BAB 1 sinus

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis. Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik 1

Transcript of BAB 1 sinus

Page 1: BAB 1 sinus

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering

di dunia. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit

hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat

utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Survei

Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh

Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM

mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi. Data dari Divisi Rinologi

Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien

rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah

sinusitis.

Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis

sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis

adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus

meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan

kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter

spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala

dan metode diagnosis dari penyakit rinosinusitis ini.

Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh

infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus

etmoid dan maksila. Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke

orbita dan intrakranial. Komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang

inadekuat atau faktor predisposisi yang tak dapat dihindari.

1

Page 2: BAB 1 sinus

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan

oleh kuman atau virus. Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada

sinus.

Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat

berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis

sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila

semua sinus terkena disebut pansinusitis.

2.2 Etiologi

Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung

(rinogen), gigi dan gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen

walaupun jarang. Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung,

barotrauma, berenang atau menyelam.

Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya sinusitis adalah

kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung, dan rinitis

alergi.Rinosinusitis ini sering bermula dari infeksi virus pada selesma, yang

kemudian karena keadaan tertentu berkembang menjadi infeksi bakterial

dengan penyebab bakteri patogen yang terdapat di saluran napas bagian atas.

Penyebab lain adalah infeksi jamur, infeksi gigi, dan yang lebih jarang lagi

fraktur dan tumor.

Pada Sinusitis Akut, yaitu:

1. Infeksi virus

Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran

pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan

Parainfluenza virus).

2

Page 3: BAB 1 sinus

2. Bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang

dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem

pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat

akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang

sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup

ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

3. Infeksi jamur

Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita

gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

4. Peradangan menahun pada saluran hidung

Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis

vasomotor.

5. Septum nasi yang bengkok.

6. Tonsilitis yg kronik

Pada Sinusitis Kronik, yaitu:

1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.

2. Alergi

3. Karies dentis ( gigi geraham atas )

4. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.

5. Benda asing di hidung dan sinus paranasal

6. Tumor di hidung dan sinus paranasal

3

Page 4: BAB 1 sinus

2.3 Manifestasi Klinik

1. Sinusitis maksila akut

Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya

sesuai dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di

bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di

gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Wajah terasa bengkak,

penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu

naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul

dan menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang

berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada.

Gejalanya demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung

tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke

nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.

2. Sinusitis etmoid akut

Gejala berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus

medius, kadang-kadang nyeri dibola mata atau belakangnya, terutama bila

mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis dan sumbatan hidung. Ingus kental

di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.

3. Sinusitis frontal akut

Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di

atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah

hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam. Pasien

biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan mungkin

terdapat pembengkakan supra orbita. Demam,sakit kepala yang hebat pada

siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman

berkurang.

4

Page 5: BAB 1 sinus

4. Sinusitis sphenoid akut

Pada sinusitis sfenodalis rasa nyeri terlokalisasi di vertex, oksipital,

di belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun penyakit ini lebih

lazim menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi

satu dengan gejala infeksi sinus lainnya. Gejalanya nyeri di bola mata,

sakit kepala, ingus di nasofaring

5. Sinusitis Kronis

Gejalanya pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-

kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ

lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan

sering demam.

2.4 Klasifikasi

Secara klinis sinusitis dibagian atas:

1. Sinusitis akut Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung

selama 3 minggu. Macam-macam sinusitis akut : sinusitis maksila akut,

sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.

2. Sinusitis subakut

3. Sinusitis Kronis Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung

selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan

bahkan bertahun-tahun.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis

1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), segala sesuatu

yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan

sinusitis.

5

Page 6: BAB 1 sinus

2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering

menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan

molar)

2.5 Pemeriksaan Penunjang.

1. Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada

sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak

mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid

posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.

2. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

3. Transiluminasi (diaphanoscopia), sinus yang sakit akan menjadi suram

atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus

yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.

4. X Foto sinus paranasalis

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior

dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau

batas cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.

Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya

terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan

kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja.

Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal

dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi

lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.

5. Pemeriksaan CT –Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat

dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada

sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan

6

Page 7: BAB 1 sinus

homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal,

penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-

hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :

a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin,

homogen, pada pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans.

Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila

kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran

air-fluid level.

b. Polip yang mengisi ruang sinus

c. Polip antrokoanal

d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-

angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan

gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah

dan kadang-kadang pengapuran perifer.

6. Pemeriksaan di setiap sinus

a. Sinusitis maksila akut

Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-

kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung.

Mukosa hidung tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis).

Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.

Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam

mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila

yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus

maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk

diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus

maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral ).

7

Page 8: BAB 1 sinus

b. Sinusitis etmoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung

edema dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di

sinus etmoid.

c. Sinusitis frontal akut

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan

di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam,

akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal,

dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis.

Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal

berselubung.

d. Sinusitis sfenoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.

2.6 Komplikasi

1. Kelainan pada Orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang

tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis

akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat

orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita juga. Pada komplikasi ini

terdapat lima tahapan :

a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan.

Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya.

Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea

yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada

kelompok umur ini.

8

Page 9: BAB 1 sinus

b. Selulitis orbita

Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita

namun pus belum terbentuk.

c. Abses subperiosteal

Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita

menyebabkan proptosis dan kemosis.

d. Abses orbita

Pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap

ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang

lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering

dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga

proptosis yang makin bertambah.

e. Thrombosis sinus kavemosus

Akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus

kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.

2. Kelainan intracranial

a. Meningitis akut

Salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis

akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran

vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding

posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem

sel udara ethmoidalis.

b. Abses dura

9

Page 10: BAB 1 sinus

Kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering

kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga

pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul

mampu menimbulkan tekanan intra kranial.

c. Abses subdural

Kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan

otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

d. Abses otak

Setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi,

maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

3. Osteitis dan Osteomylitis.

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada

tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat

sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.

4. Mukokel

Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus,

kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut

sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat

membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista

ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra

nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista

dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan

saraf didekatnya.

5. Pyokokel.

10

Page 11: BAB 1 sinus

Mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel

meskipun lebih akut dan lebih berat.

2.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Mediis.

a. Drainage

b. Dengan pemberian obat, yaitu:

Dekongestan local : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak).

Dekongestan oral : Psedo efedrin 3 X 60 mg.

c. Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu :

Ampisilin 4 X 500 mg

Amoksilin 3 x 500 mg

Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1 tablet

Diksisiklin 100 mg/hari.

d. Pemberian obat simtomatik

parasetamol, metampiron 3 x 500 mg.

e. Untuk Sinusitis kronis bisa dengan

Cabut geraham atas bila penyebab dentogen

2. Penatalaksanaan Pembedahan

Pencucian sinus paranasal :

a. Pada sinus maksila

Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan

larutan garam fisiologis.

b. Pada sinus frontal, etmoid dan sfenoid

11

Page 12: BAB 1 sinus

Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz.

Pembedahan, dilakukan :

a. Bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap

kental.

b. Bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.

Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan)

dengan CT scan.

Macam pembedahan sinus paranasal

1. Sinus maksila

Antrostomi, yaitu membuat saluran antara rongga hidung dengan

sinus maksila di bagian lateral konka inferior. Gunanya ialah

untuk mengalirkan nanah dan ingus yang terkumpul di sinus

maksila.

Operasi Caldwell-Luc yaitu operasi dengan membuka sinus

maksila, dengan menembus tulang pipi.

2. Sinus etmoid

Pembedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat

dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dengan membuat insisi

di batas hidung dengan pipi (ekstranasal).

Etmoidektomi intranasal

Etmoidektomi ekstranasal

Insisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. Di

daerah itu sinus etmoid dibuka, kemudian dibersihkan.

3. Sinus frontal

12

Page 13: BAB 1 sinus

Pembedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi

Killian. Insisi dibuat seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal,

tetapi kemudian diteruskan ke atas alis. Seringkali pembedahan untuk

membuka sinus frontal dilakukan bersama dengan sinus etmoid, yang

disebut fronto-etmoidektomi.

4. Sinus sfenoid

Pembedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini

ialah dengan memakai endoskop. Biasanya bersama dengan

pembersihan sinus etmoid dan muara sinus maksila serta muara sinus

frontal, yang disebut Bedah Endoskopi Sinus

Fungsional( FESS=functional endoscopic sinus surgery) tanpa

melakukan insisis di kulit muka.

2.8 Web of Causation

Terlampir

13

Page 14: BAB 1 sinus

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis

kelamin, status perkawinan.

b. Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan.

c. Riwayat penyakit saat ini

Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam,

pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman

berkurang.

d. Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah menderita penyakit akut dan

perdarahan hidung atau trauma.

Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT.

Klien pernah menderita sakit gigi geraham.

14

Page 15: BAB 1 sinus

e. Pemeriksaan fisik

Pernafasan B1 (breath)

Bentuk dada normal, pola napas tidak teratur, suara napas ronkhi,

sesak napas, retraksi otot bantu napas, alat bantu pernapasan.

Kardiovaskular B2 (blood)

Irama jantung : regular, akral : hangat

Persyarafan B3 (brain)

Ada gangguan penciuman, gelisah.

Perkemihan B4 (bladder)

Tidah ada keluhan pada sistem perkemihan.

Pencernaan B5 (bowel)

Nafsu makan menurun.

Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

Kondisi tubuh: kelelahan

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Jalan nafas tidak efetif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret yang

mengental.

2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.

3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan

manurun sekunder dari peradangan dengan sinus.

15

Page 16: BAB 1 sinus

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri

sekunder akibat peradangan hidung.

6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang

penyakit dan prosedur tindakan medis ( irigasi sinus / operasi ).

3.3 Intervensi

1 Diagnosa 1 : Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obstruksi / adanya secret yang mengental.

Tujuan : bersihan jalan nafas menjadi efektif setelah secret

dikeluarkan.

Kriteria hasil :

- Respiratory Rate 16-20x/menit

- Tidak ada suara nafas tambahan

- Ronkhi (-)

- Dapat melakukan batuk efektif

Intervensi

a. Kaji penumpukan secret yang ada

R: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya

b. Observasi tanda-tanda vital.

R: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi

c. Ajarkan batuk efektif

R: Mengeluarkan sekret di jalan napas

16

Page 17: BAB 1 sinus

d. Koaborasi nebulizing dengan tim medis untuk pembersihan secret

R: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret.

e. Evaluasi suara napas, karakteristik sekret, kemampuan batuk

efektif

R: Ronkhi (-) mengindikasikan tidak ada cairan/sekret pada paru,

jumlah, konsistensi, warna sekret dikaji untuk tindakan selanjutnya

2 Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.

Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi

oleh klien

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau

dapat diadaptasi

- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau

menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau

teradaptasi.

Intervensi :

a. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4

R: Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji

menggunakan skala nyeri, sehingga dapat dilakukan tindakan

yang sesuai.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan

posisi yang nyaman.

R: Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan

meningkatkan kenyamanan.

17

Page 18: BAB 1 sinus

c. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi

R: Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan

perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan

d. Kolaborasi analgesic

R: Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang

e. Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien, 30 menit

setelah pemberian analgesik untuk mengkaji efektivitasnya dan

setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.

R: Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang

objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan

melakukan intervensi yang tepat.

3 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu

makan manurun sekunder akibat peradangan dengan sinus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat

Kriteria hasil :

- Antropometri: berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan,

lingkar lengan

- Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl

Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)

- Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak

jarang dan merah

- Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan

bertambah

Intervensi

a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

18

Page 19: BAB 1 sinus

R: Mengetahui kekurangan nutrisi klien.

b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.

R: Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan

memotivasi untuk meningkatkan pemenuhan nutrisi.

c. Mencatat intake dan output makanan klien.

R: Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien

d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan

yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.

R: Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu

klien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia,

tinggi, berat badannya.

e. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi sering.

R: Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang

berlebihan pada lambung.

f. Menyarankan kebiasaan untuk oral hygine sebelum dan sesudah

makan

R: Meningkatkan selera makan klien.

3.4 Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana keperawatan

dilakukan sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria

keberhasilan pada tujuan rencana keparawatan. Dengan demikian evaluasi

dapat dilakukan sesuai dengan kriteria / susunan rinci ditulis pada lembar

catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R ( Data subyek, Obyek,

Asesment, Implementasi, Evaluasi, Revisi).

19

Page 20: BAB 1 sinus

DAFTAR PUSTAKA

Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung tenggorok Kepala dan Leher. FKUI: Jakarta

Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC: Jakarta

Ghorayeb B. Sinusitis. 2009. Dalam Otolaryngology Houston. Diakses dari

www.ghorayeb.com/AnatomiSinuses.html

Wikipedia. Sinusitis. Diakses dari www.wikipedia.org/wiki/sinusitis

20