Presus Psoriasis Kulit

42
PRESENTASI KASUS PSORIASIS Disusun oleh : KRISTIAN 1110221094 Dokter Pembimbing : Dr. Ismiralda Oke, Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO

Transcript of Presus Psoriasis Kulit

Page 1: Presus Psoriasis Kulit

PRESENTASI KASUS

PSORIASIS

Disusun oleh :

KRISTIAN 1110221094

Dokter Pembimbing :

Dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2011

Page 2: Presus Psoriasis Kulit

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

PSORIASIS

Diajukan untuk memenuhi syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal JULI 2012

Disusun oleh :

Kristian

Purwokerto, Juli 2012

Dokter Pembimbing,

Dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

Page 3: Presus Psoriasis Kulit

I. STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. W

Usia : 60 tahun

Alamat ` : Tegal Reja 04/05, Purwokerto

No. RM : 76-29-52

Tanggal Periksa : 11 Juli 2012

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) Keluhan utama : gatal di daerah punggung yang menyebar ke tangan

Keluhan tambahan : timbul beberapa bercak-bercak merah yang bersisik kasar

dari hari ke hari.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien wanita datang dengan keluhan utama gatal di daerah punggung yang

menjalar ke bagian tangan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu. Sebenarnya

pasien telah berobat ke dokter umum 2 minggu yang lalu tetapi tidak sembuh.

Awalnya pasien mengira keluhan tersebut hanya sebagai biang keringat dengan

ditandai muncul bintik-bintik kemerahan. Tetapi, makin lama makin melebar

menjadi bercak-bercak kemerahan tersebut lalu bersisik kasar. Muncul bercak-

bercak merah yang disertai dengan sisik kasar hampir diseluruh tubuh.

Gatal terutama dirasakan pada saat berkeringat dan malam hari..

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pernah tidak pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini.

Pasien menyangkal adanya penyakit darah tinggi, kencing manis dan alergi

makanan maupun obat.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Page 4: Presus Psoriasis Kulit

Pasien tinggal bersama suami dengan dua orang anak dalam satu rumah dengan

profesi sebagai ibu rumah tangga saja.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda vital : Tekanan darah : 130/90

Nadi : 80 kali per menit

Respiratory rate : 16 kali permenit

Suhu : 36.8oC

BB : 68.5 kg

TB : 158 cm

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva dekstra et sinistra tidak anemis

sklera dekstra et sinistra tidak ikterus

Hidung : discharge tidak ada

Telinga : discharge tidak ada

Mulut : tidak sianosis

Leher : tidak ada pembesaran limfonodi regio servikal

Thoraks : cor et pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstrimitas superior et inferior dekstra : tidak edem, akral hangat.

Page 5: Presus Psoriasis Kulit

Status regionalis :

Region scapularis dekstra

Efloresensi : tampak plak eritema sirkumstrip yang multiple berukuran numular

dengan skuama yang menebal dan transparan.

Resume

Anamnesis

Pasien wanita usia 60 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSMS tanggal 11

Juli 2012 dengan keluhan gatal di bagian punggung yang menjalar ke tengkuk

sejak dua bulan lalu. Sudah mengalami keluhan yang serupa hampir satu bulan

yang lalu dan pernah berobat ke dokter umum sebelumnya. Penyakit sering

kambuh-kambuhan. Ditandai dengan bercak – bercak kemerahan yang awalnya

seperti gigitan nyamuk, kemudian makin lama melebar dan diatasnya terdapat

skuama yang kasar tanpa digaruk. Seluruh tubuh pasien ada bercak-bercak

tersebut, tetapi kini telah membaik, hanya kambuh pada bagian punggung.

Keluhan dirasakan memberat jika dalam kondisi berkeringat dna membaik jika

Page 6: Presus Psoriasis Kulit

diobati salep dari dokter, tidak ada riwayat alergi dan penyakit yang sama dalam

keluarga.

Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : baik.

Kesadaran : compos mentis.

Tanda vital : Tekanan darah : 130/90

Nadi : 80 kali permenit

Respiratory rate : 16 kali permenit

Suhu : 36.8oC.

Status generalis : dalam batas normal

Status lokalis :

Regio scapularis dekstra :

Efloresensi : tampak plak eritema sirkumstrip yang multiple berukuran numular

dengan skuama yang menebal, berlapis-lapis dan transparan.

D. Diagnosis

Psoriasis

E. Differential Diagnosis

Parapsoriasis

Pitiaris rosea

Dermatitis seboroik

F. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada usulan pemeriksaan penunjang pada pasien ini

G. Penatalaksanaan

Medikamentosa :

Metotrexat tablet 2.5 mg 1 kali per hari selama 14 hari (diminum sesuai

jadwal)

Asam folat tablet 5 mg 1 kali sehari

Curcuma tablet 1 kali sehari

Antihistamin 10 mg 2 kali sehari

Obat topikal

Page 7: Presus Psoriasis Kulit

Salep deksametason

Preparat Ter

Preparat Tartarozen

Emolien

Edukasi

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya

Menjelaskan prognosis penyakit

Menghindari faktor-faktor kekambuhan penyakit.

Menjelaskan pasien agar teratur dalam mengkonsumsi obat dan pemakaian

obat salep

Page 8: Presus Psoriasis Kulit

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiPsoriasis merupakan suatu penyakit kulit autoimun yang bersifat kronik dan

residitif ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama

yang kasar, berlapis-lapis dan transparan. Apabila skuama yang kasar itu dikerok

maka hasil kerokan tersebut menyerupai tetesan lilinyang dikenal dengan

fenomena Auspitz dan Kobner. Nama lain dari psoriasis juga biasa disebut

dengan psoriasis vulgaris. (Djuanda, 2006)

B. Epidemiologi

Psoriasis dapat terjadi pada usia dini. Puncak usia terkena psoriasis berada

pada usia sekitar 22 tahun, tetapi pada masa anak-anak psoriasis dapat menyerang

pada usia 8 tahun. Penyakit ini juga dapat menyerang pada usia senja yakni usia

55 tahun. Serangan psoriasis yang terjadi pada onset yang ini memprediksikan

penyakit ini lebih parah dan berlangsung lama dan keadaan ini menunjukkan juga

adanya riwayat keluarga dengan psoriasis. Perbandingan antara pria dan wanita

sama pada kasus ini.

Psoriasis dapat diturunkan bila terdapat anggota keluarga yang mengalami

psoriasis. Apabila salah satu dari orang tua menderita psoriasi, kemudian penyakit

ini akan diturunkan kepada anaknya berkisar 8% ; sedangkan jika kedua orangtua

menderita psoriasis, persentase penyakit akan diturunkan 41% kepada anaknya.

Terdapat bukti adanya system imun tipe gen HLA pada suatu keluarga yang

berkaitan mengenai psoriasis. Beberapa tipe HLA yang berpengaruh dalam

patogenesis psoriasis yakni HLA-B13, -B17, -Bw157 dan yang paling penting

adalah HLA-Cw6. (Fritzpatrick, 2003)

Page 9: Presus Psoriasis Kulit

C. Etiologi

Beberapa etiologi dapat mencetuskan seseorang menderita psoriasis. Etiologi

tersebut berasal dari faktor keadaan lingkungan, kebiasaan hidup, genetik dan

faktor imunologis. ( Meffert et al, 2012)

1) Faktor lingkungan

Stress diketahui paling berpengaruh terhadap ekasaserbasi dari kejadian

psoriasis. Selain stress, faktor lain yang berpengaruh adalah udara dingin,

adanya trauma, infeksi (Staphylococcus aureus, Streptococcus aureus, Human

Immunodeficiency Virus), alkohol dan obat-obatan (penghentian tiba-tiba

konsumsi kortikosteroid sistemik, aspirin, litium, beta – blocker, obat

antimalaria, botulinum A). Stress diduga dapat memperparah psoriasis,

beberaap peneliti menyatakan psoriasis merupakan penyakit yang

berhubungan dengan stress. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan

neurotransmitter pada plak psoriasis.

2) Faktor imunologis

Bukti menunjukkan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Penelitian

menunjukkan adanya peningkatan sirkulasi TNF-α dalam kulit. Pemberian

TNF-α sebagai terapi berhasil dengan sukses. Peningkatan aktivitas sel

limfosit T memainkan peran penting dalam pathogenesis psoriasis dalam

pembentukan plak.

3) Faktor genetik

Psoriasis dapat dikatakan sebagai penyakit genetik seperti yang telah

diterangkan sebelumnya. Terdapat peran dari alel Human Leukocyte Antigents

(HLA), terutama HLA-Cw6. Psoriasi dalam keluarga memiliki pola dominan

autosomal. Sebuah penelitian meta-analisis menunjukkam terdapatnya dua

gen LCE yang terhapus, yakni LCE3C dan LCE3B. Kedua gen tersebut

menjadi faktor genetik umum kerentanan seseorang terhadap psoriasis.

(Riviera Munoz, 2011)

Page 10: Presus Psoriasis Kulit

D. Patofisiologi Psoriasis

Kulit sebagai organ terluar tubuh memiliki system imun dan komponen

leuler yang penting. Lapisan epidermis kulit tersusun sistem imun yang utama,

seperti keratinosit, sel Langerhans, sel Dendritik, limfodit intraepidermal. Lapisan

dermis juga terdapat komponen sel imun berupa sel T dan makrofag. Keratinosit

sendiri menghasilkan berbagai sitokin yang merupakan bagian dari proses

terjadinya reaksi imun. Sitokin-sitokin tersebut IL-1, IL-6, IL-10, TGF-β dan

TNF-α. Sel Langerhans, dendritik, makrofag dan sel T mempunyai reseptor TCR

dan Fc-R yang akan memberikan spesifisitas terhadap respon imun.sel dermis

mengandung dua subtype dari sel T yakni CD4+ dan CD 8+ . Komponen sistem

imun kulit memiliki istilah SALT yang terdiri dari sel keratinosit, sel Langerhans

intraepitel sebagai sel APC dan respon imun. (Baratawidjaja, 2006)

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, psoriasis merupakan suatu penyakit

autoimun yang terjadi akibat respon imun seluler atau humoral spesifik terhadap

konstituen-konstituen jaringan tubuh sendiri. (Dorland, 2000). Mekanisme

terjadinya psoriasis melibatkan beberapa sistem imun kulit yang telah disebutkan

sebelumnya.

Berdasarkan hipotesis yin dan yang, proses pembentukan lesi psoriasis

melibatkan sel keratinosit dan sel polimorfonukelar pada lapisan epidermis.

Mekanisme berjalan sangat komplek melibatkan keseimbanagan antara dua tipe

sistem imun baik sistem imun bawaan dan yang didapat, serta berbagai faktor dari

produksi keratinosit yang memberikan efek terhadap sel T dan sel dendritik atau

sebaliknya.

Berbagai faktor pencetus yang telah diketahui mampu menrespon sistem imun

di kulit. Antigen arau faktor pencetus akan merespon sistem imun yakni sel

keratonosit akan memproduksi sitokin-sitokin yang akan menarik sel neutrofil

untuk masuk ke jaringan kulit. Selain itu, palsmatocid sel Dendritik akan

teraktivasi dan menghasilkan CD11c+ sel dendritik. Sel dendritik CD11c + akan

Page 11: Presus Psoriasis Kulit

memproduksi sejumlah sitokin (IL-23 dan IL-20) yang berpotensi mengaktivasi

sel T dan keratinosit. Produksi sitokin – sitokin oleh keratinosit yang telah

teraktivasi juga akan menyebabkan penarikan sel T (CD4+ dan CD 8+) ke lapisan

epidermis dan dermis. Adanya reaktivasi sel T, sel-sel polimorfonuklear,

sejumlah sitokin (TNF-α) yang menyebabkan peradangan menyebabkan

kerusakan lapisan epidermis, hiperproliferasi epidermis, angiogenesis pada dermis

dan peningkatan akumulasi sebukan sel radang yang dapat dijumpai pada lesi

psoriasis. (Lowes et al, 2007)

Perbandingan lapisan kulit normal dengan lesi psoriasis.

E. Manifestasi Klinis

Penderita psoriasis umumnya mengeluh gatal-gatal. Biasanya gatal semakin

diperberat saat tubuh berkeringat. Lesi bisa terdapat dimana saja, seperti scalp .

perbatasan daerah kepala dengan wajah, ekstrimitas bagian ekstensor (siku dan

lutut), punggung dan bagian lumbosaral. Lesi awal yang muncul dikulit berupa

Page 12: Presus Psoriasis Kulit

makula dan papula eritematosa dengan ukuran mencapai lentikular-numular yang

menyebar secara sentrifugal. Efloresensi yang dapat dijumpai adalah plak

eritematosa besarnya dapat dari miliar hingga nummular dan dengan bentuk yang

beragam, dapat arsinar, sirsinar ataupun polisklik. Plak eritem sirkumstrip dan

merata dan diatasnya terdapat skuama yang berlapis-lapis, kasar dan berwarna

putih mika transparan. Apabila psoriasis ini dalam masa penyembuhan, eritema

yang berada di tengah kaan menghilang dan hanya terdapat pada bagian tepi.

Pada skuama, apabila skuama digoreskan dengan menggunakan benda

tajam menunjukkan tanda tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan akan timbul

fenomena Auspitz dengan bintik-bintik darah. Daerah bekas trauma atau garukan

tadi akan menimbulkan fenomena Kobner 3 minggu kemudian. Kelainan psoriasis

tidak hanya terjadi di kulit. kuku dan sendi juga dapat menunjukkan kelainan

penderita psoriasis. Kelaianan kuku yang muncul berupa pitting nail yakni

lekukan-lekukan miliar di kuku. ( Djuanda, 2006 ; Siregar. 2005)

Bentuk klinis :

1. Psoriasis vulgaris

Psoriasis yang paling sering ditemukan. Lesi berupa plak eritema multiple

sirkumpstrip dengan skuama yang tebal di atasnya.

Page 13: Presus Psoriasis Kulit

2. Psoriasis Gutata

Lesi yang ditimbulkan berukuran kecil seperti tetesan air dengan diameter 1

cm. munculnya secara mendadak, biasanya muncul setelah penderita

mengalami penyakit saluran nafas atas sehabis influenza atau morbili. Infeksi

yang paling sering oleh bakteri Streptococcus aureus. Psoriasis bentuk gutata

sering dijumpai pada anak-anak dan dewas muda. Umumnya bentuk sisik

tidak tampat, tetapi akan tampak setelah ada goresan atau gesekan. Lesi

tersebar terpisah antara satu lesi dnegan lesi lainnya. Biasanya lesi psoriasis

dapat sembuh secara spontan selama beberapa minggu, tetapi biasanya akan

kembali muncul dan akan menjadi psoriasis kronik atau permanen psoriasis.

3. Psoriasis Inversa

Psoriasis yang terletak pada daerah fleksor, seperti siku, lutut dan lipatan-

lipatan tubuh lainnya.

4. Psoriasis eksudativa

Kelainan yang ditampakkan kering dan kelainan menyerupai dermatitis akut.

Page 14: Presus Psoriasis Kulit

5. Psoriasis seboroik

Kelainan yang diperlihatkan merupakan gabungan antara psoriasis dengan

dermatitis seboroik. Pada lesi ini akan didapatkan skuama yang berminyak

dan sedikit lunak. Berlokasi didaerah seboroik.

6. Psoriasis pustulosa

Bentuk ini terbagi menjadi dua :

1. Psoriasis pustulosa palmoplantar

Psoriasis jenis ini bersifat kronik dan residitif, mengeni telapak tangan

atau telapak kaki atau keduana. Lesi yang tampak berupa kelompok-

kelompok pustule yang kecil steril dan dalam di atas kulit yang eritema

serta disertai dengan rasa gatal.

Page 15: Presus Psoriasis Kulit

2. Psoriasis pustulosa generalisata akut

Psoriasis yang muncul akibat pengkonsumsian obat-obatan seperti

kortikosteroid, antibiotic golongan penisilin dan derivatnya serta antibiotic

betalaktam lainnya berupa sulfapiridin, morfin, sulfanomida. Selain itu

juga bisa dicetuskan oleh keadaan hipokalsemi, sinar matahari, stress

emosional dan infeksi bakteri ataupun virus.

Psoriasis ini dapat menyerang pada penderita yang sedang atau telah

menderita psoriasis atau bahkan pada penerita yang belum pernah

mengalami psoriasis. Lesi yang diperlihatkan berupa plak psoriasis yang

sudah ada semakin eritematosa, dan diikuti eritemosa dan edematosa pada

kulit yang normal selama beberapa jam kemudian. Timbul pula pustule-

pustul miliar diatas plak tersebut. Gejala awal sebelum muncul lesi

tersebut, penderita akan mengalami nyeri, hiperalgesia yang juga disertai

dengan gejala prodormal seperti demam, nausea, malaise dan anoreksia.

Page 16: Presus Psoriasis Kulit

7. Eritroderma psoriatik

Bentuk ini muncul sebagai akibat penggunaan obat topical yang terlalu kuat

atau penyakit yang semakin meluas. Lesi yang timbul umumnya sudah sangat

eritema dengan skuama yang semakin menebal secara universal.(Djuanda,

2006 ; Frtzpatrick, 2003)

F. Histopatologi

Gambaran histopatologi psoriasis menunjukkan adanya penebalan pada lapisan

epidermis (akantosis) dan penipisan dari epidermis atas yang memanjang sampai

papilla dermis. Peningkatan permbelahan mitosis dari keratinosit, fibroblas, dan

sel endothelial. Terdapat parakeratosis hyperkeratosis. Sel dermis yang

mengalami inflamasi terdapat akumulasi sel radang limfosit dan monosit,

Page 17: Presus Psoriasis Kulit

sedangkan di lapisan epidermis terdapat sebukan sel radang polimorfonuklear.

(Frtzpatrick, 2003)

G. Penegakkan Diagnosis

Penegakkan diagnosis psoriasis didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan

klinis kulit. anamnesis akan didapatkan informasi dari pasien berupa adanya rasa

gatal dan timbul kelainan lesi kemerahan padat dengan sisik yang makin lama

makin menebal tanpa adanya garukan. Adanya riwayat keluarga yang sama

dengan keluhan pasien mengindikasikan bahwa penyakit tersebut diturunkan

genetik. Hasil pemeriksaan klinis akan ditemukan lesi plak eritema yang

sirkumstrip, berskuama tebal, kasar dan berwarna putih mika transparan.

Predileksi dapat terjadi di scalp . perbatasan daerah kepala dengan wajah,

ekstrimitas bagian ekstensor (siku dan lutut), punggung dan bagian lumbosaral.

H. Diagnosis Banding

1. Parapsoriasis en plaque

Parapsoriasis juga tergolong pada penyakit dermatosis eritoskuamosa yang

perjalananan penyakitnya juga kronik dan munculnya perlaha-lahan.

Efloresensi yang ditampakkan eritema dan skuama. Bercak eritema umumnya

permukaannya datar, bulat atau lonjong dengan sedikit skuama, berwarna

merah jambu, coklat atau agak kuning.

2. Pitiariasis rosea

Penyakit kulit golongan dermatosis eritroskuamosa yang penyebabnya belum

diketahui. Lesi berupa eritema dan skuama yang halus. Lesi memberi

gambaran anular dan soliter, bentuk lonjong dan hampit tidak nyata meninggi.

Lesi berjumlah multiple dan sejajar dengan dengan kosta menyerupai pohon

cemara terbalik.

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik menunjukkan lesi berupa eritema dengan skuama yang

berminyak dan agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas dan lebih

terkena pada daerah yang seboroik.

Page 18: Presus Psoriasis Kulit

I. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa sistemik

a) Kortikosteroid

Kortikosteroid diketahui memiliki efek anti-inflamasi dan

immunosupresif. Kortisol dan analog sintetik dapat mencegah atau

menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat

kimia,mekanik, atau alergen. Secara mikroskopik obat ini menghambat

fenomena inflamasi dini, yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler,

migrasi leukosit ke jaringan yang mengalami inflamasi aktivitas

fagositosis. Kortikosteroid juga menekan inflamasi yang telah lanjut,

seperti proliferasi fibroblast dan kapiler, pengumpulan kolagen dan

pembentukan sikatriks. Hal ini dikarenakan efek kortisol yang menekan

cytokine dan chemokyn inflamasi serta mediator inflamasi lainnya seperti

lipid dan glikoprotein. Pemberian kortikosteroid sistemik hanya pada

kasus psoriasis eritroderma, arthritis psoriasis dan psoriasis pustulosa.

Preparat yang diberikan adalah prednisone dengan dosis rendah antara 30-

60 mg. jika gejala klinis telah kurang, dosis di tapering off.

b) Obat sitostatik

Berdasarkan National Psoriasis Foundation Consensus Conference 2009

metotrexat sebagai terapi dalam penatalaksanaan psoriasis dan psoriasis

bentuk apapun. Metotrexat merupakan sebuah obat sitostatik antimetabolit

dan antifolat. Obat ini bekerja pada penyakit autoimun seperti psoriasis

dengan cara menghambat aktivasi sel T dan menekan molekul adhesi

intraseluler yang diaktivasi oleh sel T. Pemberian metotrexat harus

memperhatikan kondisi penderita.

Berikut ini kontraindikasi relative dalam peresepan metotrexat :

1. Adanya kelainan fungsi ginjal

2. Adanya peningkatan enzim hepar

3. Hepatitis yang kronik atau rekuren

4. Sirosis

Page 19: Presus Psoriasis Kulit

5. Penderita denga riwayat meminum alcohol

6. Penderita dengan defisiensi imun, seperti HIV

7. Penyakit infeksi yang aktif, seperti TB yang tidak tertangani dengan

baik

8. Vaksin sebelumnya, terutama vaksin dengan bibit yang masih hidup

9. Obesitas

10. Diabetes militus

Sedangkan kontraindikasi absolut pemberian metotrexat adalah :

i. Wanita hamil

ii. Keadaan anemia, leucopenia dan trombositopeni yang signifikan.

Mengingat metotrexat merupakan obat antifolat, maka efek samping

yang tidak diinginkan adalah anemia megaloblastik. Peresepan metotrexat

seharusnya juga diberikan suplemen asam folat sebesar antara 1-5 mg

dosis perhari secara oral. Kemudian karena memiliki efek yang tidak baik

terhadap hepar, juga harus diberikan curcuma dengan dosis 1 x 200mg

tablet sebagai hepatoprotektan. Metotrexat dalam pengobatan psoriasis

diberikan selama 14 hari dalam rentang dosis antara 2.5 – 5 mg/hari.

Dapat diberikan secara mingguan dengan dosis 25 mg dan 50 mg pada

minggu berikutnya. Efek toksik yang berbahaya pada pemberian

metotrexat berupa myelosuppresion, hepatotoxicity, dan pembentukan

fibrosis pada paru.

( Kalb et al,2009 ; Djuanda, 2006 ; Siregar, 2005)

iii. DDS

Diaminodifenilsulfon dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe

Barber dengan dosis 2x100 mg / hari. Efek samping yang dirasakan adalah

anemia hemolitik, methemoglobinemia dna agranulositosis. (Djuanda,

2006)

2. Medikamentosa topikal

a) Kortikosteroid topikal

Page 20: Presus Psoriasis Kulit

Pengolesan obat berupa kortikosteroid topical memberikan hasil yang

baik pada penyakit psoriasis. Pengolesan dapat dilakukan dengan cara

pada daerah skalp, muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih

kortikosteroid potensi sedang. Seperti hidrokortison 0.2%. Sedangkan

pada bagian badan dan ekstrimitas dapat diberikan salep kortikosteroid

potensi kuat seperti dexamethasone 0.25%. Efek jangka panjang

penggunaan salep kortikosteroid topikal dapat berupa tealngiektasis .

b) Preparat Ter

Preparat Ter memperlihatkan hasil yang baik dalam pengobatan

psoriasis karena efeknya sebagai antiradang. Preparat ter ini sering sekali

digunakan oleh dokter. Preparat Ter yang paling efektif untuk mengobati

psoriasis menahun yang berasal dari batubara, sedangkan untuk psoriasis

yang akut dengan preparat Ter yang berasal dari kayu. Konsentrasi yang

digunakan sebesar 2-5%, dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak

ada perbaikan konsentrasi dinaiikan. Agar lebih efektif bisa digabung

dengan asam salisilat 3-3% dan gunakan sebagai salep karena memiliki

daya penetrasi yang baik.

c) Tazaroten

Tazaroten merupakan molekul retinoid asetilinik topikal yang bekerja

dengan menghambat proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi

keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang

menginfiltrasi kulit.

Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05%

dan 0.1%. apabila tazaroten dikombinasi dengan steroid topikal potensi

sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan penyakit. Efek samping

yang ditimbulkan berupa rasa gatal, terbakar, dan eritema pada 30% kasus

bersifat fotosintesis.

Page 21: Presus Psoriasis Kulit

d) Emolien

Efek obat ini melembutkan permukaan kulit pada badan, ekstrimitas atas

dan bawah. Biasanya diberikan dalam bentuk salep dengan bahan dasar

vaselin untuk meninggikan daya penetrasi bahan aktif. (Djuanda, 2006)

J. Prognosis

Psoriasis akut gutata timbulnya secara mendadak dan muncul sebagai bercak-

bercak kemerahan. Psoriasis dapat membaik bila diobati secara adekuat. Tetapi,

penyakit ini bisa mnegalami rekurent sewaktu-waktu. Ketidaknyamanan pasien

dalam hal kosmetik akibat plak-plak pasoriasis yang timbul.

Page 22: Presus Psoriasis Kulit

III. PEMBAHASAN

I. Cara penentuan diagnosis

Gatal merupakan keluhan utama dari pasien penyakit kulit secara umum.

Namun, untuk menentukan diagnosis dari berbagai jenis penyakit kulit yang ada

harus didasarkan dari anamnesis yang mendalam dan pemeriksaan klinis. Setiap

penyakit kulit memiliki ke khasan nya masing-masing dilihat dari bentuk

efloresensinya. Penyakit kulit tersebut dapat bersifat akut atau kronik, dapat hilang

seterusnya bila diobati secara adekuat bahkan ada yang bersifat residitif. Etiologi

nya pun bervariasi dapat Karena adanay infeksi bakteri, virus atau jamur, penyakit

alergi dan autoimun.

Pasien wanita dalam kasus ini mengeluhkan gatal-gatal yang telah dirasakan

kurang lebih sudah 2 tahun lalu ini. Gatal dirasakan terutama pada bagian

punggung dan menjalar ke tengkuk. Beliau rajin kontrol ke rumah sakit mengenai

penyakitnya.Gatal yang beliau rasakan kambuh-kambuhan bila obat yang telah

diberikan telah habis. Baru dua bulan ini keluhan tersebut timbul kembali. Keluhan

gatal dirasakan memberat jika dalam kondisi tubuh yang berkeringat. Pasien selain

mengeluh gatal-gatal, juga timbul suatu bintik – bintik merah yang melebar dan

bersisik dari hari ke hari pada daerah punggung. Pasien juga menyatakan

sebelumnya bintik-bintik merah juga didapatkan pada seluruh tubuh, tetapi sudah

mengalami perbaikan di bagian lain. Pada kepala pasien juga ada keluhan gatal-

gatal dalam bentuk seperti ketombe. Beliau baru merasakan keluhan tersebut saat

dua tahun lalu dan tidak pernah saat masih kecil. Riwayat keluarga pasien tidak

ada yang mengalami penyakit yang sama oleh pasien. Pasien menyangkal tidak

adanya riwayat alergi makanan apapun. Pemeriksaan klinis pada kulit pasien

menunjukkan efloresensi berupa plak eritema yang sirkumstrip dan diatasnya

terdapat skuama yang menebal dan berlapis-lapis serta transparan pada bagian

punggung. Lesi multiple, berukuran plakat dan diskrit.

Apabila ditelaah dari kasus diatas, penyakit kulit pada pasien termasuk

bersifat kronik dan residitif. Hal itu terdapat dari informasi yang didapatkan dari

Page 23: Presus Psoriasis Kulit

informasi pasien yang mengatakan pasien telah mengalami keluhan yang serupa

sudah sejak dua tahun lalu dan kambuh-kambuhan. Penyakit ini bukan disebabkan

oleh alergi karena pasien tidak memiliki riwayat alergi. Riwayat keluarga pasien

tidak ada yang mengeluh keluhan yang sama dengan pasien, sehingga penyakit

kulit tersebut tidak diturunkan secara genetik. Lesi yang berbentuk plak eritema

yang sirkumstrip dengan skuama yang menebal dan transparan pada hasil

pemeriksaan klinis menunjukkan penyakit kulit yang diderita merupakan penyakit

golongan dermatosis eritroskuamosa.

Penegakan diagnosis penyakit kulit pada pasien dalam kasus ini adalah

psoriasis karena ciri-ciri dan ke-khasan yang ditunjukkannya. Penyakit pasien

kasus ini bersifat kronik dan residitif serta ditandai dengan lesi kulit yang berupa

plak eritema yang sirkumstrip dengan skuma transparan yang berlapis-lapis. Hal

tersebut sesuai dengan definisi dari psoriasis yang menunjukkan suatu penyakit

kulit golongan eritoskuamosa disebabkan oleh autoimun, yang bersifat kronik dan

residitif dan ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama

kasar (Djuanda, 2006). Penyakit autoimun sendiri merupakan penyakit yang terjadi

akibat respon imun seluler atau humoral spesifik terhadap konstituen-konstituen

jaringan tubuh sendiri (Dorland, 2000). Terdapat faktor genetik yang

mempengaruhi kejadian psoriasis. Kasus psoriasis ini sepertinya bukan bersifat

genetik. Pasien dalam kasus ini baru mengalami keluhan bukan dari usia dini dan

tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang serupa dengan pasien. Menurut

pustaka, bahwa psoriasis yang terjadi pada usia lebih dini (masa anak-anak)

menunjukkan adanya penyakit genetik yang diturunkan dari kedua orangtuanya

(Fritzpatric, 2003). Kasus psoriasis yang ditemukan pada kedua orang tuanya,

presentase resiko mengalami psoriasis pada anak-anaknya mencapai 30-39%,

sedangkan bila kedua orangtuanya tidak mengalami psoriasis, resiko psoriasis

mencapai 12% (Djuanda, 2006).

II. Penyingkiran diagnosis banding

Diagnosis banding kasus : parapsoriasis, pitiariasis rosea, dermatitis seboroik

1. Parapsoriasis en plaque

Page 24: Presus Psoriasis Kulit

Parapsoriasis juga tergolong pada penyakit dermatosis eritoskuamosa yang

perjalananan penyakitnya juga kronik dan munculnya perlaha-lahan.

Efloresensi yang ditampakkan eritema dan skuama. Bercak eritema umumnya

permukaannya datar, bulat atau lonjong dengan sedikit skuama, berwarna

merah jambu, coklat atau agak kuning. Diagnosis banding parapsoriasis en

plaque dapat disingkirkan karena lesi yang ditunjukkan pasien dalam kasus

berupa plak eritema yang meninggi, berbatas tegas dengan skuama yang

menebal dan trasnparan.

2. Pitiariasis rosea

Penyakit kulit golongan dermatosis eritroskuamosa yang penyebabnya belum

diketahui. Lesi berupa eritema dan skuama yang halus. Lesi memberi

gambaran anular dan soliter, bentuk lonjong dan hampit tidak nyata meninggi.

Lesi berjumlah multiple dan sejajar dengan dengan kosta menyerupai pohon

cemara terbalik. Diagnosis ini dapat disingkirkan karena skuama pada

pitiariasis halus, sedangkan pada pasien ini diatas plak eritema terdapat skuama

yang kasar.

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik menunjukkan lesi berupa eritema dengan skuama yang

berminyak dan agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas dan lebih

terkena pada daerah yang seboroik. Diagnosis banding dermatitis seboroik

dapat disingkirkan melihat skuama yang ditunjukkan pada pasien tidak

berminyak dan berwarna kekuningan.

III. Penatalaksanaan

1. Metotrexat

Pemberian metotrexat efektif dalam mengobati kasus psoriasis. Bisa

mengobati kasus psoriasis dalam bentuk apapun. Obat ini bekerja pada

penyakit psoriasis dengan cara menghambat aktivasi sel T dan menekan

molekul adhesi intraseluler yang diaktivasi oleh sel T. Pemberian

metotrexat harus memperhatikan kondisi penderita. Pemberian dosis

metotrexat dalam pasien ini sebesar 2.5 mg. Selain itu, senyawa ini

Page 25: Presus Psoriasis Kulit

menghambat asam dihidrofolat reduktase yang menyebabkan

penghambatan asam folat. Defisiensi asam folat menyebabkan anemia

megaloblastik. Metotrexat juga bersifat hepatotoksik, untuk sangat

dikotraindikasikan pemberian obat ini pada pasien dengan gangguan

hepar. Peresepan metotrexat dalam pengobatan psoriasis juga harus

diberikan suplemen asam folat 5 mg / hari dan curcuma sebagai

hepatoprotektan.

2. Antihistamin H1

Pemberian antihistamin H1 pada kasus ini diindikasikan karena gatal

sebagai keluhan utama pasien. Obat ini bekerja dengan menghambat

mediator histamine 1di perifer yang terbentuk dari reaksi imunologi.

Sediaan yang diberikan pada pasien ini loratadine 10 mg yang diminum

dua kali sehari.

Pemberian obat topikal

Kortikosteroid, preparat Ter, tazaroten dan emolien

1. Kortikosteroid topikal

Pengolesan obat berupa kortikosteroid topical memberikan hasil yang

baik pada penyakit psoriasis. Pengolesan dapat dilakukan dengan cara

pada daerah skalp, muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih

kortikosteroid potensi sedang. Seperti hidrokortison 0.2%. Sedangkan

pada bagian badan dan ekstrimitas dapat diberikan salep kortikosteroid

potensi kuat seperti dexamethasone 0.25%. Efek jangka panjang

penggunaan salep kortikosteroid topikal dapat berupa telangiektasis.

Karena predileksi lesi berada di bagian punggung, maka salep

kortikosteroid yang diberikan pada pasien ini deksametason. (Lebwohl,

2005)

Page 26: Presus Psoriasis Kulit

2. Preparat Ter

Peraparat ter memperlihatkan hasil yang baik dalam pengobatan

psoriasisn karena efeknya sebagai antiradang. Preparat ter ini sering

sekali digunakan oleh dokter. Preparat ter hanya dipakai pada kasus

kronik. Hal ini sesuai kondisi penyakit pasien yang bersifat kronik

karena sudah berlangsung hamper 2 tahun. Preparat Ter yang paling

efektif untuk mengobati psoriasis menahun yang berasal dari batubara,

sedangkan untuk psoriasis yang akut dengan preparat Ter yang berasal

dari kayu. Konsentrasi yang digunakan sebesar 2-5%, dimulai dengan

konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaiikan.

Agar lebih efektif bisa digabung dengan asam salisilat 3-3% dan

gunakan sebagai salep karena memiliki daya penetrasi yang baik.

Sediaan preparat ter berupa salep hidrofilik, yakni likuor karbonis

deterjen 5%. (Djuanda, 2006)

3. Emolien

Efek obat ini melembutkan permukaan kulit pada badan, ekstrimitas

atas dan bawah. Kerja emolien dalam melembutkan kulit dengan

meningkatkan hidrasi kulit dengan cara menurunkan evaporasi.

Biasanya diberikan dalam bentuk salep dengan bahan dasar vaselin

untuk meninggikan daya penetrasi bahan aktif. (Djuanda, 2006).

Page 27: Presus Psoriasis Kulit

Prognosis

Penyakit psoriasis merupakan kondisi seumur hidup dan obat-obat yang

diberikan hanya mengontrol gejala yang timbul saja. Penyakit ini akan terus

cenderung berulang seperti yang dialami oleh pasien dalam kasus ini. Psoriasis

mungkin juga bisa menurunkan kualitas hidup seseorang. Timbulnya plak-plak

psoriasis disekujur tubuh pasien akan mempengaruhi kosmetika penampilan.

Penderita ini mungkin akan terlihat malu dan tidak nyaman dengan penampilannya.

Biaya pengobatan juga perlu dipertimbangkan.

Page 28: Presus Psoriasis Kulit

IV. KESIMPULAN

1. Diagnosis pasien dalam kasus ini adalah didasarkan pada hasil anamnesis dan

pemeriksaan klinis.

2. Tidak terlalu berpengaruhnya pemeriksaan penunjang yang dilakukan, karena

dalam menegakkan diagnosis ini dari pemeriksaan fisik dan anamnesis sudah

cukup.

3. Pengobatan psoriasis terbagi kedalam pengobatan sistemik dan topical.

4. Pasien dengan psoriasis akan mengalami kekambuhan sepanjang hidupnya dan

menjalani perawatan untuk mengontrol tanda dan gejalanya.

5. Psoriasis dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dilihat dari

ketidaknyamanan penderita terhadap plak-plak psoriasis yang timbul ditubuh

penderita.

Page 29: Presus Psoriasis Kulit

Daftar Pustaka

1. Siregar, Robert. 2005. Psoriasis. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Jakarta. Hal. 94-95.

2. Baratawidjaja, G. Karnen. 2006. Imunologi Kulit. Dalam :Imunologi Dasar.

Edisi 7. Penerbit : FKUI. Jakarta. Hal. 269

3. Djuanda, Adhi. 2006. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin. Edisi ke empat. FK UI : Jakarta. Hal 189-194

4. Dorland. 2000. Dalam : Kamus Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Jakarta. Hal 215.

5. Fitzpatrick TB et al. 2001. Psoriasis. Color Atlas and Synopsi of Clinical

Dermatology. 5th edition. MacGraw-Hill. Hal 54-58

6. Kalb, E. Robert, Bruce Strober, Gerald Weinstein, Mark Lebwohl. 2009. Review

Metotrexat and Psoriasis : 2009 National Psoriasis Foundation Consensus

Conference. Journals of American Academy of Dermatology. Volume 60. Nomor

5. pp. 824-837.

7. Lebwohl, M., PT Ting, J Y M Koo. 2005. Psoriasis Treatment : Traditional

Therapy. Report : Ann Rheum Dis. Volume 64. pp 83-86.

8. Lowes, A. Michael, Anne M. Bowcock, James G. Krueger. 2007. Pathogenesis

and Therapy of Psoriasis. Review Insight. Volume 445. pp : 866-872.

9. Riveira-Munoz E, He SM, Escaramís G, et al. 2011. Meta-Analysis Confirms the

LCE3C_LCE3B Deletion as a Risk Factor for Psoriasis in Several Ethnic Groups

and Finds Interaction with HLA-Cw6. J Invest Dermatol. May;131(5):1105-9

10. Siregar, Robert. 2005. Psoriasis. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Jakarta. Hal. 94-95.

Page 30: Presus Psoriasis Kulit