BAB I PENDAHULUAN -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup manusia, baik sebagai faktor produksi dan barang konsumsi maupun sebagai ruang ( space ) tempat melakukan kegiatan. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di muka bumi ini mengalami perubahan yang relatif cepat, akibat pembangunan dan pertumbuhan manusia yang semakin meningkat, sedangkan tanah yang tersedia relatif tetap. Kebutuhan data penggunaan dan pemanfaatan tanah kini semakin diperlukan seiring dengan laju pesat pembangunan. Terkait dengan keruangan, tanah merupakan komponen ruang tempat berbagai kegiatan kehidupan manusia yang mendasar berlangsung, yang sering menimbulkan berbagai konflik penggunaan tanah. Salah satu contoh adalah penggunaan tanah yang tidak tepat di kawasan lindung menyebabkan adanya peningkatan intensitas dan sebaran banjir dan longsor pada musim hujan, sebaliknya terjadi kekeringan yang parah pada musim kemarau. Pada Lokasi perkotaan muncul permukiman tanpa kendali menimbulkan kantong – kantong wilayah kumuh yang minim sanitasi dan fasilitas kebersihan. Di samping itu terjadi juga ketimpangan sosial sebagai akibat perencanaan pembangunan yang kurang tepat. Peta penggunaan dan pemanfaatan tanah mempunyai berbagai manfaat baik untuk kalangan pemerintahan maupun masyarakat. Informasi pada peta penggunaan dan pemanfaatan tanah dapat digunakan sebagai analisis perkembangan dan pembangunan wilayah. Selain itu, peta tersebut dapat digunakan sebagai kontrol laju pembangunan wilayah agar keseimbangan alam maupun ekonomi tetap terjaga, contohnya pergantian penggunaan tanah dari sawah menjadi perumahan, hutan menjadi kawasan pertambangan, dan sebagainya. Laju pembangunan di Kota Yogyakarta sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perubahan status penggunaan dan pemanfaatan tanah. Oleh karena itu, diperlukan peta tematik penggunaan dan pemanfaatan tanah Kota Yogyakarta. PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (Studi Kasus : Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta) RIZKY ERLANGGA Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tanah memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup manusia, baik sebagai

faktor produksi dan barang konsumsi maupun sebagai ruang ( space ) tempat

melakukan kegiatan. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di muka bumi ini

mengalami perubahan yang relatif cepat, akibat pembangunan dan pertumbuhan

manusia yang semakin meningkat, sedangkan tanah yang tersedia relatif tetap.

Kebutuhan data penggunaan dan pemanfaatan tanah kini semakin diperlukan

seiring dengan laju pesat pembangunan. Terkait dengan keruangan, tanah

merupakan komponen ruang tempat berbagai kegiatan kehidupan manusia yang

mendasar berlangsung, yang sering menimbulkan berbagai konflik penggunaan

tanah. Salah satu contoh adalah penggunaan tanah yang tidak tepat di kawasan

lindung menyebabkan adanya peningkatan intensitas dan sebaran banjir dan longsor

pada musim hujan, sebaliknya terjadi kekeringan yang parah pada musim kemarau.

Pada Lokasi perkotaan muncul permukiman tanpa kendali menimbulkan kantong –

kantong wilayah kumuh yang minim sanitasi dan fasilitas kebersihan. Di samping itu

terjadi juga ketimpangan sosial sebagai akibat perencanaan pembangunan yang

kurang tepat.

Peta penggunaan dan pemanfaatan tanah mempunyai berbagai manfaat baik

untuk kalangan pemerintahan maupun masyarakat. Informasi pada peta penggunaan

dan pemanfaatan tanah dapat digunakan sebagai analisis perkembangan dan

pembangunan wilayah. Selain itu, peta tersebut dapat digunakan sebagai kontrol laju

pembangunan wilayah agar keseimbangan alam maupun ekonomi tetap terjaga,

contohnya pergantian penggunaan tanah dari sawah menjadi perumahan, hutan

menjadi kawasan pertambangan, dan sebagainya.

Laju pembangunan di Kota Yogyakarta sangat pesat. Hal ini ditunjukkan

dengan banyaknya perubahan status penggunaan dan pemanfaatan tanah. Oleh

karena itu, diperlukan peta tematik penggunaan dan pemanfaatan tanah Kota

Yogyakarta.

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

I.2. Lingkup Kegiatan Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang

diharapkan, maka lingkup kegiatan pada skripsi ini sebagai berikut :

1. Obyek kegiatan dibatasi pada perubahan penggunaan sawah, tegalan, perumahan,

dan pemanfaatan akan tanah tersebut.

2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi

lapangan, dan data yang diperoleh dari lembaga yang terkait.

3. Analisis penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan membandingkan hasil

interpretasi citra satelit IKONOS resolusi empat meter dengan hasil survey

lapangan.

I.3. Tujuan Berdasarkan dari latar belakang yang tertera di atas, maka tujuan dari kegiatan

ini adalah:

1. Menyajikan informasi persebaran, keberadaan, penggunaan tanah dan

pemanfaatan tanah di Kota Yogyakarta.

2. Pembaharuan peta penggunaan dan pemanfaatan tanah Kota Yogyakarta.

I.4. Manfaat Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat memberi manfaat seperti yang

tertera di bawah ini:

1. Memberikan informasi perkembangan pembangunan di Kota Yogyakarta.

2. Sebagai kontrol pembangunan di Kota Yogyakarta.

I.5. Landasan Teori

I.5.1. Peta Tematik Penggunaan Tanah Peta tematik adalah peta yang isinya mengutamakan penggambaran obyek

tertentu (Prihandito, 2000). Peta tematik disebut juga peta khusus, yaitu peta dengan

obyek khusus. Contoh peta tematik antara lain peta kadastral (batas kepemilikan),

peta zona (peta rancangan legal penggunaan tanah), peta penggunaan tanah, peta

kepadatan penduduk, peta kelerengan, peta geologi, peta curah hujan dan peta

produktivitas pertanian.

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

Pemilihan sumber data peta tematik disesuaikan dengan maksud dan tujuan

pembuatan peta. Sumber data yang digunakan pada pemetaan yaitu pengamatan

langsung di lapangan, penginderaan jauh dan peta yang sudah ada (base map).

Peta tematik penggunaan tanah adalah salah satu jenis peta tematik yang

memperlihatkan informasi secara kualitatif dan kuantitatif dari bentuk-bentuk

penggunaan tanah saat ini dalam hubungannya dengan unsur-unsur topografi

(Sudiarto, 1994). Jenis penggunaan tanah yang ditampilkan antara lain perumahan,

pertanian, industri, jalan, sungai, dan sebagainya.

I.5.2. Penggunaan Tanah

Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah padat penduduk dengan

beragam aktifitas yang dilakukan oleh penduduk setempat. Oleh karena itu

penggunaan tanah yang ada cukup beragam.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 1 Tahun 1997,

klasifikasi penggunaan tanah di daerah perkotaan dapat dibedakan menjadi

(Ritohardoyo, 2002) :

1. Tanah Perumahan

Tanah perumahan merupakan persil-persil tanah yang digunakan untuk

perumahan yang difungsikan sebagai rumah tinggal atau tempat hunian beserta

dengan sarana lingkungan yang dibutuhkan.

2. Tanah Perusahaan

Tanah perusahaan yaitu bidang tanah yang digunakan oleh negara, swasta

maupun suatu badan hukum untuk kegiatan komersil dan transaksi jual beli barang

dan jasa. Contoh dari penggunaan tanah perusahaan ini diantaranya yaitu

pembangunan hotel, bank, kantor swasta, dan lain-lain.

3. Tanah Industri

Tanah industri yaitu tanah yang digunakan oleh suatu badan hukum, badan

usaha milik swasta, maupun badan usaha milik negara sebagai tempat untuk kegiatan

komersil, produksi, perakitan, dan maintenance. Misalnya penggunaan tanah untuk

percetakan, perakitan kendaraaan, pembuatan barang, dan lain-lain.

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

4. Tanah Jasa

Tanah jasa merupakan suatu bidang tanah yang digunakan oleh organisasi

masyarakat, pemerintah atau swasta yang dipergunakan untuk kegiatan sosial dan

non komersial. Contohnya untuk pembangunan rumah sakit, puskesmas, apotek,dan

lain-lain.

5. Tanah Tidak Ada Bangunan

Tanah ini merupakan tanah yang tidak ada atau belum digunakan untuk

pembangunan di perkotaan.

6. Tanah Terbuka

Tanah terbuka yaitu bidang tanah yang tidak digunakan untuk bangunan dan

digunakan untuk taman terbuka atau tanaman.

7. Tanah Non-Urban

Tanah non-urban yaitu tanah di wilayah perkotaan yang digunakan untuk

pertanian dalam artian yang luas. Misalnya tanah tersebut digunakan sebagai

persawahan, tegalan, kebun, dan sebagainya.

Survei dan pemetaan penggunaan tanah dimaksudkan untuk memperoleh data

dari berbagai jenis tutupan tanah baik yang merupakan bentukan alami maupun

buatan manusia (BPN, 2012).

I.5.3. Pemanfaatan Tanah Pemanfaatan tanah adalah pemanfaatan atas suatu penggunaan tanah tanpa

merubah wujud fisik seluruhnya dengan maksud untuk memperoleh nilai lebih atas

penggunaan tanahnya (BPN, 2012).

Survei dan pemetaan pemanfaatan tanah dilakukan untuk memperoleh data

mengenai nilai tambah dari suatu penggunaan tanah tanpa merubah wujud fisik

penggunaan tanahnya. Misalnya sebuah lapangan yang digunakan sebagai tempat

pasar malam memiliki bentuk pemanfaatan berupa jasa perdagangan.

Definisi dari klasifikasi penggunaan tanah dan pemanfaatannya, kriterianya

adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2004) :

1. Pemanfaatan Tanah untuk kegiatan ekonomi dan/atau pemanfaatan tanah untuk

kegiatan sosial, yaitu :

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

a. Pemanfaatan tanah untuk produksi pertanian seperti pertanian tanah basah,

pertanian tanah kering, peternakan dan/atau perikanan.

b. Pemanfaatan tanah untuk produksi non pertanian seperti kerajinan dan/atau

lainnya.

c. Pemanfaatan tanah untuk jasa pendidikan seperti pendidikan formal dan non

formal yang dimiliki pemerintah atau pun swasta.

d. Pemanfaatan tanah untuk jasa kesehatan seperti rumah sakit, klinik atau pun

jasa kesehatan lainnya yang dimiliki pemerintah atau pun swasta.

e. Pemanfaatan tanah untuk jasa perdagangan seperti transaksi jual beli barang

atau jasa dan/atau keduanya, tukar menukar dan lainnya yang dilakukan

pasar, toko, warung, minimarket, supermarket, dan sebagainya.

f. Pemanfaatan tanah untuk jasa hiburan adalah berbagai jenis hiburan yang

dilakukan di suatu tempat seperti pertunjukan musik, film, berupa

permainan dan/atau tempat wisata.

g. Pemanfaatan tanah untuk jasa olahraga seperti tempat/sarana untuk olah

raga seperti GOR, tempat fitness, lapangan olah raga, dan/atau fasilitas olah

raga lainnya.

h. Pemanfaatan tanah untuk jasa lainnya.

i. Pemanfaatan tanah untuk sosial peribadatan seperti masjid, gereja, pura,

vihara, dan klenteng.

j. Pemanfaatan tanah untuk sosial pendidikan, sama halnya dengan jasa

pendidikan tetapi tidak berorientasi keuntungan.

k. Pemanfaatan tanah untuk sosial kesehatan seperti sama halnya dengan jasa

kesehatan tetapi tidak berorientasi keuntungan.

2. Pemanfaatan tanah untuk kegiatan ekonomi, yaitu :

a. Pemanfaatan bidang produksi (produksi pertanian : produksi pertanian,

dan/atau produksi non pertanian)

b. Pemanfaatan bidang jasa (jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa perdagangan,

jasa hiburan, jasa olahraga dan/atau jasa lainnya).

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

I.5.4. Pemutakhiran Peta Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Peta tematik pertanahan belum memberikan informasi yang lengkap karena

belum dikelola dengan baik dan terintegrasi. Hal tersebut membuat Badan

Pertanahan Nasional (BPN) membuat rencana strategis yaitu Rencana Strategis BPN-

RI 2010-2014. Rencana Strategis tersebut adalah stimulasi, dinamisasi, dan

memfasilitasi terselenggaranya survei dan pemetaan tanah secara cepat, modern, dan

lengkap.

Pemutakhiran merupakan kegiatan pembaharuan data maupun informasi dari

yang sebelumnya. Peta penggunaan dan pemanfaatan tanah perlu diperbaharui agar

informasi yang terkandung dalam peta selalu up to date.

Status penggunaan dan pemanfaatan tanah diperbaharui dengan melakukan

survei lapangan. Pada survei tersebut dilakukan pengecekan obyek survei, baik yang

berubah maupun tidak. Contohnya, sawah berubah penggunaan menjadi perumahan,

dan lain-lain. Data survei tersebut menjadi bahan untuk memperbaharui peta

penggunaan dan pemanfaatan tanah yang lama.

I.5.5. Proyeksi Peta Proyeksi peta adalah metode penyajian permukaan bumi pada suatu bidang

datar dari koordinat geografis pada bola atau koordinat geodetis pada elipsoid.

Permukaan bumi fisis tidak teratur, sehingga dipilih suatu bidang yang teratur yang

mendekati bidang fisis bumi, yaitu bidang elipsoid. Bidang tersebut merupakan suatu

bidang lengkung yang dapat digunakan sebagai bidang referensi hitungan untuk

menyatakan posisi titik-titik di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat

geodetis, yaitu lintang (φ) dan bujur (λ) (Prihandito, 2010).

Peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran

yang lebih kecil. Dalam hal ini posisi titik-titik pada peta ditentukan terhadap sistem

siku-siku x dan y, sedang posisi titik-titik pada muka bumi ditentukan oleh lintang

dan bujur (φ dan λ). Di dalam konstruksi suatu proyeksi peta, bumi biasanya

digambarkan sebagai bola (dengan jari-jari R = 6370,283 km). Dalam hal ini volume

ellipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil

sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam

perhitungan.

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk

menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu

dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat

didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang

datar.

Secara umum, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan

koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan suatu kurva (biasanya berupa

elipsoid atau bola) ke koordinat titik-titik yang terletak di atas bidang datar. Metode

proyeksi peta bertujuan untuk memindahkan pola-pola atau unsur-unsur yang

terdapat di atas suatu permukaan ke permukaan yang lain dengan menggunakan

rumus-rumus matematis tertentu sehingga tercapai kondisi yang diinginkan. Di

bidang geodesi (pemetaan), secara khusus proyeksi peta bertujuan untuk

memindahkan unsur-unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi (elipsoid) ke

bidang datar dengan menggunakan rumus-rumus proyeksi peta sehingga tercapai

kondisi yang diinginkan.

Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan rangkaian proyeksi

transverse mercator global dimana bumi dibagi menjadi 60 zona. Setiap zona

memiliki ukuran 60 x 60. Ciri-ciri sistem proyeksi UTM adalah:

1. Bidang proyeksi silinder

2. Bersifat konform (sama bentuk)

3. Proyeksi transversal, sumbu simetri tegak lurus sumbu bumi

4. Tangent, bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi

Trasnverse Mercator 30 (TM30) merupakan sistem proyeksi yang digunakan

oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Proyeksi TM30 memiliki ciri-ciri yang sama

dengan sistem proyeksi UTM. Akan tetapi, ukuran setiap zona pada sistem proyeksi

ini adalah 30 x 30.

I.5.6. Transformasi Koordinat

I.5.6.1 Transformasi koordinat adalah mengubah koordinat titik dari suatu sistem

koordinat tertentu menjadi sistem koordinat lainnya dengan aturan tertentu. Untuk

mencegah kesalahan interpretasi terhadap koordinat-koordinat yang digunakan, jenis

sistem koordinat suatu peta harus disamakan dengan jenis sistem koordinat yang

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

menjadi peta dasarnya. Dengan demikian, diperlukan transformasi koordinat dari

suatu sistem proyeksi ke sistem proyeksi peta yang lain.

I.5.6.2 Transformasi koordinat TM3º ke koordinat UTM. Untuk mengubah dari

sistem proyeksi TM3 ke sistem proyeksi UTM, harus dikonversikan atau

ditransformasikan koordinatnya ke dalam koordinat geodetis (φ,λ) terlebih dahulu,

kemudian dikonversikan kembali ke Proyeksi UTM (Muryamto, 1999). Konversi

koordinat proyeksi TM 3° (X,Y) ke dalam Koordinat Geodetik (φ,λ). tersebut

diilustrasikan pada Gambar I.1.

Gambar I.1. Diagram urutan transformasi dari TM3º ke UTM

Koordinat titik pada proyeksi TM 3° (X,Y), dihitung dari koordinat geodetik

(φ,λ). Hubungan koordinat proyeksi dengan koordinat geodetik digambarkan pada

gambar Gambar I.2.

Gambar I.2. Konversi koordinat proyeksi TM 3° ke koordinat geodetik

(Prihandito, 2010)

Sistem Proyeksi TM3 (X,Y)

Sistem Koordinat Geodetis (φ,λ)

Sistem Proyeksi UTM

)

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

I.5.7. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang dapat digunakan

untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi

geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2001).

Menurut Aronoff (1989), SIG mempunyai empat komponen dasar sebagai

berikut:

1. Data masukan. Komponen data masukan mengubah data dari keadaannya semula

kesalah satu bentuk yang dapat digunakan oleh SIG. Data yang dimasukan dalam

SIG mempunyai dua tipe, yaitu data spasial dan data atribut.

a. Data Spasial. Data spasial adalah data berupa peta atau gambar lainnya yang

menyajikan informasi aspek keruangan yang tersusun dalam bentuk titik

(point), garis (line), ataupun luasan (poligon).

b. Data Non-Spasial atau Data Atribut. Data non-spasial adalah data yang

umumnya bersifat tabular yang menyajikan informasi atau

keterangan/atribut pada setiap kenampakan dari data spasial (titik, garis, dan

luasan). Data atribut dapat berupa data kualitatif (nama, jenis, tipe, dan lain-

lain) atau kuantitatif (jumlah, tingkatan, dan sebagainya).

2. Manajemen data. Komponen manajemen data dalam SIG berisikan fungsi yang

diperlukan untuk menyimpan dan memanggil data.

3. Manipulasi dan analisis data. Fungsi dari manipulasi dan analisis data menentukan

informasi apa yang dapat diperoleh dari SIG.

4. Data keluaran. Data keluaran merupakan prosedur untuk menyajikan informasi

dari SIG dalam bentuk yang diinginkan pemakai. Data keluaran dapat ditampilkan

dalam dua format yaitu format hardcopy dan softcopy atau elektronik.

I.5.7.1. Model data dalam Sistem Informasi Geografis. Dalam SIG, dikenal dua jenis

model data, yaitu model data vektor dan model data raster.

Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial

dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, atau poligon beserta atribut-atributnya.

Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial di dalam sistem model data vektor

didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Di dalam model

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut

yang dihubungkan.Sementara itu, luasan atau poligon juga disimpan sebagai

kumpulan daftar titik-titik, tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir

poligon memiliki nilai koordinat yang sama (poligon tertutup sempurna). Contoh

model data vektor dapat dilihat pada Gambar I.3.

Gambar I.3. Model data vektor (Nuarsa, 2013)

Model data raster adalah struktur data yang menampilkan, menempatkan, dan

menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matrik atau piksel-piksel

yang membentuk grid. Lokasi tiap sel atau piksel ditentukan dari nomor baris dan

kolom.Kumpulan sel-sel tersebut disusun dalam bentuk matriks. Nilai (value) yang

diberikan pada tiap sel mengindikasikan nilai atribut yang diwakilinya. Contoh data

raster (Gambar I.4.).

Gambar I.4. Struktur Model Data Raster

Sumber(Arcgisdesktop/10.0/helpHelp\data_integration.chm::/rasterdata.chm::/raster_

rat.gif)

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

I.5.7.2. Analisis Sistem Informasi Geografis. Analisis pada SIG terdiri dari analisis

spasial dan analisis atribut. Salah satu analisis spasial adalah proses overlay. Fungsi

ini dilakukan dengan menggunakan minimal dua data spasial sebagai data

masukannya. Secara grafis proses overlay harus dilakukan dalam satu koordinat yang

sama, sehingga setiap tema/layer dapat digabungkan menjadi satu visualisasi.

Gambar I.5. Ilustrasi proses overlay (Anonim, 2010)

Contoh overlay secara grafis dapat dilihat pada Gambar I.5. Gambar tersebut

dapat dijelaskan bahwa proses overlay dapat dilakukan dengan lebih dari satu

layer,baik itu berupa point, line (garis), dan poligon. Hasil dari overlay ini menjadi

satu gabungan tampilan dari layer-layer yang merepresentasikan kenampakan dunia

nyata (real world).

I.5.8. Kartografi

Kartografi merupakan ilmu dan seni serta suatu teknik dalam pembuatan peta

(Riyadi,1994). Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan kertas dan pena,

tetapi munculnya komputer sudah merevolusionerkan kartografi. Banyak peta dibuat

dengan perangkat lunak komputer antara lain CAD, SIG, dan perangkat lunak

lainnya.

Kegiatan kartografi meliputi pengumpulan data, klasifikasi, analisa data,

produksi peta, evaluasi, dan penafsiran peta. Seseorang yang melakukan kegiatan

tersebut disebut kartograf. Titik berat studi kartografi adalah hubungan antara data

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

yang terkumpul, proses kartografinya, dan pemakaian peta. Hal tersebut dikarenakan

peta harus dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek yang digambarkan.

I.5.9. Interpretasi Citra

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut

(Sutanto,1992).

Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali

obyek melalui tahapan kegiatan, yaitu:

a. Deteksi

b. Identifikasi

c. Analisis

Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke

dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan

sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu

melalui pengenalan obyek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi obyek.

1. Pengenalan obyek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu

obyek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk

mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera.

Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak

dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman

dari foto udara atau satelit. Ada 3 (tiga) ciri utama Identifikasi benda yang

tergambar pada citra, berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu:

a. Spektoral. Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara

tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

b. Spatial. Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi

bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

c. Temporal. Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat

perekaman.

2. Penilaian atas fungsi obyek dan kaitan antar obyek dengan cara menginterpretasi

dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada

tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya,

karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.

Interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu perekaman data dari

citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Perekaman data dari citra

berupa pengenalan obyek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke

dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari

menguraikan atau memisahkan obyek yang rona atau warnanya berbeda dan

selanjutnya ditarik garis batas/delineasi bagi obyek yang rona dan warnanya sama.

Kemudian setiap obyek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik spasial

dan atau unsur temporalnya. (Harsono, 2004)

Obyek yang telah dikenali jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan

tujuan interpretasinya dan digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara.

Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan untuk menjaga ketelitian dan

kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilaksanakanlah interpretasi akhir

dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan (obyek) dapat dipergunakan sesuai

tujuannya.

I.5.10. Tata Letak Peta (Layout)

Tata letak peta merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan pada

pembuatan desain peta. Untuk menghasilkan sebuah tata letak peta yang baik, perlu

diperhatikan lima sasaran yang mempengaruhi penilaian keberhasilan tata letak peta,

yaitu (Riyadi, 1994):

1. Kejelasan. Informasi pada suatu peta sebaiknya disajikan dalam keadaan baik,

jelas, serta tidak mempunyai arti yang berbeda antara satu dengan yang lain.

2. Kelayakan. Kelayakan suatu tata letak mengacu pada logika suatu peta, apakah

beberapa elemen peta seperti legenda dan judul peta sudah diletakan sesuai

dengan logik hubungan antara satu elemen dengan elemen lainnya.

3. Keseimbangan visual. Pada peta, setiap elemen yang disajikan dengan

pertimbangan agar obyek ditampilkan dengan seimbang dan memudahkan

pemakai peta untuk mengidentifikasikan obyek secara maksimal.

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

4. Kekontrasan. Kekontrasan tata letak peta mengacu kepada perbedaan antara

terang dan gelap dari suatu warna yang digunakan, serta tebal dan tipisnya garis

yang ditampilkan dari elemen yang disajikan.

5. Kesatuan. Kesatuan suatu tata letak peta mengacu kepada hubungan antara

pemilihan dan penempatan huruf, kegunaan peta, skala peta, penyajian simbol,

dan reproduksi.

Tata letak peta dapat dibagi dalam tiga kategori (Riyadi, 1994), yaitu:

1. Frame Map

Tata letak dari tipe ini memiliki outer border line yang mengelilingi

muka peta. Garis batas tepi mempunyai fungsi memisahkan antara muka peta

dengan informasi tepi (marginal information) secara jelas. Peta tipe ini sangat

cocok untuk pemetaan yang berangkai (seri).

2. Island Map

Yang lebih konvensional dari frame map adalah island map. Neat line

atau batas dari area yang dipetakan berfungsi sebagai frame (batas garis),

sehinggaisland map mempunyai bentuk yang tidak beraturan. Tipe ini

memberikan kebebasan pada kartografer untuk merancang tata letak peta (map

lay-out) yang cocok.

3. Bleeding Map

Peta jenis ini mempunyai informasi pada batas potongan dari area peta,

atau dengan kata lain tidak mempunyai frame.

Gambar I.6. Contoh (dari kiri ke kanan) Frame map, Island map, dan Bleeding map (Riyadi,1994

PEMUTAKHIRAN PETA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KOTA YOGYAKARTA (StudiKasus : Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta)RIZKY ERLANGGAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/