Refarat Keratitis Pungtata

download Refarat Keratitis Pungtata

of 7

description

kasus mata

Transcript of Refarat Keratitis Pungtata

  • skydrugz.blogspot.com http://skydrugz.blogspot.com/2011/11/refarat-keratitis-pungtata.html

    Refarat Keratitis PungtataPENDAHULUAN

    Mata bagian luar adalah bagian krusial dalam tubuh yang terpapar dengan dunia luar. Struktur dan fungsi yangnormal dari mata yang sehat terkait dengan homeostasis dari keseleruhan tubuh sebagai proteksi terhadaplingkungan yang dapat merugikan. Segmen anterior dari bola mata memberikan jalur masuk yang jernih danterlindungi sehingga cahaya dapat diproses melalui jalur visual menuju susunan saraf pusat.1 Radang kornea (Keratitis) biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yaitu terkena seperti keratitissuperfisial dan intertisial atau propunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata,keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberikan topical dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun.Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau dan merasa kelilipan.2 Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrate halus pada permukaan kornea. Opasitaspada kornea tersebut tidak tampak secara langsung pada inspeksi, akan tetapi dapat dilihat dengan mudahdengan menggunakan slit lamp atau loup. Lesi epithelial yang terdapat keratitis pungtata superfisial berupakumpulan opasitas granular, abu abu atau cromblike (seperti remah roti) yang berbentuk bulat atau oval.3 Sekitar 25.000 dari penduduk Amerika Serikat mendapatkan keratitis infeksi. Insiden dari keratitis microbialdihubungkan dengan penggunaan lensa kontak rata-rata sebanyak 2 sampai 4 infeksi dari 10.000 penggunalensa kontak dan sebanyak 10 sampai 20 infeksi dari 10.000 pengguna lensa kontak dengan penggunaan yangberkepanjangan.4

    ANATOMI DAN FISIOLOGI Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola mata dibagian depan (Kornea) mempunyaikelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat 2 bentuk kelengkungan yang berbeda.5Bola mata dibungkus oleh 3 jaringan ikat, yaitu :1. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yangmelindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan sehingga memudahkancahaya masuk kedalam bola mata. Kelengkungan pada kornea lebih besar dibandingkan pada sklera.52. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler, yang terdiri dari iris, korpus siliaris dan koroid. Pada irisdidapatkan pupil yang terdiri oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam mata. Ototdilatator dipersarafi oleh simpatis sedangkan sfingter iris dan otot siliaris dipersarafi oleh para simpatis. Ototsiliaris yang terletak dibadan siliaris mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Corpus siliaris yangmenghasilkan humor akuos yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas korneadan sklera.53. Lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai sususan sebanyak 10lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang diteruskan keotak.5

    Gambar : Anatomi Bola Mata

    Badan kaca atau humor vitreus mengisi rongga dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempelpada papil saraf optik, makula dan pars pelana. Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerahekuatornya oleh zonula zinii. Lensa mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinardapat difokuskan di daerah makula lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata dan terdapat kelenjar lakrimalyang terletak pada daerah temporal atas dalam rongga orbita.5

    ANATOMI KORNEA Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, merupakan bagian selaput mata yangtembus cahaya dan merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.5 Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Pembiasansinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk dilakukan oleh

  • kornea. Rata rata ketebalan kornea pada orang dewasa adalah sekitar 0,52 mm di sentral dan 0,65 mm diperifer. Diameter horizontal kornea rata rata orang dewasa adalah 11,75 mm dan diameter vertikalnya rata rata 10,66 mm.6 Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 5 lapisan yang saling berhubungan yaitu lapisan epitel (yangmerupakan kelanjutan dari epitel dikonjungtiva bulba), membrana bowman, stroma, membrana descement danendotel.51. Epitel, terdiri atas 5 lapisan sel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, 1 lapis sel basal, sel poligonaldan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi menjadilapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basaldisampingnya dan sel poligonal didepannya melalui dermosom dan makula ekluden, ikatan ini menghampatpengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yangmelekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.52. Membrane Bowman, terletak di bawah epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teraturseperti stroma dan berasal dari bagian stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.53. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susuna kolagen yang sejajar 1 dengan lainnya, pada permukaanterlihat ayaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali seratkolagen memakan waktu lama yang kadang kadang sampai 15 bulan. Stroma ini adalah merupakan sekitar90% dari ketebalan kornea.54. Membrane Descement, merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea yangdihasilkan dari sel endotel dan merupakan membran basalnya. Membrane ini bersifat sangat elastic danberkembang terus seumur hidup.55. Endotel, terdiri atas 1 lapisan sel dengan bentuk hexagonal, besarnya sampai 40 60 mm. endotel tidakmempunyai daya regenerasi.5

    Gambar : Lapisan Kornea Normal

    Suplai darah kornea berasal dari pembuluh pembuluh darah konjungtifa, episklera dan sklera yang berakhirdi sekitar limbus korneosklera. Kornea itu sendiri bersifat avaskuler.7

    FISIOLOGI KORNEA Fungsi utama kornea adalah sebagai membrane protektif dan sebuah jendela yang dilalui cahaya untukmencapai retina. Transparansi kornea dimungkinkan oleh sifatnya yang avaskuler, memiliki struktur yang uniformyang sifat deturgescence nya. Transparansi stroma dibentuk oleh pengaturan fisis special dari komponen komponen fibril. Walaupun indeks refraksi dari masing masing fibril kolagen berbeda dari substansi infibrilar,diameter yang kecil (300 A) dari fibril dan jarak yang kecil diantara mereka (300 A) mengakibatkan pemisahandan regularitas yang menyebabkan sedikit pembiasan cahaya dibandingkan dengan inhomogenitas optikalnya.Sifat deturgescence di jaga dengan pompa bikarbonat aktif dari endotel dan fungsi barbier dari epitel dan endotel.Kornea di jaga agar tetap berada pada keadaan basah dengan kada air sebanyak 78%.7,8 Peran kornea dalam proses refraksi cahaya bagi penglihatan seseorang sangatlah penting. Pembiasan sinarterkuat dilakukan oleh kornea, dimana 43,25 dioptri dari total 58,6 kekuatan dioptri mata normal manusia, atausekitar 74% dari seluruh kekuatan dioptri mata normal. Hal ini mengakibatkan gangguan pada kornea dapatmemberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam fungsi fisus seseorang.9 Kornea merupakan struktur vital dari mata dan oleh karenanya kornea sangat lah sensitif. Saraf saraf korneamasuk dari stroma kornea melalui membrana bowman dan berakhir secara bebas diantara sel sel epithelialserta tidak memiliki selebung myelin lagi sekitar 2 3 mm dari limbus ke sentral kornea, sehingga menyebabkansensitifitas yang tinggi pada kornea.7 Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigeminus. Sensasi taktil yang terkecil pun dapatmenyebabkan refleks penutupan mata. Setiap kerusakan pada kornea (erosi, penetrasi benda asing ataukeratokonjungtivitis ultraviolet) mengekspose ujung saraf sensorik dan menyebabkan nyeri yang intens disertaidengan refleks lakrimasi dan penutupan bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata involunter(blepharospasme), refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanyacedera kornea.10 Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur jaringan yang bradittrofik,metabolismenya lambat dimana ini berarti penyembuhannya juga lambat. Metabolisme kornea (asam amino dan

  • glukosa) diperoleh dari 3 sumber, yaitu :10 Difusi dari kapiler kapiler disekitarnya Difusi dari humor aquous Difusi dari film air mataTiga lapisan film air mata prekornea memastikan bahwa kornea tetap lembut dan membantu nutrisi kornea. Tanpafilm air mata, permukaan epitel akan kasar dan pasien akan melihat gambaran yang kabur. Enzim lisosom yangterdapat pada film air mata juga melindungi mata dari infeksi.5

    ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI Terdapat beberapa kondisi yang dapat sebagai predisposisi terjadinya inflamasi pada kornea seperti blefaritis,perubahan pada barrier epitel kornea (dry eyes), penggunaan lensa kontak, lagopthalmos, gangguan paralitik,trauma dan penggunaan preparat imunosupresif topical maupun sistemik.10 Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengaruh lingkungan, oleh sebab itu untukmelindunginya kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tersebut termasukrefleks berkedip, fungsi antimikroba film air mata (lisosim), epitel hidrofobik yang membentuk barrier terhadapdifusi serta kemampuan epitel untuk beregenerasi secara cepat dan lengkap.10 Epitel adalah merupakan barrier yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Pada saatepitel mengalami trauma, struma yang avaskuler dan lapisan bowman menjadi mudah untuk mengalami infeksidengan organisme yang bervariasi, termasuk bakteri, amoeba dan jamur. Sreptokokus pneumonia adalahmerupakan pathogen kornea bacterial, pathogen-patogen yang lain membutuhkan inokulasi yang berat ataupada host yang immunocompromised untuk dapat menghasilkan sebuah infeksi di kornea.8 Ketika pathogen telah mengibvasi jaringan melalui lesi kornea superfisial, beberapa rantai kejadian tipikalakan terjadi, yaitu: 10 Lesi pada kornea Patogen akan menginvasi dan mengkolonisasi struma kornea Antibodi akan mneginfiltrasi lokasi invasi pathogen Hasilnya akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi pathogen akan membuka lebih luasdan memberikan gambaran infiltrasi kornea Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion (umumnya berupa pus yang akan berakumulasi pada lantai daribilik mata depan) Pathogen akan menginvasi seluruh kornea. Hasilnya stroma akan mengalamii atropi dan melekat pada membarana descement yang relatif kuat danakan menghasilkan descematocele yang dimana hanya membarana descement yang intak. Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari membrane descement terjadi dan humor aquos akankeluar. Hal ini disebut ulkus kornea perforate dan merupakan indikasi bagi intervensi bedah secepatnya. Pasienakan menunjukkan gejala penurunan visus progresef dan bola mata akan menjadi lunak.Penyakit ini dapat mengikuti suatu penyakit mata lainnya maupun penyakit sistemik, seperti :2 Kelainan local seperti pada inspeksi adenovirus, herpes, moluskum , alergi, keracunan obat miotika,penyakit new castle dan dapat ditemukan bersama - sama dengan folikel. Kelainan sistemik yang menyertai infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti yang disebabkan herpessimpleks dan adenovirus, artritis, penyakit saluran kemih, penyakit saluran pencernaan seperti pemfigoid.

    KLASIFIKASI Keratitis dapat dibagi berdasarkan :1. LESI KORNEAKeratitis epithelial Epitel kornea terlibat pada kebanyakan jenis konjungtivitis dan keratitis, dan pada kasus-kasus tertentumerupakan satu-satunya jaringan yang terlibat (misalnya pada keratitis pungtata superfisialis). Perubahan padaepitel sangat bervariasi, dari edema biasa dan vakuolasi sampai erosi kecil-kecil, pembuntukan filament,keratinisasi parsial, dan lain-lain. Lesi-lesi itu juga bervariasi lokasinya pada kornea. Semua variasi inimempunyai makna diagnostic yang penting dan pemeriksaan biomikroskopik dengan dan tanpa pulasanfluorosein yang merupakan bagian dari setiap pemeriksaan mata bagian luar.5Keratitis Stroma Respon stroma kornea terhadap penyakit termasuk infiltrasi, yang menunjukkan akumulasi sel sel radang;

  • edema muncul sebagai penebalan kornea, pengkeruhan atau parut; penipisan dan perlunakan, yang dapatberakibat perforasi; dan vaskulasrisasi. Pada respon ini kurang spesifik bagi penyakit ini, tidak seperti padakeratitis epithelial dan dokter sering harus mengandalkan informasi klinik dan pemeriksaan labpratorium untukmenetapkan penyebabnya.5

    Keratitis Endotelial Disfungsi endothelium kornea akan berakibat ederma kornea, yang mula mula mengenai stroma dan epitel.Ini berbeda dari edema kornea yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler, yang mulai pada epitelkemudian stroma. Selama kornea tidak terlalu sembab, sering masih mungkin dilihat kelainan morfologik endotelkornea dengan slitlamp. Sel sel radang pada endotel (endapan keratik atau keratik precipitat) tidak selalumenandakan adanya penyakit endotel karena sel radang juga merupakan manifestasi dari uveitis anterior, yangdapat atau tidak mneyertai keratitis stroma.5

    ORGANISME PENYEBABNYAa. Keratitis Bakterial Lebih dari 90% inflamasi kornea disebabkan oleh bakteri. Sejumlah bakteri yang dapat menginfeksi kornea yaituStaphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pnemoniae, koliformis, pseudomonas danhaemophilus.7 Kebanyakan bakteri tidak dapat menetrasi kornea sepanjang epitel kornea masih intak. Hanya bakterigonococci dan difteri yang dapat menetrasi epitel korea yang intak.7 Gejala gejalanya antara lain yaitu nyeri, fotofobia, visus lemah, lakrimasi dan sekret purulen. Sekret purulenkhas untuk keratitis bakteri sedangkan keratitis virus mempunyak sekret yang berair.7 Terapi konservatif pada keratitis bakteri adalah antibiotik topikal (ofloxacin dan polymixin) yang berspektrumluas untuk bakteri gram positif dan bakteri gram negative sampai hasil kultur pathogen dan resistensi diketahui.Immobilisasi badan siliar dan iris oleh terapi midriasis diindikasikan jika ada iritasi intraocular. Keratitis bakteridapat diterapi pertama kalinya dengan tetes mata ataupun salep. Terapi pembedahan berupa keratoplastiemergency dilakukan jika terdapat descematocel atau ulkus kornea yang perforasi.7

    b. Keratitis Viral1) Keratitis Herpes SimpleksKeratitis akibat infeksi herpes simpleks terdapat dalam berbagai bentuk seperti : keratitis pungtata superfilis,keratitis dendritic, keratitis profunda. Keratitis dendritic yang disebakan oleh virus akan memberikan gambaranspesifik berupa infiltrate pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang-cabang denganmemberikan uji fluorescein positif nyata pada tempat percabangan. Sensibilitas kornea nyata menurundiakibatkan karena ujung saraf ikut terkena infeksi virus herpes simpleks. Infeksi ini biasanya bersifat reinfeksiendogen. Infeksi primer berjalan tanpa gejala klinis atau sub klinis. Virus pada infeksi primer masuk melalui aksonsaraf menuju ganglion dan menetap menjadi laten. Bila penderita mengalamin penurunan daya tahan tubuhseperti demam maka akan terjadi rekurensi.7Gejala keratitis virus herpes simpleks sangat nyeri, fotopobia, lakrimasi dan edema palpebral. Bentuk keratitisvirus herpes simpleks dibedakan berdasarkan lokasi lesi pada lapisan kornea. Keratitis dendritic mempunyai khaslesi epitel yang bercabang, sensitifitas kornea menurun dan dapat berkembang menjadi keratitis stromal. Keratitisstromal ini mempunyai epitel yang intak, pada pemerikasaan slitlamp menunjukkan infiltrate kornea disirformissentral. Sedangkan keratitis endothelium terjadi karena virus herpes simpleks terdapat pada humor aquos yangmenyebabkan pembengkakan sel endotel. Dan sindrom nekrosis retinal akut mengenai bola mata bagianposterior yang terlibat pada pasien imunokompromis (AIDS).7Pengobatan dapat diberikan virustatika seperti IDU trifluoritimidin dan asiklovir. Pemberian streroid padapenderita herpes sangat berbahaya, karena gejala akan sangat berkurang akan tetapi proses berjalan truskarena daya tahan tubuh yang berkurang.72) Keratitis Herpes ZosterKeratitis herpes zoster merupakan manifestasi infeksi virus herpes zoster pada cabang pertama saraf trigeminus,termasuk puncak hidung dan demikian pula dengan kornea atau konjungtiva. Bila terjadi kelainan saraftrigeminus ini, maka akan memberikan keluhan pada daerah yang dipersarafinya dan pada herpes zoster akanmengakibatkan terdapatkan vesikel pada kulit. Pada mata akan terasa sakit dengan perasaan yang berkurang(anastesia dolorosa). Pengobatan adalah simtomatik seperti pemberian analgetika, vitamin dan antibiotik topical

  • atau umum untuk mencegah infeksi sekunder.7c. Keratitis JamurPathogen yang lebih sering adalah Aspergilus dan Candida albicans. Mekanisme yang sering adalah traumaterkena bahan - bahan organic yang mengandung jamur seperti ranting pohon. Pasien pada umumnyamengeluhkan gejala yang sedikit. Pada inspeksi didapatkan mata merah, ulkus yang berbatas tegas dan dapatmeluas menjadi ulkus kornea serpiginuous. Pada pemeriksaan slitlamp menunjukkan infiltrate stroma yangberwarna putih keabuan, khusuhnya jika penyebabnya adalah candida albicans. Lesi lesi yang lebih kecilberkelompok mengililingi lesi yang besar membentuk lesi satelit. Indentifikasi mikrobiologi jamur sulit danmemakan waktu. Pengobatan konservatif berupa anti nikotik topikal seperti natamycin, nystatin dan amphoterisinB, sedangkan tindakan pembedahan berupa keratoplasti jika dengan pengobatan konservatif gagal dan keadaanmakin memburuk dalam perawatan.7d. Keratitis AkantamoebaGejalanya berupa pasien mengeluh nyeri, fotopobia dan lakrimasi. Pasien sering mempunyai riwayat beberapaminggu atau bulan tidak berhasil dengan pengobatan antibiotik. Dari inspeksi menunjukkan mata merah unilateralbiasanya tidak mempunyai secret. Infeksi dapat membentuk infiltrate pada sub epitel, opasasifikasi disiformisintrasstromal pada kornea atau abses kornea yang membentuk cincin.7Amoeba air tawar ini menyebabkan keratitis infeksi. Infeksi ini menjadi lebih sering terjadi seiring denganpeningkatan penggunaan lensa kontak lunak. Terjadi keratitis yang nyeri dengan tonjolan saraf kornea. Amoebadapat diisolasi dari kornea (dan dari lensa kontak) dengan kerokan dan dikultur dalam media khusus yangdipenuhi dengan Escherichia coli.7

    Gejala KlinisPada anamnesis pasien, bisa didapatkan beberapa gejala klinis pada pasien yang terkait dengan perjalanpenyakit keratitis pungtata superfisial. Pasien dapat mengeluhkan adanya rasa nyeri, pengeluaran air mataberlebihan, fotofobia, penurunan visus, sensasi benda asing, rasa panas, iritasi okuler dan blefarosspasma.5Oleh karena korea memiliki banyak serat serat saraf, kebanyakan lesi kornea baik supervisial ataupunprofunda, dapat menyebabkan nyeri dan fotofobia. Nyeri pada keratitis diperparah degan pergerakan daripalpebral (umunnya palpebral superior) terhadap kornea dan biasanya menetap hingga terjadi penyembuhankarena kornea bersifat sebagai jendela mata dan merefraksikan cahaya, lesi kornea sering kali mengakibatkanpenglihatan menjadi kabur, terutama ketika lesinya berada dibagian central.8Pada keratitis pungtata superfisial didapatkan lesi kornea berupa lesi epithelia multiple sebanyak 1 50 lesi (rata rata sekitar 20 lesi didapatkan). Lesi epithelia yang didapatkan pada keratitis pungtata superfisial berupakumpulan bintik bintik kelabu yang berbentuk oval atau bulat dan cenderung berakumulasi di daerah pupil.Opasitas pada kornea tersebut tidak tampak apabila di inspeksi secara langsung, tetapi dapat dilihat denganslitlamp ataupun loup setelah diberi flouresent.2Sensitifitas kornea umumnya normal atau hanya sedikit berkurang, tapi tidak pernah menghilang sama sekaliseperti pada keratitis herpes simpleks. Walaupun umumnya respons konjungtiva tidak tampak pada pasien akantetapi reaksi minimal seperti injeksi konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien.3 DiagnosisKecurigaan akan adanya keratitis pada pasien dapat timbul pada pasien yang datang dengan trias keluhankeratitis yaitu gejala mata merah, rasa silau (fotofobia) dan merasa kelilipan (blefarospasma). Adapun radangkornea ini biasanya diklasifikasikan dalam lapisan kornea yang terkena, seperti keratitis superfisial dan interstisialatau propunda. Keratitis superfisial termasuk lesi inflamasi dari epitel kornea dan membrane bowman superfisialterkait.7Sangat penting untuk melaksanakan penegakan diagnosis morfologis pada pasien yang dicurigai dengan lesikornea. Letak lesi di kornea dapat diperkirakan dengan melihat tanda tanda yang terdapat pada kornea. Padakeratitis epithelial, perubahan epitel bervariasi secara luas mulai dari edema ringan dan vakuolasi hingga erosi,pembentukan filament maupun keratinisasi partial. Pada keratitis stromal, respon struma kornea dapat berupainfiltrasi sel radang, edema yang bermanifestasi kepada edema kornea yang awalnya bermula dari stroma lalu keepitel kornea.8Pemeriksaan fisis pada keluhan yang mengarahkan kecurigaan kepada keratitis dilakukan melalui inspeksidengan pencahayaan adekuat. Larutan flouresent dapat menggambarkan lesi epitel superfisial yang mungkintidak dapat terlihat dengan inspeksi biasa. Pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) esensial dalam pemeriksaan

  • kornea, apabila tidak terdapat alat tersebut dapat digunakan sebuah loup dan iluminasi yang terang. Pemeriksaanharus melihat jalannya refleksi cahaya sementara memindahkan cahaya dengan hati hati ke seluruh kornea.Dengan cara ini area yang kasar sebagai indikasi dari defek kornea dapat terlihat.8Keratitis pungtata superfisial yang disebut juga keratitis pungtata epithelial atau Thygensons desease merupakansalah satu tipe inflamasi atau peradangan pada kornea mata dengan hilangnya epitel kornea. Lesinya berupapungtata yang terlihat seperti titik titik meskipun dapat juga berupa dendritic dengan gambaran linier danbercabang. Karateristik dengan tidak adanya jaringan parut sisa dan jarang menyisakan penglihatan.8Keadaan yang meyebabkan penyakit ini dapat berupa infeksi mata (virus, bakteri) maupun noninfeksi seperti : Abnormalitas air mata Reaksi imun Denervasi Distrofi Trauma kimia ringan Lensa kontak Reaksi terhadap pengobatan sistemik, dllPasien biasanya mengeluhkan adanya sensasi benda asing, fotofobia dan air mata yang berlebihan. Lesipungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi danberisi titik titik abu abu yang kecil. Tidak adanya terapi spesifik untuk keadaan ini, tergantung factorpenyebabnya. Pengguna kortikosteroid topikal terbukti dapat mengurangi gejala.8Larutan floresens diteteskan pada mata dan mata diperiksa dengan menggunakan slit lamp ataupun denganiluminasi terang dan melihat menggunakan loup. Hal tersebut dapat memberikan gambaran defek epithelial. Poladistribusi flouresensi yang spesifik dapat sebagai informasi yang berguna dalam menegakkan kemungkinanetiologi dan keratitis pungtata superfisial.10Floresensi topikal adalah merupakan larutan nontoksik dan water-soluble yang tersedia dalam beberapa sediaan: dalam larutan 0,25% dengan zat anestetik (benoxinate atau proparacaine), sebagai antiseptic (povidone-iodine),maupun dalam zat pengawet sebagai tetes mata tanpa pengawet 2% dosis unit. Floresens akan menempel padadefek epithelial pungtata maupun yang berbentuk makroulseratif (positive stanining) dan dapat memberikangambaran akan lesi yang tidak bebrbekas melalui film air mata (negative staining). Floresens yang terkumpuldalam sebuah defek epithelial akan mengalami difusi ke dalam strauma kornea dan tampak dengan warna hijaupada kornea.1Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium dengan melakukan kultu dari flora kornea dilakukan selama terjadi inflamasi aktifdapat membantu dalam penelitian selanjutnya akan tetapi hal tersebut tidak begitu signifikan dalam penegakandiagnosis dan penatalaksana penyakit keratitis pungtata superfisial. Pemeriksaan pencitraan denganmenggunakan fotografi slit lamp untuk mendokumentasikan inflamasi aktif dan periode inaktivitas dapat dilakukantapi hal tersebut juga tidak begitu penting dalam penegakan diagnosis maupun penanganan penyakit.10Penatalaksaan / TerapiTerdapat beberapa terapi yang dapat secara baik menangani keratitis pungtata superfisial. Terapi suportif denganlubrikans topikal seperti air mata artifisial seringkali adekuat pada kasus kasus yang ringan. Air mata artifisialdapat mengurangi sisa produk inflamasi yang tertinggal pada reservoir air mata. Mereka tidak hanya bekerjasebegai lubrikans, tapi juga sebagai agen pembersih, pembilas dan dilusi dari film air mata serta sebagai agenpemoles dari epitel superfisial untuk membentuk kembali microvillae dan menstabilkan lapisan mucin dari airmata.11Tergantung dari keparahan gejala pada pasien,air mata artifisial dengan viskositas berbeda (dari tetes matahingga jel viskositas tinggi) diresepkan pada pasien dan diaplikasikan dengan frekuensi yang berbeda. Padakeratitis akibat pemaparan (exposure keratitis ), jel atau krim dengan viskositas yang tinggi digunakan karenawaktu retensinya yang panjang.8Lensa kontak terapeutik yang lunak dapat digunakan sebagai lubrikasi alternative pada beberapa kasus yangberat, walaupun komplikasi potensial (seperti keratitis microbial) dapat terjadi. Lensa kontak memperbaiki gejaladengan menutupi lesi kornea dan saraf yang secara konstan mengalami fraksi dengan konjungtiva selamaberkedip.10Sekitar 90% dari inflamasi kornea disebabkan oleh bakteri. Selain itu epitel yang tidak intsk dapat sebagai jalurpenetrasi dari bakteri ke dalam kornea. Penanganan diawali dengan antibiotik topikal dengan aktivitas broadspectrum terhadap kebanyakan organisme Gram-positif dan Gram-negative hingga hasil kultur dan tes

  • sensitifitas diketahui. Regimen awal yang diberikan termasuk aminoglycoside dengan cephalosporin generasipertama setiap 15-30 menit. Seringkali digunakan ciprofloxacin 0,3% yang meberikan percepatan waktu rata rata penyembuhan dan penururnan terapi dibandingkan terapi konvensional.8Penggunaan kortikosteroid topikal masih kontroversial dikarenakan penggunaannya pada infeksi virus dan jamurdikontraindikasikan. Akan tetapi kortikosteroid sistemik dapat mencegah perforasi kornea dan pembentukanjaringan parut pada kornea.3Antibiotik sistematik digunakan apabila terdapat ekstensi ke sklera akibat infeksi atau didapatkan adanyaancaman perforasi pada pasien. Levofloxacin maupun ofloxacin memiliki penetrasi aqueous dan vitreus yang baikdengan pemberian oral.5Tidak perlu untuk menangani pasien hingga seluruh lesi di kornea hilang. Akan tetapi penanganan dilaksanakanhanya hingga pasien dapat mencapai titik kenyamanan.5

    PrognosisSecara umum prognosis dari keratitis pungtata superfisial adalah baik jika tidak terdapat jaringan parut ataupunvaskularisasi dari kornea. Sesuai dengan metode penanganan yang dilaksanakan prognosis dalam hal visuspada pasien dengan keratitis pungtata superfisial sangat baik. Parut ringan pada kornea dapat timbul pada kasus kasus dengan keratitis pungtata superfisial yang berlangsung lama.1 Daftar Pustaka

    1. Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS. Structure dan Function of the External Eye dan Cornea. In : Skuta GL, CantorLB, Weiss JS. Basic and Cliniccal Science Cources : External Disease dan Cornea 2008-2009. Singapore :American Academy of Ophthalmology ; 2007. p.5-142. Doggart JH. Superficial Punctate Keratitis [online]. 1933 [cited 2011 July]; [1 screen]. Available fromURL:http://bjo.bmj.com/cgi/pdf_extract3. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga.Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2008. H 147-784. Mills TJ. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis [online]. 2008 [cited 2011 July]; [4 screen]. Available fromURL:http://www.emedicine.medscape.com/article/7981005. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI ; 2008. h. 1-136. Riordan-Eva. Anatomy and embryology of The Eye. In : Vaughan D,Asbury T, Riordan-Eva P. generalOphthalmology. 15th edition. Connecticut; Appleton & lange; 1999. p. 1-267. Pavan-Langston D. Cornea and External Desease. In: Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis andTheraphy. 5th edition. Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins; 2002. p. 67-1298. Biswell R. Cornea. In: Vaughan D, Asbury T, Riordon-Eva P. General Ophthalmology. 15th edition.Connecticut ; Appleton & Lange; 1999. p. 119-419. Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS. Clinical Approach to Immune-Related Disorders of the External Eye. In :Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Basic and Cliniccal Science Cources : External Disease dan Cornea 2008-2009.Singapore : American Academy of Ophthalmology ; 2007. p.205-4110. Lang GK. Cornea. In : Lang GK. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. 2nd edition. Stuttgart ; thieme ;2007. p. 115-6011. Duszak RS. Thygeson Superficial Punctata Keratitis [online]. 2008 [cited 2011 July]. Available fromURL:http://www.emedicine.medscape.com/article/1197335

    Refarat Keratitis Pungtata