Proposal Bertus Editan 1

24
I. JUDUL Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 Pada Area Penambangan dan Pengolahan Tambang Terbuka PT. Dizamatra Powerindo Lahat, Sumatera Selatan. II. PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkat pembangunan di bidang pertambangan,semakin meningkat pula jumlah limbah yang di hasilkan termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan ligkungan dan kesehatan manusia. Keanekaragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri dan pertambangan serta penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi, pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi karakter limbah. Hal ini tidak terlepas dari proses industri dan pertambangan itu sendiri. Sebagian dari limbah industri dan pertambangan tersebut berkatagori hazardous waste. Sesuai dengan PP 1

Transcript of Proposal Bertus Editan 1

Page 1: Proposal Bertus Editan 1

I. JUDUL

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 Pada Area Penambangan dan

Pengolahan Tambang Terbuka PT. Dizamatra Powerindo Lahat,

Sumatera Selatan.

II. PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkat pembangunan di bidang

pertambangan,semakin meningkat pula jumlah limbah yang di hasilkan

termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang dapat

membahayakan ligkungan dan kesehatan manusia. Keanekaragaman

jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri dan pertambangan

serta penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku,

pemilihan proses produksi, pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan

mempengaruhi karakter limbah. Hal ini tidak terlepas dari proses

industri dan pertambangan itu sendiri. Sebagian dari limbah industri dan

pertambangan tersebut berkatagori hazardous waste. Sesuai dengan

PP 18/99 juncto 85/99, padanan kata untuk hazardous waste yang di

gunakan di Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

dan di singkat menjadi Limbah B3.

PT. Dizamatra Powerindo Lahat Sumatra Selatan, bergerak dalam

bidang produksi dan penjualan batubara di Indonesia untuk memenuhi

bahan bakar fosilyang saat ini masih merupakan bahan bakar yang

paling banyak digunakan seluruh dunia. PT. Dizamatra Powerindo

1

Page 2: Proposal Bertus Editan 1

merupakan perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi

secara terintegrasi, mulai dari eksplorasi, penambangan, hingga

pemasaran. Dalam rangkaian kegiatan yang terintegrasi tersebut, PT.

Dizamtra Powerindo berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta

menjaga kondisi lingkungan.

Sejak awal PT. Dizamatra Powerindo sudah melakukan pemulihan

fisik lahan pasca tambang dengan melakukan revegetasi untuk

pengolahan lingkungan hidupnya. Sedangkan untuk pengolahan limbah

PT. Dizamatra Powerindo memfokuskan pada limbah cair, emisi, dan

limbah B3. Prosedur pengolahan limbah B3 wajib mengacu pada

peraturan dan perundang-undangan yang telah di tetapkan pemerintah

Indonesia. Rangkaian pengolahan limbah B3 mencakup reduksi,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, dan

pengolahan limbah B3. Atas dasar ini maka pengelolaan LB3 terkait

dengan Identifikasi limbah B3, Pelabelan limbah B3, Penyimpanan

limbah B3, Pengangkutan limbah B3, dan Pengolahan limbah B3 yang

di lakukan oleh PT. Dizamatra Powerindo perlu di evaluasi.

2.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui berbagai macam limbah berbahaya dan beracun

yang di hasilkan PT. Dizamatra Powerindo.

2

Page 3: Proposal Bertus Editan 1

2. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan sistem pengelolaan

limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) di PT. Dizamatra

Powerindo.

3. Mengevaluasi sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan

beracun (LB3) di PT. Dizamatra Powerindo.

2.3. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan

tujuan penulisan proposal ini, maka masalah pokok yang akan di bahas

adalah penyebab terjadinya limbah bahan berbahaya dan beracun

(LB3) dan solusinya pada area pengolahan atau area penambangan.

2.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis limbah B3 yang dihasilkan dan proses yang

menghasilkan limbah B3 tersebut di PT. Dizamatra Powerindo.

2. Untuk mengetahui jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan prosedur

pengelolaan di sumber hingga diserahkan kepada pihak lain.

3. Untuk mengetahui pengemasan limbah B3 sebelum pengangkutan

di tempat penyimpanan sementara.

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian limbah B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3

adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan

3

Page 4: Proposal Bertus Editan 1

berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau

konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan

hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau

sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan

manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap

bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau

jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan

manusia.

3.2. Tujuan Pengelolaan limbah B3

Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan

menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas

lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya

kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan

dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat,

4

Page 5: Proposal Bertus Editan 1

pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan

dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan

apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan

limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan

kembali kepada fungsi semula.

3.2.1. Identifikasi Limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori,

yaitu:

1. Berdasarkan sumber

2. Berdasarkan karakteristik

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

Limbah B3 dari sumber spesifik

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

5

Page 6: Proposal Bertus Editan 1

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas

kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik

ditentukan dengan:

mudah meledak

pengoksidasi

sangat mudah sekali menyala

sangat mudah menyala

mudah menyala

amat sangat beracun

sangat beracun

beracun

berbahaya

korosif

bersifat iritasi

berbahayabagi lingkungan

karsinogenik

teratogenik

mutagenik.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan

bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk

pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi

6

Page 7: Proposal Bertus Editan 1

perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih sangat kurang di

negara ini.

3.2.2.Pengelolaan dan pengolahan limbah B3

Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan,

pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan

perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap

aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.

Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan

pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke

Bapedalda setempat.

Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor

Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang

Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun.

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

1. Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah

atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di

dalam area penghasil harus:

1.Daerah bebas banjir;

2.Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;

7

Page 8: Proposal Bertus Editan 1

Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:

1.Daerah bebas banjir.

2.Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 meter atau 50 meter

untuk jalan lainnya.

3.Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum

minimum 300 meter.

4.Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300

meter.

5.Jarak dengan wilayah terlindungi (seperti: cagar alam,hutan lindung)

minimum 300 meter.

2. Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

1. sistem keamanan fasilitas

2. sistem pencegahan terhadap kebakaran

3. sistem pencegahan terhadap kebakaran

4. sistem penanggulangan keadaan darurat

5. sistem pengujian peralatan,

6. dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi

bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat

jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil

pun berdampak besar terhadap lingkungan.

8

Page 9: Proposal Bertus Editan 1

3.2.3. Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga

metode yang paling populer di antaranya ialah chemical,

conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

1. Chemical Conditioning  

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical

conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:

menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di

dalam lumpur

mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam

lumpur

mendestruksi organisme patogen

memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang

masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan

pada proses digestion

mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam

keadaan aman dan dapat diterima lingkungan.

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang

akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat

yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity

thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya

9

Page 10: Proposal Bertus Editan 1

merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada

tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity

thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah

menggunakan proses flotation  pada tahapan awal ini.

2. Treatment,stabilization,and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik

dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan

melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi.

Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses

pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid.

Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan

bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi.

Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses

destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses

yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning , anaerobic digestion, 

aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, 

chemical conditioning, dan elutriation.

3. De-watering and drying 

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau

mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.

Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan

dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter

press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

10

Page 11: Proposal Bertus Editan 1

4. Disposal 

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa

proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air

oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3

umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

5.Solidification/Stabilization  Disamping chemicalconditiong,teknologi 

solidification/stabilization  juga dapat diterapkan untuk mengolah

limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai

proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan

tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta

untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi

didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya

dengan penambahan aditif.

2.4 Incineration 

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang

menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi

volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75%

(berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem

pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan

limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak

kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk

panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana

sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan

11

Page 12: Proposal Bertus Editan 1

limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan

lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan

energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam

mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value

juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem

insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk

membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized

bed, open pit, single chamber,multiple chamber, aqueous waste

injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator

tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat

mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

IV.Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan penelitian ini, digabungkan antara teori

dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat

pendekatan penyelesaian masalah.

Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang

menunjang, baik yang bersifat sebagai dasar penelitian maupun yang

bersifat sebagai pendukung dan referensi yang berkaitan dengan

kualitas dan pencampuran batubara.

1. Observasi Lapangan

12

Page 13: Proposal Bertus Editan 1

Maksud dari observasi lapangan adalah dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap proses yang terjadi dan

mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dibahas. Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui

sekilas kondisi lapangan.

2. Pengambilan Data

Pengambilan data terdiri dari dua cara yaitu:

a. Pengambilan data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa

opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi

terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil

pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer

yaitu :

1. Metode Survei

2. Metode Observasi

Data yang diambil adalah tingkat penncegahan dan menanggulangi

pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh

limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah

tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Melihat faktor

terjadinya limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) dan mencari

solusinya pada area pengolahan atau area penambangan.

b. Pengambilan data sekunder

13

Page 14: Proposal Bertus Editan 1

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang di publikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data

yang diambil meliputi mencari dan mengumpulkan data yang

berkaitan dengan penelitian yang berasal dari buku referensi, data

tersebut antara lain peta lokasi penambangan dan data curah hujan.

3. Pengumpulan Data

Merupakan proses pengambilan data dari berbagai sumber yang akan

digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pengolahan Data

Dari hasil pengumpulan data yang telah didapatkan dan data dari hasil

survey di lokasi penambangan akan didapat data-data yang akan

disusun secara sistematis dan bisa digunakan sebagai bahan analisis.

5. Analisis Data

Analisis terhadap berbagai data dilakukan secara kuantitatif dan

kualitatif guna memperoleh kesimpulan sementara yang selanjutnya

dapat dipergunakan untuk analisis lebih lanjut dalam membuat saran.

V. ALOKASI WAKTU KEGIATAN PENELITIAN

14

Page 15: Proposal Bertus Editan 1

Rencana pelaksanaan penelitian ini adalah selama 2 (dua) bulan,

yaitu mulai 30 agustus 2014 sampai dengan 30 oktober 2014.

Rencana pelaksanaan penelitian yang akan saya lakukan dapat lihat

pada tabel rencana penelitian.

Tabel 2

JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan

Jadwal pelaksanaan

minggu

1 2 3 4 5 6 7 8

1Administrasi dan orientasi

lapangan

2Pengumpulan referensi dan

data

3 Pengolahan data

4 Konsultasi dan bimbingan

5Penyusunan dan

pengumpulan draft laporan

VI. Daftar Pustaka

15

Page 16: Proposal Bertus Editan 1

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengelolaan%20limbah

%olahlimbah.blogspot.com

http://ans-olahlimbah.blogspot.com/2013/02/penanganan-limbah-

b3.html

http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com//

VII. Lampiran

Bagan Alir Penelitian

MELIPUTI

16

Pengambilan Data

Penelitian

Data Primer Data Sekunder

Penyusunan Data

Page 17: Proposal Bertus Editan 1

Bagan Alir Penelitian

17

Analisis Data

Ya / Selesai TidakKesimpulan