus o l f ak to r i u s a t au t r ak tu s olfaktorius sehingga transmisi ke otak terhalang.

Fungsi SekunderFungsi ini terutama memberikan perlindungan, untuk mempersiapkan udarasebelum

masuk ke dalam paru-paru, harus bebas dari segala kotoran yang tertimbun pada pe rmukaan mukosa h idung , bak t e r i -bak t e r i , v i ru s -v i ru s dan bahan -bahan  patologik lainnya. Pada pokoknya udara inspirasi harus dipersiapkan dulu secara amansebe lum masuk da l am pa ru -pa ru . Yang memegang pe ranan da l am mekan i sme  pembersihan ini adalah selimut lendir (mucous blanket), cilia dan enzym lysozym.

Mucous b l anke t ada l ah sua tu za t yang t e rdapa t pada pe rmukaan mukosa hidung, yang membentuk satu lapisan yang menyeluruh pada setiap ruangan hidung,sinus paranasalis, tuba auditivae, pharynx dan seluruh cabang-cabang bronchus.

Mucous b l anke t i n i t e ru s be rge rak d ido rong o l eh c i l i a dan ama t l engke t , sehingga partikel-partikel dengan sentuhan yang ringan saja dapat melekat dengan baik. 

Page 9: Sinus

pH dari mucous blanket kurang lebih (7) atau netral, dan dijaga selalu konstant.Ha l i n i pen t i ng , ka r ena c i l i a t ak dapa t be r fungs i ba ik da l am pH t e r l a l u banyak  menyimpang dari 7.

D i da l am mucous b l anke t i n i j uga t e rdapa t l y sozym se j en i s enzym yang  pertama kali ditemukan oleh Flemming, penemu penicillin, yang mempunyai sifat bakterialitis, artinya dapat membunuh bakteri dan menghancurkannya. Aktivitas ini begitu menakjubkan, sehingga dapat dikatakan bahagian belakang dari hidung, atau pada choanae praktis steril.

Mucous blanket dalam hidung dan sinus paranasalis didorong ke nasopharynxoleh cilia, dan diperbaharui oleh kelenjar-kelenjar sekurang-kurangnya 2 sampai 3 kalisetiap jam. Pergerakan cilia adalah fungsi primitif, pergerakan ini adalah pergerakanotomatis, artinya tak bergantung dari impuls syaraf. Beberapa peneliti mengemukakan, bahwa acetylcholine mungkin berperanan mengontrol pergerakan cilia.

Di atas telah disinggung, bahwa nilai konstant dari pH penting untuk dijagaagar pergerakan cilia terjamin, sehingga mekanisme pembersihan diri dari hidung tetap berjalan sempurna.

Faktor-faktor yang dapat meruak pergerakan cilia:a . Exposed t e rhadap uda ra yang ke r i ng , m i sa lnya pada cen t r a l hea t i ng

yang  berlebihan.b . Peny impangan s e t empa t da r i a l i r an uda ra , a t au gangguan t u rbu l ens i

uda ra setempat dalam hidung, dapat menyebabkan pengeringan setempat sehingga terjadistase dari cilia.c . Oba t -oba t an , m i sa lnya coca in sua tu ana s the t i kum dan va sokons t r i k to r

yang  baik, tetapi kalau dipakai lama dapat mengganggu pergerakan cilia. Adrenalin jugamempunyai efek yang sama.

d . Panas yang berlebihan atau dingin yang berlebihan.e . Ca i r an hypo ton ik a t au hype r ton ik .f . K e a s a m a n

Di samping fungsi primer dan sekunder kita kenal juga fungsi lain dari hidung yangmencakup phonasi dan Gustatorius.

a . P h o n a s iFungsi ini penting dalam mengeluarkan suara. Seperti kita ketahui intialtonesdihasilkan oleh getaran pita suara atau chorda vokalis, sedangkan over tonesdihasilkan oleh hidung dan sinus paranasalis. Misalnya kalau ada penyumbatanhidung dan sinus paranasalis suara akan berubah jadi sengau.

b . G u s t a t o r i u sFungsi pengecapan juga dipengaruhi oleh hidung, hal ini kita dapat saksikan bilaada obstruksi nasi, maka aroma dari makanan akan hilang.

Fungsi Sinus ParanasalisFungi sinus paranasalis belum jelas, ada beberapa teori yang

dikemukakanantara lain:a .A i r cond i t i on ing . S inus pa r anasa l i s memper lua s pe rmukaan un tuk

fungs i  primer dari hidung, walaupun peranannya hanya sedikit bila dibandingkan denganmukosa cavum nasi.

Page 10: Sinus

b.Berperanan untuk mengatur resonansi suara, sekarang dianggap peranan inikurang penting.