Antepartum Bleeding

41
ANTEPARTUM BLEEDING Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklampsia-eklampsia, dan infeksi. Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan hidup janin diluar uterus . Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan. Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak solusio plasenta dan plasenta

description

Review tentang antepartum bleeding, baik dari solutio plasenta, plasenta previa

Transcript of Antepartum Bleeding

Page 1: Antepartum Bleeding

ANTEPARTUM BLEEDING

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000

kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan

angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia

sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre

eklampsia-eklampsia, dan infeksi.

Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang

berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap

sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut

keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan

antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah

kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan hidup

janin diluar uterus .

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28

minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan

sebelum 28 minggu.

Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di

Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh

persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala

Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan.

Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio

plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak solusio

plasenta dan plasenta previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu

menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama

sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.

Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada

trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan

janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada

trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai

implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri).

Di AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan

mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997 plasenta

Page 2: Antepartum Bleeding

previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia,

RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200

persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781

persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 dari 125 persalinan.

Angka kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang

lahir dengan plasenta previa cenderuing memiliki berat badan yang rendah

dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian neonatal juga

tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan dengan bayi tanpa plasenta

previa.

Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari

dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala dengan

pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.

Di AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang

mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan

(1:830). Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-

40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada

pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung

jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan

pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.

KLASIFIKASI

1. Placenta previa

2. Abruptio placenta

3. Vasa previa

4. Ruptura sinus marginalis

5. Lesi setempat

6. Idiopatik : sebab – sebabnya tidak dapat ditemukan

Page 3: Antepartum Bleeding

PLACENTA PREVIA

DEFINISI

Plasenta previa adalah plasenta yang

letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah

uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).

Plasenta previa adalah plasenta yang ada

didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan)

( Menurut Prawiroharjo 1992)

Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga

menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan

segmen bawah rahim. (Menurut Cunningham 2006).

Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat

abnormal ,rendah sekali, yakni pada segmen  bawah  rahim,  sehingga  menutupi

sebagian  atau  seluruh  pembukaan  jalan/ostium  uteri internal (OUI) pada usia

kehamilan lebih dari atau sama dengan 28 minggu.

Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri

jauh dari ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium

internum tersebut.

Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui

pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu :

1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan

jalan lahir tertutup oleh plasenta.

2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian

pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.

3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir

pembukaan jalan lahir.

4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir

pembukaan jalan lahir.

Page 4: Antepartum Bleeding

5. Vasa Previa

Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi

serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk

mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan

ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan

hebat.

Gambar: A. Implantasi plasenta normal. B. Plasenta letak rendah C. Plasenta previa partialis D.Plasenta Previa totalis

Page 5: Antepartum Bleeding

Klasifikasi lainnya menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm

1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba

plasenta menutupi seluruh ostea.

2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan

ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :

2.1Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian

belakang.

2.2Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian

depan.

3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang

ditutupi plasenta.

Etiologi

Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. akan tetapi ada beberapa faktor

yang jelas menjadi penyebab plasenta previa, yaitu vaskularisasi yang kurang baik,

adanya radang/atrofi pada endometrium, dan plasenta yang terlalu besar. Menurut

Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah

mencakup :

a. Usia lebih dari 35 tahun.

b. Multiparitas.

c. Multiple gestation.

d. Erythroblastosis.

e. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.

f. Keguguran berulang.

g. Jarak antar kehamilan yang pendek.

h. Merokok.

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada

beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas

operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim

(radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan

rahim.

Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat

mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :

Page 6: Antepartum Bleeding

1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :

Kehamilan kembar (gamelli).

Tumbuh kembang plasenta tipis.

2. Kurang suburnya endometrium :

Malnutrisi ibu hamil.

Melebarnya plasenta karena gamelli.

Bekas seksio sesarea.

Sering dijumpai pada grande multipara.

3. Terlambat implantasi :

Endometrium fundus kurang subur.

Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula

yang siap untuk nidasi.

FREKUENSI

Kejadian plasenta previa sekitar 0,3% sampai 0,6% dari persalinan, sedangkan

di rumah sakit lebih tinggi, karena menerima rujukan dari luar.

GAMBARAN KLINIK

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau

bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan

berakibat fataL. Akan tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu banyak daripada

sebelumnya, apalagi jika sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.

Walaupun perdarahan sering dikatakan terjadi dalam triwulan ketiga, akan tetapi

tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen

bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah

tuanya kehamilan, Segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai

membuka.Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen

bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat

di situ tanpa terlepasnya sebagian palsenta dari dinding uterus. Pada saat itu

mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan

darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman.

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta

Page 7: Antepartum Bleeding

dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.

Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen

bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana

serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala 3 dengan plasenta yang

letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

Diagnosa dan Gambaran Klinis

a. Anamneses

a. Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28

minggu/trimester III

b. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

c. Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;

terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.

d. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya

robekan pembuluh darah dan placenta.

b. Inspeksi

a. Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.

b. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

c. Palpasi abdomen

a. Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.

b. Sering dijumpai kesalahan letak

c. Bagian   terbawah   janin   belum   turun,   apabila   letak   kepala   

biasanya kepala   masih goyang/floating.

d. Pemeriksaan in spekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perdarahan berasal

dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti

erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises

vulva dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostiumuteri eksternum,

adanya plasenta previa harus dicurigai.

e. Pemeriksaan Ultrasonografi

Page 8: Antepartum Bleeding

Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30%

kasus. Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar

implantasi yang rendah tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas.

Penggunaan color Doppler dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan.

USG transvaginal secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak

rendah pada segmen bawah uterus.

f. Penentuan Plasenta secara langsung

Penanganan letak plasenta secara langsung. Untuk menegakkan diagnosis

yang tepat tentang adanya dan jens palenta previa ialah langsung meraba

plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat

berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Oleh karena itu

pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya dilakukan apabila penanganan

pasif ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus

dilakukan dalam keadaan siap operasi (Double set up, dimana terdapat 2 tim,

1 tim sudah siap untuk SC, tim lainnya siap untuk melahirkan pervaginam).

Pemeriksaan dalam di meja operasi dilakukan sebagai berikut.

Perabaan formises. Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam

presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas

panggul, perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya

terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta; dan akan

terasa padat ( keras). Apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat

palsenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta.

Plasenta yang tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu

mendahului pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan

pertama ada tidaknya plasenta previa.

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah

terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis,

dengan tujuan kalau-kalau meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon

plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis.

Jangan sekali-kali berusaha menyelusuri pinggir plasenta seterusnya karena

mungkin plasenta akan terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan

perdarahan banyak.

Page 9: Antepartum Bleeding

2.7 DIAGNOSA BANDING

Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa,

laserasi serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat

dilihat dengan inspekulo. Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat

abnormal selain di tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus

menyilang servix. Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah

umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini

dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada

pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.

Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah

terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak

beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau

beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA

Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester

ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok

karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya

dengan pemberian infus atau tranfusi darah.

Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :

• Keadaan umum pasien, kadar hb.

• Jumlah perdarahan yang terjadi.

• Umur kehamilan/taksiran BB janin.

• Jenis plasenta previa.

• Paritas dan kemajuan persalinan

Penanganan Ekspektif

Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

- Perdarahan sedikit

- Belum ada tanda-tanda persalinan

Page 10: Antepartum Bleeding

- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.

Rencana Penanganan :

1. Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis

2. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin

3. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.

4. Awasi tanda vital ibu, perdarahan, dan detak jantung janin.

5. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

1. Uji pematangan paru janin dengan test kocok dari hasil amniosentesis

2. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada

disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas,

sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi

kemungkinan keadaan gawat darurat

3. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di

luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)

4. Terapi aktif (tindakan segera)

Wanita hamil di atas 28 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan

banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa

2.8.2 Penanganan aktif

Kriteria :

• umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.

• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.

• Ada tanda-tanda persalinan.

• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.

Page 11: Antepartum Bleeding

Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum,

dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah

terpasang.

2.8.3 Indikasi Seksio Sesarea :

1. Plasenta previa totalis.

2. Plasenta previa pada primigravida.

3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

4. Anak berharga dan fetal distres

5. Plasenta previa lateralis jika :

• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).

6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan

cepat.

2.8.4 Partus per vaginam.

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan

anak sudah meninggal atau prematur.

1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah

(amniotomi) jika hid lemah, diberikan oksitosin drips.

2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.

3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan

perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap

plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau

sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.

Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur

kehamilan dan derajat plasenta previa. Setiap ibu yang dicurigai plasenta previa

hams dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan

operasi. Sebe- lum penderita syok, pasang infus NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali jumlah

Page 12: Antepartum Bleeding

darah yang hilang. Jangan melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina,

karena akan memperbanyak perdarahan dan menyebabkan infeksi

. Bila usia kehamilan kurang 37 minggu/TBF < 2500 g: Perdarahan sedikit

keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan konservatif sampai umur

kehamilan aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan

tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi

bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh

pulang. Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke

rumah sakit jika terjadi perdarahan. Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang

didiagnosis plasenta previa dengan USG namun tidak mengalami perdarahan. Jika

perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin maka dilakukan

resusitasi cairan dan penanganan secara aktif

Bila umur kehamilan 37 minggu/lebih dan TBF 2500 g maka dilakukan

penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara

pervagina/perabdominal. Persalinan pervagina diindikasikan pada plasenta previa

marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pem-

bukaan 4 cm/lebih. Pada kasus tersebut bila tidak banyak perdarahan maka dapat

dilakukan pemecahan kulit ketuban agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas

panggul menekan plasenta yang berdarah. Bila his tidak adekuat dapat diberikan

pitosin drip. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesar.

Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin

mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana perbukaan <4 cm atau servik

belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan plasenta

previa dengan gawat janin. Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan

darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan

pada plasenta previa adalah:

1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan

anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk

dapat melukakan pertolongan lebih lanjut.

Page 13: Antepartum Bleeding

3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap

melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang

cukup.

Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:

- Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan

- Sedapat mungkin diantar oleh petugas

- Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.

Pertolongan persalinan seksio sesaria merupakan bentuk pertolongan yang

paling banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:

a. Cunam Willet Gausz

- Menjepit kulit kepala bayi pada plasenta previa yang ketubannya telah

dipecahkan

- Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat

- Diharapkan persalinan spontan

- Sebagian besar dilakukan pada janin telah meninggal.

b. Versi Braxton Hicks

- Dilakukan versi ke letak sungsang

- Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat untuk

mempercepat pembukaan dan menghentikan perdarahan.

- Diharapkan persalinan spontan

- Janin sebagian besar akan meninggal

c. Pemasangan kantong karet metreurynter

- kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat

pembukaan sehingga persalinan dapat segera berlangsung.Dengan

kemajuan dalam operasi kebidanan, pemberiam transfusi, dan cairan maka

tatalaksana pertolongan perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk :

- memecahkan ketuban

- melakukan seksio sesaria

- untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang

cepat dan tepat.

Page 14: Antepartum Bleeding

2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi ibu yang sering terjadi adalah perdarahan post partum dan syok karena

kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim, infeksi dan trauma dan uterus/servik

1. Perdarahan dan syok.

2. Infeksi.

3. Laserasi serviks.

4. Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta berimplantasi terlalu dalam dan kuat

pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara

spontan saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu

operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi

wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau

operasi uterus lainnya

5. Prematuritas atau lahir mati

6. Prolaps tali pusar.

7. Prolaps plasenta

Komplikasi bayi yang sering terjadi adalah prematuritas dengan angka kematian ±

5%

2.10 PROGNOSIS

2.10.1 Maternal

Tanpa melakukan tindakan Double setup, langsung melakukan tindakan

seksio sesar dan pemberian anaestesi oleh tenaga kompeten, maka angka

kematian dapat diturunkan sampai < 1%

2.10.2 FETAL

Mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa kira-kira

10%

Page 15: Antepartum Bleeding

Meskipun persalinan prematur, solusio plasenta, cedera talipusat serta

perdarahan yang tak terkendali tak dapat dihindari, angka mortalitas dapat

sangat diturunkan melalui perawatan obstetrik dan neonatus yang ideal.

Page 16: Antepartum Bleeding

Solusio Plasenta

Definisi

Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan

lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas setelah bayi lahir.

Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio

placentae, accidental haemorrhage, premature separation of the normally implanted

placenta3.

Gambar Solusio Plasenta

Klasifikasi

Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus

marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa

seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan

yang terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya

menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis

servikalis dan keluar melalui vagina, menyebabkan perdarahan eksternal (revealed

hemorrhage) (Gambar 2.2).

Page 17: Antepartum Bleeding

Gambar Solusio Plasenta Dengan Perdarahan Eksternal

Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat

pada dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara plasenta

yang terlepas dan uterus sehingga menyebabkan perdarahan tersembunyi

(concealed hemorrhage) yang dapat terjadi parsial (Gambar 2.3) atau total (Gambar

2.4)4,5.

Page 18: Antepartum Bleeding

Gambar Solusio Plasenta Parsial Disertai Perdarahan Tersembunyi

Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika:

1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim

2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim

3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah

4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah

rahim.

Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih

besar bagi ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga

karena jumlah darah yang keluar sulit diperkirakan.

Page 19: Antepartum Bleeding

Gambar Solusio Plasenta Total Disertai Perdarahan Tersembunyi

Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran

klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas, yaitu solusio

plasenta ringan, sedang, dan berat.

a. Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan

kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.

Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang

kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

b. Solusio Plasenta Sedang

Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai

separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum

mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri pada

perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardi.

c. Solusio Plasenta Berat

Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar

melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum disertai syok, dan

hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal

yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.

Page 20: Antepartum Bleeding

2.1.3 Prevalensi

Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi

dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di Amerika

Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan salah satu

penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian

maternal dan perinatal di Indonesia. Saat ini kematian maternal akibat solusio

plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35% kematian

perinatal.

Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per

100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan

50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di negara

berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan,

persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi. Selain itu

kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia

ibu hamil, dan paritas.

Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya

tercatat sebesar 1 di antara 8 kehamilan3. Namun, insidensi solusio plasenta

cenderung menurun dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan

semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya

kesadaran masyarakat berperilaku lebih higienis.

Etiologi

Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat beberapa

keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio

plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko (Tabel 2.1), seperti hipertensi, riwayat

trauma, kebiasaan merokok, usia ibu, dan paritas yang tinggi.

Faktor Risiko Hubungan dengan risiko

Meningkatnya usia dan paritas 1.3–1.5

Page 21: Antepartum Bleeding

Faktor Risiko Hubungan dengan risiko

Preeklampsia 2.1–4.0

Hipertensi kronik 1.8–3.0

Ketuban pecah dini 2.4–4.9

Kehamilan ganda 2.1

Hidroamnion 2.0

Wanita perokok 1.4–1.9

Trombofilia 3–7

Penggunaan kokain NA

Riwayat solusio plasenta 10–25

Mioma dibelakang plasenta 8 dari 14

Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang

Tabel Faktor Risiko Solusio Plasenta2

Seperti diperlihatkan di Grafik 2.1, insidensinya meningkat seiring dengan

usia ibu. Meski Prtichard dkk. (1991) juga memperlihatkan bahwa insiden lebih tinggi

pada wanita dengan paritas tinggi, Toohey dkk. (1995) tidak mendapatkan hal ini

pada wanita yang memiliki 5 anak atau lebih.

Page 22: Antepartum Bleeding

Grafik Insidensi Solusio Plasenta dan Plasenta Previa

2.1.5 Patofisiologi

Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari

suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat

implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu

patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas

karena robeknya pembuluh darah desidua.

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis)

yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat

menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam

vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang

menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil

akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan

tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian, pada tingkat

permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa

menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian

plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali

terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa

kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria

spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian

nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma

Page 23: Antepartum Bleeding

yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak

sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban

dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed

hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung

tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.

Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus

(concealed hemorrhage).

Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa

menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti

infark, oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi

merusak hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta.

Dilaporkan merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta.

Merokok satu bungkus perhari menaikkan insiden menjadi 40%.

2.1.6 Gejala Klinik

Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya

perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), nyeri perut dan

uterus tegang terus-menerus mirip his partus prematurus.

Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit yang

menunjukkan gejala. Pada keadaaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali

hematom yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal

plasenta. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,

sehingga belum keluar dari vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan

membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar berwarna merah

segar pada plasenta previa. Tanda vital ibu dan janin masih baik. Pada inspeksi dan

auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal

pada tempat terbentuknya hematom. Kadar fibrinogen darah dalam batas normal

yaitu 350 mg%. Walaupun belum memerlukan intervensi segera keadaan ringan ini

perlu dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan bertambah berat.

Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan plasenta previa dan

mungkin bisa mendeteksi luasnya solusio terutama pada solusio plasenta sedang

atau berat.

Gejala dan tanda pada solusio plasenta sedang seperti rasa nyeri pada perut

yang terus-menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin,

Page 24: Antepartum Bleeding

perdarahan yang keluar tampak lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit dingin,

oliguria mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150-250 mg/100 ml, dan

mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada.

Rasa nyeri bersifat menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang normal.

Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan keadaan

janin dengan kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan

tes gangguan pembekuan darah.

Pada solusio plasenta berat perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti

papan (defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam. Oleh karena itu,

palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi

daripada yang seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah di dalam uterus

pada kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa observasi tinggi fundus

bertambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi rahim

terlihat membulat dan kulit di atasnya kencang. Pada auskultasi denyut jantung janin

tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan umum

menjadi buruk disertai syok. Adakalanya keadaan umum ibu jauh lebih buruk

dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina. Kadar fibrinogen

darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada tromobositopenia.

2.1.7 Diagnosis Klinik

Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda

klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio plasenta

yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG.

Namun kadang pasien datang dengan gejala perdarahan tidak banyak dengan perut

tegangan tetapi janin telah meninggal. Diagnosis pasti hanya bisa ditegakkan

dengan melihat adanya perdarahan retroplasenta setelah partus (Gambar 2.6).

Page 25: Antepartum Bleeding

Gambar Perdarahan Retroplasenta

Ditekankan bahwa tanda dan gejala pada solusio plasenta dapat sangat

bervariasi. Sebagai contoh, pedarahan eksternal dapat deras, namun plasenta yang

terlepas tidak terlalu luas sehingga belum membahayakan janin secara langsung.

Walaupun jarang, mungkin tidak terjadi perdarahan eksternal tetapi plasenta

terlepas total dan sebagai akibatnya janin meninggal. Hurd dkk. (1983) dalam

sebuah penelitian prospektif yang relatif kecil tentang solusio plasenta,

mengidentifikasi frekuensi berbagai gejala dan tanda yang berhubungan (Tabel 2.2).

Perdarahan dan nyeri abdomen adalah temuan tersering. Temuan lain yang

didapatkan adalah perdarahan serius, nyeri punggung, nyeri tekan uterus, kontraksi

uterus yang sering.

Pada penelitian-penelitian lama, USG jarang mengkonfirmasi diagnosis

solusio plasenta. Sebagai contoh, Sholl (1987) memastikan diagnosis secara

sonografis hanya pada 25% wanita. Hal yang sama dikemukakan oleh Glantz dan

Purnell (2002), yang mengkalkulasi hanya 24% dari 149 wanita yang melakukan

USG dapat menyingkirkan kemungkinan adanya solusio plasenta. Yang penting,

temuan negatif pada pemeriksaan USG tidak menyingkirkan solusio plasenta.

Gejala dan Tanda Frekuensi (%)

Perdarahan pervaginam 78

Page 26: Antepartum Bleeding

Gejala dan Tanda Frekuensi (%)

Uterus tegang atau nyeri pinggang

66

Gawat janin 60

Partus prematurus 22

Kontraksi yang terus menerus tinggi

17

Hipertonus 17

Kematian janin 15

Tabel Gejala dan Tanda yang Terdapat pada 59 Wanita Solusio Plasenta

Diagnosis BandingPada kasus solusio plasenta yang parah, diagnosis biasanya jelas. Bentuk-

bentuk solusio yang lebih ringan dan lebih sering terjadi sulit diketahui dengan pasti

dan diagnosis sering ditegakkan berdasarkan eksklusi. Karena itu, pada kehamilan

variabel dengan penyulit perdarahan pervaginam, perlu menyingkirkan plasenta

previa dan penyebab lain perdarahan dengan pemeriksaan klinis dan evaluasi USG.

Telah lama diajarkan, mungkin dengan beberapa pembenaran, bahwa perdarahan

uterus yang nyeri adalah solusio plasenta sementara perdarahan uterus yang tidak

nyeri mengindikasikan plasenta previa. Sayangnya, diagnosis banding tidak

sesederhana itu. Persalinan yang menyertai plasenta previa dapat menimbulkan

nyeri yang mengisyaratkan solusio plasenta. Perbedaan solusio plasenta dengan

plasenta previa dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Kriteria Solusio Plasenta Plasenta Previa

Perdarahan

Uterus

Merah tua s/d coklat

hitam

Terus menerus

Disertai nyeri

Tegang, Bagian janin tak

Merah segar, Berulang ,

Tidak nyeri

Tak tegang

Page 27: Antepartum Bleeding

Syok/Anemia

Fetus

Pemeriksaan

dalam

teraba, Nyeri tekan

Lebih sering

Tidak sesuai dengan

jumlah darah yang keluar

40% fetus sudah mati

Tidak disertai kelainan

letak

Ketuban menonjol

walaupun tidak his

Tak nyeri tekan

Jarang

Sesuai dengan jumlah

darah yang keluar

Biasanya fetus hidup

Disertai kelainan letak

Teraba plasenta atau

perabaan fornik ada

bantalan antara bagian

janin dengan jari

pemeriksaan

Tabel 2.3 Perbedaan Solusio Placenta dan Placenta Previa

Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus

berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok

hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal.

Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian

setelah menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan

nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta.

Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan

komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta

berulang dilaporkan juga bisa terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita

solusio plasenta sebelumnya. Solusio plasenta kronik dilaporkan juga sering terjadi

di mana proses pembentukan hematom retroplasenta berhenti tanpa dijelang oleh

persalinan. Komplikasi koagulopati dijelaskan sebagai berikut. Hematoma

retroplasenta yang terbentuk mengakibatkan pelepasan retroplasenta berhenti ke

Page 28: Antepartum Bleeding

dalam peredaran darah. Tromboplastin bekerja mempercepat perombakan

protrombin menjadi trombin. Trombin yang terbentuk dipakai untuk mengubah

fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk lebih banyak bekuan utama pada solusio

plasenta berat. Melalui mekanisme ini apabila pelepasan tromboplastin cukup

banyak dapat menyebabkan terjadi pembekuan darah intravaskular yang luas

(disseminated intravascular coagulation) yang semakin menguras persediaan

fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan lain.

Curah jantung yang menurun dan kekakuan pembuluh darah ginjal akibat

tekanan intrauterina yang meninggi menyebabkan perfusi ginjal sangat menurun dan

menyebabkan anoksia. Keadaan umum yang terjadi adalah nekrosis tubulus-tubulus

ginjal secara akut menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.

Mungkin terjadi ekstravasasi luas darah ke dalam otot uterus dan di bawah

lapisan serosa uterus yang disebut sebagai apopleksio uteroplasental ini, yang

pertama kalinya dilaporkan oleh Couvelaire pada awal tahun 1900-an, sekarang

sering disebut sebagai uterus couvelaire. Pada keadaan ini perdarahan

retroplasenta menyebabkan darah menerobos melalui sela-sela serabut miometrium

dan bahkan bisa sampai ke bawah perimetrium dan ke dalam jaringan pengikat

ligamentum latum, ke dalam ovarium bahkan bisa mengalir sampai ke rongga

pernitonei. Perdarahan miometrium ini jarang sampai mengganggu kontraksi uterus

sehingga terjadi perdarahan postpartum berat dan bukan merupakan indikasi untuk

histerektomi.

Penanganan

Terapi solusio plasenta akan berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan

serta status ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila persalinan

pervaginam tidak terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih seksio

sesaria darurat.

Solusio Plasenta Ringan

Solusio plasenta ringan jarang ditemukan di RS. Pada umumnya didiagnosis

secara kebetulan pada pemeriksaaan USG oleh karena tidak memberikan gejala

klinik yang khas. Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu dan perdarahan

kemudian berhenti, perut tidak menjadi nyeri, dna uterus tidak tegang, maka

Page 29: Antepartum Bleeding

penderita harus diobservasi dengan ketat. Apabila perdarahan berlangsung terus

dan gejala solusio plasenta bertambah jelas atau dengan pemeriksaan USG daerah

solusio plasenta bertambah luas maka dilakukan terminasi kehamilan

Solusio Plasenta Sedang dan Berat

Pada solusio plasenta sedang sampai berat dilakukan perbaikan keadaan

umum terlebih dahulu dengan resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila janin masih

hidup biasanya dalam keadaan gawat janin, dilakukan seksio sesarea, kecuali bila

pembukaan telah lengkap. Pada keadaan ini dilakukan amniotomi, drip oksitosin,

dan bayi dilahirkan dengan ekstraksi forcep. Apabila janin telah mati dilakukan

persalinan pervaginam dengan cara melakukan amniotomi, drip oksitosin. Bila bayi

belum lahir dalam waktu 6 jam, dilakukan tindakan seksio sesarea.

Tokolitik

Hurd dkk. (1983) mendapatkan bahwa solusio berlangsung dalam waktu yang

lama dan membahayakan apabila diberikan tokolitik. Towers dkk. (1999)

memberikan magnesium sulfat, terbutalin, atau keduanya kepada 95 di antara 131

wanita dengan solusio plasenta yang didiagnosis sebelum minggu ke-36. Angka

kematian perinatal sebesar 5% dan tidak berbeda dari kelompok yang tidak diterapi.

Namun, penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan solusio plasenta masih

kontroversial.

Seksio Sesarea

Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin hampir

selalu berarti seksio sesarea. Kayani dkk. (2003) meneliti hubungan antara cepatnya

persalinan dan prognosis janinnya pada 33 wanita hamil dengan gejala klinis berupa

solusio plasenta dan bradikardi janin. 22 bayi secara neurologis dapat selamat, 15

bayi dilahirkan dalam waktu 20 menit setelah keputusan akan dilakukan operasi. 11

bayi meninggal atau berkembang menjadi Cerebral Palsy, 8 bayi dilahirkan di bawah

20 menit setelah pertimbangan waktu, sehingga cepatnya respons adalah faktor

yang penting bagi prognosis bayi ke depannya6. Seksio sesarea pada saat ini besar

kemungkinan dapat membahayakan ibu karena mengalami hipovolemia berat dan

koagulopati konsumtif yang parah.

Page 30: Antepartum Bleeding

Persalinan Pervaginam

Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parah sehingga menyebabkan janin

meninggal, lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya

sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan penggantian darah

secara agresif, atau terdapat penyulit obstetri yang menghambat persalinan

pervaginam. Defek koagulasi berat kemungkinan besar dapat menimbulkan

kesulitan pada seksio sesarea. Insisi abdomen dan uterus rentan terhadap

perdarahan hebat apabila koagulasi terganggu. Dengan demikian, pada persalinan

pervaginam, stimulasi miometrium secara farmakologis atau dengan massage

uterus akan menyebabkan pembuluh-pembuluh darah berkontraksi sehingga

perdarahan serius dapat dihindari walaupun defek koagulasinya masih ada. Lebih

lanjut, perdarahan yang sudah terjadi akan dikeluarkan melalui vagina.

Amniotomi

Pemecahan selaput ketuban sedini mungkin telah lama dianggap penting

dalam penatalaksanaan solusio plasenta. Alasan dilakukannya amniotomi ini adalah

bahwa keluarnnya cairan amnion dapat mengurangi perdarahan dari tempat

implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin faktor-faktor

pembekuan aktif dari bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi ibu. Namun, tidak ada

bukti keduanya tercapai dengan amniotomi. Apabila janin sudah cukup matur,

pemecahan selaput ketuban dengan mempercepat persalinan. Apabila janin imatur,

ketuban yang utuh mungkin lebih efisien untuk mendorong pembukaan serviks

daripada tekanan yang ditimbulkan bagian tubuh janin yang berukuran kecil dan

kurang menekan serviks.

Oksitosin

Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi

hipertonisitas yang mencirikan kerja miometrium, apabila tidak terjadi kontraksi

uterus yang ritmik, pasien diberi oksitosin dengan dosis standar. Stimulasi uterus

untuk menimbulkan persalinan pervaginam memberikan manfaat yang lebih besar

daripada risiko yang didapat. Pemakaian oksitosin pernah dipertanyakan

berdasarkan anggapan bahwa tindakan ini dapat meningkatkan masuknya

Page 31: Antepartum Bleeding

tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu sehingga memacu atau memperparah

kaogulopati konsumtif atau sindroma emboli cairan amnion.

Prognosis

Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan

lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio

plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena

tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai

prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan

morbiditas perinatal yang tinggi. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis yang

paling buruk baik terhadap ibu terlebih terhadap janinnya2.