ringkasan hipertiroid
-
Upload
alfi-fadilah -
Category
Documents
-
view
36 -
download
5
Transcript of ringkasan hipertiroid
HIPERTIROID
Anamnesis
- Pembesaran leher bagian depan
o Nyeri
o Tanda-tanda penekanan gg. menelan, sesak nafas, suara serak
- Umum
o Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat, toleransi
obat
- Gastrointestinal
o Hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali
- Muskular
o Rasa lemah
- Genitourinaria
o Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
- Kulit
o Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis
- Psikis dan saraf
o Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik dispneu
- Jantung
o Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung
- Darah dan limfatik
o Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
- Skelet
o Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang
Pemeriksaan fisik
- Spesifik pada leher :
Inspeksi luka bekas op, massa, warna kulit, distensi vena, deviasi trakea
“Pemberton`s sign Pembesaran kelenjar tiroid pada bagian retrosternal dapat
menyebabkan distensi vena sehingga menyebabkan kesukaran bernafas, terutama
apabila tangan di angkat ke atas.”
Palpasi dg gerakan menelan tiroid akan ikut bergerak (ukuran, konsistensi, nyeri, suhu,
metastasis ke kelenjar limfe regional-trakea, mastoid, supraklavikula, servikal leher)
“Klasifikasi Perez”
Derajat 0 : Subjek tanpa gondok
Derajat 1 : Subjek dengan gondok yang dapat diraba (palpable)
Derajat IA : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat meskipun leher
sudah ditengadahkan maksimal.
Derajat IB : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan sikap
kepala biasa, artinya leher tidak ditengadahkan.
Derajat 2 : Subjek dengan gondok terlihat (visible)
Derajat 3 : Subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa cm
Auskultasi bruit, bising pembuluh di daerah gondok yang paling banyak ditemukan pada
gondok toksik (utamanya ditemukan di lobus kanan tiroid-ingat vaskularisasinya)
- Mata Eksoftalmus (eksoftalmometer Herthl)
- Tremor
Rencana pemeriksaan penunjang
- Darah rutin
- EKG
- Radiologis mencari metastasis
- T3, T4, TSH
- Histopatologi
Tatalaksana
Prinsip pengobatan hipertiroid tergantung etiologi tiroksikosis, usia pasien, riwayat alamiah
penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, risiko pengobatan dan
sebagainya. Pengobatan dikelompokkan menjadi:
1. Tirostatika (OAT-Obat Anti Tiroid)
Indikasi pemberian OAT adalah :
1.Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien – pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis
2.Sebagai obat untuk control tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
3.Sebagai persiapan untuk tiroidektomi
4.Untuk pengobatan pada pasien hamil
5.Pasien dengan krisis tiroid
a. Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak
boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis
dewasa 300 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari,
untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150
mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et
al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambat oksidasi dari iodin
dan menghambat sintesis tiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus :
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
b. Methimazole
Nama generik : Methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari
(3 x sehari) maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15
mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression,
kehamilan (Lacy, et al, 2006)
c. Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan
masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi
5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen,
karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak
mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
d. Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari;
kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal
(3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
2. Tiroidektomi
Dikerjakan saat pasien eutiroid secara klinis maupun biokimiawi.
Indikasi operasi:
1.Pasien umur muda dengan struma yang besar
2.Pada wanita hamil yang membutuhkan OAT dalam dosis besar
3.Alergi terhadap OAT
4.Adenoma toksik atatu struma multinodular toksik
5.Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
3. Yodium radioaktif
Kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak. Dosis RAI berbeda: ada yang sedikit karena
menghindari hipotiroid, namun ada juga yang diberikan dalam dosis besar untuk mencapai
hipotiroid kemudian pasien diberikan tiroid eksogen. Satu-satunya kontraindikasi : graviditas.
Indikasi pengobatan dengan iodium radioaktif adalah :
1.Pasien umur 35 tahun ke atas
2.Hipertiroidisme yang kambuh setelah operasi
3.Gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
4.Tidak mampu atau tidak mau dengan pengobatan OAT
5.Adenoma toksik, goiter multinudular toksik
Patofisiologi
*note : Maaf berantakan, tp msh bisa dibaca kok ^^V
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
Yang ↑
TH ↑
↓Produksi kalori ↑
O2 ↑
RR ↑
↓ ATP
fatigue
Hipersekresi T3, T4, dan TSI; TSH ↓
↑TSH-R (yg terdapat di fibroblast mata&sel folikel mata)
Merangsang limfosit jar.orbita&otot mata membesar
Eksoftalmus
Jumlah reseptor adrenergik
Respon thd adrenergik berlebih
Biosintesis katekolamin oleh T3
tubuh↑
Intoleran aktivitas, mudah capek
Iodium ↑
Iodium ↑
Gg.nutrisi
gg.integritas jar.mata
iritasi
Glukoneogenesis, lipolisis,glikogenolisis ↑
Suplai nutrisi tdk adekuat
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran
yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi
cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon
tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal.
Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah
satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan
reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Definisi
- Tirotoksikosis
Manifestasi kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi
- Hipertiroid
Tirotoksikosis yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif
Etiologi
Hipertiroid primer
- Penyakit Graves
- Gondok multinodula toksik
- Adenoma toksik
- Obat : yodium berlebih, lithium
- Karsinoma
- Struma ovarii (ektopik)
- Mutasi TSH-r, Gsα
Hipertiroid sekunder
- TSH-secreting tumor chGH
- Tirtoksikosis gestasi (trimester pertama)
- Resistensi hormon tiroid
Prognosis
Dubia ad bonam. Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat adalah 10-15%
(Rani., et.al.,2006).
Individu dengan tes fungsi tiroid normal-tinggi, hipertiroidisme subklinis, dan
hipertiroidisme klinis akan meningkatkan risiko atrium fibrilasi. Hipertiroidisme juga
berhubungan dengan peningkatan risiko gagal jantung (6% dari pasien), yang mungkin
menjadi sekunder untuk atrium fibrilasi atau takikardia yang dimediasi cardiomyopathy.
Gagal jantung biasanya reversibel bila hipertiroidisme diterapi. Pasien dengan hipertiroidisme
juga berisiko untuk hipertensi paru sekunder peningkatan cardiac output dan penurunan
resistensi vaskuler paru. Pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya,
hipertiroidisme meningkatkan risiko kematian (rasio hazard [HR] = 1,57), dan bahkan
mungkin pada pasien tanpa jantung. Hal ini juga meningkatkan risiko stroke iskemik (HR =
1,44) antara dewasa usia 18 sampai 44 tahun. Hipertiroidisme tidak diobati juga berpengaruh
terhadap kepadatan mineral tulang yang rendah dan meningkatkan risiko fraktur pinggul
(Gandhour and Reust, 2011).
Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak
diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati
Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.