Refleksi Kasus Mati

2
Refleksi Kasus – Kasus Mati Pada kasus ini, jenazah tidak berlabel. Pasal apa yang tidak terpenuhi dan apa pentingnya melabel jenazah yang akan diotopsi? Dasar hukum tentang permintaan keterangan ahli untuk peradilan tercantum dalam Pasal 133 KUHAP: (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan ditangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. (3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Pada kasus ini, pasal 133 KUHAP ayat 1 dan 2 terpenuhi, namun jenazah yang diautopsi tidak berlabel sehingga tidak memenuhi Pasal 133 ayat 3 KUHAP. Perlabelan penting karena untuk memastikan identitas jenazah yang dikirim sesuai dengan identitas jenazah yang diminta penyidik untuk di otopsi dalam surat permintaan visum et repertum. Lak dengan diberi cap jabatan juga penting untuk mencegah penukaran identitas jenazah. Penyidik seharusnya memastikan jenazah yang dikirim untuk dilakukan otopsi sudah dilabel untuk mencegah terjadinya kesalahan seperti otopsi dilakukan pada jenazah yang salah atau

description

refkas

Transcript of Refleksi Kasus Mati

Page 1: Refleksi Kasus Mati

Refleksi Kasus – Kasus Mati

Pada kasus ini, jenazah tidak berlabel. Pasal apa yang tidak terpenuhi dan apa pentingnya melabel jenazah yang akan diotopsi?

Dasar hukum tentang permintaan keterangan ahli untuk peradilan tercantum dalam Pasal 133 KUHAP:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan ditangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pada kasus ini, pasal 133 KUHAP ayat 1 dan 2 terpenuhi, namun jenazah yang diautopsi tidak berlabel sehingga tidak memenuhi Pasal 133 ayat 3 KUHAP.

Perlabelan penting karena untuk memastikan identitas jenazah yang dikirim sesuai dengan identitas jenazah yang diminta penyidik untuk di otopsi dalam surat permintaan visum et repertum. Lak dengan diberi cap jabatan juga penting untuk mencegah penukaran identitas jenazah.

Penyidik seharusnya memastikan jenazah yang dikirim untuk dilakukan otopsi sudah dilabel untuk mencegah terjadinya kesalahan seperti otopsi dilakukan pada jenazah yang salah atau terjadinya penukaran identitas jenazah. Ini adalah tanggung jawab penyidik.