Preskes Dokter Yulidar Asli

40
PRESENTASI KASUS SEORANG ANAK LAKI-LAKI 2 TAHUN DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEKS Oleh : Riani Dwi Hastuti G99131069 / C-10-2014 Sayekti Asih Nugraheni G99131076 / C-09-2014 Pembimbing : dr. Yulidar Hafidh, Sp. A (K)

description

preskes anak

Transcript of Preskes Dokter Yulidar Asli

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 2 TAHUN DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEKS

Oleh :

Riani Dwi Hastuti G99131069 / C-10-2014Sayekti Asih NugraheniG99131076 / C-09-2014

Pembimbing :dr. Yulidar Hafidh, Sp. A (K)

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2014STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIENNama: An. KUmur: 2 tahun Berat Badan : 10,8 kgTinggi Badan : cmJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat: Rejosari, Jagalan, Jebres, SurakartaTanggal masuk: 08 Mei 2014Tanggal Pemeriksaan : 08 Mei 2014RM: 01-25-34-40

II. ANAMNESISAnamnesis diperoleh dengan cara aloanamnesis terhadap ibu pasien

Keluhan Utama Kejang

Riwayat Penyakit SekarangPasien demam tinggi 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai batuk dan pilek. Keluar cairan dari telinga (-), nafsu makan dan minum masih seperti biasa.Oleh orang tuanya, pasien diberi obat penurun panas, panas turun kemudian naik lagi.1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih demam tinggi, mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB hitam (-). Nafsu makan dan minum mulai turun.BAK jumlah banyak, warna kuning jernih, nyeri saat BAK (-). 3 jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang. Kejang kaku pada seluruh tubuh, mata melirik ke atas, lama kejang 5 menit, kejang berhenti sendiri, setelah kejang pasien sadar dan menangis.Kemudian pasien langsung dibawa ke IGD RSDM. Saat di IGD, pasien sadar, menangis kuat (+), BAK terakhir 1 jam sebelum masuk rumah sakit, banyak, berwarna kuning jernih.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kejang sebelumnya: (-)Riwayat mondok di RS : (-)Riwayat alergi obat/makanan : (-)

Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat penyakit serupa :(-)Riwayat alergi obat/makanan : (-)

Riwayat Nutrisi Anak1. Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis dan tampak kehausan, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari satu potong (siang hari).3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur hijau/wortel, lauk ikan /tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.4. Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur bervariasi dan lauk ikan, ayam /tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah menyesuaikan.Kesan : kualitas dan kuantitas cukup

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan PrenatalPemeriksaan kehamilan dilakukan ibu pasien di bidan. Frekuensi pemeriksaan pada trimester I-II 1x/bulan, trimester III 2 kali tiap minggu. Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum selama hsmil adalah vitamin dan tablet penambah darah

Riwayat KelahiranPasien lahir spontan di RSDM, usia kehamilan 38 minggu, berat waktu lahir 3400 gram, panjang badan lahir 53 cm, langsung menangis segera setelah lahir.

Riwayat Imunisasi0 bulan Hep B 0, BCG, Polio 12 bulanDPT/Hep B 1, Polio 23 bulanDPT/Hep B 2, Polio 34 bulanDPT/ Hep B 3, Polio 49 bulanCampakKesan: Imunisasi lengkap sesuai jadwal Depkes

Riwayat Pertumbuhan dan PerkembanganBerat waktu lahir 3400 gram, panjang badan lahir 53 cm

Berat badan saat ini 10 kg, panjang badan saat ini 75 cm

Kesan: Pertumbuhan sesuai usia

Motorik KasarMengangkat kepala : 4 bulanTengkurap kepala tegak : 4 bulanDuduk sendiri: 6 bulanBerdiri sendiri: 1 tahunBerjalan : 1,5 tahunBahasa Bersuara aah/ooh : 1 bulanBerkata (tidak spesifik) : 5 bulanMotorik halusMemegang benda : 3,5 bulanPersonal sosialTersenyum : 1 bulanMulai makan : 7 bulanTepuk tangan : 8 bulanKesan : Perkembangan sesuai usia

Pohon Keluarga

IIIIIITn.R45 thnNy. S40 thnAn. K2 tahun

III. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum: tampak sakit sedangDerajat Kesadaran: compos mentisStatus gizi: kesan gizi baik2. Vital signSuhu: 38,5oC per aksilerHR: 125 x/menitRR: 28 x/menitTD: 90/50 mmHgStatus gizi : BB/U = 10/12,5 x 100 % = 80% (-2 SD < Z score 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

c. Pemberian Obat Rumat1. Indikasi Pemberian obat RumatPengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) ; Kejang lama > 15 menit Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrocephalus. Kejang fokalPengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam 4 kali per tahun.52. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan RumatPemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.5

10. EDUKASI PADA ORANG TUAKejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baikb. Memberitahukan cara penanganan kejangc. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembalid. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.4,5Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejanga. Tetap tenang dan tidak panik.b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.a. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.b. Tetap bersama pasien selama kejang.c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih .5

11. VAKSINASISejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi jarang. Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.5,7 Sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.7 Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.5

12. PROGNOSISKejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.5,9

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

KEJANG

1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

KEJANGDiazepam rektal( 5 menit )Di Rumah SakitKEJANGDiazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)(depresi pernapasan dapat terjadi)KEJANGFenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBBKecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menitKEJANGTransfer ke Ruang Rawat IntensifKETERANGAN :1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan hipotensi.6

BAB IIIANALISIS KASUS

Diagnosis kejang demam simpleks pada kasus ini berdasarkan :a. Anamnesis Kurang lebih 3 hari SMRS, pasien demam tinggi disertai batuk dan pilek. Orang tua pasien memberikan obat penurun panas, panas turun kemudian naik lagi. Satu hari SMRS, pasien masih demam tinggi. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien kejang. Kejang kaku pada seluruh tubuh, mata melirik ke atas, lama kejang 5 menit, kejang berhenti sendiri, setelah kejang pasien sadar dan menangis.

b. Pemeriksaan fisikKami dapatkan suhu 38,5oC per axiler. Didapatkan reflek fisiologis menurun dan tidak didapatkan reflek patologis maupun meningeal sign.

c. Pemeriksaan PenunjangPenatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan diit nasi lauk 1000 kkal/hari, infus D S NS 10 tpm makro, injeksi diazepam 0,3 mg/kgBB/hari jika kejang, diazepam oral 0,3 mg/kgBB/hari, paracetamol syr 3x120 mg p.oDiit nasi lauk diberikan kepada pasien berdasarkan kebutuhan kalori pasien yang dihitung berdasarkan RDA. Kebutuhan kalori anak usia 0-3 tahun adalah 100-110 kkal/kgBB/hari, sehingga untuk pasien an. K usia 2 tahun dengan berat badan 10,8 Kg adalah 10x100 kkal, hasilnya adalah 1000 kkal/hari.Pemberian infus D S 10 tpm makro. Pemberian cairan untuk pasien dihitung berdasarkan rumus Darrow. Kebutuhan cairan untuk pasien yang berat badannya kurang dari 10 kg adalah 100cc/kgBB/hari sehingga kebutuhan cairan pasien perharinya adalah 1000 cc. Untuk tetesan makro, setiap cc nya terdiri dari 15 tetes. Sehingga kecepatan infus untuk pasien adalah sekitar 10 tpm.Diazepam injeksi sebesar 3 mg diberikan kepada pasien apa bila pasien mengalami kejang. Berdasarkan Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam tahun 2006, pada saat kejang terjadi, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah dengan pemberian diazepam secara intravena. Dosis yang diberikan adalah 0,3-0,5 mg/kgBB dan diberikan perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam 3-5 menit. Sehingga untuk pasien dengan berat badan 10 kg, diazepam yang diberikan adalah sekitar 3 mg. Diazepam 1x3mg yang diberikan pada pasien apabila suhu tubuh pasien lebih dari 38oC dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kejang pada pasien . Hal ini dilakukan karena berdasarkan Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam tahun 2006, pemberian antikonvulsan pada saat demam terbukti dapat mencegah terjadinya kejang pada 30-60% kasus.Paracetamol Syr 3x120 mg PO diberikan kepada pasien untuk mencegah tejadinya demam. Berdasarkan konsensus penatalaksanaan Kejang Demam, para ahli di Indonesia telah sepakat untuk tetap memberikan antipiretik. Parasetamol diberikan pada anak dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali. Sehingga untuk pasien An. K dengan berat badan 10,8 kg, maka jumlah yang diberikan adalah 108 mg/kali. Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa kejang dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta.