BAB I PENDAHULUAN -...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen penting dalam siklus hidrologi. Menurut Indarto (2010), air berpengaruh terhadap perubahan iklim. Air juga merupakan salah satu komponen yang penting bagi makhluk hidup. Kebutuhan air bagi manusia tidak dapat tergantikan. Manusia membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup, selain itu air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Kekurangan air 1% dari berat badan dapat mengganggu kerja otak dan kemampuan berfikir. Kekurangan air sebanyak 2% berat badan dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan daya ingat sesaat (Santoso dkk, 2011). Ketersediaan air di muka bumi sangat melimpah, baik di atas permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi. Sumberdaya air dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah sungai. Sungai banyak digunakan manusia untuk melakukan berbagai aktivitas. Hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup terhadap indeks kualitas air sungai, menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi kecenderungan peningkatan pencemaran hingga 30%. Hasil pemantauan tersebut telah dilakukan pula oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) yang menyatakan bahwa pencemaran sungai pada kurun waktu 2012 hingga 2011 meningkat hingga 50% (Harian Tempo, 2012). Aktivitas manusia yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak buruk pada lingkungan sekitar dampak negatif yang terjadi dapat menurunkan kemampuan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya. Selain terjadinya ketidakstabilan keseimbangan, dampak lain yang terjadi adalah kerusakan DAS. Kerusakan DAS saat ini diperkirakan telah lebih dari 50% dengan kondisi kualitas air yang tercemar berat (Barlin, 2011). Sungai Gajahwong berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai Gajahwong merupakan salah satu sasaran dalam Program Kali Bersih VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA DYAH UTAMI PRISKASARI Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan salah satu komponen penting dalam siklus hidrologi.

Menurut Indarto (2010), air berpengaruh terhadap perubahan iklim. Air juga

merupakan salah satu komponen yang penting bagi makhluk hidup. Kebutuhan air

bagi manusia tidak dapat tergantikan. Manusia membutuhkan air untuk dapat

bertahan hidup, selain itu air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia.

Kekurangan air 1% dari berat badan dapat mengganggu kerja otak dan

kemampuan berfikir. Kekurangan air sebanyak 2% berat badan dapat

menyebabkan penurunan konsentrasi dan daya ingat sesaat (Santoso dkk, 2011).

Ketersediaan air di muka bumi sangat melimpah, baik di atas permukaan

bumi maupun di bawah permukaan bumi. Sumberdaya air dapat berasal dari

berbagai sumber, salah satunya adalah sungai. Sungai banyak digunakan manusia

untuk melakukan berbagai aktivitas.

Hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup terhadap indeks

kualitas air sungai, menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi kecenderungan

peningkatan pencemaran hingga 30%. Hasil pemantauan tersebut telah dilakukan

pula oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

(Walhi) yang menyatakan bahwa pencemaran sungai pada kurun waktu 2012

hingga 2011 meningkat hingga 50% (Harian Tempo, 2012).

Aktivitas manusia yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak buruk

pada lingkungan sekitar dampak negatif yang terjadi dapat menurunkan

kemampuan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk menjaga keseimbangan

ekosistem di dalamnya. Selain terjadinya ketidakstabilan keseimbangan, dampak

lain yang terjadi adalah kerusakan DAS. Kerusakan DAS saat ini diperkirakan

telah lebih dari 50% dengan kondisi kualitas air yang tercemar berat (Barlin,

2011).

Sungai Gajahwong berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai

Gajahwong merupakan salah satu sasaran dalam Program Kali Bersih

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

(PROKASIH). Program ini telah dimulai sekitar tahun 1993 (Tricahyo, 2000),

namun hingga saat ini masih banyak masyarakat maupun industri yang membuang

limbah di sungai.

Pembangunan yang marak terjadi di Yogyakarta juga memengaruhi

kondisi kualitas air Sungai Gajahwong. Selain memengaruhi kualitas air, daerah

sempadan sungai berubah menjadi pemukiman dan industri. Pembangunan di

sekitar sungai juga dapat memengaruhi kondisi sungai dan ekosistem di

sekitarnya. Sungai Gajahwong saat ini sedang menjadi perhatian pemerintah.

Penataan ruang di sekitar Sungai Gajahwong sudah mulai dilakukan. Hal ini

dilakukan untuk menjaga kondisi kualitas air di sungai ini.

Daerah di sekitar Sungai Gajahwong banyak digunakan untuk

permukiman, persawahan maupun industri. Tingginya angka pertumbuhan

penduduk juga berdampak pada semakin banyak masyarakat yang membuang

sampah. Menurut Camat Depok, hasil observasi pada Sungai Gajahwong terdapat

empat titik pembuangan sampah (Antara Jogja, 2012).

Penggunaan lahan serta perlakuan yang berbeda pada sungai menyebabkan

kualitas air yang terdapat pada satu sungai dapat beragam. Perlunya diadakan

pemantauan mengenai kualitas air serta perbedaan kualitas air pada suatu sungai

menjadi menarik untuk dibahas, sehingga penulis menyusun penelitian yang

berjudul “Variasi Kualitas Air Sungai Gajahwong dan Faktor-Faktor yang

Memengaruhinya”.

1.2. Perumusan Masalah

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahun menyebabkan

terjadinya pembangunan dimana-mana. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan

salah satu provinsi yang cukup strategis untuk menjadi lokasi tempat tinggal.

Perkembangan yang cukup pesat di provinsi ini menyebabkan terjadinya

peningkatan pemanfaatan lahan dan alih fungsi lahan.

Peningkatan pemanfaatan lahan dan alih fungsi lahan menyebabkan lahan

semakin habis. Sempadan sungai merupakan salah satu lokasi yang menjadi

sasaran dalam pembangunan. Pembangunan di sempadan sungai menyebabkan

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

terjadinya perubahan kualitas air sungai tersebut. Peningkatan pemanfaatan lahan

yang disebabkan oleh aktivitas manusia ini berdampak pada kualitas air sungai.

Permasalahan tersebut salah satunya adalah penurunan kualitas air sungai.

Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan karena telah terjadi

pencemaran pada sungai tersebut. Pencemaran banyak terjadi karena pembuangan

limbah industri maupun limbah rumah tangga. Limbah yang masuk ke dalam

sungai mengakibatkan terjadinya perubahan susunan kandungan zat kimia yang

terdapat pada air. Bakteri anaerob yang semakin meningkat menyebabkan tercium

bau busuk pada sungai.

Peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat juga berpengaruh

terhadap kondisi kualitas air sungai. Semakin tinggi jumlah penduduk dan

kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan menyebabkan semakin banyak

pembuangan limbah ke sungai. Selain itu keadaan sanitasi juga menjadi semakin

buruk dikarenakan lingkungan yang kotor.

Beberapa titik di Sungai Gajahwong saat ini menjadi lokasi tempat

pembuangan sampah. Selain itu banyak gedung-gedung dan tempat makan yang

berada di sekitar sungai dan membuang limbah di sungai ini. Pembangunan juga

semakin pesat di sekitar sungai ini. Kondisi yang terus menerus terjadi ini dapat

menurunkan kualitas lingkungan serta penurunan keanekaragaman biota sungai.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana variasi kualitas air Sungai Gajahwong?

b. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap variasi kualitas air Sungai

Gajahwong?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui variasi kualitas air Sungai Gajahwong.

2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variasi kualitas air

Sungai Gajahwong.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pertimbangan

perencanaan pembangunan di sekitar Sungai Gajahwong.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan

pemahaman masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan sumber

daya air.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran bagi semua pihak

untuk menjaga dan lingkungan di sekitar Sungai Gajahwong, serta

membantu menyadarkan masyarakat mengenai aktivitas yang dapat

memperburuk kondisi air Sungai Gajahwong dan dampaknya bagi

ekosistem serta kesehatan.

4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pengelolaan

lingkungan sungai dan sumber daya air di Sungai Gajahwong.

1.5. Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

1.5.1. Air

Air merupakan substansi yang paling melimpah di muka bumi serta

merupakan komponen utama bagi makhluk hidup (Indarto, 2010). Menurut PP

No. 35 Tahun 1991, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di

bawah permukaan tanah. Seperti terlihat pada Gambar 1.1 bahwa air tawar yang

ada di permukaan bumi hanya 2,5% dari total air di Bumi dan air yang terdapat

pada sungai hanya berkisar 0,3%.

Air selalu mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Sinar

matahari yang memancar menuju bumi menyebabkan terjadinya penguapan. Uap

air yang berada di atmosfer tersebut kemudian membentuk kondensasi dan

menggumpal menjadi awan. Awan tersebut kemudian dibawa oleh angin hingga

tidak mampu menampung air dan melepaskan air dalam bentuk presipitasi

(Indarto, 2010). Hal tersebut dapat terlihat pada gambar 1.2.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

Gambar 1.1 Persentase Air di Bumi

Sumber: (United Nations Environment Programme, 2008)

Gambar 1.2 Siklus Hidrologi

Sumber: (United Nations Environment Programme, 2008)

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar

bahan terlarut dan unsur hara yang sangat sedikit serta biasanya memiliki nilai pH

sekitar 4,2. Hal ini disebabkan karena air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat

di atmosfer dan setelah jatuh ke permukaan bumi kemudian mengalami kontak

dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung dalam tanah (Effendi,

2003).

1.5.2. Sungai

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran

air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta

sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah, 1991).

Sungai memiliki fungsi untuk mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah

tertentu (Takeda & Sosrodarsono, 1976). Banyaknya air yang terdapat pada suatu

daerah aliran sungai tergantung kepada besarnya daerah tangkapan dan tingginya

curah hujan (Hardenbergh, 1938).

Suatu sungai memiliki ekosistem di sekitarnya yang disebut dengan

Daerah Aliran Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah di mana

semua aliran sungai mengalir ke dalam satu sungai dan dibatasi oleh batas

topografi (Sri Harto Br, 1993). Menurut Seyhan (1990) daerah aliran sungai

merupakan suatu sistem yang mengalir yang merupakan lahan total dan

permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas air.

Setiap bagian dari sistem DAS tersebut memiliki karakteristik dan ciri-ciri

yang berbeda. Suatu DAS juga memiliki karakteristik atau morfometri yang

berbeda satu dengan yang lain, salah satunya adalah bentuk DAS. Bentuk DAS

merupakan salah satu morfometri DAS yang berpengaruh terhadap kecepatan

aliran menuju outlet. Terdapat 4 (empat) bentuk DAS, yaitu:

a. Daerah pengaliran berbentuk burung

Daerah pengaliran ini memiliki debit yang kecil. Selain itu waktu yang

ditempuh aliran sungai dari anak sungai berbeda sehingga banjir yang

terjadi berlangsung agak lama.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

b. Daerah pengaliran radial

Daerah pengaliran ini mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial. Daerah

pengaliran ini memiliki banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak

sungai.

c. Daerah pengaliran paralel

Daerah ini memiliki dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian

pengaliran yang bersatu di bagian hilir sehingga banjir terjadi di sebelah

hilir titik pertemuan sungai

d. Daerah pengaliran kompleks

Bentuk daerah pengaliran ini hanya dimiliki oleh beberapa DAS dan

merupakan kombinasi dari ketiga bentuk lainnya.

(Takeda & Sosrodarsono, 1976)

1.5.3. Parameter Kualitas Air

Kualitas air merupakan bagian yang penting dalam pengembangan sumber

daya air. Analisis fisik dan kimia air dapat memberikan informasi mengenai

kondisi kualitas air pada suatu tempat (Effendi, 2003).

1. Bau

Bau yang keluar dapat berasal dari limbah maupun hasil degradasi

bahan buangan oleh mikroba (Wardhana, 1995). Bau juga dapat disebabkan

oleh bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik

yang sudah mati maupun masih hidup (Fardiaz, 1992). Timbulnya bau dapat

menjadi indikator terjadinya pencemaran (Wardhana, 1995).

2. Suhu

Suhu di dalam air dapat menjadi penentu atau pengendali kehidupan

makhluk hidup yang berada di air. Perubahan suhu seringkali menyebabkan

terjadinya perubahan jenis, jumlah dan keberadaan flora dan fauna akuatis

(Asdak, 2002). Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,

ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

awan, aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003).

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

Kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas

oksigen. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan organisme

dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses

biologi dalam air (Asdak, 2002). Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan

terjadinya penurunan kelarutan gas dalam air, selain itu juga dapat terjadi

peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatialisasi (Effendi,

2003).

Suhu air dapat meningkat dikarenakan adanya penebangan di sekitar

sungai sehingga cahaya matahari yang masuk lebih banyak. Suhu dalam suatu

badan air memiliki stratifikasi dimana pada lapisan atas perairan memiliki

suhu yang lebih tinggi. Lapisan bawah memiliki suhu lebih rendah. Hal ini

dikarenakan cahaya matahari yang masuk ke perairan mengalami penyerapan

dan perubahan energi menjadi panas. Proses ini terjadi lebih intensif pada

lapisan atas dan intensitas tersebut semakin berkurang pada lapisan bawah

(Effendi, 2003).

3. Daya Hantar Listrik

Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk meneruskan

listrik. Semakin banyak garam terlarut yang terionisasi maka semakin tinggi

pula nilai DHL yang dihasilkan (Effendi, 2003). Nilai DHL juga dipengaruhi

oleh temperatur suatu badan air. Nilai daya hantar listrik akan bertambah

apabila temperatur air semakin meningkat (Karmono & Cahyono, 1978).

4. pH

pH air biasa digunakan sebagai indikasi terjadinya pencemaran.

Pembentukan pH pada aliran air sangat ditentukan oleh reaksi

karbondioksida. Besarnya angka pH juga dapat menjadi indikator adanya

keseimbangan unsur kimia. Besarnya pH juga dapat memengaruhi

ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat

bagi kehidupan vegetasi akuatik. Selain itu pH air mempunyai peranan

penting bagi kehidupan makhluk hidup pada perairan tersebut (Asdak, 2002).

Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan dapat dilihat pada Tabel

1.1.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

Tabel 1.1 Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan

Nilai pH Pengaruh Umum

6.0 – 6.5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun.

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak

mengalami perubahan.

5.5 – 6.0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos

semakin tampak.

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih

belum mengalami perubahan yang berarti.

3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.

5.0 – 5.5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,

perifiton, dan bentos semakin besar.

2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa

zooplankton dan bentos.

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.

Proses nitrifikasi terhambat.

4.5 – 5.0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,

perifiton, dan bentos semakin besar.

2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa

zooplankton dan bentos.

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.

4. Proses nitrifikasi terhambat.

Sumber : modifikasi Baker et al., (1990) dalam Novoty dan Olem (1994)

dalam Effendi, (2003)

pH air sangat tinggi (> 8.5) dapat disebabkan karena banyaknya

sodium karbonat-bikarbonat yang terlarut. pH air sangat rendah (< 4.0)

disebabkan karena adanya asam bebas yang terlarut. pH air setengah rendah

(7.0 – 4.0) disebabkan karena kecilnya mineral-mineral asam dari sulfida atau

asam organik (Karmono & Cahyono, 1978).

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Sifat keasaman air merupakan karakteristik yang penting karena dapat

memengaruhi berlangsunganya reaksi biologi dan kimia serta dapat

mengakibatkan terjadinya korosi. Proses pembasaan (alkalinitas) merupakan

kemampuan air untuk menetralisir keasaman dalam air. Alkalinitas

merupakan refleksi dari aktivitas kalsium karbonat dan terbentuknya

hidroksida ketika karbon karbonat mengalami penguraian (Asdak, 2002).

pH air dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan. Perubahan temperatur

dan tekanan menyebabkan perubahan kandungan CO2 didalam air sehingga

pH air tersebut juga berubah (Karmono & Cahyono, 1978).

5. Kebutuhan Oksigen Biokimia/Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD merupakan indeks oksigen yang diperlukan oleh bahan

pencemar yang dapat teruraikan didalam suatu sistem perairan selama

berlangsunganya proses dekomposisi aerobic (Asdak, 2002). BOD hanya

menggambarkan bahan organik yang dapat dikomposisi secara biologis

seperti lemak, protein, kanji, glukosa, dan sebagainya. Bahan organik

merupakan hasil pembusukan tumbuhan atau hewan yang telah mati ataupun

limbah domestik maupun limbah industri (Effendi, 2003).

Nilai BOD perairan dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton,

keberadaan mikroba, jenis dan kandungan bahan organik. Angka BOD yang

tinggi menunjukkan kadar bahan organik yang tinggi dan semakin tinggi pula

pencemaran yang terjadi (Effendi, 2003). Semakin besar angka indeks BOD

maka semakin besar pula pencemaran yang terjadi (Asdak, 2002). Pengujian

BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan

penduduk atau industri dan mendesain sistem pengolahan biologis bagi air

yang tercemar (Widyastuti dkk., 2010).

6. Kebutuhan Oksigen Kimia/Chemical Oxygen Demand (COD)

COD merupakan penggambaran jumlah total oksigen yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang dapat

didegradasi maupun yang sulit didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan

H2O (Effendi, 2003). COD juga merupakan indikator tingkat pencemaran

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

secara kasar dan dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya angka

BOD secara kasar (Asdak, 2002).

Bahan organik dapat berasal dari alam maupun aktivitas rumah tangga,

dan industri. Nilai COD pada perairan tidak tercemar dapat bernilai kurang

dari 20 mg/liter, sedangkan pada perairan tercemar dapat bernilai lebih dari

200 mg/liter. Sedangkan pada limbah industri nilai COD dapat mencapai

60.000 mg/liter (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi, 2003).

7. Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan dan

kadarnya bervariasi. Kadar oksigen tersebut dipengaruhi oleh suhu, salinitas,

turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu, semakin tinggi

lokasi suatu badan air serta semakin kecil tekanan atmosfer maka kadar

oksigen terlarut akan semakin kecil (Effendi, 2003).

Menurut Asdak (2002), konsentrasi kandungan oksigen dalam air

ditentukan oleh besarnya suhu perairan, tekanan dan aktivitas biologis yang

berlangsung dalam air. Oksigen terlarut merupakan parameter yang

digunakan untuk mengetahui banyak atau tidaknya O2 yang terlarut dalam air.

Pengaruh kadar oksigen terhadap ikan disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Pengaruh Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya terhadap

Kelangsungan Hidup Ikan

Kadar Oksigen

Terlarut (mg/L)

Pengaruh terhadap Kelangsungan Hidup Ikan

< 0.3 Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada masa

pemaparan singkat (short exposure)

0.3 – 1.0 Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat

mengakibatkan kematian ikan

1.0 – 5.0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya

terganggu

> 5.0 Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini

Sumber : modifikasi Swingle (1969) dalam Boyd (1988) dalam Effendi,

(2003)

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

Dekomposisi bahan anorganik dapat menyebabkan kadar oksigen

terlarut berkurang hingga mencapai 0 (nol) (Effendi, 2003). Proses

dekomposisi dalam air terjadi secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu

yang relatif lama.

Banyaknya kadar oksigen dalam air dapat menjadi indikator terjadinya

pencemaran pada suatu badan air (Asdak, 2002). Kadar oksigen terlarut yang

tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Selain akibat

proses respirasi tumbuhan dan hewan, hilangnya oksigen di perairan juga

disebabkan karena oksigen digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi

bahan organik (Effendi, 2003). Oksidasi bahan organik tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti suhu, pH, pasokan oksigen, jenis bahan organik,

serta rasio karbon dan nitrogen (Boyd, 1998 dalam Effendi, 2003).

8. Nitrat (NO3-)

Nitrat merupakan bentuk utama dari nitrogen di perairan alami Nitrat

tidak bersifat toksik pada organisme akuatik dan merupakan nutrien utama

bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter dapat

menjadi indikasi terjadinya pencemaran antropogenik dari aktivitas manusia

dan tinja hewan, sedangkan lebih dari 0.2 mg/liter dapat mengakibatkan

terjadinya eutrofikasi perairan dan menyebabkan blooming algae dan tanaman

air (Effendi, 2003).

Kandungan nitrat dalam air yang berlebihan pada umumnya tidak akan

menyebabkan gangguan yang serius pada orang dewasa (Karmono &

Cahyono, 1978). Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi

dapat menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen terutama pada

bayi yang berusia kurang dari 5 (lima) bulan (Effendi, 2003).

Garam nitrat biasa digunakan untuk pengawetan daging di pabrik dan

sering digunakan untuk memasak daging. Nitrat juga banyak digunakan di

pabrik korek atau kembang api, serta sebagai zat pewarna, keramik dan masih

banyak lagi (Karmono & Cahyono, 1978).

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

9. Fosfat (PO4)

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh

tumbuh-tumbuhan (Dugan, 1972 dalam Effendi, 2003). Senyawa fosfat dalam

sel organisme dalam air dapat terlarut, tersuspensi atau terikat. Senyawa

fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian (Saragih,

2009). Organisme yang memerlukan unsur fosfat di perairan adalah

fitoplankton. Fitoplankton memiliki peran penting yaitu menentukan

kesuburan suatu perairan (Santoso A. D., 2007).

10. Bakteri Escherichia Coli (E-Coli)

Escherichia coli merupakan kelompok bakteri yang hidup di dalam

kotoran hewan berdarah panas, diantaranya adalah ternak, satwa liar, dan

manusia. Meskipun kebanyakan E-Coli tidak berbahaya, namun peningkatan

kadar bakteri ini dapat menunjukkan terjadinya kontaminasi pada perairan

dan mengindikasikan adanya kemungkinan terdapat kandungan mikroba yang

berbahaya (Ozark Water Watch, 2011). Selain itu tingginya kadar bakteri ini

pada perairan dapat meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh

organisme patogen (Stream Watch, 2012)

Bakteri ini memiliki sifat dapat memfermentasi laktosa dan

memproduksi asam dengan gas pada suhu 37 ºC maupun suhu 44.05+0.5 º C

dalam waktu 48 jam. Selain itu bakteri ini juga memiliki sifat dapat

mereduksi nitrat menjadi nitrit serta bersifat katalase positif dan oksidasi

negatif (Fardiaz, 1992).

1.5.4. Variasi Kualitas Air

Kualitas air yang terdapat pada suatu tempat berbeda dengan tempat lain.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang memengaruhi kualitas air.

Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas air dapat dikelompokkan menjadi 2

(dua) yaitu faktor alami dan faktor non-alami.

1. Alami

Faktor alami dapat berupa fenomena yang disebabkan karena alam,

contohnya sedimentasi, geologi, tanah, vegetasi, dan iklim.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

a. Iklim

Curah hujan dan kualitasnya merupakan bagian dari siklus

hidrologi yang sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada suatu

tempat. Air yang jatuh di suatu tempat memiliki kualitas yang berbeda

dengan air yang jatuh di tempat lain. Begitu pula dengan air hujan yang

jatuh di daerah beriklim tropis. Kualitas air yang dimiliki air tersebut

akan berbeda dengan kualitas air hujan yang jatuh di daerah yang

memiliki iklim kutub.

b. Batuan/Geologi

Komposisi kimia air merupakan kombinasi dari air hujan yang

jatuh ke dalam tanah. Komposisi kimia dapat berubah dengan terjadinya

reaksi kimia antara air dengan mineral batuan penyusun akuifer.

c. Waktu

Komposisi kimia air juga dapat ditentukan oleh waktu tinggal air.

Air yang berada di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama akan

semakin lama bereaksi dengan mineral batuan sehingga unsur yang

terlarut semakin banyak pula.

d. Vegetasi

Vegetasi menyerap gas dari atmosfer sehingga komposisi air

hujan juga akan berubah. Hal tersebut juga merubah komposisi kimia

dalam air tersebut.

2. Non-Alami

Faktor non-alami dapat berupa faktor yang disebabkan karena ada campur

tangan manusia. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kualitas air di

suatu wilayah. Contoh dari faktor ini adalah aktivitas manusia seperti

pembuangan limbah dan penggunaan lahan di sekitar sungai. Pembuangan

limbah di sekitar sungai akan menyebabkan berubahnya kandungan kimia di

dalam air, begitu pula dengan penggunaan lahan (Suyono dkk, tanpa tahun).

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

1.5.5. Pencemaran Air

Pencemaran akan terjadi apabila dalam lingkungan hidup manusia terdapat

suatu bahan atau zat dalam jumlah yang banyak dan dihasilkan dari kegiatan

manusia sendiri (Kusno, 1990). Menurut Effendi (2003) pencemaran diakibatkan

karena masuknya bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut serta partikulat

dengan berbagai cara, misalnya limpasan pertanian dan limbah domestik. Menurut

Kusno (1990), pencemaran suatu lingkungan biasanya melalui beberapa tahap:

1. Tingkatan pertama, yaitu apabila zat pencemar dari segi jumlah dan waktu

aktifnya tidak membawa akibat yang merugikan manusia.

2. Tingkatan kedua, yaitu apabila zat pencemar tersebut sudah mengakibatkan

gangguan pada alat-alat panca indera dan alat perkembangbiakan secara

vegetatif serta kerusakan lingkungan yang lebih luas.

3. Tingkatan ketiga, yaitu apabila zat pencemar sudah mengakibatkan

gangguan fisiologis yang membawa penyakit yang berjangka panjang.

4. Tingkatan keempat, yaitu apabila zat pencemar mengakibatkan gangguan

sehingga menyebabkan kematian dan sebagainya.

Pencemaran dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan

yang kemudian akan berpengaruh terhadap kualitas air. Indikator yang

menunjukkan bahwa air telah tercemar dapat diamati melalui:

a. Adanya perubahan suhu air.

b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.

c. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air.

d. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.

e. Adanya mikroorganisme.

f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

(Wardhana, 1995)

1.5.6. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya terkait kualitas air sungai tersaji pada

Tabel 1.3. Nahdi (1995) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kegiatan

Permukiman terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong di Kawasan Industri Kecil

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

Kotagede, Yogyakarta” memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui tingkat

kepedulian masyarakat terutama pengusaha kerajinan perak Kotagede yang

bertempat tinggal di sekitar Sungai Gajahwong terhadap pengelolaan limbah dari

aktivitas permukiman dan mengetahui derajat pencemaran air Sungai Gajahwong

dari aspek fisik, kimia, dan biologi Sungai Gajahwong di kawasan industri kecil

Kotagede pada saat diadakan penelitian dan kesesuaian peruntukannya. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah grab sample dan survai dengan

metode eksperimen. Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian

adalah banyak pengusaha yang membuang limbah langsung ke sungai dan banyak

pengusaha yang tidak mempunyai resapan untuk industri kerajinan, dapat

dikatakan bahwa kepedulian masyarakat terutama pengusaha di kawasan

Kotagede masih rendah. Kesimpulan kedua yang didapatkan adalah Sungai

Gajahwong telah mengalami pencemaran untuk beberapa parameter tertentu, dan

dari hasil grafik yang diperoleh dapat dikatakan bahwa Sungai Gajahwong telah

tercemar pada tingkat pencemaran yang masih terpulihkan.

Waluyo (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Daya Tampung Beban

Pencemaran Sungai Gajahwong" memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui dan

menghitung daya tampung beban pencemaran Sungai Gajahwong pada bagian

hulu (penggal I), bagian tengah (penggal II), dan bagian hilir (penggal III), dan

mengetahui faktor-faktor penyebab atau yang memengaruhi tingkat beban

pencemaran di Sungai Gajahwong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode neraca massa, metode streeter-phelps, dan metode Qual2e.

Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian adalah berasarkan nilai

daya tampung yang di dapatkan, Kota Yogyakarta merupakan wilayah yang

paling berat menerima pencemaran dibandingkan Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul. Kesimpulan kedua yang didapatkan adalah faktor-faktor

dominan yang harus dikendalikan pada Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta

adalah kegiatan pelayanan khususnya pelayanan kesehatan, sedangkan pada

Kabupaten Bantul secara fisik tidak diketemukan faktor dominan.

Munawar (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Kualitas Air

Sungai Code Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar Perbedaan Penggunaan

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

17

Lahan” memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kondisi kualitas air Sungai Code

dengan adanya variasi penggunaan lahan yang berbeda, mengetahui proses

pemurnian diri (self purification) di Sungai Code, dan mengetahui nilai ekonomi

yang ditimbulkan akibat pencemaran air di Sungai Code. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah survai secara purposive dan metode Willingness to Pay

(WTP). Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian adalah kondisi

kualitas air Sungai Code berdasarkan sifat fisik, baik itu di bagian hulu, tengah

maupun hilir masih terlihat baik. Namun dilihat dari sifat kimia dan biologi ada

beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu terutama pada wilayah Sungai

Code bagian tengah. Kesimpulan kedua yang didapatkan adalah proses pemurnian

diri yang terjadi di Sungai Code terlihat dengan jelas semakin turunnya

kandungan BOD ketika telah melewati Sungai Code bagian tengah. Kesimpulan

ketiga yang didapatkan adalah berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai

dengan rataan WTP (EWTP) sebesar Rp 361.333,- akibat timbulnya pencemaran

air Sungai Code.

Wibisono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “The Characteristics

of Self Purification of Code River Yogyakarta” memiliki tujuan yaitu untuk

mengetahui karakteristik pemurnian diri Sungai Code, mengetahui korelasi TSS

dengan parameter pemurnian diri lain (BOD, COD, DO), dan membuat rencana

perbaikan atau rekomendasi pada Sungai Code berdasarkan karakteristik

pemurnian diri dan sumber pencemaran. Metode yang digunakan dalam penelitian

adalah analisis statistik korelasi, analisis grafik, dan analisis keruangan

menggunakan GIS. Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian

adalah tren pada grafik BOD dan DO menunjukkan kemungkinan terjadinya self-

purification. Kesimpulan kedua adalah parameter TSS secara statistik berbeda

dengan parameter lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai parameter self-

purification. Kesimpulan ketiga adalah pengetahuan kepada masyarakat perlu

diberikan dan perlu adanya peraturan dan sanksi yang tegas.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

18

Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Sebelumnya

No. Judul, Wilayah kajian,

Tahun, Nama Peneliti

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Pengaruh Kegiatan

Permukiman Terhadap

Kualitas Air Sungai

Gajahwong di Kawasan

Industri Kecil Kotagede

Yogyakarta, Kotagede,

1995, Maizer Said Nahdi

1. Mengetahui tingkat kepedulian masyarakat

terutama pengusaha kerajinan perak

Kotagede yang bertempat tinggal di sekitar

Sungai Gajahwong terhadap pengelolaan

limbah dari aktivitas permukiman.

2. Mengetahui derajat pencemaran air Sungai

Gajahwong dari aspek fisik, kimia dan

biologi Sungai Gajahwong di kawasan

industri kecil kotagede pada saat diadakan

penelitian dan kesesuaian dalam

peruntukannya.

1. Grab sample

2. Survai dengan

metode

eksperimen

1. Kepedulian masyarakat terutama

pengusaha di kawasan Kotagede masih

rendah.

2. Sungai Gjahwong telah tercemar pada

tingkat pencemaran yang masih

terpulihkan.

2 Daya Tampung Beban

Pencemaran Sungai

Gajahwong, Sungai

Gajahwong, 2007, Endro

Waluyo

1. Mengetahui dan menghitung daya tampung

beban pencemaran Sungai Gajahwong.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab atau

yang memengaruhi tingkat beban

pencemaran di Sungai Gajahwong.

1. Metode neraca

massa

2. Metode

streeter- phelps

3. Metode Qual2e

1. Kota Yogyakarta merupakan wilayah yang

paling berat menerima pencemaran

dibandingkan Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul.

2. Faktor-faktor dominan yang harus

dikendalikan pada Kabupaten Sleman dan

Kota Yogyakarta adalah kegiatan

pelayanan khususnya pelayanan kesehatan,

sedangkan pada Kabupaten Bantul secara

fisik tidak diketemukan faktor dominan.

3 Kajian Kualitas Air Sungai

Code Daerah Istimewa

Yogyakarta atas dasar

Perbedaan Penggunaan

Lahan, Sungai Code, 2010,

Masud Munawar

1. Mengetahui kondisi kualitas air Sungai

Code dengan adanya variasi penggunaan

lahan yang berbeda.

2. Mengetahui proses pemurnian diri (self

purification) di Sungai Code.

3. Mengetahui nilai ekonomi yang ditimbulkan

akibat pencemaran air di Sungai Code.

1. Purposive

Sampling

2. Metode

Willingness to

Pay (WTP)

1. Kualitas fisik, kimia, dan biologi telah

mengalami penurunan.

2. Proses pemurnian diri terjadi pada badan

sungai code setelah melewati kota.

3. Tingkat kesediaan membayar (willingness

to pay) Rp 361.333,-

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

19

Lanjutan Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Sebelumnya

No. Judul, Wilayah kajian,

Tahun, Nama Peneliti

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

4 The Characteristics of Self

Purification of Code River

Yogyakarta, Sungai Code,

2010, Ariek Wisnu

Wibisono

1. Mengetahui karakteristik pemurnian diri

Sungai Code.

2. Mengetahui korelasi TSS dengan parameter

pemurnian diri lain (BOD, COD, DO).

3. Membuat rencana perbaikan atau

rekomendasi pada Sungai Code berdasarkan

karakteristik pemurnian diri dan sumber

pencemaran.

1. Analisis

Statistik

Korelasi

2. Analisis Grafik

3. Analisis

Keruangan

1. Tren pada grafik BOD dan DO

menunjukkan kemungkinan terjadinya self-

purification.

2. Parameter TSS secara statistik berbeda

dengan parameter lain sehingga tidak dapat

digunakan sebagai parameter self-

purification.

3. Pengetahuan kepada masyarakat perlu

diberikan dan perlu adanya peraturan dan

sanksi yang tegas.

5 Variasi Kualitas Air Sungai

Gajahwong dan Faktor-

Faktor yang

Memengaruhinya, Sungai

Gajahwong, 2013, Dyah

Utami Priskasari

1. Mengetahui variasi kualitas air Sungai

Gajahwong.

2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap variasi kualitas air Sungai

Gajahwong.

1. Purposive

Sampling

1. Kandungan yang telah melebihi kadar yang

diperbolehkan pada baku mutu air klas II

adalah DO, BOD, COD, dan E-Coli.

2. Faktor pengaruh dalam variasi kualitas air

Sungai Gajahwong adalah limbah domestik

dan limbah saluran pembuangan.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

20

1.6. Kerangka Pemikiran

Sumber daya air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia.

Pertumbuhan penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan

penduduk ini menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan lahan dan

peningkatan aktivitas manusia. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Alih Fungsi

Lahan

Peningkatan

Kebutuhan Lahan

Variasi Kualitas Air Sungai

Pertumbuhan

Penduduk

Kebutuhan Utama

Manusia

Sumber

Daya Air

Peningkatan Aktivitas

Manusia

Perbedaan

Penggunaan

Lahan

Pertanian Domestik Industri Peternakan

Pencemaran

Air Sungai

Menghasilkan

Limbah

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

21

Pertumbuhan penduduk yang terus terjadi mengakibatkan kebutuhan akan

lahan tempat tinggal. Banyaknya permintaan lahan untuk dijadikan tempat tinggal

ini sehingga banyak terjadi alih fungsi lahan. Semakin ramai suatu tempat maka

semakin banyak pula berdiri industri seperti rumah makan maupun tempat

hiburan. Alih fungsi lahan yang terus terjadi dapat menyebabkan terjadinya

perbedaan penggunaan lahan.

Keberadaan air yang sangat penting seringkali tidak disadari karena

ketersediaan air yang cukup melimpah di muka bumi. Sungai merupakan sumber

air permukaan yang banyak dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan air

dalam kehidupan sehari-hari. Manusia banyak memanfaatkan air untuk kehidupan

sehari-hari seperti domestik, pertanian, peternakan, industri, dan sebagainya.

Aktivitas manusia yang semakin meningkat menyebabkan semakin banyak limbah

yang dibuang ke dalam badan sungai dan seringkali menyebabkan terjadinya

pencemaran air sungai.

Penggunaan lahan yang semakin beragam akan berpengaruh terhadap

kondisi kualitas air. Selain itu, kondisi kualitas air juga dipengaruhi oleh tingkat

pencemaran yang terjadi. Perlakuan pada sungai yang berbeda dapat

menyebabkan kondisi yang berbeda pada setiap badan sungai. Pencemaran air dan

adanya perbedaan penggunaan lahan dapat memengaruhi kondisi sungai sehingga

menyebabkan adanya variasi kualitas air.

1.7. Batasan Istilah

Air merupakan semua air yang terdapat di atas dan bawah permukaan tanah,

kecuali air fosil dan air laut (PP No. 82/2001)

Sungai adalah tempat atau wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari muara

dan sepanjang garis pengaliran dibatasi kanan kirinya oleh garis sempadan (PP

No. 35/1991)

Daerah Aliran Sungai adalah daerah di sekitar sungai yang mengalirkan air

permukaannya ke dalam satu sungai tertentu dan dibatasi oleh batas topografi (Sri

Harto Br, 2000)

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

22

Penggunaan lahan adalah segala bentuk campurtangan manusia terhadap lahan

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Arsyad, 1989)

Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair (PP

No. 82/2001)

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup zat, energi, atau

komponen lain di dalam air dan dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu

parameter fisika, kimia, dan biologi (PP No. 20/1990)

Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehinga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PP No. 82/2001)

Variasi adalah hasil perubahan dari keadaan semula (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

Batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sifat air yang

ditinjau dari komponen fisika, kimia, serta biologi setelah dipengaruhi

campurtangan manusia.

VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/