Preskes Pneumonia
-
Upload
anisa-febrina -
Category
Documents
-
view
106 -
download
7
Embed Size (px)
Transcript of Preskes Pneumonia

Presentasi Kasus
SEORANG ANAK PEREMPUAN DENGAN PNEUMONIA
Oleh:
Maulia Prismadani G99112093/F-19-2013
Mega Astriningrum G99112095/F-21-2013
Pembimbing:
Ismiranti Andarini, dr., Sp.A, M. Kes.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013

HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD DR
Moewardi Surakarta. Presentasi kasus dengan judul :
“SEORANG ANAK PEREMPUAN DENGAN PNEUMONIA”
Hari/tanggal : Juni 2013
Oleh:
Maulia Prismadani G99112093/F-19-2013
Mega Astriningrum G99112095/F-21-2013
Mengetahui dan menyetujui,
Pembimbing Presentasi Kasus
Ismiranti Andarini, dr., Sp.A, M. Kes.
2

BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 2 bulan 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Tn. G
Pekerjaan Ayah : Buruh
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Baladan RT 03 RW 02 Gedong Karanganyar
Tanggal Masuk : 22 Juni 2013
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juni 2013
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu kandung pasien tanggal 22 Juni 2013
A. Keluhan Utama : Sesak napas
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak + 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien batuk disertai
dahak dan demam. Batuk terjadi hilang timbul sepanjang hari, tanpa
disertai pilek dan demam dirasakan sumer-sumer. Selain itu pasien
juga muntah saat pasien batuk, muntah sebanyak 2 kali + 1/4 gelas
belimbing berupa susu dan dahak, dahak pasien berwarna kekuningan
dengan konsistensi encer.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dirasakan
bertambah berat dan ngikil disertai dahak, tanpa disertai pilek. Selain
itu, pasien juga mulai muncul sesak napas. Demam dirasakan juga
semakin meningkat. Oleh ibu pasien diberikan obat sirup penurun
3

panas tetapi tidak kunjung membaik. Pasien masih mau minum tetapi
berkurang dari sebelumnya, tersedak (-).
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dan sesak napas
semakin bertambah berat, kemudian oleh orangtua pasien akhirnya
dibawa ke dokter anak di karanganyar. Setelah dilakukan pemeriksaan,
pasien langsung dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi karena sesak napas
yang bertambah berat. Saat masuk rumah sakit, pasien tampak lemah
dan sesak.
Saat di rumah dari pagi sampai siang ini pasien buang air besar
sebanyak 4x konsistensi lembek, ampas >>, berwarna kuning, lendir
(-), darah (-), nyemprot (-). BAK terakhir + 2 jam sebelum masuk
rumah sakit, jumlah sedikit, berwarna kuning.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat mondok sebelumnya : (+) ketika berumur 20 hari dan 32
hari karena sesak napas
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat batuk pilek : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
E. Riwayat Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan rutin : oleh bidan di karanganyar
Frekuensi : Trimester I : 1x/ bulan
Trimester II : 2x/ bulan
Trimester III : 3x/ bulan
Tidak ada keluhan atau sakit selama kehamilan. Obat-obatan yang
diminum selama kehamilan : vitamin dan pil penambah darah dari
bidan.
4

F. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di rumah sakit, lahir dengan sectio caesaria atas indikasi
perdarahan, langsung menangis, gerak aktif, usia kehamilan 38
minggu, berat badan lahir 2850 gram, panjang badan ibu pasien tidak
ingat. Riwayat ketuban pecah dini (-).
G. Riwayat Postnatal
Baru mendapatkan imunisasi 1x berupa hepatitis setelah lahir.
H. Riwayat Imunisasi
Status Imunisasi
Jenis 0 I II III IV
Hepatitis B 0 bulan
Polio
BCG
DPT
Campak
Kesan : imunisasi tidak sesuai dengan jadwal DEPKES dan IDAI 2011
I. Riwayat Perkembangan
a. Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2 bulan
b. Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Kesan : perkembangan sesuai dengan umur
J. Riwayat Nutrisi dan Kebiasaan Makan Anak
- Pasien mendapat ASI sejak lahir sampai sekarang. Minum ASI
selama 20-30 menit setiap 3 jam sekali. Pasien juga mendapatkan
susu formula sejak berusia 1 bulan, mendapat + 60 cc per hari.
5

K. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu pasien menggunakan program KB suntik.
L. Pohon Keluarga
Generasi I
Generasi II
Generasi III
III. PEMERIKSAAN FISIS
a. Pemeriksaan Fisis
KU : tampak lemah, tampak sesak compos mentis, gizi kesan baik
VS : HR : 136x/menit, regular, isi tegangan cukup, simetris
RR : 80x/menit, tipe thorakoabdominal
t : 38,6ºC (per axiller)
SiO2 : 91%
Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit
(-)
Kepala : normocephal, lingkar kepala = 50cm, UUB belum menutup,
rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut.
Mata : reflek cahaya (+/+), pupil isokor (2mm/2mm), konjunctiva
anemis (-/-), mata cekung (-/-), air mata (+/+)
Hidung : nafas cuping hidung (+/+), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
6
An. A2 bulan 7 hari

Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+), uvula di tengah, tonsil T1 –
T1, faring hiperemis (sde)
Leher : KGB tidak membesar
Thorax : normochest, retraksi (+) subcosta
Pulmo : I = pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P = fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P = sonor/sonor
A = SDV (+/+), ST (+/+), RBK (+/+), RBH (+/+),
wheezing (-/-)
Cor : I = ictus cordis tidak tampak
P = ictus cordis tidak kuat angkat
P = batas jantung kesan tidak melebar
A = BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Abdomen : I = dinding perut sejajar dinding dada
A = bising usus (+) normal
P = timpani
P = supel, nyeri tekan (-), hepar teraba + 2 cm bawah arcus
costa dextra dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Ekstremitas: akral dingin edema
CRT < 2 detik ADP teraba kuat
Status Neurologi Kesadaran : compos mentis Reflek cahaya
: +/+ Pupil Isokor : 2mm/2mm Meningeal sign Kaku
kuduk : -
o Brudzinsky I : -
o Brudzinsky II : -
o Kernig Sign : -
Reflek Fisiologis
o R. Biceps : +2/+2
o R. Triceps : +2/+2
7

o R. Pattela : +2/+2
o R. Achilles : +2/+2
Refleks Patologis
o R. Babinsky : -/-
o R. Oppenheim : -/-
o R. Chaddock : -/-
o R. Gordon : -/-
Kekuatan Motorik :
:
a. Pemeriksaan Status Gizi
Secara Antropometris
- Umur : 2 bulan 7 hari
- Berat badan : 3100 gram
- Panjang badan : 53 cm
- Lingkar Kepala : 40 cm
Berdasarkan Tabel Z-score WHO 2005, didapatkan
BB/U = < -3 SD
PB/U = < -3 SD
BB/PB = -3 SD < BB/PB < -2 SD
Kesan gizi kurang dengan severe stunted secara antropometris
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 juni 2013
8
+5 +5 +5 +5 +5 +5
+5 +5 +5 +5 +5 +5

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 10.8 9.4-11.2 g/dl
Hematokrit 33 28-35 %
Leukosit 19.2 5-19.5 103/ul
Trombosit 395 150-450 103/ul
Eritrosit 4.00 3.1-4.3 106/ul
Hitung Jenis
Eosinofil 0.70 0.0-4.0 %
Basofil 0.10 0-1 %
Netrofil Batang 0 %
Netrofil Segmen 74.80 18.00-74.00 %
Limfosit 15.30 60.00-66.00 %
Monosit 9.10 0.00-6.00 %
Protein Plasma - 6-8 g/dl
MCV 82.6 80.0-96.0 fL
MCH 27.0 28.00-33.00 Pg
MCHC 32.7 33.00-36.00 g/dl
RDW 16.1 11.6-14.6 %
GDS 87 50-80 mg/dL
9

2) Pemeriksaan Radiologi tanggal 22 Juni 2013
Kesan: Pneumonia
IV. RESUME
Anamnesis: Anak perempuan usia 2 bulan 7 hari datang dengan
keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Sejak + 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit pasien batuk berdahak tanpa disertai pilek dan demam
sumer-sumer. Selain itu pasien juga muntah saat pasien batuk, muntah
sebanyak 2 kali + 1/4 gelas belimbing berupa susu dan dahak, dahak
pasien berwarna kekuningan dengan konsistensi encer.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dirasakan bertambah
berat dan ngikil disertai dahak dan mulai muncul sesak napas. Demam
dirasakan juga semakin meningkat. Oleh ibu pasien diberikan obat
sirup penurun panas tetapi tidak kunjung membaik. Pasien masih mau
minum tetapi berkurang dari sebelumnya, tersedak (-).
10

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dan sesak napas
semakin bertambah berat, oleh orangtua pasien akhirnya dibawa ke
dokter anak di karanganyar kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi
karena sesak napas yang bertambah berat. Saat masuk rumah sakit,
pasien tampak lemah dan sesak.
Saat di rumah dari pagi sampai siang ini pasien buang air besar
sebanyak 4x konsistensi lembek, ampas >>, berwarna kuning, lendir
(-), darah (-), nyemprot (-). BAK terakhir + 2 jam sebelum masuk
rumah sakit, jumlah sedikit, berwarna kuning. Kemudian pasien
dibawa ke RSDM.
Pemeriksaan fisik: Keadaan umum tampak lemah, kompos mentis, gizi
baik (antropometri), suhu 38,6˚C. Napas cuping hidung (+), retraksi
(+) subcosta, pada auskultasi pulmo didapatkan RBK (+/+) dan RBH
(+/+). Pemeriksaan penunjang Hb, Ht, AL, AT, dan AE dalam batas
normal.
V. DAFTAR MASALAH
1. Sesak napas
2. Batuk disertai dahak
3. Demam
4. Nafsu makan turun
5. Napas cuping hidung
6. Retraksi subcosta
7. Auskultasi pulmo didapatkan RBK dan RBH
8. Gizi kurang dengan severe stunted secara
antropometris
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
2. Bronkiolitis
11

VII. DIAGNOSIS KERJA
1. Pneumonia
2. Gizi kurang (antropometri)
VIII. PENATALAKSANAAN
a. O2 head box 5 lpm
b. Diet ASI/ASB 8x 10-15 cc via NGT (naik bertahap)
c. Infus D1/4S 10cc/jam = 10 tpm mikro
d. Injeksi Ampicillin 80 mg/6 jam IV
e. Injeksi Chloramphenicol 80 mg/ 6 jam IV
f. Parasetamol 3 x 36 mg (1,5 cc) per oral
IX. PLANNING
A. Penegakkan Diagnosis
Analisis Gas Darah
Foto Rontgen Thorax
B. Monitoring
1. Keadaan umum dan tanda vital tiap 4 jam.
2. Balance cairan dan diuresis tiap 8 jam.
C. Edukasi
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, kondisi pasien saat
ini dan terapinya.
2. Pertahankan intake makanan minuman.
3. Kompres hangat bila demam.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
12

FOLLOW UP PASIEN
Follow up 23 Juni 2013 24 Juni 2013 25 Juni 2013
S Batuk (+), sesak (+)
demam (+)
minum (+)
muntah (-)
BAK (+) warna kuning
Batuk (+) berkurang, sesak
(+) berkurang
demam (+)
minum (+)
muntah (-)
BAK (+) banyak, warna
kuning
BAB (+) 1x, lembek, warna
kuning
Batuk (+) berkurang, sesak
(+) berkurang
demam (+)
kembung (+)
muntah (-)
BAK (+)warna kuning
BAB (-)
O Tampak lemah, tampak sesak,
apatis, gizi kurang
Tampak lemah, compos
mentis, gizi kurang
Tampak lemah, compos
mentis, gizi kurang
Tanda Vital HR : 180 x/menit
RR : 32 x/menit
S : 38oC (per axiler)
HR : 162 x/menit
RR : 40 x/menit
S : 38,5oC (per axiler)
HR : 132 x/menit
RR : 44 x/menit
S : 39,1oC (per axiler)
Kepala Normocephal Normocephal Normocephal
Mata reflek cahaya (+/+), pupil
isokor (2mm/2mm),
konjunctiva anemis (-/-)
reflek cahaya (+/+), pupil
isokor (2mm/2mm),
konjunctiva anemis (-/-)
reflek cahaya (+/+), pupil
isokor (2mm/2mm),
konjunctiva anemis (-/-)
Hidung napas cuping hidung (+/+),
sekret (-/-)
napas cuping hidung (+/+),
sekret (-/-)
napas cuping hidung (+/+),
sekret (-/-)
Mulut sianosis (-), mukosa basah (+),
pharynx hiperemis (-), tonsil
T1-T1 hiperemis (-/-)
sianosis (-), mukosa basah
(+), pharynx hiperemis (-),
tonsil T1-T1 hiperemis (-/-)
sianosis (-), mukosa basah
(+), pharynx hiperemis (-),
tonsil T1-T1 hiperemis (-/-)
Thorax retraksi (+) subcostal
Cor : BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Pulmo: SDV (+/+), ST (+/+),
RBK (+/+), RBH (+/+)
retraksi (+) subcostal
Cor : BJ I-II intensitas
normal, reguler, bising (-)
Pulmo: SDV (+/+), ST (+/+),
RBK (+/+), RBH (+/+)
retraksi (+) subcostal dan
intercostal
Cor : BJ I-II intensitas
normal, reguler, bising (-)
Pulmo: SDV (+/+), ST (+/+),
RBK (+/+), RBH (+/+)
13

Abdomen dinding perut // dinding dada,
BU (+) meningkat, timpani,
supel, NT (-), hepar teraba 2
cm BACD, lien tidak teraba,
turgor kembali cepat
dinding perut // dinding dada,
BU (+) meningkat, timpani,
supel, NT (-), hepar teraba 2
cm BACD, lien tidak teraba,
turgor kembali cepat
dinding perut > dinding dada,
BU (+) meningkat, timpani,
supel, NT (-), hepar teraba 2
cm BACD, lien tidak teraba,
turgor kembali cepat
Ekstremitas Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
A. dorsalis pedis kuat
Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
A. dorsalis pedis kuat
Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
A. dorsalis pedis kuat
Hasil
Pemeriksaan
Penunjang
Urinalisis:
warna yellow, kejernihan
clear, BJ: 1.010, pH: 7,
leukosit (-), nitrit (-), protein
75, Glukosa 50, keton (-),
urobilinogen (N), bilirubin (-),
eritrosit (+): 1-2/LPB,
leukosit (+) 3-4/LPB, epitel
squamous 1-2/LPB, silinder:
0/LPK, hyline: 0/LPK,
Granulated: 0-1/LPK, lain-
lain: kristal amorf (+), bakteri
(+)
Feses rutin
makros: warna kuning,
konsistensi lunak, lendir (-),
pus (-), darah (-), cacing (-);
mikros: sel epitel (-), eritrosit
(-), leukosit (-), protozoa (-),
telur cacing (-), kuman (+)
Simpulan: Tinja lunak warna
kuning, tidak ditemukan
parasit dan jamur patogen
Asessment 1. Pneumonia
2. Gizi kurang
1. Pneumonia
2. Gizi kurang
1. Pneumonia
2. Gizi kurang
Terapi 1. O2 head box 5 lpm 1.O2 head box 5 lpm 1. O2 head box 5 lpm
14

2. Diet ASI/ASB 8x 10-15 cc
via NGT (naik bertahap)
3. Infus D1/4S 10 tpm mikro
4. Injeksi ampicillin 80 mg/ 6
jam IV
5. Injeksi chloramphenicol 80
mg/ 6 jam IV
6. Paracetamol 3 x 36 mg (1,5
cc) per oral, bila perlu
7. Nebulizer NaCl 0,9% 3 cc/
8 jam
2.Diet ASI/ASB 8x 20-30 cc
via NGT (naik bertahap)
3. Infus D1/4S 10 tpm mikro
4. Injeksi ampicillin 100 mg/
6 jam IV
5.Injeksi chloramphenicol
100 mg/ 8 jam IV
6.Paracetamol 3 x 36 mg (1,5
cc) per oral, bila perlu
7.Nebulizer NaCl 0,9% 3 cc/
8 jam
2. Diet ASI/ASB 8x 10-15 cc
via NGT (naik bertahap)
3. Infus D1/4S 10 tpm mikro
4. Injeksi ampicillin 100 mg/
6 jam IV
5. Injeksi chloramphenicol
100 mg/ 8 jam IV
6. Paracetamol 3 x 36 mg (1,5
cc) per oral, bila perlu
7. Nebulizer NaCl 0,9% 3 cc/
8 jam
Plan Urin dan feses rutin Kultur darah
Monitoring - KU/VS/SiO2 tiap 4 jam
- BCD tiap 8 jam
- KU/VS/SiO2 tiap 4 jam
- BCD tiap 8 jam
- KU/VS/SiO2 tiap 4 jam
- BCD tiap 8 jam
Edukasi Pertahankan intake makan dan
minum
Kompres hangat bila masih
demam
Pertahankan intake makan
dan minum
Kompres hangat bila masih
demam
Pertahankan intake makan
dan minum
Kompres hangat bila masih
demam
15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia adalah suatu
keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk merumuskan suatu definisi
tunggal yang universal. Sehingga dapat dirumuskan bahwa pneumonia
merupakan penyakit klinis, yang berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta
perjalanan penyakitnya (Rahajoe dkk., 2012) .
Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), pneumonia
interstisialis. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan
radiasi. Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan
oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus
aureus (Rahajoe dkk., 2012).
B. Epidemiologi
Infeksi pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat
endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada
musim panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu
sampai dua tahun. Infeksi tersebar luas dan satu orang ke orang lain dengan
percikan air liur (droplet) sewaktu batuk, oleh sebab itu pneumonia lebih
mudah menyebar pada populasi padat (Lubis, 2005).
Menurut Riskedas tahun 2007, pneumonia merupakan penyakit
penyebab kematian kedua setelah diare diantara balita. Hal ini menunjukkan
bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian
balita di Indonesia (Susi Ginting. Depkes.go.id. Akses 26 Juni 2013).
16

Gambar 1. Proporsi Penyebab Kematian pada Umur 1-4 Tahun Indonesia (Susi
Ginting. Depkes.go.id. Akses 26 Juni 2013).
C. Klasifikasi
Klasifikasi Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) dalam program
penanggulangan penyakit ISPA juga dibedakan untuk golongan umur kurang
dari 2 bulan dan golongan umur balita 2 bulan – 5 tahun (Said, 2010) :
1. Golongan umur kurang dari 2 bulan ada 2 klasifikasi yaitu:
a. Pneumonia Berat.
Anak dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau nafas
cepat (60 kali per menit atau lebih). Tarikan dinding dada kedalam
terjadi bila paru-paru menjadi “kaku” dan mengakibatkan perlunya
tenaga untuk menarik nafas. Anak dengan tarikan dinding dada ke
dalam, mempunyai resiko meninggal yang lebih besar dibanding
dengan anak yang hanya menderita pernafasan cepat. Penderita
pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain seperti :
1) Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu bernafas.
2) Suara rintihan
3) Sianosis (kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).
4) Wheezing yang baru pertama dialami.
17

b. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan adanya tarikan kuat ke dalam dinding dada bagian
bawah atau nafas cepat yaitu < 60 kali per menit (batuk, pilek, biasa).
Tanda bahaya untuk golongan umur kurang dari 2 bulan ini adalah :
kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, gizi
buruk, demam/dingin.
2. Golongan umur 2 bulan – 5 tahun ada 3 klasifikasi, yaitu :
a. Pneumonia berat, bila disertai nafas sesak dengan adanya tarikan dada
bagian bawah ke dalam waktu anak menarik nafas, dengan catatan anak
harus dalam keadaan tenang, tidak menangis dan meronta.
b. Pneumonia, bila hanya disertai nafas cepat dengan batasan :
1) Untuk usia 2 bulan – kurang 12 bulan = 50 kali per menit.
2) Untuk usia 1 tahun – 5 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam atau nafas cepat (batuk pilek biasa). Tanda bahaya
untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun adalah : tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing dan gizi buruk.
D. Patogenesis
Terjadinya kuman yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam
alveolus menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang
terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagai awal pertahanan
tubuh, terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel radang melalui proses
psedopi sitoplasmik yang mengelilingi dan “memakan” bakteri tersebut
(Mukty dan Alsagaff, 2010).
Pada waktu terjadi proses infeksi, akan tampak empat zona pada
daerah keradangan tersebut, yaitu :
1. Zona luar
Alveoli yang terisi kuman pneumokokus (streptococcus pneumonia) dan
cairan sembab.
18

2. Zona permukaan konsolidasi
Terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3. Zona konsolidasi yang luas
Daerah terjadinya fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusi
5. Daerah terjadinya resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan
makrofag alveolar.
(Mukty dan Alsagaff, 2010)
Gambar 2. Host defenses dan air-exchange surface saluran pernapasan (Ami,
1999).
19

E. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada
berat-ringannya infeksi, secara umum gambaran klinis pneumonia sebagai
berikut (Said, 2010):
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus (GIT) seperti
mual, muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil,
gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat.
Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predomeran
PMN dapat ditemukan leukopenia yang mengarah pada prognosis buruk
dengan anemia ringan.
Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :
1. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
2. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia loans
Pemeriksaan mikrobiologi/spesimen usap tenggorok, sekresi
nasofaring, bilasan bronkus, atau sputum, darah, aspirasi trakea, atau fungi.
(Mansjoer, dkk., 2000)
G. Tatalaksana
Manajemen pneumonia pada anak berdasarkan usianya dibagi menjadi 2,
yaitu usia dibawah 2 bulan dan diatas 2 bulan (Dadiyanto, 2012).
20

Manajemen pneumonia anak dibawah 2 bulan
Gambar 3. Manajemen pneumonia pada anak usia ≤ 2 bulan (Dadiyanto, 2012).
21

Manajemen pneumonia anak diatas 2 bulan
Gambar 4. Manajemen pneumonia pada anak usia > 2 bulan (Dadiyanto, 2012).
Terapi Umum Pneumonia
1. Pemberian Oksigen secara kanula nasal,head boxatau masker, untuk
mempertahankan saturasi O2diatas 92% (rekomendasi A)
2. Bila memerlukan infus, jumlah cairan yang diberikan 80% dari kebutuhan, dan
monitor elektrolit untuk SIADH (rekomendasi C)
3. Antibiotik :
a. umur < 2 bulan kombinasi golongan penisilin (ampisilin atau amoksisilin)
dengan golongan aminoglikosid
b. umur > 2 bulan kombinasi golongan penisilin dengan kloramfenikol atau
antibiotika golongan sefalosporin
c. lama pemberian 10-14 hari
22

d. evaluasi pemberian antibiotika dilakukan 48-72 jam
4. Anti piretik dan analgesik diberikan bila perlu
5. Chest physiotherapy tidak terlihat manfaatnya (rekomendasi B)
6. Minimal handling untuk mengurangi metabolisme dan kebutuhan oksigen
7. Monitor HR,Suhu RR dan saturasi oksigen paling tidak tiap 4 jam
(rekomendasi D).
(Dadiyanto, 2012)
23

BAB III
ANALISIS KASUS
Anak perempuan usia 2 bulan 7 hari yang didiagnosis dengan pneumonia,
berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan:
A. Anamnesis
Anak perempuan usia 2 bulan 7 hari datang dengan keluhan sesak
sejak 1 hari SMRS. Sejak + 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien
batuk berdahak tanpa disertai pilek dan demam sumer-sumer. Selain itu
pasien juga muntah saat pasien batuk, muntah sebanyak 2 kali + 1/4 gelas
belimbing berupa susu dan dahak, dahak pasien berwarna kekuningan dengan
konsistensi encer.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dirasakan bertambah
berat dan ngikil disertai dahak dan mulai muncul sesak napas. Demam
dirasakan juga semakin meningkat. Oleh ibu pasien diberikan obat sirup
penurun panas tetapi tidak kunjung membaik. Pasien masih mau minum
tetapi berkurang dari sebelumnya, tersedak (-).
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk dan sesak napas
semakin bertambah berat, oleh orangtua pasien akhirnya dibawa ke dokter
anak di karanganyar kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi karena sesak
napas yang bertambah berat. Saat masuk rumah sakit, pasien tampak lemah
dan sesak.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah mondok 2x saat usia 20 hari
dan 32 hari karena sesak napas.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : tampak lemah, compos mentis
2. Tanda vital
HR : 136x/menit, regular, isi tegangan cukup, simetris
RR : 80x/menit, tipe thorakoabdominal
to : 38,6ºC (per axiller)
SiO2 : 91%
24

3. Didapatkan napas cuping hidung.
4. Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
Perkusi :sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), ST (+/+), RBK (+/+), RBH (+/+), wheezing (-/-)
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah didapatkan Hb, Ht, AL, AT,
dan AE dalam batas normal. Sedangkan untuk pemeriksaan radiologi
didapatkan kesan pneumonia
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini
menyokong ke arah pneumonia. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini
merujuk pada rekomendasi UKK Respirologi yaitu pasien berusia > 2 bulan lini
pertama berupa ampicillin bila dalam 3 hari tidak membaik dapat ditambahkan
chloramphenicol. Dosis pemberian ampicillin adalah 100mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 dosis yang diberikan setiap 6 jam. Dosis pemberian chloramphenicol
adalah 100mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis yang diberikan setiap 6 jam.
Kemudian diberikan oksigen head box 5 lpm untuk mencukupi kebutuhan oksigen
akibat sesak napas yang dialami oleh pasien. Karena pasien mengalami demam,
pasien diberikan paracetamol sirup dengan dosis 10-15 mg/kgBB diberikan
sebanyak 3x dalam sehari.
25

DAFTAR PUSTAKA
Ami, Ben. 1999. Bacterial Pneumonia in Neonates and Older Children. In :
Taussig LM, Landau LI. Buku Pediatric Respiratory Medicine. Saint
Louis : Mosby.
Dadiyanto, Dwi. 2012. Tatalaksana Pneumonia pada Anak. Pediatrica Indonesiana
Vol. 51.
Depkes RI. 2010. Buletin Pneumonia. Dibuka :
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN
%20PNEUMONIA.pdf. / 2013 / 06/ 26.
Lubis, Helmi. 2005. Pneumonia Mikoplasma. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Indonesia
Mukty Abdul, H dan Alsagaff Hood. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Erlangga.
Rahajoe, Nastiti dkk. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Said M 2010. Pneumonia. In : Rahajoe N.N., Supriyatno B.,
Setyanto D.B. (eds). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Jakarta : FK
UI.
26