Psoriasis sp.docx

26
Psoriasis Rendy Aprianus Santoso (10.2008.020) Mahasiswa Fakultas Kedoteran UKRIDA Semester IV Jakarta 2013 Email: [email protected] Skenario 3 Seseorang laki-laki usia 55 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan berupa bercak merah besisik tebal seperti mika pada dada, perut, pinggang, kedua tungkai atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu yang lalu. Selain kelainan kulit pasien juga menderita penyakit kencing manis yang diketahui sejak 6 bulan yang lalu. Pasien berobat teratur untuk penyakit kencing manisnya. Pemeriksaan fisik umumnya didapat gizi kurang, konjungtiva anemis +/+, lain-lain dalam batas normal. PENDAHULUAN Psoriasis adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimun, bersifat kronik dan residitif, ditandai dengan adanya bercak- bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan kobner. Psoriasis merupakan bagian dari penyakit dermatosis eritroskuamosa. 1

Transcript of Psoriasis sp.docx

Page 1: Psoriasis sp.docx

Psoriasis

Rendy Aprianus Santoso (10.2008.020)

Mahasiswa Fakultas Kedoteran UKRIDA Semester IV

Jakarta 2013

Email: [email protected]

Skenario 3

Seseorang laki-laki usia 55 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan

berupa bercak merah besisik tebal seperti mika pada dada, perut, pinggang, kedua tungkai

atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu yang lalu. Selain kelainan kulit pasien juga

menderita penyakit kencing manis yang diketahui sejak 6 bulan yang lalu. Pasien berobat

teratur untuk penyakit kencing manisnya. Pemeriksaan fisik umumnya didapat gizi kurang,

konjungtiva anemis +/+, lain-lain dalam batas normal.

PENDAHULUAN

Psoriasis adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimun, bersifat kronik dan residitif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,

berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan kobner.

Psoriasis merupakan bagian dari penyakit dermatosis eritroskuamosa.

Penyakit ini mengenai sekitar 1-2% populasi dan hampir tak tampak atau mengganggu

secara kosmetik atau kronis. Jarang timbul akut dan mengancam jiwa. 1-4, 7,8

Anamnesis

Bila penderita datang untuk pertama kali pada dokter dapat ditanyakan kepada penderita

berobat untuk penyakit atau keluhan apa. Hal yang penting ditanyakan pada penderita

adalah: riwayat penyakit, penggunaan obat-obat untuk penyakit yang dideritanya maupun

untuk penyakit lain, penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lain, penyakit-

penyakit lain yang diderita sekarang maupun pada masa lampau, dan kebiasaan tertentu.

1

Page 2: Psoriasis sp.docx

Anamnesis tidak perlu terlalu terperinci, akan tetapi dapat dilakukan lebih terarah kepada

diagnosis banding setelah dan sewaktu inspeksi. Mulailah dengan pertanyaan terbuka;

- apakah pasien merasakan dan melihat perubahan pada kulit.

- Apakah ada gatal, kemerahan, nyeri atau benjolan.

- Apakah ada benjolan? Bagaimana ukuran, bentuk warna, dan kepekaannya?

- Adakah benjolan baru?

- Untuk rambut, tentu ditanyakan mengenai kerontokan rambut, dan meluas tentang

kemungkinan adanya lesi di daerah kepala, seperti benjolan atau bahkan ada sensasi

panas dan gatal.

- Untuk kuku, apakah ada perubahan warna, ketebalan kuku, nyeri dan bentuk kuku

yang tidak normal. Garis longitudinal pigmentasi mungkin terlihat pada kuku orang

berkulit normal tipe Fitzpatrick 4-6.1,5

Pemeriksaan Fisik

Pada saat pemeriksaan fisik seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik. Inspeksi

dan palpasi setiap area.

Perhatikan lokalisasi, warna, kelembapan, temperature, tekstur, mobilitas (kemudahan

lipatan kulit untuk dapat digerakkan), turgor (kecepatan lipatan kulit kembali ke keadaan

semula). Perhatikan juga akan adanya lesi dan lokasi dan distribusi anatomisnya, susunan

dan bentuk lesi, tipe lesi (macula, papula, pustule, bula, dan tumor), warna lesi (merah,

putih, cokelat).1,6

Pemeriksaan penunjang

Untuk dapat menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang untuk lebih

meyakinkan akan diagnosis akhir tersebut. Dalam kasus psoriasis ini pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis tidak

banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu

dilaksanakan, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar asam urat, mencari penyakit infeksi,

pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.

Jika gambaran klinisnya tidak khas, dilakukan biopsy. Gambaran histopatologi yang khas

pada psoriasis adalah hyperkeratosis, parakeratosis, dan akantosis. Pada stratum spinosum

2

Page 3: Psoriasis sp.docx

terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro. Selain itu terdapat papilomatosis dan

vasodilatasi di subepidermis.4,7

Working diagnosis

Pada psoriasis keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi

eritroderma. Sebagian besar penderita mengeluh gatal ringan. Tempat-tempat predileksi

biasanya pada scalp, extremitas bagian extensor terutama lutut dan siku, dan lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama

diatasanya.eritema sirkuskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema

yang ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan

berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi; lentikular,

nummular atau plakat, dan berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular

disebut gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut

oleh Streptococcus.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik). Fenomena

tetesan lilin dan auspitz dianggap khas pada psoriasis, sedangkan pada fenomena kobner

hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken

planus dan veruka plana juvenilis.1-4,8

Gambar 1. Gambaran psoriasis diunduh dari http://www.skinmagazine.co.uk

3

Page 4: Psoriasis sp.docx

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,

seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya index bias. Cara menggores dapat

dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik

yang disebabka oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya demikian: skuama yang berlapis-

lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka

pengerokan baru dilakukan secara perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak

perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis dan yang sama dengan

kelainan psoriasis dan disebut fenomena kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan-kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%,

yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.

Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena

terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis subungual), dan onikolisis.1-4,8

Gambar 2 tempat predileksi psoriasis. Diunduh dari

http://media.tanyadokteranda.com/images//2010/06/lokasi-psoriasis.jpg

4

Page 5: Psoriasis sp.docx

Disamping menimbulkan kelainan pada kuku dan kulit, penyakit ini juga dapat pula

menyebabkan kelainan sendi (arthritis psoriatic), terdapat pada 10-15% pasien psoriasis.

Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal,

terbanyak ada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik

subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan.

Bentuk klinis Psoriasis

1. Psoriasis vulgaris

Ini merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, disebut juga tipe plak karena lesi-

lesinya pada umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya adalah scalp, extremitas

bagian extensor, dan daerah lumbosakral.

2. Psoriasis gutata

Diameternya kelainannya biasanya tidak melebihi 1 cm. timbulnya mendadak dan

diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis

influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu dapat juga timbul

setelah infeksi yang lain, baik bacterial maupun viral.

3. Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)

Sesuai dengan namanya tempat predileksinya didaerah fleksor.

4. Psoriasis eksudativa

Ini merupakan bentuk yang sangat jarang. Pada bentuk ini kelainanya eksudatif seperti

dermatitis akut.

5. Psoriasis seboroik (seboriasis)

Gambaran klinisnya merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis seborhoik, skuama

yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat

yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.

6. Psoriasis pustulosa

Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri,

kedua dianggap sebagai varian dari psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, bentuk

lokalisata dan generalisata. Contoh dari bentuk lokalisata yaitu palmo-plantar (barber),

sedangkan contoh dari bentuk generalisata ialah psoriasis pustulosa generalisata akut ( von

zumbusch).1-4,8

5

Page 6: Psoriasis sp.docx

Gambar 3 Diunduh dari http://www.psoriasisexpert.com/images/pustular-psoriasis.jpg

a. Psoriasis pustulosa palmoplantar (barber)

Penyakit ini bersifat kronik dan residitif, mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau

keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril dan dalam, di atas

kulit yang eritematosa, disertai gatal.

b. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von zumbusch)

Sebagai factor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena penghentian

kortokosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya serta antibiotic

betalaktam yang lain, hidroklorokuin, kalium jodida, morfin, sulfapiridin, sulfonamide,

kodein, fenilbutazon, dan salisilat. Factor lain selain obat, ialah hipokalsemia, sinar

matahari, alcohol, stress emosional, serta infeksi bacterial dan virus.

Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita psoriasis. Dapat

pula muncul pada penderita yang belum perah menderita psoriasis.

Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa demam,

malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah

beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dan

dalam beberapa jam banyak timbul pustule miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari

pustule-pustul itu berkonfluensi membentuk “lake of pus” berukuran beberapa cm.

Kelainan-kelainan semacam itu akan terus-menerus dan dapat menjadi eritroderma.

7. Eritroderma psoriatic

Eritroderma psoriatic dapat disebabkan oleh pengobatan topical yang terlalu kuat atau oleh

penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas pada psoriasis tidak tampak lagi

karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih

tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.1-4,8

6

Page 7: Psoriasis sp.docx

Diagnosis Banding

1. Ptiriasis rosea

Biasanya berjalan subakut; skuama tidak berlapis-lapis dan efloresensi berupa eritema

berbentuk lonjong sesuai dengan garis lipatan kulit.4

2. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-

kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik.1,2

3. Dermatofitosis

Pada stadium penyembuhan dapat terjadi hanya dipinggir hingga menyerupai

dermatofitosis. Perbedaannya ialah keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada

sediaan langsung dengan KOH ditemukan jamur.1,2

4. Sifilis psoriasis

Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis. Penyakit

tersebut sekarang jarang terdapat. Perbedaannya, pada sifilis terdapat sanggama tersangka

(coitus suspectus), pembesaran getah bening menyeluruh, dan tes serologi untuk sifilis

(T.T.S) positif.1,2

Penatalaksanaan

Karena penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti, maka belum ada obat pilihan.

Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan sebagian hanya berdasarkan empiris.

Psoriasis sebaiknya diobati secara topical. Jika hasilnya tidak memuaskan, baru

dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping pengobatan sistemik lebih

banyak.4

7

Page 8: Psoriasis sp.docx

Gambar 4 Diunduh dari

http://www.websters-online-dictionary.org/images/wiki/wikipedia/commons/thumb/f/f6/

Psoriasis_treatment_ladder.svg/450px-Psoriasis_treatment_ladder.svg.png

Pengobatan Sistemik

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dosisnya kira-kira ekuivalen dengan prednisone

30 mg perhari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis

pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan

dapat terjadi psoriasis putulosa generalisata.

2. Obat sitostatik

Biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya ialah untuk psoriasis vulgaris, psoriasis

pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar

terkontrol dengan obat standar.

Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, system hematopoetik, kehamilan, penyakit

infeksi aktif, ulkus peptikum, colitis ulserosa, dan psikosis.

Dosisnya 3x2,5 mg, dengan interval 12 jam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. jika tidak

tampak perbaikan dosis dinaikan 2,5 mg-5 mg per minggu. Biasanya dengan dosis ini akan

tampak banyak perbaikan. Cara lain adalah suntikan intramuscular 7,5mg – 25 mg dosis

8

Page 9: Psoriasis sp.docx

tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak menimbulkan efek samping dari cara

pertama. Jika penyakitnya telah terkontrol dosis diturunkan atau masa interval diperpanjang

kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topical.

Efek sampingnya adalah nyeri kepala, alopesia, juga tehadap saluran cerna, sumsum tulang

belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung stomatitis

ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal.

Depresi sumsum tulang akibat trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat

terjadi fibrosis dan sirosis.

3. Levodopa

Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Menurut hasil uji coba levodopa

berhasil menembuhkan kira-kira sejumlah 40% kasus psoriasis. Dosisna antara 2x250 mg-

3x500mg, efek sampingnya berupa: mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikik,

dan pada jantung.

4. DDS

DDS (diaminofenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber

dengan dosis 2x100 mg sehari. Efek sampingnya ialah : anemia hemolitik,

methemoglobinemia, dan agranulositosis.

5. Etretinat dan asitretin

Etretinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan

dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat pula digunakan untuk eritroderma

psoriatika. Cara kerjanya belum diketahui pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi

proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.

Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1 mg/kg BB, jika belum juga membaik

dosis dapat dinaikan menjadi 1,5 mg/kg BB.

Efek sampingnya sangat banyak diantaranya pada kulit(menipis); selaput lender pada mulut,

mata, dan hidung kering: peninggian lipid darah; gangguan fungsi hepar; hyperostosis; dan

teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.

Asitretin merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Efek samoing dan manfaatnya

serupa dengan atretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, bandingkan

dengan etretinat yang lebih dari 100 hari.

9

Page 10: Psoriasis sp.docx

6. siklosporin

efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg BB sehari. Bersifat nefrotoksik dan

hepatotoksik.. hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat

terjadi kekambuhan.

Dosisnya bevariasi: pada bulan pertama diberikan 1 mg/kg, jika belum terjadi perbaikan

dapat dinaikkan menjadi 1,5 mg/kgBB.

Efek sampingnya sangat banyak, diantaranya atrofi kulit; selaput lendir mulut; mata, hidung

mongering, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hati, hyperostosis, dan teratogenik.

7. Terapi biologic

Obat biologic merupakan obat yang baru, efeknya memblok langkah molecular spesifik

penting pada pathogenesis psoriasis ialah infiksimal, alefasep, etanersep, efalizimab,

adalimumab dan ustekimumab. Ternyata hasil pengobatan dengan obat yang terkhir ini lebih

baik daripada dengan etanersef. Efalizumab sekarang oleh FDA ditarik dari peredaran

karena dapat menimbulkan risiko timbulnya leukoensefalopatik multiple yang dapat

menyebabkan infeksi otak dan menyebabkan kematian.

Pengobatan Topikal

1. Preparat ter

Obat topical yang biasa digunakan, efeknya ialah antiinflamasi. Menurut asalnya preparat

ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari:

- Fosil, misalnya iktiol

- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski

- Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup

efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara lebih efektif daripada ter

yang berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan efek iritasi juga lebih besar..

Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik menggunaka ter yang berasal dari batubara,

karena ter tersebut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis

menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknyapada psoriasis yang akut lebih

baik menggunakan ter yang berasal dari kayu, Karena jika menggunaka ter batubara

dikhawatirkan akan iritasi dan eritroderma.

10

Page 11: Psoriasis sp.docx

Ter yang berasal darri kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau kurang sedap dan

berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis detergens tidak

demikian.konsentrasi yang biasanya digunakan ialah 2-5 %, dimulai dengan konsentrasi

rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya

penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi

3-5% sebagai vehikulum harus digunakan salap, karena salap mempunai daya penetrasi

yang terbaik.

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid topical member hasi yang baik. Potensi dan vehikulum bergantung pada

lokasinya.

Pada scalp, muka, lipatan, dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang. Bila memberi efek

samping di antaranya teleangektasis, sedangkan pada lipatan berupa strie atrofikans. Pada

batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat

bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya

dikurangi.

3. Ditranol (antralin)

Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi

yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya ¼

- ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.

4. Pengobatan dengan penyinaran

Seperti diketahui sinar UV mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan

untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi saying

tidak dapat diukur dan jika berlebihan malah akan memperparah psoriasis. Karena itu

digunakan sinar UV artificial, diantaranya sinar A yang dikenal UVA. Sinar tersebut dapat

digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen dan disebut PUVA, atau

bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.

UVB juga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustulasr, dan

eritroderma. Pada tipe plak dan gutata dikombinasi dengan salap likuor karbonis detergens

5-7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama

12-23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan

sebagai 15% dari dosis sebelumnya. Diberikan pengurangan 75% dari dosis sebelumnya.

11

Page 12: Psoriasis sp.docx

Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI

(psoriasis area and severety index). Hasil baik yang dicapai pada 73,3% kasus, terutama tipe

plak.

5. Calcipotriol

Calcipotriol ialah sintetik vit. D, berupa salap atau krim 50 mg/g, efeknya antiproliferas.

Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salap ini sedikit lebih baik daripada betametason

17-valerat.

Efek sampingnya pada 4-20 % penderita berupa iritasi yakni rasa terbakar dan tersengat,

dapat pula terlihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan menghilang setelah beberapa

hari sesudah obat dihentikan.

6. Tazaroten

Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topical, efeknya menghambat proliferasi dan

normalisasi petanda diferensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel

radang yang menginfiltrasi kulit.

Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dank rim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1%. Bila

dikombinasikan dengan steroid topical potensi sedang dan kuat akan mempercepat

penyembuhan dan mengurangi iritasi.

Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30% kasus, juga

bersifat fotosensitif.

7. Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh, extremitas atas dan

bawah biasanya menggunakan salap dengan bahan dasar vaselin, fungsinya juga sebagai

emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Emolien ialah lanolin dan

minyak mineral. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

PUVA

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Mula-mula

10-20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan penyinaran. Tedapat

bermacam-macam bagan, diantaranya 4x seminggu.penyembuhan mencapai 93% setelah

pengobatan 3-4 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan seminggu sekali atau

dijarangkan untuk mencegah rekuren.

12

Page 13: Psoriasis sp.docx

PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatic dan psoriasis pustulosa. Beberapa

penyelidik mengatakan pada pemakaian yang lama kemungkinan terjadi kanker kulit.

Pengobatan cara Goeckerman

Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter berasal dari batubara

dan sinar UV. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter dan sinar tersebut. Yang

pertama digunakan ialah crude coal tar yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4-6

minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada

UVA.

1. Barber

Pengobatannya sulit, bermacam-macam obat dapat digunakan. Tetrasiklin diberikan selama

4 minggu, metrotreksat untuk bentuk yang parah dengan dosis 15-25 mg per minggu,

eretinat 25-50 mg sehari, kortikosteroid (prednisone) dengan dosis 40-50 mg sehari.

Kolkisin juga dapat digunakan dengan dosis 0,5-1 mg sehari, diberikan dua kali, setelah ada

perbaikan dosis diturunkan menjadi 0,2-0,5 mg sehari.

Sehari itu juga PUVA, sebagai pengobatan topical dengan kortikosteroid topical secara

oklusi.

2. Psoriasis pustulosa generalisata akut (Von Zumbusch)

Kortikosteroid dapat dipakai pengobatan penyakit ini, dosis prednisone sehari 40 mg.

setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan.

Obat lain yang dapat digunakan ialah asitretin dengan dosis 2x25 mg sehari. Kedua obat

tersebut bila digabung lebih efektif. Jika menyembuh dosis keduanya diturunkan,

kortikosteroid lebih dahulu.1-4

Etiologi

1. Factor genetic

Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika

salah seorang orangtuanya menderita psoriasis risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan

awitan penyakit dikenal 2 tipe: psoriasis tipe I dengan awitan dini besifat familial, psoriasis

tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyoking adanya factor

genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan

13

Page 14: Psoriasis sp.docx

HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2,

sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27.1

2. Factor imunologik

Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni

limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan

stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit

pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas

limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi

baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat

sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada

imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya

pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel langerhans.1 Berbagai factor

pencetus seperti;

a. Factor trauma. Gesekan dan tekanan pada kulit sering dapat menimbulkan lesi

psoriasis pada tempat trauma, dan ini disebut fenomena koebner.

b. Factor infeksi. Infeksi streptococcus di faring dapat merupakan factor pencetus pada

penderita dengan predisposisi psoriasis. Pada bentuk ini, sebaiknya dilakukan apusan

tenggorokan untuk mencari infeksi fokal. Apabila infeksi tenggorokan sembuh,

biasanya psoriasisnya juga akan sembuh.

c. Obat-obatan. Kortikosteroid merupakan obat bermata dua. Pada permulaan dapat

menyembuhkan psoriasis, tetapi apabila obat ini dihentikan penyakit akan kambuh

kembali, bahkan lebih berat daripada sebelumnya menjadi psoriasis pustulosa atau

generalisata. Obat-obat lain seperti antimalaria (klorokuin) dan obat antihipertensi

betabloker dapat memperberat penyakit psoriasis.

d. Sinar ultraviolet dapat menghambat pertumbuhan sel-sel epidermis, tetapi bila

penderita sensitive terhadap sinar matahari, malahan penyakit psoriasis akan

bertambah hebat karena reaksi isomorfik.

e. Stress psikologis. Pada sebagian penderita factor stress dapat menjadi factor pencetus.

Penyakit ini sendiri dapat menyebabkan gangguan psikologis penderita, sehingga

menimbulkan satu lingkaran setan, dan hal ini memperberat penyakit. Sering

pengobatan psoriasis tidak akan berhasil apabila factor stress psikologis ini belum

dapat dihilangkan.

14

Page 15: Psoriasis sp.docx

f. Kehamilan. Kadang-kadang wanita yang menderita psoriasis dapat sembuh saat

hamil, tetapi akan kambuh kembali sesudah bayinya lahir, dan penyakit ini akan kebal

terhadap pengobatan selama beberapa bulan.4

Patogenesis

Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis pada penderita psoriasis telah banyak

diketahui. Gambaran histopatologi kulit yang terkena psoriasis seringkali menunjukkan

akumulasi sel monosit dan limfosit di puncak papil dermis dan dalam stratum basalis. Sel-

sel radang ini tampak lebih banyak, apabila lesi bertambah hebat. Pembesaran dan

pemanjangan papil dermis menyebabkan epidermodermal bertambah luas dan menyebabkan

lipatan dibawah lapisan stratum spinosum tambah banyak. Proses ini juga menyebabkan

masa pertumbuhan kulit menjadi lebih pendek dari normal, dari 28 hari menjadi 3-4 hari.

Stratum granulosum tidak tebentuk di dalam stratum korneum terjadi parakeratosis. Dengan

pemendekan interval proses keratinisasi sel epidermis dan stratum basalis menjadi stratum

korneum, proses permatangan dan keratinisasi gagal mencapai proses yang sempurna.

Gambar 5 perbandingan kulit sehat dan psoriasis, diunduh dari

http://psoriasis.blaauwberg.net/images/psoriasis_schematic.jpgS

Selain proses keratinisasi terganggu, proses biokimiawi di dalam masing-masing sel

berubah. Dengan mikroskop electron dapat dilihat, didalam sell epidermis, produksi

tonofilamen keratin dan butir-butir keratohialin berkurang dan adenosine 35 monofosfat

(AMP-siklik) pada lesi psoriasis berkurang. Inisangat penting dalam pengaturan aktivitas

mitosis sel epidermis.3,4

15

Page 16: Psoriasis sp.docx

Epidemiologi

Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, dapat terjadi pada semua usia namun

pada umumnya pada orang dewasa. Angka kesakitan penyakit ini di amerika dilaporkan

sebesar 1 %, jerman 1,3 %, Denmark 1,7%, dan swedia 2,3%. Di Indonesia belum ada

angka kesakitan yang jelas untuk penyakit ini.

Penyakit ini dapat mengenai semua usia, walaupun pada bayi dan anak-anak jarang, dan

tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Umur rata-rata waktu gejala pertama timbul

pada laki-laki 29 tahun dan wanita 27 tahun.1,2

Komplikasi

Psoriasis dapat menyerang sendi sehingga menimbulkan arthritis psoriasis.

Gambar 6 Diunduh dari http://www.psoriasis.or.id/content/psoraisis_arthritis.jpg

Pada psoriasis pustule, pada eritema timbul pustule miliar. Jika menyerang telapak tangan

dan kaki serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe barber. Namun jika pustule timbul lesi

psoriasis dan juga diluar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas/ rasa terbakar disebut

tipe zumbusch.

Pada psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di seluruh tubuh, dengan skuama halus

dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas-dingin.4

16

Page 17: Psoriasis sp.docx

Prognosis

Meskipun tidak menyebabkan kematian, namun bersifat kronis dan residif. Belum ada cara

yang efektif dan member penyembuhan yang sempurna. Tetapi dengan cara pengobatan

gabungan, pengendalian psoriasis menjadi lebih mudah serta kualitas hidup penderita dapat

dipertinggi.1-4

Preventif

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat terhindar dari psoriasis adalah

hindari atau mengurangi stress misalnya dengan meditasi atau relaksasi otot progresif atau

mengembangkan gaya hidup yang mencakup olah raga teratur.4

Kesimpulan

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak

eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat.

Dimana tempat predileksinya adalah di siku, lutut, kulit kepala, telapak kaki dan tangan,

punggung, tungkai atas dan bawah, serta kuku.1-8

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Psoriasis dalam Djuanda A, Hmazah M, dan Aisah S. ilmu penyakit kulit

dan kelamin. edisi 6. Jakarta: balai penerbit FKUI 2010. hal 189-195.

2. Mansjoer A, Suprohita, Wardhani W I, dan Setiowulan W. kapita selekta kedoteran.

Edisi 3; Jilid 2. Jakarta: balai penerbit FKUI 2009.hal 116-120.

17

Page 18: Psoriasis sp.docx

3. Suurmond D, Johnson R A, Wolff K. clinical dermatology. Edisi 5. Indonesia:

penerbit salemba medika 2004.hal 55.

4. Goldstein B G dan Goldstein A O. dermatologi praktis. Jakarta: hipokrates 2001. Hal

182-187.

5. Santoso M, kartadinata H, Yuliani I W, Widjaja W H, Nah Y K, dkk. Buku panduan

keterampilan medic semester 4. Jakarta: FK UKRIDA 2010. Hal 35.

6. Bickley L S. buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Jakarta: EGC

2008. Hal 64-65.

7. williams L dan Wilkins. Uji diagnostik. Edisi 3. Jakarta: EGC 2010. hal 83.

8. Rubenstein D, wayne D, Bradley J. kedokteran klinis. Edisi 6. Jakarta: EGC 2005.

Hal 342-34

18