ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

6
Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006 PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN STEK PUCUK KRISAN (Chrysanthemum morifolium RamaL) CV. DARK FIJI Ita Dwimahyani, Sasanti Wicliarsih clan Yulidar Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BAT AN ABSTRAK PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN STEK PUCUK KRISAN (Chrysanthemum mori[olium Ramat.) CV. DARK FIJI. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan stek pucuk krisan kultivar Dark Fiji. Stek pucuk yang telah berakar diiradiasi dengan sinar gamma masing-masing dengan dosis 0, 10, 15, 20 dan 25 Gy, kemudian ditanam di rumah plastik di Ciawi. HasH penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman semakin terhambat seiring dengan semakin tingginya dosis iradiasi yang diberikan, baik dalam tinggi tanaman maupun proses pembungaan. Dosis optimal untuk iradiasi kultivar Dark Fiji adalah 10-15 Gy. Tanaman dengan dosis di atas 15 Gy berbunga lebih lambat dan tanaman menjadi kerdil. Dosis 25 Gy hanya berbunga sebanyak 6.45% dan tak mampu memasuki fase mekar. Diperoleh 15 materi mutan potensial untuk dikembangkan menjadi galur mutan melalui kultur jaringan. ABSTRACT EFFECTS OF GAMMA RAY IRRADIATION ON GROWTH AND FLOWERING OF CHRYSANTHEMUM (Chrysanthemum mori[olium Ramat.) SHOOT CUTTINGS CV. DARK FIJI. An experiment was conducted on gamma ray irradiation effects on growth and flowering of rooted shoot cuttings of chrysanthemum cv. Dark Fiji. Rooted shoot cuttings were irradiated by gamma rays with dosages of 0, 10, 15, 20 and 25 Gy, respectively, and then were planted in greenhouse at Ciawi. Result of the experiment showed that plant growth from each dosage varied, both in plant height and in flowering process. The optimal dose for cbry-s~m cv. Dark Fiji irradiation is suggested to be 10-15 Gy. Plants irradiated with dose higher than 15 Gy showed late flowering and dwarfing, and plants irradiated with 25 Gy dose only 6.45% had shown flowering and unable to bloom. 15 potential mutant materials were found and developed to become new mutant lines through tissue culture techniques. Kata kunci: iradiasi gamma, krisan, stek pucuk PENDAHULUAN Tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat syn. Dendranthema grandiflora Tzvelev.) telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Selain sebagai tanaman hias dalam pot, krisan juga populer sebagai bunga potong. Bunga krisan sering digunakan dalam berbagai acara perayaan keagamaan maupun adat, seperti perkawinan, pemakaman, ulang tahun dan lain- lain. Produksi bunga krisan di Indonesia pad a tahun 2003 mencapai 20,4 juta tangkai dengan luas area tanam lebih dari 2 juta are (1). Krisan yang banyak ditemui sekarang ini antara lain berbentuk pompon, tunggal, dekoratif, anemon, spider, dan berbunga besar (2). Untuk menjaga agar minat masyarakat terhadap komoditi ini tetap tinggi, diperlukan ketersediaan jenis-jenis baru tanaman krisan secara terus-menerus, baik dalam hal warna maupun bentuk bunga. Salah satu upaya untuk menghasilkan kultivar krisan baru adalah melalui pemuliaan mutasi. Krisan merupakan tanaman heksaploid yang menyerbuk silang seperti tanaman hias lainnya dan diperbanyak secara vegetatif, sehingga perbaikan tanaman krisan melalui persilangan sulit dilakukan di Indonesia karena keberhasilan persilangan krisan membutuhkan suhu siang dan malam yang konstan yaitu sekitar 17"C dengan kelembaban relatif 70%. Selain itu, bunga krisan memiliki sifat self-incompatibility (3). Pemuliaan dengan teknik mutasi ternyata lebih efektif dilakukan pada pemuliaan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, khususnya pada tanaman hias. Mutan pertama krisan diperoleh pada tahun 1969 dengan sinar X dosis 10 - 25 Gy, sinar gamma 15 - 17,50 Gy dan EMS 2,50% terhadap setek, sedangkan pada plantlet dengan sinar X dosis 8 Gy; menghasilkan warna bunga yang beragam (4,5). Berdasarkan data IAEA, saat ini terdapat sekitar 500 varietas tanaman hias di dunia yang dihasilkan melalui teknik mutasi, 211 di antaranya adalah varietas tanaman krisan. 115

Transcript of ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

Page 1: ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DANPEMBUNGAAN STEK PUCUK KRISAN (Chrysanthemum morifolium RamaL) CV.

DARK FIJI

Ita Dwimahyani, Sasanti Wicliarsih clan YulidarPusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BAT AN

ABSTRAK

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN

STEK PUCUK KRISAN (Chrysanthemum mori[olium Ramat.) CV. DARK FIJI. Telah dilakukanpenelitian tentang pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan stek pucuk krisan kultivar Dark Fiji.Stek pucuk yang telah berakar diiradiasi dengan sinar gamma masing-masing dengan dosis 0, 10, 15, 20 dan25 Gy, kemudian ditanam di rumah plastik di Ciawi. HasH penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhantanaman semakin terhambat seiring dengan semakin tingginya dosis iradiasi yang diberikan, baik dalam tinggitanaman maupun proses pembungaan. Dosis optimal untuk iradiasi kultivar Dark Fiji adalah 10-15 Gy.Tanaman dengan dosis di atas 15 Gy berbunga lebih lambat dan tanaman menjadi kerdil. Dosis 25 Gy hanyaberbunga sebanyak 6.45% dan tak mampu memasuki fase mekar. Diperoleh 15 materi mutan potensial untukdikembangkan menjadi galur mutan melalui kultur jaringan.

ABSTRACT

EFFECTS OF GAMMA RAY IRRADIATION ON GROWTH AND FLOWERING OF

CHRYSANTHEMUM (Chrysanthemum mori[olium Ramat.) SHOOT CUTTINGS CV. DARK FIJI. Anexperiment was conducted on gamma ray irradiation effects on growth and flowering of rooted shoot cuttingsof chrysanthemum cv. Dark Fiji. Rooted shoot cuttings were irradiated by gamma rays with dosages of 0, 10,15, 20 and 25 Gy, respectively, and then were planted in greenhouse at Ciawi. Result of the experimentshowed that plant growth from each dosage varied, both in plant height and in flowering process. The optimaldose for cbry-s~m cv. Dark Fiji irradiation is suggested to be 10-15 Gy. Plants irradiated with dosehigher than 15 Gy showed late flowering and dwarfing, and plants irradiated with 25 Gy dose only 6.45% hadshown flowering and unable to bloom. 15 potential mutant materials were found and developed to becomenew mutant lines through tissue culture techniques.

Kata kunci: iradiasi gamma, krisan, stek pucuk

PENDAHULUAN

Tanaman krisan (Chrysanthemummorifolium Ramat syn. Dendranthema grandifloraTzvelev.) telah lama dikenal masyarakatIndonesia. Selain sebagai tanaman hias dalampot, krisan juga populer sebagai bunga potong.Bunga krisan sering digunakan dalam berbagaiacara perayaan keagamaan maupun adat, sepertiperkawinan, pemakaman, ulang tahun dan lain­lain. Produksi bunga krisan di Indonesia pad atahun 2003 mencapai 20,4 juta tangkai denganluas area tanam lebih dari 2 juta are (1).

Krisan yang banyak ditemui sekarang iniantara lain berbentuk pompon, tunggal,dekoratif, anemon, spider, dan berbunga besar(2). Untuk menjaga agar minat masyarakatterhadap komoditi ini tetap tinggi, diperlukanketersediaan jenis-jenis baru tanaman krisansecara terus-menerus, baik dalam hal warnamaupun bentuk bunga. Salah satu upaya untukmenghasilkan kultivar krisan baru adalah melaluipemuliaan mutasi.

Krisan merupakan tanaman heksaploidyang menyerbuk silang seperti tanaman hiaslainnya dan diperbanyak secara vegetatif,sehingga perbaikan tanaman krisan melaluipersilangan sulit dilakukan di Indonesia karenakeberhasilan persilangan krisan membutuhkansuhu siang dan malam yang konstan yaitu sekitar17"C dengan kelembaban relatif 70%. Selain itu,bunga krisan memiliki sifat self-incompatibility (3).Pemuliaan dengan teknik mutasi ternyata lebihefektif dilakukan pada pemuliaan tanaman yangdiperbanyak secara vegetatif, khususnya padatanaman hias. Mutan pertama krisan diperolehpada tahun 1969 dengan sinar X dosis 10 - 25 Gy,sinar gamma 15 - 17,50 Gy dan EMS 2,50%terhadap setek, sedangkan pada plantlet dengansinar X dosis 8 Gy; menghasilkan warna bungayang beragam (4,5). Berdasarkan data IAEA, saatini terdapat sekitar 500 varietas tanaman hias didunia yang dihasilkan melalui teknik mutasi, 211di antaranya adalah varietas tanaman krisan.

115

Page 2: ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

Risalan Seminar llmian Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006

Tanaman krisan merupakan tanaman haripendek yang seeara alamiah di daerah asalnyaakan mengalami pertumbuhan vegetatif padahari panjang pada musim panas dan akanmengalami perkembangan generatif pada haripendek pada musim gugur. Tanaman haripendek memerlukan panjang hari lebih pendekdari periode kritisnya untuk berbunga, sehinggaakan segera berbunga apabila panjang hari at aujumlah jam terang kurang dari suatu batasantertentu (61. Krisan pada panjang hari kurangdari 14,5 jam akan memasuki fase generatif.Indonesia sebagai daerah tropis memiliki panjanghari dan malam hampir seimbang yaitu masing­masing sekitar 12 jam.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajaripengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gammaterhadap pertumbuhan dan pembungaan stekpueuk krisan tipe standar ev. Dark Fiji yangditanam di Gadog, Ciawi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006dan berlokasi di rumah plastik lahan PT. SaungMirwan, Gadog, Ciawi. Materi tanaman yangdigunakan adalah setek pueuk yang telah berakardari kultivar Dark Fiji dengan bentuk bungadekoratif dan warna bunga merah gelap. Kultivarini merupakan bunga tipe standar, dan dalampraktek budidaya krisan komersial seluruh tunasdan eabang samping dari tipe bunga iniumumnya dirempel sehingga dalam satu batanghanya menghasilkan satu kuntum bunga (2).Dalam penelitian ini, semua tunas dan eabangdibiarkan tumbuh normal untuk menghindariterbuangnya mutan potensial yang muneul padatunas-tunas samping.

Dalam pereobaan ini tanaman krisanditempatkan dalam kondisi hari pendek tanpapenambahan eahaya lampu sejak pert am a kalitanam. Hal ini dilakukan agar tanaman seger amemasuki fase generatif atau pembungaan.Untuk menghindari bias eahaya dari lahanpertanaman krisan di sekitarnya, lahanpereobaan pada malam hari ditutup sekelilingnyadengan plastik hitam.

Iradiasi sinar gamma 6OCOyang digunakanada lima dosis, yaitu 0, 10, 15, 20, dan 25 Gydengan jumlah tanaman untuk setiap dosis 75stek pueuk. Pereobaan diraneang denganRaneangan Aeak Kelompok dengan 3 ulangansehingga jumlah tanaman untuk setiap ulangan25 batang. Jumlah keseluruhan tanaman yangdigunakan dalam pereobaan ini adalah 375tanaman. Jarak tanam yang digunakan adalah 12x 12 em. Tiga minggu sebelum penanaman, tanahdifumigasi, kemudian ditambahkan sekam danpupuk kandang (1:2) dicampur merata dengan

116

tanah. Untuk setiap m2 tanah dipupuk dengan 10g urea, 15 g ZA, 10 g TSP dan 25 g KN03. Dosispemupukan yang sarna diberikan sebulan sekali.Penyiraman dan pengendalian hama penyakitdilakukan sesuai kebutuhan. Pengamatan danpengambilan data dimulai setelah tanamanberumur satu bulan. Parameter yang diamatiantara lain persentase hidup, tinggi tanaman,persentase tanaman berbunga, dan persentase tanamanmekar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Stek pueuk krisan yang digunakan dalampereobaan ini sebagian besar berhasil tumbuhtanpa adanya serangan hama penyakit yangberarti. Penampilan pertumbuhan pertanamankrisan dalam greenhouse pada umur dua minggudapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan tanaman krisan umur 2 MST IMinggu

Setelah Tanam) di lapangan (masing-masing dari kananke kiri: tanaman dengan dosis iradiasi 0, 10, 15, 20, dan

25Gy)

Data persentase tanaman yang berhasilhidup setelah tanam ditampilkan dalam Tabel 1.Walaupun dosis 25 Gy menunjukkan angkaterendah (94,560/0), tampaknya dari berbagaidosis yang diujikan persentase tanaman yangberhasil hidup antar dosis pada 4 minggupertama tak ban yak berbeda dan semuanyamendekati seratus persen,. Hampir seluruh stekpueuk, baik kontrol maupun yang diiradiasimampu bertahan hidup dengan baik. Namunpada pengamatan 6 MST (Minggu SetelahTanam), tanaman yang diiradiasi dengan dosis 25Gy hanya 70,51 % yang mampu hidup.

Dosis yang digunakan ini sebenarnyamasih jauh dari LD50 yang pernah dilakukanYAMAKAWA (7) untuk stek berakarChrysanthemum morifolium, yaitu sekitar 50-200Gy. Diduga setiap kultivar memiliki tingkatsensitivitas terhadap iradiasi gamma yangberbeda. Namun AMANO dan YAMAGUCHI (8)

Page 3: ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

menyatakan bahwa dosis kematian 50% at auLD50 mungkin terlalu tinggi untuk penerapanmutasi induksi dalam pemuliaan tanaman, danseeara umum menyarankan penggunaan survivalrate 80% atau LD20.

Tabel 1. Pengaruhdosis iradiasi gammaterhadap persentasestek pueuk krisan yang hidup pada umur 4 dan 6MST(MingguSetelahTanam)

Dosisiradiasi Persentasehidup (0/0)

(Gy)

4MST6MST0

97,5396,2510

10098,6515

98,5798,5720

96,0093,3325

94,5670,51

Tabel2. Pengaruh dosis iradiasi gamma terhadap tinggitanaman krisan pada umur 4 dan 6 MST (MingguSetelahTanam)

Dosisiradiasi Tingj(iTanaman(em)(Gy)

4MST6MST0

16,43a31,20a10

12,45b22,93b15

9,87e16,64e20

7,30d11,27d25

6,07d6,30e

Keterangan: hurufyangsarnapada kolornyangsarnarnenunjukkantidakberbedanyatapadatarafnyata5% denganujiBNJ.

Risalah Se.:~JrJlrIlmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006

hampir seluruh tanaman mengalami stagnasipertumbuhan dan tak mampu membentuk daundan eabang baru. Sejumlah tanaman bahkantampak menguning, layu dan akhirnya mati.

Pada umur satu bulan, tanaman krisan

telah mulai keluar kuneup atau kenop bunga,terutama pada stek yang diiradiasi dengan dosis 0dan 15 Gy yang nilainya mendekati 100%berbunga (Tabel 3). Tanaman yang diiradiasidengan dosis 10 Gy ternyata berbunga sedikitlebih lambat dibanding dengan tanaman yangdiiradiasi dengan dosis 0 dan 16 Gy. Jumlahtanaman dosis 10 Gy yang menunjukkanmuneulnya kuntum bunga hanya 74,33% padaumur 4 MST dan baru berbunga sepenuhnya(100%) pada umur 6 MST. Tanaman yangdiiradiasi dengan dosis tinggi (20 dan 25 Gy)sarna sekali belum menunjukkan tanda-tandapembungaan pada umur 4 MST dan barumemasuki mas a generatif pada umur 6 MST. Halini menunjukkan bahwa radiasi dapatmenghambat pembentukan bunga.

Tabel3. Persentase jumlah tanaman yang berbunga padaumur 4 dan 6 MST(MingguSetelahTanam)

Dosisiradiasi Persentaseberbunga(%)

(Gy)4MST6MST

0100100

1074,33100

1591,6191,61

20061,97

2506,45

Tabel4. Pengaruhdosis iradiasi gammaterhadap persentasejumlah tanaman krisan yang dapat berbungamekarpada umur 8 MST(MingguSetelahTanam)

Pada umur dua bulan at au 8 MST, kuneupbunga mulai mekar dengan sempurna. Dari datapada Tabel 4, tampak bahwa bunga pada dosis 10Gy mekar sedikit lebih awal dengan persentase

Berdasarkan pengamatan di lapangan,tanaman yang mampu pulih dari kerusakanfisiologis akibat iradiasi akan membentuk eabangatau tunas baru dan selanjutnya membentukbunga. Namun pada dosis 25 Gy, jumlahtanaman yang mampu membentuk tunas barudan berbunga sangat sedikit (6,45%) dan tidakada satupun dari bunga yang dihasilkan dapatmekar dengan sempurna (Tabel 4).

Pada awal penanaman, tinggi stek berakarkrisan relatif seragam, yaitu berkisar antara 8-10em. Pada 4 dan 6 MST, semakin tinggi dosis yangdiberikan, pertumbuhan tanaman krisan semakinterhambat (Tabel 2). Pada pengamatan 4 MST,tanaman yang diiradiasi dengan dosis 15 Gy keatas tingginya banyak berubah, bahkan ada yangmengalami penurunan dan menjadi kerdil. Seearavisual, pada umur 4 MST tampak sekali berbagaiperubahan bentuk pada daun yang tumbuhsegera setelah perlakuan iradiasi. Perubahanbentuk daun ini diperkirakan hanya akibatkerusakan fisiologis, karena dua minggukemudian (umur 6 MST) daun baru yang muneultelah pulih dan kembali ke bentuk yang normal,keeuali pada stek yang diiradiasi dengan dosis 25Gy hampir tidak menunjukkan adanyapertambahan daun sarna sekali.

Setelah 6 minggu, stek yang diiradiasidengan dosis 10-15 Gy mampu tumbuh denganrelatif normal, tak jauh berbeda dengan tanamankontrol, namun tan am an dengan dosis tinggi (20­25 Gy) ban yak yang terhambat pertumbuhannya.Terutama pada radiasi dengan dosis 25 Gy,

Dosisiradiasi(Go

10

15

20

25

PersentaseMekar(0/0

23,0838,3623,1917,81

o

117

Page 4: ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

Risalah Seminar IImiah Aplikasi Isotop dan Ri;;jiasi, 2006

mekar 38,36%. Iradiasi pada dosis rendah dapatmenstimulir pertumbuhan tanaman (9).

Gambar2. Beberapamutasi bentuk dan warna bungayangterjadi akibat iradiasi sinar gammapada krisancv. Dark Fiji. Gambar pada tepi kanan bawahadalahbungadari varietaskontrol.

Bunga yang telah mekar dapat diamatiwarna dan bentuk mahkota bunganya. Daripengamatan, mutasi warna yang terjadi sebagianbesar adalah gradasi yang tidak berbeda jauhdengan warna bunga kontrolnya yaitu merahgelap (Gambar 2). Variasi warna yang diperolehantara lain merah kecoklatan, merah ungu,merah semburat kekuningan, merah sumba danmerah gelap bergaris putih. Perbedaanpenampilan warna bunga kemungkinandisebabkan oleh kandungan flavonoid,karotenoid atau betalain. Selain kandunganflavonoid dan karotenoid, pH dan unsur yangterdapat pada sel epidermis bunga juga berperandalam menentukan warna bunga yang dihasilkan(9).

Selain perubahan warna bunga, berbagaiperubahan pada bentuk bunga akibat mutasi jugaditemukan. Krisan sebagai famili Asteraceaememiliki bunga komposit, dengan bunga dibagian tepi disebut disk flower atau bunga cakramdan bunga di bagian tengah disebut ray flower

at au bunga pita (2). Bunga pada tanaman kontrolIcv. Dark Fiji! berbentuk dekoratif dengan ray

flower rapat, pendek, dan relatif lurus. Daripengamatan didapatkan mutan dengan berbagaivariasi, antara lain ray flower dan disk flower sarnapanjang, berujung terbelah, tidak beraturan, danbentuk bunga menyerupai bunga teratai denganujung mahkota bunga yang melengkung ke atas.

Kimera muncul apabila suatu selmengalami mutasi. Jika sel yang bermutasiterletak dekat permukaan kubah apikal, semuasellain yang berasal dari pembelahan sel tersebutjuga merupakan tipe termutasi yang sarna.Hasilnya adalah sel-sel dengan genotipe berbeda

118

tumbuh berdampingan dalam suatu jaringantanaman. Jika pada saat mutasi terjadi sel beradapada tempat dimana pembelahan sel lebih lanjutrelatif kecil, sehingga kemungkinan mutasi yangterdeteksi secara visual akan rendah. Lebih

lanjut, jika mutasi ini menghasilkan genotipeyang secara morfologi tak jauh berbeda daritanaman asalnya, maka kemungkinan tanamantersebut untuk teridentifikasi sebagai kimera jugarendah (11).

Dari beragam mutan yang diperoleh,terpilih sekitar 15 kuntum bunga yngmenunjukkan potensi untuk dikembangkanmenjadi galur. Materi ini selanjutnya akandiperbanyak melalui kultur jaringan. Perludiadakan penelitian lebih lanjut untuk mengujikestabilan mutasi pada generasi berikutnya danpemurnian galur-galur mutan yang diperoleh.

KESIMPULAN

Dosis optimal iradiasi sinar gamma untukmendapatkan mutan krisan cv. Dark Fiji adalah10-15 Gy. Dosis yang lebih tinggi mengalamikerusakan fisiologis yang parah sehinggatanaman menjadi kerdil dan lambat berbunga.Tanaman yang diiradiasi dengan dosis 25 Gyhanya mampu berbunga sebesar 6,45% dan taksatupun tanaman yang mampu mekar. Mutasipada warna bunga yang diperoleh adalah variasigradasi warna dari warna bunga aslinya. Daripenelitian ini diperoleh 15 kuntum bunga hasilmutasi yang potensial untuk dikembangkanmenjadi galur mutan melalui teknik kulturjaringan.

UCAP AN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada PT.Saung Mirwan yang berlokasi di DesaSukamanah, Gadog, Ciawi yang telahmenyediakan tempat dan materi penelitian, sertasegala bantuan dan masukan yang diberikanselama penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

1. ANONYMOUS. 2005. PengembanganTanaman Hias Tropis. DirektoratBudidaya Tanaman Hias, DirektoratJenderal Hortikultura. Jakarta. 80 hal.

2. KOFRANEK, AM. 1980. CutChrysanthemum, 5-43p, InIntroduction to Floriculture, LARSON,RA. (Ed.), Academic Press.

Page 5: ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

3. MARWOTO, B. 1999. Perakitan danpengembangan varietas krisan diIndonesia. Makalah WorkshopFlorikultura II, 12 Mei 1999. FakultasPertanian IPB, p.5.

4. DE JONG, j. dan j.B.M. CUSTERS. 1996.Induced changes in growth and in vitroculture of pedicels and petalepidermis. Euphytica 35 (1): 137 -148.

5. HUlTEMA, j.B.M., W. PREID, dan j. DEJONG. 1991. Methods for selecting oflow-temperature tolerant mutants ofChrysanthemum moriflorum Ramat.Using irradiated cell suspensioncultures. III. Plant Breeding 107:135 -140.

6. GARDNER, F.P., R.B. PEARCE dan R.L.MITCHELL, 1992. Fisiologi TanamanBudidaya, diterjemahkan olehHerawati Susilo, UI, Jakarta.

7. YAMAKAWA, K. (1970) Radiation-inducedmutants of chrysanthemum and theirsomatic chromosome number. IRB

Technical News No.6 ppl-2

Risalah Seminar Ilmid Aplikasi Isofop dan Radiasi, 2006

8. AMANO, E. dan T. YAMAGUCHI. 1989.

Radiation sensitivity on plants.Research Note. Fukui Pref. Univ. 18p.

9. OTAHOLA, V.G., M. ARAY dan Y.ANTOlMA. 2001. Induction ofmutants in flower color ofchrysanthemum IDendranthema

grandiflora (Ram) Tzvelev.) usinggamma irradiation. Revista CientificaUDO Agricola 1(1): 56-63.

10. SOEDjONO, S. 2003. Aplikasi mutasiinduksi dan variasi somaklonal dalam

pemuliaan tanaman. jurnal LitbangPertanian, 22121:70-78.

11. LINEBERGER, R. D. 2005. Origin,development, and propagations ofchimeras. http.:/.Laggie:horticulture. tamu .ed u/tisscult/pltissue/chimera.html. Diakses tanggal 5September 2006.

119

Page 6: ITA DWIMAHY ANI, SASANTI WIDIARSIH dan YULIDAR

Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Itotop dan Radiasi, 2{)()6

DISKUSI

ENDANG SEMIARTI

1. Sampai berapa generasikah kelompok ibumengikuti perkembangan fenotip tanamankrisan mutan ? Berapa persen generasi ke 2yang menunjukkan penurunan perubahanbentuk daun ? dan berapa % denganperubahan warna bunga ?

2. Apakah menurut ibu perubahan bentuk daundan bunga krisan pada mutan tersebutdisebabkan adanya perubahan di level DNA(genetik) ataukah perubahan fisiologi(modifikasi) ?

ITA DWIMAHYANI

1. Penelitian ini baru dilakukan pada tahun2006, pada umumnya pengamatan fenotipekrisan mutan dilakukan minimum 3 generasidalam kultur jaringan untuk memastikangalur mutan telah homohiston. Untukgenerasi kedua dan seterusnya belumdilakukan.

2. Untuk perubahan daun, karena hanyaberubah sementara dan tidak muncul lagipada daun-daun baru, diasumsikan hanyakarena kerusakan fisiologi untuk perubahanbunga, perlu diamati lebih lanjut padagenerasi selanjutnya.

IDAWATI

1. Apakah ragam bentuk bunga dan warnaditemukan pada tanaman dan dosis radiasiyang sarna?

2. Untuk bunga potong diperlukan yang tidakcepat layu, dibandingkan dengan kontrol,apakah bunga dari stek yang diiradiasi lebihtahan lama?

ITA DWIMAHYANI

1. Perubahan bentuk dan warna bunga padakrisan yang diiradiasi diperoleh pada hampirsemua dosis iradiasi yang digunakan, kecualipada dosis 25 Gy yang hanya sedikit sekaliyang berbunga dan tidak ada yang mekar.Mutasi terbanyak ditemukan pada dosis 15 ­20 Gy.

2. Bunga hasil iradiasi lebih tahan lama 2 - 3hari dibandingkan bunga kontrol, namunbelurn dilakukan penelitian menyeluruh.

WAHIDIN T. SASONGKA

Setelah diketahui dosis optimal radiasiuntuk krisan tanaman krisan yang bagaimanayang diharapkan oleh penulis? Apa tinggitanaman, warna bunga atau umur tanaman.

120

ITA DWIMAHYANI

Karakter tanaman yang ingin diperbaikiadalah warna dan bentuk bunga. Dalampenelitian ini diperoleh sekitar 15 materi mutanyang potensial, yang selanjutnya akandiperbanyak melalui kultur jaringan. Generasiselanjutnya yang diperoleh (M1Vz! akan diujikestabilan mutasinya dan kemudian melaluitahap permurnian menjadi galur mutan.

INDAH ARASTUTI

Dasar pertimbangan apa memilih krisan ?Bukankah sudah banyak varietas krisan yangditemukan apakah tidak lebih baik memilihtanaman hias yang belum banyak ditemukansehingga akan mempunyai keunggulan yanglebih ?

ITA DWIMAHYANI

Krisan merupakan tanmana hias populeryang permintaannya relatif stabil. Kultivar yangdigunakan merupakan tipe bunga standar,dimana memiliki harga yang lebih tinggi danvarietas yang beredar di pasaran belum banyakbervariasi, baik dalam warn a maupun bentukbunga. Pemilihan kultivar Dark Fiji jugaberdasarkan saran dari PT. Saung Mirwansebagai produsen tanaman hias.

IMAM

Apakah bunga krisan yang ibupresentasikan sudah dipasarkan, kalau pesanbunga terse but bagaimana caranya ?

ITA DWIMAHYANI

Penelitian ini baru dilakukan pada tahun2006, dan masih merupakan tahapan awal dalamproses pemuliaan tanaman. Sebelum dilepasmenjadi varietas, masih perlu dilakukanpengujian kestabilan mutasi yang terjadi danpemurnian galur.