S1-2014-282545-chapter1

27
1 BAB BAB BAB BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. A. A. A.Latar Latar Latar Latar Belakang Belakang Belakang Belakang Humas kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan organisasi atau perusahaan. Di banyak perusahaan, humas sudah mulai memperoleh tempat yang cukup baik dalam struktur organisasi (Putra, 2008: 1). Beberapa praktisi humas bekerja hanya pada satu organisasi. Sementara beberapa lainnya bekerja pada agensi humas. Praktisi humas bekerja untuk bisnis, pemerintah, organisasi perdagangan, sekolah, universitas, rumah sakit, hotel dan sebagainya. Mereka bekerja untuk organisasi berskala besar maupun kecil (Grunig, 2001). Grunig (2001) menuturkan dalam pidatonya yang berjudul "The Role of Public Relations in Management and Its Contribution to Organizational and Societal Effectiveness" bahwa seorang praktisi humas lebih dibekali teknik daripada teori. Beberapa praktisi humas telah menguasai sejumlah teknik. Praktisi humas mengetahui bagaimana menangani media coverage, menyiapkan press releases, menulis pidato, mendesain brosur, memproduksi video news releases, melobi perwakilan dalam kongres, menjadwalkan event spesial, atau menyiapkan laporan tahunan. Selain itu, praktisi humas juga menangani komunikasi melalui media massa. Sebagian besar percaya bahwa mereka dapat merangkul orang dalam jumlah besar hanya dengan publisitas. Organisasi yang mempekerjakan humas juga percaya bahwa mereka dapat membuat banyak orang berperilaku sesuai dengan kemauan organisasi melalui image yang mereka tampilkan dalam media. Praktisi humas membantu publik mengkonstruksi image positif mengenai organisasi (Grunig, 2001). Demikian, humas diakui sebagai salah satu unsur penting dalam mencapai keberhasilan organisasi. Diakui pula humas merupakan bagian vital dari proses komunikasi yang dijalankan oleh sebuah lembaga baik itu lembaga ekonomi, sosial, dan pemerintah karena humas membantu menyeimbangkan kepentingan organisasi dengan kepentingan publik

description

jghf

Transcript of S1-2014-282545-chapter1

  • 1BABBABBABBAB IIII

    PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

    A.A.A.A.LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang

    Humas kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan organisasi atau

    perusahaan. Di banyak perusahaan, humas sudah mulai memperoleh tempat yang

    cukup baik dalam struktur organisasi (Putra, 2008: 1). Beberapa praktisi humas

    bekerja hanya pada satu organisasi. Sementara beberapa lainnya bekerja pada

    agensi humas. Praktisi humas bekerja untuk bisnis, pemerintah, organisasi

    perdagangan, sekolah, universitas, rumah sakit, hotel dan sebagainya. Mereka

    bekerja untuk organisasi berskala besar maupun kecil (Grunig, 2001).

    Grunig (2001) menuturkan dalam pidatonya yang berjudul "The Role of Public

    Relations in Management and Its Contribution to Organizational and Societal

    Effectiveness" bahwa seorang praktisi humas lebih dibekali teknik daripada teori.

    Beberapa praktisi humas telah menguasai sejumlah teknik. Praktisi humas

    mengetahui bagaimana menangani media coverage, menyiapkan press releases,

    menulis pidato, mendesain brosur, memproduksi video news releases, melobi

    perwakilan dalam kongres, menjadwalkan event spesial, atau menyiapkan laporan

    tahunan.

    Selain itu, praktisi humas juga menangani komunikasi melalui media massa.

    Sebagian besar percaya bahwa mereka dapat merangkul orang dalam jumlah besar

    hanya dengan publisitas. Organisasi yang mempekerjakan humas juga percaya bahwa

    mereka dapat membuat banyak orang berperilaku sesuai dengan kemauan organisasi

    melalui image yang mereka tampilkan dalam media. Praktisi humas membantu publik

    mengkonstruksi image positif mengenai organisasi (Grunig, 2001). Demikian, humas

    diakui sebagai salah satu unsur penting dalam mencapai keberhasilan organisasi.

    Diakui pula humas merupakan bagian vital dari proses komunikasi yang dijalankan

    oleh sebuah lembaga baik itu lembaga ekonomi, sosial, dan pemerintah karena humas

    membantu menyeimbangkan kepentingan organisasi dengan kepentingan publik

  • 2organisasi.

    Secara garis besar humas menurut The International Public Relations

    Association (dalam Sukendro, 2009: 7) bertanggungjawab membantu manajemen

    memberikan tanggapan terhadap opini publik, menetapkan tanggungjawab

    manajemen untuk melayani kepentingan umum, membantu manajemen

    memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini,

    dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai

    sarana utama.

    Salah satu organisasi yang memerlukan humas dalam pelaksanaan tugas-tugasnya

    adalah rumah sakit. Menurut data Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian

    Kesehatan (Kemenkes) per Mei 2012, jumlah rumah sakit di Indonesia sudah

    mencapai 1.959 unit. Rumah Sakit Pemerintah sebanyak 785 unit, yang terdiri dari

    Kemenkes sebanyak 40 unit, Pemerintah Provinsi 88 unit, Pemerintah Kabupaten

    423 unit, Pemerintah Kota 89 unit, Kementerian lain 2 unit, TNI 109 unit, dan Polri

    34 unit. Sedangkan Rumah Sakit Swasta non profit 699 unit, swasta privat 403 unit,

    dan BUMN 77 unit (Meryana, 2012).

    Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan haruslah memberikan

    pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit memiliki

    kewajiban meningkatkan mutu pelayanannya. Pemerintah telah membuat kebijakan

    berkaitan dengan peningkatan mutu yang harus dijalankan rumah sakit. Kebijakan

    tersebut tertuang dalam UU nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, dimana

    dalam pasal 40 tercantum bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit

    wajib dilakukan akreditasi secara berkala, minimal tiga tahun sekali. Proses

    akreditasi ini dilaksanakan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam negeri

    seperti halnya Komisi Akreditasi Rumah Sakit maupun dari luar negeri seperti

    Joint Commission International sesuai dengan standar akreditasi yang berlaku.

    Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan dr Supriyantoro, Sp.P MARS dalam

    acara Workshop Akreditasi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan RI dengan Standar

    Internasional, menambahkan bahwa untuk menjawab tantangan era globalisasi dan

  • 3pasar bebas yang menuntut peningkatan standar mutu dalam berbagai pelayanan,

    termasuk pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan bermutu tinggi di rumah

    sakit menjadi hal yang mutlak. Hal ini agar rumah sakit dapat berkompetisi baik di

    tingkat regional, nasional maupun internasional serta dapat meningkatkan

    kepercayaan masyarakat sehingga dapat mengurangi keinginan masyarakat berobat

    ke luar negeri dan mencegah keluarnya devisa negara (Rosdiyansah, 2012).

    Saat ini, sembilan rumah sakit di Indonesia telah menyandang gelar rumah sakit

    berakreditasi internasional, yaitu RS Siloam Gleneagles Karawaci Banten, RS

    Santosa Bandung, RS Eka Bumi Serpong Damai Tangerang, RS Gatot Subroto, RS

    Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, RSUP Sanglah Bali, RS Bintaro Premier

    Tangerang, dan RS Premier Jatinegara Jakarta Timur. RS Santosa menjadi rumah

    sakit pertama di Jawa Barat yang mendapatkan akreditasi dari Joint Commission

    International (JCI) yang berpusat di Amerika Serikat, dengan hasil yang

    menggembirakan yaitu tingkat kepatuhan terhadap standar internasional mencapai

    lebih dari 97%. Hal inilah yang kemudian mendorong RSUP Dr Sardjito, salah satu

    rumah sakit besar di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meraih gelar rumah sakit

    berakreditasi internasional. RSUP Dr Sardjito merupakan rumah sakit umum

    berstandar nasional yang terakreditasi ISO 9001/2008. RSUP Dr Sardjito

    dilengkapi dengan beragam fasilitas, seperti 29 instalasi dengan 750 bed dan 23

    staf medis fungsional yang akan memberikan pelayanan berbasis kepuasan

    pelanggan (Humas RSUP Dr Sardjito, 2013).

    Dalam upayanya meraih gelar rumah sakit berakreditasi internasional, RSUP Dr

    Sardjito melakukan berbagai kegiatan seperti pembentukan kepanitiaan persiapan

    akreditasi, seminar penyuluhan, workshop akreditasi, dan lain sebagainya.

    Tentunya dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut RSUP Dr Sardjito

    mengerahkan kinerja seluruh satuan kerja di dalamnya. Setiap jabatan yang

    dipegang oleh satuan kerja rumah sakit memiliki peranan penting guna

    mensukseskan proses penilaian ini termasuk bagian humas RSUP Dr Sardjito.

  • 4Humas berdasarkan ranahnya memiliki peran dalam beberapa standar. Dalam

    proses akreditasi rumah sakit sendiri, JCI mempunyai kriteria penilaian tersendiri.

    Secara garis besar JCI mempunyai 14 komponen standar yang terbagi menjadi dua

    fokus utama, yaitu fokus pada pasien dan fokus pada manajemen pelayanan

    kesehatan. Peran humas salah satunya dapat dilihat dalam pelaksanaan standar

    yang memerlukan publikasi. Salah satu komponen standar yang mengharuskan

    adanya publikasi berupa leaflet adalah Patient Family Right (PFR). Dalam hal ini

    tujuan dicetaknya leaflet adalah untuk mengedukasi pasien dan keluarga mengenai

    hak dan kewajiban mereka sebagai pasien dan keluarga. Selain dalam standar PFR,

    humas RSUP Dr Sardjito juga berperan dalam standar Management of

    Communication and Information (MCI). Humas akan bertanggungjawab pada

    pengelolaan komunikasi dan informasi. Humas RSUP berperan dalam proses

    produksi media komunikasi dan sosialisasi informasi.

    Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa humas RSUP Dr Sardjito memiliki

    peran penting dalam proses akreditasi ini. Berbagai kegiatan yang dijalankan

    rumah sakit sebagai upaya meraih gelar rumah sakit berakreditasi internasional ini

    nantinya akan berkenaan dengan peran yang dijalankan humas. Penelitian ini

    berusaha untuk memberikan gambaran mengenai peran dan kontribusi humas

    RSUP Dr Sardjito dalam berbagai kegiatan yang dijalankan rumah sakit sebagai

    upaya meraih gelar rumah sakit berakreditasi internasional.

    B.B.B.B.RumusanRumusanRumusanRumusanMasalahMasalahMasalahMasalah

    Bagaimana peran Humas RSUP Dr Sardjito dalam upaya meraih gelar rumah

    sakit berakreditasi internasional oleh Joint Commission International (JCI)?

    C.C.C.C.TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    Untuk mengetahui peran dan kontribusi Humas RSUP Dr Sardjito dalam upaya

    meraih gelar rumah sakit berakreditasi internasional oleh Joint Commission

  • 5International (JCI).

    D.D.D.D.ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    1. Bagi akademisi

    a. Meningkatkan pengetahuan mengenai implementasi serta peran humas rumah

    sakit dalam upaya meraih gelar rumah sakit berakreditasi internasional.

    2. Bagi perusahaan

    a. Menjadi bahan kajian dan pertimbangan bagi RSUP Dr Sardjito guna

    meningkatkan kinerja humas RSUP Dr Sardjito.

    b. Memberikan alternatif solusi dan masukan yang bermanfaat bagi pihak humas

    RSUP DR Sardjito terhadap masalah yang dihadapi ketika proses akreditasi

    pada RSUP Dr Sardjito berlangsung.

    E.E.E.E.KerangkaKerangkaKerangkaKerangka PemikiranPemikiranPemikiranPemikiran

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori sesuai dengan topik

    penelitian. Teori akan digunakan sebagai landasan pemikiran dalam

    mengelompokkan data dan menganalisis data temuan di lapangan nanti. Pertama,

    hubungan masyarakat berisi definisi, fungsi, dan peran hubungan masyarakat.

    Kedua, hubungan masyarakat dalam organisasi pelayanan kesehatan yang berisi

    fungsi dan peran hubungan masyarakat dalam organisasi rumah sakit. Ketiga,

    akreditasi dalam rumah sakit yang berisi jenis akreditasi dan akreditasi oleh JCI itu

    sendiri. Peneliti memaparkan secara runtut tiga pemikiran tersebut sehingga akan

    muncul kerangka pemikiran yang saling berhubungan.

    1.1.1.1. HubunganHubunganHubunganHubunganMasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat

    Sebuah organisasi memiliki hubungan interdependensi dengan lingkungan

    organisasi. Oleh karena itu, organisasi dibebani tanggungjawab sosial yaitu harus

    dapat menerima amanat dari publik, berkomunikasi dengan publik yang beragam,

  • 6dan berintegrasi dengan komunitas yang akan dilayani. Disinilah kemudian

    muncul humas dengan tugasnya yaitu membantu organisasi untuk menyesuaikan

    diri dan beradaptasi dengan lingkungannya melalui komunikasi strategis. Humas

    juga akan membantu organisasi agar lebih proaktif pada lingkungannya.

    Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli guna menangkap esensi dari

    humas dengan menyebutkan aktivitas-aktivitas utama dalam prakteknya. Public

    Relations Society of America (PRSA) berusaha memberikan definisi bidang ini

    kepada masyarakat yakni, pengertian humas yang menekankan kontribusi humas

    terhadap masyarakat, Public Relations is a strategic communications process

    that builds mutually beneficial relationships between organizations and their

    publics. Definisi ini lebih fokus pada humas sebagai suatu proses komunikasi

    dan menekankan hubungan yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, humas

    harus mampu menyelaraskan kepentingan kedua belah pihak melalui proses

    komunikasi yang strategis.

    Selain itu, Long dan Hazelton (dalam Wilcox dan Cameron, 2009: 6)

    merumuskan definisi humas modern yaitu, Public Relations as communication

    function of management through which organizations adapt to, alter, or maintain

    their environment for the purpose of achieving organizational goals.

    Pendekatan dengan konsep ini menginterpretasikan bahwa kegiatan humas lebih

    dari sekedar tindakan persuasif. Komunikasi dua arah dan pemahaman satu sama

    lain mengartikan bahwa tidak hanya target audiens (publik) saja yang mengubah

    attitude dan behavior dalam prosesnya, tetapi juga organisasinya.

    Definisi humas lainnya diungkapkan melalui keberadaan humas dalam

    organisasi. Putra (1999: 8) menjelaskan lebih jauh keberadaan humas dengan

    membedakannya menjadi :

    a. Fungsi manajemen

    ... humas berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pada tingkat manajemen.

    Hal ini berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi menyusun kebijakan

  • 7sehingga memperlihatkan sebuah kinerja yang bertanggungjawab.

    Ini menunjukan bahwa humas bukan alat manajemen yang dapat

    diadakan, dipindah, dan ditiadakan, melainkan fungsi yang melekat menjadi

    satu dengan manajemen.

    b.Fungsi komunikasi

    humas sebagai fungsi komunikasi penting dipahami bahwa, kegiatan

    utama pada humas adalah melakukan komunikasi. Maka dikatakan, humas

    sebagai fungsi staf khusus yang memahami para pemimpin organisasi,

    khususnya yang membantu organisasi dalam berkomunikasi dengan

    publiknya.

    Banyaknya definisi tentang humas tersebut mendorong beberapa ahli untuk

    memberikan rumusan yang memudahkan mengenal humas. Black misalnya,

    menyatakan bahwa istilah humas dapat dirangkum dalam kata kunci yakni

    reputation, perceptions, credibility, confidence, harmony, dan seeking mutual

    understanding. Sementara Wilcox, Ault, dan Agee (dalam Putra, 1999: 3),

    menyarankan penggunaan sejumlah kata kunci untuk mengingat definisi humas

    yang beraneka ragam tersebut. Sejumlah kata kunci yang dimaksud adalah:

    a. Deliberate (sengaja)

    Kegiatan humas pada dasarnya adalah kegiatan yang disengaja atau

    intentional. Publik adalah segala-galanya bagi perusahaan. Tak heran jika

    perusahaan akan menjamu dan melayani publik dengan sebaik-baiknya.

    b. Planned (terencana)

    Kegiatan humas adalah kegiatan yang terorganisir rapi, terencana, harus

    sistematis dan dilakukan melalui analisis yang cermat dengan bantuan riset.

    c. Performance (kinerja)

    Humas yang efektif harus didasarkan pada kebijakan dan penampilan

    yang sesungguhnya. Dengan kinerja yang baik dan berkualitas, maka citra

    serta kredibilitas perusahaan juga akan turut gemilang.

  • 8d. Public interest (kepentingan publik)

    Alasan mendasar dari kegiatan humas adalah untuk memenuhi

    kepentingan publik, tidak hanya untuk membantu organisasi meningkatkan

    keuntungan. Idealnya, kegiatan humas harus dapat menyeimbangkan

    keuntungan antara perusahaan dengan publiknya.

    e. Two ways communication (komunikasi dua arah)

    Kegiatan humas dikembalikan pada makna komunikasi sesungguhnya

    yaitu pertukaran informasi antara pihak-pihak yang berhubungan satu sama

    lain.

    f. Management function (fungsi manajemen)

    Kegiatan humas meliputi kegiatan konseling dan pemberian saran kepada

    pihak-pihak lain. Humas juga berperan dalam proses pengambilan

    keputusan perusahaan dan ikut terlibat mengarahkan arah pergerakan

    perusahaan.

    Selain itu, guna memahami humas lebih lanjut juga dapat dilihat melalui

    fungsi humas dalam sebuah organisasi. Fungsi humas merupakan harapan publik

    terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh humas sesuai dengan

    kedudukannya sebagai seorang humas. Jadi, humas dikatakan berfungsi apabila

    dia mampu melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik.

    Canfield (1964: 6) menyebutkan humas mengemban tiga fungsi, yaitu :

    a. Praktisi humas harus dapat menciptakan, membina serta memelihara

    hubungan baik dengan publiknya baik itu internal maupun eksternal.

    b. Sebagai perantara antara pimpinan dan publiknya, praktisi humas harus

    dapat membina komunikasi yang terarah dan efektif.

    c. Praktisi humas harus menjadi teladan dan panutan dengan cara menjaga

    wibawa, moral, dan tingkah laku.

    Dari fungsi humas tersebut, dapat dipahami pula kontribusi atau peran humas

    dalam organisasi. Peran humas dalam organisasi merujuk pada praktek humas

  • 9yang didasarkan pada capaian-capaian yang telah diperoleh praktisi humas

    dalam setting organisasi. Dozier (dalam Putra, 2008: 18) menjelaskan bahwa

    peranan praktisi humas merupakan salah satu kunci untuk pemahaman fungsi

    humas dan komunikasi organisasi. Peranan praktisi humas juga merupakan salah

    satu kunci untuk pengembangan pencapaian profesional dari praktisi humas.

    Artinya, hanya dengan peran manajer realisasi humas yang profesional dapat

    tercapai. Grunig & White (dalam Bartlett, 2005) menambahkan bahwa peran

    humas, seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, terikat untuk memahami dan

    menjelaskan perilaku. Cutlip, Center dan Broom (2006: 46) mengkategorikan

    empat peran humas, antara lain :

    a. Expert Prescriber (Penasehat Ahli)

    Praktisi humas dengan pengalaman dan keterampilan yang dimiliki,

    membantu manajemen untuk mencari solusi penyelesaian masalah yang

    dihadapi oleh organisasi. Manajemen percaya bahwa sebagai ahli, praktisi

    humas akan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang

    dihadapinya sehingga manajemen menjadi pasif dan menerima apa yang

    telah diusulkan praktisi humas.

    Organisasi dengan publik yang luas dan memiliki banyak ancaman

    membutuhkan peranan expert prescriber. Organisasi sering menghadapi

    masalah atau krisis karenanya dibutuhkan humas yang mampu mendeteksi

    kemungkinan timbulnya krisis, membuat perencanaan pencegahan atau

    penyelesaian, serta melaksanakan evaluasi. Ini dapat ditemui di perusahaan

    penerbangan, perusahaan-perusahaan dengan produk atau jasa strategis

    seperti listrik, gas, bahan bakar, dan lainnya.

    b. Communication Facilitator (Fasilitator Komunikasi)

    Humas membantu manajemen menciptakan kesempatan-kesempatan

    untuk mendengar apa kata publik. Selain itu, praktisi humas juga dapat

    menciptakan peluang agar publik penting seperti konsumen, karyawan,

  • 10

    warga komunitas, dapat mengetahui atau mendengar apa yang diharapkan

    manajemen.

    Humas berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki

    peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan

    aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang

    seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan

    organisasi.

    Melalui peran ini humas menjadi paham spirit setiap program baik

    motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, Humas

    mendukung perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis

    dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala

    sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan program. Humas

    dimasukkan sebagai tim manajemen karena mampu menunjukkan

    kemampuan dan nilai dalam membantu manajemen menangani serta

    menyelesaikan permasalahan. Peran communication facilitator dijalankan

    oleh organisasi yang memiliki lingkungan luas namun tidak mengancam

    atau ancamannya rendah bahkan tidak ada ancaman. Ini dapat ditemui di

    lembaga pendidikan dan beberapa lembaga pemerintahan.

    c. Problem-Solving Facilitator (Fasilitator Proses Pemecahan Masalah)

    Humas membantu kerja manajemen melalui kerjasama dengan bagian

    lain dalam organisasi guna menemukan pemecahan masalah secara

    memuaskan. Humas merupakan bagian dari tim manajemen yang

    membantu organisasi dan para pimpinannya melalui proses penyelesaian

    masalah secara rasional.

    Para pelaku peran ini juga menempatkan dirinya sebagai sumber

    informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai

    wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara

    dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus,

  • 11

    membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan

    masalah yang berhubungan dengan komunikasi. Humas menjadi boundary

    spanner antara perusahaan dan publiknya. Humas bekerja di bawah asumsi

    bahwa two ways communication mampu meningkatkan kualitas

    pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur,

    kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah

    pihak.

    Organisasi dengan lingkungan sederhana namun penuh ancaman

    tentunya akan mengalami banyak permasalahan. Oleh karena itu,

    dibutuhkan peranan problem-solving facilitator. Contoh masalah yang

    sering dihadapi adalah konflik tenaga kerja, peraturan pemerintah yang

    menghambat, dan persaingan yang tidak sehat. Contoh lembaga yang

    mengalaminya adalah lembaga keuangan dan asuransi, biro konsultasi

    humas, perusahaan marketing communication dan lainnya.

    d. Communication Technician (Teknisi Komunikasi).

    Humas menyediakan layanan teknis komunikasi untuk organisasi

    sehingga kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. Humas

    diarahkan untuk berperan menulis news letter, in house journal, news

    release, feature, dan lain sebagainya. Biasanya praktisi dalam peran ini

    tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan karena tidak dilibatkan

    dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Sedangkan keputusan

    untuk teknis komunikasi yang harus dijalankan ditentukan oleh pihak lain

    dalam organisasi. Peran humas ini lebih ke arah penulisan tools dan

    mengimplementasikan program. Humas sebagai "the last to know".

    Communication technician dibutuhkan oleh organisasi yang cenderung

    stabil dengan ancaman lingkungan yang rendah. Artinya, lingkungan

    organisasi yang sederhana dan tidak banyak ancaman akan menjadikan

    organisasi lebih stabil sehingga yang dibutuhkan hanyalah peran teknisi

  • 12

    humas. Ini sering ditemui pada lembaga non profit dan lembaga sosial

    (charity).

    Keempat peran tersebut kemudian dipilah lagi menjadi kedua kategori peran

    sebagaimana menurut pendapat Dozier (dalam Putra, 2008: 19), yaitu:

    a. Peran Manajer Komunikasi (The Communication Manager Role)

    Humas merangkum tiga peran yaitu expert prescriber, problem-solving

    facilitator, dan communication facilitator yang bertugas mengelola respon

    organisasi terhadap isu dan mencari solusi penyelesaian isu, memanfaatkan

    riset untuk segmentasi publik, mengembangkan goals dan objectives untuk

    bagian humas, riset evaluasi dan anggaran humas.

    b. Peran Teknisi Komunikasi (The Communication Technician Role)

    Teknisi humas menyediakan pelayanan teknis untuk implementasi

    program kehumasan seperti menulis dan menyunting, memproduksi media

    (cetak maupun audio-visual), fotografi, melakukan konferensi press dan

    mengatur peliputan media terhadap suatu event, menciptakan dan

    mengelola biro jubir.

    Hal yang sangat mendasar yang membedakan kedua peran humas tersebut

    adalah pada keterlibatan praktisi humas dalam proses pengambilan keputusan di

    tingkat korporat. Sebagai teknisi, praktisi humas tidak berpartisipasi dalam

    proses pengambilan keputusan manajemen. Sedangkan sebagai manajer, praktisi

    humas terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Lauzen (dalam

    Putra, 2008: 20), para praktisi yang menjalankan peranan manajerial, utamanya

    membuat keputusan kebijakan dan dianggap bertanggung jawab terhadap gagal

    atau berhasilnya sebuah program humas.

    Lebih lanjut peran humas dalam organisasi disampaikan dalam Penelitian

    Universitas Wisconcin dan Universitas San Diego yang menambahkan kedua

    peran di atas dengan dua peran lain. Dua peran humas tersebut, yaitu:

  • 13

    a. The Media Relation Role

    Humas melayani tugas-tugas manajer kelas atas dengan

    mengatasnamakan organisasi dalam setiap event dan pertemuan dengan

    pihak eksternal serta membuka kesempatan berkomunikasi dua arah antara

    manajer dengan publiknya.

    b. The Communication Liason Role

    Humas menjadikan bagian-bagian organisasi well-informed tentang apa

    yang dikerjakan oleh media, menjalankan peran komunikasi yang timbal

    balik dengan media, memproduksi media, dan menyebarkan pesan.

    Peran humas lainnya disampaikan oleh Waters (2007) dalam The Roles We

    Play: A Study of the Public Relations Roles Nonprofit Organizations' Board

    Members Play. Waters meneliti peran humas dengan mengevaluasi 48 aktivitas

    yang dijalankan dewan direksi dalam empat organisasi nirlaba yaitu Healthcare

    Organization, Child Welfare Organization, Arts Organization, dan Homeless

    Services Organization. 48 aktivitas tersebut dipilih berdasarkan literature review,

    wawancara dengan direktur eksekutif organisasi nirlaba, dan focus group yang

    dijalankan oleh dewan direksi. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat empat peran

    humas dalam organisasi nirlaba, yaitu:

    a. The Strategist

    Humas sebagai the strategist menggunakan perencanaan strategis dalam

    setiap aspek organisasi, termasuk komunikasi, outreach, dan penggalangan

    dana.

    b. The Connector

    Humas sebagai jembatan antara organisasi dan masyarakat. Humas

    berusaha menjangkau orang lain dalam masyarakat dan mengundang mereka

    untuk menjadi bagian dari organisasi. Sama seperti strategis, humas secara

    aktif terlibat dalam semua aspek kepemimpinan nirlaba. Salah satu kegiatan

    utama dari the connector adalah merekrut relawan dan anggota dewan baru.

    Selain itu, humas juga terlibat dalam advokasi kepada para pemimpin politik,

  • 14

    hosting acara penggalangan dana, dan memperkenalkan masyarakat untuk

    organisasi. Disebut sebagai the connector karena bertugas membawa orang

    lain ke dalam organisasi dan membuat orang lain itu terlibat dalam organisasi.

    c. The Financier

    Peran ini berfokus kuat pada uang sehingga diberi label "financier".

    Menurut riset, the financier dibagi menjadi dua. Pertama, financier beban

    positif akan berkaitan dengan kesehatan fiskal organisasi. Mereka menuntut

    laporan fiskal yang berkualitas dan secara aktif terlibat dalam strategi

    investasi organisasi. Selain itu, mereka terlibat dalam kegiatan penggalangan

    dana untuk memastikan bahwa organisasi aman secara finansial. Sementara

    financier dengan beban negatif menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan

    organisasi bukanlah suatu kegiatan dimana mereka harus berpartisipasi

    d. The Generalist

    Peran sebagai the generalist adalah melakukan penelitian dengan

    perencanaan strategis, menjangkau para pemangku kepentingan di masyarakat,

    dan membantu kampanye penggalangan dana. Salah satu kegiatan yang unik

    dalam peran ini yang diidentifikasi sebagai penting untuk keanggotaan dewan

    adalah terlibat dalam rapat secara rutin. Generalist menghargai pertemuan dan

    waktu. Mereka tidak hanya membaca semua bahan untuk pertemuan, tetapi

    mereka juga secara aktif berpartisipasi di dalamnya.

    Melihat keempat peran ini dapat disimpulkan bahwa keempat peran ini masih

    berhubungan dengan dua peran humas yang disampaikan sebelumnya, yaitu

    peran manajerial dan peran teknisi. Keempat peran humas ini masih berkutat

    pada peran humas dalam level manajerial dan level teknisi seperti proses

    perencanaan strategis yang termasuk pada level manajerial dan proses

    penggalangan dana yang termasuk pada level teknisi. Oleh karena itu, dalam

    penelitian ini konsep peran humas yang akan digunakan adalah konsep peran

    humas menurut Dozier. Hal ini terkait dengan humas yang pada dasarnya hanya

  • 15

    mengemban dua peran pokok meskipun aktivitas humas pada konsep peran

    humas lainnya memiliki istilah yang berbeda. Selain itu, konsep peran humas ini

    lebih mudah diaplikasikan di lapangan oleh obyek penelitian yaitu Humas RSUP

    Dr Sardjito.

    Terdapat satu hal kecil tetapi penting untuk diperhatikan dalam menerapkan

    peran humas yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan organisasi. Hal tersebut

    yaitu peran yang dijalankan oleh humas akan menjadi efektif jika para penentu

    jenis peran dan pelaksananya memahami bagaimana peran tersebut nantinya

    dapat membantu bertemunya tujuan yang hendak dicapai bagian humas dan

    keseluruhan hasil yang ingin dicapai organisasi. Selain peran humas menjadi

    efektif, humaspun dapat berperan secara maksimal untuk pencapaian

    keberhasilan organisasi.

    2.2.2.2. HumasHumasHumasHumas dalamdalamdalamdalam OrganisasiOrganisasiOrganisasiOrganisasi PelayananPelayananPelayananPelayanan KesehatanKesehatanKesehatanKesehatan

    Menurut Cutlip, Center, dan Broom (2006: 514) terdapat dua tantangan utama

    yang dihadapi oleh organisasi pelayanan kesehatan. Pertama, menurunnya

    pembayaran dari pihak ketiga (perusahaan asuransi, Health Maintenance

    Organizations, dan pemerintah). Pendapatan menurun ini berdampak pada

    pengurangan anggaran, pemecatan, dan mungkin dapat mempengaruhi

    kelangsungan hidup organisasi. Tantangan kedua adalah bertambahnya regulasi

    pemerintah atas rumah sakit dan sistem kesehatan. Beberapa regulasi bersifat

    wajib, sementara tidak ada pendanaan untuk mengimplementasikan perubahan

    yang diwajibkan tersebut.

    Untuk menghadapi kedua tantangan ini, para pemimpin organisasi pelayanan

    kesehatan berpaling pada humas dan marketing guna mendapatkan bantuan.

    Marketing mengidentifikasi apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konstituen

    rumah sakit dan membantu organisasi memenuhi kebutuhan dan keinginan itu

    secara efektif. Sebagaimana marketing, humas juga berkembang menjadi fungsi

  • 16

    manajemen penting yang diharapkan memberi kontribusi untuk untung-rugi

    organisasi. Dalam hal ini, humas dan marketing merupakan fungsi manajemen

    yang berbeda dengan hasil capaian yang berbeda. Namun mereka bekerjasama

    dengan kekuatan masing-masing untuk kelangsungan hidup organisasi.

    Faktor yang mendorong perkembangan humas dalam organisasi pelayanan

    kesehatan atau rumah sakit salah satunya adalah kompetisi untuk

    memperebutkan costumer (Cutlip, Center, dan Broom, 2000: 531). Pasien yang

    menggunakan jasa layanan kesehatan tidak lagi dianggap sebagai orang sakit

    tetapi sebagai pengguna jasa layanan kesehatan sehingga rumah sakit diharapkan

    lebih responsif terhadap keinginan dan kebutuhan pasien (customer).

    Perkembangan humas dalam industri pelayanan kesehatan juga didorong oleh

    pembiayaan rumah sakit yang semakin tinggi, merger antar rumah sakit dan

    organisasi pelayanan kesehatan dalam rangka memenangkan persaingan serta

    munculnya the third party dalam bidang pelayanan kesehatan, yakni perusahaan

    asuransi (Cutlip, Centre, dan Broom, 2000: 529-530)

    Oleh karena itu, menurut Cutlip, Center dan Broom (2006: 514), praktisi

    humas dewasa ini harus memahami bisnis dan keuangan organisasi kesehatan,

    tahu isu-isu kesehatan, memiliki kemampuan berpikir dan menyusun rencana

    secara strategis, memiliki keahlian riset untuk memonitor persepsi konsumen,

    dan mampu bekerja sebagai bagian dari tim, terutama bersama marketing.

    Selain itu praktisi humas menurut PRSA (PRSA.org) harus dapat

    bertanggungjawab atas penanganan komunikasi internal dan eksternal untuk

    fasilitas perawatan kesehatan. Praktisi humas juga harus memiliki kemampuan

    komunikasi yang baik karena praktisi humas berinteraksi dengan dokter, perawat,

    manajemen, dan administrasi. Tanggungjawab lainnya adalah menulis publikasi

    internal, menangani panggilan media, serta membuat berbagai materi untuk

    mempromosikan layanan yang ditawarkan pada fasilitas perawatan kesehatan.

    Anand dan Chakravarti (1981) menambahkan tanggungjawab humas rumah

  • 17

    sakit dengan mengidentifikasikan menjadi dua yaitu primer dan sekunder.

    Tanggungjawab primer humas rumah sakit adalah urusan gabungan antara wali

    yang dikuasakan (trustee), administrasi dan anggota humas yang bersangkutan.

    Sedangkan tanggungjawab sekunder humas terletak pada semua fungsionaris

    rumah sakit lainnya. Banyak pihak berwenang di dunia yang merasa bahwa

    dokter justru harus terlibat lebih aktif secara total pada upaya humas rumah sakit

    karena dokter adalah link yang layak dan terlihat langsung oleh pasien, keluarga,

    pengunjung, dan masyarakat.

    Cutlip, Center, dan Broom (1994: 469) kemudian mendefinisikan peran humas

    dalam organisasi pelayanan kesehatan, yakni humas berperan dalam membangun

    dan memelihara hubungan baik dengan publik dalam rangka menjaga otonomi

    organisasi dan sumber daya yang diperlukan untuk meraih misi kemanusiaan

    mereka. Publik yang dimaksud meliputi karyawan, customer, dokter, media lokal

    dan nasional, kalangan eksekutif dan legislatif, komunitas lokal organisasi,

    kalangan pendidikan dan akademisi, pihak asuransi dan perbankan, dan

    kelompok-kelompok penekan.

    Rumah sakit membutuhkan kerjasama dengan konstituen pokok (konsultan,

    staff perawat, dokter, bagian pegawai administrasi, dan pasien) agar berhasil

    melakukan diagnosis penyakit maupun dalam rangka melakukan perawatan

    kesehatan (Black, 1993: 58). Hal ini ditegaskan oleh pendapat Anand dan

    Chakravarti (1981) bahwa dengan sistem humas yang baik rumah sakit tidak

    hanya mendapat nama baik tetapi juga membantu dalam pemulihan awal pasien.

    Oleh karena itu, staf rumah sakit dianggap perlu menyadari aspek ini dalam

    rangka mendapat dukungan penuh dan bantuan aktif.

    Masing-masing organisasi pelayanan kesehatan memiliki strategi yang

    berbeda dalam melakukan praktek kehumasan. Beberapa organisasi pelayanan

    kesehatan atau rumah sakit melakukan pendekatan integratif antara fungsi humas

    dengan marketing seperti diungkapkan Cutlip, Centre, dan Broom (2000: 531),

  • 18

    public relations in many hospital setting has assumed a marketing or

    integrated marketing communication orientation similar to that in business

    and industry. Namun demikian, dalam konteks rumah sakit seperti ditegaskan

    oleh Cutlip, Center, dan Broom (1994: 505) bahwa rumah sakit memerlukan

    baik itu humas maupun marketing mengingat mereka mencari hasil yang secara

    substansial berbeda.

    3.3.3.3. AkreditasiAkreditasiAkreditasiAkreditasi dalamdalamdalamdalam RumahRumahRumahRumah SakitSakitSakitSakit

    Rumah sakit, menurut WHO, Expert Committee on Organization of Medical

    Care, (Yaslis Ilyas, 1999) adalah bagian integral dari organisasi sosial dan

    kesehatan, yang fungsinya menghasilkan pelayanan kesehatan lengkap kepada

    masyarakat, baik kuratif maupun preventif dan pelayanan kesehatan pasien

    termasuk keluarga dan lingkungannya, serta menjadi pusat praktik tenaga

    kesehatan dan dapat pula menjadi sarana penelitian biososial.

    Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus mampu memberikan

    pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

    Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terakhir ini muncul istilah akreditasi

    untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah sakit. Menurut Komisi

    Akreditasi Rumah Sakit (KARS.or.id) akreditasi rumah sakit adalah suatu

    pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena

    telah memenuhi standar yang ditetapkan. Akreditasi rumah sakit merupakan

    upaya peningkatan mutu yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Akreditasi

    juga merupakan tanda pembeda atas kualitas pelayanan yang diberikan rumah

    sakit terhadap pasien (Armen &Azwar, 2013: 42).

    Sejak tahun 1993 telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan tentang standar

    pelayanan rumah sakit, dimana semua rumah sakit di Indonesia, baik rumah

    sakit pemerintah maupun swasta, wajib melaksanakan dan memenuhi standar

    pelayanan yang telah ditetapkan.

  • 19

    Dalam upaya mendukung peningkatan mutu pelayanan rumah sakit,

    Pemerintah membuat kebijakan dalam UU nomor 44 tahun 2009 tentang rumah

    sakit, dimana pada pasal 40 ayat 1 tercantum bahwa upaya peningkatan mutu

    pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala, minimal 3

    tahun sekali.

    Status akreditasi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Adapun

    hasil status akreditasi rumah sakit terdiri dari :

    a. Tidak akreditasi (gagal)

    b. Akreditasi bersyarat

    c. Akreditasi penuh

    d. Akreditasi istimewa.

    Status akreditasi ini dibuat berdasarkan temuan survei. Keputusan akreditasi

    ini juga didasarkan pada apakah rumah sakit telah memenuhi Kaidah Keputusan.

    Deskripsi Kaidah Keputusan dapat dilihat dalam Panduan Proses Survei dari

    lembaga pengakreditasi rumah sakit tersebut.

    Indonesia sendiri memiliki lembaga pengakreditasi berskala nasional yang

    bernama Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). KARS adalah lembaga

    independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural

    dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk

    pertama kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan diperbarui, yang

    terakhir diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :

    417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan

    fungsi melaksanakan akreditasi di Indonesia (KARS.or.id).

    Di Indonesia sendiri, Akreditasi Rumah Sakit pertama kali dilaksanakan pada

    tahun 1995, dengan 5 pelayanan, kemudian pada tahun 1998 bertambah menjadi 12

    pelayanan dan pada tahun 2001 menjadi 16 pelayanan. Namun dengan

    berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya

    masyarakat Indonesia dalam menilai mutu pelayanan kesehatan, maka dianggap

    perlu perubahan yang bermakna terhadap mutu rumah sakit di Indonesia.

  • 20

    Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan standar

    akreditasi rumah sakit yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional.

    Hal ini didukung dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan No.

    659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, serta SK Menteri

    Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga Akreditasi Rumah Sakit

    Bertaraf Internasional. Semua peraturan tersebut menunjukkan betapa besarnya

    perhatian pemerintah terhadap mutu pelayanan rumah sakit, sekaligus

    mengisyaratkan bahwa arah pengembangan mutu pelayanan rumah sakit adalah

    menuju kualitas pelayanan berstandar Internasional.

    Salah satu kelompok akreditasi internasional yang paling dikenal adalah Joint

    Commission International (JCI). JCI merupakan versi internasional dari The

    Joint Commission (USA). Selama lebih dari 75 tahun, The Joint Commission

    (USA) dan organisasi pendahulunya didedikasikan untuk meningkatkan kualitas

    dan keamanan pelayanan kesehatan. Kini The Joint Commission (USA)

    merupakan pemberi akreditasi terbesar di Amerika Serikat pada bidang

    organisasi pelayanan kesehatan. Lembaga ini menyurvei lebih dari 16.000

    program layanan kesehatan mealui proses akreditasi sukarela

    (jointcommissioninternational.org).

    JCI sendiri telah memeriksa dan mengakreditasi fasilitas perawatan kesehatan

    dan rumah sakit di luar Amerika Serikat sejak tahun 1999. Sama halnya dengan

    The Joint Commission (USA), JCI merupakan lembaga nirlaba nonpemerintah.

    JCI memiliki misi untuk memperbaiki mutu dan keselamatan pelayanan

    kesehatan pada masyarakat Internasional. Kegiatan dilakukan melalui proses

    akreditasi yang dirancang untuk meningkatkan budaya mutu dan keselamatan

    pasien di rumah sakit sehingga rumah sakit dapat senantiasa meningkatkan

    proses dan hasil pelayanan kesehatan (Humas RSUP Dr Sardjito, 2012).

    Standar JCI disusun berdasarkan dua fungsi utama yaitu fungsi menyediakan

    pelayanan bagi pasien dengan dukungan fungsi organisasi yang mengutamakan

  • 21

    keselamatan, keefektivitasan, dan pengelolaan yang baik (Humas RSUP Dr

    Sardjito, 2012). Standar tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Bagian I: Standar yang berfokus pada pasien (Patient Centered Standards)

    Bagian ini terdiri dari 8 komponen dan setiap komponen memiliki standar

    yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Delapan komponen tersebut adalah:

    a. IPSG- International Patient Safety Goal (Sasaran Internasional

    Keselamatan Pasien)

    b. CC- Access to Care and Continuity of Care (Akses Pelayanan dan

    Kesinambungan Pelayanan)

    c. PFR- Patient Family Right (Hak Pasien dan Keluarga)

    d. AOP- Assessment of Patient (Asesmen Pasien)

    e. COP- Care of Patient (Perawatan Pasien)

    f. ASC- Anesthesia and Surgical Care (Perawatan Anestesi dan Bedah)

    g. MMU- Medication Management and Use (Penggunaan dan Manajemen

    Obat-obatan)

    h. PFE- Patient and Family Education (Penyuluhan Pasien dan Keluarga

    Pasien)

    2. Bagian II: Standar Manajemen Organisasi Pelayanan Kesehatan (Care

    Organization Management Standards)

    Bagian ini terdiri dari enam komponen dengan standarnya masing-masing

    yang harus dipenuhi dalam pengelolaan rumah sakit. Enam komponen

    tersebut adalah:

    a. QPS- Quality Improvement and Patient Safety (Peningkatan Mutu dan

    Keselamatan Pasien)

    b. PCI- Prevention and Control Infection (Pencegahan dan Pengendalian

    Infeksi)

    c. GLD- Governance, Leadership, and Direction (Tata Kelola,

    Kepemimpinan, dan Pengarahan)

  • 22

    d. FMS- Facility Management and Safety (Manajemen dan Keamanan

    Fasilitas)

    e. SQE- Staff Qualification and Education (Kualifikasi dan Pendidikan

    Staff

    f. MCI- Management of Communication and Information (Manajemen

    Komunikasi dan Informasi)

    Standar di atas diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi di rumah sakit.

    JCI akan menilai kepatuhan rumah sakit dalam melaksanakan 14 standar tersebut.

    Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan berkewajiban untuk memantau, menilai

    serta mendorong rumah sakit untuk melaksanakan standar sehingga mutu

    pelayanan rumah sakit dapat dipertanggung-jawabkan.

    F.F.F.F. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka KonsepKonsepKonsepKonsep

    Penelitian ini berfokus pada peran humas dalam proses akreditasi rumah sakit.

    Dalam konsep peran humas, humas memainkan dua peranan yaitu peran manajerial

    dan peran teknisi. Dua konsep peran humas ini akan digunakan untuk menganalisis

    peran humas dalam komponen standar akreditasi rumah sakit oleh JCI.

    Akreditasi rumah sakit oleh JCI memiliki 14 komponen standar yang harus

    dipenuhi oleh rumah sakit. Standar disusun berdasarkan dua fungsi utama yaitu

    fungsi menyediakan pelayanan bagi pasien dengan dukungan fungsi organisasi

    yang mengutamakan keselamatan, keefektivitasan, dan pengelolaan yang baik.

    Standar diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi di rumah sakit dan dinilai

    berdasarkan kepatuhan rumah sakit dalam melaksanakan standar tersebut.

    Secara operasional, peran humas dalam akreditasi dapat dilihat dari kegiatan

    atau aktivitas yang dilakukan humas dalam proses akreditasi, yaitu:

    1. Peran manajerial

    a. Memiliki keterlibatan dalam proses perencanaan hingga pembuatan

    keputusan dalam komponen standar akreditasi.

  • 23

    b. Memberi masukan, pertimbangan dan saran kepada tim dalam proses

    pengambilan keputusan yang berkaitan dengan komponen standar.

    c. Melakukan riset dan evaluasi terhadap pelaksanaan komponen standar.

    d. Mengelola respon organisasi terhadap isu dan mencari solusi penyelesaian

    isu yang berkaitan dengan komponen standar.

    e. Menyusun anggaran humas yang berkaitan dengan komponen standar.

    2. Peran teknisi.

    a. Menjalankan program-program hasil implementasi kebijakan yang

    berdasarkan komponen standar.

    b. Memproduksi media seperti brosur dan poster berdasarkan pada komponen

    standar.

    c. Menyebarkan brosur dan memasang poster sebagai bentuk sosialisasi dan

    publikasi program.

    d. Melakukan dokumentasi kegiatan yang terkait dengan komponen standar.

    e. Bertindak sebagai juru bicara dalam konferensi pers terkait dengan

    komponen standar.

    G.G.G.G. MetodMetodMetodMetodologiologiologiologi PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    1.1.1.1. JenisJenisJenisJenis PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

    dilakukan untuk menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) data, dengan

    cara menjelaskan fenomena dengan pengumpulan data sedalam-dalamnya. Jenis

    penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang hanya memaparkan situasi dan

    peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji

    hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan

    Lincoln (2008: 3) merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah,

    dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

  • 24

    melibatkan berbagai metode yang ada.

    Penelitian dengan jenis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa

    kata-kata dan gambar dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video,

    dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Data yang

    sudah terkumpul tersebut kemudian akan dianalisis untuk menghasilkan sebuah

    kesimpulan.

    2.2.2.2. MetodeMetodeMetodeMetode PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Menurut Yin (2009:

    18) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di

    dalam konteks kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan

    konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan.

    Yin (2009: 9) juga menuturkan bahwa studi kasus juga lebih banyak berupaya

    menjawab pertanyaan how atau why, serta pada tingkat tertentu menjawab

    pertanyaan "what" dalam kegiatan penelitian.

    3.3.3.3. LokasiLokasiLokasiLokasi dandandandan ObyekObyekObyekObyek PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUP Dr Sardjito yang beralamatkan di

    Jalan Kesehatan No. 1 Sekip, Yogyakarta.

    Obyek penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh Humas

    RSUP Dr Sardjito dalam proses meraih akreditasi internasional oleh JCI.

    4.4.4.4. TeknikTeknikTeknikTeknik PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData

    Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif, penelitian ini akan

    menggunakan berbagai macam sumber data yaitu sumber data primer dan

    sekunder. Data primer berasal dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dan

    memahami objek penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan teori dan

    konsep dari literatur-literatur seperti pemikiran beberapa ahli, pakar komunikasi,

  • 25

    jurnal, kajian ilmiah, artikel di media cetak maupun elektronik serta arsip-arsip

    yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan teknik

    wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi.

    a. Wawancara mendalam

    Peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak humas RSUP Dr

    Sardjito yang terdiri dari kepala bagian, kepala sub bagian, dan staf humas

    lainnya. Hasil wawancara yang diperoleh meliputi pendapat dan informasi

    tentang proses akreditasi. Wawancara ini akan dilakukan secara mendalam

    dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide) sebagai acuan

    agar peneliti dapat melakukan wawancara secara terarah dan tidak

    menyimpang dari aspek-aspek relevan yang akan dibahas.

    b. Observasi

    Peneliti melakukan kunjungan ke RSUP Dr Sardjito selama proses

    persiapan akreditasi berlangsung. Peneliti mengamati peran humas pada

    level manajerial dan teknisi dalam proses akreditasi. Melalui pengamatan

    atau observasi secara langsung peneliti dapat memperoleh data yang tidak

    semuanya mampu diungkap secara detail melalui wawancara. Salah satunya

    seperti tempat dimana media dipasang.

    c. Studi dokumentasi

    Peneliti berupaya untuk menjawab masalah penelitian dengan

    menggunakan dokumen yaitu data tertulis yang telah diolah oleh orang lain

    atau suatu lembaga (Adi, 2004: 61). Dokumen ini meliputi pedoman

    akreditasi, surat-surat, notulensi rapat, laporan, artikel, proposal dan

    lain-lain. Studi dokumentasi merupakan cara untuk meminimalisir bias dari

    teknik wawancara sekaligus untuk menguji keabsahan data dari hasil studi

    lapangan.

  • 26

    5.5.5.5. UjiUjiUjiUji ValiditasValiditasValiditasValiditas DataDataDataData

    Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dikatakan valid apabila

    tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

    sesungguhnya terjadi. Cara menguji validitas data adalah dengan menggunakan

    teknik triangulasi. Triangulasi berarti menggunakan bukti dari berbagai sumber

    (Yin, 2009: 114). Peneliti menggunakan triangulasi bertujuan untuk

    membandingkan data tentang peran humas RSUP DR Sardjito dalam upaya

    meraih akreditasi internasional dari berbagai sumber data agar ada jaminan

    tentang tingkat kepercayaan data. Teknik ini berupaya menghilangkan

    perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang terjadi pada pengumpulan data

    tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata

    lain peneliti akan melakukan "check dan recheck" temuan-temuanya dengan cara

    membandingkan.

    Peneliti menggunakan tiga sumber data yang berasal dari wawancara

    mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Peneliti akan membandingkan

    data dari hasil wawancara mendalam mengenai peran humas RSUP Dr Sardjito

    dalam proses akreditasi dengan observasi, dan dokumen berkaitan yang

    didapatkan selama penelitian. Dokumen ini meliputi surat-surat, notulensi rapat,

    laporan, artikel, proposal dan lain sebagainya.

    6.6.6.6. TeknikTeknikTeknikTeknikAnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData

    Analisis data dilakukan dengan mengamati, mengkategorikan, menyusun dan

    menggabungkan data-data yang telah dikumpulkan. Strategi umum pertama

    yang digunakan adalah proporsi teoritis yang akan menuntun studi kasus

    digambarkan dengan sejumlah pertanyaan riset, tinjauan pustaka, dan

    pemahaman baru. Kedua, membentuk rencana pengumpulan data dari proporsi

    teoritis tersebut dan dilanjutkan dengan memberikan prioritas pada strategi

    analisis yang berkaitan.

  • 27

    Strategi khusus dalam teknik analisis penelitian ini adalah menggunakan

    pattern matching. Teknik analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan

    antara data yang diperoleh dengan suatu pola yang telah dibuat berupa teori-teori

    yang telah disusun. Apabila pola tersebut sesuai maka hasilnya dapat membantu

    studi kasus untuk memperkuat validitas internalnya (Yin, 2005: 140).

    Keseluruhan data disajikan dalam bentuk penjelasan tertulis. Hal ini agar

    penjelasan dapat dengan mudah dimengerti. Hasil dari penelitian ini adalah

    deskripsi secara menyeluruh mengenai peran humas RSUP Dr Sarjito dalam

    upaya meraih gelar rumah sakit berakreditasi internasional oleh Joint

    Commission International.