Refleksi Kasus Ekstubasi
-
Upload
dyah-nuriisa-a -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Refleksi Kasus Ekstubasi
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
1/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
I. KASUSSeorang laki-laki usia 25 tahun dengan diagnosis Limfadenopati regio Colli
direncanakan operasi eksisi dan rekonstruksi. Pada pemeriksaan di dapatkan airway clear,
malmpati I. reathing spontan, !! " 2#$%m, suara paru &esikuler dikedua lapang paru,
tidak ada suara tam'ahan. Circulation (ekanan darah " ))#%*# mm+g, nadi $%menit
reguler dengan tegangan cukup. isa'ility, CS /0 15 . Pemeriksaan penun3ang 4L "
)#, +6, + " )2,# L6, C(% ( " 278#77% 78#77, +'s4g " 9. iagnosis status fisik 4S4 I.Pasien dilakukan anestesi dengan eneral 4nestesi dengan induksi propofol dan
pemeliharaan dengan : 2;, ; 2 dan Ce&oflurance. ilakukan pemasangan intu'asi
/ndotracheal (u'e. Pasien mendapatkan in3eksi muscle rela$ant :o&eron 4tracurarium6
8 cc se'elum dilakukan intu'asi. ;perasi 'er3alan selama 8# menit. Setelah operasi
selesai, dilakukan ekstu'asi. Saturasi ; 2
III. PEMBAHASAN
efinisi ekstu'asi adalah mengeluarkan pipa endotrakheal setelah dilakukkan
intu'asi. (u3uan dilakukan ektu'asi adalah untuk men3aga agar pipa endotrakheal tidak
menim'ulkan trauma dan untuk mengurangi reaksi 3aringan laringeal dan menurunkan
resiko setelah ekstu'asi.
/kstu'asi dapat dilakukan apa'ila telah memenuhi kriteria /kstu'asi di'awah ini "
1. Oksigenasi Adekuat/kstu'asi 3angan dilakukan apa'ila terdapat sianosis, hal ini dise'a'kan adanya
gangguan pernapasan yang tidak ade?uate atau pernapasan susah dikontrol dengan
menggunakan sungkup muka pada saat pem'edahan. apat dikatakan oksigenasi
adekuat apa'ila Sp; 2 @
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
2/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
pemulihan dengan 'antuan napas terus menerus secara mekanik sehingga ade?uate.
1( @ 5 ml%kg, spontaneous !! @ *$%menit, /(C;2 B 5# mm+g, PaC;2 B A# mm +g
3. He !dina ik sta"il
#. Pelu $u% !t!t $uli% $enu%
Sustained tetany, (;D ratio @#.<
Sustained 5-second head lift or hand grasp
&. Neu'!l!gis Inta(t
engikuti perintah
refle$ 'atuk % gag intak
). Status asa *"asa sei "ang
+. Meta"!li( Status N!' al
:ormal electrolytes
:ormo&olemic
,. N!' !t%e' i(-. Pe'ti "angan lain
• !esiko aspirasi
• /dema 3alan napas
• Stadium 4nastesi
Entuk mencegah spasme 'ronchus atau 'atuk, ekstu'asi dapat dilakukan pada
stadium anestesi yang dalam karena pernapasan sudah spontan. imana kita
mengetahui 'ahwa stadium anastesi ada 'e'erapa stadium, yaitu
Stadiu I
Stadium I analgesi6 dimulai dari saat induksi sampai hilangnya kesadaran. Pada
stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi nyeri
'elum hilang sepenuhnya6 Stadium ini 'erakhir ditandai dengan hilangnya refleks
'ulu mata. (indakan pem'edahan ringan, seperti penca'utan gigi dan 'iopsi
kelen3ar, dapat dilakukan pada stadium ini.
2
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
3/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
Stadiu II
Stadium II delirium%eksitasi, hiperrefleksi6 dimulai dari hilangnya kesadaran dan
refleks 'ulu mata sampai pernapasan kem'ali teratur. Pada stadium ini terlihat
adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa,
'erteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apneu dan
hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan al&i, muntah,
midriasis, hipertensi serta takikardia. Ini ter3adi karena pada stadium ini terdapat
depresi pada ganglia 'asalis, sehingga refleks-refleks tidak 'eraturan dan ter3adi
reaksi 'erle'ihan terhadap semua 3enis rangsangan. Stadium ini harus cepat
dilewati karena dapat menye'a'kan kematian.
Stadiu III
Stadium III pem'edahan6 dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai
pernapasan spontan hilang. StadiumIII di'agi men3adi 0 plana yaitu"
Plana 1 " Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seim'ang, ter3adigerakan 'ola mata yang tidak menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya
ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan 'elum
tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna tonus otot mulai menurun6.
Plana 2 " Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, &olume tidak menurun,
frekuensi meningkat, 'ola mata tidak 'ergerak, terfiksasi di tengah, pupil
midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks
laring hilang sehingga dapat diker3akan intu'asi.Plana 3 " Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis,
lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum
tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna tonus otot semakin menurun6.
Plana # " Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis
total, pupil sangat midriasisF refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan
kelen3ar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna tonus otot sangat
menurun6.
3
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
4/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
Stadiu lV
Stadium I1 paralisis medula o'longata6 dimulai dengan melemahnya pernapasan
perut di'anding stadium III plana 0. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur,
denyut 3antung 'erhenti, dan akhimya ter3adi kematian. Gelumpuhan pernapasan pada
stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan 'uatan.
Se'elum dilakukan ekstu'asi, terle'ih dahulu rongga mulut di'ersihkan,
memastikan efek o'at pelemas otot sudah tidak ada dan &entilasi sudah ade?uate.
elakukan pem'ersihan mulut se'aiknya dengan kateter yang steril. Halaupun penting
untuk mem'ersihkan trachea atau faring dari sekret se'elum ekstu'asi, hendaknya tidak
dilakukan secara terus menerus 'ila ter3adi 'atuk dan sianosis. Se'elum dan sesudah
melakukan pengisapan, se'aiknya di'erikan oksigen. 4pa'ila plester dilepas, 'alon
sudah dikempiskan, lalu dilakukan ekstu'asi dan selan3utnya di'erikan oksigen dengan
sungkup muka. Pipa endotrakheal 3angan dica'ut apa'ila sedang melakukan pengisapan
karena kateter pengisap 'isa menim'ulkan lecet pita suara, perdarahan, atau spasmelaring.
Gadang-kadang dalam melakukan ekstu'asi ter3adi kesukaran, kemungkinan
ke'anyakan dise'a'kan oleh 'alon pada pipa endotrakheal 'esar, atau sulit dikempiskan,
atau pasien menggigit pipa endotrakheal. Pada pasien dengan lam'ung penuh, ekstu'asi
dilakukan apa'ila pasien sudah 'angun atau dilakukan ekstu'asi pada posisi lateral.
Pada pem'edahan ma$illofacial daerah 3alan napas, 'ila perlu dipertim'angkan
untuk melakukan trakheostomy se'elum ekstu'asi.
Pengisa$an T'ak%ea
Pengisapan orotrakheal atau nasotrakheal hanya dilakukan apa'ila pada auskultasi
terdengar adanya 'unyi yang ditim'ulkan oleh retensi sekret dan tidak dapat di'ersihkan
dengan 'atuk. Pengisapan trachea se'aiknya tidak dilakukan se'agai pencegahan atau
secara rutin. +al ini menye'a'kan iritasi oleh kateter selama pengisapan trachea, serta
dapat pula menye'a'kan trauma pernapasan, dan hal ini merupakan predisposisi untuk
ter3adinya infeksi. Selain itu pengisapan trachea atau karina oleh kateter dapat
4
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
5/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
menim'ulkan reflek &agal, dapat 'erupa 'radikardi dan hipotensi.
Pengisapan trachea 3uga dapat menim'ulkan hipoksemia karena aspirasi gas pada
paru-paru yang menye'a'kan penutupan small air wayJ dan kolapnya al&eoli.
Penilaian Hi$!kse ia
+ipoksemia pasca 'edah yang ter3adi pada pasien sangat sulit terdiagnosa atau
dinilai secara klinik. (erutama sianosis, sukar diketahui dan tidak mungkin menilai
kuantitasnya.
(akikardi sulit dipakai se'agai indikator dari hipoksia, irama pernapasan yang
dalam tidak seluruhnya dapat mem'antu, pernapasan yang lam'at dan dangkal dapat
mengaki'atkan depresi pusat pernapasan, penilaian frekuensi tidak 'isa dipakai ukuran
untuk mengetahui hipoksemia pada masa pem'edahan, pengukuran saturasi oksigen dapat
dipercaya untuk mengetahui keadaan dan nilai status hipoksia.
engan menggunakan pulse oksimeter monitor dapat diketahui saturasi oksigen,
sangat diutamakan penggunaannya terutama pada fase awal pasca 'edah. Penilaian darianalisa gas darah 3uga diperlukan dan mungkin le'ih tepat pemeriksaannya pada fase
lan3ut, nilai dari analisa terse'ut se'agai gam'aran klinik prediksi pemeriksaan dimana
pulse oksimeter yang menetap. Standar analisa gas darah selama anestesi 3angan di3adikan
patokan pada pasca anestesi, dan pemeriksaan gas darah se'aiknya dilakukan di ruang
pemulihan. engan penggunaan pulse oksimeter sangat mudah utnuk mengetahui
hipoksemia secara dini.
Pulse !ksi ete'
Pulse oksimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur ke3enuhan +'; 2
pada pem'uluh darah tepi secara elektro-fotometri. Pengindera alat ini 'iasanya
diletakkan pada 3ari atau daun telinga. Prinsip dasar ker3a alat ini adalah
mem'andingkan penyerapan cahaya yang memiliki pan3ang gelom'ang tertentu oleh
+'; 2 dengan +' total +'; 2 9 +'6. Pada alat ini digunakan cahaya dengan dua
pan3ang gelom'ang yang 'er'eda, yaitu dengan pan3ang gelom'ang dimana molekul
5
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
6/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
+'; 2 dan +' mempunyai nilai penyerapan yang sama 5# nm6 dan cahaya dengan
pan3ang gelom'ang dimana molekul +'; 2 dan +' mempunyai nilai selisih
penyerapan ter'esar AA# nm6 dimana per'andingan nilai penyerapan oleh dua
molekul ini diketahui. Pada pulse oksimeter penyerapan cahaya yang dipancarkan ini
dise'a'kan oleh dua unsur yaitu 3aringan kete'alan kete'alan dan pigmentasi6 yang
merupakan komponen statis darah arterial yang 'erdenyut dan merupakan komponen
pulsatil. !angkaian elektronik pada alat ini dirancang untuk mampu mem'edakan
antara cahaya yang diserap oleh komponen statis dengan cahaya yang diserap oleh
komponen pulsatil, pada kedua pan3ang gelom'ang diatas dan hanya komponen
pulsatil yang ditampilkan oleh alat ini. Per'andingan komponen pulsatil pada kedua
pan3ang gelom'ang cahaya diatas di'andingkan secara imperis dengan pemeriksaan
Sa; 2 yang dilakukan secara non in&asif sehingga nilai Sa; 2 pada pulse oksimeter
tidak memerlukan kali'rasi.
Pulse oksimeter mempunyai keungulan karena mudah digunakan, non in&asif,
respon cepat, mampu menilai keutuhan penyaluran oksigen mulai dari sum'ernyasampai 3aringan dan tidak dipengaruhi oleh pigmentasi kulit selain dari pada itu ia
memiliki ketepatan yang cukup tinggi. Gekurangannya adalah pengukuran yang tidak
tepat apa'ila perfusi 3aringan rendah, adanya cahaya luar yang ikut terukur, adanya
gerakan tu'uh, adanya pigmen dalam darah misalnya metelin 'lue dan 'iliru'in,
kadar methemoglo'in dan kar'o +' yang tingi " selain dari pada itu karena 'entuk
kur&a disosiasi oksigen maka peru'ahan Pa; 2 yang 'esar hanya sedikit meru'ah Sa; 2
selama Pa; 2 'erada diatas *5 mm+g dan apa'ila Pa; 2 'erada di'awah *5 mm+g peru'ahan Pa; 2 yang 'esar, secara kasar dapat dipegang se'agai patokan pada Sa; 2
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
7/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
saturasi oksigen Sa; 26 ) K 5= merupakan hipoksemia sedang.
Saturasi oksigen Sa; 26 B ) merupakan hipoksemia 'erat.
+ipoksemia selama pengisapan trachea dapat dikurangi dengan cara "
). Pem'erian oksigen )##= se'elum pengisapan.
2. iameter kateter pengisap tidak le'ih dari setengah diameter trachea.
8. Lama pengisapan tidak le'ih dari )5 detik.
0. Setelah melakukan pengisapan, dilakukan pemompaan secara manual untuk
mengem'angkan al&eoli kem'ali.
Pen ulit /ilakukann a Ektstu"asi
+al-hal yang dapat ter3adi setelah ektu'asi "
). Spasme laring
Spasme laring dan 'atuk dapat dikurangi dengan mem'erikan lidokain 5# K
)## mg I1 intra &ena6 satu menit atau dua menit se'elum ektu'asi.
2. 4spirasi.
8. /dema laring akut karena trauma selama ekstu'asi
Penyulit lan3ut setelah dilakukan ekstu'asi "
). Sakit tenggorokan
2. Stenosis trachea dan trakheomolasia
8. !adang mem'ran laring dan ulserasi0. Paralisis dan granuloma pita suara
5. Luka pada saraf lidah.
KOMPLIKASI EKSTUBASI
Gomplikasi setelah dilaksanakan ekstu'asi antara lain"
). serak%parau granuloma atau paralisis pita suara6, malfungsi dan aspirasi laring.
2. angguan refleks " spasme laring
7
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
8/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
IV. KESIMPULAN
erdasarkan teori ada 'e'erapa hal yang harus dipertim'angan se'elum ekstu'asi.
Pada pasien ini, kemungkinan 'esar o'at pelumpuh otot% muscle rela$ant 'elum hilang
penuh, sehingga saat ilakukan ektu'asi, pasien 'elum dapat 'ernafas spontan dengan
adekuat. Ini yang menye'a'kan pasien 'atuk-'atuk dan mengalami penurunan saturasi
oksigen. Sehingga se'elum dilakukan ekstu'asi, perlu mempertim'angan kriteria-kriteria
di atas dan melakukan perco'aan nafas pada pasien yang akan dilakukan ekstu'asi dengan
melepaskan sam'ungan /( dengan alatselama ) menit dan mem'iarkan pasien 'ernafas
sendiri tanpa 'antuan kemudian kita ada atau tidak penurunan saturasi oksigen.
8
-
8/19/2019 Refleksi Kasus Ekstubasi
9/9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
ogyakarta, )2 :o&em'er 2#)5
okter Pendidik Glinis,
r. asuki !ahmad, Sp.4n
9