Refleksi Kasus Fonda
-
Upload
catur-nila-pratiwi -
Category
Documents
-
view
100 -
download
7
description
Transcript of Refleksi Kasus Fonda
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
__________________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Dewil Foenda Apriliani NIM: 07711163
Stase : Ilmu Kedokteran Jiwa
Identitas Pasien
Nama / Inisial : TN. WG No RM : 344502
Umur : 45 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki
Diagnosis/ kasus : Aksis I : F20.5 Skizofrenia Residual
Aksis II : Ciri Kepribadian Skizoid
Aksis III : Belum Ditemukan
Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF Hightes Leves Past Year: 40
Current GAF : 50
Pengambilan kasus pada minggu ke: III
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-I slaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil).
Identitas Pasien
o Nama : Tn. WG
o Jenis Kelamin : Laki-laki
o Umur : 45 th
o Agama : Islam
Page 1
o Pendidikan : kelas 4 SD
o Pekerjaan : Tidak berkerja
o Alamat : Sragen
o Tanggal : 18 Januari 2013
Pasien seorang laki-laki 45 tahun diantar oleh kakak kandung datang ke poli
jiwa RSUD dr.Soehadi Prijonegoro dengan keluhan suka menyendiri dan sering
melamun. Keluhan ini dirasak sejak 2 bulan yang lalu. Selain itu pasien sulit diajak
berkomunikasi, hanya menunduk, dan terdiam saja. Saat dianamnesis pasien dapat
duduk dengan tenang, tidak banyak gerak, tidak mau menatap saat diajak bicara. Bila
ditanya pasien kurang merespon dan harus diulang lagi pertanyaan. Pasien juga
jarang bergaul dan menarik diri dari lingkungannya.
Tidak ada keluhan fisik lainnya. Kegiatan saat ini hanya sebatas membantu
melakukan kerja bakti dilingkungan rumah. Sekitar 10 tahun yang lalu pasien
dirawat di RSJ selama 7 hari karena pasien sering marah-marah dan mengamuk
tanpa sebab yang jelas dan melakukan pengobatan rutin hingga kini. Gejala
gangguan jiwa dahulu muncul akibat sering diejek oleh orang-orang dilingkungan
sekitar rumah.
Hasil Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmhg
Diagnosis
AKSIS I : F 20.5 Skizofrenia Residual
AKSIS II : Ciri Kepribadian Skizoid
AKSIS III : Belum ditemukan
AKSIS IV : Masalah dengan lingkungan sosial
AKSIS V : GAF Hightes Leves Past Year: 40
Current : 50
Page 2
2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus
Gangguan jiwa merupakan keadaan yang tidak normal baik fisik maupun mental
yang dapat menjadi sumber stres bagi anggota keluarga. Sekitar 450 juta orang di
dunia mengalami gangguan jiwa. Salah satu gangguan jiwa yang merupakan
permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia ( WHO, 2001 ).
Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial
suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya
menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu
penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia. Data American Psychiatric
Association (1995) menunjukkan 1% populasi penduduk dunia menderita
Skizofrenia dan memperkirakan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa ( Riset Kesehatan Dasar ,2007).
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan
adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan
disability (ketidakmampuan). Gangguan jiwa jenis ini dapat terjadi mulai sekitar
masa remaja dan kebanyakan penderitanya adalah berjenis kelamin laki-laki pada
usia antara 15-35 tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan gejala terlihat
antara usia 25-35 tahun (Kaplan, dkk, 1991). (Maramis, 1994).
Gangguan kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu
dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang
menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan masyarakat (Chandra, 2004).
Prevalensi skizofrenia di Indonesia diperkirakan 1 permil, meski angka yang
pasti belum diketahui karena penelitian prevalensi skizofrenia secara khusus belum
dilakukan di Indonesia. Untuk provinsi Sumatera Utara berdasarkan data rekam
medik Rumah Sakit Jiwa Utara tahun 2009, diketahui dari 12.377 penderita yang
dirawat jalan yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 9.532 (96,51%) dengan
berbagai tipe dan diketahui dari 1.929 penderita yang dirawat inap yang menderita
skizofrenia paranoid berjumlah 1.581 (81,96%) ( Prabandari, dkk 2003)
Kekambuhan gangguan jiwa adalah peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala
gangguan psikis atau jiwa yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan. Pada
kasus gangguan jiwa kronis, diperkirakan 50% penderita gangguan jiwa kronis akan
mengalami kekambuhan pada tahun pertama, dan 70% pada tahun yang kedua.
Page 3
Kekambuhan biasa terjadi karena ada hal-hal buruk yang menimpa penderita
gangguan jiwa, seperti diasingkan oleh keluarganya sendiri (Wiramisharjo, 2007).
3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan
evidence / referensi yang sesuai *
*pilihan minimal satu
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama,
maupun status sosial-ekonomi, akan tetapi adanya stigma masyarakat yang salah
menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan,
memalukan dan aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa
gangguan jiwa disebabkan oleh guna-guna orang lain. Ada kepercayaan di masyarakat
bahwa gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk kedalam tubuh
seseorang kemudian menguasainya (Chandra,2004).
Bagi para penderita gangguan jiwa tidak mungkin dapat mengatasi kejiwaannya
tanpa bantuan orang lain terutama keluarga. Peran keluarga sangat penting dalam
kesembuhan dan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa. Untuk meningkatkan
kesembuhan dan menurunkan tingkat kekambuhan selain dari terapi farmakologi,
dukungan dari keluarga sangatlah penting. Penderita gangguan jiwa sangat memerlukan
perhatian dan empati dari keluarganya. Selain itu kaluarga juga harus menumbuhkan
sikap mandiri pada penderita, mereka harus sabar serta menghindari sikap Expressed
Emotion (EE) atau reaksi berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan
dan terlalu mengontrol yang justru bias menyulitkan penyembuhan dan menimbukkan
kekambuhan (Chandra,2004).
Dari beberapa teori mengatakan bahwa penderita gangguan jiwa terutama skizofrenia
lebih sering pada masyarakat golongan tidak mampu ini juga berhubungan dengan
penghasilan yang rendah dan pekerjaan yang tidak tetap. Pernyataan ini didukung oleh
penelitian di Badan Pelayanan Kesehatan Jiwa Aceh, bahwa 95,1% penderita yang relaps
berasal dari golongan ekonomi tidak mampu. Hal ini juga berhubungan dengan
pengobatan penderita yang membutuhkan biaya besar karena pengobatan yang relatif
mahal dan lama. Sehingga menimbulkan masalah baru dalam keluarga terutama dengan
penghasilan yang rendah ( Saifullah, 2005 ).
Dalam segi pendidikan, sebagian besar penderita gangguan jiwa memiliki tingkat
pendidikan yang rendah, karena dengan belajar terjadi perubahan dalam berperilaku.
Page 4
Akan tetapi selain dari pendidikan dari pola asuh dan lingkungan sosial juga
berhubungan dengan perilaku dan kepribadian yang terbentuk. Pada penderita
skizofrenia biasanya terjadi penurunan kognitif sehingga sebaiknya dilakukan
psikoterapi kognitif yang dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif
rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai etika moral yang baik dan
buruk (Ernest Hilgard,2001).
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan umat
manusia secara beramai-ramai memburu kemewahan hidup, disisi lain masih banyak
manusia yang terkungkung dengan penderitaan hidup. Akibat ketidak mampuan
mengatasi kesulitan hidup banyak manusia yang mengalami gangguan jiwa karena
tertekan oleh suatu kondisi. Kondisi yang menekan ini membuat jiwanya terganggu lalu
menimbulkan penderitaan batin atau muncul bermacam-macam penyakit pada fisik.
Dalam perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat,
sakit atau mati. Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling
bertentangan, yang saling berganti mengisi hidup ini. Sehat dan sakit merupakan hal
yang melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia
memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat
itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan
penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian
jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau
memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah / pelajaran dibalik itu
semua.
Walaupun demikian tidak seorang pun menginginkan dirinya sakit, namun kalau dia
datang manusia tidak kuasa untuk menolaknya. Dalam keadaan sakit seseorang selain
mengeluhkan penderitaan fisiknya juga biasanya disertai gangguan/guncangan jiwa
dengan gejala ringan seperti stres sampai tingkat yang lebih berat. Hal ini wajar karena
secara fisik seseorang yang sedang sakit akan dihadapkan kepada tiga alternatif
kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu : sembuh sempurna, sembuh disertai cacat
sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ tubuhnya, atau
meninggal dunia. Alternatif meninggal umumnya cukup menakutkan bagi mereka yang
sedang sakit, karena mereka seperti juga kebanyakan diantara kita belum siap
Page 5
menghadapi panggilan malakul maut. Kecemasan atau ketakutan pada penderita ini,
dapat menyebabkan timbulnya stress psikis yang justru akan melemahkan respons
imunologi (daya tahan tubuh) dan mempersulit proses penyembuhan diri bagi mereka
yang sakit. Menghadapi kondisi seperti ini bimbingan ruhani sangat diperlukan agar jiwa
manusia tidak terguncang dan menjadi lebih kuat, yang pada akhirnya akan membantu
proses kesembuhan.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa putus asa,
terutama bagi penderita yang kronis dan susah sembuh. Karena tipisnya aqidah
(keimanan) kemudian muncul keinginan pada diri orang sakit untuk mengakhiri hidup
dengan jalan yang tidak diridhai Allah SWT. Semua ini diakibatkan oleh hilangnya
keyakinan kepada rahmat Allah SWT, sehingga kadang kala ada pasien yang sengaja
meninggalkan ibadah sehari-hari, seperti doa, dzikir, atau sholat. Akibatnya semakin
gersanglah nurani orang sakit tersebut dari sibghah ilahi rabbi (H.R. Ibnu Majah dan At
Turmudzi).
Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada manusia juga
pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-Nya adalah sebagai
ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang benar-benar beriman. Firman
Allah SWT :
Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al
Baqarah : 214)
Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan
keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan
mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah
Page 6
SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan seperti sakit dan miskin, agar
mereka bersabar dan memohon perlindungan serta berdo'a kepada-Nya.
Banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga secara tidak
sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut sebagai malapetaka atau
kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Banyak orang yang ditimpa penyakit menjadi
putus asa, kehilangan pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu
timbul rasa tidak puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah
bersikap tidak adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya sebagai
hamba Allah. Padahal di waktu sehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :
Artinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam" (Q.S. Al An'am : 162)
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT
kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana
terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT.
Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah
yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, sampai-
sampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R. Buchari)
Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia
terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit
agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang
begitu banyak. Namun kesehatan yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan
mungkin disia-siakan.
Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk memperingatkan
manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di dunia. Kalau
dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang dosa dan
Page 7
pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya sehingga ia
berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT. (H.R. Ibnu Majah
dan At Turmudzi).
Umpan balik dari pembimbing
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda
dr. Akbar Zulkifli Osman Sp.KJ, M.Kes Dewil Foenda Apriliani
----------------------------------- -------------------------------
Page 8