Preskes Pediatri sosial verebral palsy
-
Upload
christine-notoningtiyas-santoso -
Category
Documents
-
view
37 -
download
4
description
Transcript of Preskes Pediatri sosial verebral palsy
Presentasi Kasus Pediatri Sosial
SEORANG ANAK PEREMPUAN 19 BULAN DENGAN
HIDROCEPHALUS OBSTRUKTIF DAN CEREBRAL PALSY
TIPE HIPOTONIK
Oleh :
Nuri Puspita Widyastuti G9911112114/C-12-2013
Dea Alberta Setiawati G9911112041 /D-4-2013
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013
BAB I
STATUS PENDERITA
I.IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. S
Umur : 19 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kradenan, Grobogan, Jawa Tengah
Tanggal Pemeriksaan : 18 April 2013
No. RM : 01186439
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap orang tua pasien
A. Keluhan Utama
Kepala membesar
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar kedua orang tua pasien dengan keluhan kepala
tampak membesar. Orang tua pasien mengatakan saat pasien beusia 5 bulan,
pasien mulai merangkak, namun terjatuh dari tempat tidur. Pasien jatuh ±
setengah meter dari lantai. Pasien jatuh dengan posisi tidak diketahui orang
tua. Begitu jatuh pasien menangis, tidak pingsan, tidak terdapat luka, tidak
berdarah, tidak muntah maupun kejang. Pasien tidak dibawa berobat ke
dokter. Pasien kemudian tidak dapat merangkak lagi dan hanya bisa berbaring
di kasur dan menjadi tidak aktif. Kejang (-), demam (-), makan dan minum
seperti biasa.
Orang tua pasien mengeluhkan bahwa perkembangan pasien bila
tertinggal dibandingkan teman sebaya nya setelah terjatuh dari tempat tidur.
1
Nafsu makan tidak ada keluhan, fungsi vegetatif juga tidak ada keluhan.
Kepala pasien tampak membesar mulai 6 bulan yang lalu, dibawa periksa ke
bidan diberikan beberapa obat (pasien tidak tahu namanya) tetapi tidak ada
perubahan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat/makanan : (-)
Riwayat kejang : (-)
Riwayat trauma kepala : (+) 1 tahun yang lalu
Riwayat mondok : (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat perkembangan terlambat : (-)
Riwayat kejang pada keluarga : (-)
Riwayat alergi obat/makanan : (-)
E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Faringitis (-)
Bronkitis (-)
Morbili (-)
Pertusis (-)
Varicella (-)
Malaria (-)
Polio (-)
Diare (-)
Disentri (-)
F. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien adalah anak tunggal. Ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan,
dengan pendapatan 800.000 rupiah per bulan. Ibu pasien bekerja sebagai
2
buruh cuci. Pasien tinggal bersama orang tua kandung dan nenek kandung
pasien di rumah. Pasien sehari-hari diasuh oleh nenek kandung pasien.
G. Pohon Keluarga
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: penderita
H. Riwayat Makan Minum Anak
- Usia 0-6 bulan : ASI, frekuensi minum susu tiap kali bayi menangis atau
minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali.
- Usia 6-9 bulan : ASI tetap diberikan, ditambah susu formula 3 kali sehari
@ 120ml dan makanan tambahan berupa bubur susu
diselingi buah.
- Usia 9 bulan- sekarang: ASI dan susu formula tetap diberikan, diberikan
nasi tim tiga kali sehari @ 1 mangkuk kecil.
Biasanya porsi yang diberikan selalu habis
Kesan: Kualitas dan kuantitas baik
I. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan. Frekuensi
pemeriksaan pada trimester I 1 kali, trimester II 1 kali, dan pada trimester III 2
kali. Penyakit kehamilan (-). Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-
obatan yang diminum adalah vitamin dan tablet penambah darah.
3
J. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara normal di bidan, usia kehamilan: 9 bulan, berat
lahir: 2,9 kg, panjang badan: 46 cm. Pasien lahir spontan dan langsung
menangis.
K. Riwayat Pemeriksaan Post Natal
Pemeriksaan bayi setelah lahir rutin dilakukan di posyandu saat
imunisasi.
L. Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 1 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
POLIO 1 bulan 2 bulan 3 bulan 6 bulan
Hepatitis B 1 bulan 2 bulan 5 bulan -
Campak 9 bulan - - -
Kesimpulan : imunisasi sesuai jadwal KMS
M. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Motorik Kasar
Setara dengan umur bulan
Bahasa
Setara dengan umur bulan
Motorik halus
Setara dengan umur bulan
Personal sosial
Setara dengan umur bulan
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
Derajat Kesadaran: komposmentis
Status gizi : kesan gizi baik
Vital Sign:
t : 36,7oC
N : 96 x/menit,
RR : 24 x/menit
BB : 8,9 kg
PB : 74 cm
Status gizi Secara Antropometri:
BB = 8,9 x 100 % = 93,68 % (WHO) -2 SD < BB < 0 SD
U 9,5 U
TB = 74 x 100 % = 96,10% (WHO) -2SD < BB < 0 SD
U 77 U
BB = 8,9 x 100 % = 100 % (WHO) BB = 0 SD
TB 8,9 TB
Status gizi secara antropometri : gizi baik
Kepala : bentuk mesocephal, LK 53 cm (>2SD, Nellhouse) UUB belum
menutup
Mata : conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : napas cuping hidung(-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
5
Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan =kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan =kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas:
akral dingin sianosis oedem
ADP teraba kuat
CRT <2”
Status Neuroolgis
Reflex fisiologis
Refleks biceps : (+/+)
Refleks triceps : (+/+)
Refleks patella : (+/+)
Refleks achilles : (+/+)
Reflek patologis:
R. Babinski : (+/+)
R. Chaddock : (-/-)
6
- ---
- ---
- ---
R. Gordon : (-/-)
R Schaffer : (-/-)
R. Oppenheim : (-/-)
Meningeal Sign:
Kaku kuduk : (-)
Kernig : (-)
Brudzinsky I/II: (-)
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Hidrocephalus
2. Cerebral palsy
3. Global Delayed Development
V. DIAGNOSIS
Hidrocephalus dengan cerebral palsy tipe hipotonik
V. PENATALAKSANAAN
VI. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : malam
Ad fungsionam : malam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CEREBRAL PALSY
a. Definisi
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah
selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan
serebelum juga kelainan mental. 1
Terminology ini digunakan untuk mendeskripisikan kelompok penyakit
kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis
yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak
akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada
kedua belahan otak, atau hemisfer dan palsi mendeskripsikan bermacam penyakit
yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh. Jadi penyakit tersebut
tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan saraf tepi, melainkan
terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan pada area motorik otak yang
akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur
secara adekuat. 2
Gejala dapat berbeda pada setiap penderita, dan dapat berubah pada seorang
penderita. Penderita CP derajat berat akan mengakibatkan tidak dapat berjalan
atau membutuhkan perawatan yang ekstensif dan jangka panjang, sedangkan CP
derajat ringan mungkin hanya sedikit canggung dalam gerakan dan
membutuhkan bantuan yang tidak khusus. CP bukan penyakit menular atau
bersifat herediter.
b. Klasifikasi Klinis
8
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis..
Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi
dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu :
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami
kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua
tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai
tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk
karakterisitik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan gait gunting
(scissor gait). Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor
hemiparesis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada
tungkai pada satu sisi tubuh.
Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.
a. Monoplegi bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya
lengan
b. Diplegia keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih
berat daripada kedua lengan
c. Triplegia bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak
adalah mengenai kedua lengan dan kaki
d. Quadriplegia keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang
sama
e. Hemiplegia Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan
terkena lebih berat
9
Gambar anggota gerak yang mengalami kelainan
2. CP Atetoid / diskinetik
Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak
terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan
atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah,
menyebabkan anak tampak selalu menyeringai dan selalu mengeluarkan air
liur. Gerakan sering meningkat selama periode peningkatan stress dan hilang
pada saat tidur.
3. CP Ataksid
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita
yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil
dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi
yang saling berjauhan, kesulitan dalam melakukan gerkan cepat dan tepat,
misalnya menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami
tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku,
menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru akan
digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat pendertia akan menuju
obyek yang dikehendaki.
4. CP Campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu
bentuk CP yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang sering
dijumpai adalah spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga
mungkin dijumpai.
10
CP juga dapat diklasifikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan
kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal (Tabel 1.)
Tabel 1. Klasifikasi CP berdasarkan Derajat Penyakit
Klasifik
asi
Perkemban
gan motorik
Gejala Penyakit
penyerta
Minimal Normal,
hanya
terganggu
secara
kualitatif
Kelainan tonus
sementar
Refleks
primitif
menetap terlalu
lama
Kelainan
postur ringan
Gangguan
gerak motorik
kasar dan
halus, misalnya
clumpsy
Gangguan
komunikas
i
Gangguan
belajar
spesifik
Ringan Berjalan
umur 24
bulan
Perkembangan
refleks primitif
abnormal
Respon
postular
terganggu
Gangguan
motorik seperti
tremor
Gangguan
11
koordinasi
Sedang Berjalan
umur 3
tahun
kadang
memerluka
n bracing.
Tidak perlu
alat khusus
Berbagai
kelainan
neurologis
Refleks
primitif
menetap
Respon
postural
terlambat
Retardasi
mental
Gangguan
belajar dan
komunikas
i
Kejang
Berat Tidak bisa
berjalan
atau
berjalan
dengan alat
bantu,
kadang
butuh
operasi
gejala
neurologis
dominan
refleks primitif
menetap
respon postural
tidak muncul
Penyakit Lain yang Berhubungan dengan Cerebral Palsy
Banyak penderita CP juga menderita penyakit lain. Kelainan yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat
menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang,
atensi terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku, dan penglihatan dan
pendengaran. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan CP adalah :
1. Gangguan mental
12
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan
gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental
sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia.
2. Kejang atau epilepsi
Setengah dari seluruh anak CP menderita kejang. Selam kejang, aktivitas
elektri dengan pola normal dan teratur di otak mengalami gangguan karena
letupan listrik yang tidak terkontrol. Pada pendertia CP dan epilepsi, gangguan
tersebut akan tersebar keseluruh otak dan menyebabkan gejala pada seluruh
tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau mungkin hanya pada satu bagian otal dan
menyebabkan gejala kejang parsial. Kejang tonik-klonik secara umum
menyebabkan penderita menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran,
twitching kedua tungkai dan lengan, gerakan tubuh konvulsi dan hilangnya
kontrol kandung kemih.
3. Gangguan pertumbuhan
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga berat,
terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah istilah untuk
mendeskripsikan anak – anak yang terhambat pertumbuhan dan
perkembangannya walaupun dengan asupan makanan yang cukup. Tampak
pendek dan tidak tampak tanda maturasi seksual. Sebagai tambahan, otot tungkai
yang mengalami spastisitas mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding
normal. Kondisi tersebut juga mengenai tangan dan kaki karena gangguan
penggunaan otot tungkai (disuse atrophy).
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Mata tampak tidak segaris karena perbedaan pada otot mata kanan dan kiri
sehingga menimbulkan penglihatan ganda. Jika tidak segera dikoreksi dapat
menimbulkan gangguan berat pada mata.
5. Sensasi dan persepsi normal
13
Sebagian pendertia CP mengalami gangguan kemampuan untuk merasakan
sensasi misalnya sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami stereognosia, atau
kesulitan merasakan dan mengidentifikasi obyek melalui sensasi.
c. Faktor Resiko Cerebral Palsy
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP semakin
besar antara lain adalah:
1. Letak sungsang.
2. Proses persalinan sulit.
Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda
awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi
tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan
kerusakan otak permanen.
3. Apgar score rendah.
Apgar score yang rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran.
4. BBLR dan prematuritas.
Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir <2500gram dan
bayi lahir dengan usia kehamilan <37 minggu. Resiko akan meningkat
sesuai dengan rendahnya berat lahir dan usia kehamilan.
5. Kehamilan ganda.
6. Malformasi SSP.
Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan
malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal
(mikrosefali). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah telah terjadi pada
saat perkembangan SSP sejak dalam kandungan.
7. Perdarahan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir
kehamilan. Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan
dan peningkatan jumlah protein dalam urine berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya CP pada bayi
8. Hipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang.
14
9. Kejang pada bayi baru lahir
d. Diagnosis Cerebral Palsy
1. Gejala Awal
Tanda awal CP biasanya tampak pada usia <3 tahun, dan orang tua sering
mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi
dengan CP sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap,
duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan.
a) Spastisitas
b) Tonus otot yang berubah
c) Koreoatetosis
d) Ataksia
e) Gangguan pendengaran
f) Gangguan bicara
g) Gangguan mata
2. Pemeriksaan Fisik
Dalam menegakkan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan
kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari
riwayat kehamilan, persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan
pemeriksaan refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak.
Perlu juga memeriksa penggunaan tangan, kecenderungan untuk
menggunakan tangan kanan atau kiri. Jika dokter memegang obyek didepan
dan pada sisi dari bayi, bayi akan mengambil benda tersebut dengan tangan
yang cenderung dipakai, walaupun obyek didekatkan pada tangan yang
sebelahnya. Sampai usia 12 bulan, bayi masih belum menunjukkan
kecenderungan menggunakan tangan yang dipilih. Tetapi bayi dengan spastik
hemiplegia, akan menunjukkan perkembangan pemilihan tangan lebih dini,
sejak tangan pada sisi yang tidak terkena menjadi lebih kuat dan banyak
digunakan.
15
Langkah selanjutnya dalam diagnosis CP adalah menyingkirkan
penyakit lain yang menyebabkan masalah pergerakan. Yang terpenting, harus
ditentukan bahwa kondisi anak tidak bertambah memburuk. Walaupun gejala
dapat berubah bersama waktu, CP sesuai dengan definisinya tidak dapat
menjadi progresif. Jika anak secara progresif kehilangan kemampuan motorik,
ada kemungkinan terdapat masalah yang berasal dari penyakit lain, misalnya
penyakit genetik, penyakit muskuler, kelainan metabolik, tumor SSP.
Penelitian metabolik dan genetik tidak rutin dilakukan dalam evaluasi anak
dengan CP. Riwayat medis anak, pemeriksaan diagnostik khusus, dan, pada
sebagian kasus, pengulangan pemeriksaan akan sangat berguna untuk
konfirmasi diagnostik dimana penyakit lain dapat disingkirkan.
e. Tatalaksan Cerebral Palsy
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang baik
dari pihak orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik jika
diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy yang dikelola
tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner ( missal: dokter anak, neurologis, ahli
bedah ortopedi, bedah saraf, THT, guru luar biasa).
a. Obat obatan
1. Obat anti spastisitas
Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita C.P.
karena :
Spastisitas penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga
mengganggu program rehabilitasi.
Keadaan hiperefleksi yang sangant mengganggu fungsi motorik
(misalnya: ada klonus kaki yang hebat)
Kontraksi pleksi pada tungkai yang progresif.
Spasitisitas penderita yang mempersulit perawatan.
2. Obat psikotropik
16
3. Antikonvulsan
b. Tindakan ortopedi
Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi deformitas
akibat proses spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon.
Dalam hal ini harus dipertimbangkan secara matang beberapa factor sebelum
melakukan tindakan bedah.
c. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu terapi dasar bagi penderita C.P fisioterapi
yang cepat dilaksanakan pada penderita yang masih muda pada tahap dini
manfaatnya jauh lebih nyata jika dibandingkan dengan penderita yang lebih
lambat. Satu hal yang perlu ditekan kan pada orang tua didalam membantu
pelaksanaan fisioterpi sang anak berada dirumah.
Adapun jenis jenis nya adalah :
Alat bantu: pada fisioterapi banyak sekali dijumpai jenis alat bantu yang
bertujuan untuk melatih dan membangkitkan aktifitas reflektoris dan
membantu melakukan aktifitas sehari hari.
Occupational therapy
Speech therapy
Pendidikan luar biasa
d. Factor social
Rekreasi, sport dan kesenian
Gizi yang baik
Kesempatan memperoleh kerja
e. Pendidikan
Penderita cerebral palsy dididik sesuai dengan tingkat intelegensinya,
disekolah luar biasa dan bila mungkin disekolah biasa bersama sama dengan anak
yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal yaitu
pulang kerumah dengan kendaraan bersama sama sehingga mereka tidak mersa
17
diasingkan hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak
secara berlebihan.
HYDROCEPHALUS
Definisi
Hydrocephalus berasal dari bahasa Latin yaitu "Hydro" yang berarti "air" dan
"Cephalus" yang berarti "kepala". Hydrocephalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang
meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikel ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hydrocephalus
selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya
kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun.
Anatomi Fisiologi
LCS terdapat dalam suatu system yang terdiri dari spatium liquor
cerebrospinalis internum dan externum yang saling berhubungan. Hubungan antara
keduanya melalui dua apertura lateral dari ventrikel keempat (foramen Luscka) dan
apetura medial dari ventrikel keempat (foramen Magendie). Pada orang dewasa,
volume cairan cerebrospinal total dalam seluruh rongga secara normal ± 150 ml;
bagian internal (ventricular) dari system menjadi kira-kira setengah jumlah ini.
Antara 400-500 ml cairan cerebrospinal diproduksi dan direabsorpsi setiap hari. LCS
memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari
air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion,
membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan
memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume
veno
sus volume cairan cerebrospinal). Tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal
adalah 70-180 mm air; perubahan yang berkala terjadi menyertai denyutan jantung
dan pernapasan. Takanan meningkat bila terdapat peningkatan pada volume
18
intracranial (misalnya, pada tumor), volume darah (pada perdarahan), atau volume
cairan cerebrospinal (pada hydrocephalus) karena tengkorak dewasa merupakan suatu
kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap
penambahan volume tanpa kenaikan tekanan. LCS dihasilkan oleh pleksus
choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam ventriculus tertius, dan
dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus. Di sana cairan ini
memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan
medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan sistem ventricular melalui
apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki rongga
subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam
rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil
direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau
dinding ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari
sinus atau vena-vena) di berbagai daerah kebanyakan di atas konveksitas superior.
Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan reabsorpsi.
Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang terus menerus di dalam
dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang.
Cerebrospinal atau CSS merupakan cairan yang membungkus otak & tulang
belakang. Fungsi CSS adalah :
1. Sebagai 'Shock Absorber' & melindungi otak.
2. Mengangkut zat makanan ke neuron SSP dan membuang produk sisa ke darah
ketika cairan direabsorpsi.
3. Mengalir antara tempurung kepala & tulang belakang guna mengkompensasi
perubahan volume darah dalam otak.
4. Sebagai bantalan SSP.
Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal
(CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel
dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
19
ruangan CSS diatasnya. Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam
klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat
pada bayi dan anak ialah :
a. Kelainan bawaan (Congenital)
Stenosis Aquaduktus Sylvii (penyempitan saluran pada otak tengah).
Gangguan tumbuh kembang janin seperti: Spina bifida, kranium bifida
atau encephalocele yaitu : hernia jaringan syaraf karena cacat tempurung
kepala.
Dandy-Walker Syndrom (ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasi
vermis serebelum.Kelainan berupa atresia kongenital foramen Luschka
dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran
sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya
hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi
ventrikel IV dan rongga subarakhnoid yang tidak adekuat, dan hal ini
dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak
dalam tiga bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan
dengan anomali lainnya seperti: agenesis korpus kalosum,
labiopalatoskisis, anomalyokuler, anomali jantung, dan sebagainya).
Kista araknoid (selaput otak)
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
20
Anomali pembuluh darah.
b. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
d. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
Jenis Hydrocephalus
Dapat diklasifikasikan menurut :
a. Waktu pembentukan
1) Hydrocephalus Congenital, yaitu hydrocephalus yang dialami sejak
dalam kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
2) Hydrocephalus Akuisita, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah bayi
21
dilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan.
b. Proses terbentuknya hydrocephalus
1) Hydrocephalus Akut, yaitu hydrocephalus yang tejadi secara mendadak
yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal).
2) Hydrocephalus Kronik, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah cairan
CSS mengalami obstruksi beberapa minggu.
c. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
1) Communicating, yaitu kondisi hydrocephalus dimana CSS masih bisa
keluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
2) Non Communicating, yaitu kondis hydrocephalus dimana sumbatan
aliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang
menghubungkan ventrikel-ventrikel otak.
d. Proses penyakit
1) Acquired, yaitu hydrocephalus yang disebabkan oleh infeksi yang
mengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus
otak (meninges).
2) Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cedera traumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan
otak atau athrophy.
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus
juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih
jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan di diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi
ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran
diameter kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan
CSS. Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar.
Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, takkan mampu menambah
besar diameter kepala.
Manifestasi klinis
22
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-gejala yang
menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari
hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Awitan Hydrocephalus terjadi pada masa neonatus
Pembesaran kepala abnormal
Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm
Pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama
kehidupan
Kranium terdistensi dalam semua arah terutama pada daerah frontal
Fontanella terbuka dan tegang
Sutura masih terbuka bebas
Tulang kepala menjadi sangat tipis
Vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok
2. Awitan Hydrocephalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial
Lokasi nyeri kepala tidak khas
Disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus
Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien
hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif
dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal.
Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
a. Fontanel anterior yang sangat tegang
b. Sutura kranium tampak atau teraba melebar
c. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol
d. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon)
23
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, kejang,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada
gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
Patofisiologi
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat
dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa
normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui
foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke
dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis
menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan
aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Peningkatan
24
tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena
kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.
Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
Pemeriksaan penunjang
Upaya penegakan diagnosis suatu kelainan dalam hal ini hidrosefalus dapat
dilakukan dengan melakukan skrining atau deteksi dini gangguan tumbuh kembang
anak. Dalam mendiagnosa Hydrocephalus dapat juga dilakukan lewat evaluasi klinis
seorang dokter spesialis syaraf dengan bantuan teknik foto kepala seperti USG
(Ultrasonography), CT (Computed Tomography), MRI (Magnetic Resonance
Imaging) serta teknik-teknik lain untuk mengukur besarnya tekanan dikepala. Pada
penderita dewasa tanda klinis tidak sejelas pada bayi. Patokan yang digunakan adalah
tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial. Untuk membantu penegakan diagnosis,
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang radiologis dan laboratoris. Baik pada
penderita bayi maupun dewasa, pemeriksaan radiologis yang menjadi gold standard
adalah CT scan. Sedangkan pemeriksaan laboratoris meliputi pemeriksaan darah dan
CSS untuk mendeteksi adanya infeksi.
Diagnosis banding
Pembesaran kepala dapat terjadi pada hidrosefalus, makrosefali, tumor otak,
abses otak, granuloma intrakranial, dan hematoma subdural perinatal, hidranensefali.
Hal-hal tersebut dijumpai terutama pada bayi dan anak-anak berumur kurang dari 6
tahun.
Prognosis
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan
meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena
25
aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar
40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi,
angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi
normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali
anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1. Mengurangi produksi CSS
2. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
3. Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid
atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3. Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
26
Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga
subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca
operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan
pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada
shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan
bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Capute AJ, Accardo PJ. 1991. Cerebral palsy. The spectrum ofmotordysfunction. in:
Capute AJ, Accardo PJ, (eds). Developmental Disabilities in Infancy and
Childhood. Baltimore: Paul H. Brookes PubI Co.
Donna L. Wong . Wong’s essential of pediatric nursing. Ed 6. 2001. Mosby inc.
Fletcher J.M, Francis D.J, Thompson N.M, Davidson K.C, Miner M.E, 1992 Verbal
and Non Verbal Skill Discrepancies in Hydrocephalus Children, in J Clin Exp
Neuropsycho, 14(4) : 596-602.
27
Hasan rosepno, Hussein alatas. Ilmu kesehatan anak jilid II: cerebral palsy. Jakarta,
1985: 884-888.
Menkes JH. Textbook of Child Neurology. 4th. ed. Philadelphia: Lea & Febiger
1990; 306-311
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak; editor: IG.N. Gde Ranuh. Jakarta.
28