Preskes Combustion

28
KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK SEORANG LAKI-LAKI 30 TAHUN DENGAN COMBUSTIO ELECTRICAL GRADE II 19 % Oleh : Pembimbing: dr. Amru Sungkar, Sp.B. Sp.BP KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH Margareta Grace G9911112091 Periode: 29 Oktober – 03 November 2012

Transcript of Preskes Combustion

KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK

SEORANG LAKI-LAKI 30 TAHUN DENGAN COMBUSTIO ELECTRICAL GRADE II 19 %

Oleh : Margareta Grace G9911112091

Periode: 29 Oktober 03 November 2012

Pembimbing: dr. Amru Sungkar, Sp.B. Sp.BP

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH SMF ILMU BEDAH FK UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2012

BAB I STATUS PASIEN A. ANAMNESA 1. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Status Agama Alamat No RM Masuk RS Pemeriksaan : Tn. R : 30 tahun : Laki-laki : Menikah : Islam : Andong, Boyolali :01158051 : 28 Oktober 2012 : 01 November 2012

Ruang perawatan : RGB/Bed 5

2. KELUHAN UTAMA Nyeri pada tangan dan selangkangan akibat tersengat listrik

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 2 jam SMRS pasien memasang besi untuk tenda. Besi yang dipasang pasien menyentuh kabel listrik tegangan tinggi, sehingga pasien tersengat listrik. Setelah kejadian pasien sadar, pingsan (-), muntah (-). Pasien mengeluh nyeri pada kedua tangan dan selangkangan, oleh penolong pasien dibawa ke RSU Assalam, Gendong, Sragen dengan diagnosis luka bakar listrik. Karena keterbatasan sarana, pasien dirujuk ke RSDM.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat hipertensi Riwayat DM : disangkal : disangkal

Riwayat asma Riwayat alergi

: disangkal : disangkal

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat hipertensi Riwayat DM Riwayat asma Riwayat alergi : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK Keadaaan umum Primary Survey a. Airway b. Breathing c. Circulation d. Disability (3mm/3mm) e. Exposure Secondary survey : Suhu 36,0o C : : sadar, lemah : : Bebas : Thoracoabdominal dengan RR 22x/menit : Heart Rate 90x/menit, tensi 112/53 mmHg : GCS E4V5M6, reflek cahaya (+/+), pupil isokor

a. Kepala : jejas (-) b. Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) c. Hidung : simetris, deformitas (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-/-) d. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-) e. Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), mukosa basah f. Leher : simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-) g. Thorax : Normochest, simetris, retraksi (-) h. Jantung Inspeksi : : ictus cordis tidak tampak

Palpasi Perkusi Auskultasi i. Pulmo : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi j. Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi k. Ekstremitas

: ictus cordis tidak kuat angkat : batas jantung kesan tidak melebar : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

: Pengembangan dada kanan= kiri : Fremitus raba kanan=kiri : sonor/sonor : SDV (+/+), ST (-/-) : : Distensi (-) : Bising usus (+) normal : tympani : supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-) :

Superior Dx : akral dingin (-), edema (-), jejas lihat status lokalis Superior Sn Inferior Dx Inferior Sn : akral dingin (-), edema (-), jejas lihat status lokalis : akral dingin (-), edema (-), jejas lihat status lokalis : akral dingin (-), edema (-), jejas lihat status lokalis

C. STATUS LOKALIS R. Humerus (D) Inspeksi : luka (+) dengan jejas subkutis grade II 4,5%

R. Humerus (S) Inspeksi : luka (+) dengan jejas subkutis grade II 4,5%

R. Femur anterior (D) Inspeksi : luka (+) dengan jejas subkutis grade II 4,5%

R. Femur anterior (S) Inspeksi R. Genitalia : luka (+) dengan jejas subkutis grade II 4,5%

Inspeksi

: luka (+) dengan jejas subkutis grade II 1%

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 28 Oktober 2012 Laboratorium Hb (g/dL) Hct (%) AE (106/uL) AL (103/uL) AT (103/uL Gol. Darah PT (detik) APTT (detik) Na (mmol/L) K (mmol/L) Cl (mmol/L) Hasil 15,8 46 5,01 19,1 238 O 12,0 25,8 136 2,8 101 10,0-15,0 20,0-40,0 136-145 3,3-5,1 98-106 Harga Rujukan 13,5-17,5 33-45 4,50-5,90 4,5-11,0 150-450

2.

Pemeriksaan Radiologi Rontgen toraks PA 28 Oktober 2012

Toraks PA: Cor: besar dan bentuk kesan normal Pulmo: tidak terdapat peningkatan corakan bronkovaskuler Trachea ditengah Sistema tulang baik Sudut costophrenikus kanan kiri tajam

Kesan : Cor dan pulmo tak tampak kelainan

E. ASSESMENT Combustio electrical grade II 19%%

F. PLANNING DIAGNOSTIK O2 2lpm Infus: RL: NaCl: D5: Aminofel= 1: 2: 1: 1/24 jam Injeksi: cefriakson 1g/12 jam Injeksi: metamizole 1g/8 jam Injeksi: ranitidine 50mg/12 jam Rawat luka dengan bulle + kassa lembab + kassa kering Evaluasi KU/VS/Balance cairan Monitoring EKG

G. PROGNOSIS a. Ad vitam b. Ad sanam c. Ad fungsionam : dubia : dubia : dubia

BAB II JAWABAN UJIAN 1. ANAMNESIS Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang dapat menyertakan jaringan dibawah kulit. Luka bakar elektrik dapat dibagi menjadi luka bakar elektrik tegangan tinggi dan tegangan rendah. Tegangan tinggi bisa disebabkan sengatan listrik dengan tegangan lebih dari 1000 Volts (Sudjatmiko, 2011; N Blackwell and J Hayllar, 2002; S. Homa et al, 1990). Pada pasien ini, anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan

alloanamnesis: a. Siapakah nama pasien, umur, dan pekerjaan? b. Apa yang membuat pasien dibawa ke rumah sakit? c. Apa yang menyebabkan pasien merasakan keluhan nyeri pada kedua tangan dan selangkangan? Bagaimanakah sifat nyeri nya? d. Kapan terjadinya peristiwa tersebut? e. Bagaimana kronologis peristiwa tersebut? f. Bagaimana mekanisme terjadinya luka bakar yang menimpa pasien? Disebabkan oleh listrik, api, air panas, bahan kimia, atau lainnya? g. Bagian tubuh mana saja yang pertama kali terbakar? h. Bagian tubuh mana saja yang terkena? i. Pakaian berbahan apa yang dikenakan pasien saat kejadian? j. Bagaimana kondisi awal pasien saat sesudah kejadian? Apakah pasien sadar atau pingsan? k. Apa yang dirasakan oleh pasien selain keluhan utama? Adakah mual, muntah, pusing, kejang? l. Sebelum dibawa ke RSDM, tindakan apa saja yang sudah dilakukan penolong untuk pasien? m. Apakah sebelum di bawa ke RSDM sudah diberi obat? Apakah keluhan membaik setelah diberi obat?

n. Pemeriksaan apa saja yang sudah dilakukan pada pasien sebelum dirujuk ke RSDM? o. Apakah diagnosis awal pasien dari RS pertama kali pasien dibawa ke sana? p. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit tertentu? Riwayat sakit serupa? Riwayat DM? Hipertensi? Alergi? Asma? q. Apakah keluarga pasien memiliki riwayat penyakit tertentu? Riwayat DM? Hipertensi? Alergi? Asma?

2. PEMERIKSAAN FISIK Primary Survey A (airway): jalan napas. Penilaian adanya trauma inhalasi (awasi 24 jam) Mempertahankan patensi jalan nafas (intubasi dgn ET atau tracheostomi sedini mungkin) B (breathing): kemampuan bernapas. Menilai kemungkinan keracunan CO Melakukan eskarotomi bila terdapat eskar melingkar di dinding dada. Memberikan oksigen dan ventilasi C (circulation): status volume pembuluh darah. Akses vena yang adekuat Monitoring tanda-tanda vital Monitor produksi urin tiap jam Dewasa : 30-50 mL/jam Anak : 1.0 ml/kg/jam

D (disability): status neurologis pasien. E (Exposure): pengawasan suhu tubuh pasien (Hilton, 2001)

Secondary Survey 1) Pemeriksaan kepala dan leher Kepala dan rambut

Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar Mata Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. Mulut Sianosis karena kurangnya supply darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang Telinga Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen Leher Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan 2) Pemeriksaan thorak / dada Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi 3) Abdomen Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis. 4) Urogenital Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.

5) Muskuloskletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri 6) Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik) 7) Pemeriksaan kulit Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus Rule of 9 (rule of nine lund and Browder), yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ektremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda. Selain dalam dan luasnya permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah maka bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat (Sjamsuhidajat,dkk. 2005).

3. DIAGNOSIS Luka bakar disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, gigitan serangga, kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah / frost bite, jilatan api (flash), kobaran api (flame), air panas (scald), suhu sangat rendah (frost bite), arus listrik (electrical current), bahan kimia, laser, radiasi, ,tersambar petir, dan ledakan (Edlich, 2010; Mayo Clinic Staff, 2010). Berdasarkan kedalaman luka bakar, dibedakan menjadi:1. Derajat I (luka bakar superfisial) Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanay akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. 2. Derajat II (luka bakar dermis) Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti sel epitel basal, klenjar sebasea, kelenjar keringat, folikel rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi :

Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.

Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih dalam mengenai dermis subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian yang memiliki kemampuan reproduksi.

3.

Derajat III Luka bakar meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu tidak ada lgi epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi berwarna puith, tidak ada bula, dan tidak ada nyeri.

Berdasarkan luas luka bakar menurut EMS Professions Temple College, 2008: 1. Luka Bakar Berat / kritis Derajat II III > 20% (usia < 10 thn atau > 50 thn) Derajat II III > 25 % selain kelompok usia di atas Mengenai muka, telinga, tangan, kaki, perineum Cedera inhalasi Luka bakar listrik Disertai cedera lain (missal fraktur iga, dll). 2. Luka Bakar Sedang Luas 15 25% dengan derajat III < 10% pada dewasa Luas 10 20% (usia < 10 tahun atau > 50 tahun dengan derajat III < 10 % Derajat III < 10% tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum pada anak dan dewasa 3. Luka Bakar Ringan Luas < 15% pada dewasa Luas < 10% pada anak dan usia lanjut

Derajat III < 2% pada segala usia, tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum Kategori ini untuk kepentingan prognosis berhubungan dengan angka

morbiditas dan mortalitas. Indikasi Rawat Inap : 1. Dewasa : Derajat II dengan luas 15 %, anak atau orang tua derajat II luas 10 % 2. Derajat III 10 % 3. Penyebabnya kimia dan listrik 4. Menderita gangguan atau penyakit lain

4. PEMERIKSAAN

PENUNJANG

DAN

PENILAIAN

HASIL

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah lengkap dan serum, hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume. Peningkatan leukosit yang didapatkan pada pemeriksaan hematologi menandakan reaksi inflamasi pada fase akut luka bakar Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilangan protein Faal hati dan ginjal Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan faktor yang mendasari ECG : untuk mengetahui adanya aritmia

5. RENCANA PENATALAKSANAAN A. Prioritas pertama pada luka bakar bertujuan untuk menghentikan proses bakar, mendinginkan luka bakar, dan menutupi luka bakar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan: 1. Hentikan proses bakar dengan cara menjauhkan atau mematikan sumber panas, contohnya: STOP, DROP, ROLL, and COVER pada kejadian terbakar api, memutuskan sambungan listrik pada luka bakar listrik, atau dengan cara menyiramkan air pada luka bakar untuk mendinginkan luka bakar. 2. Dinginkan luka bakar dapat dilakukan dengan irigasi menggunakan air dingin (150 C)selama 20 menit bermanfaat untuk mendinginkan luka bakar, mengurangi nyeri, dan mengurangi edema. Hasil penelitian dari irigasi air dingin selama 20 menit ini pun bermakna pada improvisasi di re-epitelisasi jaringan setelah 2 minggu luka bakar dan kurangnya jaringan scar dalam 6 minggu post luka bakar. Metode lain seperti kompres handuk basah dan es tidak disarankan. 3. Diberikan antibiotika (bila < 6 jam) berupa Sefalosporin generasi III, analgetika, bermacam obat golongan opioids, paracetamol, dan anti inflamasi seperti ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, antasid (H2blocker) untuk mencegah stress ulcer, ATS / Toxoid. 4. Menutup luka bakar, dengan balutan yang juga digunakan untuk mencegah hipotermia B. Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang efektif, untuk pasien dengan kecurigaan cedera inhalasi berikan O2 sampai 100% melalui masker 10 l/mnt. Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas darah arteri menunjukkan hiperkapnia berat meskipun dengan O2 C. Prioritas ketiga adalah untuk memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan cairan, diberikan resusitasi cairan. Resusitasi cairan diperlukan jika luka bakar termasuk dalam derajat 2 atau 3 dengan yang melebihi 25% dari luas permukaan tubuh.

Formulasi cairan menurut Baxter Hari 1 : Berat Badan (kg) x 4 cc (RL), 50% total perhitungan cairan diberikan 8 jam pertama dan sisanya 16 jam setelahnya Hari 2 : 500-2000 cc (koloid) + glukosa 5%, untuk mempertahankan cairan

Formulasi cairan menurut EVANS Hari 1 : - Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc (elektrolit/NaCl) per 24 jam - Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc Koloid per 24 jam - 2000 cc glukosa 10% Hari 2 : cairan diberikan setengah dari jumlah cairan pada hari pertama Hari 3 : cairan diberikan setengah dari jumlah cairan pada hari kedua Hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Jenis cairan 2. Permaebilitas akan membaik setelah 8 jam pasca trauma 3. Koloid diberikan setelah permaebilitas pembuluh darah membaik dan diberikan dalam bentuk plasma 4. Penderita dengan curiga gangguan sirkulasi yang datang terlambat atau dalam keadaan syok harus ditangani sebagai syok hipovolemik Monitoring sirkulasi bisa dilihat dari : 1. Tekanan darah, nadi, pengisian vena, pengisian kapiler, 2. Dieresis 3. CVP 4. Hb dan Ht setiap jam Urine Output adalah parameter utama dalam menilai keberhasilan resusitasi.

Target utama Urine Output sebanyak 0,5-1,0 ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1,01,5 ml/kgBB/jam pada anak. D. Prioritas keempat adalah perawatan luka Derajat I :

- Cuci NaCl 500 cc - Zalf Bioplasenton untuk mencegah kuman masuk/infeksi Derajat II : - Cuci dengan larutan savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc - Sufratul - Tutup verband steril tebal , ganti tiap minggu Derajat III : - Cuci dengan larutan savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc tiap hari - Debridemen tiap hari - Escharektomi - Dermazin/Burnazin (sulfadiazin) tiap hari Hari ke-7 dimandikan air biasa, setelah mandi daerah luka didesinfektan larutan savlon 1 : 30 Luka dibuka 3 4 hari jika tidak ada infeksi / jaringan nekrosis Posisi Penderita : o Ekstremitas sendi yang luka posisi fleksi / ekstensi maksimal o Leher & muka defleksi, semi fowler (bantal di punggung) Eskarektomi dilakukan bila luka melingkar atau berpotensi penekanan sedangkan skingraf dilakukan pada: luka grade II dalam 3 minggu tak sembuh, luka grade III setelah eksisi, terdapat granulasi luas (diameter > 3 cm) E. Prioritas kelima adalah penanganan nutrisi dan roborantia

TKTP diberikan oral secepat mungkin Kebutuhan kalori menurut Formula Curreri : Dewasa = 25 cal/KgBB + 40 cal% LB Anak = 60 cal/KgBB + 35 cal% LB

Roboransia vit C (setelah 2 minggu), vit B dan vit A 10.000 U

(Sudjatmiko G, 2011; D. J. Dewar et al, 2004; Sidik, 2004).

6. EDUKASI, PENYULUHAN, DAN PENCEGAHAN SEKUNDER E d u k a s i , p e n yu l u h a n , d a n p e n c e g a h a n s e k u n d e r ya n g d a p a t d i l a k u k a n a d a l a h dengan menyarankan agar menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar. Pencegahan sekunder dapat dilakukan untuk mencegah perburukan penyakit dan komplikasi yang ditimbulkan dari luka bakar. Salah satu komplikasi serius luka bakar adalah kontraktur yang terjadi akibat reorganisasi kolagen dan muncul pada scar yang telah matang, menebal, dan akan mengencang, serta menahan gerakan. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontraktur ini dengan fleksi leher (ganjal bahu dengan bantal), pada axilla (lakukan elevasi, abduksi), pada jari-jari diberikan kasa diantara sela-sela jari dan di ekstensikan, pada perinium: panggul diekstensi dan abduksi 20, siku dan lutut dilakukan ekstensi, serta pergelangan kaki didorsofleksikan 90 (Bupa's Health Information Team, 2011). Edukasi dan pencegahan yang dapat diberikan pada masyarakat dengan menjauhkan kabel listrik dari jangkauan anak-anak, menggunakan pengaman pada colokan listrik, ajarkan bahaya listrik dari sejak dini, ikuti petunjuk pabrik jika menggunakan alat-alat elektronik, hindari pemakaian alat listrik pada keadaan basah, jangan pernah menyentuh alat listrik ketika sedang memegang keran atau pipa air, untuk menghindari sambaran petir sebaiknya tidak berada di tempat terbuka (lapangan) dan segera mencari tempat perlindungan selama hujan turun (tetapi jangan berada dibawah pohon atau pelindung yang terbuat dari logam). Segera tinggalkan kolam renang, berada di dalam mobil akan lebih aman.

DAFTAR PUSTAKA Anjali L. DSouza, Nicolas G. Nelson, and Lara B. Mc. Kenzie. 2009. Pediatric burn injuries treated in US emergency departments between 1990 and 2006. Pediatrics J. 124 : 1424-30. Bose B, 2012. Burn and Its Management. Diakses dari: http://www.indiasurgeons .com/burns.htm (1 November 2012). B H Nguyen, M MacKay, B Bailey, T P Klassen. 2004. Epidemiology of electrical and lightning related deaths andinjuries among Canadian children and youth. Injury Prevention. 10 : 122-124. C.K. Johansen, K.M. Welker, E.P. Lindell, and G.W. Petty. 2008. Cerebral corticospinal tract injury resulting fromhigh-voltage electrical shock. AJNR. 29 : 1142-3. D. J. Dewar, J. F. Fraser, K. L. Choo, and R. M. Kimble. 2004. Thermal injuries in three children caused by an electrical warming mattress. Br J Anaesth. 93 : 5869. John H. Wills, FANZCA, Jan Ehrenwerth, MD, and Dan Rogers, MD. 2010.Electrical injury to a nurse due to conductive fluid inan operating room designated as a dry location. Anesth Analg. 110 : 16479. Jureta W. Horton, Jing Tan, D. Jean White, and David L. Maass. 2007. Burn injury decreases myocardial Na-K-ATPase activity: role of PKC inhibition. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 293: 1684-92. J Thaventhiran,M J OLeary, J H Coakley, M Rose, K Nagendran, R Greenwood. 2001. Pathogenesis and recovery of tetraplegia after electrical injury. J Neurol Neurosurg Psychiatry.71 : 535537. Lee M. Buono, MD, Nicholas L. DePace, MD, and David M. Elbaum, DO. 2003. Dilated cardiomyopathy after electrical injury:report of two cases. JAOA. 103 : 247-249.

N Blackwell and J Hayllar. 2002. A three year prospective audit of 212 presentations to the emergency department after electrical injury with a management protocol. Postgrad Med J. 78 : 283-285. Peter J. J,Poul Erik Bloch T, Jens Peter B, Aage Norgaard,and Ulrik Baandrupt. 1987. Electrical injury causing ventricular arrhythmias. Br Heart J. 57:279-83. Setiamihardja S, 1995. Luka bakar. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI. Sidik, Reksoprodjo S., dkk. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Sjamsuhidajat, R dan De Jong, W. 2005.Buku Ajar Ilmu Bedah.2nded. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Subrahmanyam M. 2004. Electrical Burns Injury. Annals of Burns and Fire Disasters - vol. XVII - n. 1 - March 2004 Sudjatmiko, Gentur. 2011. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan S Homma, L D Gillam and A E Weyman. 1990. Echocardiographic observations in survivors of acute electrical injury. Chest J. 97 : 103-5. Reksoprodjo, S dkk. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI.