Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

33
PRESENTASI KASUS PSORIASIS VULGARIS Disusun Oleh : Apriyerti FK UPN “VETERAN” JAKARTA 1110221068 Moderator: dr. Silvia Veronica , SpKK Periode: 24 November 2012 – 29 Desember 2012 Dipresentasikan tanggal 10 Desember 2012 KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA 2012 1

Transcript of Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Page 1: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

PRESENTASI KASUS

PSORIASIS VULGARIS

Disusun Oleh :

Apriyerti

FK UPN “VETERAN” JAKARTA

1110221068

Moderator:

dr. Silvia Veronica , SpKK

Periode: 24 November 2012 – 29 Desember 2012

Dipresentasikan tanggal 10 Desember 2012

KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

JAKARTA 2012

1

Page 2: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : TNI AD

Alamat : Kp. Curug Deding RT 03 RW 03, Bogor

Suku : Jawa

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 04 Desember 2012

II. ANAMNESA

Autoanamnesa, pada tanggal 04 Desember 2012, jam 10.00 WIB.

Keluhan Utama :

Bercak-bercak kemerahan yang bersisik kasar pada tangan kanan dan kiri, punggung,

dada, perut, wajah, kepala, dan kaki kanan dan kiri

Keluhan Tambahan :

gatal

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak lima tahun yang lalu pasien pernah menderita penyakit berupa bercak-bercak

kemerahan di tangan kanan dan kiri. Diatas bercak terdapat sisik yang berwarna putih.

Bercak tersebut dirasakan gatal dan rasa gatal berkurang apabila digaruk. Bercak

kemerahan tersebut teraba kasar dan semakin lama semakin menebal. pasien kemudian

mendapatkan pengobatan berupa salep racikan dari dokter selama 5 bulan didapatkan

perbaikan.

Kemudian satu tahun yang lalu timbul bercak-bercak kemerahan di seluruh tubuh,

awalnya sedikit kemudian bertambah luas. Terdapat sisik yang berwarna putih diatas

bercak tersebut.

Pada tanggal 15 november pasien mengalami keluhan yang sama yaitu berupa

bercak-bercak kemerahan di tangan kanan dan kiri, punggung, dada, perut, wajah,

kepala dan kedua kaki. Diatas bercak terdapat sisik yang berwarna putih. Bercak

tersebut dirasakan gatal dan berkurang apabila pasien menggaruknya. Bercak teraba

kasar dan semakin lama semakin menebal. Keluhan dirasakan hilang apabila pasien

2

Page 3: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

minum obat dan kembali timbul apabila pasien mengalami stress. Dimana sekarang

pasien lagi ada masalah yaitu masalah biaya anaknya yang sedang kuliah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada.

III. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu: Afebris

Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Faring : Tidak hiperemis

Tonsil : T1-T1 tenang

Thorak : Hemitorak kanan dan kiri simetris saat statis dan dinamis

Jantung : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

Paru : SD vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan tidak ada

Hepar dan lien tidak teraba

Ektremitas : Akral hangat, edema tidak ada

KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB

IV. STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Ektensor Ekstremitas superior dextra et sinistra

Efluoresensi : Tampak bercak eritema yang tersebar merata dengan ukuran

bervariasi mulai dari lentikular hingga numularis berbatas tegas

yang disertai dengan skuama berlapis- lapis, kasar dan berwarna

putih di atasnya.

3

Page 4: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

4

Page 5: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Lokasi : Trunkus anterior dan posterior

Efluoresensi : Tampak plak eritematosa mulitple dengan ukuran bervariasi mulai

dari numularis hingga plakat, berbatas tegas, yang disertai dengan

skuama berlapis- lapis, kasar dan berwarna putih di atasnya.

5

Page 6: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

6

Page 7: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Fenomena Tetesan Lilin ( hasil positif )

- Tes Auspitz ( hasil positif )

VI. RESUME

Pasien Tn. K, umur 47 tahun dengan keluhan bercak-bercak kemerahan yang

bersisik kasar pada tangan kanan dan kiri, punggung, dada, perut, wajah, kepala, dan

kaki kanan dan kiri. Status dermatologi pada ektensor ektremitas superior dextra et

sinistra tampak bercak eritema yang tersebar merata dengan ukuran bervariasi mulai

dari lentikular hingga numularis yang disertai dengan skuama berlapis- lapis, kasar dan

berwarna putih di atasnya dan di trunkus tampak plak eritematosa mulitple dengan

ukuran bervariasi mulai dari numularis hingga plakat, berbatas tegas, yang disertai

dengan skuama berlapis- lapis, kasar dan berwarna putih di atasnya.

VII. DIAGNOSIS KERJA

Psoriasis Vulgaris

7

Page 8: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

VIII. DIAGOSIS BANDING

Tidak ada

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Histopatologi

X. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

Hindari faktor pencetus ( stress emosional )..

Menjaga kebersihan diri pribadi.

Hindari kebiasaan untuk menggaruk-garuk di tempat lesi.

Medikamentosa

Obat sistemik :

Loratadine 1 x 10 mg (jika gatal)

Obat topikal :

R/ Acidum salicycum 5 %

Dexametason cream 50 gr

Vaselin album ad 100 gr

m.f da in pot

S. ue

XI. PROGNOSIS

• Quo ad vitam : Bonam

• Quo ad fungsionam : Bonam

• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

BAB II

8

Page 9: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

TINJAUAN PUSTAKA

PSORIASIS VULGARIS

II. 1 Definisi

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema bebatas tegas dengan skuama yang

kasar, berlapis-lapis, dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan

Köbner.1

II. 2 Sinonim

Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada

psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa.1

II. 3 Epidemiologi

Kasus Psoriasis makin sering dijumpai. Insiden pada kulit orang putih lebih tinggi

daripada penduduk kulit berwarna. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan

kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terlebih mengingat bahwa

perjalanannya menahun dan residif. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja. Insidens

pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa

dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%.

Pada bangsa kulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, begitu pula dengan

bangsa Indian di Amerika. Insiden pada pria agak lebih banyak daripada wanita.

Psoriasis terdapat pada semua usia tetapi umumnya pada orang dewasa.1,2

II.4 Etiologi

Penyebab Psoriasis yang pasti belum diketahui. Ada beberapa faktor predisposisi

dan pencetus yang dapat menimbulkan penyakit ini.3

Faktor-faktor predisposisi:3

1. Faktor genetik. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, risiko mendapat

psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis,

risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal 2 tipe:

Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, Psoriasis tipe II dengan

awitan lambat bersifat non-familial. Hal lain yang menyokong adanya factor

genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I

berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan

dengan HLA-B27 dan Cw2.1

2. Faktor imunologik. Defek genetik diekspresikan pada salah satu dari 3 jenis sel,

yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit

9

Page 10: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang

umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri

atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis,

sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T

CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah.

Sel Langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya

proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen

maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada psoriasis, pembentukan epidermis

(turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya

27 hari.1

3. Faktor psikis, seperti stress dan gangguan emosi. Penelitian menyebutkan bahwa

68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan

penyakitnya lebih berat dan hebat.

4. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru,

dermatomikosis, arthritis, dan radang menahun ginjal.

5. Penyakit Metabolik, seperti diabetes mellitus yang laten.

6. Gangguan pencernaan.

7. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada

musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat.

Faktor-faktor pencetus:3

1. Faktor trauma. Gesekan dan tekanan pada kulit sering dapat menimulkan lesi

psoriasis pada tempat traumam dan ini disebut fenomena Köbner.

2. Faktor infeksi. Infeksi streptokokus di faring dapat menjadi factor pencetus pada

penderita psoriasis. Pada bentuk psoriasis ini, sebaiknya dilakukan apusan

tenggorokan untuk mencari infeksi fokal.

3. Obat-obatan. Kortikosteroid merupakan obat bermata dua. Pada permulaan,

kortikosteroid dapat menyembuhkan psoriasis, tetapi apabila obat ini dihentikan

penyakit ini akan kambuh kembali, bahkan lebih berat daripada sebelumnya

menjadi psoriasis pustulosa atau generalisata. Obat-obat lain seperti antimalaria

(klorokuin) dan obat antihipertensi betabloker dapat memperberat penyakit

psoriasis.

4. Sinar UV dapat menghambat pertumbuhan sel-sel epidermis, tetapi bila penderita

sensitive terhadap sinat matahari, malahan penyakit psoriasis akan bertambah

hebat karena reaksi isomorfik.

10

Page 11: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

5. Stres psikologik.

6. Kehamilan. Kadang-kadang wanita yang menderita psoriasis dapat sembuh saat

hamil, tetapi akan kambuh kembali sesudah bayinya lahir, dan penyakit ini akan

kebal terhadapt pengobatan selama beberapa bulan.

II. 5 Cara Penularan

Penyakit ini tidak dapat ditularkan secara langsung melainkan dapat diturunkan

karena merupakan penyakit autoimun sehingga faktor genetik, imunologi, dan

beberapa faktor pencetus ( stres psikis, obat, gangguan metabolik, dll ) sangat

berperan.2,4

II.6 Patogenesis

Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas berbagai

gen yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6 .

The Human Genom Project akan membantu mengidentifikasi major

histocompatibility Complex ( MHC ) dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis.

Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya bahwa

penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa penemuan

mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks mayor ( MHC ) antigen,

akumulasi sel T terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum dan anti

keratinosit antibodi nukleus. Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada

penyelidikan psoriasis menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4

pada lesi-lesi kulit. Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T

pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan

limfositik dalam epidermis.5

Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel

langerhans juga berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi epidermis

diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel

Langerhans. Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level

pada epidermis psoriasis.5

Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis meliputi :

Konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim protein nuklear pada

glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel meningkat. Perhatian yang

sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida terutama AMP siklik

(cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan terjadinya kenaikan yang

menyolok dari level siklik GMP ( cGMP ) dalam epidermis.5

11

Page 12: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Walaupun demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan

kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini. cAMP epidermis sangat

menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam epidermis. Perubahan

morfologik dan keruskan sel epidermis akan menimbulkan akumulasi sel monosit dan

limfosit pada puncak papil dermis dan di dalam stratum basalis sehingga

menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil dermis. Sel epidermodermal

bertambah luas, lipatan di lapisan bawah stratum spinosum bertambah banyak.5

II.7 Gejala Klinis

Pada penderita Psoriasis keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada Psoriasis

yang menjadi Eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat

predileksinya pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian

ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas

bercak-bercak eritema yang meninggi ( plak ) dengan skuama diatasnya. Eritema

sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di

tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan

berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi, dari

lentikuler, numuler atau plakat, dapat berkonfluensi. 1.2,5,6

Pada Psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin ( Kaarsvlek phenomena ), Auspitz,

dan Kobner ( isomorfik ). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas,

sedangkan yang terakhir tidak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati

pula pada penyakit lain, misalnya Liken Planus dan Veruka Plana Juvenilis. Pada

fenomena tetesan lilin ialah skuama dikerok, maka akan timbul garis-garis putih pada

goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias.

Sedangkan fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang

disebabkan oleh papilomatosis yaitu dengan dikerok terus secara hati-hati sampai ke

dasar skuama. Trauma pada kulit penderita Psoriasis misalnya garukan, dapat

menyebabkan kelainan Psoriasis dan disebut fenomena Kobner yang timbul kira-kira

setelah 3 minggu.2,5,6

12

Page 13: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Gambar Tempat predileksi psoriasis

Bentuk Klinis 1,3

1. Psoriasis vulgaris

Bentuk ini lazim terdapat, karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak

karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.

2. Psoriasis Gutata

Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan

diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas

sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Dapat juga

timbul setelah infeksi lain.

3. Psoriasis pustulosa

Kadang-kadang di atas makula eritem psoriasis dapat timbul pustula-pustula kecil

dengan ukuran 1-2 mm. Penyebabnya tidak jelas.2 Terdapat dua bentuk:

a) Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber).

Jenis ini adalah bentuk lokalisata. Bentuk ini biasanya menyerang telapak

tangan, telapak kaki, ujung-ujung jari, dan biasanya simetrik. Pada daerah

tersebut, di atas makula eritem timbul pustula-pustula miliar steril, yang dapat

meluas sampai ke arah punggung tangan dan kaki. Kuku mengalami lisis pada

bagian distal serta pada pangkal kuku timbul bintik-bintik nanah. Pustula-

pustula tersebut dapat pecah, tetapi dapat juga menghilang sendiri sesudah 1-2

minggu.

b) Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch).

Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum

berupa demam, malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis makin eritematosa.

13

Page 14: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada

kulit yang normal. Lalu, timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut.

Dalam sehari, pustul-pustul berkofluensi membentuk “lake of

pus”.pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari

pustul steril.

4. Psoriasis seboroik (seboriasis)1

Gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik. Skuama menjadi agak

berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat

pada tempat seboroik.

5. Psoriasis fleksural (inversa)

Psoriasis yang mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor.

6. Psoriasis eksudativa

Bentuk ini sangat jarang.

7. Eritroderma psoriatik

Jenis ini dapat disebabkan oleh pengobatan topical yang terlalu kuat atau oleh

penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas tidak tampak lagi karena

terdapat eritema dan skuama tebal universal.

II. 8 Histopatologi

Terdapat gambaran yang khas, yaitu hiperkeratosis, parakeratosis, acanthosi. Pada

stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut Agses Munro, di

subepidermis terdapat papilomatosis dan vasodilatasi.1

II. 9 Diagnosis

Gambaran klinis yang khas, yaitu makulo-papula eritema dengan batas tegas,

ditutup skuama kasar, putih mengkilat seperti perak, disertai adanya fenomena

bercak lilin dan tanda Auspitz.1,2

Bila gambaran klinis kurang jelas, dilakukan pemeriksaan histopatologi.

II. 10 Diagnosis Banding

1) Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)

Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi

hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah

skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central

healing, keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung

ditemukan jamur.1

2) Sifilis Psoriasiformis

14

Page 15: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis

psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering

disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik

untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran

kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata.1

3) Dermatitis Seboroik

Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan

fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku

serta kepala. Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada

Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim

pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari kapiler

(Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.1

4) Pitiriasis Rosea

Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk

oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama

sedikit tidak berlapis-lapis dan didahului oleh herald patch.2

5) Mikosis Fungoides

Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa

dibedakan dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris

dan tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.2

6) Dermatitis Atopi

Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya

disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.2

II. 11 Pengobatan

Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara

sistemik, pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan

dengan cara Goeckman.1,2

1. Pengobatan Sistemik

a. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis ekuivalen

prednisone 30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan

lalu diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan

menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata. 1,2

15

Page 16: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

b. Obat Sitostatik

Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini bekerja

dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat

sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan replikasi dan

fungsi sel T dan mungkin juga sel B karena adanya efek hambatan sintesis.

Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis

dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol

dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan hepar,

ginjal, system hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC,

Ulkus peptikum, colitis ulserosa dan psikosis). Pada awalnya metotrexate

diberikan dengan dosis inisial 5 mg per orang dengan psoriasis untuk melihat

apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang

tidak diinginkan maka MTX diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval

12 jam selama 1 minggu dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada perbaikan

maka dosis dinaikkan 2,5 - 5 mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5

mg akan tampak ada perbaikan. Cara lain adalah dengan pemberian MTX i.m

dosis tunggal sebesr 7,5 – 25 mg. Tetapi dengan cara ini lebih banyak

menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi toksik. Jika penyakit telah

terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti ke pengobatan secara

topical. 1

Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin lengkap, fungsi

ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL maka pemberian MTX

dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka dilakukan biopsy hepar setiap kali

dosis mencapai dosis total 1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal maka

dilakukan biopsy hepar bila dosis total mencapai 1 gram.

Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala, alopecia,

saluran cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa

nausea, nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi yang hebat

dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum

tulang menyebabkan timbulnya leucopenia, trombositopenia dan kadang-

kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis. 1

c. Levodopa

Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada beberapa

pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi dengan levodopa

16

Page 17: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

menunjukkan perbaikan. Berdasarkan penelitian, Levodopa menyembuhkan

sekitar 40% pasien dengan psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250 mg – 3 x 250

mg. Efek samping levodopa adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi,

gangguan psikis dan gangguan pada jantung. 1

d. Diaminodifenilsulfon

Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan psoriasis

pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya adalah

anemia hemolitik, methemoglobinuria dan agranulositosis. 1

e. Etretinat & Asitretin

Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi

psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek

sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula

digunakan untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut

mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.

Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum

terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari. Efek

sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata,

dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan

persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan

teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat

dihentikan. Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang

utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat.

Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan

etretinat yang lebih dari 100 hari. 2

f. Siklosporin

Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya menghambat

kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan

memgang peranan kunci dalam defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu

NFATc (Nuclear Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi,

NFATc ini mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen

yang bertanggung jawab dalam sintesis sitokin, terutama IL-2. Siklosporin

juga mengurangi produksi IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF-ß

yang merupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya

17

Page 18: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

ekspresi TGF-ß diduga memegang peranan penting pada efek imunosupresan

siklosporin.2

Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat

nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya

setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan. 2

g. Terapi biologic

Obat biologic merupakan obat yang baru dengan efeknya memblok

langkah molecular spesifik yang penting paa pathogenesis psoriasis. Contoh

obatnya adalah alefaseb, efalizumab dan TNF-α-antagonist.2

2. Pengobatan Topikal

a. Preparat Ter

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya

adalah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang

berasal dari:1

Fosil, misalnya iktiol.

Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis,

yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari

batubara lebih efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan

memberikan iritasi juga besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik

digunakan ter yang berasal dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif

daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis yang menahun

kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter

dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan akan terjadi iritasi

dan menjadi eritroderma.

Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau

kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis

detergens tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 – 5%, dimulai

dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan.

Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara

menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 – 5 %. Sebagai vehikulum

harus digunakan salap karena salap mempunyai daya penetrasi terbaik.1

b. Kortikosteroid

18

Page 19: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum

bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan

krim, di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia

eksterna dipilih potensi sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat

memberik efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan

berupa strie atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap

dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika

telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi.1

c. Ditranol (Atralin)

Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan

pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta,

salep, atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk

mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.1

d. Pengobatan dengan Penyinaran

Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis,

sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah

penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika

berlebihan akan memperberat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet

artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat

digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-

metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan

preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. 1

Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata,

pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan

dengan salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali.

Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe

kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai

15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan

ialah pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil

baik dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe plak. 1

e. Calcipotriol

Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim

50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik

daripada salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 – 20% berupa

19

Page 20: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan

skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.1

f. Tazaroten

Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat

proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat

petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam

bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila

dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan

mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah

iritasi berupa gatal, rasa terbakar dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat

fotosensitif.1

g. Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh

(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan

bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan

akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak

mempunyai efek antipsoriasis.1

3. PUVA

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang

sinergik. Mula-mula 10 – 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian

dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x

seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 3 – 4 minggu,

setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan untuk

mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan

psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaan yang lama

kemungkinan akan terjadi kanker kulit.1

4. Pengobatan Cara Goeckerman

Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter

berasal dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi

mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter

yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4 – 6 minggu, penyembuhan terjadi

setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada UVA. 2

II. 12 Prognosis

20

Page 21: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

Meskipun Psoriasis tidak menyababkan kematian, tetapi bersifat kronis dan

residif. Belum ada cara yang efektif dan memberi penyembuhan yang sempurna.1

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Presus Psoriasis Vulgaris Kulit1

1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S,

editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2008. Hal.189-196.

2. Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, et all. Penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-2.

Surabaya: Pusat penerbitan dan pencetakan Unair; 2011. Hal.131-136.

3. Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. Chapter 10,

Psoriasis; Hal. 116-121

4. Siregar RS. Psoriasis. Altlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta:

EGC; 1996. Hal. 94-103

5. Hartadi. Psoriasis. Dalam: Hartadi, editor. Dermatosis Non Bakterial. Semarang:

Balai Penerbit UNDIP; 1992. h. 26-40.

6. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology.

6th ed. United States: The McGraw-Hill Companies; 2009. Hal.53-61.

22