Prognosis Vsd

2
PROGNOSIS VSD Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup besar, terutama pada tahun pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan sangat berkurang pada pasien berusia lebih dari 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkin an lagi di atas usia 6 tahun.Secara keseluruhan, penutupan secara spontan berkisar 40-50%. (Kapita Selekta Kedokteran,2000; Webb GD et al, 2011). Beberapa pasien akan berkembang menjadi penyakit vaskuler obstruktif berupa hipertensi pulmonar akut, Eisenmenger syndrome pada saat terapi referal diberikan sertaterjadinya peningkatan sianosis secara progresif. Penggunaan opsi bedah saat ini memilkimortalitas kurang dari 2% pada pasien isolasi. Mungkin juga akan ditemukan pasien yangmemerlukan transplan paru atau jantung dan paru (Prema R, 2013 Prema R (2013). Ventricular septal defect.http://emedicine.medscape.com/article/892980- overview#aw2aab6b2b2 Diakses pada 31 Januari 2014. Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington AN (2011). Congenital heart disease. In:Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart Disease: ATextbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa: SaundersElsevier:chap 65. Penjelasan prognosis lebih singkat: 1. Dengan bertambahnya umur membuat VSD mengecil, bahkan menutup 2. Sebagian besar menutup pada 2 tahun pertama pada VSD kecil 3. Lebih dari 2 tahun tidak menutup yang menyebabkan dapat menjadi menetap 4. Defek sedang & besar bisa menimbulkan gagal jantung Edukasi

description

Prognosis VSD

Transcript of Prognosis Vsd

Page 1: Prognosis Vsd

PROGNOSIS VSD

Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup besar, terutama pada tahun pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan sangat berkurang pada pasien berusia lebih dari 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan lagi di atas usia 6 tahun.Secara keseluruhan, penutupan secara spontan berkisar 40-50%. (Kapita Selekta Kedokteran,2000; Webb GD et al, 2011).

Beberapa pasien akan berkembang menjadi penyakit vaskuler obstruktif berupa hipertensi pulmonar akut, Eisenmenger  syndrome  pada saat terapi referal diberikan sertaterjadinya peningkatan sianosis secara progresif. Penggunaan opsi bedah saat ini memilkimortalitas kurang dari 2% pada pasien isolasi. Mungkin juga akan ditemukan pasien yangmemerlukan transplan paru atau jantung dan paru (Prema R, 2013

Prema R (2013). Ventricular septal defect.http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview#aw2aab6b2b2   Diakses pada 31 Januari 2014. Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington AN (2011). Congenital heart disease. In:Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart Disease: ATextbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa: SaundersElsevier:chap 65.

Penjelasan prognosis lebih singkat:

1. Dengan bertambahnya umur membuat VSD mengecil, bahkan menutup

2. Sebagian besar menutup pada 2 tahun pertama pada VSD kecil3. Lebih dari 2 tahun tidak menutup yang menyebabkan dapat menjadi  menetap4. Defek sedang & besar bisa menimbulkan gagal jantung

Edukasi

Pemeriksaan antenatal yang rutin sangat diperlukan selama kehamilan. Dengan kontrol kehamilan yang teratur, hal-hal yang dikaitkan sebagai penyebab PJB diatas dapat dihindari atau dikenali secara dini. Hal ini sangat penting untuk mencari solusi dari adanya faktor risiko yang terdapat pada ibu hamil, sebagai contoh pada kasus ibu hamil dengan penyakit gula, kadar gula darah harus dikontrol dalam batas normal selama masa kehamilan.

Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada janin dengan ultrasonografi (USG). Namun, pemeriksaan ini sangat tergantung dengan saat dilakukannya USG, beratnya kelainan jantung dan juga kemampuan dokter yang melakukan ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada saat USG dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari 20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan jantung pada janin, maka

Page 2: Prognosis Vsd

penting untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan fetal ekokardiografi. Dengan pemeriksaan ini, gambaran jantung dapat dilihat dengan lebih teliti.

Selain itu, pencegahan dapat dilakukan pula dengan menghindarkan ibu dari risiko terkena infeksi virus tertentu seperti virus rubella. Dalam hal ini, penting dilakukan untuk dilakukan skrining sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang juga dikenal dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada ibu-ibu hamil di negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang dilakukan oleh karena pertimbangan finansial. Pencegahan infeksi virus rubella dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak erat dengan binatang berbulu yang belum diimunisasi dan menghindari konsumsi makanan mentah / belum matang.

Konsumsi obat-obatan tanpa resep dokter juga harus dihindari karena beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang dikandungnya. Khusus untuk obat-obatan yang sebelumnya atau saat hamil sedang dikonsumsi harus dibicarakan secara khusus dengan dokter spesialis kebidanan yang menangani pemeriksaan kehamilan.