Editan Fix 1

54
PERAWATAN SALURAN AKAR Di susun Oleh : 1. Ahmad Junaidi 10611001 2. Ayu Puspito Ningrum 10610003 3. Dwi Wahyu Arsita 10611023 4. Elinda Wulan F. 10611013 5. Florin 10610015 6. Febriawan 10611026 7. Hanif Vana P. 10611032 8. Koernia David 10609023 9. Kristina Ida L. 10609024 10. Novita Yenis Eza P. 10611055 11. Rulya Eka Pratiwi 10611035 12. Sahal Bahar 10611061 13. Sebty Chriesnasari 10609040 i

description

PERAWATAN SALURAN AKAR

Transcript of Editan Fix 1

Page 1: Editan Fix 1

PERAWATAN SALURAN AKAR

Di susun Oleh :

1. Ahmad Junaidi 10611001

2. Ayu Puspito Ningrum 10610003

3. Dwi Wahyu Arsita 10611023

4. Elinda Wulan F. 10611013

5. Florin 10610015

6. Febriawan 10611026

7. Hanif Vana P. 10611032

8. Koernia David 10609023

9. Kristina Ida L. 10609024

10. Novita Yenis Eza P. 10611055

11. Rulya Eka Pratiwi 10611035

12. Sahal Bahar 10611061

13. Sebty Chriesnasari 10609040

14. Sisca Wahyu Safitri 10611063

15. Wahyu Nur Hidayah 10611068

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIINSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI2015

i

Page 2: Editan Fix 1

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah yang berjudul “PERAWATAN SALURAN AKAR ” tanpa

halangan suatu apapun.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dosen Pembimbing makalah yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

makalah ini drg. Slamat

2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

persatu karena keterbatasan hal.

3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila

diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan

pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Kediri, Maret 2015

Penulis

ii

Page 3: Editan Fix 1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Saluran Akar .............................................................. 3

2.2 Penentuan Panjang Kerja ............................................................ 3

2.3 Alat dan Fungsi Pada Perawatan Saluran Akar ........................... 6

2.4 Macam dan Perawatan Saluran Akar ........................................... 8

2.4.1 Pulpektomi ...................................................................... 8

2.4.1.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pulpektomi ............ 9

2.4.1.2 Macam-macam Pulpektomi ................................ 9

2.4.2 Endo Intrakanal............................................................... 11

2.4.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi ................................ 11

2.4.2.2 Teknik Preparasi Saluran Akar ........................... 12

2.5 Teknik Pengisian Saluran Akar ................................................... 16

2.6 Bahan Sterilisasi Saluran Akar .................................................... 19

2.7 Bahan Pengisi Saluan Akar ......................................................... 20

2.8 Kegagalan dan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar ............... 23

2.8.1 Kegagalan Perawatan Saluran Akar ............................... 23

2.8.2 Kriteria Keberhasilan Perawatan Saluran Akar .............. 24

2.9 Kegawatdaruratan ........................................................................ 26

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 27

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................... 31

4.2 Saran ............................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32

iii

Page 4: Editan Fix 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut

diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi

yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya. Perawatan

endodontik terdiri dari perawatan pulpektomi, pulpotomi, perawatan saluran akar

konservatif dan perawatan endodontik bedah (Sumadi, 2003).

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan

dalam kasus perawatan endodontik. Tahap penting dalam perawatan saluran akar

gigi yang terinfeksi adalah preparasi, sterilisasi dan pengisian. Preparasi saluran

akar gigi akan menunjang proses sterilisasi dan menghasilkan pengisian yang baik

sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Prinsip utama pembersihan saluran

akar yaitu alat harus mencapai seluruh dinding saluran akar dan melepaskan

debris yang kemudian dikeluarkan dari saluran akar oleh larutan irigasi

(Grossman, dkk, 1995).

Pada tahap preparasi diperlukan bahan irigasi saluran akar yang bertujuan

untuk menghilangkan jaringan nekrotik, tumpukan serpihan dentin dan

membasahi saluran akar gigi sehingga mempermudah dalam pelaksanaan

preparasi serta pengurangan jumlah mikroorganisme di dalam saluran akar

kemudian sisa bakteri dimatikan dengan medikamen intrakanal (Grossman, dkk,

1995). Pembersihan saluran akar secara menyeluruh merupakan hal yang penting

karena bila masih ada sisa jaringan yang tertinggal (debris), maka ada

kemungkinan menjadi tempat bagi tumbuhnya bakteri dan dapat menyebabkan

peradangan periapikal. Debris yang tertinggal dapat pula mengurangi adaptasi

bahan pengisi dengan dinding saluran akar. Kurang baiknya adaptasi bahan

pengisi dapat menyebabkan kurangnya kerapatan obturasi sehingga dapat

memperbesar kemungkinan kegagalan perawatan (Walton dan Torabinejad,

2002).

1

Page 5: Editan Fix 1

Larutan irigasi saluran akar sebaiknya bersifat antiseptik yaitu dapat

merusak, dapat menghambat reproduksi atau metabolisme mikroba dan sekaligus

menstrerilkan saluran akar. Adapun syarat bahan antiseptik saluran akar adalah

mampu membunuh mikroorganisme, mempunyai efektifitas yang cepat, mampu

mengadakan penetrasi yang dalam, tetap efektif dengan adanya bahan organik,

tidak merubah warna gigi, secara kimia bersifat stabil, tidak berbau dan tidak

berasa, ekonomis (Walton dan Torabinejad, 2002).

Pada gigi nekrosis ditemukan beberapa spesies bakteri di antaranya

Streptococcus, Micrococcus, dan sejumlah bakteri anaerob pada infeksi saluran

akar maupun penyakit periradikular. Bakteri anaerob meliputi 90% dari bakteri

penyebab infeksi saluran akar. Berdasarkan temuan tersebut, ternyata penyebab

infeksi saluran akar tidak hanya satu macam bakteri tetapi berbagai macam bakteri

(bacterial mix) yang terlibat termasuk organisme anaerob seperti Porphyromonas,

Bacterioides Gingivalis, Phorphyromonas Bacterioides Endodontalis, dan

Prevotella Bacterioides Buccae yang dinamakan Bacterioides Spesies (Baum,

dkk, 1995).

Tidak mudah mencapai bakteri yang terdapat pada saluran akar, oleh karena

itu bakteri dihilangkan dengan prosedur mekanis serta dengan bantuan bahan

kimia. Banyak larutan irigasi yang direkomendasikan untuk digunakan dalam

perawatan saluran akar. Bahan yang dapat digunakan untuk irigasi antara lain

Hidrogen peroksidase (H2O2) 3%, Sodium Hypochlorite (NaOCl) 5,25%, EDTA

15%, Chlorhexidine,Akuades (Grossman, dkk, 1995).

Sodium Hypochlorite (NaOCl) telah secara luas digunakan sebagai larutan

irigasi sejak diperkenalkan pertama kali oleh Walker pada tahun 1936. Larutan ini

dikenal juga sebagai pemutih pakaian. Konsentrasi larutan Sodium Hypochlorite

(NaOCl) yang digunakan dalam perawatan saluran akar beragam dari 0,5 – 5,25

%. Larutan irigasi ini yang paling sering digunakan dalam praktek dokter gigi

(Grossman, dkk, 1995).

2

Page 6: Editan Fix 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan

mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran

akar, kemudian diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi

kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan

gigi selama mungkin didalam rahang, sehingga fungsi dan bentuk lengkung gigi

tetap baik (Aya, 2005).

Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu : preparasi

biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning and

shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar

yang hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal

ini tidak mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan

untuk menerima bahan pengisi (Wintarsih, dkk., 2009).

2.2 Penentuan Panjang Kerja

Tujuan penentuan panjang kerja adalah untuk memperoleh jarak dari apeks

yang tepat bagi preparasi saluran akar dan kemudian obturasi. Panjang yang

optimal adalah kurang 1 sampai 2 mm dari apeks. Adapun teknik penentuan

panjang kerja bervariasi. Ada beberapa teknik yang digunakan, dipelajari, dan

dianjurkan untuk menentukan panjang kerja, termasuk metode radiografi

(konvensional maupun digital), elektronik, dan taktil (Walton and Torabinejad,

2008).

1. Teknik pengukuran panjang kerja menggunakan radiografi (Panjang Kerja

Perkiraan)

a. Film diagnostik yang dibuat dengan teknik kesejajaran diukur dari titik acu

ke apeks menggunakan penggaris endodonsia yang mempunyai milimeter.

b. Panjang kerja perkiraan dihitung dengan mengurangi panjang gigi

radiografis 3 mm. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini

yaitu,

3

Page 7: Editan Fix 1

Hubungan apeks radiograf dengan foramen apikalis yang

sesungguhnya atau daerah konstriksi (kira-kira 1 mm).

Efek dari pembesaran radiograf. Pembesaran 2 mm (karena divergensi

sinar sentral) dianggap normal untuk semua gigi.

Pengurangan 3 mm ini umumnya membuat penempatan awal dari

isntrumen sedikit lebih pendek dari panjang kerja.

c. Stoper instrumen sesuai dengan panjang kerja perkiraan dipasang pada

masing-masing file terkecil.

d. Ukur file yang digunakan untuk mengeksplorasi sakuran akar makin besar

sampai diperoleh file ukuran yang mengunci yang mengunci didalam

saluran pada panjang kerja pada panjang kerja perkiraan atau sedikit lebih

pendek.

e. Pada gigi yang memiliki akar lebih dari satu, semua saluran akar harus

diberi file.

f. Film dibuat dengan instrument berada dalam saluran akar (Walton and

Torabinejad, 2008).

2. Teknik Panjang Kerja yang Diperbaiki

Panjang kerja yang telah diperbaiki ditentukan dengan mengukur jarak

dari ujung jarum miler atau file dengan mengukur jarak dari ujung jarum

dengan apeks radiografi. Kemudian panjang jarum diperbaiki sampai

mencapai 1-2 mm lebih pendek dari apeks radiografi (Walton and

Torabinejad, 2008).

3. Pengukuran panjang Gigi dengan teknik Diagnostik Wire Foto (DWF)

a. Jarum miler atau file dimasukkan kedalam saluran akar maksimum

panjang gigi rata-rata dikurangi 2mm, untuk gigi yang mahkota patah,

panjang alat yang dimasukkan kedalam saluran akar dikurangi lagi dengan

panjang mahkota yang patah tersebut.

b. Jarum diberi stoper sebagai batas panjang alat. Stoper sebaiknya terbuat

dari guttap karena akan memberikan gambaran radiopak pada hasil foto

yang diambil.

4

Page 8: Editan Fix 1

c. Posisi film diatur sedemikian rupan dan cone sinar x setepat mungkin pada

waktu pengambilan foto. Dari hasil foto dilakuakn pengukuran panjang

gigi sebenarnya dapat dihitung dengan rumus

Pgs=Pgf x Pas

Paf

Keterangan :

Pgs : panjang gigi sebenarnya

Pgf : panjang gigi dalam foto

Pas : panjang alat sebenarnya

Paf : panjang alat dalam foto

Gambar 2.1 Cara pengukuran DWF

4. Teknik Alternatif

a. Penentu lokasi Apeks elektronik

Alat elektronik dirancang untuk menentukan panjang saluran akar

dengan membaca kapan ujung jarum atau file mencapai ligamen

periodontium di foramen apikalis. Prinsip elektronik ini relatif sederhana

dan didasarkan pada tahanan listrik, saat terbentuk sirkuit (jaringan

berkontak dengan ujung file). Menurut alat ini kejadian tersebut ditandai

dengan bunyi beep, buzz, kilatan sinar, angka digital, atau bergeraknya

jarum pada tombol.

5

Page 9: Editan Fix 1

Alat penentu lokasi apeks sangat bermanfaat untuk menentukan

atau mengonfirmasi panjang gigi yang apeksnya tidak terlihat jelas pada

radiografi. Juga menjadi alat bantu yang baik dari radiograf kerja dan

dapat memperbaiki penentuan panjang kerja. Namun metode ini tidak

boleh digunakan sebagai pengganti teknik radiografi. Radiografi tidak saja

menentukan panjang kerja, film yang menyudut juga memberikan

informasi tentang anatomi, kelengkungan, dan hubungan gigi serta saluran

akar (Walton and Torabinejad, 2008).

2.3 Alat dan Fungsi pada Perawatan Saluran Akar

Berikut ini adalah instrument yang sering digunakan dalam endodonsi,

digolongkan menurut penggunaannya (Friedman and Stabholz, 1986) :

1. Alat untuk preparasi orifice

a. Paket peralatan dasar

1) Sonde endodontik berujung ganda

Membantu dalam menentukan letak orifice dan fraktur gigi pada

dasar kamar pulpa.

2) Excavator

Untuk menyendok isi kamar pulpa dan mengungkit batu pulpa

selama preparasi kavistas orifice.

3) Kaca mulut

Untuk melihat kedalaman kamar pulpa dan untuk menahan

lidah.

4) Pinset berkerat

Untuk memegang paper point, gutta percha dan alat saluran

akar.

5) Dissposable syringe

Untuk mendepositkan larutan irigasi berupa sodium hipoklorit

ke dalam saluran akar.

6) Petridish bersekat

Untuk menempatkan cotton roll, cotton pellet dan paper point.

6

Page 10: Editan Fix 1

b. Bur

1) Friction grip

Bur fisur yang runcing digunakan pada awal preparasi orifice

untuk mendapatkan outline yang tepat.

2) Rosehead

Bur rosehead normal dan ekstra panjang dapat digunakan

mengangkat atap kamar pulpa dan menghilangkan dentin yang

berlebih.

3) Safe-ended diamond

Bur safe-ended diamond dengan ujung yang tidak tajam dapat

digunakan untuk meruncingkan dan menghaluskan preparasi kavitas

orifice. Ujung yang tidak tajam mencegah bur merusak dasar kamar

pulpa.

4) Gates glidden drill

Bur ini mempunyai ujung potong yang berbentuk seperti kuncup,

terpasang pada lengan yang kecil yang melekat pada pegangan tipe

latch. Alat ini harus digunakan dengan bantuan handpiece.

2. Rubber dam

Digunakan untuk:

1) Melindungi pasien dari tertelan atau terhirupnya alat, obat-obatan, gigi

dan kotoran serta bakteri dan jaringan pulpa yang nekrosis

2) Untuk mendapat daerah operasi yang bersih, kering dan bebas dari

kontaminasi ludah.

3) Untuk mencegah lidah dan pipi menutupi daerah operasi

4) Untuk menghalangi agar pasien tidak bicara, kumur-kumur dan

mengganggu kerja operator

3. Alat untuk preparasi saluran akar

a. Hand instrument

1) Reamer

Reamer diputar dan ditarik mundur sehingga pemotongannya

terjadi ketika rotasi. Digunakan untuk membesarkan dan

7

Page 11: Editan Fix 1

memperbaiki bentuk saluran akar yang tidak teratur menjadi kavitas

dengan potongan melintang yang bulat.

2) Eksterpasi

Digunakan untuk untuk mengambil jaringan pulpa/jaringan

nekrotik, untuk mengambil jaringan nekrotik, untuk mengambil

bahan pengisi dan untuk pengait.

3) File

File digunakan dengan gerak mengerok dan gerak mendorong

menarik. Gerakan ini lebih efisien jika instrument memiliki lebih

banyak pelintiran atau spiral yang bekontak dengan dinding saluran

akar. Alat ini berfungsi untuk menghaluskan dinding saluran akar dan

mengambil jaringan keras selama pelebaran saluran akar.

b. Dengan bantuan listrik

1) Handpiece

Handpiece memberikan aksi mekanis terhadap alat preparasi

saluran akar. System ini dibuat untuk mengurangi waktu yang

digunakan pada preparasi saluran dan sekarang terdiri dari handpiece

lurus yang dapat diberi jarum-jarum ulir dengan desain khusus.

2) System preparasi saluran SET

Sistem finder saluran terdiri dari contra-angle handpiece yang

dimotori oleh mikromotor atau kompresor. Motor bekerja kurang

dari 300 rpm sehingga dapat mempercepat pekerjaan (Friedman and

Stabholz, 1986).

2.4 Macam-macam Perawatan Saluran Akar

2.4.1 Pulpektomi

Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar.

Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak

memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks

(Andlaw, 1992).

Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara (Andlaw, 1992)  :

1) Pulpektomi vital

8

Page 12: Editan Fix 1

2) Pulpektomi devital

3) Pulpektomi non vital

2.4.1.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pulpektomi

1. Indikasi

1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non

vital

2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal

3) Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar

4) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal (Andlaw, 1992).

2. Kontraindikasi

1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal

2) Resorpsi akar gigi yang meluas

3) Kesehatan umum tidak baik

4) Pasien tidak koperatif

5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis (Andlaw, 1992).

2.4.1.2 Macam-macam Pulpektomi

Menurut Andlaw (1992) macam-macam pulpektomi yaitu:

1. Pulpektomi vital

Pulpektomi vital adalah pengambilan seluruh jaringan dalam

ruang pulpa dan saluran akar secara vital.

Indikasi pulpektomi vital yaitu:

1) Insisivus sulung yang mengalami trauma dengan kondisi

patologis

2) Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6

tahun

3) Tidak ada bukti–bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar

yang lebih dari 2/3

9

Page 13: Editan Fix 1

Gambar 2.2 langkah-langkah perawatan pulpektomi

2. Pulpektomi devital

Pulpektomi devital adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa

dalam ruang pulpa dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan

dengan bahan devitalisasi pulpa.

Indikasi pulpektomi devital yaitu sering dilakukan pada gigi

posterior sulung yang telah mengalami pulpitis atau dapat juga pada

gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi.

3. Pulpektomi non vital

Pulpektomi non vital adalah gigi sulung yang dirawat pulpektomi

non vital adalah gigi sulung dengan diagnosis gangren pulpa atau

nekrose pulpa.

Indikasi pulpektomi non vital yaitu:

1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan

estetik

2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal

3) Belum terlihat adanya fistel

10

Page 14: Editan Fix 1

4) Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada

granuloma pada gigi-geligi sulung

5) Kondisi pasien baik

6) Keadaan sosial ekonomi pasien baik

Kontraindikasi pulpektomi non vital yaitu:

1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi.

2) Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti

diabetes dan TBC

3) Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista)

yang sukar dibersihkan (Andlaw, 1992).

2.4.2 Endo Intrakanal

Endo Intrakanal adalah Pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati

seluruhnya. Merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah rusak yang

bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan yang luas. Tahapan

perawatan sama dengan pulpektomi hanya perbedaannya adalah pada endo intrakanal tidak

memerlukan anastesi (Walton dan Torabinejad, 2008).

2.4.2.1 Indikasi Dan Kontraindikasi

Indikasi endo intrakanal :

- Nekrosis pulpa totalis

- Perawatan ulang

- Kelainan periapikal

Kontraindikasi endo intrakanal :

- OH jelek

- Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional

- Fraktur dengan arah vertikal

- Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga

- Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar

11

Page 15: Editan Fix 1

2.4.2.2 Teknik Preparasi Saluran Akar

Adapun macam-macam teknik preparasi saluran akar menurut Tarigan

(1994); Grossman, et.al, (1995); Igle dan Backland, (1994); Sumadi, (2003),

yaitu:

1. Teknik Konvensional

Indikasi dari teknik konvensional adalah teknik preparasi saluran akar

yang lurus dan telah tumbuh sempurna. Teknik ini dilakukan dengan

ketentuan bahwa preparasi lebih mengikuti garis lurus dengan menggunakan

alat yang kecil lalu yang besar secara berurutan dengan panjang kerja tetap

sama untuk mencegah terjadinya step atau terdorongnya jaringan nekrotik ke

apikal. Preparasi saluran akar dapat menggunakan file tipe K-file dengan

gerakan diputar dan ditarik sedangkan reamer hanya dipakai seperempat

sampai setengah putaran dalam satu gerakan preparasi. Pada reamer dan file

dibuatkan stopper untuk pembatas sebagai patokan panjang kerja. Selama

preparasi setiap pergantian nomor jarum harus dilakukan irigasi dengan

H2O2 3% dan aquadest steril pada saluran akar yang bertujuan untuk

membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.

Bila terjadi penyumbatan preparasi dapat diulang dengan menggunakan jarum

yang lebih kecil dan dapat diberi larutan untuk mengatasi penyumbatan

berupa larutan largal, EDTA atau glyde. Preparasi saluran akar dianggap

selesai bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar

cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar (Sumadi, 2003).

Gambar 2.3 Preparasi Saluran Akar Teknik Konvensional

12

Page 16: Editan Fix 1

2. Teknik Step-Back

Indikasi teknik ini biasanya saluran akar yang tumbuh lengkap, bengkok,

dan sempit pada 1/3 apikal. Preparasi dengan teknik step-back dapat

memberikan kemudahan dalam preparasi saluran akar serta mendapatkan

hasil yang baik. Pada saat preparasi saluran akar dapat dilakukan gerakan pull

and push motion dengan menggunakan file tipe K-flex atau NiTi file yang

lebih fleksibel atau lentur. Tahap pertama dalam mempreparasi saluran akar

dengan menggunakan jarum dari yang terkecil no. 15 sampai ke no. 25 sesuai

panjang kerja pada daerah sepertiga apikal, lalu dilanjutkan pada daerah dua

pertiga koronal dengan diameter alat semakin besar serta panjang kerja

semakin pendek. Setiap pergantian jarum perlu dilakukan pengontrolan

panjang kerja dengan file no. 25 sebagai Master Apical File (MAF) dengan

panjang kerja dikurangi 1 mm untuk jarum no. 30, 2 mm untuk jarum no. 35

dan seterusnya serta untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar

karena serbuk dentin yang terasah (Sumadi, 2003).

Gambar 2.4 Preparasi Saluran Akar Teknik Step-Back

3. Teknik Crown-Down Pressureless

Teknik ini hampir sama dengan teknik step-back, yaitu saluran akar

tumbuh lengkap dan bengkok. Preparasi pada teknik ini dapat menggunakan

instrument nikel-titanium yang bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan

bengkok pada gigi molar rahang atas dan rahang bawah sehingga

kemungkinan terjadinya ekstruksi dentin kejaringan periapikal dapat

13

Page 17: Editan Fix 1

dikurangi. Selain itu teknik tersebut juga akan mencegah terjadinya kesulitan

berkaitan dengan biokompabilitas penutupan pada apikal yang mengalami

penyempitan (Sumadi, 2003).

Teknik Crown Down Presureless

a. Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal

(19 mm)

b. Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator)

c. Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK)

d. Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK)

e. Irigasi NaOCl 2,5%-5% (Sumadi, 2003).

Gambar 2.5 Preparasi Saluran Akar Teknik Crown Down

Presureless

Keuntungan Crown Down Presureless :

a. Teknik disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi

dari teknik step back.

b. Menghasilkan hasil yang serupa yakni seperti corong yang lebar

dengan apeks yang kecil (tirus).

c. Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan bengkok di molar RA

dan RB.

14

Page 18: Editan Fix 1

d. Saluran akar sedapat mungkin dibersihkan dengan baik sebelum

instrument ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan

terjadinya ekstruksi dentin ke jaringan periapeks dapat dikurangi.

e. Menggunakan instrument nikel-titanium, baik yang genggam maupun

digerakkan mesin (Sumadi, 2003).

4. Teknik Balanced Forces

Indikasi dari teknik ini dimana saluran akar bengkok dan sudah tumbuh

sempurna. Pada teknik ini preparasi dapat menggunakan file tipe R-Flex atau

NiTi Flex no. 10 dengan gerakan steam wending , yaitu file diputar searah

jarum jam kemudian diikuti gerakan setengah putaran berlawanan arah jarum

jam. Dilakukan dari arah servikal sampai ke apikal dengan menggunakan file

dengan penampang berbentuk segitiga dengan ujung file ditumpulkan dan

dibuat parabolik tanpa cutting edge sehingga tidak terjadi transportasi.

Selanjutnya saluran akar dilebarkan dengan file no. 25 secara berurutan

sampai dengan file no. 35 sesuai panjang kerja. Pada 2/3 koronal dilakukan

preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD) dan setiap pergantian jarum

dapat dilakukan irigasi untuk mencegah terjadinya perforasi dan pecahnya

dinding saluran akar (Grossman, et.al, 1995).

Teknik Balance Force

a. Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex

b. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file

diputar searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan

jarum jam.

c. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.

d. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD)

GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical

GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm

GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm

GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm

GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm

e. Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45

15

Page 19: Editan Fix 1

f. Dilakukan irigasi (Grossman, et.al, 1995).

Gambar 2.6 Preparasi Saluran Akar Teknik Balanced Forces

Keuntungan balance force :

a. Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula

b. Mencegah terjadinya ledge dan perforasi

c. Mencegah pecahnya dinding saluran akar

d. Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks (Grossman, et.al, 1995).

2.5 Teknik Pengisian Saluran Akar

Bahan pengisi saluran akar :

1) ZnO eugenol

2) Kalsium hidroksid

Syarat bahan pengisi saluran akar gigi sulung :

1) Dapat diresorpsi sesuai kecepatan resorpsi akar

2) Tidak merusak jaringan periapikal

3) Dapat diresorpsi bila overfilling

4) Bersifat antiseptik

5) Bersifat hermetis dan radiopak

6) Mengeras dalam waktu yang lama

7) Tidak menyebabkan diskolorasi (Bence, 1990).

16

Page 20: Editan Fix 1

Macam teknik pengisian saluran akar yang dilakukan yaitu:

1. Teknik single cone

a. Dinding saluran akar diulas dengan pasta saluran kar (misal seng oksida

ChKM) dengan jarum lenlulo. Guttap-point diulasi pula dengan pasta

dan dimasukkan ke dalam saluran akar sampai dengan batas panjang

kerja yang teiah ditandai dengan ball-point

b. Guttap-point dipotong 1-2 mm dibawah dasar ruang pulpa dengan

ekskavator yang telah dipanaskan dengan api spiritus (ekskavator

dicoba dulu dan dipilih hingga dapat masuk ke ruang pulpa)

c. Kemudian dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat lalu ditutup

kapas dan tumpatan sementara menggunakan fletcher arau cavit.

Gambar 2.7 Pengisian Saluran Akar Teknik Single Cone

2. Teknik Kondensasi Lateral

Teknik pengisian kondensasi lateral biasanya dilakukan pada saluran

akar yang bentuknya oval atau yang telah diprepaparasi secara step-back

a. Dinding saluran akar diulas dengan pasta saluran akar

b. Guttap-point utama (master) dimasukkan dan ditekan ke samping ke

arah dinding saluran akar dengan menggunakan spreader

c. Setelah itu spreader dikeluarkan dari saluran akar

d. Pada ruangan yang kosong bekas spreader diisi dengan guttap-point

tambahan yang besarnya lebih kecil dari pada pada spreader tadi

e. Kemudian spreader dimasukkan lagi untuk menekan guttap-point

tambahan tadi ke arah dinding saluran akar

17

Page 21: Editan Fix 1

f. Tindakan ini dilakukan terus sampai ruangan saluran akar menjadi

padat dan spreadertak dapat dimasukkan lagi

g. Guttap-point dipotong sampai 1-2 mm dlbawah dasar ruang pulpa

dengan menggunakan ekskavator yang telah dipanaskan

h. Guttap-point dipadatkan dengan root canal plugger

i. Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basisi semen

seng fosfat, ditutup kapas dan tumpatan sementara.

Gambar 2.8 Pengisian Saluran Akar Teknik Kondensasi Lateral

3. Teknik Plugger atau Vertikal

Teknik plugger ini dilakukan bila rencana restorasinya memerlukan

retensi di dalam saluran akar misalnya untuk mahkota pasak.

a. Guttap-point yang telah disetujui, bagian ujungnya (apikal) dipotong

sepanjang 1/3 paniang slauran akar gigi dengan gunting kecil.

b. Siapkan root canal plugger yang telah diberi stopper. Plugger tersebut

dicoba terlebih dahulu apakah dapat masuk ke dalam saluran sesuai

dengan panjang kerjanya.

c. Plugger dipanaskan dan ujungnya disambung dengan bagian pangkal

potongan guttap-point.

d. Stopper pada plugger diatur sedemikian rupa sehingga ukuran mulai

dari ujung potongan guttap-point hingga stopper pada plugger telah

sesuai dengan panjang kerja.

e. Dinding saluran akar diberi pasta saluran akar.

18

Page 22: Editan Fix 1

f. Guttap-point yang telah disambung dengan plugger dimasukkan

perlahan-lahan ke dalam saluran akar sampai batas stopper.

g. Kemudian root canal plugger diputar sampai gutlap-point terlepas.

h. Sisa-sisa  pasta  saluran  akar yang  ada  di  dalam  saluran akar

dibersihkan.  

i. Bagian saluran akar yang kosong diberi paper-point steril kemudian

ditutup cotton pellet steril dan ditumpat tumpatan.

A B

Gambar 2.9 Pengisian Saluran Akar Teknik Plugger atau Vertikal

4. Teknik pengisian untuk gigi sulung

Bahan yang dapat digunakan yaitu: Pasta Zinc okside eugenol (ZOE)

dan Kalsium hidroksida.

Teknik pengisian dengan metode lentulo spiral :

1) Jarum lentulo yang dioperasikan dengan low speed, diulasi dengan

pasta seng okside eugenol (ZOE)

2) Jarum lentulo dimasukkan kedalam saluran akar searah jarum jam,

kemudian dikeluarkan dengan arah yang berlawanan

3) Pasta seng okside eugenol (ZOE) dipadatkan dengan plugger (Buku

Petunjuk Endodontia, 2013).

2.6 Bahan Sterilisasi Saluran Akar

Untuk menghilangkan dressing, dapat digunakan beberapa bahan yaitu:

1) ChKM (Chlorophenolkamfermetol)

ChKM mempunyai anti bakteri spectrum luas. Masa aktif selama 1 hari.

2) Chresophen

19

Page 23: Editan Fix 1

Chresophen merupakan antipholosticum, sangat baik untuk kasus

dengan permulaan periodontitis apikalis akut yang dapat terjadi pada

peristiwa overinstrumentasi. Masa aktifnya antara 3-5 hari.

3) Kalsium Hidroksida (CaoH)

Pengaruh antiseotiknya berkaitan dengan ph-nya yang tinggi dan

pengaruh melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik. CaoH merupakan

desinfektan intrapulpa yang sangat efektif. Masa aktifnya 7-14 hari.

4) Eugenol

Eugenol memiliki sifat sebagai penghalang impuls saraf interdental.

Eugenol merupakan golongan minyak esensial. Masa aktif 3 hari (Bakar,

2013).

2.7 Bahan Pengisi Saluran Akar

Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh

sistem saluran akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran

akar tambahan.

Syarat bahan pengisi saluran akar :

a. Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar

b. Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal

c. Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar

d. Tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh

e. Bersifat barterisid/ menghambat pertumbuhan bakteri.

f. Bersifat radiografik.

g. Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi

h. Tidak mengiritasi jaringan periapikal

i. Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan Bahan

pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat (pasta

atau bentuk padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen saluran

akar (Sealer).

A. Bahan padat :

1. Gutta

- percha / gutta

20

Page 24: Editan Fix 1

- Point Kandungan utama merupakan bahan an

- Organik 75 % yaitu oksida seng, bahan organik 20% Yaitu gutta

- percha dan tambahan wax, resin atau garam

- garam metal,memberikan sifat plastis, bahan tambahan 5% yaitu

bahan pengikat, opaker, dan pewarna Berbentuk kon ada tipe

standar dengan ukuran (#15-#40, #45-#80), maupun bentuk kon

tipe konvensional dimana ukurannya berbeda antara ujung kon

maupun badannya, misalkan ukurannya fine medium, ujungnya

runcing, badannya medium.

Keuntungan :

a. Bersifat plastis

b. Larut dalam kloroform / ekaliptol.

c. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding saluran akar

d. Manipulasinya sederhana

e. Dapat dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan

f. Toksisitasnya rendah.

Kekurangan

a. Sulit untuk saluran akar yang sempit dan bengkok

b. Penyimpanan yang tidak baik / terlalu lama akan mudah patah.

2. Ag-point

Merupakan bahan pengisi yang padat

Indikasi :

a. Saluran akar gigi dewasa

b. Saluran akar yang sempit

c. Saluran akar bengkok

d. Diameter harus bulat

Kontra-indikasi :

a. Gigi belum tumbuh sempurna

b. Saluran akar lebar

c. Diameter saluran akar oval / tak teratur

d. Bila akan dilakukan apeks

e. reseksi

21

Page 25: Editan Fix 1

Kebaikan :

a. Dapat digunakan pada saluran akar yang sempit dan bengkok

b. Radiopak

c. Bakteiostatik

d. Mudah disterilkan : termis / kimia

Kekurangan :

a. Adaptasi dengan dinding saluran akar kurang baik

b. Korosi

c. Menyebabkan “low grade pain”

d. Apikal seal kurang baik

e. Sulit dikeluarkan bila diperlukan

B. Bahan semi padat / pasta

Biasanya merupakan bahan campuran yang akan memadat setelah

dimasukkan ke dalam saluran akar. Dapat sebagai bahan pengisi utama

maupun sebagai semen

Contoh :

a. Semen Grossman

b. Tubli seal Kerr

c. Semen Wachs

d. Sealapex (semen kalsium hidroksida)

e. AH 26 (resin epoksi)

f. Diaket(resin polivinil/poliketon)

Syarat:

a. Memberikan hasil penutupan yang baik bila mengeras

b. Adaptasi yang baik terhadap dinding saluran akar maupun bahan

pengisi utama

c. Radiopak

d. Tidak menyebabkan perubahan warna Mudah dicampur dan

dimasukkan ke dalam saluran akar

e. Stabil

f. Mudah dikeluarkan

22

Page 26: Editan Fix 1

g. Tidak mudah larut dalam cairan jaringan

h. Bakterisidal

i. Tidak iritasi

j. Lambat pengerasannya

2.8 Kegagalan dan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar

2.8.1 Kegagalan Perawatan Saluran Akar

Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan oleh kesalahan pra

perawatan, selama perawatan dan pasca perawatan. Kegagalan pembuatan

restorasi akhir akan berdampak pada kegagalan perawatan saluran akar. Salah satu

bentuk kegagalan restorasi adalah lepasnya restorasi yang disebabkan retensi yang

tidak adekuat dan akibat yang lebih lanjut akan terjadinya perembesan cairan

mulut kedalam saluran akar yang menyebabkan semen larut ,dan menimbulkan

kebocoran sampai ke daerah periapikal. Akibatnya apabila didiamkan akan

menimbulkan kelainan periapikal. Perawatan ulang saluran akar dilakukan karena

lepasnya restorasi yang sudah cukup lama akibat retensi yang tidak adekuat.

Perawatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah dimasa yang akan

datang dan dilakukan sebelum pembuatan restorasi .

Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh kesalahan

diagnosa, seleksi kasus dan prosedur perawatan. Ketiga tahap ini saling berkaitan:

kesalahan pada salah satu tahap dapat menyebabkan kegagalan. Kegagalan dapat

ditanggulangi dengan perawatan ulang, bedah apeks, atau pencabutan. Di

beberapa negara termasuk Amerika Serikat, kelainan periodontitis apikalis khronis

terdapat pada lebih dari 30% gigi yang telah dirawat saluran akar. Kelainan yang

timbul setelah perawatan saluran akar terutama disebabkan oleh infeksi pada

sistem saluran akar. Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme yang dapat

bertahan hidup dalam sistim saluran akar atau masuk ke dalam saluran akar yang

sudah diisi akibat bocornya restorasi.

Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian

saluran akar dan pembuatan restorasi akhirnya. Dari beberapa literatur yang sudah

dipublikasikan terungkap bahwa prognosis gigi setelah perawatan saluran akar

dapat ditingkatkan dengan menutup saluran akar dan meminimalkan kebocoran

23

Page 27: Editan Fix 1

sehingga cairan rongga mulut dan mikro organisme dapat dicegah masuk ke

dalam area periradikular. Restorasi pasca perawatan saluran akar mempunyai

karakteristik tersendiri karena pada gigi pasca perawatan saluran akar terjadi

perubahan fisik dan sisa jaringan gigi tinggal sedikit. Untuk mencegah kegagalan

restorasi pasca perawatan saluran akar maka perlu pertimbangan-pertimbangan,

karena kegagalan restorasi dapat menyebabkan secara langsung kegagalan

perawatan saluran akar. Pada makalah ini akan dibahas mengenai kasus perawatan

ulang saluran akar yang disebabkan karena lepasnya restorasi yang memberi

dampak terhadap pengisian saluran akar.

2.8.2 Kriteria Keberhasilan Perawatan Saluran Akar

Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan

pemeriksaan klinis, radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan radiografis

dapat dilakukan dengan mudah, namun evaluasi histologis memerlukan

pemeriksaan laboratorium. Evaluasi klinis dan radiografis dianjurkan untuk

dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan. Kriteria keberhasilan

perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yang dikeluarkan

oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka terhadap perkusi dan

palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodontium, gigi

dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan,

dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan. Berdasarkan gambaran

radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal

atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura

normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat

mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks.

Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa faktor

antara lain adanya lesi periradikular sebelum dan sesudah perawatan, kualitas

pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona. Penyebab Kegagalan

Perawatan Saluran Akar Menurut tahapan perawatannya, kegagalan perawatan

saluran akar dapat digolongkan dalam kegagalan pra perawatan, selama

perawatan, dan pasca perawatan. Kegagalan yang terjadi sebelum perawatan

biasanya disebabkan oleh diagnosis dan seleksi kasus yang salah. Prognosis gigi

24

Page 28: Editan Fix 1

yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi perawatan tetap dilakukan

sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala yang merupakan

kegagalan perawatan.

Kegagalan selama perawatan biasanya disebabkan oleh tahap

pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran akar yang benar. Perawatan

endodontik yang baik biasanya berpedoman pada Triad Endodontik. Triad

endodontik yang pertama adalah mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran

akar. Triad endodontik yang kedua adalah preparasi saluran akar untuk membuang

atau mengurangi iritan yang berbahaya dalam ruang pulpa dan menutup ruang

tersebut, mengontrol mikroorganismenya dan menangani inflamasi periapeksnya.

Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan prognosis yang baik.

Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat menyebabkan

terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks dan

menyebabkan inflamasi yang persisten. Triad endodontikyang ketiga adalah

pengisian saluran akar. Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses

pembentukan saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang tepat.

Kondensasi isi saluran akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis, sehingga

iritan yang tertinggal di dalam saluran akar tidak menimbulkan masalah di

kemudian hari. Demikian pula pengisian saluran akar yang terlalu pendek atau

panjang juga akan menimbulkan masalah.

Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian

korona gigi yang tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca

perawatan saluran akar mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital,

yaitu rentan terhadap fraktur karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau

prosedur perawatan. Restorasi pasca perawatan saluran akar harus mempunyai

retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi sisa jaringan gigi terhadap fraktur

dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila salah satu persyaratan tidak

dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau terjadinya fraktur pada gigi

atau restorasi sehingga perawtan menjadi gagal. Penyebab Kegagalan Restorasi

Kebocoran tepi restorasi dapat terjadi karena hubungan antara gigi dan restorasi

tidak harmonis dikaitkan dengan kualitas restorasi yang buruk atau restorasi yang

25

Page 29: Editan Fix 1

tidak mencapai tepi ginggiva dengan baik. Dampak yang paling ringan dari

kebocoran tepi ini .

2.9 Kegawatdaruratan

Kedaruratan endodontik yaitu diagnosis serta penatalaksanaan secara cepat

adanya rasa nyeri atau abses akibat inflamasi pada pulpa atau jaringan periapikal,

maupun terjadinya cedera trauma yang mengakibatkan gigi fraktur atau avulsi.

Pada umumnya respon penderita pada waktu diagnosis cenderung bingung dan

cemas. Riwayat medis dan dental perlu diketahui untuk menghindari komplikasi

medis yang mungkin terjadi pada keadaan darurat. Pemeriksaan secara subyektif

tentang riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus perlu

dilakukan secara lengkap. Pemeriksaan obyektif meliputi pemeriksaan secara

visual, palpasi, perkusi, tes vitalitas, maupun radiografi. Prosedur perawatan

dilakukan secara cepat dan efektif.

‘Flare up’

Adalah komplikasi terjadinya rasa nyeri maupun pembengkaan setelah

perawatan endodontik. Pada umumnya penderita merasa kesal dan menyangka

perawatan telah gagal dan gigi harus dicabut. Terjadinya ‘flare up’ kemungkinan

iritasi dari sisa-sisa jaringan akibat irigasi yang kurang sempurna, terjadinya

‘overinstrument’ & ‘over filling’ maupun masuknya pasta saluran akar ke

periapikal. Jika tidak terjadi pembengkaan, dilakukan debridemen dan ruang pulpa

diisi kalsium hidroksida serta ditutup sementara. Pemberian analgesik dapat

mengurangi kecemasan penderita. Jika ada pembengkaan perlu dilakukan drainase

dan pemberian antibiotik. Perawatan ulang endodontik maupun bedah apeks perlu

dipertimbangkan jika rasa nyerinya persisten.

26

Page 30: Editan Fix 1

BAB III

PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan

mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran

akar, kemudian diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi

kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang tetap baik (Aya, 2005;58).

Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu : preparasi

biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning and

shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar

yang hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar.

(wintarsih, dkk., 2009).

Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu menentukan arah

saluran akar, membersihkan saluran akar, membentuk saluran akar, preparasi

daerah apikal. Selama proses preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk

membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk dentin. Tujuan

irigasi saluran akar yaitu: mengeluarkan debris, melarutkan jaringan smear layer,

antibakteri, sebagai pelumas. Tahap terakhir dari perawatan saluran akar adalah

pengisian saluran akar atau obturasi yang bertujuan untuk memberikan penutupan

yang sempurna dalam saluran akar sehingga mencegah bakteri dan racun mengalir

menuju jaringan periapikal serta sehingga saluran akar tetap steril. (Hammad dkk.,

2009).

Bahan pengisi saluran akar dari bahan utama yang berbentuk padat

misalnya guta perca, dan bahan semipadat yang berbentuk pasta disebut siler

saluran akar.. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran

akar dibesarkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai yang

ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran akar diobsturasi dengan

baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.

Tujuan penentuan panjang kerja adalah untuk memperoleh jarak dari apeks

yang tepat bagi preparasi saluran akar dan kemudian obturasi. Panjang yang

optimal adalah kurang 1 sampai 2 mm dari apeks.. Ada beberapa teknik yang

27

Page 31: Editan Fix 1

digunakan, dipelajari, dan dianjurkan untuk menentukan panjang kerja, termasuk

metode radiografi ( konvensional maupun digital), elektronik, dan taktil.

Macam-macam perawatan saluran akar yaitu pulpektomi dan endo

intrakanal. Pulpektomi pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan

saluran akar dengan cara pulpektomi vital, devital, nonvital sedangkan endo

intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah rusak yang

bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan yang luas dengan

cara mengangkat seluruh jaringan pulpa yang sudah mati seluruhnya.

Macam-macam teknik preparasi saluran akar yaitu teknik konvensional,

teknik Step-Back, Teknik Crown-Down Pressureless, Teknik Balanced Forces.

Teknik konvensional adalah teknik preparasi saluran akar yang lurus dan telah

tumbuh sempurna, dilakukan dengan cara preparasi mengikuti garis lurus dengan

menggunakan alat yang kecil lalu yang besar secara berurutan dengan panjang

kerja tetap sama. Indikasi teknik step-back ini biasanya saluran akar yang tumbuh

lengkap, bengkok, dan sempit pada 1/3 apikal. Pada saat preparasi saluran akar

dapat dilakukan gerakan pull and push motion. Teknik crown down presureless

hampir sama dengan teknik step-back, yaitu saluran akar tumbuh lengkap dan

bengkok. Teknik Crown Down Presureless diawali dengan file terbesar sx/Gates

Gliden Drill preparasi 1/3 koronal (19 mm) kemudian tentukan panjang kerja K-

File #15 (apex locator) selanjutnya preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK;

F1-F3 = PK), untuk menghaluskan (H-File #25 = PK), Irigasi NaOCl 2,5%-5%.

Teknik preparasi balance force dilakukan pada gigi yang memiliki saluran akar

bengkok dan sudah tumbuh sempurna. Pada teknik ini preparasi dapat

menggunakan file tipe R-Flex atau NiTi Flex no. 10 dengan gerakan steam

wending , yaitu file diputar searah jarum jam kemudian diikuti gerakan setengah

putaran berlawanan arah jarum jam. Dilakukan dari arah servikal sampai ke apikal

dengan menggunakan file dengan penampang berbentuk segitiga dengan ujung

file ditumpulkan dan dibuat parabolik tanpa cutting edge sehingga tidak terjadi

transportasi. Selanjutnya saluran akar dilebarkan dengan file no. 25 secara

berurutan sampai dengan file no. 35 sesuai panjang kerja. Pada 2/3 koronal

dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD) dan setiap pergantian

28

Page 32: Editan Fix 1

jarum dapat dilakukan irigasi untuk mencegah terjadinya perforasi dan pecahnya

dinding saluran akar (Grossman, et.al, 1995).

Syarat bahan pengisi saluran akar yaitu hermetis, radiopak, biokompatibel,

dapat diresorpsi bila overfilling dan tidak merusak jaringan periapikal ZnO.

Contoh bahan pengisi yaitu ZnO eugenol dan kalsium hidroksid. Macam teknik

pengisian saluran akar yang dilakukan yaitu teknik single cone, teknik Kondensasi

Lateral, teknik Plugger atau Vertikal, teknik pengisian untuk gigi sulung, teknik

pengisian dengan metode lentulo spiral pada gigi sulung.

Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan oleh kesalahan pra

perawatan, selama perawatan dan pasca perawatan. Kegagalan perawatan saluran

akar kebanyakan disebabkan oleh kesalahan diagnosa, seleksi kasus dan prosedur

perawatan. Kegagalan selama perawatan biasanya disebabkan oleh tahap

pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran akar yang tidak benar..

Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan prognosis yang baik.

Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat menyebabkan

terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks dan

menyebabkan inflamasi yang persisten.

Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian

saluran akar dan pembuatan restorasi akhirnya. Dari beberapa literatur yang sudah

dipublikasikan terungkap bahwa prognosis gigi setelah perawatan saluran akar

dapat ditingkatkan dengan menutup saluran akar dan meminimalkan kebocoran

sehingga cairan rongga mulut dan mikro organisme dapat dicegah masuk ke

dalam area periradikular. Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi

berdasarkan pemeriksaan klinis, radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan

radiografis dapat dilakukan dengan mudah, namun evaluasi histologis

memerlukan pemeriksaan laboratorium. Evaluasi klinis dan radiografis dianjurkan

untuk dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan. Kriteria keberhasilan

perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yang dikeluarkan

oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka terhadap perkusi dan

palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodontium, gigi

dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan,

dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan. Berdasarkan gambaran

29

Page 33: Editan Fix 1

radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal

atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura

normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat

mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks.

30

Page 34: Editan Fix 1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Endodonsia adalah suatu ilmu yang merupakan bagian dari ilmu

kedokteran gigi yang mempelajari tentang diagnosa, etiologi,

pencegahan, dan perawatan penyakit serta kelainan yang mengenai

jaringan pulpa akar dan periapikal.

2. Dalam menegakkan suatu diagnosa untuk perawatan endodontik,

diperlukan pemeriksaan lengkap meliputi, pemeriksaan subjektif,

pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan.

3. Perawatan yang tepat sesuai kasus untuk gigi yang mengalami karies

profunda ialah pulp capping. Adapun faktor kegagalan dalam perawatan

endodontik adalah faktor keadaan patologis, faktor penderita, faktor

perawatan, faktor anatomi gigi, kecelakaan prosedural, dan oral higent

pasien.

4.2 Saran

1. Sebagai dokter gigi harus bisa melakukan perawatan endodontik dengan

prosedur yang benar dan tepat.

2. Seorang dokter gigi harus dapat menentukan perawatan yang tepat jika

menemui kasus kelainan pada saluran akar atau periapikal.

31

Page 35: Editan Fix 1

DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1995. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Bence Richard. 1990 Endodontik Klinik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC.

Grossman, Louis I.1995. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa. Rafiah Abiyono. Ed ke-11. Jakarta: EGC.

Harty, FJ. 1993 Endodonti Klinis. Edisi 3. Alih bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates.

Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh.

Sumadi 2003. Perawatan Pulpa Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.

Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika.

Walton and Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia (terjemahan), ed. 3. Jakarta: EGC.

Walton, R. and Torabinejad, M., 2008. Alih bahasa: Narlan S. Lilian J. Ed. Ke-3. Jakarta : EGC.

Walton, Richard E and Torabinejad. 1998. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC.

32