Resposni Fix Analgetic Induced Gastric Bleeding in Elderly

download Resposni Fix Analgetic Induced Gastric Bleeding in Elderly

of 31

description

doc

Transcript of Resposni Fix Analgetic Induced Gastric Bleeding in Elderly

RESPONSI KASUS

ANALGETIC INDUCED GASTRIC BLEEDING IN ELDERLY

Oleh:

Fahimma 105070100111085Hans Mahagi 105070100111012Leong Siu Mun 105070108121006Vidia Meiranda Akib 105070106111013

Pembimbing:

dr. Sri Sunarti Sp.PDLABORATORIUM / SMF ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR

MALANG

2015BABIPENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangNyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri mempunyai sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri bukan hanya merupakan modalitas sensori tetapi juga merupakan suatu pengalaman. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya atau potensi rusaknya jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan tersebut.3,4 Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis).3Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun yang menjadi manfaatnya antara lain: manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme defensif, dan membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri tetaplah merupakan derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh karena menimbulkan perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ.2 Bila tidak teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik dari penderita. Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian dan perilaku,gangguan tidur dan gangguan kehidupan sosial. Sedangkan dari aspek fisik, nyeri mempengaruhi peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.9

Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan.3 Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula dirasakan secara kronik oleh penderita contohnya nyeri pada penyakit osteoatritis, nyeri jenis ini umumnya tumpul, berulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama dirasakan pasien. Nyeri akut akan disertai heperaktifitas saraf otonum dan umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan. Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya nyeri sangatlah penting sebagai landasan menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita. Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat berkembang menjadi nyeri kronik.2Terdapat berbagai macam jenis anti nyeri seperti paracetamol, NSAID selective maupun non selective dan lain sebagainya dimana masing masing oabt tersebut memiliki kelebihan maupun kekurangan seperti efek sampingnya salah satunya adalah melukai lambung sehingga lama kelamaan apabila penggunakan dilakukan dalam jangga waktu yang panjang akan menimbulkan hematemesis maupun melena yang timbul akibat perdarahan dari lambung.Nyeri sampai saat ini merupakan masalah dalam dunia kedokteran. Nyeri bukan hanya berkaitan dengan kerusakan struktural dari sistem saraf dan jaringan saja, tetapi juga menyangkut kelainan transmiter yang berfungsi dalam proses penghantaran impuls saraf. Di lain pihak, nyeri juga sangat mempengaruhi morbiditas, mortilitas, dan mutu kehidupan.

1.2 Tujuan Untuk dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat antinyeri apa saja yang aman maupun tidak aman bagi lambung pada lansia1.3.ManfaatHarapannya dengan adanya responsi kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dokter muda agar lebih mudah memahami tentang jenis-jenis obat anti nyeri apa saja yang aman maupun tidak aman bagi lambung pada lansiaBAB IIKASUS3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. SJeniskelamin : PerempuanTanggallahir : 15 September 1939Umur

: 75 tahun

Alamat

: Jl. Bareng kartini I/274 B klojen MalangPekerjaan

: -Pendidikan

: SDStatus

: Sudah Menikah

Etnis/suku

: Jawa

Agama

: Islam

MRS Tanggal : 24 Desember 2014

3.2 ANAMNESISKeluhan utama : BAB kehitamanDeskripsi riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluh BAB kehitaman encer seperti petis sejak 3 minggu sebelum MRS, selain itu pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan ulu hatinya terasa panas, untuk mengurangi gejala nyeri ulu hatinya pasien mengkonsumsi obat promag dan gejalanya sedikit berkurang. Pasien juga sering mengeluh sakit di kedua tungkai dan pinggang, dan untuk mengurangi nyerinya pasien mengkonsumsi obat antinyeri (berdasarkan KPO: sejak 2 thn yll mengkonsumsi obat antinyeri rutin berupa meloxicam (cameloc), piroxicam, na diclofenac, renadinac) hampir setiap hari secara rutin.Riwayat penyakit dahulu : HT dan DM disangkal, riwayat nyeri pinggang and kedua lutut (+)Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupaRiwayat pengobatan : mengkonsumsi promag untuk nyeri ulu hati dan rutin mengkonsumsi antinyeri (meloxicam (cameloc), piroxicam, na diclofenac, renadinac) untuk nyeri pinggang dan kedua lutut (+)Riwayat sosial : merokok (-) alkohol (-) jamu-jamuan (-) kopi (+)Review of systems: mual (-) muntah (-) muntah darah (-) BAK normal, BAB kehitaman encer3.3 PemeriksaanFisikDeskripsiUmum

Kesan sakit

: tampak sakit sedangGizi

: cukupTanda-tanda Vital

Kesadaran

: GCS 4 5 6, compos mentis

Nadi

: 84 x/menit, reguler Tekanandarah

: 100/80 mmHg (lengan kanan, berbaring)

Pernafasan

: 20 x/menit, regularTax

: 36,5 CK/L

: An (+/+) Ict (-/-)

JVP R + 2 cm H2O, 30 degree positionTho

: Bentuk/gerak simetris

Pulmo: SF D = S SN V V

V V

V V

Rh - - Wh - -

- - - -

- - - -

Cor: I: Ictus invisible

Palp: Ictus palpable di ICS VI MCL S

Perc: RHM ~ SLD, LHM ~ Ictus

A: S1S2 single, regular, murmur (-) gallop (-)Abd

: flat, soefl, BU (+) meningkat, nyeri tekan epigastrik (+) Nyeri pinggang (+) Ext

: Akral hangat, edema (-/-) krepitasi (+) nyeri kedua lutut (+)3.4 PemeriksaanLaboratorium

Tabel 3.1HematologiHasilPemeriksaanSatuanNilai Normal

Hb5,1 g/dl11,4 15,1

Eritrosit2,51 /l4.0 5.0

Leukosit9.390/ l4,7 11,3

Hematokrit17,7% 38 42

Trombosit408.000/ l142 424

MCV 75,60 fL

80 93

MCH 22,40 pg27 31

MCHC 29,7 g/dL32 36

Eosinofil0,0 %0 4

Basofil0,1 %0 1

Neutrofil79,3 %51 67

Limfosit12,4%25 33

Monosit8,2%2 5

Tabel 3.2 Kimia Klinik

HasilPemeriksaan

Satuan

Nilai Normal

FaalHati

Albumin3,28 U/dL3,5-5,5

GDP82 mg/dl60-100

GD 2 PP90 mg/dl=65 tahun

Misoprostol dapat diberikan untuk mengurangi masalah saluran pencernaan

COX-2 inhibitor : Pemakaian harus mempertimbangkan adanya risiko terjadinya kardiovaskular trombotik, termasuk non-fatal miokardial infark dan non-fatal stroke terutama bila dipakai dalam dosis tinggi.Obat-obat lain :

Obat luar: krem, gosok, spray (capsaicin spray), metilsalisilat

Kortikosteroid: antiinflamasi yang kuat, dapat diberikan secara suntik pada sendi . Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih dari 2-3 x suntik per tahun. Tidak diberikan per oral

Asam hyaluronidase: disuntikkan di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.

Pembedahan

Bagi banyak orang, operasi dapat menghilangkan rasa sakit dan cacat akibat OA. Operasi dilakukan untuk :

Mengambil serpihan-serpihan tulang dan kartilago di sendi bila menyebabkan simtom mekanis dari mengunci dan buckling.

Menghaluskan permukaan tulang

Mereposisi tulang

Mengganti sendi.

Sendi yang sakit akan diganti dengan sendi artifisial, disebut prostese . Dapat dibuat dari metal alloy, plastik dengan densitas tinggi, dan keramik. Dapat dihubungkan dengan permukaan tulang dengan sejenis semen. Sendi artifisial dapat tahan selama 10-15 tahun atau lebih. BAB IVKESIMPULAN

Pada kasus ini dilaporkan, pasien wanita berusia 75 tahun mengalami nyeri pada pinggang dan kedua lutut yang berlangsung lama, akibat obat antinyeri yang digunakan untuk mengurangi nyeri punggung dan kedua lututnya yang dicurigai sebagai osteoatritis seperti (meloxicam (cameloc), piroxicam, na diclofenac, renadinac) keempat obat diatas yang rutin pasien konsumsi sejak 2 tahun yang lalu merupakan golongan obat NSAID non selective yang tidak memberikan proteksi terhadap lambung sehinggamenimbulkan efek samping berupa luka pada lambung yang berujung dengan perdarahan pada lambung sehingga menimbulkan BAB kehitaman encer (melena) sejak 3 minggu sebelum MRS. Penatalaksanaan yang kami rencanakan pada pasien ini adalah menghindari penyebab utamanya yaitu konsumsi terlalu rutin analgetik (meloxicam (cameloc), piroxicam, na diclofenac, renadinac) untuk mengurangi nyeri pinggang dan kedua lutut, Antinyeri kami gantikan dengan NSAID selective COX2 seperti celecoxibe (3x400mg) yang memiliki daya proteksi terhadap lambung ( mencegah terjadinya gastric bleeding yang berujung melena) dan aman digunakan untuk lansia >65 tahun. Selain antinyeri, kami rencanakan juga pemeriksaan penunjang untuk dilakukan endoscopy agar dapat melihat perdarahan pada lambung dan dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosa OA berupa foto x ray knee AP LAT. Kami berikan juga Drip lansoprazol 6 mg/jam (untuk mengurangi perdarahan di lambung), Inj metoclorpramide 3x10mg (mengurangi gejala muntah), Transfusi PRC 1 labu/hari, target HB>10gr/dl (menambah Hb dimana sebelumnya Hb turun akibat perdarahan kronik pada lambung) dan yang terakhir di digunakan NGT untuk dilakukan gastric lavage untuk membersihkan sisa darah yang terdapat pada lambung. Selain itu pada pasien kami KIE untuk menghentikan obat antinyeri yang digunakan sebelumnya dan menjelaskan bahwa penyebab bab hitam pada pasien diakibatkan oleh perdarahan lambung yang dipicu oleh penggunaan obat antinyeri terlalu sering.DAFTAR PUSTAKA1. Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2nd ed. Stamford: Appleton and Lange, 1996, 274-316.

2. Mangku, G., Diktat Kumpulan Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, 2002.

3. Latief, S.A., Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, Bag Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Jakarta, 2001.

4. Hamill, R.J., The Assesment of Pain, In: Handbook of Critical Care Pain Management, New York, McGrow-Hill Inc, 1994, 13-25

5. Loese, J.D., Peripheral Pain Mechanism and Nociceptic Plasticity, In Bonicas Management of Pain, Lippicott Williams and Wilkins, 2001, 26-65

6. Avidan, M., Pain Managemnet, In Perioperative Care, Anaesthesia, Pain Management and Intensive Care, London, 2003, 78-102

7. Benzon, et al., The Assesment of Pain, In Essential of Pain Medicine and Regional Anaesthesia, 2nd ed, Philadelphia, 2005

8. Nicholls, AJ dan Wilson, IH., Manajemen nyeri akut, in Kedokteran Perioperatif, Darmawan, Iyan (ed), Farmedia, Jakarta, 2001, bab 14, 57-69.9. Melati, Endang., Pediatric Pain Management In Trauma, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang, 2003.

10. Sutjahjo, Rita A., Pain Relief In Trauma, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 2003.

11. Tanra, Husni., Prehospital Pain Management for Trauma Patient, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makasar, 2002.

12. Arifin, Hasanul., Pengelolaan Nyeri Akut, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 2002.

13. Mangku G., Nyeri dan Mutu Kehidupan, Buletin IDI, Denpasar, 2005.

14. Meliala A. Pemeriksaan Nyeri, Neuro Sains, Suplemen BNS Vol 4 No 2, 2003, 33-37.

15. Nicholls, AJ dan Wilson, IH., Peresepan Periperatif, in Kedokteran Perioperatif, Darmawan, Iyan (ed), Farmedia, Jakarta, 2001, bab 52,403-420Faces Pain Rating Scale (untuk anak)

PAGE 30