preskes peb2
Embed Size (px)
Transcript of preskes peb2

Presentasi Kasus
PEB, PRESBO PADA PRIMIGRAVIDA HAMIL ATERM
BELUM DALAM PERSALINAN
Disusun Oleh :
Amanda Arta M. S G9911112014
Novian Yanuardi G9911112107
Ratri Satya Pitrasti G9911112119
Pembimbing :
dr. Eriana Melinawati, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2012

ABSTRAK
Preeklampsia adalah kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang
ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu1.
Persalinan aterm adalah persalinan yang terjadi antara usia 37-42 minggu.
WHO menambahkan bahwa sekarang criteria usia hamil untuk bayi mature adalah
yang lahir antara 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram2.
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan bokong janin berada di
bawah. Wanita dengan preeklampsia dan presentasi bokong perlu diobservasi
dengan pengawasan kondisi kesejahteraan ibu dan janin secara ketat1.
Sebuah kasus Seorang G1P0A0, 24 tahun dengan keluhan pusing. Pasien
merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng belum dirasakan, air kawah belum
dirasakan keluar, gerak janin (+) masih dirasakan, lendir darah (-). Riwayat
fertilitas baik, riwayat obstetri baik, teraba janin tunggal, intra uterin, presentasi
bokong, his (-), DJJ (+) reguler dengan PEB.
Adanya PEB pada ibu merupakan ancaman terjadinya hipoksia pada janin,
dengan umur kehamilan yang sudah aterm (37 minggu) merupakan indikasi untuk
dilakukannya terminasi kehamilan. Ditambah dari hasil pemeriksaan fisik dan
USG pasien mengalami presentasi bokong, dengan demikian bukan termasuk
dalam persalinan normal, maka perlu diusulkan untuk dilakukan SC.
____________________________________________________________________
Kata kunci : PEB, presbo, aterm, belum dalam persalinan, terminasi, sectio
caesaria
1

BAB I
PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan gangguan dari endotel pembuluh darah dan
vasospasme yang muncul setelah umur kehamilan 20 minggu dan dapat menetap
4-6 minggu setelah persalinan. Preeklamsia digambarkan dengan adanya tekanan
darah yang tinggi dan proteinuria, dengan atau tanpa edema patologis.
Di Negara berkembang, insiden dari preeklamsia ini dilaporkan 4-18%
dengan gangguan tekanan darah tinggi menjadi penyebab umum kedua pada
bidang obstetric dalam kematian dini neonatal pada Negara-negara tersebut.
Faktor Risiko Pre-eklampsia meliputi kondisi-kondisi medis yang
berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskuler (missal, Diabetes Melitus,
Hipertensi kronik, kelainan vaskuler dan jaringan ikat), antifosfolipid antibody
syndrome, dan nefropati.4 Faktor-faktor resiko lain dihubungkan dengan
kehamilan itu sendiri atau lebih spesifik terhadap ibu dan ayah janin. 1
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan polaritas.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang kehamilan
aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan
presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir
trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
Beberapa faktor risiko pada presentasi bokong (sungsang) yaitu
prematuritas, abnormalitas struktur uterus, polihidroamnion, plesenta previa,
multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin (anensefali,
hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya. Pasien dengan bayi
presentasi letak bokong murni dan letak bokong sempurna dapat dilakukan
dengan persalinan pervaginam, namun dengan risiko lebih besar mengalami
asfiksia, prolaps tali pusat dan trauma daripada dilakukan sectio caesaria.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRE-EKLAMPSIA BERAT
Definisi
Preeklampsia merupakan gangguan dari endotel pembuluh darah dan
vasospasme yang muncul setelah umur kehamilan 20 minggu dan dapat
menetap 4-6 minggu setelah persalinan. Preeklamsia digambarkan dengan
adanya tekanan darah yang tinggi dan proteinuria, dengan atau tanpa edema
patologis.
Proteinuria adalah tanda penting preeklamsi, dan apabila tidak terdapat
proteinuria maka diagnosisnya dipertanyakan. Proteinuria didefinisikan sebagai
terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau +1 pada
dipstick secara menetap pada sampel urin secara acak. Kriteria minimum untuk
mendiagnosis preeklamsi adalah hipertensi plus proteinuri minimal. Semakin
parah hipertensi atau proteinuri maka semakin pasti diagnosis preeklamsi.
Memburuknya hipertensi terutama apabila disertai proteinuri merupakan
pertanda buruk,sebaliknya proteinuri tanpa hipertensi hanya menimbulkan efek
keseluruhan yang kecil angka kematian pada bayi. Proteinuri +2 atau lebih
yang menetap atau eksresi proteinuri 24 jam sebesar 2g atau lebih adalah
preeklamsi berat. Apabila kelainan ginjal parah, filtrasi glomerulus dapat
terganggu dan kreatinin plasma dapat meningkat.9
Etiologi
Penyebab pasti Preeklampsia masih belum jelas.1 Meskipun etiologi
terjadinya preeklampsia sampai sekarang belum jelas namun ada beberapa teori
yang dapat menjelaskan dasar terjadinya preeklampsia.9
a. Teori Genetik
Dari hasil penelitian dapat diduga preeklampsia merupakan penyakit
yang dapat diturunkan secara resesiv (disebut teori resesiv).
3

Preeklampsia dapat terjadi pada penderita dengan riwayat keluarga
preeklampsia, seperti ibu penderita atau saudara perempuan penderita.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan paradoks biologi yaitu janin yang
sebenarnya merupakan benda asing (karena ada faktor ayah) secara
imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu. Preeklampsia terjadi
karena kegagalan adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehinga
konsepsi tetap berjalan tapi sel-sel trophoblast tidak bisa melakukan
invasi ke dalam arteri spirales agar berdilatasi.
c. Teori Ischemia Plasenta
Ischemia plasenta pada preeklampsia terjadi karena pembuluh darah
yang mengalami dilatasi hanya terjadi pada arteri spirales di decidua,
sedang pembuluh darah di daerah myometrium yaitu arteri spirales dan
arteri basalis tidak melebar. Pelebaran arteri spirales adalah akibat
fisiologik invasi sel trophoblast ke dalam lapisan otot arteri spirales,
sehingga arteri spirales menjadi menurun tonusnya dan akhirnya
melebar. Pada preeklampsia invasi sel-sel trophoblast ini tidak terjadi
sehingga tonus pembuluh darah tetap tinggi dan seolah-olah terjadi
vasokonstriksi. Hal ini menyebabkan pembuluh darah ibu tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah plasenta sehingga terjadi ischemia plasenta.
d. Teori Radikal Bebas
Ischemia plasenta akan melepaskan suatu bahan yang bersifat toxin
sehingga menimbulkan gejala preeklampsia. Faktor-faktor yang diduga
dihasilkan oleh ischemia plasenta adalah radikal bebas yang merupakan
produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat
reaktif dan berumur pendek. Pada preeklampsia sumber radikal bebas
yang utama adalah plasenta yang mengalami ischemia. Radikal bebas
akan bekerja pada asam lemak tidak jenuh dan menghasilkan peroksida
lemak. Asam lemak tidak jenuh banyak dijumpai pada membran sel
sehingga radikal bebas lebih banyak merusak membran sel. Pada
4

preeklampsia produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena
kadar antioksidan juga menurun.
e. Teori Kerusakan Sel Endotel
Peroksidase lemak adalah proses oksidasi asam lemak tidak jenuh yang
menghasilkan peroksidase lemak asam lemak jenuh. Pada preeklampsia
diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak
adalah sel endotel pembuluh darah. Hal ini terbukti bahwa kerusakan
sel endotel merupakan gambaran umum yang dijumpai pada
preeklampsia.
Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga
terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Aktivasi
trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel
Faktor Resiko
Insiden dari preeklamsia lebih tinggi pada wanita dengan riwayat
preeklamsia, multigravida, dan hipertensi kronis atau gangguan dari ginjal.
Preeklamsia pada kehamilan pertama dengan umur kehamilan 32 sampai 36
minggu meningkatkan resiko dari preeklamsia pada kehamian kedua sebanyak
14.1-25.3%.
Faktor Resiko Preeklampsia
Faktor yang berhubungan dengan
kondisi maternal
Faktor yang berhubungan dengan
pasangan
Usia > 35 tahun atau <20 tahun
Ras kulit hitam
Riwayat Preeklampsia pada
keluarga
Nullipara
Preeklampsia pada kehamilan
Partner lelaki yang pernah menikahi
wanita yang kemudian hamil dan
mengalami preeklampsia
Pemaparan terbatas terhadap sperma
Primipaternity
5

sebelumnya
Kondisi medis khusus : DM, HT
Kronik, Obesitas, Penyakit Ginjal,
trombofilia
Stress
Patofisiologi
Walaupun penyebab pasti Preeklampsia tetap tidak jelas, banyak teori
memusatkan masalah pada impantasi plasenta dan level invasi trofoblas. Penting
diingat bahwa walaupun hipertensi dan proteinuria adalah kriteria diagnostik
Preeklampsia, kedua hal ini hanyalah symptom / gejala dari perubahan-perubahan
patofisiologi yang muncul pada kelainan ini. Salah satu perubakan patofisiologi
yang paling menonjol adalah vasospasme sistemik yang sangat nyata yang
bertanggung jawab terhadap penurunan perfusi semua system organ. Perfusi juga
berkurang karena hemokonsentrasi vaskuler dan pengeluaran cairan ke rongga
ketiga. Selain itu, Preeklampsia disertai oleh respon inflamasi berlebihan dan
aktivasi endotel yang tidak tepat. Aktivasi kaskade pembekuan dan resultan dari
pembentukan thrombin lebih lanjut menghalangi aliran darah organ.1
Tanda-tanda utama pada Preeklampsia adalah :
1. Penurunan perfusi uteroplasental
2. Peningkatan vasokonstriktor dan penurunan vasodilator dengan akibat
vasokonstriksi local dan sistemik.
3. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Hipotesa perubahan patofisiologis Preeklampsia sangat banyak antara
lain : kegagalan invasi trofoblas, stress oksidatif, disfungsi endotel, perubahan
hormone-hormon kalsiotrofik, pelepasan faktor-faktor pertumbuhan dan protein
antiangiogenik.4
6

Skema patofisiologi Preeklampsia
7
Faktor Predisposisi Preeklampsia( imun, genetik, dll )
Obstruksi mekanik dan fungsional dari arteri spiralis
Perubahan plasentasi
Penurunan perfusi uteroplasental
Renin/angiotensin II Tromboksan
Vasokonstriksi arteri
Disfungsi endotel endotelin, NO
Hipertensi sistemik
Aktivasi intravascular koagulasi
SSP
DIC
Ginjal Hati Organ lainnya
Proteinuri kejang LFT abnormal iskemi GFR koma fibrin, trombin
PGE2/PGI2
Kerusakan endotel

Klasifikasi
Preeklampsia termasuk kelainan hipertensi dalam kehamilan.
Penggolongan kelainan hipertensi dalam kehamilan antara lain : hipertensi kronis,
Preeklampsia, superimposed eklampsia pada hipertensi kronis dan hipertensi
gestasional.
1. Hipertensi kronik adalah peningkatan tekanan darah yang timbul sebelum
kehamilan, terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau menetap
setelah 12 minggu post partum. Sebaliknya, Preeklampsia didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul setelah
usia kehamilan 20 minggu. Eklampsia, komplikasi berat preeklampsia
adalah munculnya kejang pada wanita dengan preeklampsia.
2. Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik ditandai dengan
proteinuria (atau dengan peningkatan tiba-tiba level protein jika
sebelumnya sudah ada proteinuria), peningkatan mendadak hipertensi
( dengan asumsi telah ada proteinuria) atau terjadi HELLP Syndroma.
3. Hipertensi gestasional didiagnosa jika terjadi kenaikan tekanan darah
tanpa proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu dan tekanan darah
kembali normal dalam 12 minggu post partum. Seperempat wanita dengan
hipertensi gestasional mengalami proteinuria dan belakangan berkembang
menjadi preeklampsia.
Wanita hamil dengan tekanan darah
>140/90 mmHg
8
Sebelum usia kehamilan 20 minggu Setelah usia kehamilan 20 minggu
Proteinuria (-) / stabil
Proteinuria (+) / meningkat, TD meningkat, HELLP Syndroma
Proteinuria (+) /
Proteinuria (-) /
Preeklampsia / Hipertensi Gestasional
Hipertensi kronik
Preeklampsia superimposed
pada Hipertensi kronik

Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :6
a. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi terlentang;
atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan tekanan diastolik
15 mmHg.
Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan
1 kg per minggu.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau mid stream.
b. Pre eklampsia berat
Tekanan darah 160/110 mmHg.
Proteinuria 5 gram/liter.
Oligouria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan nyeri epigastrium.
Terdapat oedem paru dan sianosis.
Thrombosytopenia berat
Kerusakan hepatoseluler
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
Diagnosis
a. Preeklamsia ringan
Tekanan darah : sistolik > 140 mmHg atau diastolic > 90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu yang sebelumnya memiliki tekanan darah yang normal.
Proteinuria : 0,3 gr atau lebih protein 24 jam
b. Preeklamsia berat
Tekanan darah : sistolik > 160 mmHg atau diastolic > 110 mmHg
Proteinuria : 5 gr atau lebih protein 24 jam
Gejala lain : oliguria ( < 500 ml urin dalam 24 jam), gangguan pandangan,
edema paru dan sianosis, nyeri epigastrik kuadran atas, gangguan fungsi liver,
trombositopenia, gangguan pertumbuhan janin.
9

Dasar Pengelolaan
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan
dasar sebagai berikut10 :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya, yaitu terapi medikamentosa
dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannnya yang
tergantung pada umur kehamilannya. Sikap terhadap kehamilannnya dibagi 2,
yaitu :
Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilannnya < 37 minggu, artinya
kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa.
Aktif ; agresif : bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Penatalaksanaan Pre-eklampsia Berat 3
A. Perawatan Konservatif; ekspektatif
1. Tujuan
a. Mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilannnya
yang memenuhi syarat janin dapat dilahirkan.
b. Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu.
2. Indikasi :
Kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending
eklampsia.
3. Terapi Medikamentosa
a. Terapi medikamentosa sama seperti diatas.
b. Bila penderita sudah kembali menjadi PER, maka masih dirawat 2-3
hari lagi baru diizinkan pulang.
10

c. Pemberian MgSO4 sama seperti pemberian MgSO4 tersebut diatas,
hanya tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup
intramuskuler.
d. Pemberian glukokortikoid pada umur kehamilan 32-34 minggu selama
48 jam.
4. Cara persalinan
a. Bila penderita tidak in partu, kehamilan di pertahankan sampai
kehamilan aterm.
b. Bila penderita in partu, perjalanan persalinan diikuti seperti lazimnya (
misalnya dengan grafik Friedman).
c. Bila penderita in partu, maka persalinan diutamakan per vaginam
kecuali ada indikasi untuk pembedahan sesar.
Perawatan Aktif; agresif
a. Tujuan: Terminasi kehamilan.
b. Indikasi
i. Indikasi Ibu.
a) Kegagalan terapi medikamentosa
b) Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa terjadi
kenaikan darah yang persisten.
c) Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi
kenaikan desakan darah yang persisten.
d) Tanda dan gejala impending eklampsia
e) Gangguan fungsi hepar
f) Gangguan fungsi ginjal
g) Dicurigai terjadi solutio plasenta
h) Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, perdarahan
ii. Indikasi Janin
a) Umur kehamilan ≥ 37 minggu.
b) IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG.
c) NST nonreaktif dan profil biofisik abnormal.
11

d) Timbulnya oligohidramnion
iii. Indikasi Laboratorium
Trombositopenia progresif yang menjurus ke sindroma HELLP
c. Cara Persalinan
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam.
i. Penderita belum in partu
Dilakukan induksi persalinan bila bishop score ≥ 8. Bila perlu
dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan
harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi
persalinan dianggap gagal dan harus disusul dengan pembedahan sesar.
ii. Indikasi pembedahan sesar :
1) Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam.
2) Induksi persalinan gagal.
3) Terjadi maternal distress.
4) Terjadi fetal distress.
5) Bila umur kehamilan < 33 minggu.
iii. Penderita sudah in partu
Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman.
Memperpendek kala II.
Pembedahan sesar dilakukan bila terdapat maternal
distress atau fetal distress.
Primigravida direkomendasikan pembedahan sesar.
Anestesia : regional anesthesia, epidural anesthesia,
tidak dianjurkan general anesthesia.11
Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa / 30 menit, refleks
patella setiap jam.
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
12

cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi
40mg/im.
8. Antihipertensi diberikan bila :
a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis
kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan
perfusi plasenta.
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral.
9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
10. Lain-lain :
Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.
13

Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-
lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
Penanganan konservatif
1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous,
cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram
pada bokong kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu
MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan
telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
Komplikasi
- HELLP syndrom
- Perdarahan otak
- Gagal ginjal
- Hipoalbuminemia
14

- Ablatio retina
- Edema paru
- Solusio plasenta
- Hipofibrinogenemia
- Hemolisis
- Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin
B. LETAK LINTANG (PRESENTASI BOKONG)
Definisi
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan polaritas.
Panggul janin merupakan kutup bawah. Penunjuknya adalah sakrum. Sakrum
kanan depan (RSA = Right Sacrum Anterior) adalah presentasi bokong dengan
sakrum janin berada di kuadran kanan depan panggul ibu, dan diameter
bitrochanterica janin berada pada diameter obliqua dextra panggul ibu.
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
presentasi bokong atau letak lintang.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang
kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada
akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah
relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel,
hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong
15

sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta
yang terletak didaerah kornu fundus uteri.
Faktor Risiko
Presentasi sungsang berhubungan dengan prolaps tali pusat dan ekstensi
kepala. Resiko pada janin prolaps tali pusat 15% pada presentasi kaki, 5% pada
bokong sempurna, dan 0,5% pada bokong murni. Jika kepala bayi hiperekstensi,
dapat meningkatkan risiko trauma tulang belakang. Beberapa faktor risiko pada
presentasi bokong (sungsang) yaitu prematuritas, abnormalitas struktur uterus,
polihidroamnion, plesenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel,
anomali janin ( anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong
sebelumnya. Pasien dengan bayi presentasi letak bokong murni dan letak bokong
sempurna dapat dilakukan dengan persalinan pervaginam. Persalinan bokong
pervaginam dapat disertai risiko pada bayi yaitu :
A. Mortalitas ( rata- rata mortalitasnya tiga sampai lima kali jika berat janin
lebih dari 2500 gram dan tidak memiliki kelainan kongenital )
B. Asfiksia ( 3 kali dibandingkan persalinan dengan seksio sesaria )
C. Prolaps tali pusat ( 5 sampai 20 kali dibandingkan dengan seksio sesaria)
D. Trauma pada saat proses kelahiran ( 13 kali dibandingkan dengan seksio
sesaria )
E. Cedera tulang belakang ( terjadi sebanyak 21% pada persalinan
pervaginam )
Etiopatofisiologi
Pada janin yang mendekati aterm bentuk janin ovoid berusaha
menyesuaikan diri dengan bentuk kavum uteri menjadi letak memanjang dan titik
berat janin dekat kepala maka kepala mengarah kebawah maka terjadilah
presentasi kepala. Presentasi bokong akan terjadi bila terdapat faktor-faktor yang
mengganggu penyesuaian diri tersebut dan perubahan titik berat janin. Faktor ibu :
panggul sempit, tumor jalan lahir, uterus yang lembek (grandemultipara), kelainan
uterus (uterus arkuatus/ bikornus), letak plasenta diatas atau di bawah (plasenta
16

previa); Faktor janin: janin kecil/prematur, janinbesar,hamil ganda, cacat bawaan
(hidrosefalus/anesefalus), hidroamnion, oligohidroamnion,kaki menjungkit. Salah
satu penyebab juga yaitu janin yang sudah lama mati dalam kandungan dan sebab-
sebab lain yang tidak diketahui.
Klasifikasi
1. Letak bokong (frank breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai kaki terangkat keatas, kadang kaki sampai
menyentuh telinga.
2. Letak bokong kaki sempurna (complet breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki
sempurna/lipat kejang). Seakan posisi “jongkok” dengan bokong diatas mulut
rahim, lutut terangkat ke perut.
3. Letak bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Bila satu kaki diatas dan kaki yang lainnya dibawah, dalam dunia kedokteran
disebut presentase bokong kaki, Tetapi, kasus letak sungsang jenis ini jarantg
ditemui
4. Letak kaki (footling presentation)
17

Diagnosis
1. Pemeriksaan Abdomen
A. Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan:
Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati
bagian fundus uteri
Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-
bagian kecil berada pada sisi yang lain.
Leopold III : Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement
belum terjadi.
B. Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas
umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin
terdengar dibawah umbilikus.
2. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sakrum,kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang
jari kurang lebih sama dengan telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin
mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit membedakan bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan mulut akan meraba tulang rahang dan alveola
tanpa hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong,sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya
teraba satu kakidisamping bokong
3. Pemeriksaan Penunjang.
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
4. Skor Zatuchni Andros
18

Merupakan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah
persalinan presentasi bokong dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal.
0 1 2
Paritas Primi Multi
Riwayat Presbo Tidak 1x
TBJ >3650 3629-3176 <3176
UK >39 mg 38 mg <37 mg
Station <-3 -2 <-1
Pembukaan 2 cm 3 cm 4 cm
Syarat:
1. ZA hanya berlaku untuk kehamilan aterm atau TBJ > 2500 g
2. Skor < 3: persalinan perabdominal
3. Skor 4: perlu evaluasi lebih cermat
4. Skor 5/ lebih: persalinan pervaginam
Penatalaksanaan
Waktu Hamil (Antenatal):
1. Hamil 28-30 minggu mencari kausa :
A. USG
- Placenta Previa
- Kelainan Kongenital
- Kehamilan Ganda
- Kelainan Uterus
Bila USG tak ditemukan kelainan :
- Knee chest position :
19

Melakukan posisi bersujud, dengan posisi perut seakan-akan menggantung
kebawah. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan besar
bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi yang normal. Posisi sujud bisa
dilakukan selama 15 menit setiap hari. Seminggu kemudian diperiksa ulang untuk
mengetahui berubah tidaknya letak janin. Bila letak janin tidak berubah, tindakan
sujud bisa diulang.
- Versi luar : versi luar adalah tindakan mengubah posisi janin dari luar tubuh
ibunya.
Versi luar tak bisa dilakukan bila letak placenta ada di bawah sebab bayi tidak
mungkin bisa diputar kembali ke posisi normal. Versi luar sebaiknya dilakukan
setelah kehamilan memasuki usia 34 minggu pada primi, dan 36 minggu pada
multigravida.
B. Evaluasi panggul
Bila tak ditemukan kelainan : perawatan konservatif
Waktu Persalinan
1. Pervaginam
a. Cara Bracht
A. Segera setelah bokong lahir. Bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang
daerah panggul).
B. Bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau
kepala maka segera lanjut ke metode manual aid yang sesuai.
C. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada
D. Lakukan hiperfordosis janin pada saat angulus scapula inferior tampak di
bawah simphisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung
janin didekatkan ke arah perut ibu tanda tarikan) disesuaikan dengan
lahirnya badan bayi.
E. Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
20

F. Letakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan
jalan napas bayi oleh asisten, tali pusat di potong.
G. Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi/kontak dini.
H. Catatan : bila pada tahap ini ternyata terjadi hambatan pengeluaran saat
tubuh janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan pertolongan
dengan cara klasik atau multer (manual aid)
b. Cara Klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan dengan cara
bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Prosedur :
· Segera setelah bokong lahir . bokong dicekam dan dilahirkan sehingga
bokong dan kaki lahir .
· Tali pusat di kendorkan
· Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
- Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu. Untuk melahirkan
bahu kiri bayi yang berada dibelakang
- Dengan tangan kanan dan menariknya kearah kiri atas ibu untuk melahirkan
bahu kanan bayi yang berada dibelakang
· Masukkan dua jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar
dengan lengan bayi. Untuk melahirkan dengan belakang bayi
· Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah
kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama
c. Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht
bahu dan tangan tidak bisa lahir
· Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan
cara yang sama seperti klasik kea rah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan
· Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang
21

d. Cara Louvset
· Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan
· Memutar bayi 180 derajad dengan lengan yang terjungkit ke arah penunjuk
jaringan yang muncul
·Memutar kembali 180 derajad ke arah yang berlawanan ke kiri/ke kanan
beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik/Multer
e. Ekstraksi Kaki
·Tangan kanan masuk secara obstetrik menulusuri bokong. Pangkal paha
sampai lutut kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga
kaki bawah menjadi neksi. Tangan yang lain mendorong fundus ke bawah.
Setelah kaki fleksi pergelangan kaki di pegang dengan dua jari dan ditunjukkan
keluar dari vagina sampai batas lutut
·Kedua tangan penolong memegang betis janin. Yaitu kedua ibu jari diletakkan
di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis
kaki ditarik cunn ke bawah sampai pangkal paha lahir
·Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha. Sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha
·Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama di elevasi ke atas hingga trokhanter
belakang lahir bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir
·Sebaiknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu maka yang akan
lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha di tarik terus curam ke bawah
· Setelah bokong kahir maka dilanjutkan cara ־b־ atau ־c־ atau ־d־
f. Tehnik ektraksi bokong
Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar
panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu yang
mengharuskan bayi segera dilahirkan.
·Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke
dalam jalan lahir dan di letakkan di lipatan paha bagian depan. Dengan jari ini
lipat paha/kristas illaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat
22

tenaga tarikkan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan
tadi dan turut menarik curam ke bawah
·Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simfisi, maka
jari telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha di tarik curam ke bawah
sampai bokong lahir
·Setelah bokong lahir bayi di lahirkan secara ־batau ־ ־c־ atau ־d־
Catatan: ekstraksi bokong lebih berat/sukar dari pada ekstraksi kaki, oleh
karena itu perlu dilakukan perasat pinard pada presentasi bokong murni.
2. Perabdominal (Sectio Caesarea)
Sectio Caesarea dilakukan bila :
· Diperkirakan sukar/ berbahaya persalinan pervaginam (Feto Pelvic
Disproportion/ Skor Zatuchni-Andros ≤ 3)
· Tali pusat menumbung
· Kemacetan persalinan
· Premature/ serotinus
· KPD/ Pre Eklampsi/ Eklampsi
Prognosis
a. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar.2,4 Ketuban lebih cepat
pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
b. Bagi anak
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala.
Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang ialah :
1. Setelah pusat lahir maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga
panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul.
Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit sesudah pusat lahir supaya
anak dapat lahir dengan selamat.
2. Pada letak sungsang dapoat terjadi perdarahan otak karena kepala
dilahirkan dengan cepat.
23

3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada badan
anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus Foeniculi, karena bagian
depan kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari humerus atau
clavucula/paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada plexus brachialis.
C. SECTIO CAESARIA
1. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
2. Indikasi
Indikasi dilakukan tindakan ini antara lain apabila tidak
memungkinkan persalinan pervaginam, induksi persalinan gagal, dan
maternal distress atau fetal distress.
3. Persiapan
Periksa ulang DJJ dan presentasi janin
Tindakan pencegahan infeksi
Pasang infus
Tindakan anestesia
Insisi mediana, dianjurkan pada perlekatan SBR bekas SC, letak
lintang, kembar siam, tumor (mioma uteri) di SBR, hiperaskularisasi
SBR (pada plasenta previa), dan karsinoma serviks.
Jika kepala bayi telah masuk panggul, lakukan tindakan antisepsis
pada vagina.
4. Insisi SC sedapat mungkin pada SBR, tepat pada bekas insisi yang lama
( untuk menghindari avaskularitas dan penyembuhan yang buruk karena
persilangan jaringan parut), kecuali jika tidak memungkinkan, misalnya
pada perlengketan SBR, SBR belum terbentuk, gawat janin, plasenta previa
dan akan dilakukan sterilisasi.
24

5. Perawatan pasca tindakan
Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien
bebas demam 48 jam.
Beri analgetik jika perlu.
25

BAB III
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 17 September 2012 jam 13.00 WIB
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. U
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Griyan 4/10 Pajang, Laweyan, SKA
Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 1 tahun
HPMT : 29 Desember 2011
HPL : 6 Oktober 2012
UK : 37 minggu
Tanggal Masuk : 17 September 2012
No.RM : 01150412
Berat badan : 55 Kg
Tinggi Badan : 156 cm
2. Keluhan Utama
Seorang G1P0A0 kiriman bidan dengan keterangan PEB.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G1P0A0, 25 tahun, 37 minggu merupakan kiriman dari
bidan dengan PEB. Pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng
teratur belum dirasakan, air kawah belum dirasakan keluar, gerak janin
(+) masih dirasakan, lendir darah (-). Pasien tidak merasakan nyeri
kepala, tidak merasakan pandangan kabur, tidak merasakan nyeri pada
ulu hati.
26

4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak nafas : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Mondok : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I : sekarang
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke bidan pada usia kehamilan 3 bulan.
9. Riwayat Haid
- Menarche : 12 tahun
- Lama menstruasi : 7 hari
- Siklus menstruasi : 28 hari
27

10. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali ( umur 24 tahun )
11. Riwayat Keluarga Berencana
(-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup
Tanda Vital :
Tensi : 170/100 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Normochest, retraksi (-)
Cor :
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)
Abdomen:
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
28

Stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar
Perkusi : Tympani pada bawah processus xiphoideus, redup pada
daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital : Lendir darah (-), air ketuban (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
- -
Akral dingin
- -
- -
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Wajah : Kloasma gravidarum (+)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), terapa janin tunggal, intra
uterin (kepala di atas, bokong di atas).
TFU : 28 cm
TBJ : 2480 gram
HIS (-)
Pemeriksaan Leopold
I : Teraba bagian keras, kesan kepala janin tunggal
29

II : Di sebelah kiri teraba bagian keras, rata, memanjang, kesan
punggung.
III : teraba bagian lunak dan besar, kesan bokong.
IV : Bokong janin masuk panggul < 1/3 bagian.
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,
redup pada daerah uterus
Auskultasi : DJJ (+) 148x/menit/reguler
Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-),
peradangan (-), tumor (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
- -
akral dingin
- -
- -
Pemeriksaan Dalam :
VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak, mendatar Ø = - cm, teraba bagian bokong di
HII, eff 20%, kulit ketuban dan penunjuk belum dapat
dinilai, air ketuban (-), STLD (-)
UPD : promontorium tidak teraba
linea terminalis teraba , <1/3 bagian
spina ischiadica tidak menonjol
arcus pubis > 900
kesan : panggul gynecoid
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah tanggal 17 September 2012 :
Hemoglobin : 8,9 gr/dl
Hematokrit : 31 %
30

Antal Eritrosit : 4,52 x 103/uL
Antal Leukosit : 14,7 x 103/uL
Antal Trombosit : 414 x 103/uL
Golongan Darah : O
GDS : 71 mg/dL
Ureum : 27 mg/dL
Creatinin : 0,8 mg/dL
Na+ : 135 mmol/L
K+ : 3,8 mmol/L
Ion klorida : 107 mmol/L
SGOT : 30 u/l
SGPT : 16 u/l
Albumin : 2,6 g/dl
LDH : 566 U/L
PT : 13.0
APTT : 29,6
HbS Ag : negatif
Nitrazin Test : (-) negatif
Protein Urin : (+) / positif 2
2. Ultrasonografi (USG) tanggal 14 September 2012 :
Tampak janin tunggal, intrauterin, presbo, DJJ (+), dengan biometri :
I. BPD : 90
FL : 70
AC : 320
EFBW : 2408
Plasenta berinsersi di fundus Grade II
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak kelainan kongenital mayor
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik
31

D. KESIMPULAN
Seorang G1P0A0, 25 tahun, UK 37 minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat
obstetri baik, teraba janin tunggal, intra uterin, his (-), DJJ (+) reguler,
TBJ : 2408 gram, STLD (-).
E. DIAGNOSA AWAL
PEB, presbo pada primigravida hamil aterm belum dalam persalinan
F. PROGNOSA
baik
G. TERAPI
mondok
pro SCTP-EM
protap PEB : infus RL 12 tpm, inj Mg SO4 8 mg IM (4 mg bokong kanan,
4 mg bokong kiri), dilanjutkan 4 mg/6 jam jika syarat terpenuhi (post
partum), O2 3-4 lpm, DC (hitung balans cairan), nifedipin 10 mg jika TD
>180/110 mmHg
Cek darah lengkap
NST
Rest (kaki di atas)
H. LAPORAN PERSALINAN
- Nama operasi : SCTP-EM + insersi IUD
- Tanggal operasi : 17 September 2012
- Nama ahli : dr. Wisnu, SpOG/ dr. Bambang/ dr. Wendy
- Nama asisten : dr. Nizar
- Jenis anestesi : regional anestesi
-Hasil operasi : lahir bayi laki-laki, berat badan 2200 g, PB 37 cm, Apgar
score 8-9-10, anus (+), kelainan kongenital (-).
Follow up tanggal 18 September 2012
Kel : -
KU : baik, CM, gizi kesan cukup
32

VS : T: 160/100 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 88 x/ menit t: 35.60C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen : supel, nyeri tekan (-),TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi (+)
Genital : darah (-), lochea (+)
Dx.: PEB, presbo pada primipara
Tx.: Post SC DPH I
Inf RL 12 tetes/menit
Inj ceftriaxone 1g/12 jam
Inj Ketorolac 1amp/8 jam
Inj As. Tranexamat 1amp/8 jam
Inj MgSO4 4gr/6 jam
Nifedipin jika TD >180/110 mmHg
O2 2liter/menit
BAB IV
33

ANALISA KASUS
Pre-eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kenaikan tekanan pembuluh
darah, proteinuria, dengan atau tanpa disertai edema non dependent. Diagnosis
definitif untuk preklamsia hanya dapat ditegakkan setelah usia gestasi 20 minggu.
Hipertensi yang termasuk pre-eklampsia didefinisikan sebagai tekanan darah yang
menetap ≥140/90 mmHg pada ibu yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal, sedangkan proteinuria yang sering disebutkan adalah ≥ 300mg/24 jam
atau ≥ +1 pada urin.
Ny. U, 24 tahun dari anamnesis didapat adanya peningkatan tekanan darah
yang menetap setelah kehamilan 37 minggu yang tidak didapatkannya sebelum
kehamilan, dan saat pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 170/100 mmHg,
oedema pada kedua ekstremitas bawah, pada pemeriksaan laboratorium urin
proteinuria didapat hasil +2. Diagnosis pre-eklampsia berat didapatkan dari
kriteria diagnosis yaitu tekanan darah ≥160 mmHg dan tekanansistolik ≥ 90
mmHg. Pada primigravida pembentukan antibody pemnghambat (blocking anti
body) belum terbentuk sehingga meningkatkan resiko terjadinya eklamsia.
Perkembangan pre-eklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama
dan kehamilan umur ekstrem, seperti terlalu tua atau terlalu muda.
Faktor resiko terjadinya PEB lainnya adalah riwayat pre-eklampsia
sebelumnya, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit tertentu seperti hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, atau penyakit deneratif seperti lupus atau
reumatik arthritis. Berdasarkan usia kehamilan, hamil aterm adalah kehamilan
dengan usia 37 s.d. 40 minggu. Hal ini sesuai dengan pasien Ny. U bila dihitung usia
kehamilannya dari HPMT tanggal 29 Desember 2011 (umur kehamilan 37
minggu), sehingga kami diagnosis dengan kehamilan aterm.
Pada pasien ini dilakukan perawatan aktif karena kehamilan aterm. Pada PEB
indikasi perawatan aktif adalah hasil penilaian kesejahteraan janin jelek, ada
keluhan subjektif, adanya sindrom HELLP, kehamilan aterm, kegagalan
perawatan konservatif.
34

Pengobatan medicinal dilakukan dengan segera rawat inap, tirah baring
miring ke satu sisi, infuse RL: D5% 60-120 cc/jam, pemberian anti kejang MgSO4
dan antihipertensi. Pada pre-eklampsia berat, untuk mencegah terjadinya eklamsia
maka pada pasien diberikan MgSO4 sebagai terapi profilaksis antikonvulsi yang
juga sekaligus dapat menurunkan tekanan darah. MgSO4 pertama diberikan inisial
dose 8gr pada intrapartum, dan dilanjutkan dengan terapi lanjutan 24 jam pasca
persalinan untuk mencegah eklamsia, yaitu diberikan MgSO4 4gr/ 6 jam dengan
juga memantau vital sign, dan laboratorium untuk mengetahui fungsi hepar dan
ginjal pasien.Terapi nifedipine hanya diberikan jika tekanan darah ≥180/110
mmHg.Antibiotik hanya digunakan sebagai terapi profilaksis, dengan sulfas
ferrous dan vitamin C untuk memperbaiki kerusakan endotel.
Pasien Ny. U pada saat datang belum dalam persalinan, sedangkan pasien
merupakan G1P0A0 dengan pre-eklampsia berat pada kehamilan aterm.
Tatalaksana PEB pada kehamilan ≥ 37 minggu adalah terminasi kehamilan segera.
Pada pasien dengan PEB, persalinan harus dilakukan dalam 24 jam dan pasien
tidak diperbolehkan mengejan kuat, oleh karena itu pada pasien ini dilakukan
percepatan kala II dengan sectio caesaria. Syarat untuk dilakukan sectio caesaria
terpenuhi untuk kasus ini, yaitu belum ada pembukaan, janin hidup, persalinan
tidak normal (janin presentasi bokong), serta bokong janin belum turun.
Prognosis preklamsia dan komplikasinya selalu menghilang setelah bayi
lahir dengan perkecualian cedera cerebrovaskuler. Sedangkan prognosis pada
janin sangat bergantung pada usia gestasi saat kelahiran dan masalah yang
berhubungan dengan prematuritas.
Edukasi pada pasien diperlukan ketika persalinan berlangsung dengan disertai
inform concent. Pasien dapat pulang jika keadaan secara umum membaik, PER,
fungsi liver dan ginjal baik. Edukasi untuk banyak mengkonsumsi makanan tinggi
protein dan rendah karbohidrat.
Pada pasien ini kami lakukan edukasi untuk pemasangan IUD. Hal ini
dilakukan untuk menjarangkan kehamilan. Tidak terpengaruh faktor lupa,
tidak mengganggu hubungan suami istri, dapat dipakai segala umur pada masa
35

reproduktif, tidak mengganggu laktasi baik dari sisi kualitas maupun kuantitas,
tidak berinteraksi dengan obat-obatan, dapat dipakai segera setelah melahirkan.
36

DAFTAR PUSTAKA
1. Lana K. Wagener, M.D. 2004. Diagnosis and Management of Preeklampsia. American Family Physician. Volume 70, Number 12 Pp : 2317-24. http://www. Aafp.org
2. Agus abadi, 2004. Persalinan Preterm. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Surabaya. Pp: 364-7
3. Anthonius Budi Marjono. 1999. Hipertensi pada Kehamilan Pre-Eklampsia/Eklampsia. Kuliah Obstetri/Ginekologi FKUI. http://www.geocities.com/yosemite/rapids/1744/cklobpt 2. html
4. Luciano E. Mignini, MD, Jose Villar, MD, Khalid S, Khan, MD. 2006. Mapping the Theories of Preeclampsia : The Need for Systemetic reviews of Mechanism of Disease. American Journal of Obstetrics and Gynecology 194. Pp: 317-21. http://www.ajog.org
5. Ketut Sudhaberata. 2001 Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan, Kaltim. Bagian Kebidanan dan Kandungan, RSU Tarakan, Kaltim. http://www.tempo.co.id/medica/arsip/022001/art-2.htm
6. Kelompok Kerja Penyusunan “Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia” Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. 2005. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Edisi Kedua.
7. Ridwan Amirudin, dkk. 2007. Issu Mutakhir Tentang Komplikasi Kehamilan (Preeklampsia dan Eklampsia). Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.
8. Manoe, M, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar. http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainankehamilan/preeklamsia-eklampsia.htm
9. Bagian Obstetri dan Ginekologi fakultas Kedokteran UNDIP Semarang. 1999. Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang : Badan Penerbit UNDIP
10. Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange, 1998 : 881-903
37

11. M. Dikman Angsar. 1995. Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPH-Gestosis). Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/RSUD Dr. Sutomo.
12. Savitri, DA.2009. Hubungan Insiden Ikterus Neonatorum dengan Persalinan Secara Vakum Ekstraksi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
13. Hadi, Roekmi.2001. Persalinan Dengan Cara Ekstraksi Vakum Oleh Bidan Di RSUD Dr. Soedono Madiun. Cermin Dunia Kedokteran No.133. Http://Www.Google.Co.Id/Url?Sa=T&Rct=J&Q=Persalinan%20vakum%20ekstraksi%20filetype%3Apdf&Source=Web&Cd=9&Ved=0cfgqfjai&Url=Http%3A%2F%2Fwww.Kalbe.Co.Id%2Ffiles%2Fcdk%2Ffiles%2F11_Persalinandengancaraekstraksi.Pdf%2F11_Persalinandengancaraekstraksi.Pdf&Ei=4RGIT9-Yocnqrqfd88xbcg&Usg=Afqjcnfcrzjfaarm6jrqpyi86lqbqtgf5w (12 April 2012)
14. Sumapraja, Kanadi. 2009. Forceps & Vaccum Extraction. Http://Www.Google.Co.Id/Url?Sa=T&Rct=J&Q=Indikasi%20vakum%20ekstraksi%20filetype%3Apdf&Source=Web&Cd=1&Ved=0CB4QFjAA&Url=Http%3A%2F%2Focw.Usu.Ac.Id%2Fcourse%2Fdownload%2F111-REPRODUKSI%2Frep_101_Slide_Ektraksi_Vacum_Dan_Forcep.Pdf&Ei=3xqit7-5g4p4rqev99jkcg&Usg=Afqjcnf2xu-Ropvkn16u2yhwcnz1dkwj2a (13 April 2012)
38