Preskes Hemoptisis
-
Author
sofi-wardati -
Category
Documents
-
view
244 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Preskes Hemoptisis
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
1/26
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemoptisis1. Definisi
Hemoptisis (batuk darah) merupakan suatu gejala atau tanda dari
suatu penyakit infeksi. Secara umum, pengertian hemoptisis adalah
membatukkan darah dari paru atau ekspektorasi darah akibat perdarahan
pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui
saluran napas bawah laring (Davey, 2002; Rasin, 2009).
2. Etiologi dan Faktor RisikoAda banyak masalah potensial yang menjadi penyebab hemoptisis.
Berikut adalah etiologi hemoptisis berdasarkan frekuensinya (Web MD,
2013; Davey, 2002):
a. Sangat sering (> 5%)1) Bronkitis (akut atau kronis), merupakan penyebab utama tersering
dari hemoptisis, biasanya tidak mengancam jiwa.
2) Pneumonia3) Tuberkulosis
b. Sering (1-4%)1) Bronkiektasis2) Kanker paru atau tumor paru non-maligna, terutama karsinoma
bronkus
3) Emboli paru4) Hemoptisis palsu (mimisan, penyakit mulut, hematemesis).
Perdarahan hidung yang berat atau muntahan darah dari lambung
dapat menyebabkan masuknya darah ke trakea. Darah kemudian
dibatukkan dan muncul sebagai hemoptisis.
c. Jarang (< 1%)1) Gagal jantung kongestif, terutama karena stenosis mitral
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
2/26
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
3/26
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan padapemeriksaan hemoglobin < 10 gr% sedang batuk darah masih
berlangsung.
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan padapemeriksaan hemoglobin >10 gr% dan pada pengamatan selama
48 jam dengan pengobatan konservatif, batuk darah masih
berlangsung.
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas
bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal)
atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious) (Marleen et al.,
2009).
5. Diagnosis BandingDiagnosis banding penyebab hemoptisis sangat banyak,
sebagaimana telah disebutkan dalam etiologi. Berikut ini penjelasan
mengenai penyebab hemoptisis tersering dan yang terjadi pada pasien
dalam kasus ini.
a. BronkiektasisBronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya dilatasi dan distorsi bronkus lokal patologis dan berjalan
kronik, persisten, dan ireversibel. Kelainan tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastik, otot polos bronkus, tulang rawan, dan
pembuluh darah. Bronkus yang terkena pada umumnya adalahbronkus kecil, sedangkan bronkus besar umumnya jarang
(Rahmatullah, 2007).
b. BronkitisBronkitis adalah inflamasi dari pembuluh bronkus yang
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh
dan menimbulkan sekresi dan cairan inflamasi.
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
4/26
Bronkitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena
infeksi virus yang melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut
pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari sampai
beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun
adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada
terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif
yang belangsung 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Diagnosis bronkitis kronis biasanya terkait dengan riwayat merokok
(Marleen et al., 2009).
c. TuberkulosisTuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex yang ditandai dengan
pembentukan granuloa pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.
Penyakit tuberkulosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,
tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah
pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun (PDPI, 2011).
d. PneumoniaSecara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme,
yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa.
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
5/26
Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif,
sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram
negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak
penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif (PDPI,
2003).
6. Penegakan Diagnosisa. Anamnesis
Petunjuk pasien sangat berguna untuk membedakan hemoptisis
dari hematemesis (Bidwell & Pachner, 2005).
b. Pemeriksaan Fisikc. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah rutin: terutama digunakan untuk melihat kadar hemoglobinuntuk mengetahui ada tidaknya anemia akibat hemoptisis (Davey,2002).
2) Foto polos toraks3) CT scan toraks4) Bronkoskopi
Pada hemoptisis masif, bronkoskopi memungkinkan
identifikasi dan terapi lokal pada titik perdarahan (Davey, 2002).
7. TatalaksanaKunci tatalaksana hemoptisis adalah menemukan diagnosis
penyakit dasar dan memberi terapi yang tepat, atau menyingkirkan
penyakit lain yang serius. Sebagian besar hemoptisis terjadi minor atau
bisa sembuh sendiri, walaupun kadang-kadang perdarahan bisa menjadi
berat dan tidak terkendali. Saat ini tatalaksana hemoptisis meliputi
konservatif, pembedahan, dan embolisasi arteri bronkialis (Marleen et al.,
2009).
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
6/26
a. Konservatif1) Proteksi jalan napas dan stabilisasi pasien: mempertahankan jalan
napas yang adekuat, pemberian suplementasi oksigen, koreksi tiap
koagulopati.
2) Lokalisasi sumber perdarahan dan penyebab perdarahan: setelahpasien dalam keadaan stabil perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut mencari sumber dan penyebab perdarahan.
3) Terapi spesifik: menghentikan perdarahan dan mencegahperdarahan berulang. Tahap ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
Dengan bronkoskop: bilasan garam fisiologis, epinefrin,pemberian trombin fibrinogen, tamponade dengan balon.
Tanpa bronkoskop: pemberian obat dan antifibrinolitik,pengobatan penyakit primernya (Davey, 2002; Rasin, 2009).
b. PembedahanTerapi definitif hemoptisis adalah pembedahan. Tindakan bedah
dilakukan bila pasien memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) diketahui jelas sumber perdarahan2) tidak ada kontra indikasi medik3) setelah dilakukan pembedahan sisa paru masih mempunyai fungsi
yang adekuat (faal paru adekuat)
4) pasien bersedia dilakukan tindakan bedah (Rasin, 2009; Marleen etal., 2009).
c. Embolisasi arteri bronkialisTeknik ini adalah melakukan oklusi pembuluh darah yang
menjadi sumber perdarahan dengan embolisasi transkateter.
Embolisasi ini dapat dilakukan pada arteri bronkialis dan sirkulasi
pulmoner. Teknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan kelaina
paru bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak operasi
ataupun memiliki kontraindikasi tindakan operasi. Terapi ini dapat
diulang beberapa kali untuk mengontrol perdarahan. Embolisasi
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
7/26
memiliki angka keberhasilan dalam mengontrol perdarahan (jangka
pendek) antara 64-100% (Rasin, 2009; Marleen et al., 2009).
B. Bronkiektasis1. Definisi
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan
komponen elastis dan muskular dinding bronkus (ORegan, 2004).
2. EtiologiEtiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun,
diduga bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.
a. Kelainan kongenitalDalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam
kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan
perkembangan memegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul
kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada
satu atau kedua bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya
menyertai penyakit-penyakit kongenital seperti fibrosis kistik,
sindrom kertagener, sindrom william campbell, sindrom mounier-
kuhn, dan lain-lain.
b. Kelainan didapatBronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan
kebanyakan merupakan proses berikut:
1)Infeksi: campak, pertusis, infeksi adenovirus, infeksi bakteri(Klebsiella, Staphylococcus, Pseudomonas), influenza, tuberkulosa,
dan infeksi mikoplasma.
2)Penyumbatan bronkus: benda asing, pembesaran kelenjar getahbening, tumor paru, sumbatan oleh lendir.
3)Cedera penghirupan: cedera karena asap, gas atau partikel beracun,aspirasi getah lambung dan partikel makanan.
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
8/26
4)Kelainan imonologi: disfungsi sel darah putih, defisiensikomplemen, infeksi HIV, kelainan autoimun
5)Keadaan lain: penyalahgunaan obat (narkotika) (ORegan, 2004;Rahmatullah, 2007).
3. PatogenesisPatogenesis bronkiektasis tergantung penyebabnya. Apabila timbul
secara kongenital, patogenesisnya tidak diketahui, diduga erat
berhubungan dengan factor genetik serta factor pertumbuhan dan
perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronkiektasis yang didapat,
patogenesisnya diduga melalui beberapa mekanisme. Ada beberapa
mekanisme yang diduga ikut berperan, antara lain: 1) faktor obstruksi
bronkus, 2) faktor infeksi pada bronkus atau paru, 3) faktor adanya
beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru, asthmatic pulmonary
eosinophilia, dan 4) faktor intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronkiektasis yang didapat, diduga
melalui dua mekanisme dasar.a. Permulaannya didahului adanya faktor infeksi bakterial
Mula-mula karena infeksi pada bronkus atau paru, kemudian timbul
bronkiektasis. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa infeksi pada
bronkus atau paru, akan diikuti destruksi dinding bronkus daerah
infeksi dan kemudian timbul bronkiektasis.
b. Permulaannya didahului adanya obstruksi bronkusAdanya obstruksi bronkus oleh beberapa penyebab akan diikuti
terbentuknya bronkiektasis. Pada bagian distal obstruksi biasanya
terjadi infeksi dan destruksi bronkus.
Bronkiektasis merupakan penyakit paru yang mengenai bronkus
dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung
kronik dan menetap. Keluhan-keluhan yang timbul berhubungan erat
dengan: 1) luas atau banyaknya bronkus yang terkena, 2) tingkatan
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
9/26
beratnya penyakit, 3) lokasi bronkus yang terkena, dan 4) ada atau tidak
adanya komplikasi lebih lanjut.
Pada bronkiektasis, keluhan-keluhan timbul umumnya sebagai
berikut akibat adanya beberapa hal seperti adanya kerusakan dinding
bronkus, adanya kerusakan fungsi bronkus, adanya akibat lanjut
bronkiektasis. Kerusakan dinding bronkus berupa dilatasi dan distorsi
dinding bronkus, kerusakan elemen elastis, tulang rawan, otot-otot polos,
mukosa dan silia, kerusakan tersebut akan menimbulkan stasis sputum,
gangguan ekspektoransi, gangguan refleks batuk, dan sesak nafas
(Rahmatullah, 2007).
Mengenai infeksi dan hubugannya dengan patogenesis, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Infeksi pertama (primer).Tiap bronkiektasis, kejadiannya didahului oleh infeksi bronkus
maupun jaringan paru. Infeksi yang mendahului bronkiektasis adalah
infeksi bacterial, yaitu mikroorganisme penyebab pneumonia atau
bronchitis yang mendahuluinya. Dikatakan bahwa hanya infeksi
bakteri saja yang dapat menyebabkan bronkiektasis, sedangkan infeksi
virus tidak dapat. Boleh jadi, pneumonia atau bronchitis uang
mendahului bronkiektasis tadi didahului oleh infeksi virus (misalnya
adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainya).
b. Infeksi sekunderTiap pasien bronkiektasis tidak selalu disertai infeksi sekunder
pada lesi (daerah bronkiektasis). Apabila sputum pasien bersifat
mukoid dan putih jernih menandakan belum ada infeksi sekunder.
Sebaliknya apabila sputum berubah warna menjadi kekuningan atau
kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder.
Untuk menentukan jenis kumannya bisa dilakukan pemeriksaan
mikrobiologis.
Hemoptisis terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa
bronkus yang mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
10/26
perdarahan. Perdarahan yang terjadi bervariasi, mulai yang paling
ringan (streaks of blood) sampai perdarahan yang cukup banyak
(masif) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau
terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri bronkialis (daerah
berasal dari peredaran darah sistemik).
Pada dry bronchiectasis, hemoptisis justru merupakan gejala
satu-satunya, karena bronkiektasis jenis ini letaknya di lobus atas
paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang
menimbulkan refleks batuk. Pasien tanpa batuk atau batuknya
minimal (Rahmatullah, 2007).
d. Manifestasi KlinisGejala sering dimulai pada saat anak-anak, 60% gejala timbul sejak
pasien berusia 10 tahun. Gejala yang timbul tergantung dari luas, berat,
lokasi, serta ada atau tidaknya komplikasi. Gejala tersering adalah batuk
kronik dengan sputum yang banyak. Batuk dan pengeluaran sputum
dialami paling sering pada pagi hari, setelah tiduran atau berbaring padaposisi yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan
bronkiektasis (ORegan, 2004).
Pada bronkektasis ringan atau yang hanya mengenai satu lobus
saja, mungkin tidak terdapat gejala. Kalaupun ada biasanya batuk
bersputum yang menyertai batuk-pilek selama 1-2 minggu. Komplikasi
pneumonia jarang dan progresivitasnya lambat (Alsagaff & Mukty, 2002;
Rahmatullah, 2007).
Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk terus-menerus
dengan sputum yang banyak (200-300 ml) yang bertambah berat bila
terjadi infeksi saluran napas atas. Biasanya dapat diikuti dengan demam,
nafsu makan berkurang, berat badan turun, anemia, nyeri pleura, malaise.
Sesak napas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas. Hemoptisis
mungkin merupakan satu-satunya gejala, sehingga bronkiektasis harus
dipikirkan bila terdapat hemoptisis yang tidak jelas sebabnya. Clubbing
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
11/26
Finger didapatkan pada 30-50% kasus. Pada kasus yang berat mungkin
terdapat sianosis dan tanda kor pulmonal. (Alsagaff & Mukty, 2002;
Rahmatullah, 2007).
e. Penegakan DiagnosisOleh karena pasien bronkiektasis umumnya memberikan gambaran
klinis yang dapat dikenal, penegakkan diagnosis bronkiektasis dapat
ditempuh melewati proses diagnosis yang lazim dikerjakan di bidang
kedokteran, meliputi : 1) anamnesis, 2) pemeriksaan fisik, 3) pemeriksaan
penunjang, terutama pemeriksaan radiologik.
Pemeriksaan radiologi yang bisa dilakukan adalah foto thoraks PA
dan lateral, bronkografi, dan CT Scan. Pada foto thoraks PA/lateral akan
tampak infiltrate pada paru bagian basal dengan daerah radiolusen yang
multipel menyerupai sarang lebah (honey comb appearance). Jika
didapatkan bronkiektasis terinfeksi, maka akan didapatkan juga infiltrate
di sekitar lesi.
Diagnosis pasti bronkiektasis dapat ditegakkan apabila telahditemukan adanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan prosedur
pemeriksaan bronkografi, melihat bronkogram yang didapatkan dan CT
Scan.
Bronkoskopi juga bisa dikerjakan pada pasien bronkiektasis.
Namun, tidak digunakan untuk melihat ektasis. Akan tetapi, dapat untuk
mengetahui adanya tumor atau benda asing, sumber batuk darah, sputum,
dan perdarahan.
Pemeriksaan Faal Paru digunkan untuk melihat akibatnya, yaitu
kelainan restriksi dan/atau obstruksi. Pemeriksaan laboratorium darah
tidak khas pada pasien bronkiektasis. Hb dapat rendah (anemia), dapat
pula tnggi sebagai akibat dari insufisiensi paru. Leukositosis dengan laju
endap darah yang tinggi sering dijumpai bila ada infeksi sekunder
(Alsagaff dan Mukty, 2002).
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
12/26
f. Diagnosis Bandinga. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis menunjukkan gambaran bronkus yang normal
pada pemeriksaan bronkografi
b. Tuberkulosis paruPada tuberculosis paru tampak gambaran radiologis yang
berbeda dengan gambaran bronkiektasis, terlebih lagi bila dijumpai
basil tuberculosis dalam sputum. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
bronkiektasis dapat merupakan peyulit dari tuberculosis paru.
c. Abses ParuPada radiologis tampak gambaran abses yang dapat dibedakan
dari gambaran bronkiektasis.
d. Tumor paruTampak gambaran massa padat pada paru, bila proses keganasan
member gambaran infiltrat maka perlu dibedakan dengan proses
pneumonia (Alsagaff & Mukty, 2002).
g. TatalaksanaTatalaksana pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu:
1) Konservatif Pengelolaan umum: Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien Memperbaiki drainase sekret bronkus
Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberianantibiotik.
Pengelolaan khusus: Kemoterapi pada bronkiektasis Drainase sekret dengan bronkoskopi
2) Simtomatik Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat
bronkodilator.
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
13/26
Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.
Pengobatan hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik. Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan antipiretik.
3) PembedahanTujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi)
segmen atau lobus yang terkena. Indikasinya pada pasien
bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon
terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat, selain itu juga
pada pasien bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi
berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien
dengan hemoptisis masif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi
(Rahmatullah, 2007).
h. Prognosis1) Kelangsungan Hidup
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-
ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali.
Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan)
dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus yang berat
dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih
dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia,
empiema, payah jantung kanan, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-
kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya
disabilitasnya ringan (ORegan, 2004; Rahmatullah, 2007).2) Kelangsungan Organ
Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus
dengan ukuran sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan
destruksi lapisan muscular dan elastis dari bronkus serta dapat pula
menyebabkan kerusakan daerah peribronchial. Kerusakan ini biasanya
akan menyebabkan timbulnya daerah fibrosis terutama pada daerah
peribronkial (Rahmatullah, 2007).
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
14/26
BAB II
STATUS PASIEN
A. IdentitasNama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Parkir
Alamat : Jebres, Surakarta
No. RM : 01199706
Masuk RS : 5 Juni 2013
Pemeriksaan : 5 Juni 2013
B. Data DasarAnamnesis (Autoanamnesis, tanggal 5 Juni 2013)
1. Keluhan UtamaBatuk darah
2. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh batuk darah 1 jam SMRS. Batuk darah terjadi 3x,
sekali batuk 3 sendok makan. Darah berwarna merah segar. Batuk
darah yang seperti ini sudah pernah terjadi 2x dalam 1 tahun ini. Pasien
mengaku sering batuk dengan dahak campur darah sudah 25 tahun,
muncul jarang 6 bulan-1 tahun 1 kali terutama bila kecapaian, darah
muncul bercak-bercak. Namun dalam 1 tahun terakhir ini darah muncul
lebih banyak. Bila pasien tidak batuk dahak campur darah, maka biasanya
dahak berwarna kekuningan terutama muncul di pagi hari dan saat
bangun tidur. 1 minggu ini dahak berwarna kuning kehijauan. Sesak
nafas (-), nyeri dada (-), demam (-), keringat malam (-), nafsu makan
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
15/26
menurun (-), berat badan turun (-), mual/muntah (-), BAK dan BAB (+)
normal.
3. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Asma : (-) disangkal
Riwayat Alergi : (-) disangkal
Riwayat DM : (-) disangkal
Riwayat Hipertensi : (-) disangkal
Riwayat OAT : (-) disangkal
Riwayat Mondok : (-)
Riwayat Pengobatan : Selama ini pasien minum obat tradisional/herbal
untuk batuknya.
Batuk darah 1 tahun yang lalu pernah periksa ke puskesmas periksa
dahak 1x hasil (-)
Pernah periksa ke Jajar 1xdifoto rontgen, tidak dicek dahaknya
4. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Asma : (-)
Riwayat Alergi : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
5. Riwayat KebiasaanRiwayat Merokok : (+) 13 tahun yang lalu x 3 = 39 (IB ringan)
6. Riwayat Sosial dan EkonomiPasien adalah seorang laki-laki berusia 40 tahun dengan pekerjaan tukang
parkir. Pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi dengan fasilitas
Jamkesmas.
7. Riwayat GiziSebelum sakit, pasien makan teratur 3-4 kali sehari, sebanyak masing-
masing 1 piring nasi sayur dengan lauk tempe, tahu, jarang dengan daging
atau ikan.
C. Anamnesis Sistemik
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
16/26
Keluhan utama : Batuk darah
Kulit : Sawo matang, kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal
(-), luka (-), kuning (-).
Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rambut mudah dicabut (-
), rambut mudah rontok (-)
Mata : Pandangan kabur (-/-), pandangan dobel (-/-),
pandangan berputar-putar (-/-), berkunang-kunang
(-/-).
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-), gatal (-).
Telinga : Berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-).
Mulut : Terasa kering (-), bibir biru (-), pucat (-), sariawan
(-), gusi berdarah (-), gigi berlubang (-), bibir pecah-
pecah (-), luka pada sudut bibir (-).
Tenggorokan : Sakit menelan (-), gatal (-).
Sistem Respirasi : Sesak nafas (-), batuk darah (+), dahak (-),
mengi (-).
Sistem Cardiovaskuler : Nyeri dada (-), terasa tertekan (-), rasa berdebar (-),
sesak nafas karena aktivitas (+)
Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-),nafsu makan menurun(-), BAB
(+) normal, perut sebah (-), nyeri ulu hati (-),
mbeseseg (-), kembung (-), tinja warna kuning.
Sistem Genitourinaria : Nyeri saat BAK (-), panas (-), darah (-), nanah (-),
anyang-anyangan(-), sering menahan kencing (-),
BAK warna seperti teh(-).
Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak
sendi (-).
Ekstremitas : Atas Kanan/ Kiri: Luka (-), nyeri (-), tremor (-),
kesemutan (-), bengkak (-), ujung jari dingin (-).
Bawah Kanan/Kiri: Luka (-), nyeri (-), tremor (-),
kesemutan (-), bengkak (-), ujung jari dingin (-).
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
17/26
Neuropsikiatri : Kejang (-), emosi tidak stabil (-), kesemutan (-),
lumpuh (-), gelisah (-), mengigau(-).
D. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dilakukan tanggal 5 Juni 2013
Keadaan umun : sakit sedang, compos mentis, gizi kesan gizi normal
Status gizi : BB = 65 kg
TB = 165 cm
BMI = 23,87
Kesan: Normal
Vital Sign : Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respiratory rate : 20x/menit
Temperatur : 36,7 oC
SaO2 : 98% (tanpa O2)
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP meningkat, pembesaran limfonodi cervical (-), leher
kaku (-).
Thorax : Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-), spider
nevi (-), pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-
), pembesaran KGB axilla (-/-).
Cor : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : I: Statis : Pengembangan dada kanan = kiri
Dinamis : Pengembangan dada kanan = kiri
P: Fremitus raba kanan = kiri
P: Sonor/sonor
A: SDV (+/+), suara nafas tambahan (-/-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien teraba
- -
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
18/26
Extremitas : Akral dingin
Oedema
Clubbing finger
E. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium Darah
05/06/2013 Satuan Nilai Rujukan
Hb 15,6 Gr/dl 12,0-15,6
Hematokrit 47 % 33-45
AE (uL) 5,39 106/uL 4,10-5,10
AL 5,5 103/uL 4,5-11
AT 224 10 /Ul 150-450
Gol darah B
PT 13,8 Detik 10,0-15,0
APTT 29,0 Detik 20,0-40,0
INR 1,130
GDS 110 Mg/dL 60-140
Ureum 32 Mg/Dl
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
19/26
SGOT 26 UI/L 0-35
SGPT 20 UI/L 0-45
Pemeriksaan Foto Thorax PA/Lateral
Identitas : Tn.M
Tanggal : 5 Juni 2013
Proyeksi Foto PA/Lateral
Kekerasan cukup
Simetris
Inspirasi cukup
CTR < 50%
Pulmo hiperinflasi, tampak gambaran honeycomb appearance di
paracardial kanan kiri.
ICS melebar dan mendatar
Retrocardial dan retrosternal space dalam batas normal
Sinus costophrenicus kanan kiri tajam
Hemidiafraghma kanan kiri normal
Pemeriksaan EKG (5 Juni 2013)
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
20/26
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
21/26
Sinus rhytme 69 x/menit
Normoaxis
F. ResumePasien datang, seorang laki-laki berusia 40 tahun, dengan keluhan batuk
darah sejak 1 jam SMRS. Batuk darah terjadi 3x, sekali batuk 3 sendok
makan. Darah berwarna merah segar. Batuk darah yang seperti ini sudah
pernah terjadi 2x dalam 1 tahun ini. Pasien mengaku sering batuk dengan
dahak campur darah sudah 25 tahun, muncul jarang 6 bulan-1 tahun 1 kali
terutama bila kecapaian, darah muncul bercak-bercak. Namun dalam 1 tahun
terakhir ini darah muncul lebih banyak. Bila pasien tidak batuk dahak campur
darah, maka biasanya dahak berwarna kekuningan terutama muncul di pagi
hari dan saat bangun tidur. 1 minggu ini dahak berwarna kuning kehijauan.
Sesak nafas (-), nyeri dada (-), demam (-), keringat malam (-), nafsu makan
menurun (-), berat badan turun (-), mual/muntah (-), BAK dan BAB (+)
normal.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 5 Juni 2013 didapatkan keadaan umum
pasien tampak sakit sedang, compos mentis, gizi kesan normal. TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, t: 36,7C per axillar, SaO2: 98% (tanpa
O2). Pada pemeriksaan paru didapatkan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hematokrit 47% (nilai
rujukan: 33-45%).
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
22/26
Abnormalitas
Anamnesis:
1. Batuk darah timbul bila kelelahan2. Bila pasien tidak batuk dahak campur darah, maka biasanya dahak
berwarna kekuningan terutama muncul di pagi hari dan saat bangun
tidur.
3. Sejak 1 minggu yang lalu dahak berwarna kuning kehijauan.Pemeriksaan fisik:
1. Tampak sakit sedang2. TD= 130/80 mmHg3. N= 80 x/menit4. RR= 20 x/menit5. t= 36,7 C per axillar6. SaO2= 98% (tanpa O2)
Pemeriksaan Penunjang:
1. Hematrokrit = 47%
G. Diagnosis
Bronkiektasis terinfeksi DD bronkitis kronis dengan masalah hemoptisis.
H. Terapi
O22-3 lpm Infus RL 16 tpm Injeksi Asam traneksamat 500 mg/8 jam Injeksi vitamin K 1 ampul/8 jam Injeksi Ciprofloxacin 2 x 2 (skin test+), ganti Ceftazidim 1 g/12 jam (skin
test+), ganti Ceftriaxon 2 g/24 jam (skin test-)
Dextrometrophan 3 x 1 Vitamin C 3 x 1
I. Planning
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
23/26
Edukasi batuk darah
Sputum tampung, sputum Mo/G/K/R Bronkoskopi Konsul jantung bila perlu bronkoskopi
J. PrognosisAd vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
6 Juni 2013
S : batuk darah (+) 1cc
O : sakit sedang, compos mentis
VS : T= 140/80mmHg N=88x/mnt Rr=20x/mnt t=36,2oC
Mata : conjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP meningkat, KGB membesar
Thorax : retraksi (-)
Cor : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : I: pengembangan dada kanan = kiri
P: fremitus raba kanan = kiri
P: sonor/sonor
A: SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), hepar/lien teraba
W/D : bronkiektasis terinfeksi dd bronkitis kronis dengan masalah
hemoptisis
Terapi : O22-3 lpm
Infus RL 16 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 g/24 jam
Vit B kompleks 3 x 1
Vit C 3 x 1
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
24/26
DMP 3 x 1
Plan : Sputum tampung Mo/G/K/R
Edukasi batuk
Bronkoskopievaluasi batuk dulu
Konsul jantung bila perlu bronkoskopi
Pasien pulang APS tanggal 6 Juni 2013
RESUME PULANG
1. Alasan masuk/keluhan utama: batuk darah2. Riwayat singkat dan penemuan fisik
a.RPS : batuk darah (+) + 1 jam SMRSb.RPD : Riwayat OAT (-)c.Riwayat sosial ekonomi : pekerjaan tukang parkird.Penemuan fisik yang relevan :
I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor/sonor
A : SDV (+/+), ST (-/-)
3. Diagnosis masuk: Bronkiektasis terinfeksi4. Diagnosis lain: hemoptisis5. Diagnosis banding: bronkitis kronis6. Diagnosis akhir: bronkiektasis terinfeksi7. Diagnosis komplikasi: hemoptisis8. Operasi dan prosedur khusus: -9. Tindakan medis lainnya (non operatif): Nebulisasi10.Penemuan yang penting:
a.Lab : Hb = 15,6; Ht = 47%; AL = 5,5; AT = 224; AE = 5,39b.Radiologi : kesan honeycomb appearance
11.Riwayat pemberian obat di rumah sakit:Obat yang diberikan: Ceftriaxon 2g/24 jam, DMP 3 x 1, Vit C 3 x 1, Vit B
kompleks 3 x 1
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
25/26
a. Reaksi obat : Alergi inj Ciprofloxacin, inj ceftazidimb. Kondisi waktu keluar RS: dalam perbaikan
12.Perintah waktu pulang:a. Tindak lanjut : kontrol ke poli paru
b. Kontrol kembali : 10 Juni 2013c. Pemeriksaan penunjang : DR 3
13.Prognosis: dubia ad bonam14.Obat yang dibawa pulang pasien:
1. Cefixim 2 x 500 mg No X2. Vit B kompleks 3 x 1 No X3. Vit C 3 x 1 No X4. DMP 3 x 1 No X
-
8/13/2019 Preskes Hemoptisis
26/26
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff H, Mukty A. 2002. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya:
Airlangga Press
Bidwell JL, Pachner RW. 2005. Hemoptysis: Diagnosis and management. Am
Fam Physician; 72(7):1253-60
Davey P. 2002. Sesak napas, batuk, dan hemoptisis, dalam:At a glance medicine.
Jakarta, Erlangga Medical Series; pp: 23
Marleen FS, Swidarmoko B, Rogayah R, Pandelaki J. 2009. Embolisasi arteri
bronkial pada hemoptisis.http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Refserlyt.pdf - diunduh pada Juni
2013
Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, King TE, Schraufnagel DE, Murray JF,
Nadel JA. 2010.Murray & Nadels textbook of respiratory medicine. 5thEd.
USA: Elsevier
ORegan AW. 2004. Baums Textbook of Pulmonary Disease 7 th Edition.
Editor James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. Philadelphia.
pp: 255-274
PDPI. 2003. Pneumonia komuniti: Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di
Indonesia
PDPI. 2011. Tuberkulosis: Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia.
Rahmatullah. 2007. Ilmu penyakit dalam: Bronkiektasis. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Rasmin M. 2009. Hemoptisis.
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdf
diunduh Juni 2013
Web MD. 2013. Coughing up blood (hemoptysis).
http://www.webmd.com/lung/coughing-up-blood - diunduh Juni 2013
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Refserlyt.pdfhttp://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdfhttp://www.webmd.com/lung/coughing-up-bloodhttp://www.webmd.com/lung/coughing-up-bloodhttp://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdfhttp://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Refserlyt.pdf