Tumor Sinus Maksillaris

13
TUMOR SINUS MAKSILARIS TUMOR SINUS MAKSILARIS PENDAHULUAN Rongga hidung dikelilingi oleh 7 sampai 8 rongga sinus paranasal yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan posterior, frontal dan sphenoid. Kedelapan sinus ini bermuara ke meatus rongga hidung. Oleh sebab itu pembicaraan tentang mengenai tumor ganas hidung tidak dapat dipisahkan dari tumor ganas sinus paranasal karena keduanya saling mempengaruhi kecuali jika ditemukan masing-masing dalam keadaan dini. Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, kekerapan jenis yang ganas hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh. Dari kelompok keganasan hidung dan sinus paranasal ini ±80 % merupakan keganasan sinus maksila, ± 24% keganasan hidung dan sinus etmoid, sedangkan keganasan sinus sphenoid dan frontal hanya 1%. Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dan wanita dengan perbandingan. Karena tumor tumbuh dalam tulang, sulit mengetahuinya secara dini. Asal tumor juga sulit ditentukan, apakah dari hidung atau sinus karena biasanya pasien berobat dalam keadaan penyakit lanjut dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan sinus. 1,2 ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 1

Transcript of Tumor Sinus Maksillaris

Page 1: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

TUMOR SINUS MAKSILARIS

PENDAHULUAN

Rongga hidung dikelilingi oleh 7 sampai 8 rongga sinus paranasal yaitu sinus

maksila, etmoid anterior dan posterior, frontal dan sphenoid. Kedelapan sinus ini

bermuara ke meatus rongga hidung. Oleh sebab itu pembicaraan tentang mengenai tumor

ganas hidung tidak dapat dipisahkan dari tumor ganas sinus paranasal karena keduanya

saling mempengaruhi kecuali jika ditemukan masing-masing dalam keadaan dini.

Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang

jinak maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, kekerapan jenis yang ganas

hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh.

Dari kelompok keganasan hidung dan sinus paranasal ini ±80 % merupakan

keganasan sinus maksila, ± 24% keganasan hidung dan sinus etmoid, sedangkan

keganasan sinus sphenoid dan frontal hanya 1%. Tumor ini lebih sering ditemukan pada

laki-laki dan wanita dengan perbandingan.

Karena tumor tumbuh dalam tulang, sulit mengetahuinya secara dini. Asal tumor

juga sulit ditentukan, apakah dari hidung atau sinus karena biasanya pasien berobat dalam

keadaan penyakit lanjut dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan sinus. 1,2

ANATOMI SINUS

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit di

deskripsikan karena bentuknya sangat variasi pada setiap individu. Ada 4 pasang sinus

paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu: 2 buah sinus maksila, 2 buah sinus frontal, 2

buah sinus ethmoid dan 2 buah sinus sfenoid. Sinus paranasal merupakan hasil

pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua

sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

Secara emberiologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga

hidung dan berkembang dimulai fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus

frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada sejak anak lahir, sedangkan sinus frontal

berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak berusia kurang lebih 8 tahun.

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 1

Page 2: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai pada 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-

superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksila pada usia

antara 15-18 tahun. 1,2

Gambar penampang hidung dan sinus1

FISIOLOGI SINUS PARANASAL

Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus

paranasal, ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-

apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.

Beberapa teori yang di kemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:

Sebagai pengatur kondisi udara

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur

kelembaban udara inspirasi

Sebagai penahan suhu

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan

fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

Membantu keseimbangan kepala

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 2

Page 3: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.

Membantu resonansi suara

Sinus berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas

suara.

Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,

misalnya waktu bersin dan membuang ingus.

Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil

dibandingakn dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk

membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini

keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.1,2,3

ETIOLOGI

Etiologi tumor hidung dan sinus paranasal belum diketahui secara pasti, akan

tetapi diduga beberapa faktor yang dapat menyebabkannya, antara lain:

Infeksi kronik hidung dan sinus paranasal

Rokok

Kontak dengan serbuk kayu pada pekerja pengerajin kayu

kontak dengan bahan atau zat industri seperti nikel, kromium, gas mustard dan

isopropanolol, formaldehid

Alkohol4

PATOLOGI

Tumor jinak dan ganas di kavum nasi dan sinus paranasal dapat berasal dari epitel

dan non epitel

Tumor jinak epitel:

1. Papiloma, ada beberapa jenis papiloma berdasarkan bentuk histologinya. inverted

papiloma merupakan bentuk kelainan yang bermakna secara klinis, papiloma ini

mudah pecah, berwarna merah sampai kelabu dan berbentuk oedem dan terlihat

bening

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 3

Page 4: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

2. Adenoma

Adenoma ialah tumor jinak yang berasal dari epitel kelenjar dan terdiri atas

struktur-struktur kelenjar yang mirip dengan jaringan asalnya. Kebanyakan

adenoma bukan merupakan tumor sejati, melainkan hanya hiperplasi

kompensatorik setempat dari pada epitel kelenjar. Jika suatu bagian hati rusak,

maka akan terbentuk jaringan baru yang menonjol ke permukaan dan dapat

dikacaukan dengan adenoma. Adenoma yang sejati mempunyai simpai dan terdiri

atas struktur kelenjar seperti adenoma pada payudara, lambung, pankreas dan usus

besar atu terdiri atas gencel-gencel padat ( solid cords ), seperti adenoma hati dan

kelenjar

Tumor jinak non epitel :

1. Osteoma, sering terdapat pada sinus frontal, ethmoid dan sinus maksila, tetapi

tumor inijarang terdapat pada sinus sphenoid. Tumor ini sering di jumpai secara

kebetulan dan biasanya menghalangi aliran dari sinus dan menyerang orbita.

Tumor paling sering terlihat pada kelompok umur 15-40 thn.

2. Fibrous dysplasia, terjadi perubahan dari tulang normal, menjadi jaringan ikat

kolagen, fibroblast dan bahan- bahan osteosid. sering terjadi pada umur 20 thn.

Terlihat seperti pembengkakan pada tulang. bagian yang sering terjadi adalah

tulang maksila.

3. Fibroma

Tumor yang terutama terdiri dari jaringan fibrosa atau jaringan penyambung yang

berkembang sempurna.

4. Angiofibroma

Suatu tumor yang secara histology jinak, tetapi secara klinis bersifat ganas, karena

secara klinis mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas kejaringan

sekitar.

5. Neurilemoma.

Jenis tumor neurogenik yang paling sering, biasanya terisolasi dan berkapsul.

Berasal dari sel neurilema ( Schwann ) saraf-saraf yang bermielin, massa yang

tanpa nyeri, tumbuh lambat.

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 4

Page 5: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

6. Nasal Glioma

Terbentuk oleh jaringan glia ekstradural dan tidak berhubungan dengan sistim

saraf pusat. Glioma merupakan massa yang padat, tak berdenyut, berwarna abu-

abu atau keunguan. Biasanya glioma diketahui pada saat lahir atau segera sesudah

lahir. 60 % terletak ekstranasal, baiasanya disepanjang sutura nasomaksilaris atau

dekat garis tengah, 30% terletak intranasal, dan 10 % didalam dan diluar hidung

7. Hemangioma

Hemangioma adalah tumor pembuluh darah yang mudah berdarah dan sukar

dibedakan dari teleangiektasis atau dilatassi pembuluh darah yang sebelumnya

sudah ada. Hemangioma ini dapat tumbuh disemua bagian tubuh kita, termasuk

rongga hidung. Pada pemeriksaan tampak warna agak kemerahan , tumor teraba

kenyal, batas tegas, dan tertutup kapsul sebagian, pertumbuhan tumor lambat

seakan-akan tidak bertambah berat.

Tumor ganas epitel

1. Squamous sel karsinoma, ini adalah tumor yang paling sering mengenai sinus

maksilaris (65-89 %), sinus etmoid (15-25 %), hidung (24 %), sedangkan sinus

sphenoid dan sinus frontal jarang jarang terkena. Sifat tumor ini pada umumnya

menyebar keluar sinus, lebih dari 90% akan menginvasi melalui dinding sinus

yang terkena

2. Adenokarsinoma, tumor ganas ke-2 yang paling sering terjadi pada sinus maksila

dan sinus ethmoid, 52% dari kasus di sinus ethmoid dan kebanyakan berhubungan

dengan penyakit akibat kerja, dan parikel-pertikel debu yang berterbangan,

partikel yang besar akan menimbuin di sinus yang menunjukkan gambaran seperti

sel squamous.

3. Melanoma Malignant

Melanoma Malignant merupakan suatu tumor ganas kulit, yang dapat timbul pada

membrane mukosa hidung. Daerah yang sering terkena ialah intra nasal, palatum

durum atau mukosa bukal.

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 5

Page 6: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

4. Anaplastik karsinoma

Tumor ganas non epitel

1. Rhabdomyosarcoma, adalah penyakit sinus paranasal dan hidung. pada umumnya

terdapat pada anak-anak, tetapi dapat juga menyerang orang yang lebih tua,

penyakit ini terdapat pada daerah kepala dan leher sekitar 35-45 % dari pada kasus

yang ada dan 8 % dari kasus ini di jumpai pada sinus paranasal.

2. Osteogenik sarcoma, tumor ganas yang paling utama dan paling umum di tulang,

tapi jarang di sinus. Hanya 5 % terdapat di daerah kepala dan leher dimana

mandibula lebih sering terserang dari pada maxilla. 30-40 % bermetastase jauh.

Bertahan hidup sampai 5 tahun sekitar 15-20 %.

3. Fibrosarcoma

4. Angiosarcoma

5. Chondrosarcoma3,5,6

GEJALA KLINIS

Gejala tergantung dari asal tumor primer serta arah dan perluasannya. Tumor di

dalam sinus maxilla biasanya tanpa gejala. Gejala timbul setelah tumor besar, dapat

mendorong atau menembus dinding tulang dan meluas ke rongga hidung atau mulut, pipi,

atau orbita.

Tergantung dari perluasan tumor,gejala dapat di kategorikan sebagai berikut:

1. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rhinorea. Sekretnya sering

bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang

hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya

berbau karena mengandung jaringan nekrotik.

2. Gejala orbital. perluasan tumor ke orbita menimbulkan diplopia, proptosis, atau

penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.

3. Gejala oral. Perluasan tumor kerongga mulut dapat menyebabkan penonjolan atau

ulkus palatum atau prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi geligi goyah.

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 6

Page 7: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri gigi, tetapi tidak sembuh

meskipun gigi telah dicabut.

4. Gejala fasial. Perluasan tumor kedepan akan menyebabkan penonjolan pipi,

disertai nyeri, anestesi atau parastesia muka jika mengenai nervus trigeminus.

5. Gejala Intrakranial. Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala

hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuororea, yaitu cairan

otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media

maka nervus otak lainnya akan terkena. Jika tumor meluas kebelakang, terjadi

trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disetai anestesi dan parastesi

daerah yang di persarafi nervus maxillaries dan mandibularis.

Saat pasien berobat biasanya tumor sudah dalam fase lanjut. Hal ini yang juga

menyebabkan diagnosis terlambat adalah karena gejala dininya mirip dengan rinitis atau

sinusitis kronik sehingga sering diabaikan pasien maupun dokter1,5,6

STADIUM

Menurut UICC tahun 1922 sebagai berikut: 1,2,3,5

T1 : tumor terbatas pada mukosa antrum ,tidak ada destruksi tulang

T2 : tumor dengan erosi dan destruksi infra struktur meliputi palatum durum

dan meatus media

T3 : tumor invasi ke kulit pipi, dinding posterior sinus maksila, dasar atau dinding

medial orbita

T4 : tumor invasi ke orbita dan isinya dan atau invasi lamina kribiformis, sinus

etmoid posterior atau sinus sfenoid, nasofaring, palatum molle, fossa pterigo

maksila atau fosa temporal, dasar tengkorak.

N0 : tidak ada metastasis ke kelenjar limf

N1 : metastasis kelenjar limf soliter ipsilateral < 3 cm

N2 : A. metastasis kelenjar limf soliter ipsilateral > 3 cm

B. metastasis kelenjar limf multipel ipsilateral < 6 cm

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 7

Page 8: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

C. metastesis kelenjar limf bilateral > 6 cm

N3 : metastasis kelenjar limf > 6 cm

M0 : tidak ada metastasis jauh

M1 : ada metastasis jauh

Std 1 : T1N0M0

Std 2 : T2N0M0

Std 3 : T3N0M0, T(1-3)N1M0

Std 4 : T4N0M0, T4N1M0, T1-4N2-3M0, T1-4N1-4M1

DIAGNOSIS

Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan :

1. Pemeriksaan histopatologi

2. Jika tumor tampak di rongga hidung atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan

harus dilakukan dengan segera biopsi tumor sinus maksila, dapat dilakukan

melalui tindakan sinoskopi atau melalui operasi CALD WELL-LUC yang

insisinya melalui sulkus ginggivo bukal.

3. Jika dicurigai tumor vaskuler, misalnya angiofibroma maka jangan di lakukan

biopsi karena sangat sulit untuk menghentikan perdarahannya. Diagnosisnya

adalah dengan angiografi.1,5,6

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan foto polos sinus paranasal dan paru untuk melihat adanya metastasis

1. Foto polos dengan posisi Cald Well, waters, lateral dan submentovertikal.

2. CT Scan, sarana terbaik untuk melihat perluasan tumor ke jaringan lunak dan

tulang

3. MRI (Magnetic resonance imaging), baik untuk melihat perluasan tumor ke

jaringan padat dan untuk membedakan jaringan tumor dari jaringan normal 1,4,7,8,9

PENATALAKSANAAN

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 8

Page 9: Tumor Sinus Maksillaris

TUMOR SINUS MAKSILARIS

Terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi operasi, radio terapi, dan

kemoterapi. Satu pengobatan saja tidak cukup. Kemoterapi bermanfaat pada tumor ganas

dengan metastase atau yang residif atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi,

misalnya limfoma malignum.

Pada tumor jinak dilakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perlu

dilakukan cara pendekatan rinotomi lateral atau degloving.

Untuk tumor ganas dilakukan tindakan radikal seperti maksilektomi, dapat berupa

maksilektomi media, total dan radikal. Maksilektomi biasanya di lakukan misalnya pada

tumor yang sudah infiltrasi ke orbita, terdiri dari pengangkatan maksila secara endblok

disertai eksterasi orbita, jika tumor meluas ke rongga intrakranial dilakukan reseksi

kraniofasial atau kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah

saraf.3,5,6

REKONSTRUKSI DAN REHABILITASI

Sesudah maksilektomi, harus dipasang prostesis maksila sebagai tindakan-

tindakan rekonstruksi dan rehabilitasi, supaya pasien dapat berbicara dengan baik,

disamping perbaikan kosmetik melalui operasi bedah plastik. Dengan tindakan ini pasien

dapat bersosialisasi kembali dalam keluarga dan masyarakat.5

PROGNOSIS

Pada umumnya prognosisnya kurang baik, beberapa hal yang mempengaruhi

prognosis antara lain:

Θ Diagnosis terlambat dan tumor sudah meluas sehingga sulit mengangkat tumor.

Θ Sulit evaluasi paska terapi karena tumor berada dalam rongga

Θ Sifat tumor yang agresif dan mudah kambuh 1,4,9

ILMU PENYAKIT THT RS.PIRNGADI Page 9