Refrat-lapkas BS HNP

download Refrat-lapkas BS HNP

of 81

Transcript of Refrat-lapkas BS HNP

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    1/81

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu kondisi medis di mana bagian

    lunak dari diskus intervertebralis, yang disebut nukleus pulposus,terdorong melalui bagian

    diskus yang lemah sehingga mendesak canalis vertebralis dan menyebabkan iritasi radiks

    saraf dan nyeri. Penonjolan nukleus pulposus dapat terjadi ke segala arah, namun yang

    paling sering ke arah posterolateral ataupun posterosentral.1,2

    HNP dapat terjadi pada seluruh discus intervertebralis, namun paling sering

    ditemukan pada vertebra lumbalis, karena merupakan bagian yang paling berat menyangga

    tubuh. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sekitar 95 % kasus HNP lumbalis

    mengenai diskus intervertebralis L5 S1(45-50%) dan L4 L5 (40-45%) . Kemudian

    diikuti oleh L3L4 (

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    2/81

    2

    BAB II

    ANATOMI VERTEBRA

    Vertebra merupakan susunan terintegrasi dari columna vertebralis, medulla spinalis,

    ligamen, otot, saraf dan pembuluh darah yang terbentang mulai dari basis cranii hingga

    panggul dan sacrum. Vertebra berfungsi sebagai penopang tubuh bagian atas serta

    pelindung struktur saraf dan pembuluih darah yang melewatinya.8

    Columna Vertebralis

    Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh. Columna vertebralis berfungsi

    melindungi medulla spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang akan

    diteruskan ke tulang - tulang paha dan tungkai bawah. Columna vertebralis merupakan

    struktur yang fleksibel yang dibentuk oleh tulang tulang vertebra. Masing masing

    tulang vertebra dipisahkan oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus intervertebralis.

    Terdapat 33 tulang vertebra, yang terbagi menjadi9:

    7 vertebra servikalis

    12 vertebra torakalis

    5 vertebra lumbalis

    5 vertebra sakralis yang menyatu membentuk os sacrum

    4 vertebra koksigealis yang menyatumembentuk os koksigeus.

    Sebagian kecil dari populasi hanya mempunyai 4 vertebra lumbalis (vertebra lumbalis 5

    mengalami sakralisasi), sebagian populasi lagi mempunyai 6 vertebra lumbalis (vertebra

    sakralis 1 mengalami lumbalisasi).4

    Bentuk vertebra akan berbeda menurut regio nya. Secara umum, vertebra terdiri

    atas corpus yang bulat di bagian anterior dan arcus vertebrae di posterior. Keduanya

    melingkupi ruang yang disebut foramen vertebrale yang dilalui medula spinalis dengan

    pembungkusnya.9

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    3/81

    3

    Gambar 2.1. Columna Vertebralis

    Tabel 2.1. Perbandingan vertebra servikalis, torakalis, lumbalis dan os sacrum10

    Gambar 2.2. Perbandingan bentuk Vertebra

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    4/81

    4

    Vertebra Lumbalis

    Corpus tiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal. Pediculus kuat dan

    mengarah ke belakang. Laminae tebal, foramen vertebrale berbentuk segitiga. Processus

    transversus panjang dan langsing. Processus spinosus pendek, rata dan berbentuk

    segiempat, dan menjulur lurus ke belakang. Facies artikularis processus artikularis superior

    menghadap ke medial, dan facies processus artikularis inferior menghadap ke lateral.

    Vertebra lumbalis tidak mempunyai facies artikularis dengan costae dan tanpa foramen

    processus transversus.snell

    Sebuah vertebra lumbalis terdiriatas 3 bagian fungsional yaitu :4,9

    1. Bagian anterior

    Terdiri dari corpus vertebrae. Berfungsi mempertahankan beban kompresi

    pada kolumna vertebralis dan kontraksi otototot punggung.

    Semakin ke inferior, korpus vertebra semakin bertambah besar. 3 vertebra

    lumbalis terbawah mempunyai kekhasan yaitu wedge-shaped (bagian anterior lebih

    tinggi dibandingkan posterior), yang menyebabkan lordosis lumbalis yang normal.

    Struktur dari korpus vertebra yang luas tersebut mendukung fungsiweight bearing

    yang baik untuk menyokong beban axial secara langsung. Bagaimanapun kuat nya

    korpus vertebra, pasti akan mengalami fraktur bila tidak terdapat diskus

    intervertebralis yang berfungsi sebagai shock-absorbing (peredam) yang terletak

    diantara korpus vertebra.4

    2. Bagian tengah (arkus neuralis)

    Kedua sisi dari arkus neuralis adalah pedikel, merupakan pilar yang tebal yang

    menghubungkan bagian posterior vertebra dan korpus vertebra; juga berfungsi untuk

    mentransmisikan beban dari korpus vertebra ke bagian posterior vertebra.

    3. Bagian posterior

    Terdiri dari lamina, prosesus artikularis, prosesus spinosus, prosesus tranversus,

    prosesus mamilaris dan prosesus aksesorius. Berfungsi mengatur kekuatan pasif dan

    aktif yang mengenai kolumna vertebralis dan mengontrol gerakannya.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    5/81

    5

    Gambar 2. 3: Vertebra lumbal 5 ; A. Tampak atas, B. Tampak lateral3

    Untuk mengevaluasi stabilitas spinal, Denis mendeskripsikan suatu teori yang

    disebut Teori Tiga Pilar(Three Collumn Theory). Teori yang telah diterima secara luas inimembagi vertebra menjadi tiga pilar yaitu :4,11

    1. Pilar anterior

    Lig. Longitudinale anterior dan 2/3 anterior annulus dan corpus vertebra

    2. Pilar media

    1/3 annulus dan corpus vertebra serta lig. Longitudinale posterior

    3. Pilar posterior

    arkus neuralis posterior, prosesus spinosus dan prosesus artikularis yang secara

    keseluruhan disatukan oleh lig. Kapsuler

    Pada teori tiga pilar ini, instabilitas terjadi bila dua dari tiga pilar terganggu.

    Gambar 2.4. Pembagian pilar penyokong stabilitas vertebra

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    6/81

    6

    Diskus Intervertebralis

    Diskus intervertebralis menyusun panjang columna vertebralis. Diskus

    intervertebralis dan perlekatannya pada vertebral end-platedipertimbangkan sebagai sendi

    kartilago sekunder atau symphysis; menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari

    servikal sampai lumbal/sacral. Vertebral end-plate merupakan kartilago yang menutupi

    apophysis corpus vertebra dan membentuk batas atas dan batas bawah dari diskus

    intervertebralis. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam benturan

    (shock absorber), juga memungkinkan pergerakan vertebra. Diskus ini paling tebal di

    daerah servikal dan lumbal, tempat di mana banyak terjadi gerakan columna

    vertebralis.3,4,9

    Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

    1. Nukleus Pulposus

    Terletak di bagian dalam, merupakan suatu gel yang viskus terdiri dari air,

    proteoglycan (hyaluronic long chain) dan kolagen. Ketika baru lahir, nucleus

    pulposus sebagian besar (90%) nya adalah air. Seiring bertambahnya usia, diskus

    intervertebralis mengering dan mengalami proses degenerasi, sehingga berkurang

    ketebalannya.

    2. Anulus fibrosus

    Terletak di bagian luar, terdiri dari lapisan serabut konsentrik yang tersusun

    menyilang satu sama lain, yang membantu menahan regangan dari berbagai arah.

    Serabut paling luar anulus fibrosus mempunyai kolagen yang lebih banyak, dengan

    sedikit proteoglycan dan air; bila dibandingkan serabut bagian dalam nya.

    Komposisi yang berbeda tersebut sesuai dengan fungsi dari serabut luar yaitu

    berfungsi seperti ligamentum untuk menahan beban fleksi, ekstensi, rotasi dan

    distraksi. Pada dasarnya diskus intervertebralis pada dewasa adalah avaskuler.

    3,4,9,13

    3. Vertebral end plate

    Merupakan 2 lapisan tulang rawan yang menutup bagian atas dan bawah

    diskus intervertebralis.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    7/81

    7

    Gambar 2.5 : Diskus Intervertebralis

    Fungsi utama dari diskus intervertebralis adalah sebagai peredam kejut (shock-

    absorption). Fungsi peredam kejut terutama dilakukan oleh anulus fibrosus, bukan nucleus

    pulposus; karena nucleus pulposus sebagian besar terdiri dari air dan tidak tahan terhadap

    tekanan kompresi). Ketika terjadi beban axial berlebihan, menyebabkan peningkatan

    tekanan pada daerah nucleus pulposus yang mendorong anulus fibrosus dan meregangkan

    serabut nya. Dan bila serabut tersebut robek, timbul hernia nucleus pulposus (HNP).,4

    Sendi Zygapophyseal

    Terdapat 3 persendian di antara 2 vertebra lumbales, yaitu sendi zygapophyseal kiri

    dan kanan (antara prosesus articulares berurutan) dan sendi intercorpus. Sendi

    zygapophyseal, yang disebut juga dengan sendi facet (facet joint), adalah sepasang sendi

    yang dibentuk oleh ujung prosesus articularis superior dan inferior kedua corpus yang

    berada di atas dan di bawah diskus intervertebralis. Sendi ini merupakan sendi synovial

    yang mempunyai synovium dan kapsul sendi. Permukaan sendi ini adalah dalam bidang

    sagital, sehingga memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi vertebra lumbalis. Besarnya

    sudut yang dibentuk pada gerakan fleksi normal yaitu 90o, sedangkan ekstensi normal

    sebesar 35o

    . Fleksi terbesar yaitu 75o

    terjadi pada sendi lumbosakral, 15-20% pada

    vertebra L4-5. Karena sebagian besar gerakan fleksi dan ekstensi dari tulang belakang

    (sekitar 90 %) terjadi pada level L4-L5 dan L5-S1,maka hal ini turut berkontribusi pada

    tingginya insidens timbulnya masalah pada diskus intervertebralis pada level

    tersebut.Lateral bending ringan dan sangat sedikit rotasi masih ditoleransi. Sedangkan

    rotasi merupakan pergerakan utama dari vertebra torakalis. 4,9,13

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    8/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    9/81

    9

    Otototot3,4,9

    Otot dengan ori go pada vertebra lumbalis

    Secara anatomi dapat dibagi menjadi otot anterior dan otot posterior. Otot posterior

    termasuk m.latissimus dorsi dan m.paraspinalis. M. paraspinal lumbalis terdiri dari

    m.erector spinalis (iliocostalis, longissimus, dan spinalis) yang berfungsi untuk ekstensi

    vertebra lumbalis dan lapisan dalam (rotators dan multifidi). Otot anterior termasuk

    m.psoas dan m.quadratus lumborum.

    Otot abdomen

    Otot superficial abdomen termasuk m. rectus abdominis dan m. obliqus eksternus. Otot

    abdomen profunda termasuk m. obliqus internus abdominis dan m. transverses abdominis.

    Fascia Thorakolumbar

    Fascia thorakolumbar yang melekat pada m. transverses abdominis dan m. obiqus

    internus abdominis berfungsi sebagai brace pada abdominal dan lumbal. Mekanisme

    bracing abdominal disebabkan oleh karena kontraksi dari otot abdomen profunda sehingga

    menyebabkan tegangan pada fascia thorakolumbal sehingga menimbulkan ekstensi pada

    vertebra lumbalis.

    Gambar 2.8 Otototot Vertebra

    Medula Spinalis

    Medula spinalis merupakan bangunan berwarna putih keabu-abuan, berbentuk

    silindris. Medula spinalis merupakan kelanjutan dari batang otak, berawal pada foramenmagnum kranium, memanjang di dalam kanalis spinalis hingga bagian inferiornya berakhir

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    10/81

    10

    setinggi tepi bawah korpus vertebra lumbal I atau tepi atas korpus vertebra lumbal II.

    Menempati 2/3 bagian atas kanalis vertebralis pada kolumna vertebralis.4,10,12,14

    Disamping tulang belakang yang merupakan pelindung yang kokoh, medula

    spinalis memiliki bangunan-bangunan lain yang memberikan proteksi pada medula

    spinalis, yaitu meningens serta bantalan cairan (likuor serebrospinalis).12,14

    Medula spinalis dilindungi oleh 3 selaput yaitu : duramater, arakhnoidea dan

    piamater. Duramater melekat pada permukaan dalam kanalis vertebralis. Selaput ini

    membentuk tabung silindrik sepanjang kanalis vertebralis. Di bagian sakral tabung ini

    mengerucut dan dibagian rostralnya melanjutkan diri sebagai duramater ensefali. Mulut

    tabung duramater spinalis ini melekat pada tepi foramen magnum. Ujung tabung yang

    mengerucut ini dijumpai setinggi SII.9,10,12,14

    Arakhnoid adalah suatu sarung tipis dan transparan yang terpisah dari pia di

    bawahnya oleh ruang subarakhnoid yang mengandung cairan serebrospinal.9,10,12

    Pia mater merupakan membran yang melekat pada medula spinalis. Pia mater juga

    mernbantu dalam pembentukan filum terminalis internum, suatu filamen fibrosa keputih-

    putihan yang membentang dari konus medularis sampai ke ujung kantong dural. Filum

    terminalis dikelilingi oleh kauda equina dan keduanya terendam dalam cairan

    serebrospinalis. Antara pia mater dan arakhnoid mater terdapat sela yang dikenal sebagai

    ruang subarakhnoidal. Ruang subarakhnoidal ini terisi cairan serebrospinal, yang

    merupakan bantalan yang ikut melindungi medula spinalis.9,10,12

    Gambar 2.9. Medulla spinalis beserta selaput pembungkusnya dalam foramen vertebralis

    Pada pengamatan dari luar, medula spinalis tampaknya terbagi dalam segmen-segmen,

    oleh karena adanya 31 pasang saraf spinal. Setiap pangkal saraf spinal disusun oleh radiks

    dorsalis (radiks sensorik) dan radiks ventralis (radiks motorik). Saraf spinal yang

    berjumlah 31 pasang itu dapat diperinci dalam :

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    11/81

    11

    8 pasang saraf servikal (C)

    12 pasang saraf torakal (T)

    5 pasang saraf lumlbal.(L)

    5 pasang saraf sacral (S)

    1 pasang saraf koksigeal (Co)

    Masing masing radiks dilekatkan ke medula spinalis oleh fila radicularia yang

    membentang sepanjang segmen medula spinalis yang sesuai. Setiap radiks posterior

    memiliki sebuah ganglion radiks posterior yang selselnya membentuk serabut saraf tepi

    dan pusat.

    Di bagian inferior, medula spinalis menipis menjadi konus medularis. Dari apex

    terdapat pemanjangan piamater, yaitu filum terminale, yang berjalan turun dan menempel

    pada permukaan posterior os koksigeus. Kumpulan akar saraf pada inferior konus

    medularis disebut cauda equina. Cauda dalam bahasa Latin berarti ekor dan equina berarti

    kuda. Akar saraf pada daerah cauda equina meliputi lumbal bagian bawah dan semua

    sakralis. Oleh karena itu akar-akar saraf tersebut membawa sensasi dari ekstremitas bawah,

    perineum, serta motorik yang keluar ke miotom ekstremitas bawah.1,10

    Gambar 2.10. Segmen medulla spinalis beserta perbandingan letaknya terhadap korpus vertebra

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    12/81

    12

    Gambar 2.11. Cauda Equina

    Pada potongan melintang, medulla spinalis tampak berisi suatu massa interna

    substansia kelabu yang berbentuk huruf H dan diliputi oleh substansia alba. Substansia

    grisea tersusun dari dua belahan yang simetris dan dihubungkan menyilang garis tengah

    oleh comisura substansia grisea . Kanalis sentralis yang halus berjalan melewati hubungan

    transversal substansia grisea tersebut. Substansia grisea terdiri atas :

    1. Kornu anterior

    2. Kornu posterior

    3. Kornu lateralis, ditemukan pada medula spinalis segmen torakal atau

    lumbal bagian atas.

    Besar substansia grisea yang ditemukan berkaitan dengan jumlah otot yang disarafi,

    medula spinalis terbesar pada daerah servikal dan lumbosakral, yang mensarafi otot

    anggota gerak bagian atas dan bawah.12,14

    Struktur substansia grisea medula spinalis terdiri dari campuran sel-sel saraf dan

    prosesusnya, neuroglia dan pembuluh darah. Sel-sel pada kornu anterior dikelompokkan

    sebagai kelompok medialis, sentralis dan lateralis. Kelompok medialis mensarafi otot-otot

    skeletal pada bagian leher dan badan, termasuk otot interkostal dan abdominal. Kelompok

    sentral yang terkecil, pada segmen servikal 3, 4, dan 5 secara khas mensarafi diafragmadan disebut sebagai n.frenikus. Pada enam atau lima segmen servikal bagian atas

    mensarafi m.sternokleidomastoideus dan m.trapezius, disebut sebagai n.aksesorius bagian

    spinal. Kelompok lateralis ditemukan pada segmen servikal dan lumbosakral, berfungsi

    untuk mensarafi otot anggota gerak,.12

    Pada kornu lateralis substansia grisea, berupa kelompok sel-sel intermedio lateralis

    membentang dari segmen torakal pertama sampai segmen lumbal kedua atau ketiga.

    Berfungsi untuk persarafan serabut simpatis preganglionik. Pada segmen sakral kedua

    sampai keempat untuk persarafan parasimpatis preganglionik.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    13/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    14/81

    14

    Gambar2.12. Penampang melintang medulla spinalis dengan traktus-traktusnya

    Vaskularisasi

    Medula spinalis menerima suplai darah dari 3 arteri kecil yaitu 2 arteri spinalis

    posterior (memperdarahi 1/3 bagian posterior medula spinalis) dan 1 arteri spinalis

    anterior (memperdarahi 2/3 bagian anterior medula spinalis). Arteri-arteri ini berjalan

    longitudinal ini dibantu oleh arteri-artei kecil yang tersusun secara segmental yang berasal

    dari arteri-arteri dari luar kolumna vertebralis. Pembuluh-pembuluh darah ini

    beranastomosis pada permukaan medula spinalis dan alba serta membentuk cabang-cabang

    ke dalam substansi grisea dansubstansi alba7.

    Gambar 2.12 : Vaskularisasi medulla spinalis9

    Arteri spinalis segmentalis merupakan cabang dari arteri-arteri yang terletak di luar

    kolumna vertebralis (arteri cervicalis profunda, arteriae intercostalis, arteriae lumbalis),

    ketika masuk ke dalam kanalis vertebralis, masing-masing arteri spinalis segmentalis

    membentuk arteri radikularis anterior dan posterior yang akan mengikuti radiks anteriior

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    15/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    16/81

    16

    BAB III

    HERNIA NUKLEUS PULPOSUS LUMBALIS

    DEFINISI

    --Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu kondisi medis di mana bagian

    lunak dari diskus intervertebralis, yang disebut nukleus pulposus, terdorong melalui bagian

    diskus yang lemah sehingga mendesak canalis vertebralis dan menyebabkan iritasi radiks

    saraf dan nyeri. 1

    Terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan materi diskus yang keluar

    melebihi diskus intervertebralis cukup membingungkan. Herniasi diskus (herniated disk),

    herniasi nukleus pulposus(herniated nucleus pulposus), protrusi diskus (disk protrusion),

    penonjolan diskus (disk bulging),ruptur diskus (ruptured disk), dan prolapsus diskus

    (prolapsed disk) adalah istilah istilah yang sering digunakan dan seringkali digunakan

    dengan tidak tepat sebagai sinonim. Material diskus yang bergeser pada permulaan dapat

    diklasifikasikan sebagai bulging (materi diskus yang bergeser >50% dari diameternya),

    atau sebagai herniasi (

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    17/81

    17

    FAKTOR RISIKO

    Faktor risiko terjadinya HNP antara lain :15

    1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

    Umur

    Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka resiko terjadinya HNP

    pun makin tinggi karena mengalami proses degeneratif

    Jenis kelamin

    Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

    2. Faktor risiko yang dapat diubah

    Pekerjaan dan aktivitas

    Misalnya : duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-

    barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,

    latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir

    ketika mengemudi dalam jangka waktu yang lama.

    Olahraga yang tidak tepat / tidak teratur

    Mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam jangka

    waktu yang lama

    Kelemahan otot-otot perut dan tulang belakang yang menyebabkan

    stabilitas tulang belakang berkurang.

    Merokok

    Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk

    menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah

    Berat badan berlebih (obesitas),

    Terutama karena beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain

    pada punggung bawah

    Batuk lama dan berulang

    PATOFISIOLOGI4,13,16,17,18

    Nukleus pulposus merupakan suatu gel yang viskous terdiri dari proteoglycan

    (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan memiliki sifat

    higroskopis. Nukleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/

    beban. Kemampuan menahan air berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    18/81

    18

    Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degeneratif yang ditandai dengan penurunan

    vaskularisasi ke dalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nukleus sehingga

    diskus mengkerut dan berkurang ketebalannya. Akibatnya nukleus menjadi kurang elastis.

    Kartilago end plate korpus vertebra menjadi kurang vaskular (Hassler). Diskus

    intervertebralis yang mengalami dehidrasi menjadi tipis dan lebih rapuh. Perubahan

    serupa terjadi dalam anulus fibrosus, yang memungkinkan nukleus pulposus menonjol

    (bulging) dan, kadang-kadang dengan cedera yang adekwat, bisa terjadi ekstrusi nucleus

    pulposus. Pada diskus yang sehat, bila mendapat tekanan maka nukleus pulposus akan

    menyalurkan gaya tekan ke segala arah sama besar. Kemampuan menahan air

    mempengaruhi sifat fisik nukleus. Penurunan kadar air nukleus mengurangi fungsinya

    sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka akan disalurkan ke anulus secara

    asimetris, sehingga dapat terjadi cedera atau robekan pada anulus.

    Penyebab utama dari herniasi diskus intervertebralis pada daerah lumbalis adalah

    trauma fleksi dan rotasi, tetapi sebagian besar pasien tidak menyadari kapan terjadi nya

    trauma tersebut. Diperberat bila trauma fleksi dan rotasi disertai dengan mengangkat beban

    berat. Degenerasi dari nucleus pulposus, anulus fibrosus dan ligamentum longitudinal

    posterior mungkin telah berlangsung tanpa gejala (silent) atau dengan gejala ringan (mild)

    seperti nyeri pinggang berulang. Gerakan gerakan sepele yang tidak disadari, batuk,

    bersin kemudian bisa menyebabkan nucleus pulposus mengalami prolaps, mendorong

    anulus fibrosus yang lemah ke arah posterior. Fragmen dari nucleus pulposus menonjol

    melalui robekan di anulus fibrosus, biasanya terjadi pada satu sisi atau yang lain (kadang-

    kadang di garis tengah), sehingga menjepit 1 atau beberapa radiks spinalis.

    Sebagian besar HNP terjadi pada L4-5 dan L5-S1 karena:19

    1. Daerah lumbal, khususnya L5-S1 berperan menyangga 75% berat badan.

    2. Mobilitas lumbal terutama untuk fleksi dan ekstensi sangat tinggi.

    3. Daerah lumbal, terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamen

    longitudinal posterior hanya menutup separuh permukaan posterior diskus, sehingga

    arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral.

    Pada sebagian kasus penyakit pada diskus intervertebralis yang lebih berat, Protrusi

    yang besar dapat menyebabkan kompresi radiks pada lamina atau sendi apophyseal.

    Material dari nucleus pulposus yang mengalamai protrusi dapat diresorpsi sampai batas

    tertentu sehingga ukurannya dapat mengecil. Tetapi sering kali material tersebut tidak

    diresorpsi secara alamiah, sehingga menyebabkan iritasi kronik dari radiks atau terjadi nya

    discarthrosis dengan pembentukan osteofit pada daerah posterior. Selain itu, nucleus

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    19/81

    19

    pulposus yang bermigrasi melalui serat annulus fibrosus juga dapat mencetuskan

    pelepasan enzim fosfolipase A2, yang mengaktifkan mediator inflamasi, seperti leukotrien,

    prostaglandin,platelet activating factor, bradykinins dan sitokin.

    Menurut gradasinya, herniasi nukleus pulposus yang terjadi diklasifikasikan menjadi:

    Tabel 3.1. Gradasi herniasi nukleus pulposus

    Gambar 3.1 : Klasifikasi HNP : A. Bulging disc, B. Prolapsed disc.C. Extruded disc.D. Sequestered disc

    Lokasi terjadinya herniasi antara lain :3,13

    A. Central

    Kemungkinan terjadi keterlibatan beberapa radiks spinalis bila mengenai cauda

    equine atau terjadi myelopati bila mengenai medulla spinalis

    B. Posterolateral

    Lokasi paling sering terjadinya HNP Lumbal karena presentasi dari ligamentum

    longitudinal posterior yang berangsur angsur berkurang. Misal pada level L4

    L5, akan mengenai radiks spinalis L5.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    20/81

    20

    C.Far-lateral

    Kemungkinan mengenai radiks spinalis yang keluar pada level tersebut. Misal pada

    level L4L5, akan mengenai radiks spinalis L4.

    Gambar 3.2 Lokasi terjadinya herniasi

    MANIFESTASI KLINIS3,4,13

    Manifestasi klinis yang umum dijumpai pada HNP lumbal adalah :3

    (1) Nyeri radikuler yaitu nyeri yang menjalar ke arah distal. Pola penyebaran nyeri

    radikuler tersebut bergantung dari radiks spinalis yang terlibat. Pola nyeri

    radikuler yang umum adalah sciatica, yaitu nyeri yang berasal dari bokong dan

    diproyeksikan sepanjang daerah posterior atau posterolateral paha kadang

    sampai ke betis dan kaki. Nyeri tersebut berasal dari iritasi radiks spinalis L5

    atau S1.

    (2) Postur tulang belakang yang kaku,

    (3) Beberapa kombinasi dari parestesi, kelemahan dan gangguan reflex.

    Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi di mana HNP lumbal terjadi.

    Meskipun HNP dapat terjadi ke segala arah, namun yang seringkali terjadi adalah ke arah

    posterolateral dan posterosentral, dengan manifestasi klinis yaitu :19

    a. Posterolateral : nyeri pinggang, sciatica, dan tanda sesuai radiks saraf yang

    terkena

    b. Posterosentral : mengakibatkan nyeri pinggang karena ligamentum longitudinale

    bersifat peka nyeri. Medulla spinalis berakhir pada vertebra L1 atau tepi atas L2,

    sehingga HNP ke arah posterosentral di bawah vertebra L2 tidak akan

    melibatkan medulla spinalis. Yang terkena adalah cauda equina, dengan gejala :

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    21/81

    21

    nyeri daerah pinggang, perineum, tungkai sampai kaki, refleks lutut dan tumit

    menghilang, yang sifatnya unilateral / asimetris.

    CONUS MEDULLARIS CAUDA EQUINA

    Lokasi:Cedera Vertebra L1-L2, mengakibatkan kerusakanconus medulla spinalis setinggi S1-S2 dan radiksspinal lumbal

    Lokasi:Cedera pada vertebra L2-Sacrum, mengakibatkankerusakan pada radiks spinal lumbosacral

    Penyebab:

    Fraktur vertebra L1

    Tumor, glioma

    Cedera vaskuler

    Spina bifida yang merusak medulla spinalis

    Penyebab:

    Fraktur pada L2 atau lebih bawah

    Fraktur sakral

    Fraktur pada pelvic ring

    Dapat berhubungan dengan spondilosis

    Gejala dan tanda:1. Normal fungsi motorik ekstremitas inferior kecuali

    apabila ada keterlibatan motorik S1-S2 (karena

    biasanya hanya melibatkan S1-S5)Arefleksif ekstremitas inferiorJika radiks lumbal juga terlibat mengakibatkan lesiLMN

    2. Hilang sensoris dengan distribusi Saddle anesthesi3. Tidak ada nyeri4. Abnormalitas simetris5. Disfungsi berat fungsi sexual, bowel, dan bladder

    Arefleksif bowelAreflesif bladder

    6. Jika lesi pada conus bagian atas, mungkin masihdidapatkan refleks bulbocavernosus

    Gejala dan tanda:1. Paralisis flaksid ekstremitas inferior krn keterlibatan

    radiks spinal lumbal

    Arefleksif ekstremitas inferior karena merupakan lesiLMN2. Hilang sensoris sesuai dengan distribusi radiks spinal

    yg terkena3. Nyeri4. Abnormalitas predominan pada satu sisi5. Lesi cauda equina bagian atas (radiks lumbalis):

    Fungsi bowel dan bladder masih adaLesi cauda equina bagian bawah (S3-S5): disfungsibowel, bladder, dan sexual

    6. Refleks bulbocavernosus hilang (pada lesi caudaequina bagian bawah/ lesi sakral)

    EMG:Hasil EMG normal (kecuali untuk sphinctereksterna/kertelibatan S1&S2)

    EMG:Didapatkan keterlibatan banyak radiks spinal

    Tabel 3.2. Perbedaan Klinis Sindroma Conus Medularis dan Cauda Equina

    Nyeri akibat HNP lumbal bervariasi dari rasa tidak nyaman yang ringan hingga nyeri

    berat tseperti ditusuk pisau, menjalar hingga tungkai bawah dan dirasakan terusmenerus.

    Bentuk sciatica yang abortif dirasakan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman di daerah

    bokong bawah dan paha, terkadang dirasakan hanya pada daerah harmstringbagian bawah

    atau betis atas. Bila manifestasi berupa nyeri hebat, pasien terpaksa hanya berbaring di

    tempat tidur, berusaha menghindari segala macam pergerakan termasuk yang ringan

    sekalipun; batuk, bersin dan mengedan juga tidak bisa ditoleransi. Pasien biasanya merasa

    lebih nyaman dengan berbaring terlentang, dengan disertai fleksi pada sendi pinggul (hip)

    dan lutut (knee)dan bahu diganjal dengan bantal untuk mengurangi lordosis lumbal. Pada

    beberapa pasien, posisi berbaring miring (lateral decubitus position) dirasakan lebih

    nyaman. Fragmen bebas material diskus yang mengisi kanalis spinalis daerah lateral atau

    posterior memberikan gambaran sebalik nya, pasien tidak bisa meluruskan tulang belakang

    nya dan berbaring terlentang. Bila kondisi tidak terlalu berat, pasien masih bisa berjalan,

    meskipun pasien cepat merasa lelah, terasa berat dan nyeri bila berjalan. Posisi duduk dan

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    22/81

    22

    bangkit dari tempat duduk mencetuskan nyeri. Nyeri biasanya terletak dalam di bokong;

    terletak di sebelah bawah dan lateral dari sendi sakroiliaka dan daerah posterolateral dari

    paha, menjalar ke betis dan terkadang menjalar hingga pergelangan kaki dan bagian lain

    dari kaki (jarang). Penjalaran nyeri ke kaki menimbulkan kecurigaan adanya kerusakan

    saraf. Nyeri juga biasanya dicetuskan oleh tekanan sepanjang perjalanan n. ischiadicus

    (sciatic notch, retrotrochanteric gutter, permukaan posterior paha, caput fibula).

    Penekanan pada salah satu titik tersebut menyebabkan nyeri yang menjalar dan kesemutan

    hingga ke tungkai bawah.3

    Tanda dari kompresi atau penekanan radiks spinalis yang lebih hebat adalah

    gangguan sensasi, hilangnya reflex tendon dan kelemahan otot (tabel 3.1). Umumnya,

    herniasi diskus intervertebralis hanya menyebabkan penekanan radiks spinalis pada satu

    sisi saja, pada tingkat tepat di bawah herniasi. Hipotoni jelas terlihat pada inspeksi dan

    palpasi dari bokong dan betis, tendon Achilles cenderung kurang menonjol. Parestesia

    (jarang hiperestesi atau hipoestesi) didapatkan pada 1/3 kasus, terutama dirasakan di

    tungkai bawah atau di kaki. Sering kali didapatkan berkurang nya persepsi nyeri sesuai

    dengan dermatom yang terlibat. Lokasi gangguan sensorik sesuai dengan suplai

    dermatomal dari radiks sensorik (Gambar). Kelemahan otot dapat terjadi, tetapi insidensi

    nya jarang. Pada beberapa pasien terjadi kelemahan dorsofleksi kaki sehingga timbul drop

    foot (keterlibatan radiks L5) dan kelemahan plantarfleksi kaki (keterlibatan radiks S1);

    yang merupakan lesi tersering dari herniasi diskus intervertebralis. Refleks patella (KPR)

    dan Achilles (APR) biasanya berkurang hingga menghilang pada sisi lesi. Gejala dan tanda

    yang sifat nya bilateral jarang terjadi pada kasus herniasi lumbal. Bisa terjadi kelainan

    yang bilateral bila terdapat herniasi yang besar ke arah sentral dan menekan cauda

    equina.3,4,13

    Radiks DiskusNyeri

    Radikuler

    Gangguan

    sensorik

    Gangguanmiksi &

    defekasi

    SLR KPR APRGangguan

    Motorik

    L3 L2-L3 Pinggangbokong - paha

    belakang -lutut depan

    Hiperalgesiadaerah lutut

    +/- Biasanya (-)

    + + Quadrisep

    L4 L3-L4 Pinggang-

    bokong- pahadepan - lutut -

    tungkai bawahanteromedial

    Hiperalgesia

    tungkai bawahmedial

    +/- Biasa

    nya (-)Mung-

    kin (+)

    - + Quadrisep

    L5 L4-L5 Panggul -paha

    posterolateral-betis lateral -

    maleolus

    Hiperalgesiadorsum pedis,

    ibu jari kaki

    +/- ++ + + Gluteusmedius,

    Tibialisanterior

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    23/81

    23

    lateral -punggung

    kaki - jari kaki

    1,2,3

    S1 L5-S1 Tengah

    bokong - pahabelakang -

    betis - tumit -telapak kaki

    lateraljarikaki 4,5

    Hiperalgesia

    tumit danlateral kaki

    +/- +++ + - Gluteus

    maximus,Hamstring,

    Gastrocnemius

    Tabel 3.3. Manifestasi Klinis Iritasi Radiks L3-S1

    Gambar 3.3. Distribusi dari radiks sensorik pada permukaan tubuh (dermatom)

    DIAGNOSIS

    Anamnesis

    Anamnesis mempunyai peranan penting dalam membantu menegakkan diagnosis

    HNP. Anamnesis harus teliti dan terarah, perlu ditanyakan kepada pasien antara lain :

    a. Onset / kapan mulainya nyeri. Biasanya pasien pada awalnya hanya menganggap

    nyeri pinggang atau nyeri pada leher biasa akibat kelelahan dan baru terasa setelah

    berminggu-minggu mengalami keluhan tersebut.

    b. Bagaimana mulainya timbul. Umumnya mendadak, tetapi juga dapat tanpa awitan

    yang jelas.

    c. Lokasi nyeri, terlokalisir atau menjalar ke tangan sampai jari tangan atau tungkaisampai jari kaki.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    24/81

    24

    d. Kualitas nyeri berupa sifat nyeri, dapat berupa nyeri tajam, menusuk, atau seperti

    terbakar atau menjalar ke tangan / tungkai serta kesemutan.

    e. Kuantitas nyeri, apakah hilang timbul atau cenderung menetap.

    f. Faktor yang memperberat/memperingan nyeri. Pada HNP nyeri akan bertambah

    bila ada kenaikan tekanan intradiskal seperti mengejan, bersin, mengangkat benda

    berat dan membungkuk, sedangkan nyeri berkurang ketika pasien istirahat dalam

    posisi berbaring telentang.

    g. Riwayat gangguan miksi / defekasi / gangguan seksual.

    h. Kelemahan tangan atau tungkai.

    Pemeriksaan Fisik

    Observasi umum1,2,3,4,10

    Pemeriksaan dimulai sejak pasien masuk ke ruang pemeriksaan. Perhatikan cara

    penderita berdiri dan berjalan.

    Saat pasien berdiri dalam posisi tegak, postur tubuh berubah oleh karena adanya

    rasa nyeri. Pasien berdiri dengan sedikit fleksi pada sendi pinggul (hip joint) dan sendi

    lutut (knee joint) pada sisi sakit, sehingga hanya bagian kaki yang paling luas yang

    bertumpu pada lantai. Tulang belakang cenderung membungkuk ke depan atau miring ke

    salah satu sisi, tergantung dari hubungan antara material diskus yang mengalami herniasi

    dengan radiks yang terlibat. Postur ini disebut juga antalgic postureatausciatic scoliosis,

    dan dipertahankan oleh reflex kontraksi otot paraspinal.

    Saat berjalan, pada sisi yang sakit, lutut sedikit fleksi dan weight bearing

    berlangsung singkat dan hati hati; nyeri dirasakan pada seluruh stance phase; sehingga

    pasien terkesan berjalan pincang. Pola jalan demikian disebut juga antalgic gait. Pasien

    dengan kelemahan otot dorsofleksor kaki (m. tibialis anterior) memberikan gambaran pola

    jalan berupa drop foot gaitsaatstance phasedan saatswing phasememberikan gambaran

    pola jalan berupasteppage gait; dimana pasien berusaha mengangkat lutut nya lebih tinggi

    dari normal sehingga kaki tidak bersentuhan dengan lantai. Pasien dengan kelemahan otot

    plantarfleksor kaki (m. soleus, m. gastrocnemius) memberikan gambaran pola jalan berupa

    flat-footed gaitatau calcaneal gait saat gerakanpush off (toe off).

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    25/81

    25

    Gambar 3.4. Antalgic gait (kiri); Drop foot (tengah); Steppage gait (kanan)10

    Saat pasien berdiri dari sisi lateral bisa terlihat kurva lordotik lumbal yang normal.

    Dengan adanya spasme otot paravertebra menyebabkan lordosis lumbal berkurang sampai

    hilang.

    a. b.

    Gambar 3.5. a. Lordosis Postur, b. Lordosis lumbal berkurang

    Titik merah menggambarkan otot-otot yang berkontraksi hebat

    Saat pasien berbaring terlungkup, inspeksi daerah tulang belakang regio lumbal.

    Perhatikan adanya deformitas atau adanya tandatanda radang.

    Perhatikan ekspresi wajah saat menceritakan keluhan keluhannya. Kemudian

    interpretasikan rasa nyeri yang dirasakan ke dalam Visual Analog Scale(VAS).

    Palpasi

    Pemeriksaan palpasi bertujuan untuk mencari spasme otot maupun atrofi otot

    meliputi otot leher, otot paraspinal serta otot penunjang stabilitas vertebra seperti otot

    abdomen; nyeri tekan dimana penekanan pada salah satu titik dapat menyebabkan nyeri

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    26/81

    26

    yang menjalar dan kesemutan hingga ke tungkai bawah; adanya deformitas pada vertebra

    seperti skoliosis, gibus, dan deformitas lainnya.

    Nyeri lokal pada penekanan daerah diskus intervertebralis L4 L5 setinggi crista

    illiaca. Nyeri tekan pada lamina dan prosesus spinosus di sekitar segmen diskus

    intervertebralis yang terlibat. Juga terdapat spasme otot paravertebra.

    Nyeri juga biasanya dicetuskan oleh tekanan sepanjang perjalanan n. ischiadicus

    (sciatic notch, retrotrochanteric gutter, permukaan posterior paha, caput fibula).

    Penekanan pada salah satu titik tersebut menyebabkan nyeri yang menjalar dan kesemutan

    hingga ke tungkai bawah.

    Gambar 3.6. Nyeri radikuler N.ischiadicus (sciatica)

    Pemeriksaan Neurologis20

    Pemeriksaan neurologis pada HNP meliputi pemeriksaan motorik, sensorik,

    otonom, pemeriksaan refleks dan tes-tes khusus untuk menentukan radiks spinalis mana

    yang terkena.

    Neurologik level L4

    MMT : m. tibialis anterior, n. peroneus profunda

    Refleks testing : Refleks Patella

    Refleks patella merupakan refleks tendon dalam yang diinervasi

    oleh radiks L2, L3 dan L4; tetapi secara dominan oleh L4. Oleh

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    27/81

    27

    karena itu, meskipun bila radiks L4 terputus secara total masih didapatkan refleks patella,

    tetapi dengan kwalitas refleks yang jauh berkurang.

    Sensation testing : Dermatom L4 meliputi sisi medial tungkai bawah10

    Neurologik level L5

    MMT : m. ekstensor hallucis longus, n. peroneus profunda

    Refleks testing : -

    Sensation testing : Dermatom L5 meliputi sisi lateral tungkai

    bawah dan dorsum pedis.10

    Neurologik level S1

    MMT : m. soleus, m. gastrocnemius; n. tibialis

    Refleks testing : Refleks Achilles

    Refleks Achilles merupakan refleks tendon dalam yang

    dimediasi oleh m. gastrocnemius.

    Sensation testing : Dermatom S1 meliputi daerah maleolus

    lateral dan sisi lateral dan permukaan plantar pedis.10

    Disc Root Reflex Muscles Sensation

    L3L4 L4 Refleks Patella m. tibialis anterior Medial leg & medial

    foot

    L4L5 L5 None m. ekstensor hallucis

    longus

    Lateral leg & dorsum

    of foot

    L5S1 S1 Refleks Achilles m. gastrocnemius

    m. peroneus longusm. peroneus brevis

    Lateral foot

    Tabel 3.4 : Gangguan neurologis akibat lesi pada radiks L4, L5 dan S110

    Tes Provokasi Khusus3,4,20

    Tes untuk menegangkan radiks spinalis atau n.ischiadicus :

    - Straight Leg Raising(SLR) Test

    Pemanjangan radiks spinalis dengan straight-leg raising (SLR) atau dengan

    laseque maneuver merupakan tes provokasi yang paling konsisten. Pasien berbaring

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    28/81

    28

    terlentang, kemudian dilakukan fleksi sendi panggul dengan mengangkat tungkai

    bawah ke atas dengan memfiksasi di daerah kalkaneus, dengan sendi lutut tetap

    dipertahankan dalam posisi ekstensi. Pada keadaan normal, didapatkan sudut antara

    tungkai dan meja pemeriksaan 80o. Selama dilakukan tes SLR, pasien dapat

    membedakan apakah ketidaknyamanan karena ketegangan dari otot harmstring atau

    nyeri yang lebih tajam yang berasal dari radiks atau n.ischiadicus. Nyeri yang berasal

    dari ketegangan otot harmstring terlokalisir pada bagian posterior paha, sedangkan

    nyeri karena sciatica dirasakan menjalar hingga ke kaki. Beberapa variasi dari

    laseque maneuver juga dapat mencetuskan nyeri yang berasal dari radiks, seperti

    Bragard Sign(dengan disertai dorsofleksi pada sendi pergelangan kaki) atau dengan

    Sicard Sign(dengan disertai dorsofleksi pada ibu jari kaki).

    Gambar 3.7. Straight Leg Raising(SLR) Test;Bragard Sign(insert)

    - Positive Cross Leg SLR Test

    Pasien berbaring terlentang, kemudian lakukan fleksi sendi panggul dengan

    sendi lutut tetap dipertahankan ekstensi pada sisi yang sehat. Bila terdapat nyeri

    punggung bawah disertai sciatic pain pada sisi yang sakit, secara kuat

    mengindikasikan adanya herniasi diskus di daerah lumbal.

    Gambar 3.8. Positive Cross Leg SLR Test

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    29/81

    29

    Tes untuk meningkatkan tekanan intratekal

    - Valsava Maneuver

    Pasien disuruh mengedan seperti hendak BAB. Tes Valsava dikatakan positif

    bila timbul nyeri punggung atau nyeri yang menjalar hingga tungkai bawah.

    Gambar 3.9.Valsava maneufer

    - Naffziger Test

    Tes Naffziger meningkatkan tekanan intratekal dengan meningkatkan tekanan

    cairan intraspinal. Dilakukan dengan memberikan penekanan secara lembut pada

    vena jugularis sekitar 10 detik hingga wajah pasien mulai kemerahan. Kemudian

    instruksikan pasien untuk batuk. Tes Naffziger dikatakan positif bila timbul rasa

    nyeri .

    Gambar 3.10.Naffziger Test

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    30/81

    30

    Pemeriksaan Penunjang2,3,4

    1. X-foto vertebra

    Informasi yang diperoleh dari foto polos sangat terbatas. Sebaiknya dilakukan

    dari 3 sudut pandang, AP, lateral, oblik (untuk melihat dari foramen intervertebralis).

    Adanya gambaran penyempitan diskusdapat mengindikasikan adanya proses

    degenerasi atau kemungkinan HNP. Foto polos mempunyai peran untuk

    menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya seperti fraktur kompresi,

    tumor atau metastase.

    2. MRI

    Merupakan pemeriksaan penunjang terbaik untuk memperlihatkan patologi

    diskus serta menyingkirkan keadaan patologis yang lain. Gambaran dari posisi aksial

    dan sagital dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dan hubungannya dengan

    radiks.

    Gambar 3.11.HNP Lumbal pada T1 MRI; A. Potongan Sagital; HNP diskus intervertebralis L5 S1

    B. Potongan Axial; Masa parasentral menyebabkan penekanan pada radiks S1,perineural fat yang

    mengelilingi radiks menghilang3

    3. CT (CT-mielografi)

    Pemeriksaan CT scan dengan ataupun tanpa mielografi (CT-mielografi) dapat

    mendeteksi adanya HNP dan memperlihatkan kompresi radiks. Tetapi dalam

    penggunaannya telah banyak digantikan oleh MRI yang lebih memberikan gambaran

    yang lebih baik.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    31/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    32/81

    32

    BABIV

    REHABILITASI MEDIK PADA

    HERNIA NUKLEUS PULPOSUS LUMBALIS

    Rehabilitasi Medik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsional

    seseorang sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau

    meningkatkan kualitas hidup dengan cara mencegah atau mengurangi hendaya, disabilitas

    dan kecacatan semaksimal mungkin.

    Tujuan utama dari rehabilitasi pada hernia nukleus pulposus adalah untuk

    mengoptimalkan kesehatan dan fungsi penderita. Hal ini mencakup bagaimana membuat

    penderita dapat kembali pada kehidupan yang sehat, bermakna dan independen. Juga

    memfasilitasi penderita agar berpartisipasi dalam tugas-tugas yang telah disesuaikan dan

    kembali pada perannya dalam keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini

    dibutuhkan penyesuaian psikososial, seksual, vokasional dan avokasional; kemampuan

    fungsional, peralatan yang sesuai, pengetahuan dan perilaku untuk menjaga kesehatan; dan

    adaptasi lingkungan yang sesuai dengan penderita.7

    Dalam menangani pasien HNP, diperlukan berbagai tindakan dalam Rehabilitasi

    Medik diantaranya dapat dilakukan terapi konservatif dengan fisioterapi, terapi okupasi,

    pemberian orthose serta psikologi. Namun, apabila dengan terapi konservatif gejala tidak

    membaik maka dilakukan terapi pembedahan.22

    TERAPI KONSERVATIF

    Penanganan Nyeri

    Untuk mengatasi nyeri akut atau kronis pada nyeri punggung bawah yang

    disebabkan oleh HNP, berbagai modalitas terapi fisik telah lama digunakan dan

    berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Modalitas yang digunakan

    meliputi terapi panas, terapi dingin, hidroterapi, traksi servikal atau lumbal, stimulasi

    listrik dan terapi latihan (exercise therapy). Edukasi mengenai pentingnya menjaga sikap

    tubuh yang baik dan benar (Proper Body Mechanic) juga sangat penting dalam

    mendukung keberhasilan program rehabilitasi medik yang sudah diberikan kepada pasien

    sebagai pencegahan agar HNP tidak bertambah buruk gejalanya. Biasanya edukasi tersebut

    akan diberikan oleh seorang terapis okupasi.21,22

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    33/81

    33

    A. Therapeutic Heat (Terapi Panas)

    Terapi panas digunakan dalam banyak bentuk untuk mengurangi nyeri dan

    spasme otot yang terjadi akibat HNP.10

    Berdasarkan penetrasinya, terapi panas dibagi menjadi :

    a. Superficial heating agents (terapi pemanasan superfisial)10,11

    Daya tembusnya 1-3mm dari kutis sampai dengan subkutis. Beberapa

    contoh terapi panas superfisial adalah lampu infra merah (Infra Red), kompres air

    panas (Hot Moist Packs),paraffin bathserta uap panas.

    a. b.

    Gambar 4.1.a. Infra Red (IR), b. Hot Packs

    b. Deep heating agents (terapi pemanasan dalam)4,21,22

    Daya tembusnya lebih dalam sampai ke otot dan tulang. Beberapa modalitas

    pemanasan dalam yang digunakan adalah USD (Ultrasound Diathermy), SWD

    (Shortwave Diathermy) dan MWD (Microwave Diathermy).Efek thermalyang

    didapat antara lain : vasodilatasi dan peningkatan aliran darah sehingga

    mempercepat penyembuhan, mengurangi nyeri; baik secara langsung (direct)

    melalui mekanisme Gate Control yang segera timbul setelah pengaplikasiandiatermi dan secara tidak langsung (indirect) melalui pengurangan iskemik,

    fasilitasi penyembuhan jaringan dan pengurangan muscle spasm. Peningkatan

    suhu otot sampai 42oC menyebabkan pengurangan aktivasi (firing rate) muscle

    spindle serabut otot efferent tipe II dan serabut motor neuron gamma, dan

    peningkatan firing rate serabut otot tipe Ib yang pada akhirnya menyebabkan

    penguranganfiring ratemotor neuron alfa sehingga menyebabkan relaksasi otot.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    34/81

    34

    Pada pemakaian SWD, jarak elektroda sekitar 2-4 cm dari permukaan kulit,

    dengan durasi lama terapi umumnya 20-30 menit. Pada pemakaian MWD,

    digunakan intensitas sebesar 5-10 mW/cm2, dengan jarak dari permukaan kulit

    sekitar 2-5 cm atau 10-15 cm bila area yang diterapi lebih luas dan durasi lama

    terapi umumnya 20-30 menit. Sedangkan pada pemakaian Ultrasound Diathermy,

    frekuensi yang digunakan pada kasus HNP sebesar 1 MHz dengan intensitas 0,1-3

    W/cm2 dan durasi minimum 1-2 menit (10 cm2), maksimum 10-15 menit, rata-

    rata 5-10 menit.22

    Gambar 4.2. Ultrasound Diathermy (kiri), SWD (tengah), MWD (kanan)

    B. Therapeutic Cold (Terapi Dingin)21,22,24

    Terapi dingin sebagai salah satu modalitas fisik efektif untuk mengurangi nyeri dan

    inflamasi serta mengurangi spasme otot paraspinal akibat HNP pada semua stadium

    (terutama pada stadium akut dan subakut dini). Semua terapi dingin bersifat bersifat

    pendinginan superfisial. Transfer energinya secara konduksi, evaporasi dan konveksi. Alat

    yang dipakai tergantung luas area dan mudahnya penerapan seperti cold packs, ice

    massage, vapocoolant sprays, uap dingin atau cryotherapydan cold baths. Efek fisiologis

    dari terapi dingin adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan memperlambat sirkulasidarah sehingga dapat mengurangi edema dan inflamasi akut.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    35/81

    35

    Gambar 4.3.Cold Packdan Cryotherapy

    C.Hidroterapi21,22,25

    Hidroterapi (terapi air) atau Aquatic Therapy adalah terapi fisik dengan

    memanfaatkan sifat-sifat fisika dari air yang meliputi daya apung/buoyancy, tekananhidrostatik, serta suhu/efek thermal. Terapi air digunakan untuk memberi untuk

    memberi efek pada jaringan tubuh dengan pendinginan, pemanasan, mengurangi nyeri

    dan relaksasi otot. Hidroterapi ternyata tidak hanya menimbulkan pengaruh terhadap

    organ tubuh secara langsung, tetapi juga mempunyai dampak psikologis yang secara

    tidak langsung menimbulkan penyembuhan terhadap nyeri. Faktor daya apung ini bisa

    berubah sesuai dengan besar bagian tubuh yang masuk kedalam air. Pada rendaman

    setinggi xyphoid, beban tubuh akan berkurang sekitar 75%, rendaman sampai umbilikus

    akan mengurangi beban hingga 50 %.Dengan memanfaatkan efek tersebut, latihan-

    latihan seperti neutral position, stabilizing, strengthening, endurance dapat diberikan

    pada pasien HNP yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam melakukan latihan

    karena rasa nyerinya. Jenis-jenis hidroterapi antara lainpool therapydan whirpools.

    Gambar 4.4. Hidrotherapy

    D.Stimulasi Listrik/ TENS ( Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

    TENS merupakan suatu rangsangan listrik/stimulasi listrik yang digunakan

    sebagai pengobatan untuk mengurangi nyeri. Pada kasus HNP, TENS digunakan untuk

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    36/81

    36

    mengurangi nyeri dengan dosis pemberian 4 kali/hari, selama 1 jam dengan frekuensi

    80-120 Hz serta durasi 5-400 sec dan bila nyeri berkurang dapat diturunkan 3 kali, 2

    kali atau 1 kali/hari sesuai kondisi penyakit.22,24

    Mekanisme kerja TENS dalam pengurangan nyeri :21,22

    a. Teori Gate Controldari Melzack dan Wall

    Implikasi teori ini adalah serabut saraf bermielin berdiameter besar (serabut A-

    alfa dan A-beta), akan mengurangi efek input serabut saraf bermielin yang

    berdiameter kecil (serabut A-delta dan C). Aktifitas beberapa serabut berdiameter

    kecil ini menyebabkan nyeri, sehingga mengurangi efek inputnya akan dapat

    mengurangi nyeri.

    b. Teori pelepasan endorphin

    Hipotesis lain menjelaskan khasiat TENS mengurangi nyeri dengan

    melepaskan opioid endogen yaitu methenkephalin dan beta endhorphin pada sistem

    saraf pusat dengan pengggunaan TENS berfrekuensi rendah (Acupunture-like

    TENS).

    c. Efek TENS dalam mengurangi nyeri melalui sistem neurotransmiter lain yaitu

    perubahan sistem serotonin.

    Gambar 4.5. TENS unit (kiri); Aplikasi TENS(kanan).

    TRAKSI

    Traksi spinal merupakan salah satu modalitas terapi yang dapat digunakan untuk

    merelaksasi otot paraspinal yang mengalami spasme serta mengurangi kompresi pada

    jepitan radiks saraf spinalis akibat HNP.21Traksi spinal adalah daya tarikan yang diberikan

    pada servikal dan lumbal untuk memperoleh efek fisiologis sbb :21,22

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    37/81

    37

    - Distraksi sendi vertebra

    - Pencegahan dan meregangkan adhesi tepi dural, radiks nervi spinales dan struktur

    kapsulernya.

    - Mengurangi kompresi dan iritasi pada akar saraf dan diskus

    - Memperbaiki sirkulasi dalam ruang epidural dari kanalis spinalis.

    Respon biomekanik yang dapat diukur dimana terjadi akibat pengaruh gaya tarikan

    oleh traksi yaitu pelebaran ruang intervertebrale, pelebaran foramen intervertebrale,

    pemisahan sendi faset, membebaskan membran sinovial yang terjepit, peregangan kapsul

    sendi dan ligamen, serta relaksasi otot-otot paraspinalis yang mengalami spasme.

    Walaupun masih kontroversial, pengaruh terapeutik traksi terutama disebabkan oleh

    peregangan otot dan ligamen, berkurangnya nyeri dan spasme.21,22,24

    Memerlukan lebih banyak tenaga untuk mendapatkan distraksi lumbal. Beban yang

    diperlukan harus diperhitungkan untuk mengatasi tahanan mekanik dan friksi dari alat

    traksi, mengatasi gaya gesekan terhadap dasar serta mendapatkan pengaruh terapeutik

    yang diinginkan berupa traksi pada ligamen dan mengatasi tahanan otot. Pada HNP

    lumbal, digunakan traksi lumbal dengan beban berkisar 30-50% berat badan.

    Kontraindikasi absolut untuk traksi spinal adalah keganasan; penyakit infeksi

    seperti TBC,osteomielitis atau disciitis; osteoporosis; rheumatoid arthritis; penekanan

    medulla spinalis; kehamilan; dan hipertensi atau penyakit kardiovaskuler. Traksi harus

    dihentikan apabila terjadi mual, pusing, eksaserbasi disfungsi sendi temporomandibuler,

    atau peningkatan nyeri di jaringan lunak leher.21,24

    Gambar 4.6. Traksi Servikal dan Traksi Lumbal

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    38/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    39/81

    39

    o Mencegah cedera

    o Memberikan efek psikologis; mengurangi ketakutan bergerak karena nyeri, dan

    mengurangi kecemasan

    Gambar 4.7. Latihan pada HNP Lumbalis

    Extension Exercise

    Sering kali diresepkan pada pasien dengan LBP yang disertai nyeri menjalar hingga

    ke tungkai. Extension exercise yang umum digunakan adalah berdasarkan metode

    McKenzie. Extension exercise dapat mengurangi nyeri diskogenik melalui beberapa

    mekanisme, yaitu : mengurangi tegangan pada serabut anulus posterior, meningkatkan

    input mekanoreseptor sehingga mengaktifkan mekanisme gate theory, mengurangi

    tegangan pada radiks, merubah tekanan intradiskal dan menyebabkan migrasi nucleus

    pulposus ke anterior.

    Pasien harus diinstruksikan untuk melakukan postur ekstensi berulang saat berdiri

    setelah melakukan aktivitas duduk atau membungkuk.

    McKenzie Method Extension Exercises

    Latihan ini dikembangkan oleh Robin McKenzie tahun 1981.Tujuannya

    untuk penguatan otot-otot ekstensor punggung.15,17

    Secara teoritis latihan ini dapat mengurangi nyeri dengan :

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    40/81

    40

    1. Merelaksasi otot-otot psoas dengan memanjangkan otot-otot ini dan pada

    waktu yang sama dilakukan tekanan lembut pada trigger pointnya.Otot -

    otot ini menekan diskus intervertebralis dan akar saraf yang

    menimbulkan NPB dan ischialgia akibat HNP lumbal.

    2. Memungkinkan migrasi nukleus pulposus ke arah anterior sehingga

    mengurangi penekanan pada serabut anulus posterior dan akar saraf.

    Kontraindikasi :

    a. Instabilitas/hipermobilitas segmental kolumna vertebralis lumbal

    (spondilolisis,spondilolistesis).

    b. Herniasi diskus yang telah mengalami sekuestrasi.

    c. Defisit neurologis bilateral.

    d. Peningkatan nyata NPB.

    e. Peningkatan gangguan sensorik radikuler.

    Prone lying Prone lying on elbows Prone press-ups

    Progressive extension with pillows Standing extension

    Gambar 4.7. McKenzie Method Extension Exercises

    Aquatic Exercise

    Keuntungan :

    - Buoyancy effect dan pengurangan gaya gravitasi. Semakin besar luas permukaan

    tubuh yang terendam dalam air, semakin besar pengurangan gaya gravitasi nya.

    Sebagai contoh, terdapat pengurangan gaya gravitasi sebesar 90 % pada

    perendaman tubuh hingga batas leher pada posisi vertical. Dengan memanfaatkan

    efek tersebut, latihan latihan seperti neutral position, stabilizing, strengthening,

    endurancedapat diberikan.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    41/81

    41

    - Air dapat mengurangi nyeri melalui mekanismegate theory; dimana input sensorik

    dari temperatur air, tekanan hidrostatik dan turbulensi menyebabkan rasa nyeri

    berkurang. Kontraksi otot yang berlebihan dan kekakuan otot (stiffness) dapat

    dikurangi dengan perendaman pada air hangat.

    - Psychological effect. Dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien, karena pasien

    dapat melakukan berbagai aktivitas atau latihan di air dengan lebih baik.

    EDUKASI

    Edukasi pasien HNP diberikan oleh terapi okupasi, terutama diberikan saran dan

    petunjuk tentang postur tubuh yang baik dan cara duduk yang sesuai (Proper Body

    Mechanic). Postur yang tepat waktu duduk, berbaring dan berdiri sangat penting untuk

    mencegah nyeri punggung bawah akibat HNP lumbal. Karena itu tetaplah setegak

    mungkin dan menggunakan kursi tegak bersandaran keras, bukan kursi empuk yang

    rendah. Penderita disarankan untuk jangan membungkuk sewaktu duduk atau berdiri dan

    seringlah mengubah posisi.21,24.25

    Gambar 4.8. Proper Body Mechanics

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    42/81

    42

    PERAWATAN BLADDER DAN BOWEL

    Dalam program rehabilitasi, perawatan kandung kemih dan rektum sangat penting

    dan merupakan kunci keberhasilan hidup di masa mendatang. Dengan adanya paralisis

    spinal, penderita tidak dapat mengontrol aktifitas kandung kemih dan rektumnya, jadi tidak

    dapat mengetahui kapan akan buang air kecil dan buang air besar. Urin dan feses adalah

    produk sisa yang harus di evakuasi untuk mencegah terjadinya efek samping seperti

    infeksi dan konstipasi.

    Efek cedera spinal terhadap kandung kemih tergantung pada:

    Letak cedera

    Luasnya medula spinalis yang mengalami kerusakan

    Lamanya cedera berlangsung.

    Selama periode spinal shockkandung kemih mengalami paralisis flaksid, sehingga

    terjadi retensi urine akut. Diperlukan kateterisasi untuk mengeluarkan urine penderita,

    biasanya menggunakan dauer catheter. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita dan

    menghindarkan adanya tekanan yang berlebihan pada kandung kencing. Bila lesi terjadi

    diatas level L1, refleks aktifitas kandung kemih akan muncul kembali setelah masa spinal

    shockterlampaui.

    Pada lesi diatas conus (T11-L1) refleks miksi biasanya intak dan dengan latihan yang

    baik fungsi pengosongan spontan kandung kemih pulih kembali. Jika lesi terjadi dibawah

    L1 paralisis yang terjadi adalah flaksid, refleks pengosongan kandung kemih rusak dan

    dalam hal ini fungsi kandung kemih dapat ditimbulkan dengan mengisi penuh kandung

    kemih, jadi dengan melalui peninggian tekanan internal, sehingga timbul stimulasi refleks

    regang (stretch reflex) pada m. Detrusor kandung kemih dan urine dapat melalui

    stingter.

    Penanganan disfungsi bladder21

    i. bladder training

    Pasien dijadwalkan untuk minum. Biasanya 1800 mL per hari dengan 400 mL pada

    waktu makan dan 200 mL pada pukul 10.00, 14.00, dan 16.00. Dan pasien dijadwalkan

    untuk berkemih tiap 3 jam.

    ii.manuver Valsava

    Merupakan cara meningkatkan tekanan intravesikal dengan tekanan intraabdominal.

    Caranya dengan duduk dan memeluk tungkai bawah dengan lutut ditekuk untuk

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    43/81

    43

    mencegah bulgingabdomen. Dengan cara ini seluruh tekanan intraabdominal ditransfer

    ke kandung kemih dan dasar panggul. Kontraindikasi bagi pasien dengan refluks

    vesikoureteral.

    iii.manuver Crede

    Meningkatkan tekanan intravesikal dengan mendorong bladder ke bawah secara

    manual.

    iv.Kegel exercise

    Dengan cara mengkontraksikan dan merelaksasi otot-otot dasar panggul. Dilakukan

    untuk mengurangi inkontinensia urin.

    Lower Motor Neuron Bladder Training

    Pada tipe ini refleks bulbocavernosus dan anal superficial selalu negatif, penekanan

    / pemijatan kandung kemih dengan mengejangkan otot otot abdomen dan diafragma

    yang tidak mengalami paralisis serta dibantu manual kompresi (maneuver Crede) dapat

    dilakukan untuk membantu pengosongan kandung kemih (pertama kali dilakukan 2

    minggu setelah terjadinya cedera). Bila ini gagal, ulangi 2 kali seminggu sampai terjadi

    pengosongan kandung kemih ( biasanya terjadi setelah 2 8 minggu ). Dapat juga

    dilakukan usaha dengan kateter intermiten setiap 4-6 jam untuk melatih pengosongan

    kandung kemih secara efektif. Bila pengosongan kandung kemih sudah dapat terjadi, maka

    usaha selanjutnya dilakukan oleh penderita sendiri tiap 2 jam di siang hari dan perawat

    membantu melakukan penekanan secara manual di malam hari saat membalik posisi

    pasien. Sekali penderita telah menguasai tehnik pengosongan kandung kemih ini dengan

    memuaskan, maka frekuensi pengosongan dapat diatur sendiri, misalnya 3 4 jam sekali

    di siang hari, sebelum tidur, tengah malam (waktu membalikan posisi pasien), serta waktu

    bangun tidur di pagi hari.4,13,21

    Bowel Care

    Dasar dari latihan rektum ini adalah supaya fungsi pengosongan rektum berjalan

    dengan efektif, efisien dan wajar. Pada mulanya pengosongan rektum ini dibantu oleh staf

    perawatan, biasanya secara manual. Sebuah suppositoria dimasukkan kedalam dubur,

    dengan demikian terjadi lubrikasi sehingga feses mudah dikeluarkan. Dengan cara ini

    rektum belajar memberikan respon terhadap stimulus. Jika pasien sudah mulai belajar

    berdiri dan belajar jalan, evakuasi rektum dilakukan sewaktu duduk di toilet, yang

    merupakan posisi dan prosedur alami. Pada awalnya perawat masih membantu, tetapi

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    44/81

    44

    lambat laun penderita belajar mengeluarkan sendiri dengan mengedan atau terus

    menggunakan suppositoria. Yang penting disini adalah rutinitas. Evakuasi rektum ini harus

    dilakukan pada waktu yang sama (pagi atau malam) selang seling sehari guna menjamin

    tidak terjadinya konstipasi. Pasien harus menjaga dietnya. Perubahan diet atau rutinitas

    pada harihari libur dapat menyebabkan terjadinya fecal incontinentia mendadak.5,10

    FUNGSl SEKSUAL

    Mengingat bahwa fungsi seksual dikontrol oleh medulla spinalis segmen S2-S4

    maka lesi yang bersifat permanen pada daerah ini akan menimbulkan masalah seksual.

    Kecemasan dan rasa kesal dapat mempengaruhi fungsi normal seksual pasien. Petugas

    yang mengelola (dalam hal ini psikolog) harus menyadari hal ini. Mereka harus dapat

    mendiskusikan hal ini secara terbuka dengan pasien dan keluarganya serta menguraikan

    hal-hal praktis yang kiranya bermanfaat.

    Pasangan harus ikut dalam konsultasi, mengingat kepuasan seks sangat tergantung

    pada cara mereka melakukan aktifitas seks. Reflek anal (dengan cara pemeriksaan anus)

    dan sensasi tusuk pada penis, skrotum, dan peroneal saddleakan memberikan gambaran

    tentang potensial fisik pasien. Lesi LMN pada medulla spinalis (seperti misalnya sindrom

    kauda equina) kemungkinan besar pasien kesulitan melakukan senggama secara penuh.

    Pasien laki-laki masih dapat ereksi, pada umumnya jumlah sperma sangat rendah, tetapi

    masih mampu mempunyai anak. Pasien wanita biasanya haid berjalan normal dan mereka

    dapat mengandung, tetapi tanpa kekuatan otot abdominal dan panggul sehingga

    memerlukansectio caesareaagar lebih aman.4,21

    ORTHOTIK PROSTETIK

    Jenis orthosis spinal yang tepat dipilih berdasarkan pada lokasi/level dan tipe cedera

    tulang belakang. Orthosis spinal ini ditujukan untuk :22,24

    mengurangi rasa sakit,

    mencegah cedera menjadi lebih berat,

    membantu kelemahan otot,

    melindungi medula spinalis dan radiks saraf, serta

    mencegah atau membantu mengkoreksi deformitas.

    Pada perawatan konservatif HNP lumbal dapat diberikan TLSO ( Thoraco Lumbo Sacral

    Orthose) semi rigid.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    45/81

    45

    Gambar 4.9 TLSO

    TERAPI OPERATIF

    Tujuan terapi operatif adalah untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada

    saraf sehingga rasa nyeri dan gangguan pada fungsi akan hilang. Pembedahan tidak dapat

    mengembalikan kekuatan otot tetapi dapat mencegah supaya otot menjadi tidak lemah dan

    lebih berguna untuk mengurangi nyeri tungkai daripada nyeri punggung, begitu pula dapat

    mengurangi nyeri pada tangan dimana tingkat keberhasilannya lebih dari 90%.24,25

    Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila :

    - Setelah satu bulan dirawat secara konservatif tidak ada kemajuan

    - Ischialgia yang berat

    - Ischialgia menetap atau bertambah berat

    - Ada gangguan miksi / defekasi dan seksual

    - Ada bukti klinis terganggunya radiks saraf

    - Ada parese otot tungkai bawah

    Terapi Operatif meliputi :

    1. Laminektomi

    Adalah tindakan membuang lamina vertebralis, dapat dilakukan sebagai

    dekompresi terhadap radiks spinalis yang tertekan atau terjepit oleh HNP

    2. Disektomi

    Sebagian dari diskus intervertebralis diangkat untuk mengurangi tekanan

    terhadap radiks. Disektomi dilakukan untuk memindahkan bagian yang

    menonjol.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    46/81

    46

    3. Mikrodisektomi

    Merupakan tindakan operatif mikroskopik dengan pendekatan posterior

    untuk menyingkirkan HNP melalui insisi kulit sekecil mungkin, biasanya

    sekitar 2cm. Bertujuan memindahkan fragmen nukleus menggunakan injeksi

    enzim yang disebut chymopapainke dalam herniasi diskus untuk melarutkan

    substansi gelatin yang menonjol

    4. Percutaneus Lumbar Disektomi

    Dengan menggunakan bantuan sinar X mengarahkan jarum yang

    digunakan memperbaiki diskus yang bermasalah.

    REHABILITASI MEDIK PASCA LAMINEKTOMI

    Tujuan rehabilitasi medik pasien post laminectomyatau discectomylumbal: 21

    o mengedukasi pasien mengenai proper body mechanics, postur, dan

    memperingatkan pasien post operasi untuk melindungi vertebra dari cedera

    berulang;

    o meningkatkan lingkup gerak sendi ke kondisi normal atau status fungsional

    o mengembalikan pasien pada kemampuan fungsional maksimalnya

    Rehabilitasi medik pada penderita HNP post laminektomi pada prinsipnya sama

    dengan pre operasi, yaitu untuk mengurangi nyeri, mobilisasi bertahap dan exercise bila

    masih ditemukan gejala defisit neurologi berupa kelemahan tungkai.25

    Teknik Rehabilitasi :27

    o Rawat Inap:

    Mobilisasi pada tempat tidur dengan log rollinguntuk melindungi vertebra dari

    cedera ulang.

    Latihan dimulai dengan menginstruksikan pasien untuk pelvic tilt,single knee

    to chest, danstraight leg raise. Makin lama latihan double knee to chest, rotasi

    batang tubuh bawah, dan latihan wall slide. Latihan ini bertujuan

    meningkatkan kekuatan fleksor batang tubuh; meningkatkan mobilitas

    punggung bawah, ekstremitas inferior, dan pelvis.

    Mempertahankan kemandirian dalam pola jalan dengan melatih pasien berjalan

    pada permukaan yang datar dan tangga.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    47/81

    47

    o Rawat Jalan (minggu I-III):

    Dimulai dengan latihan ekstensi. Pasien dengan posisi tengkurap, bertumpu

    pada siku, dan posisipush up. Dilanjutkan denganstraight leg raisedan rotasi

    batang tubuh bawah. Latihan ini bertujuan meningkatkan kekuatan ekstensor

    batang tubuh; meningkatkan mobilitas pinggang bawah, ekstremitas inferior,

    dan pelvis.

    Peregangan otot-otot hamstring dan fleksor panggul. Tujuannya untuk

    meningkatkan fleksibilitas ekstremitas inferior.

    Menginstruksikan pasien dalam proper body mechanic dan postur yang

    normal. Tujuannya untuk mencegah cedera punggung bertambah parah.

    o Rawat Jalan (minggu IV-VIII) :

    Melatih pasien dengan program low back exercise fleksi dan ekstensi untuk

    meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas batang tubuh dan pelvis. Dapat

    dilakukan dengan kombinasi penggunaan hidroterapi.22

    Melatih berjalan, jika memungkinkan ergocycle untuk meningkatkan

    endurancedan kekuatan kardiovaskular

    o Rawat Jalan (setelah minggu VIII, jika diperlukan) :

    Program latihan dengan beban untuk meningkatkan kekuatan ekstremitas

    superior dan inferior dan tubuh.

    Memeriksa proper body mechanics dan postur tubuh untuk mencegah

    cedera punggung bertambah parah.

    Berjalan dan/ atau program ergocycle untuk mempertahankan dan

    meningkatkan endurancedan kekuatan.

    Program Rehabilitasi Medik yang dilakukan meliputi:

    1. Fisioterapi

    Program fisioterapi harus sudah dimulai sejak pasien dirawat. Pemberian

    program latihan ini disesuaikan dengan keadaan klinis pasien dan juga gangguan

    neurologis yang ditemukan pada pasien tersebut. Adapun program-program tersebut

    antara lain:

    a. Gerakan pasif.

    Tiap persendian dari group otot ekstremitas inferior digerakan secara pasif dan full

    ROM, sekurangkurangnya 2 kali sehari. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya

    kontraktur, karena gerakan pasif tersebut memelihara tonus dan panjang otot, serta

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    48/81

    48

    melancarkan aliran darah dari ekstremitas inferior yang rentan terhadap

    kemungkinan timbulnya trombosis yang disebabkan aliran darah biasanya ditempat

    tersebut sangat lambat.

    Gambar 4.10. Passive ROM exercise

    b. Keseimbangan duduk.

    Pada pasien dengan kelemahan otot ekstremitas inferior yang cukup berat

    saat mula-mula di pindah ke kursi roda perlu waktu beberapa hari bagi pasien dapat

    duduk tegak dengan baik. Paralisis otot-otot tubuh seringkali mengganggu

    keseimbangan dan bagi pasien hal ini dirasakan sangan mengganggu. Jika duduk

    tegak maka pasien akan merasakan gejala-gejala seperti hipotensi antara lain

    pusing dan mual. Biasanya secara bertahap pasien dapat menyesuaikan diri. Jika

    hal ini terus berlanjut, maka dapat digunakan tilt table untuk membantu pasien

    membiasakan diri duduk tegak.

    c. Berenang

    Latihan berenang di kolam sangat bermanfaat dan menyenangkan karena

    akan membantu dan mempermudah otot-otot ekstremitas inferior untuk aktif

    berfungsi. Ban dan jaket penyelamat dapat digunakan untuk pengaman dan

    memperbesar rasa percaya diri pasien. Jika pasien ragu-ragu, maka terapis dapat

    membantu dengan menyangga tubuh pasien pada tempat yang sensoriknya masih

    berfungsi. Latihan renang ini dari sejak awalnya sudah dapat dikembangkan

    menjadi salah satu latihan yang dapat menyenangkan sekaligus sebagai suatu

    rekreasi.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    49/81

    49

    d. Gym work

    Tujuan latihan di ruang senam ini adalah untuk mengembangkan sepenuhya

    aktifitas otot-otot yang persyarafannya masih baik. Latihan dengan tahanan, per

    dan beban,press up, dan memanjat dengan tali.

    e. Mat work (senam lantai di matras),

    Pasien dalam posisi berbaring di lantai bertujuan untuk menguatkan otototot

    trunkus dan meningkatkan tonus otot otot paravertebralis sehingga nantinya hal

    tersebut dapat membantu pasien dalam memperbaiki keseimbangan duduk dan

    postur. Latihan di matras ini bertujuan membantu mengurangi spastisitas otototot

    tersebut dan ini kelak akan membantu berfungsinya bladder dan bowel. Semua

    pasien diajarkan berguling di lantai dan jika mungkin belajar duduk tanpa dibantu.

    Selanjutnya latihan keseimbangan dapat terus di kembangkan dengan latihan duduk

    di tepi tempat tidur. Selain itu bisa pula dilakukan senam Kegel untuk menguatkan

    otot-otot panggul.

    f. Berdiri

    Pasien paraparese atau paraplegia secara teratur harus diajarkan cara untuk

    berdiri tegak. Disamping meningkatkan moril dan kepercayaan diri pasien, hal ini

    bertujuan untuk meringankan beban tekanan di sakrum dan pantat, memperbaiki

    tonus otot di trunkus dan ekstremitas inferior, mencegah deformitas fleksi di

    pangkal paha, lutut dan pergelangan kaki, memperbaiki efisiensi pengosongan

    ginjal dan kandung kemih serta fungsi rektum dan juga berperan dalam pencegahan

    osteoporosis dan fraktur patologis. Untuk memungkinkan latihan berdiri tegak ini

    dapat digunakan alat yang dinamakan standing frame. Pengikat yang dilapisi kulit

    halus berfungsi sebagai brace, sedangkan meja miring didepan berfungsi sebagai

    tempat penderita melakukan berbagai aktifitasnya sambil berdiri.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    50/81

    50

    Gambar 4.11. Latihan berdiri dengan standing table dan tilting table

    g. Latihan jalan.

    Faktor yang sangat menentukan kemampuan pasien dalam berjalan ialah:

    kekuatan otot quadriceps, propioseptif lutut, tidak adanya kontraktur fleksi dari

    panggul dan kontrol lengan. Untuk melangkah adalah merupakan problem yang

    besar bagi pasien. Kemauan merupakan kunci kearah keberhasilan, yang juga

    sangat tergantung faktor umur, berat badan dan jumlah otot-otot yang masih

    berfungsi. Teknik-teknik yang dapat dipergunakan dalam latihan jalan ini antara

    lain:swing to & swing through qait menggunakan kruk siku (elbow crutches).

    Gambar 4.12. Latihan Jalan

    h. Pemakaian kursi roda

    Harus dipesan kursi roda yang sesuai untuk tiap pasien. Idealnya pasien

    dipesankan kursi roda sedini mungkin yang tipenya disesuaikan dengan hasil

    pemeriksaan. Waktu yang paling tepat adalah saat pasien mulai belajar duduk.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    51/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    52/81

    52

    Penilaian pekerjaan dan penempatan kembali

    Penguatan otototot punggung dan ekstremitas atas

    Mempertahankan sisa fungsi yang masih ada

    Membangkitkan kembali semangat penderita Mencegah kontraktur otot

    Gambar 4.14. Berbagai Latihan di Okupasi terapi

    3. Ortotik

    Ortose (TLSO) atau korset pinggang dipakai pada fase mobilisasi. Pemakaian korset

    bermanfaat pada fase mobilisasi untuk membantu menstabilkan, mendukung, dan

    mempertahankan kurve fisiologis yang telah diperoleh pada tata laksana konservatif, serta

    melindungi vertebra dari trauma akut dan post operasi vertebra. TLSO dapat meningkatkan

    tekanan intraabdominal yang dapat mengurangi kompresi diskus intervertebralis, sehingga

    mengurangi nyeri. TLSO dipakai paling lama selama 3 bulan.17,21

    TLSO post operasi berperan untuk restriksi gerakan, melindungi segmen yang

    cedera dari gerakan dan secara teori mengurangi beban pada tempat yang telah

    dioperasi sampai terjadi fusi yang solid.

    Selain TLSO, untuk mobilisasi juga diperlukan berbagai alat bantu ambulasi.

    Pemilihan alat bantu ambulasi disesuaikan dengan kemampuan fungsional pasien.

    Mulai dari kursi roda, walker, tripod, quadripod, billateral cruthes, hingga cane.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    53/81

    53

    Gambar 4.15. Alat bantu ambulasi

    4.Sosial Medik

    Pekerja sosial medik merupakan salah satu anggota tim yang diperlukan dan

    tugasnya meliputi berbagai aspek yang sangat bervariasi. Kontak dengan pasien dan

    keluarganya segera dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit. Kontak dengan

    dinas sosial setempat harus segera dilakukan, ini kelak akan sangat membantu dalam

    memulangkan pasien kerumahnya. Begitu pula halnya untuk keperluan seperti kursi

    roda dan alat bantu lainnya diusahakan dengan bekerja sama dengan dinas tersebut.

    Kadangkadang pekerja sosial medik diminta bantuannya untuk mengatasi kesulitan

    yang dialami pasien maupun keluarganya. Disamping itu pekerja sosial medik juga

    diperlukan untuk mengadakan kunjungan ke rumah pasien dengan memperhatikan hal

    hal sebagai berikut:

    Tinggi tombol lampu

    Penutup lantai / karpet yang lepas

    Lebar pintu

    Permukaan lantai tidak boleh licin

    Anak tangga pada pintu yang menghambat mobilitas

    Kamar tidur harus ada di lantai bawah

    Letak kamar mandi

    Tipe bangunan rumah bila diperlukan hoists (katrol)

    Tinggi meja dapur

    Lebar lorong di dalam rumah

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    54/81

    54

    5. Psikologi

    Secara umum dikatakan bahwa depresi dapat mengganggu proses rehabilitasi.

    Depresi dan ansietas dapat mengakibatkan disabilitas yang sama beratnya dengan yang

    disebabkan trauma medula spinalis. Kekuatiran akan masa depan dan akibat cacat yang

    diderita, sikap tidak realistis, sikap agresif merupakan tandatanda keresahan

    emosional. Dorongan dari terapis dan keluarga, pendekatan positif kepada pasien dan

    kemampuannya, sangat membantu dalam menghilangkan gejala. Mereka yang

    mengalami depresi ringan biasanya memberikan respon yang baik terhadap obatobat

    anti depresi. Waktu penyesuaian psikologi biasanya memerlukan waktu sekitar 18-24

    bulan.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    55/81

    55

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ogiela, Denis. Herniated Nukleus Pulposus. Available at www.nlm.nih.gov/medlineplus

    2. Colon, Edgar, et al. Imaging Techniques Relative to Rehabilitation. Dalam De Lisa

    : Physical Medicine and Rehabilitation Principle and Practice. 4 th . Philadelphia.

    Saunders. 2005 ; 176180

    3. H Allan, Pain in The Back, Neck and Extremities. Adams and Victors Principles

    of Neurology. 8th. USA. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2005 ; 168 - 183

    4. Braddom R. Low Back Pain. Physical Medicine and Rehabilitation. 4 th .

    Philadelphia. Saunders. 2011 ; 870906

    5. Neuropatik, 2nd ed. Yogyakarta: Medikagama Press. 2008: 159-173

    6. Cauda Equina Syndrome,http://www.emedicinehealth.com.Januari 11,2012

    7. Somers, Martha Freeman. Spinal Cord Injury : Functional Rehabilitation 3 rd

    edition. New Jersey. Pearson Education Inc. 2010 : 1-7,

    8. Anatomy & Fisiologi Tulang Belakang. Avalaible atwww.rsop.co.id

    9. Snell, Ricghard S. Punggung. Anatomi Klinik Edisi 3 Bagian 3. Jakarta. EGC.

    1997 : 217-248

    10.Putz, R. Columna Vertebralis. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 21. Jilid 2.

    Jakarta. EGC. 2000 ; 226

    11.Kirschblum, Steven. Rehabilitation of Spinal Cord Injury. De Lisa : Physical

    Medicine and Rehabilitation Principle and Practice. 4th . Philadelphia. Saunders.

    2005 : 665 - 716

    12.Snell, Richard S. Medulla Spinalis. Neuroanatomi Klinik. Edisi 1. Jilid 2. Jakarta.

    EGC. 2007 ; 150 - 205

    13.Cucurullo S. Spine Rehabilitation. Physical Medicine and Rehabilitation Board

    Review. 4th. New York. Demos. 2004 ; 256276

    14.Sidharta P, Dewanto, Anatomi Susunan Saraf Pusat Manusia, PT. Dian Rakyat,

    Jakarta, 1986: 83-101

    15.Foster,MR. Herniated Nucleus Pulposus. 2010. Available at http://

    emedicine.medscape.com/article/1263961

    http://www.nlm.nih.gov/%20medlineplushttp://www.nlm.nih.gov/%20medlineplushttp://www.nlm.nih.gov/%20medlineplushttp://www.emedicinehealth.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.rsop.co.id/http://www.rsop.co.id/http://www.rsop.co.id/http://www.rsop.co.id/http://www.emedicinehealth.com/http://www.nlm.nih.gov/%20medlineplushttp://www.nlm.nih.gov/%20medlineplus
  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    56/81

    56

    16.Cailliet, R. Low Back Pain with Leg Pain : The Ruptured Disk. Understand Your

    Backache. 5th. Philadelphia. Davis Company. 1991 ; 7686

    17.Purwanto,TE. Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Dalam: Meliala L et al. Nyeri

    Punggung Bawah

    18.Philips,FM, Lauryssen,C. The Lumbar Intervertebral Disc. New York: Thieme.

    2010: 67-118

    19.Noerjanto,M. Simposium Nyeri Punggung Bawah. Badan Penerbit UNDIP; 2006.

    20.Hoppenfeld, S. Physical Examination of The Lumbar Spine. Physical Examinations

    of The Spine and Extremities. 4th. New York. Appleton Century Crofts. 1976 ; 237

    263

    21.Tan JC. Physical Modalities. Physical Medicine and Rehabilitation Diagnostic

    Therapeutic and Basic Problems. 4th ed. Missouri: Mosby; 1998. P. 133154.

    22.Cameron M. The Physical Agent. Physical Agents in Rehabilitation. 3rd ed.

    Philadelphia: Saunders; 2009. P. 207398.

    23.Garrison SJ. Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. 2nd ed.

    Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2003.

    24.Wahyuni LK. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta: PB

    PERDOSRI; 2013.

    25.Nasution A,Tulaar A, Paulus A, Aliwarga A, Suharti A, Mistivani I et al. Panduan

    Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta: PB PERDOSRI;

    2012.

    26.Kissner C. The Spine: Exercise Interventions for Neck and Trunk. Therapeutic

    Exercise. 4th ed. Philadelphia: Davis Company; 2002. P. 638676.

    27.Bezner,J. Rogers,H. Physical Therapy Protocols-Guidelines for Rehabilitation.

    Texas : Therapy Skill Builder.1991:51-54.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    57/81

    57

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIENNama : tn. B

    Umur : 35 Tahun

    Jenis kelamin : Laki - laki

    Alamat : Ds. Plawangan, RT 06 RW 02, Kragan, Rembang

    Pekerjaan : Mandor

    Ruang Rawat : Rajawali 1 B

    No CM / Register : C 4890758 / 7690758

    Rujukan : RSUD dr. R. Soetrasno, Rembang

    Tanggal masuk : 18 Juni 2014

    Tanggal operasi : 23 Juni 2014

    Tanggal Keluar RS : 16 Juli 2014

    ANAMNESIS

    KELUHAN UTAMA

    Tidak bisa buang air kecil dan buang air besar

    RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

    Sejak kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan nyeri pada

    daerah pinggang kiri dan sekitar bokong kiri. Nyeri seperti dicengkeram, namun dirasa

    tidak terlalu berat. Nyeri hilang timbul, timbul bila pasien bekerja berat, menghilang

    setelah istirahat atau diberi balsem atau koyo. Pasien juga mulai mengalami disfungsi

    ereksi.

    Sejak kurang lebih 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan

    kesemutan pada ujung ujung jari kaki kanan dan kiri. Lama kelamaan kesemutan

    menyebar hingga ke seluruh telapak kaki. Pasien juga merasa tebal dari ujung kaki sampai

    bagian bawah kemaluan. Bila memakai sandal jepit sering terlepas. Tungkai kiri pasien

    terasa lemah. Kelemahan dirasa semakin berat, namun pasien masih dapat berjalan

    meskipun dengan dipapah atau berpegangan.

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    58/81

    58

    Sejak kurang lebih 1 minggu sebelum rumah sakit pasien mengeluh mengalami

    kesulitan buang air besar dan buang air kecil. Untuk buang air kecil pasien harus mengejan

    namun hanya keluar sedikit disertai nyeri perut bawah. Pada akhir buang air kecil pasien

    tetap merasa perutnya penuh. Pasien juga merasa buang air besar sulit keluar walaupun

    dengan mengejan. Awalnya pasien berobat ke Puskesmas. Di Puskesmas dipasang kateter

    urin dan pasien diberi obat pencahar. Karena tidak membaik, pasien dirujuk ke RSUD dr.

    Soetrasno Rembang. Di RS tersebut pasien dirawat selama 5 hari. Dilakukan foto tulang

    belakang, namun tidak didapatkan kelainan. Akhirnya pasien dirujuk ke RS dr. Kariadi

    untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    - Riwayat penyakit yang sama (-)

    - Riwayat trauma pada punggung disangkal, namun pasien sering mengangkat

    barang berat

    - Riwayat hipertensi (+), pengobatan tidak teratur

    - Riwayat diabetes mellitus (+), baru diketahui saat dirawat inap di RSUD Rembang

    - Riwayat penyakit jantung (-)

    RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

    - Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-)

    - Riwayat hipertensi dalam keluarga disangkal

    - Riwayat diabetes meliitus dalam keluarga disangkal

    - Riwayat penyakit jantung (+) ibu kandung pasien

    RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

    Pasien bekerja sebagai mandor pada perusahaan penggilingan batu. Pasien berkerja

    di kantor dan di lapangan. Kadangkala pasien ikut mengangkat batu batu dengan berat

    minimal 20 kg. Istri pasien tidak bekerja. Anak pasien 1 orang, berusia 3 tahun. Biaya

    pengobatan : BPJS non PBI. Kesan sosial ekonomi : cukup.

    PEMERIKSAAN FISIK

    1. Status Presens

    Keadaan umum : tampak sakit sedang, kontak dan pengertian baik

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    59/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    60/81

    60

    3. Status Nn. Craniales : dalam batas normal

    4. Status Neuromuskular

    Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra

    Deformitas (-) (-)

    Tanda radang (-) (-)

    Gerak (+)N (+)N

    ROM Aktif (full) Aktif (full)

    Tonus N N

    Trofi eutrofi eutrofi

    Kekuatan 55555 55555

    Refleks fisiologis

    Refleks biceps +2 +2

    Refleks triceps +2 +2

    Refleks patologis

    Hoffman Tromner (-) (-)

    Sensibilitas

    Sensorik protopatik N N

    Sensorik proprioseptif N N

    Spastisitas (-) (-)

    Extremitas Inferior Dextra Sinistra

    Deformitas (-) (-)

    Tanda radang (-) (-)

    Gerak (+) (+)

    ROM Aktif/Pasif (full) Aktif/Pasif (full)

    Tonus + N +N

    Trofi

    Lingkar tungkai atas 72 cm 72 cm

    Lingkar tungkai bawah 47 cm 46 cm

    Kekuatan

    Fleksi hip 5 3

    Ekstensi lutut 5 3

    Dorsofleksi ankle 5 3

    Dorsofleksi ibu jari 5 3

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    61/81

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    62/81

    62

    2. Pemeriksaan Laboratorium

    Hematologi

    22-06-2014 25-06-2014 01-07-2014 08-07-2014

    Hemoglobin 15,3 g/dL 14,7 g/dL 15,0 g/dL 13,2 g/dL

    Hematokrit 46,4 % 42,5 % 44,2% 41,1 %

    Eritrosit 5,47x 106/ uL 4,99 x 10

    6/uL 5,19 x 10

    6/uL 4,83x10

    6/ uL

    MCH 28,1 pg 29,5 pg 28,8 pg 27,3 pg

    MCV 85,0 fL 85,2 fL 85,1 fL 85,2 fL

    MCHC 33,0 g/dL 34,6 g/dL 33,9 g/dL 32,0 g/dL

    Leukosit 25,4 x 106/uL 23,2 x 10

    6/uL 13,7 x 10

    6/ uL 10,9x10

    6/uL

    Trombosit 426x 106/ uL 397 x 10

    6/uL 291 x 10

    6/ uL 329x10

    6/ uL

    RDW 14,8% 14,7 % 14,6 % 14,2 &

    MPV 8,48 fL 8,76 fL 8,26 fL 7,04 fL

    Kimia Klinik

    19-06-2014 26-06-2014 08-07-2014 12-07-2014

    Glukosa Puasa 134 mg/dL 87 mg/dL

    Glukosa PP 2 jam 118 mg/dL 103 mg/dL

    Cholesterol Total 250 mg/dL

    Trigliserid 140 mg/dL

    HDL Cholesterol 29 mg/dL

    LDL Direk 190 mg/dL

    Ureum 39 mg/dL

    Kreatinin 0,93 mg/dLAsam Urat 6,1 mg/dL

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    63/81

    63

    ELEKTROLIT

    Natrium 135 mmol/L

    Kalium 4,6 mmol/L

    Chlorida 91 mmol/L

    HbA1c 8,7 % 7,9 %

    Glukosasure Strip 207 mg/ dL 107 mg/dL

    Urine Lengkap

    19-06-2014 25-06-2014 01-07-2014

    ANALYZER

    Warna Orange Kuning Orange

    Kejernihan Agak keruh Agak keruh Agak keruh

    Berat Jenis 1,025 1,025 1,020

    pH 6 5 5Protein NEG 25 mg/dL 25 mg/dL

    Reduksi NEG 1000 mg/dL 50 mg/dL

    Urobilinogen 12 mg/dL NEG 4 mg/dL

    Bilirubin 1 mg/dL NEG 1 mg/dL

    Aseton 50 mg/dL 15 mg/dL 15 mg/dL

    Nitrit NEG NEG NEG

    Leukosit Esterase :

    500/uL

    Leukosit Esterase :

    500/uL

    Leukosit Esterase :

    500/uL

    Blood : 10/uL Blood : 250/uL Blood : 250/uL

    SEDIMEN

    Epitel 2,6 / uL 7,1 / uL 54,7 / uL

    Epitel : 2-4/ LPK Epitel : 2-5/ LPK Epitel : 1/2 LPK

    Epitel Tubulus 0,6 / uL 0,1 / uL 47,8 / Ul

    EPITEL TUBULUS : 2/4 LPB

    Lekosit 123,7 / uL 635,0 / uL 387,3 / uL

    LEUKOSIT : 10-15/LPB LEUKOSIT : 15-20/LPB LEUKOSIT : 40/50 LPB

    Eritrosit 19,9 / uL 193,0 / uL 47,1 / uL

    ERITROSIT : 0-2/LPB ERITROSIT : 1-2/LPB ERITROSIT : 1/2 LPB

    Kristal 0,3 / uL 5,0 / uL 1,4 / uL

    URIC ACID + / POS CA OXALAT + / POS

    Sil. Pathologi 4,79 / uL 27,06 / uL 3,86 / uL

    Granula Kasar 0-1 / LPK NEG / LPK NEG / LPK

    Granula Halus NEG / LPK NEG / LPK NEG / LPK

    Sil. Hialin 6,59 / uL 30,66 / uL 13,73 / uL

    Sil. Epitel NEG / LPK NEG / LPK NEG / LPK

    Sil. Eritrosit NEG / LPK NEG / LPK NEG / LPK

    Sil. Lekosit NEG / LPK NEG / LPK NEG / LPK

    Mucus 1,86 / uL 2,79 / uL 5,86 / uL

    BENANG MUCUS +/POS

    Yeast Cell 660,20 / uL 2796,20 / uL 199,90 / uL

    YEAST CELL+/POS YEAST CELL +++/POS 3 YEAST CELL+/POS

    HYFA +/POS HYFA +/POS

  • 8/10/2019 Refrat-lapkas BS HNP

    64/81

    64

    Bakteri 3102,1 / uL 74,7 / uL 30,6 / uL

    BAKTERI : +/POS BAKTERI +/POS