BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
2.8.1. Perkembangan dan Prospek Pariwisata di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memilki kekayaan
sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah. Beragam budaya, tradisi,
dan etnis setiap daerah menjadi keunikan tersendiri yang mampu menjadi
daya tarik terutama dalam hal kepariwisataan. Sejak diresmikannya tahun
sadar wisata 1989 sampai tahun kunjungan wisata 1991 oleh presiden
Soeharto kala itu, kepariwisataan indonesia terus dibenahi dan
dikembangkan, dengan modal potensi dan keindahan alam indonesia
menempatkan sektor kepariwisataan sebagai salah satu unsur
pembangunan nasional. Hal tersebut juga diharapkan mampu
menghasilkan devisa negara, menambah kesempatan kerja dan
memperkenalkan indonesia di kancah internasional.
Melihat tren pariwisata secara global pada tahun 2020, WTO ( World
Tourism Organization ) mencatat perjalanan wisata dunia akan mencapai
1,6 milyar orang, dan diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke
kawasan Asia-Pasifk. Perkiraan WTO tersebut terbukti juga mempengaruhi
kepariwisataan Indonesia, selama Januari-Desember 2012 jumlah wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke indonesia mencapat 8.044.462 orang,
yang berarti meningkat 5,09 dibanding dengan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara tahun 20111. Kenaikan jumlah wisatawan
mancanegara ini dilihat dari sebagian besar pintu masuk utama antar
negara seperti airport yang merupakan akomodasi utama wisatawan
mancanagera berkunjung ke Indonesia, persentase kenaikan tertinggi
tercatat di pintu masuk Bandara Husein Sastranegara, Bandung, sebesar
1 Badan Pusat Statistik, Perkembangan Pariwisata Dan Pusat Tranportasi Nasional Desember
2012, Berita Resmi Statistik, No. 10/02/Th. XVI, 1 Februari 2013, hlm 1
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
24,96 persen, diikuti Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta 17,45 persen, dan
Bandara Sepinggan, Balikpapan 8,31 persen.
Semakin tingginya minat wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
menuntut pemerintah dan masyarakat selaku penggerak roda
kepariwisataan, untuk terus mengembangkan dan mempromosikan segala
daya tarik objek-objek wisata yang ada. Usaha-usaha yang mendukung
kepariwisataan juga diharapkan mampu meningkatkan standart dan
pelayanan untuk meningkatkan kenyamanan para wisatawan, seperti pada
menunjukkan jumlah akomodasi dan penginapan berbasis hotel kian
meningkat seturut dengan jumlah kunjungan di setiap daerah di indonesia.
Meskipun kondisi ekonomi global saat ini belum stabil, pemerintah
Indonesia menargetkan kunjungan wisatawan manacanegara akan
mencapai jumlah kunjungan antara 8.500.000 sampai 9.000.000 orang pada
tahun 2013. Hal tersebut berdasarkan peningkatan signifikan antara 7% -
12,5% dari 8.044.462 kedatangan internasional pada tahun 20122. Selain
wisatawan mancanegara, wisatawan domestikpun (dalam negeri, atau
nusantara) diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan sejalan dengan
semakin meningkatnya rata-rata pendapatan masyarakat.
Biro Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data Informasi (Pusdatin)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat, perjalanan wisnus
pada semester pertama 2012 meningkat 3,5 persen dibanding semester
pertama tahun 2011 yang mencapai 236.752 juta perjalanan. Hal itu terlihat
dengan kenaikan jumlah wisatawan ke beberapa tempat wisata seperti
Candi Borobudur dan Prambanan, Pulau Komodo, Wakatobi, dan
munculnya objek wisata baru seperti Trans Studio Bandung.
Melihat angka-angka peningkatan kunjungan wisata, sebenarnya misi
pemerintah untuk menjadikan kepariwisataan sebagai salah satu sektor
pembangunan nasional berlahan terwujud, dengan dukungan objek-objek
wisata yang potensial serta usaha-usaha kepariwisataan yang terus
2 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, 2013
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
dibangun maka tidak pelak akan menjadikan indonesia sebagai negara
tujuan wisata yang dikenal dunia.
2.8.2. Perkembangan dan Prospek Pariwisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, seni, wisata serta kota
Budaya yang selalu memelihara dan menjaga adat istiadat nya. Selain
dijuluki kota Gudeg, Yogyakarta juga dikenal dengan kerajinan batik dan
perak yang sering dicari wisatawan sebagai cinderamata khas Yogyakarta.
Setiap daerah-daerah di Yogyakarta memilki beberapa tempat wisata
andalan yang menarik dan layak untuk dikunjungi oleh wisatawan baik
Domestik maupun Mancanegara, jenis wisata yang ditawarkan pun
beragam mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata
belanja. Tak pelak dengan semakin banyaknya tempat-tempat wisata yang
terbilang komplit maka semakin memikat masyarakat luas untuk
berkunjung ke Yogyakarta.
Dalam beberapa tahun belakangan, dunia pariwisata Yogyakarta
mengalami sedikit pergeseran, dari sebelumnya wisata pantai menjadi
objek wisata yang paling diminati wisatawan kini berlahan beralih dengan
semakin menjamurnya desa-desa wisata. Hal tersebut ternyata juga tren
pada lokasi wisata di beberapa lokasi di indonesia, seperti Provinsi Bali
melalui Dinas Kepariwisataannya menyatakan desa wisata merupakan objek
yang dicari saat ini, dari 100 % wisatawan yang berkunjung 45%
diantarannya memilih desa wisata sebagai objek utama.
Banyak desa wisata pada beberapa daerah Yogyakarta yang baru
bermunculan, setiap desa biasanya memilki keunikan tersendiri yang
berbeda dari desa lainnya, hal tersebut ditonjolkan untuk menambah daya
tarik desa sehingga laku untuk dijual.
Desa Wisata Pentingsari di Sleman merupakan salah satu contoh desa
wisata yang mulai berkembang, beberapa wisata yang ditawarkan berupa
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
paket-paket wisata short course (Kursus singkat) kesenian gamelan dan
membatik. Contoh lainnya adalah Desa Wisata Gelaran di Kab.
Gunungkidul, yang menjual potensi wisata alamnya berupa Goa Pindul
yang dikelola masyarakat desa menjadi objek wisata yang dapat dinikmati
wisatawan Selain Goa Pindul pada desa Gelaran juga terdapat rafting
(Wisata air dengan menggunakan rakit) di Kali Oyo atau caving (Wisata
menelusuri Goa) di Goa Sioyot.
Dengan banyaknya desa wisata yang terus muncul dan berkembang,
mengindikasikan sinyal positif bahwa dunia parwisata Yogyakarta semakin
maju dan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi daerahnya masing-masing. Dalam membentuk sebuah desa wisata
biasanya dibentuk sebuah kelompok organisasi yang biasa di sebut
Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata. Pemerintah Yogyakarta sendiri
sangat mendukung setiap Pokdarwis yang untuk mempromosikan desanya
masing-masing, pengadaan dan perbaikan fasilitas sering dilakukan di
desa-desa yang mulai berkembang.
Usaha kepariwisataan oleh pemerintah Yogya pada beberapa tahun
terakhir cukup memberikan dampak positif, seperti pada daerah selatan
yaitu Gunungkidul. Awal tahun 2013 jumlah pengunjung objek wisata
khusus desa wisata mengalami peningkatan, hingga tanggal 17 Desember
jumlah pengunjung mencakup kunjungan di desa wisata seperti Sri Getuk,
Goa Pindul dan Nglanggeran diperkirakan mencapai diatas 500.000
pengunjung sepanjang 2012. Jumlah tersebut berada pada urutan ke dua
teratas setelah wisata pantai yang mencapai 888.744 pengunjung.3
Usaha kepariwisataan Yogyakarta memang tidak bisa berdiri sendiri,
dalam beberapa sektor usaha sering melibatkan investor untuk mendukung
kegiatan pembangunan yang disepakati oleh kedua pihak. menurut
BAPPEDA daerah Gunungkidul, tahun 2012 terdapat sedikitnya 10-15
investor mengajukan tender usaha dalam lingkup usaha kepariwisataan.
3 Wijang Eka Aswarna ,Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan (Disbudpar) Gunung Kidul, 2013
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Seperti salah satu contohnya adalah akan di bangunnya fasilitas
penginapan berupa resort 150 hektar dengan standart bintang 5 pada
daerah pantai sepanjang di Gunungkidul.
2.8.3. Prospek Desa Nglanggeran Sebagai Tujuan Desa Wisata
Desa Nglanggeran merupakan desa yang terletak pada bagian utara
kabupaten Gunungkidul dan langsung berbatasan dengan kabupaten
sleman, dalam beberapa tahun terakhir desa Nglanggeran terus
berkembang untuk menjadi desa tujuan wisata, hal tersebut didukung
dengan kekayaan potensi-potensi alam, lokasi yang strategis, serta
dukungan pemerintah pada desa Nglanggeran, seperti yang dikatakan
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Disparbud Kabupaten
Gunungkidul, dalam beberapa tahun kedepan akan terus mengembangkan
potensi alam Gunung Nglanggeran di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk
sebagai objek wisata yang layak jual kepada wisatawan mancanegara
maupun nusantara. Hal tersebut disambut positif oleh masyarakat desa,
menurut Pokdarwis desa Nglanggeran dalam 2 tahun setelah peresmian
sebagai desa Wisata masyarakat sangat antusias dan melakukan usaha
kepariwisataan. Sebanyak 78 homestay yang terdaftar, membuktikan bahwa
masyarakat sangat serius dan mendukung untuk mengakomodir aktifitas
wisatawan.
Selain dikelilingi dengan keindahan alam yang masih asri dan
lingkungan perdesaan yang ramah, pada wilayah desa Nglanggeran
terdapat situs bekas Gunung Api Purba yang merupakan objek wisata
unggulan yang belakangan menjadi populer pada kalangan muda, karena
gunung tersebut memang dikembangkan menjadi wadah peminat olahraga
khusus seperti tracking, climbing dan susur gunung. Selain objek Gunung
Api Purba, pada tahun 2011 BAPPEDA dan pemerintah Yogyakarta
meresmikan 20 hektar tanah milik sultan pada bagian timur desa untuk
dikembangkan menjadi kebun buah, dan rencananya akan ditanami durian
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
60% dari luas tanah, klengkeng 20% dan sisanya tanaman buah sirsak dan
srikaya.
Masyarakat desa Nglanggeran mempunyai peradapan suku jawa
Nglanggeran, Gunung Api Purba juga disebut dengan gunung wayang
karena terdapat gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh perwayangan,
selain itu menurut kepercayaan adat setempat gunung api purba didiami
oleh penguasa atau kekuatan yang dapat mengusir kejahatan.
Kepercayaan-kepercayaan mistis tersebut tetap dihormati hingga kini, pada
bulan-bulan tertentu masyarakat sering mengadakan upacara-upacara adat
seperti pewayangan dan ritual adat ntuk menghormati para leluhur. Pentas
seni di desa Nglanggeran juga terkadang dilakukan untuk menyambut
tamu yang berkunjung.
Kecamatan patuk memiliki beberapa desa wisata yang sedang
berkembang selain desa Nglanggeran juga terdapat desa wisata Bobung
yang merupakan desa wisata yang juga memiliki daya tarik tersendiri, desa
Bobung merupakan sentra kerajinan batik kayu, topeng kayu, dan patung
kayu.
Dalam lingkungan desa yang sangat kental akan kebudayaan dan
kegiatan-kegiatan yang tidak bisa di temukan di kota menjadikan desa
wisata sangat di minati untuk dikunjungi, oleh sebab itu kebutuhan
akomodasi untuk wisatawan menjadi penting untuk mewadahi aktifitas
wisatawan selama berlibur.
1.2. Masalah
1.2.1. Masalah Arsitektural
1. Bagaimana merancang sebuah Village Resort yang menekankan
prinsip intimacy private terhadap kenyamanan visual untuk
menciptakan ruang personal penggunan dalam melakukan aktifitas
wisata.
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
2. Bagaimana menciptakan ruang interaksi visual terhadap lingkungan
sekitar tapak.
3. Bagaimana menciptakan masa keseluruhan yang berbaur dan
menyatu dengan alam melalui pendekatan Blurring.
1.2.2. Masalah Non-Arsitektural
1. Bagaimana Menciptakan fasilitas akomodasi untuk wadah
penginapan wisatawan desa nglanggeran serta mendukung
pemerintah dalam penyediaan fasilitas kepariwisataan.
2. Bagaimana Menciptakan Lingkungan yang mampu memperkenalkan
ciri khas, adat isiadat, dan potensi-potensi di lingkungan desa
setempat.
3. Bagaimana Menciptakan suatu lingkungan binaan yang tidak
merusak lingkungan dan alam.
4. Menciptakan Fasilitas wisata desa yang berbasis pemberdayaan
masyarakat desa.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
1. Menciptakan ruang privasi intim dengan mengaburkan elemen-
elemen pembatas (Blurring Boundaries).
2. Menciptakan Village resort dengan orientasi visual dengan
menempatkan ruang kearah lingkungan alami yang dapat dinikmati
pengguna secara personal.
3. Menciptakan bangunan resort dengan warna yang konteks akan
lingkungan dan menarik perhatian pengguna.
1.3.2. Sasaran
Sasaran dari penulisan tugas akhir kasus Village resort ini yaitu
menciptakan dan memperkenalkan kawasan wisata Nglanggeran
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
kecamatan patuk Gunungkidul dengan konsep desa wisata, serta
memanfaatkan alam dan lingkungan desa sebagai komponen utama
yang dilengkapi fasilitas pendukung yang nyaman, rekreatif dan
edukatif.
1.4. Lingkup Pembahasan
1.4.1. Arsitektural
1. Pembahasan aspek pemenuhan kebutuhan wisata dengan
mempertimbangkan fungsi dan estetika.
2. Pembahasan tentang citra bangunan yang responsif terhadap
lingkungan terhadap nilai-nilai budaya jawa yang merupakan
lokalitas adat kawasan.
1.4.2. Non-Arsitektural
Dapat menyelesaikan permasalahan non-arsitektural seperti
pelayanan akomodasi yang layak dan memenuhi standart terhadap
wisatawan serta dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat
dengan konsep pemberdayaan masyarakat.
1.5. Metode Penulisan
1.5.1. Studi Literatur
1. Pendekatan secara teoritis dengan cara mempelajari kriteria-kriteria
yang harus di penuhi dalam mecancang sebuh Village resort.
2. Pendekatan dengan cara mempelajari masalah secara deskriptif baik
melalui pustaka dan asistensi yang berguna dalam penentuan
konsepsi yang sesuai dengan konteks seminar
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
1.5.2. Studi Kasus
1. Studi kasus dilakukan dengan cara pustaka yaitu dengan
mempelajari desain-desain Village resort yang telah ada untuk
mengetahui penyelesaian desain Village resort dan melakukan
pengamatan kebutuhan dan aktifitas pada Village resort dengan
fungsi sejenis
2. Pengamatan langsung pada tempat rekreasi yang mampu
mencerminkan kekhasan budaya jawa
1.5.3. Pengamatan Lapangan
1. Mengumpulkan data-data mengenai kondisi fisik dan non fisik site
terpilih, serta potensi dan masalah yang ada pada site terpilih.
2. Mempelajari kondisi dan karakter lokasi beserta kawasan sekitar site
terpilih
1.5.4. Metode Menyimpulkan Data
1. Menganalisa berbagai permasalahan yang timbul dari studi kasus
dan pengamatan lapangan sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan.
2. Data-data yang didapatkan dari hasil studi literatur menjadi
pedoman dalam pendekatan dan konsep perancangan.
3. Kesimpulan dari hasil studi kasus menjadi dasar pengembangan
hotel resort.
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan
Perancangan adalah sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah umum
dan khusus, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode
pembahasan, keaslian penulisan, sistematika penulisan, serta
kerangka berpikir penulis.
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan tentang pariwisata, hotel, dan tinjauan teori tentang
perencanaan dan peran-cangan resort hotel sesuai referensi yang
relevan.
Bab III : PRESEDEN & TINJAUAN LOKASI
Berisi tentang Analisa studi lapangan pada Village resort yang telah
terbangun mengenai perbandingan, standart, serta kontektualitas
dengan pendekatan yang sejenis.
Bab VI: ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi uraian yang berkaitan dengan dasar pendekatan dan Analisa
untuk menentukan program perencanaan dan perancangan yang
mengacu pada aspek-aspek fungsional, kinerja, teknis, arsitektural,
serta pendekatan lokasi dan tapak.
Bab V: KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Berisikan konsep dasar perencanaan, konsep dasar perancangan serta
program dasar perencanaan dan perancangan.
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
1.7. Keaslian Penulisan
Penulisan tugas akhir dengan judul “Village Resort desa wisata
Nglanggeran Gunungkidul Yogyakarta, Penekanan Intimacy Space dengan
Blurring Boundaries penulis nyatakan belum pernah dibuat. Dalam
beberapa hal tertentu terdapat persamaan dengan beberapa judul tugas
akhir berikut namun permasalahan perencanaan dan perancangannya juga
penekanan arsitektur yang di uraikan berbeda.
1. Desa Wisata sentra kerajinan Gerabah Banyumuluk dengan
pengembangan arsitektur tradisional sasak
Oleh : Fahrur Fauzi
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2005
Kesamaan : Lokasi yang berada pada lingkungan desa wisata, dan
bangunan berfungsi sebagai fasilitas akomodasi
kegiatan pariwisata.
Perbedaan : Pendekatan perencanaan dan perancangan yang
digunakan.
2. Hotel Resor di kawasan wisata alam pegunungan ciwidey dengan
pendekatan arsitektur saung.
Oleh : Tina Agustien
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006
Kesamaan : Tipologi bangunan yang berbasis Hotel resort
Perbedaan : Pendekatan perencanaan dan perancangan yang
digunakan.
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
3. Hotel Resort Pada Kawasan Benteng Kalamata Pendekatan Dengan
Nilai-Nilai Sejarah Dan Arsitektur Lokal Maluku Utara
Oleh : Sadli Soleman
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan perencanaan, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2007
Kesamaan : Mengedepankan arsitektur Lokal dan bangunan
berfungsi sebagai fasilitas akomodasi kegiatan
pariwisata.
Perbedaan : Pendekatan perencanaan dan perancangan yang
digunakan.
4. Village Resort Hotel di Tenggarong
Oleh : Pipin Dwi Ariestyo
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan perencanaan, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2007
Kesamaan : Bangunan berfungsi sebagai fasilitas akomodasi
kegiatan pariwisata.
Perbedaan : Pendekatan perencanaan dan perancangan yang
digunakan.
5. Village Resort Di Desa Trimulyo Bantul penekanan pada privasi untuk
mencapai kenyamanan yang optimal
Oleh : Elmi Imam Pamuji
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur dan perencanaan, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2009
Kesamaan : Bangunan berfungsi sebagai fasilitas akomodasi
kegiatan pariwisata.
Perbedaan : Pendekatan perencanaan dan perancangan yang
digunakan.
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
1.8. Kerangka Pola Pikir
Gambar 1 1 Kerangka Pola Pikir
Sumber : Analisa Penulis, 2013
VILLAGE RESORT DI DESA NGLANGGERAN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PENEKANANINTIMACY SPACE DENGAN BLURRINGBOUNDARIESLandasan Konseptual Perencanaan Dan PerancanganADI SAPUTRA HUTABARATUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/