PRESUS PSORIASIS VULGARIS.docx

24
CASE REPORT PSORIASIS VULGARIS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: Nourma Yustia Sari, S.Ked J510155045 i

Transcript of PRESUS PSORIASIS VULGARIS.docx

CASE REPORTPSORIASIS VULGARIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh:

Nourma Yustia Sari, S.KedJ510155045

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015i

PSORIASIS VULGARIS

CASE REPORTDiajukan Oleh :

Nourma Yustia Sari, S.Ked (J510155045)

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah SurakartaPada hari,tanggalPembimbing:dr. Hj. Flora Ramona S.P., M.Kes, Sp.KK (.........................................)

dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK(.........................................)

Dipresentasikan dihadapan:dr. Hj. Flora Ramona S.P., M.Kes,Sp.KK(.........................................)

dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK(.........................................)

Disahkan Ka. Prodi Profesi FK UMS :dr. D. Dewi Nirlawati(.........................................)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015

Psoriasis Vulgaris

Nourma Yustia SariStase Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFK UMS / RS PKU MuhammadiyahSurakarta

PENDAHULUANPsoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar dan tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat, disertai fenomena tetesan lilin.1,2 Kasus psoriasis semakin sering dijumpai, meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik.2Insiden puncak terjadi pada usia 22,5 tahun (pada anak-anak usia rata-rata onset adalah 8 tahun) dan pada orang tua sekitar usia 55 tahun. Pria dan wanita memiliki frekuensi yang sama. Onset awal memprediksikan lama dan keparahan penyakit, psoriasis biasanya disertai dengan riwayat keluarga yang positif psoriasis.3Etiologi psoriasis masih belum jelas, namun autoimun diduga sebagai penyebabnya.2 Sifat poligenik ketika salah satu orangtua memiliki psoriasis 8% dari anak berisiko psoriasis; ketika kedua orangtua memiliki psoriasis 41% dari anak berisiko psoriasis.3 Jenis HLA yang paling sering dikaitkan dengan psoriasis adalah HLA-B13, -B17, -Bw57 dan yang paling penting HLA-Cw-6 yang memperkenalkan antigen ke sel T CD8+.3 Gambaran klinis berupa makula eritematous, berbatas tegas, ditutupi skuama kasar berwarna putih mengkilat. Jika skuama digores dengan benda tajam menunjukkan tanda tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan maka timbul tanda Auspitz dengan bintik-bintik darah. Dapat pula menunjukkan fenomena Koebner atau reaksi isomorfik, yaitu timbulnya lesi psoriasis pada bekas trauma/garukan. Besarnya lesi bervariasi: lentikular, numular, plakat, dan dapat berkonfluensi.1,2

Pengobatan yang digunakan pada pasien psoriasis vulgaris adalah pengobatan yang memiliki spektrum luas, baik topikal maupun sistemik.4

Pada makalah ini akan dilaporkan satu kasus mengenai psoriasis vulgaris. Pembahasan laporan ini lebih ditekankan pada masalah ketepatan pengobatan. Kesalahan pengobatan pada kasus ini biasanya dikarenakan oleh ketidak tepatan pengobatan yang dilakukan pasien sendiri.

KASUSPria, 49 tahun, buruh, datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 27 April 2015 dengan keluhan utama timbul gatal pada seluruh tubuh sejak 6 bulan yang lalu. 6 bulan SMRS pasien mengaku timbul kemerahan dan gatal pada regio cruris dextra et sinistra, diikuti pada regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis. Untuk menghilangkan kemerahan dan gatal, pasien membeli obat kortikosteroid oral di apotik. Dua hari setelah pemakaian obat tersebut, lesi menjadi semakin meluas dan gatal. 1 hari SMRS, pasien merasa sangat gatal sehingga pasien selalu ingin menggaruk, kemudian pasien dibawa istrinya ke IGD RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Pasien dirawat di ruang multazam kelas III/B10Pada pemeriksaan fisik tanggal 28 April 2015, keadaan umum pasien baik, status gizi kesan cukup, compos mentis, dan tanda vital dalam batas normal. Pasien merasa gatal dan ingin menggaruk. Status dermatologis pada regio cruris dextra et sinistra, regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis plakat erythematous multiple sebagian ditutupi skuama putih keperakan tebal dan pada regio malleolus medial dextra erosi 2cm (Gambar 1).

Status Dermatologis

Gamba Gambar 1

Pada pemeriksaan fisik tanggal 29 April 2015 masih sama seperti tanggal 28 April 2015. Pada pemeriksaan fisik tanggal 30 April 2015 keadaan umum pasien baik, status gizi kesan cukup, compos mentis, dan tanda vital dalam batas normal. Pasien merasakan keluhan gatal dan keinginan menggaruk sudah berkurang. Status dermatologis pada regio cruris dextra et sinistra, regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis plakat erythematous multiple sebagian ditutupi skuama putih keperakan tebal dan pada regio malleolus medial dextra erosi 2cm (Gambar 2). Pasien sudah boleh pulang pada tanggal 1 Mei 2015.

Gambar 2

Tanggal 9 Mei 2015Pada saat kontrol pertama di poli kulit dan kelamin RS PKU Muhammadiyah Surakarta pasien merasa gatal. Status dermatologis pada regio cruris dextra et sinistra, regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis plakat erythematous multiple sebagian ditutupi skuama putih keperakan sudah berkurang dan pada regio malleolus medial dextra erosi (-) (Gambar 3).

Gambar 3

Tanggal 13 Mei 2015Pada saat kontrol kedua di poli kulit dan kelamin RS PKU Muhammadiyah Surakarta pasien merasakan keluhan gatal sudah berkurang. Status dermatologis pada regio cruris dextra et sinistra, regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis plakat erythematous multiple sebagian ditutupi skuama putih keperakan sudah berkurang dan pada regio malleolus medial dextra erosi (-) (Gambar 4).

Gambar 4Diagnosis banding untuk kasus ini adalah psoriasis vulgaris, dermatitis seboroik, pityriasis rosea. Pada kasus ini dapat diusulkan pemeriksaan histopatologi yang digunakan untuk menunjukkan akantosis, papilomatosis, hiperkeratosis, parakeratosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan monosit serta vasodilatasi pembuluh darah.1,2 Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis kerja yang diajukan adalah psoriasis vulgaris.

PEMBAHASANPsoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar dan tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat, disertai fenomena tetesan lilin.1,2Etiologi psoriasis masih belum jelas, namun autoimun diduga sebagai penyebabnya.2 Faktor-faktor yang memperbesar risiko timbulnya psoriasis vulgaris adalah:1. Faktor GenetikSekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit keluarga yang juga menderita psoriasis. Sifat poligenik ketika salah satu orangtua memiliki psoriasis 8% dari anak berisiko psoriasis; ketika kedua orangtua memiliki psoriasis 41% dari anak berisiko psoriasis.2,3 Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu, psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersifat nonfamilial.22. Faktor ImunologikDefek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga jenis sel yaitu, limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis umumnya ditemukan limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit limfositik dalam epidermis. 3. Faktor PencetusPenyebab dan pathogenesis psoriasis vulgaris belum diketahui dengan pasti, secara patologis terjadi proliferasi yang berlebihan pada keratinosit dan peradangan kronis, sehingga penyakit ini bersifat kronik residif. Faktor pencetus yang berhubungan dengan psoriasis, seperti kelainan autoimun, trauma mekanik, infeksi staphylococcus, stress psikologis.Pada kasus ini faktor yang dapat memperbesar risiko timbulnya psoriasis vulgaris adalah stress psikologis.Gambaran klinis berupa makula eritematous, berbatas tegas, ditutupi skuama kasar berwarna putih mengkilat. Jika skuama digores dengan benda tajam menunjukkan tanda tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan maka timbul tanda Auspitz dengan bintik-bintik darah. Dapat pula menunjukkan fenomena Koebner atau reaksi isomorfik, yaitu timbulnya lesi psoriasis pada bekas trauma/garukan. Besarnya lesi bervariasi: lentikular, numular, plakat, dan dapat berkonfluensi.1,2Pada kasus ini, dapat di diagnosis psoriasis vulgaris. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan pasien mengeluh timbul kemerahan dan gatal pada regio cruris dextra et sinistra, diikuti pada regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis sejak 6 bulan SMRS dan lesi semakin bertambah luas setelah menggunakan obat yang dibeli sendiri di apotik. Pasien juga merasa sangat gatal sehingga selalu ingin menggaruk. Pada kasus ini, tempat predileksi psoriasis vulgaris di regio cruris dextra et sinistra, regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis. Usia pasien ini adalah 49 tahun dimana terjadinya psoriasis vulgaris ini adalah pada orang tua.Berdasarkan anamnesa, faktor-faktor yang mendukung timbulnya psoriasis vulgaris ini yaitu : Lesi semakin bertambah luas dan merasa sangat gatal setelah penggunaan obat yang dibeli sendiri di apotik.Pada pemeriksaan kulit ditemukan erythematous multiple sebagian ditutupi skuama putih keperakan tebal pada regio cruris dextra et sinistra, regio femur dextra et sinistra, regio thorax, regio abdomen, regio brachii dextra et sinistra dan regio capitis.Adapun diagnosis banding pada kasus ini adalah sebagai berikut1. Dermatitis SeboroikDermatitis seboroik, dimana gambaran klinis dari dermatitis seboroik yaitu berupa makula erythematous ditutupi oleh papul-papul miliar berbatas tak tegas, dan skuama berminyak (kekuningan).2. Pityriasis RoseaPityriasis rosea dimana gambaran klinis dari pityriasis rosea yaitu berupa makula eritroskuamosa anular dan solitar, bentuknya lonjong dengan tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik.sumbu panjang lesi sesuai dengan garis lipatan kulit dan kadang-kadang menyerupai pohon cemara.Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu bisa secara topikal dan/atau secara sistemik. Obat-obat topikal yang digunakan yaitu kortikosteroid yang bersifat anti inflamasi. Sedangkan obat sistemik yang digunakan pada kasus ini diantaranya yaitu : Cetirizine : merupakan antihistamin selektif, antagonis reseptor H1 perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine bekerja menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi. Pada kasus digunakan antihistamin karena pasien mengeluh adanya gatal yang hebat.Prognosis pada pasien ini adalah baik tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronik residif.

RINGKASANDilaporkan sebuah kasus dengan Psoriasis Vulgaris pada seorang pria, 49 tahun berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja psoriasis vulgaris. Pada pasien ini diberikan terapi oral cetirizine 2x1 dan diberikan terapi topikal inerson ointment 2 kali sehari dioleskan pada kepala, perut, punggung, lengan, tangan, paha, kaki dan kompres NaCl 2 kali sehari selama 15 menit pada mata kaki kanan, setelah itu dilanjutkan pemberian gentamycin cream 2 kali sehari. Setelah pengobatan tersebut terdapat perubahan berupa plakat erythematous multiple sebagian ditutupi skuama putih keperakan berkurang dan rasa gatal yang berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R., S.. 2005. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.

2. Djuanda, A.. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa, dalam Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke 5. Balai Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

3. Fitzpatrick, T., B., & Beatrice, F.. 2005. Color Atlas &Synopsis of Clinical Dermatology. USA: McGraw-Hill.

4. Fitzpatrick, T., B., & Irwin, M., F.. 2008. Dermatology in General Medicine. USA: McGraw-Hill.

5