Refleksi Kasus Mata

download Refleksi Kasus Mata

of 3

Transcript of Refleksi Kasus Mata

Nama Nim

: Elvan Danurangga : 20060310048

Dokter Pembimbing : dr. Agustini PA, Sp.M

REFLEKSI KASUS ILMU KESEHATAN MATAPENYEBAB MIOPI A. PENGALAMAN Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Mata dengan keluhan mata kiri agak kabur untuk melihat jauh. Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus mata kiri 6/12, keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Diagnosis dokter OS miopi. B. MASALAH YANG DIKAJI Apa saja kondisi yang menjadi penyebab pasien mengalami miopi ? C. ANALISIS MASALAH Miopi merupakan kelainan refraksi mata, dimana sinar sejajr yang dating dari jarak takterhingga difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan tanpa akomodasi, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang dating dari jarak yang lebih dekat, mungkin difokuskan tepat di retina tanpa akomodasi. Menurut penyebabnya miopi dapat dibedakan menjadi empat kelompok yakni : a) Miopi aksialis Miopi yang disebabkan karena jarak anterior-posterior terlalu panjang. Hal ini dapat terjadi secara congenital pada makroftalmus. Miopi aksial dapatan bisa terjadi karena anak membaca terlalu dekat, sehingga ia harus berkonvergensi berlebihan. Musculus rectus medial berkontraksi berlebihan sehingga bola mata terjepit oleh otot-otot

ekstraokuler. Ini menyebabkan polus posterior mata,tempat yang terlemah dari mata memanjang. Wajah yang lebar juga menyebabkan konvergensiyang berlebihan bila hendak mengerjakan pekerjaan dekat sehingga menimbulkan hal yang sama seperti diatas. Bendungan,peradangan, atau kelemahan lapisan yang mengelilingi bola mata, disertai tekanan yang tinggi karena penuhnya vena dari kepala, akibat membungkuk dapat pula menyebabkan tekanan pada bola mata sehingga polus posterior mata menjadi memanjang. Untuk setiap millimeter tambahan panjang sumbu,mata kira-kira lebih miopik sebesar 3 dioptri.

b) Miopi kurvatura Miopi yang terjadi bilamana terdapat kelainan kornea baik congenital (keratokonus, keratoglobus) maupun akuisita (keratektasia)dan lensa, misalnya lensa terlepas dari zonula Zinii (pada luksasi lensa atau subluksasi lensa, sehingga oleh karena kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung) bias menyebabkan miopi kurvatura. Pada katarak imatur lensa menjdi cembung akibat masuknya humor aqueus. c) Miopi indeks bias Pada penderita DM yang tidak diobati, kadar gula dalam humor aqueus meninggi menyebabkan daya biasnya meninggi pula. d) Miopi posisi Miopi yang disebabkan karena posisilensa yang terlalu ke depan menyebabkan focus lebih maju. Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi seseorang untuk cenderung

mengalami miopi diantaranya faktor genetic, lingkungan, tingkat intelegensi,dan faktor social. Sekarang diketemukan terdapat lokus genetic yang berhubungan dengan miopi patologi. Dari penelitian didapatkan orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopi yang ekstrem, sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopi tinggi (610 D). Penelitian di Australia menunjukkan anak kembar yang mengalami myopia menunjukkan 50% factor genetikmempengaruhi pemanjangan aksis bola mata. Prevalensi miopi pada

anakdengan kedua orang tua miopi adalah 32,9%, namun jika anak dengan salah satu orang tua menderita miopi berkurang menjadi 18,2% dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopi. Tendensi untuk myopia dari keluarga lebih dimungkinkan disebabkan oleh lingkungan yang mendorong untuk melakukan kegiatan yang berjarak dekat dengan intens dalam keluarga dibanding masalah genetic. Orang tua yang miopik akan menetapkan standar akademis yang tinggi atau mewariskan kesukaan membaca pada anak-anak mereka dibandingkan mewariskan genetic. Pada penelitian di Tanzania bahwa orang tua yang memiliki status pendidikan tinggi terutama ayahnya lebih banyak mempunyai anak yang menderita miopi. Selain factor genetic dan lingkungan, factor social ekonomi juga mempengaruhi kejadian miopi seseorang. Penelitian lain menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada anak yang di

lingkungan urban dan sosialekonomiyang tinggi di Malaysia. Halyang sama juga ditemukan di Auastralia dimana ditemukan prevalensi miopi lebih rendah pada region suburban dan paling

tinggi pada region pusat kota lebih tinggi di anak yang tinggal di apartemen daripada yang tinggal di rumah biasa.

D. DOKUMENTASI Identitas Pasien Nama : Juni Ariyanto

Jenis Kelamin : Laki-laki Usia Alamat Pekerjaan Agama No RM : 16 tahun : Sumber batikan, Trirenggo, Bantul : Pelajar : Islam : 345078

E. REFERENSI 1. Suharjo, Prof.dr.SU.Sp M (K), Hartono,dr. Sp M (K). 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada : Yogyakarta 2. Vaughan, G Daniel, dkk. 2000. Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika : Jakarta 3. Dirani M, Chamberlain M, Shekar, et al, 2008. Heritability of retractive error and ocular biometrics:The game in myopi (GEM) twin study. Investigative Opthalmology and Visual Science 49(10). Available from: www.joys.org/cgi/abstract/47/11/4756 ( accesed 13th April 2009) 4. Hashim SE, 2008. Prevalence of Retractive Error In Malay Primary School Children In SubUrban Area Of Kota Bharu, Kelantan Malaysia. Annals Of Academy Of Medicine 37(11):940-946. Available from : http://proquest.umi.com/ (Accesed 13th April 2009) 5. IP Jenny M, Rose Kathryn A,Morgan Lang C, et al, 2008. Myopia and the urban environment : findings in a sample of 12-years-old Australian school children Investigative Opthalmology and Visual Science. 2008;49:3858-3863. Available from : www.joys.org/cgi/content/abstract/49/9/3858 (Accesed 13th April 2009) 6. Wedner SH, Ross DA, Todd J, et al, 2002. Myopia in secondary schoolstudent in Mwanza city, Tanzania: the need for national screening program. British Journal Of Ophtalmology 86:12001206. Available from: bjo.bmj.com/cgi/content/abstract/86/11/1200 (Accesed 13th April 2009)