Preskes ITP
Embed Size (px)
Transcript of Preskes ITP

LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK PEREMPUAN UMUR 2 TAHUN 4 BULAN DENGAN
IMMUNE TROMBOCYTOPENIA PURPURA
Oleh :
Adhi Parama Sweta G0006030 / A.8.2012
Dominikus Yudha A. G0007059 / A.11.2012
Pembimbing :
Yulidar dr., Sp. A (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2012

BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. J
Umur : 2 tahun 4 bulan
Berat badan : 11 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Bp. A
Pekerjaan Ayah : Buruh
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Petoran Jebres Surakarta
Tanggal masuk : 30 Januari 2012
No. CM : 01109993
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 30 Januari 2012.
A. Keluhan Utama
Lebam dan bintik kemerahan di seluruh tubuh.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah rujukan dari RSUD Banjarsari dengan suspek DB. Kurang lebih 2 hari
SMRS, muncul bercak biru di kaki, lama kelamaan bercak tersebut bertambah banyak
di kadua kaki, tangan, muka dan lidah serta ada pula di daerah perut. Selain itu juga
muncul bintik-bintik merah di tangan dan kaki, hampir seluruh tubuh. Nyeri tekan
pada bercak tidak didapatkan dan tidak gatal. Kurang lebih 1 minggu SMRS, pasien
demam kemudian turun dalam 1 hari setelah minum paracetamol syrup. Batuk pilek
(+) sampai sekarang. Mimisan (-), kalau luka berdarah lama sembuh (-), BAK
terakhir jam 10.00 dan BAB terakhir 1 minggu.

C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi
a. Susu : disangkal
b. Makanan : disangkal
c. Obat : disangkal
Riwayat penyakita serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat cacingan : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat cacar air : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Ayah : baik
- Ibu : baik
F. Pemeliharaan Kehamilan dan Kelahiran
- Pemeriksaan di bidan puskesmas
- Frekuensi : trimester I : 1 x / bulan
trimester II : 2 x / bulan
trimester III : 4 x / bulan
- Keluhan selama kehamilan : (-)

An. J, 2 tahun 4 bulan
Passien adalah anak pertama. Lahir dengan berat badan lahir 3400 gram dan panjang
badan 48 cm, lahir normal, menangis kuat, umur kehamilan 9 bulan, ditolong oleh
bidan. Ibu tidak terdapat riwayat keguguran, anak lahir meninggal tidak ada. Ayah
dan ibu menikah satu kali.
H. Pohon Keluarga
Generasi I
Generasi II
Generasi III
I. Riwayat Imunisasi
J. P
e
r
k
e
mbangan Anak
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Jenis I II III IV
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Campak
5. Hepatitis B
2 bulan
2 bulan
0 bulan
9 bulan
Lahir
-
4 bulan
2 bulan
-
1 bulan
-
6 bulan
4 bulan
-
3 bulan
-
-
6 bulan
-
-

Berdiri sendiri : 11 bulan
Berjalan : 13 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda : 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan baik
K. Riwayat Makan Minum Anak
1. Usia 0-3 bulan : ASI saja, minum ASI tiap kali bayi menangis atau minta minum,
sehari biasanya lebih dari 8 kali, selama kurang lebih 10 menit, setelah menyusu
bayi tertidur.
2. Usia 3-6 bulan : masih diberikan ASI saja tiap kali bayi menangis atau minta
minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali, selama kurang lebih 10 menit.
3. Pisang dan bubur susu mulai diberikan saat usia 6 bulan 2-3 kali sehari satu
mangkok kecil, dengan diselingi dengan ASI dan/atau susu formula jika bayi
lapar.
4. Nasi tim dengan sayur dan lauk pauk (tahu, tempe, daging ayam, daging sapi,
telur, hati ayam, ikan laut jarang) mulai diberikan saat usia 11 bulan, 3 kali sehari,
banyaknya kurang lebih 1 mangkok kecil, ASI dan/atau susu formula tetap
diberikan.
5. Nasi lauk pauk (tahu, tempe, daging ayam, daging sapi, telur, hati ayam, ikan laut
jarang) mulai diberikan saat usia 12 bulan, 3 kali sehari, banyaknya kurang lebih 1
piring kecil, ASI dan/atau susu formula tetap diberikan
Kesan: kualitas dan kuantitas makan baik.

L. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program KB, berupa suntik
III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 30 Januari 2012)
A. Keadaan Umum
- Keadaan umum : Baik
- Derajat kesadaran : Kompos Mentis
- Derajat gizi : kesan cukup
B. Tanda vital
- BB : 11 kg
- TB : 88 cm
- Nadi : 104 x/menit, regular, isi tegangan cukup
- Laju nafas : 24 x/ menit, kedalaman cukup, reguler, tipe
torakoabdominal.
- Suhu : 36,6 0C peraksila
C. Kulit
Kulit kuning langsat, kelembaban baik.
D. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut
E. Mata
Bulu mata rontok (-), konjungtiva pucat (-/-), palpebra odem (-/-), hematom
palpebra (+/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/+).
F. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (+/+)
G. Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), Lidah terdapat bercak biru, perdarahan gusi (-),
H. Telinga
Daun telinga bentuk normal, sekret (-/-)
I. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (+), tonsil T1 - T1.

J. Leher
Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, tekanan
venosa tidak meningkat, kaku kuduk (-).
K. Thoraks
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas jantung kiri atas : SIC II Linea Sternalis Sinistra
Batas jantung kanan atas : SIC II Linea Sternalis Dextra
Apeks : SIC IV Linea Sternalis Dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi :
kanan : Sonor, batas relatif paru hepar SIC III
Kiri : Sonor, mulai redup pada batas paru jantung
Batas paru lambung SIC VIII linea axillaris
anterior sinistra
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba., turgor kembali lambat,
nyeri tekan suprapubik (-)
M. Ekstremitas
Akral dingin Sianosis Anemis - -
- -
- -
- -
- -
- -

Capillary refill time < 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
N. Status Lokalis
Terdapat pethecie dan ekimosis di ekstremitas.
O. Perhitungan Status Gizi
1. Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)
Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (-/-)
Mulut : Mukosa basah (-) & pecah-pecah (-)
Ekstremitas : edema - - akral dingin - - wasting - -
- - - - - -
Thorax : Iga gambang (-)
Status gizi secara klinis : gizi kesan baik
2. Secara Antropometris
BB : 11 Kg
Umur : 2 tahun 4 bulan
TB : 88 cm
BB : 11 x 100% =91,66 % -1SD<BB/U<-2SD(WHO, 2000)U 12TB : 88 x 100% = 100 % TB/U = 0SD (WHO, 2000)U 88BB : 11 x 100% = 89,43 % -1SD<BB/TB<-2SD (WHO, 2000)TB 12,3Status gizi secara antropometri : gizi baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap tanggal 30 Januari 2012
• Hb : 11,1 g/dl
• Hct : 33 %
• AE : 4,72 X 106 /μL
• AL : 10,2 X 103 /μL
• AT : 38 X 103 /μL

• GD : A
• MCV : 70.5 /um
• MCH : 23,5 pg
• MCHC : 33,4 g/dl
HITUNG JENIS
• Granulosit : 40,00 %
• Limfosit : 52,10 %
• Monosit : 7,90 %
V. RESUME
Pasien adalah rujukan dari RSUD Banjarsari dengan suspek DB. Kurang lebih 2
hari SMRS, muncul bercak biru di kaki, lama kelamaan bercak tersebut bertambah banyak
di kadua kaki, tangan, muka dan lidah serta ada pula di daerah perut. Selain itu juga
muncul bintik-bintik merah di tangan dan kaki, hamper seluruh tubuh. Nyeri tekan pada
bercak tidak didapatkan dan tidak gatal. Kurang lebih 1 minggu SMRS, pasien demam
kemudian turun dalam 1 hari setelah minum paracetamol syrup. Batuk pilek (+) sampai
sekarang. Mimisan (-), kalau luka berdarah lama sembuh (-), BAK terakhir jam 10.00 dan
BAB terakhir 1 minggu.
Riwayat penyakit serupa (-). Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat perkembangan
dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal baik. Riwayat kelahiran, lahir
spontan dengan usia kehamilan 9 bulan, pemeliharaan postnatal baik.
Riwayat pemberian makanan, pasien hanya diberikan ASI sampai umur 6 bulan.
Sejak umur 6 bulan, pasien mulai diberikan bubur susu. Sejak usia 11 bulan, pasien mulai
diberikan nasi tim dengan sayur dan lauk pauk (tahu, tempe, daging ayam, daging sapi,
telur, hati ayam, ikan laut jarang), ASI tetap diberikan. Nasi lauk pauk (tahu, tempe,
daging ayam, daging sapi, telur, hati ayam, ikan laut jarang) mulai diberikan saat usia 12
bulan, ASI dan susu formula tetap diberikan.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak baik, kompos mentis, gizi
kesan baik. Tanda vital baik. Didapatkan hematom pada palpebra dextra, serta bercak
kebiruan pada lidah pasien. Status gizi secara antropometri: gizi baik. Tumbuh kembang
normal.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah, didapatkan trombositopenia (AT =
38.000). Pemeriksaan PT/APTT belum dilakukan dan dalam perencanaan.
VI. DAFTAR MASALAH
1. Lebam dan petechie
2. Batuk
3. Pilek
4. Trombositopenia
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Immune Trombositopenia Purpura dd Demam berdarah dengue
2. Rhinofaringitis akut
VIII. DIAGNOSIS KERJA
1. Immune Trombositopenia Purpura
2. Rhinofaringitis akut
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Diet nasi lauk 1100 kal/hari
2. IVFD D1/4S 10 tpm makro
3. Citerizine 1 x 2,5 mg p.o.
4. Ambroxol 3 x 5 mg p.o.
Planning
Periksa Gambaran darah tepi
Periksa PT/APTT dan CT, BT
Monitoring
KU-VS per 8 jam
Awasi tanda perdarahan
Edukasi
Hindari trauma

X. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti
tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki
trombosit. Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan). Istilah
ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor,
2006).
Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan kelainan
autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit.
Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibodi
antitrombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insident
tersering pada usia 20-50 tahun dan lebih sering pada wanita dibanding laki-laki (2:1). (Arief
mansoer, dkk).
ITP (Idiopathic/Immune Thrombocytopenic Purpura) juga bisa dikatakan
merupakan suatu kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya
menurun sehingga menimbulkan perdarahan yang terjadi akibat proses autoimun. Perdarahan
yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. (Imran, 2008)
Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya kecuali trombosit
berada dalam jumlah yang normal. Trombosit (Platelets) adalah sel-sel sangat kecil yang
menutupi area tubuh paska luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian membentuk
bekuan darah. Seseorang dengan trombosit yang terlalu sedikit dalam tubuhnya akan sangat
mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan dalam periode cukup lama
setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (disebut Petechiae) muncul
pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah trombosit ini sangat rendah, penderita ITP bisa
juga mengalami mimisan yang sukar berhenti, atau mengalami perdarahan dalam organ
ususnya. (Family Doctor, 2006)
Idiopatik trombositopeni purpura disebut sebagai suatu gangguan autoimun yang
ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari
15.000/μL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi
prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa. Atau dapat diartikan
bahwa idiopatik trombositopeni purpura adalah kondisi perdarahan dimana darah tidak keluar

dengan semestinya. Terjadi karena jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet
melalui pembuluh darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara menggumpal.
Idiopatik sendiri berarti bahawa penyebab penyakit tidak diketahui. Trombositopeni adalah
jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan
disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi
pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit. (ana information center, 2008).
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-4µm.
Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang sangat besar dalam susunan
hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum
tulang atau segera setelah memasuki kapiler darah, khususnya ketika mencoba untuk
memasuki kapiler paru. Tiap megakariosit menghasilkan kurang lebih 4000 trombosit (Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II).
Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulang untuk memasuki darah.
Konsentrasi normal trombosit ialah antara 150.000 sampai 350.000 per mikroliter. Volume
rata-ratanya 5-8fl. Dalam keadaan normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu ada di limpa.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal di darah tepi selalu kurang lebih konstan. Hal ini
disebabkan mekanisme kontrol oleh bahan humoral yang disebut trombopoietin. Bila jumlah
trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoietin lebih banyak yang merangsang
trombopoiesis.
B. EPIDEMIOLOGI
Idiopathic thrombocytopenic Purpura dapat ditemukan pada anak-anak dan orang
dewasa. Anak-anak sering mengalami idiopathic thrombocytopenic Purpura setelah infeksi
virus dan biasanya sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan. Pada orang dewasa yang menderita
penyakit ITP sering lebih kronis. ITP diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan
perdarahan didapat yang banyak ditemukan oleh dokter anak, dengan insiden penyakit
simtomatik berkisar 3 sampai 8 per 100000 anak per tahun. Di bagian ilmu kesehatan Anak
RSU Dr. Soetomo terdapat 22 pasien baru pada tahun 2000.
Delapan puluh hingga 90% anak dengan ITP menderita apisode pendarahan akut,
yang akan pilih dalam beberapa hari atau minggu dan sesuai dengan namanya (akut) akan
sembuh dalam 6 bulan. Pada ITP akut ada perbedaan insiden laki-laki maupun perempuan
dan akan mencapai puncak pada usia 2-5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi bakteri,

virus, atau pun imunisasi 1-6 minggu sebelum terjadinya penyakit ini. Perdarahan sering
terjadi saat trombosit dibawah 20.000/mm3. ITP kronis terjadi pada anak usia > 7 tahun,
sering terjadi pada anak perempuan. ITP yang rekuen di definisikan sebagai adanya episode
trombositopenia > 3 bulan dan terjadi 1-4% anak dengan ITP. ITP merupakan kelainan auto
imun yang menyebabkan meningkatrnya penghancuran trombosit dalam retikuloendotelial.
Kelainan ini biasanya menyertai infeksi virus atau imunisasi yang disebabkan oleh respons
sistem imun yang tidak tepat.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran,
2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi
yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh
yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita
ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel trombosit tubuhnya sendiri. (Family Doctor,
2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit
yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga
bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat antibodi
untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan
platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih
belum diketahui. (ana information center, 2008).
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor
pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun.
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder.
Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6
bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi
pada orang dewasa). (ana information center, 2008)
Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti
heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan trombositopenia.

Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah
seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama,
pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini,
penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
D. PATOFISIOLOGI
Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo
endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP.
Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan
maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis.
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis,
menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia
diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancursn trombosit
meningkata karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi
bakteri atau virusatau paad imunisasi, yang bereaksi silang dengan abtigen dari trombosit.
Mediator lainnya yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap produksi
trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem
imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik
terhadap antibodi.
Saat ini telah didefinisikan (GP) permukaan trombosit pada ITP, diantaranya GP Ib-
lia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibodi antitrombosit meningkat pada ITP,
perbedaan secara pasti patofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam
regulasinya masih belum diketahui.
Gambaran klinik ITP yaitu: 1) onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau
mukosa berupa : petechie, echymosis, easy bruising, menorrhagia, epistaksis, atau perdarahan
gusi. 2) perdarahan SSP jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal. 3) splenomegali pada
<10% kasus.

Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibodi) pembentukan
neoantigen produksi antibodi cukup trombositopeni perdarahan (purpura, menorrhagia,
perdarahan gusi) splenomegali.
E. MANIFESTASI KLINIS
Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan
menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya
pendarahan dibawah kulit .
Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah
mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan
yang jelas ( lampiran Gambar 5 ). Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang
lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin dan
feses. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP.
Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi,
dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah
platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau
gejala yang lain.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem
hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat
secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal. Manifestasi klinis ITP sangat
bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan ringan, sedang, sampai dapat mengakibatkan
kejadian-kejadian yang fatal. Kadang juga asimptomatik. Oleh karena merupakan suatu
penyakit autoimun maka kortikosteroid merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan
ITP. Pengobatan akan sangat ditentukan oleh keberhasilan mengatasi penyakit yang
mendasari ITP sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat pendarahan
fatal., atau pun penanganan-penangan pasien yang gagal atau relaps. (Ana information center,
2008)
Pendarahan di hidung atau gigi merupakan tanda-tanda utama penyakit ITP namun
kebanyakan penyakit hanya ada tanda-tanda lebam dan petekia di anggota badan. Gejala

umum yang sering tampak pada pasien trombositopenia adalah petekiae, ekimosis, gusi dan
hidung berdarah, menometorrhagia, sedangkan gejala yang jarang terjadi adalah hematuria,
perdarahan gastrointestinal, perdarahan intrakranial. Perdarahan biasanya terjadi bila jumlah
trombosit <50.000/mm3, dan perdarahan spontaan terjadi jika jumlah trombosit
<10.000/mm3 dan umumnya terjadi pada leukimia. Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda
awal dari jumlah trombosit yang kurang. Bintik-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai
bawah dan cedera ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar. Bisa terjadi perdarahan
gusi dan darah juga bisa ditemukan pada tinja atau air kemih. Pada penderita wanita, darah
menstruasinya sangat banyak. Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan
kecelakaan bisa berakibat fatal. Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan
akan semakin memburuk. Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan
hilangnya sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak
(meskipun otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.
ITP banyak terjadi pada masa kanak-kanak, tersering diprepitasi oleh infeksi virus
dan biasanya dapat sembuh sendiri. Sebaliknya pada orang dewasa, biasanya menjadi kronik
dan jarang mengikuti suatu infeksi virus. Pasien secara umum tampak baik dan dan tidak
demam. Keluhan yang dapat ditemukan adalah perdarahan mukosa dan kulit. Perdarahan
yang paling umum adalah epistaksis., perdarahan mulut, menoragia, purpura, dan petekie.
Pada pemeriksaan fisik terlihat pasien dalam keadaan baik dan tidak terdapat penemuan
abnormal lain, selain yang berhubungan dengan perdarahan. (Arief mansoer, dkk).
Pemeriksaan atau diagnosa penyakit ITP bisa melalui beberapa pertanyaan yang
diajukan kepada penderita (atau keluarga) penderita serta melalui pemeriksaan fisik. bisa juga
dengan menganalisa hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel darah penderita.
(Family Doctor, 2006).Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan trombosit <10.000/ml.
Hitung jenis lain normal., terkecuali kadang-kadang dapat terjadi anemia ringan yang
disebabkan oleh perdarahan atau berhubungan dengan hemolisis. Pemeriksaan morfologi sel
darah normal, kecuali trombosit yang agak membesar (giant platelets). Giant platelets ini
merupakan trombosit yang dihasilkan sebagai respon terhadap destruksi trombosit. (Arief
mansoer, dkk)
Pada pemeriksaan, sumsum tulang terlihat normal, denganjumlah megakariosit
normal atau meningkat. Tes koagulasi terlihat mendekati normal. Meskipun tes tersebut

sangat sensitif (95%) namun sangat tidak spesifik dan 50% dari semua pasien dengan
trombositopenia dari berbagai sebab dapat mempunyai peningkatan Ig G trombosit. (Arief
mansoer, dkk)
Diagnosis ITP adalah pada pemeriksaan terdapat perdarahan di kulit bahkan
mimisan dan pada laboratorium jumlah trombosit menurun dan pada pemeriksaan BMP (bone
marrow puncture) terdapat sel megakariosit. Pengobatan ITP umumnya tidak memerlukan
pengobatan yang serius tetapi bila terjadi perdarahan dan jumlah trombosit menurun hingga
dibawah 20.000/ul maka dianjurkan untuk transfusi trombosit. Pengobatan lain yang dapat
diberikan adalah dengan pemberian kortikosteroid dan dihentikan obat ini bila sudah
meningkat jumlah trombositnya. Perhatian yang harus diingat pada penderita ITP adalah
hindari obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin, hindari benturan yang
membuat luka. (Arief mansoer, dkk)
ITP yang dialami anak-anak berbeda dengan yang dialami oleh orang dewasa.
Sebagian besar anak yang menderita ITP memiliki jumlah sel darah merah yang sangat
rendah dalam tubuhnya, yang menyebabkan terjadinya perdarahan tiba-tiba. Gejala-gejala
yang umumnya muncul di antaranya luka memar dan bintik-bintik kecil berwarna merah di
permukaan kulitnya. Selain itu juga mimisan dan gusi berdarah. (Family doctor, 2006)
Karena sebagian besar anak penderita ITP dapat pulih tanpa penanganan medis,
banyak dokter yang merekomendasikan untuk melakukan observasi ketat dan sangat hati-hati
terhadap penderita serta penanganan terhadap gejala-gejala perdarahannya. Penderita tidak
perlu dirawat di Rumah Sakit jika penanganan dan perawatan intensif dan baik ini tersedia di
rumah. Akan tetapi, beberapa dokter merekomendasikan penanganan medis singkat dengan
pengobatan oral Prednisone_ atau pemasangan infus (masuk ke urat darah halus) berisikan zat
gamma globulin untuk meningkatkan jumlah sel darah merah penderita dengan cepat. Kedua
jenis obat ini memiliki beberapa efek camping. Idiopatik trombositopenia purpura (ITP)
terjadi bila trombosit mengalami destruksi secara prematur sebagai hasil dari deposisi
autoantibody atau kompleks imun dalam membran system retikuloendotel limpa dan
umumnya di hati .
Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan
menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya
pendarahan dibawah kulit .Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa

(seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin
terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih
sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darah pada urin dan
feses Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk
menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala
pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang
rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang
lain.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
2. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
3. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
4. Sumsum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
5. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,
prothrombin consumption memendek, test RL (+).
G. PENATALAKSANAAN
Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran aman
sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP didasarkan pada
berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan dan jumlah platelet. Terapi
untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid (ex: prednison 4 mg/kgBB/hari/po)
sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan jumlah platelet dalam darah
dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun. Imunoglobulin dan anti-Rh imunoglobulin D.
Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan transfusi platelet dan dirawat
dirumah sakit .
Terapi awal ITP (standar) :

Prednison
Terapi awal prednisoon atau prednison dosis 4 mg/kgBB/hari/po selama 7 hari
kemudian tapering off selama 7 hari. respon terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan
pada umumnya terjadi dalam minggu pertama.
Imunoglobulin intravena (IgIV)
Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selam 2-3 hari berturut-turutndigunakan
bila terjadi pendarahan internal, saat AT(antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah
mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif.
Pendekatan terapi konvensional lini kedua, untuk pasien yang dengan terapi standar
kortikosteroid tidak membaik, ada beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan . Luasnya
variasi terapi lini kedua menggambarkan relatif kurangnya efikasi dan terapi bersifat
individual.
1. Steroid dosis tinggi
Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan deksametason oral
dosis tinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4minggu, diulang setiap 28 hari
untuk 6 siklus.
2. Metiprednisolon
Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa yang
resisten terhadap terapi prednison dosis konvensional. Dari hasil penelitian
menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis
diturunkan tiap 3 hr samapi 1 mg/kg sekai sehari.
3. IgIV dosis tinggi
Imunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut, sering
dikombinasi dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan cepat. Efek
samping, terutama sakit kepala, namun jika berhasil maka dapat diberikan secara
intermiten atau disubtitusi dengan anti-D iv
4. Anti-D iv
Dosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D yakni destruksi sel
darah merah rhesus D-positif yang secara khusus diberikan oleh RES terutama di

lien, jadi bersaingdengan autoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc
reseptor blockade.
5. Alkaloid vinka
Misalnya vinkristin 1 mg atau 2 mg iv, vinblastin 5-10 mg, setiap minggu selama
4-6 minggu.
6. Danazol
Dosis 200 mg p.o 4x sehari selama sedikitnya 6 bulan karena respon sering
lambat. Bila respon terjadi, dosis diteruskan sampai dosis maksimal sekurang-
kurangnya hr 1 tahun dan kemudian diturunkan 200mg/hr setiap 4 bulan.
7. Immunosupresif dan kemoterapi kombinasi
Imunosupresif diperlukan pada pasien yang gagal beresponsdengan terapi lainya.
Terapi dengan azatioprin (2 mg kg max 150 mg/hr) atau siklofosfamiddenga
sebagai obat tunggal dapat dipertimbangkan dan responya bertandng tertahan
sampai 5%.
8. Dapsone
Dosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasien harus diperiksa
G6PD, karena pasien dengan kabar G6PD yang rendah mempunyai risiko
hemolisis yang serius.
H. PENCEGAHAN
Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya.Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan.
BAB IV
ANALISIS KASUS

Kami setuju dengan diagnosis ITP pada kasus ini berdasarkan :
a. Anamnesis:
Pasien mengalami lebam dan bintik kemerahan di seluruh tubuh 2 hari SMRS.
Kurang lebih 1 minggu SMRS pasien mengalami demam disertai batuk pilek
Riwayat penyakit dahulu yang sama disangkal, riwayat luka berdarah sukar sembuh (-)
b. Pemeriksaan fisik
Suhu 36,6 derajat Celscius atau tidak demam
Hematom palpebra (+),didapatkan bercak kebiruan(ekimosis) pada lidah
Didapatkan pethechie dan ekimosis di ekstremitas
c. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil AT : 38.000/mikroliter dengan Hb, AE, AL,
Hct dalam batas normal.
Kami setuju dengan penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan simtomatik untuk
batuk dan pilek sedangkan terapi untuk ITP menunggu hasil PT/APTT dan hasil gambaran
darah tepi.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/blood/113.html Diakses tanggal
14 Februari 2012 pukul 19.36 WIB.
2. DRUGS.2008.Idiopathic (Immune) Thrombocytopenic Purpura
Medications.http://www.drugs.com/condition/idiopathic-immune-thrombocytopenic-
purpura.html.
diakses tanggal 14 Februari 2012 pukul 19.39 WIB.
3. NCI. immune thrombocytopenic purpura. diakses
darihttp://www.cancer.gov/Templates/db_alpha.aspx?CdrID=559453.htmldiakses tanggal
14 Februari 2012 pukul 19.41 WIB.
4. emedicine.2008. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari
http://www.emedicine.com/med/topic1151.html. diakses tanggal 14 Februari 2012 pukul
19.46 WIB.
5. icon Group International. immune thrombocytopenic purpura. diakses dari
http://www.icongrouponline.com/health/Immune_Thrombocytopenic_Purpura.html.
diakses tanggal 14 Februari 2012 pukul 19.49 WIB.
6. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 74-76.
7. mayoclinic. 2008. idiopathic Thrombocytopenic Purpura.diakses dari
http://www.mayoclinic.com/health/idiopathic-thrombocytopenic-purpura/DS00844.
Diakses tanggal 14 Februari 2012 pukul 19.53 WIB.
8. medicinenet.2003. immune thrombocytopenic purpura. diakses dari
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=24151.html diakses tanggal 14
Februari 2012 pukul 20.01 WIB .
9. NIH. 2007. idiopathic Thrombocytopenic Purpura. diakses dari
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Itp/ITP_WhatIs.html. diakses tanggal 14
Februari 2012 pukul 20.10 WIB
10. PDSA. 2008. ITP. diakses dari http://www.pdsa.org/itp-information/index.html. diakses
tanggal 14 Februari 2012 pukul 20.17 WIB.

11. Wrong Diagnosis (WD).2008. idiopathic Thrombocytopenic Purpura. diakses dari
http://www.wrongdiagnosis.com/i/immune_thrombocytopenic_purpura/intro.html.
diakses tanggal 14 Februari 2012 pukul 20.23 WIB.