S1-2013-285549-chapter1.pdf
Transcript of S1-2013-285549-chapter1.pdf
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal
dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada
separator kluster 4 Fluid Collection and Reinjection System (FCRS), unit Karaha
PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE). Bejana tekan atau pressure vessel
menurut ASME VIII Divisi I adalah sebuah wadah berisi zat yang menderita
tekanan internal maupun eksternal. Bagian-bagian utama bejana tekan diantaranya
adalah shell, head, dan support.
Shell adalah bagian dari bejana tekan yang berfungsi sebagai tempat
menampung fluida baik gas maupun cair. Shell mempunyai beberapa bentuk,
pemilihan bentuk mempertimbangan teknis, fungsional, dan ekonomis. Shell pada
umumnya berbentuk silindris dan bola. Untuk tekanan yang sama, bentuk bola
memerlukan tebal plat yang lebih tipis daripada bentuk silindris, tetapi lebih
mahal dan rumit dalam proses pembuatannya. Bejana tekan silindris dibedakan
menjadi bejana tekan vertikal dan horisontal. Bejana tekan vertikal mempunyai
keuntungan membutuhkan tempat lebih sempit daripada horisontal, tetapi beban
angin dan gempa harus dipertimbangkan.
Head adalah bagian dari ujung shell yang berfungsi sebagai penutup. Jenis
head berdasarkan bentuk antara lain adalah hemispherical, ellipsoidal,
torispherical, conical, dan flat. Seperti halnya dengan shell, pemilihan bentuk
head meliputi pertimbangan teknis, fungsional, dan ekonomis. Bentuk
hemispherical setengah bola lebih kuat tetapi pembuatannya rumit dan mahal.
Support adalah bagian dari bejana tekan yang berfungsi sebagai penyangga
atau tumpuan bejana tekan. Jenis support biasanya berupa saddle, lug, dan skirt.
Bejana tekan horisontal biasanya menggunakan tumpuan saddle. Bejana tekan
2
vertikal yang pendek biasanya ditumpu oleh lug support atau leg support dan
yang tinggi ditumpu oleh skirt.
Bejana tekan harus dirancang untuk dapat menahan beban baik oleh bejana
tekan itu sendiri, beban angin dan beban gempa sampai batas-batas optimum. Hal
ini dikarenakan faktor kondisi operasi dan lingkungan berpengaruh dalam
perancangan sebuah bejana tekan.
Bejana tekan merupakan salah satu peralatan utama dari proses yang
digunakan untuk menangani material dalam jumlah yang banyak, dengan beragam
konstruksi tergantung pada karakteristik material (fisik maupun kimia). Bejana
tekan dipakai dalam berbagai industri, misalnya industri petrokimia, minyak, gas,
dan geothermal.
1.1.1. Latar belakang penulisan
Indonesia sedang mengalami tuntutan yang pesat di berbagai segmen
dalam sektor energi selama beberapa tahun terakhir. Data kelistrikan di Indonesia
menunjukkan bahwa permintaan energi listrik masyarakat meningkat dari waktu
ke waktu. Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor terutama
peningkatan konsumsi energi masyarakat dan perubahan pola pemakaian energi
masyarakat yang menyebabkan adanya pengalihan energi dari bentuk non listrik
menjadi energi listrik.
Menurut SKK Migas, rasio cadangan produksi minyak Indonesia tahun
2013 tinggal 11 tahun, jumlah cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 3,6
miliar barrel atau hanya 0,2% dari total cadangan minyak di dunia, sementara
cadangan gas Indonesia sebesar 104,25 triliun kaki kubik atau hanya sekitar 1,7%
dari total cadangan gas dunia. Untuk dapat menambah jumlah cadangan minyak
dan gas di Indonesia dibutuhkan eksplorasi dan untuk eksplorasi dibutuhkan
investasi dalam jumlah besar.
Peningkatan permintaan energi dan mengecilnya cadangan energi fosil ini
menuntut pemerintah menghadapi banyak kendala mulai dari investasi sampai
kendala ketersediaan dan mahalnya bahan bakar untuk pembangkit. Untuk
3
mengatasi masalah mahalnya bahan bakar perlu diusahakan usaha pemanfaatan
sumber energi terbarukan. Salah satu energi yang bisa dimanfaatkan adalah
geothermal. Energi panas bumi memberikan solusi alternatif dari sumber energi
saat ini. Potensi energi panas bumi di Indonesia mencakup 40% potensi panas
bumi dunia, tersebar di 251 lokasi pada 26 propinsi dengan total potensi energi
27.140 MW atau setara 219 milyar ekuivalen barrel minyak. Kapasitas terpasang
saat ini 1.194 atau 4% dari seluruh potensi yang ada.
Energi panas bumi merupakan salah satu energi yang dapat diperbarui dan
ramah terhadap lingkungan, yang biasanya terdapat pada daerah yang terletak di
kawasan jalur vulkanis. Energi ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik,
yang lebih dikenal dengan istilah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Sifat panas bumi sebagai energi terbarukan menjamin kelangsungan operasional
pembangkitan, karena fluida panas yang digunakan sebagai penggerak turbin akan
selalu tersedia.
Pembangkitan energi listrik ini memanfaatkan uap yang terkandung di
dalam perut bumi, yang terjadi akibat pemanasan air yang ada di dalamnya oleh
lapisan magma dari dalam perut bumi. Uap panas ini berupa fluida dua fasa,
dimana fluida ini merupakan fluida yang terdiri dari fase cair dan fase gas. Uap
panas ini akan diambil dari perut bumi melalui sumur produksi (well production).
Untuk memanfaatkan energi panas bumi, sumur-sumur produksi dieksplorasi
sampai ke sumber panas yang berada di dalam kerak bumi (reservoir panas bumi).
Pada saat reservoir panas bumi dimanfaatkan, air dan uap panas tersebut akan
dialirkan melalui pipa reservoir menuju separator. Air dan uap panas ini dapat
naik ke permukaan bumi karena perbedaan tekanan didalam perut bumi dengan di
permukaan bumi. Di dalam separator, uap panas akan dipisahkan dengan air
yang terkandung di dalamnya. Uap akan dipisahkan dan digunakan untuk
menggerakkan turbin uap panas bumi.
PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan membangun Fluid
Collection and Reinjection System (FCRS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP) Unit-5 yang terletak di Area Karaha, Jawa Barat. Pekerjaan ini
merupakan “EPCC Total Proyek Panas Bumi Karaha 1x30 MW”. Fluid
4
Collection and Reinjection System (FCRS) akan mengirimkan uap ke
pembangkit listrik geothermal 1 x 30 MW. Uap yang akan dimanfaatkan berasal
dari produksi uap sumur dari kluster 4 dan 5 di area Karaha. Detail lokasi Fluid
Collection and Reinjection System (FCRS) dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1. Detail lokasi Fluid Collection and Reinjection System (FCRS)
Fluid Collection and Reinjection System (FCRS) akan terdiri dari dua
sumur produksi di kluster 4 (KRH 4-1 dan KRH 4-3) dan dua sumur produksi di
kluster 5 (KRH 5-1 and KRH 5-2) serta satu sumur injeksi (KRH 2-1). Terdapat
satu separator di setiap kluster (PV-501 dan PV-401), separator disini adalah
bejana tekan vertikal. Tekanan uap dan brine di separator akan dikendalikan
secara otomatis. Dari setiap sumur produksi, fluida dua fasa akan mengalir ke
separator yang akan memisahkan fase uap dan fase cair (brine). Proses operasi
5
pada Fluid Collection and Reinjection System (FCRS) dapat dilihat pada gambar
process flow diagram sebagai berikut.
Gambar 1.2. Process and Flow Diagram (PFD) Fluid Collection and Reinjection
System (FCRS)
Dalam operasi normal, fluida dua fase dari sumur produksi akan mengalir
ke separator yang akan memisahkan fase uap dan fase cair. Uap dari kluster
separator akan mengalir ke scrubber, yang akan berlokasi di daerah pembangkit
listrik. Di scrubber, kondensat yang masih terbawa uap dipisahkan sehingga
kualitas uap memenuhi persyaratan turbin uap. Brine dari separator akan
disuntikkan bersama dengan kondensat dari pembangkit tenaga listrik ke sumur
reinjeksi KRH 2-1.
Dalam kondisi darurat, brine dari masing-masing separator akan mengalir
ke silincer dan selanjutnya dikirim ke kolam pendingin untuk mengurangi suhu
brine oleh konveksi alami. Brine dari kolam pendingin akan mengalir ke kolam
penampung. Setiap kluster akan memiliki satu kolam pendingin dan kolam
penampung. Brine di kolam KRH kluster 5 akan dipompa ke kolam KRH kluster
4. Selanjutnya, brine dari kolam penampung KRH kluster 4 akan dipompa ke
reinjeksi KRH 2-1.
6
Terdapat tiga jenis bejana tekan pada Fluid Collection and Reinjection
System (FCRS) yaitu separator, scrubber, dan silincer. Scrubber dirancang untuk
mengurangi air dari uap keluar separator. Scrubber dirancang untuk memisahkan
semua uap dari separator di kedua kluster. Uap dari separator di setiap kluster
(PV-501 dan PV-401) mengalir ke scrubber. Uap akan dipisahkan dari kondensat
di scrubber. Uap kemudian akan mengalir ke turbin uap. Brine akan mengalir ke
silencer GPP.
Silencer dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kebisingan dan flash
cairan dari sumur dan brine dari separator. Sistem geothermal terdiri dari dua fase
cairan, yaitu uap (steam) dan cair (brine) dalam tekanan dan suhu tinggi maka
menyebabkan tingkat kebisingan yang tinggi. Aliran fluida akan dialirkan pada
unit silencer untuk mengurangi tingkat kebisingan dan flash fluida sampai
mencapai tekanan atmosfer. Brine yang keluar dari silencer sudah pada tekanan
atmosfer dan suhu air jenuh pada tekanan ini. Kemudian brine akan mengalir ke
dalam kolam pendingin di dekatnya untuk pendinginan lebih lanjut.
Separator, scrubber, dan silincer didesain dan ditempatkan dengan tepat
sehingga memungkinkan interkoneksi sempurna dengan pipa dan peralatan
lainnya di kluster. Desain harus menggabungkan semua fitur yang dibutuhkan
untuk interkoneksi.
Dalam penelitian ini bejana tekan yang akan dirancang adalah separator di
kluster 4. Separator memiliki beberapa nozzle yaitu: nozzle inlet, nozzle outlet,
manhole, indikator tekanan, pressure safety valve, pressure transmitter, indikator
temperatur, indikator level dan drain.
Fluida mengalir dari sumur produksi ke separator dengan temperatur dan
tekanan tinggi. Separator akan menderita beban tekanan internal dari fluida yang
bekerja sehingga akan menimbulkan tegangan pada dinding bejana tekan.
Temperatur juga akan mempengaruhi kekuatan material sehingga diperlukan
pemilihan material dan perhitungan ketebalan agar mampu menahan tegangan
yang diderita. Bejana tekan harus dirancang untuk kondisi yang paling buruk
terhadap bejana tekan seperti yang diperkirakan akan terjadi selama operasional
normal. Kondisi lingkungan juga akan mempengaruhi separator seperti
7
temperatur lingkungan, tekanan lingkungan, kecepatan angin, jenis tanah, wilayah
kegempaan, curah hujan, dan kelembaban. Kecepatan angin dan gempa, akan
menyebabkan tegangan dan momen pada bejana tekan. Sehingga dalam
perancangan bejana tekan diperlukan konsiderasi terhadap kondisi desain dan
pembebanan akibat gaya-gaya luar yang menyebabkan tegangan seperti beban
angin dan gempa.
Separator harus dirancang untuk dapat menahan beban separator itu
sendiri, beban operasi, beban angin, beban gempa, maupun beban akibat sistem
perpipaan sampai batas-batas optimum. Diperlukan perancangan bejana tekan
sesuai dengan kondisi operasi agar separator aman dan biaya dapat diperkirakan.
Perancangan bejana tekan meliputi juga nozzle, flange, support, lifting lugs, dan
komponen lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
Separator sangat penting dalam sistem lapangan geothermal untuk
memisahkan uap dan brine. Sebuah separator bejana tekan vertikal akan
mengalami pembebanan internal dan eksternal sehingga menyebabkan tegangan
pada komponen-komponennya.
Dalam tugas akhir ini akan membahas masalah perancang bejana tekan
vertikal yang digunakan sebagai separator yang meliputi perhitungan
pembebanan dan penentuan ukuran-ukuran komponen utama sehingga dapat
diketahui kebutuhan material minimum, tekanan maksimum yang diijinkan, berat
bejana tekan, dan tegangan yang terjadi. Perancangan bejana tekan meliputi
perancangan pressurized dan non pressurized part. Perancangan pressurized part
meliputi perancangan shell, head, dan nozzle. Non pressurized part terdiri dari
perancangan skirt dan lifting lug.
Bejana tekan vertikal terhubung dengan perpipaan pada nozzle inlet dan
outlet. Perpipaan yang menempel pada bejana tekan bagian luar dapat
mengakibatkan tegangan pada nozzle sehingga perlu dilakukan simulasi
pembebanan eksentrik pada nozzle untuk mengetahui kekuatan nozzle. Analisis
8
kekuatan nozzle berdasarkan standar WRC 107 (Welding Research Council
bulletin 107). Dalam membangun sebuah separator diperlukan perhitungan yang
matang untuk memperoleh sebuah sistem yang aman dan efisien terutama jika
dilihat dari sudut pandang keteknikan dan ekonomi.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Perancangan bejana tekan berdasarkan code ASME VIII divisi 1.
2. Simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle berdasarkan code WRC 107.
1.4. Tujuan
Tujuan perancangan ini adalah :
1. Melakukan perancangan bejana tekan vertikal separator pada lapangan
geothermal, Fluid Collection and Reinjection System (FCRS) yang
terletak di area Karaha.
2. Melakukan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle.
1.5. Manfaat
Manfaat dari perancangan ini adalah :
1. Memberikan rekomendasi kepada PT. Pertamina Geothermal Energy
(PGE) dalam perancangan bejana tekan separator pada Fluid Collection
and Reinjection System (FCRS) yang terletak di area Karaha.
2. Mengetahui pengaruh pembebanan eksentrik pada nozzle.
3. Memperluas khasanah ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
perkembangan teknologi dan industri di Indonesia.