Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah merencanakan perawatan yang akan dilakukan terhadap kasus tersebut. Rencana perawatan suatu kasus adalah merupakan cetak biru (blue print) bagi penanganan kasusnya. Dalam rencana perawatan tersebut tercakuplah semua prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan periodonsium. Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat final. Perkembangan yang terjadi selama perawatan berjalan yang belum terdeteksi sebelumnya, bisa menyebabkan harus dimodifikasinya rencana perawatan yang telah disusun. Namun demikian, sudah menjadi ketentuan bahwa perawatan periodontal tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum disusunnya rencana perawatan, kecuali perawatan emergensi. Perawatan periodontal membutuhkan suatu perencanaan jangka panjang. Manfaat perawatan periodontal bagi pasien adalah diukur dari seberapa lama gigi geliginya masih dapat berfungsi optimal, dan bukan dari seberapa 1

Transcript of Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

Page 1: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah

ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah

merencanakan perawatan yang akan dilakukan terhadap kasus tersebut. Rencana

perawatan suatu kasus adalah merupakan cetak biru (blue print) bagi penanganan

kasusnya. Dalam rencana perawatan tersebut tercakuplah semua prosedur yang

diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan periodonsium.

Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat

final. Perkembangan yang terjadi selama perawatan berjalan yang belum

terdeteksi sebelumnya, bisa menyebabkan harus dimodifikasinya rencana

perawatan yang telah disusun. Namun demikian, sudah menjadi ketentuan bahwa

perawatan periodontal tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum disusunnya

rencana perawatan, kecuali perawatan emergensi. Perawatan periodontal

membutuhkan suatu perencanaan jangka panjang. Manfaat perawatan periodontal

bagi pasien adalah diukur dari seberapa lama gigi geliginya masih dapat berfungsi

optimal, dan bukan dari seberapa banyak gigi yang diputuskan untuk

dipertahankan. Perawatan periodontal adalah lebih diarahkan untuk menciptakan

dan memelihara kesehatan periodonsium di rongga mulut pasien, dan bukan untuk

secara khusus mengketatkan kembali gigi yang telah mobiliti. Sehubungan dengan

prinsip tersebut diatas, keselamatan gigi geligi tidak boleh terancam hanya karena

keinginan untuk mempertahankan gigi yang prognosisnya adalah tanda tanya

(questionable). Kondisi periodontal dari gigi yang dapat dipertahankan adalah

lebih penting artinya dari jumlah gigi yang dipertahankan tersebut. Dalam

merencanakan perawatan periodontal, titik tolaknya adalah gigi mana yang dapat

dipertahankan dengan tingkat keraguan yang minimal dan rentang keamanan yang

maksimal. Gigi yang berdasarkan penilaian prognosisnya lebih menjurus ke

1

Page 2: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

prognosis tidak ada harapan sebenarnya tidak bermanfaat untuk dipertahankan,

meskipun gigi tersebut bebas dari karies. Gigi dengan kondisi yang demikian akan

menjadi sumber gangguan bagi pasien dan mengancam kesehatan periodonsium.

Grossi dan Genco (1998) mengemukakan 17 macam penyakit sistemik

yang berhubungan langsung dengan penyakit periodontal, termasuk leukemia,

hepatitis, HIV aids dan stroke. Beberapa penelitian retrospektif membuktikan,

pasien penyakit jantung, stroke, DM, umumnya kebersihan mulutnya lebih jelek

dibanding pasien normal. Dari uraian di atas disimpulkan, bahwa gigi dan mulut

dapat menjadi pemicu dan memperparah berbagai penyakit sistemik. Menjaga

kesehatan gigi dan mulut sangat penting bukan saja untuk mencegah penyakit

oral, melainkan juga untuk memelihara kesehatan umum yang baik.

Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan

dapat menjalankan fungsinya. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi

kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting,

padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan

(Pratiwi, 2007).

Kelenjar endokrin dan perubahan hormonal pada kenyataannya

menimbulkan pengaruh yang cukup besar pada kesehatan rongga mulut

seseorang, namun makalah ini menspesifikkan manifestasinya pada jaringan

periodonsium. Jaringan periodonsium adalah jaringan penyangga gigi yang

meliputi gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar yang saling

mendukung satu sama lain guna mempertahankan stabilitas susunan gigi.

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)

yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk

mempengaruhi organ lain (Greenstein & Wood, 2010). Hormon bertindak sebagai

pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang

selanjutnya akan menerjemahkan pesan tersebut menjadi suatu tindakan. Dalam

tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid,

paratiroid, kelenjar adrenalin, pankreas, ovarium, dan testis. Masing-masing

memiliki organ target dan efek yang berbeda. Hormon memegang peranan penting

dalam proses metabolisme tubuh, meski pengaruhnya membutuhkan waktu yang

2

Page 3: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

lebih panjang dibanding pengaruh yang ditimbulkan oleh sistem saraf

(Campbell,2002).

1.2 Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui hubungan penyakit sistemik dengan jaringan periodontal

2. Mengetahui perawatan periodontal terhadap penyakit sistemik

1.3 Manfaat penulisan

Memberikan pemahaman tentang hubungan antara penyakit sistemik pada

jaringan periodontal.

3

Page 4: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIDS

Lesi rongga mulut sering dijumpai pada penderita Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Hal ini disebabkan karena pada penderita

AIDS terjadi gangguan pada sistem imun dan cenderung menjadi infeksi

oportunistik.

Dokter gigi merupakan profesional pertama yang dapat mendiagnosa lesi

rongga mulut yang berkaitan dengan HIV. Keahlian dokter gigi dibutuhkan untuk

menangani secara tepat komplikasi rongga mulut pada pasien terinfeksi

HIV/AIDS. Klinisi harus mampu mengenali penyakit rongga mulut berkaitan

dengan HIV, menentukan perawatan yang tepat dan merujuk pasien ke dokter

spesialis. Profesi dokter gigi mempunyai resiko yang tinggi untuk tertular infeksi

ketika sedang melakukan perawatan terhadap pasien terinfeksi HIV.

Karena dalam perawatan tersebut dokter gigi selalu berkontak dengan

saliva dan darah. Untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada waktu

perawatan, dokter gigi harus melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi

pasien dan melindungi dirinya sendiri.

Dokter gigi dapat menggunakan teknik pelindung yang akurat meliputi

pemakaian sarung tangan, masker, kacamata pelindung, pakaian klinis, dan

isolatorkaret pada pasien. Perawatan periodontal berkaitan dengan infeksi

HIV biasanya dibagi dalam dua tahap yaitu tahap perawatan akut dan tahap

perawatan pemeliharaan. Pada tahap perawatan akut perhatian utama yang

dilakukan dokter gigi adalah pengendalian rasa sakit pada pasien. Sedangkan pada

tahap perawatan pemeliharaan, berkenaan langsung dengan penyingkiran agen

penyebab, pencegahan terhadap destruksi jaringan lebih lanjut, dan mempercepat

penyembuhan. Pada bab ini akan dibahas mengenai prinsip perawatan periodontal

pada eritema gingiva linear, gingivitis ulseratif nekrosis, dan periodontitis

ulseratif nekrosis.

4

Page 5: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

2.1.1 Hubungan dengan penyakit periodontal

2.1.1.1 Eritema gingiva linear

Prinsip terapi yang diberikan terhadap eritema gingiva linear sama dengan

yang dianjurkan pada gingivitis margin. Daerah subgingival diirigasi dengan

klorheksidin atau povidone iodine 10%. Pasien diinstruksikan untuk berhati-hati

dalam melaksanakan prosedur oral hygiene. Evaluasi dapat dilakukan kembali

dua sampai tiga minggu setelah perawatan inisial. Apabila pasien patuh terhadap

prosedur perawatan di rumah tetapi lesi tetap persisten, kemungkinan adanya

infeksi Candida harus dipertimbangkan.

Gambar 2.1 Eritema Linear Gingiva

  Eritema gingiva linear yang tidak memberikan respon terhadap terapi

konvesional disebabkan invasi Candida pada jaringan gingiva, maka pada keadaan

ini pemberian antijamur juga bermanfaat untuk mengurangi inflamasi. Untuk

mencegah pertumbuhan Candida yang berlebihan, biasanya digunakan antijamur

5

Page 6: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

topikal seperti clostrimazole troches atau nystatin vaginal tablet, dan flukonazol

sistemik bila terdapat immunosuppression yang parah.

Penting diingat bahwa eritema gingiva linear dapat menjadi refraktori

terhadap perawatan. Oleh karena itu, pasien harus terus dimonitor terhadap

perkembangan kondisi periodontal yang lebih parah seperti gingivitis

ulseratif nekrosis, periodontitis ulseratif nekrosis atau stomatitis nekrosis. Pasien

harus menjalani terapi pemeliharaan dengan interval kunjungan berkala dua

hingga tigabulan dan apabila diperlukan dapat dilakukan perawatan ulang.

2.1.1.2 Gingivitis Ulseratif Nekrosis

Perawatan gingivitis ulseratif nekrosis pada pasien HIV positif dilakukan

perawatan lokal berupa pembersihan dan debridemen pada daerah yang terlibat

dengan bulatan kapas (cotton pellet) yang direndam dengan peroksida setelah

dilakukan aplikasi anastesi topikal.

Gambar 2.2 Gingivitis Ulceratif Nekrosis

6

Page 7: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

  Pasien harus berkunjung setiap hari pada minggu pertama dan setiap kali

kunjungan dapat dilakukan debridemen pada daerah yang terlibat serta

diintruksikan prosedur kontrol plak secara bertahap. Prosedur kontrol plak

sebaiknya diajarkan secara cermat dan dimulai secepat mungkin untuk daerah

yang sensitif. Setelah terjadi penyembuhan inisial, dapat dilakukan prosedur

penskeleran dan penyerutan akar pada pasien. Pasien harus menghentikan

penggunaan tembakau dan alkohol. Antimikroba diberikan sebagai obat kumur

seperti klorheksidin glukonat 0.12%. Antibiotika sistemik seperti metronidazol

atau amoksisilin dapat diresepkan untuk pasien dengan kerusakan jaringan

peridonsium tingkat sedang sampai dengan parah, yang disertai gejala

limfadenopati lokalisir maupun sistemik atau keduanya. Penggunaan antijamur

sebagai propilaksis dapat dipertimbangkan jika ada pemberian antibiotika.

Jaringan periodonsium dievalusi kembali setelah satu bulan masa penyembuhan

gejala akut untuk memeriksa hasil akhir perawatan dan menentukan terapi

lanjutan yang diperlukan.

2.1.1.3 Periodontitis Ulseratif Nekrosis

Perawatan periodontitis ulseratif nekrosis mencakup debridemen lokal,

penskeleran dan penyerutan akar, irigasi dengan menggunakan antimikroba yang

efektif seperti klorheksidin glukonat atau povidon iodin (Betadine) serta

pengendalian oral hygiene, termasuk pemakaian antimikroba untuk obat kumur

atau irigasi dirumah. Irigasi povidin iodin disarankan dilakukan selama proses

debridemen karena memiliki efek anastesi dan antiseptik.

7

Page 8: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

Gambar 2.3 Necrotizing Ulcerative Periodontitis

  Pada dasarnya klorheksidin sebagai obat kumur sangat dianjurkan sebagai

terapi yang efektif untuk mengurangi gejala akut darieritema gingiva linear dan

periodontitis ulseratif nekrosis serta mencegah lesi kambuh kembali. Pada

periodontitis ulserasi nekrosis yang parah, terapi antibiotik sangat diperlukan

tetapi harus diberikan secara hati-hati kepada pasien HIV untuk mencegah terjadi

infeksi oportunistik yang berpotensi serius, seperti kandidiasis lokal atau candidal

septicemia.

Pemberian antibiotika seperti metronidazol 250 mg dikombinasikan

dengan amoksisilin klafulanat potassium 250 mg tiga kali sehari selama lima

hingga tujuh hari, dapat menjadi perawatan yang efektif untuk periodontitis

ulseratif nekrosis.

Antibiotika sistemik seperti metronidazol, tetrasiklin,

klindamisin,amoksisilin, dan amoksisilin klafulanat potassium, dapat

8

Page 9: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

dikombinasikan dengan debridemen pada jaringan nekrosis. Penggunaan

antibiotika sistemik dapatmeningkatkan resiko perkembangan Candida pada

pasien, sehingga perlu diberikan bersama-sama dengan penggunaan antijamur. 

2.2 Infeksi Endocarditis

Infeksi endokarditis merupakan infeksi yang meliputi katup atau

endothelial dari jantung, hal ini terjadi jika bakteri masuk kedalam pembuluh

darah dan menyerang jaringan di jantung yang abnormal, dan orang yang

mempunyai defek pada jantung lebih mungkin terjadi infeksi endokarditis

(Shafer,1974 ; Taubert,1998).

Terdapat 1000 kasus terkait dental prosedur dengan timbulnya infeksi

endokarditis, hal tersebut terjadi pada pencabutan gigi dan pro scaling. Secara

epidemiologi dari tahun 1930 sampai 1996 infeksi endokarditis terjadi antara 0,7

s.d. 6,8 dibanding 100000 orang setahun, 50 % dari semua kasus infeksi

endokarditis tidak terkait dengan dental prosedur, dan sekitar 8 % terkait dengan

penyakit periodontal tanpa prosedur dentis, resiko akibat prosedur dentis sekitar

1/3000 –5000 kejadian . Kejadian bakterimia awal menyebabkan terjadinya

penebalan katup jantung yang rentan terhadap kolonisasi dari bakteri, dan

bakterimia yang berkelnjutan berakibat pada kerusakn katup yang dapat bersifat

fulminan (Shafer,1974 ; Taubert,1998).

Gejala endokarditis terjadi dalam beberapa minggu transmisi. Kadang-

kadang menyebabkan endokarditis merah, bintik-bintik lembut di bawah kulit jari-

jari. Ini dikenal sebagai node Osler itu. Dalam kebanyakan kasus, endokarditis

berkembang perlahan-lahan. Gejala cenderung muncul secara bertahap, biasanya

selama beberapa minggu atau bulan. Bintik serupa dapat muncul di bagian putih

mata Anda atau di dalam mulut Anda. Orang dengan kondisi ini mungkin perlu

minum antibiotik pencegahan sebelum prosedur medis atau gigi tertentu untuk

mencegah endokarditis. Pria dua kali lebih mungkin akan terpengaruh oleh

endokarditis dibanding perempuan. Endokarditis dapat terjadi pada usia

berapapun, tetapi lebih umum pada orang berusia 50 tahun ke atas. Tingkat

keparahan gejala akan tergantung pada bagaimana berbahaya bakteri atau jamur

yang menyebabkan infeksi.

9

Page 10: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

2.2.1 Terapi

Pengobatan dini dapat membantu untuk menghindari komplikasi. Selama

terapi periodontal, antibiotik dosis tinggi diberikan melalui rute intravena untuk

memaksimalkan difusi molekul antibiotik ke dalam vegetasi dari darah mengisi

bilik jantung. Hal ini diperlukan karena tidak katup jantung maupun vegetasi

patuh terhadap mereka yang dipasok oleh pembuluh darah. Antibiotik dilanjutkan

untuk waktu yang lama, biasanya dua sampai enam minggu. Endokarditis jamur

memerlukan spesifik anti-jamur perawatan, seperti amfoterisin B. Organisme

yang paling umum bertanggung jawab atas sebagian dari endokarditis infektif

streptokokus viridans, yang sangat sensitif terhadap penisilin (Anonim,2011).

2.3 Khemoterapi

Khemoterapi sebagai suatu perawatan kanker dengan menggunakan obat-

obatan tidak terlepas dari efek samping. Obat anti kanker dapat mengakibatkan

kerusakan jaringan sehat, seperti sumsum tulang, epitel saluran pencernaan, sel

kulit dan folikel rambut, sistem reproduksi dan sistem syaraf.

Manifestasi di rongga mulut merupakan suatu komplikasi dari berbagai

efek samping yang terjadi, karena komplikasi oral dapat terjadi secara langsung

sebagai efek dari obat anti kanker dan dapat juga tejadi sebagai akibat dari

kerusakan jaringan tubuh yang lain. Oleh karena itu kornplikasi oral tidak dapat

dihindari, tetapi dapat diminimalkan dengan tindakan pra perawatan oral.

Keparahan komplikasi oral yang terjadi tergantung pada dosis dan jangka waktu

pemberian obat serta kondisi rongga mulut pasien ketika akan menjalani

khemoterapi (Lynch et al., 1994).

2.3.1 Terapi dan Perawatan

Terapi dengan mengurangi dosis obat apabila sakitnya menjadi parah dan

nutrisi serta cairan tidak cukup. Pemberian anastesi lokal untuk mengurangi rasa

gejala, sedangkan tindakan kebersihan ronggga mulut, termasuk bahan-bahan

antimikrobial seperi khlorhexidin penting untuk mencegah infeksi sekunder,

nekosis jarigan lunak dan nekrosis tulang. Konsultasi dan komunikasi terbuka

10

Page 11: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

antara dokter umum dan dokter gigi dapat membantu mengurangi komplikasi dan

meningkatkan kenyamanan mulut (Langlais & Miller, 2000).

2.4 Leukemia

Penyakit leukemia merupakan neoplasia ganas dari prekursor sel darah

putih yang disebabkan oeh difusi penempatan ulang dari sumsum tulang dengan

proliferasi sel leukemia, jumlah yang abnormal, dan bentuk sel darah putih yang

belum dewasa di dalam sirkulasi darah, dan infiltrasi secara luas pada hati, limpa,

nodus limfe dan bagian tubuh lain.

Menurut turunan sel darah putih, leukemia diklasifikasikan sebagai

limfositik atau mielositik, sebuah sub kelompok dari leukemia mielositik adalah

leukemia monositik. Berdasarkan evolusi, leukemia dapat bersifat akut (dimana

dapat berakibat fatal secara cepat), sub akut, atau kronik. Pada leukemia akut sel-

sel blast primitif dilepaskan kedalam sirkulasi perifer, pada leukemia kronik sel-

sel abnormal cenderung untuk lebih matang dengan karakteristik morfologi serta

fungsi yang normal saat dilepaskan dalam sirkulasi.

2.4.1 Jaringan Periodontal pada pasien Leukemia

Manifestasi periodontal dari leukemia terdiri infiltrasi leukemia,

perdarahan, ulser di mulut dan infeksi. Ekspresi dari tanda-tanda tersebut adalah

biasa pada akut dan bentuk subakut dari leukemia dari pada bentuk kronik.

Manifestasi oral dan periodontal leukemia terdiri dari infiltrasi leukemia,

perdarahan, ulserasi oral, dan infeksi. Ekspresi dari tanda-tanda ini lebih sering

terjadi dalam bentuk akut dan subakut leukemia dibandingkan dalam bentuk

kronis. Sel-sel leukemia dapat menyusup pada gingiva dan kurang sering tulang

alveolar. Infiltrasi gingiva sering mengakibatkan pembesaran gingiva leukemia.

Sebuah studi dari 1.076 pasien dewasa dengan leukemia menunjukkan

bahwa 3,6% dari pasien dengan gigi memiliki lesi proliferatif leukemia gingiva,

dengan insiden tertinggi pada pasien dengan leukemia akut monocytic (66,7%),

diikuti oleh akut leukemia myelocytic-monocytic ( 18,7%) dan akut leukemia

myelocytic (3,7%). Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa leukemia monocytic adalah

penyakit yang sangat jarang. Pembesaran gingiva leukemia tidak ditemukan pada

pasien edentulous atau pada pasien dengan leukemia kronis. Pembesaran gingiva

11

Page 12: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

leukemia terdiri dari infiltrasi dasar gingiva oleh sel leukemia sehingga

menambah ketebalan gingiva dan menciptakan sulkus gingiva dimana plak bakteri

terakumulasi, memulai lesi inflamasi sekunder yang memberikan kontribusi untuk

pembesaran gingiva. Secara klinis, gingiva awalnya muncul merah kebiruan dan

sianosis, dengan pembulatan dan ketegangan dari margin gingiva, maka

peningkatan ukuran, paling sering pada papilla interdental dan sebagian menutupi

mahkota gigi.

Infeksi (bakteri) gingiva pada pasien leukemia dapat hasil dari infeksi

bakteri eksogen atau infeksi bakteri yang ada (misalnya penyakit, gingiva atau

periodontal). Akut gingivitis dan lesi ulseratif nekrosis menyerupai radang gusi

lebih sering dan parah dalam kasus-kasus leukemia akut terminal.

2.4.2 Perawatan dan Terapi

Manajemen yang diberikan merupakan Causatif dan Suportif, dikarenakan

untuk menghilangkan secara permanen manifestasi oral yaitu dengan

memperbaiki keadaan umum terlebih dahulu. Pencabutan atau ekstraksi gigi tidak

dianjurkan atau dihindari karena ditakutkan terjadi resiko infeksi berat,

perdarahan, dan anemia. Bila terpaksa dilakukan ekstraksi, dapat dibantu dengan

transfusi darah dan pemberian antibiotik. Berikut ini merupakan beberapa hal

yang dapat dilakukan dokter gigi terhadap penderita leukemia (Anonim,2011):

a. DHE (Dental Health Education)

Memberitahukan kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan

mulutnya agar tidak menjadi fokal infeksi yang berhubungan dengan penyakit

yang diderita. Seperti pemilihan sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar,

waktu dan frekuensi menyikat gigi yang tepat, serta penggunaan sikat lidah

b. Pemberian obat kumur

Penggunaan obat kumur dengan kandungan chlorhexidine 0,2%, dapat

mengendalikan infeksi pada pembengkakan gingiva

c. Terapi antibiotik spesifik

Terapi ini diperlukan untuk ulserasi yang terjadi pada mukosa.

12

Page 13: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

2.5 Hiperthyroid

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar thyroid yang terlalu aktif

memproduksi sejumlah hormon thyroid secara berlebihan yang beredar di dalam

darah.

2.5.1 Pengaruh Hormon tiroid terhadap jaringan periodontal

Kelenjar tiroid yang terlalu aktif kadang-kadang dikaitkan dengan

penyakit gusi lanjut. Mereka dengan hipertiroidisme memiliki pertumbuhan gigi

dan erupsi lebih cepat daripada orang normal. Hypertyriod menyebabkan

seseorang lebih mudah untuk terserang penyakit periodontal, tulang mulut dan

wajah lebih porus.

Mudah terjadi penurunan akibat karies

Penyakit periodontal

Terjadi pembesaran jaringan glandula thyroid (struma ovarii- di bagian

lateral posterior lidah)

Percepatan erupsi gigi

Gejala mulut serasa terbakar

Hipertiroidisme dapat mengakibatkan terjadinya bone loss. Pada usia

muda, proses pembentukan tulang masih tinggi sehingga masih cukup untuk

mengimbangi efek resorpsi tulang. Jika penyakit ini diobati lebih awal, maka

perubahan masa tulang yang terjadi akan lebih kecil. Pada penderita

hipertiroidisme akan terjadi pelepasan kalsium dari tulang, sehingga akan terjadi

peningkatan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia). Keadaan ini

menyebabkan penurunan hormon paratiroid (PTH). Kadar PTH yang rendah ini

dapat mengganggu konversi vitamin D dalam tubuh (vitamin D dipengaruhu PTH

yang cukup). Berkurangnya absorbsi vitamin D dalam usus dapat menyebabkan

peningkatan ekskresi kalsium melalui urin. Sehingga hali ini dapat menyebabkan

terjadinya pengeroposan tulang.

2.5.2 Perawatan dan terapi

Pengendalian Penyakit thyroid didefinisikan oleh panjang perawatan,

tindak lanjut medis, hormon thyroid dan tanpa gejala. Berikut ini adalah

13

Page 14: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

rekomendasi untuk perawatan gigi bagi para pasien yang memiliki penyakit

thyroid dikenal dan pada obat. Kesehatan mulut dibutuhkan dengan manifestasi

oral terhadap tirotoksitisis, suspensi karies, penyakit periodontal, ekstraglandula

jaringan tiroid, maxilla atau mandibula osteoporosis, erupsi, dan rasa terbakar

pada mulut. Di pasien dengan usia 70 tahun, hipertiroid meperlihatkan anoreksia,

atrial fibrilasi dan gagal jantung. Untuk pasien muda, manifetasi awal hipertiroid

adalah pnyakit graves, dan wanita dengan toksis nodula. Perkembangan koneksi-

jaringan seperti Sjogren’s sindrom dan lupus sistemik eritematous tetapi juga

seharusnya evaluasi pasien dengan riwayat penyakit Graves. Berhati-hati dengan

riwayat penyakit dan kondisi fisik terakhir dapat diindikasikan untuk kesehtan

mulut dengan keseimbangan hormon tiroid. Pasien hipertiroid untuk penyakit

cardiovaskular dari efek homon ionotropic dan kronotropik. Hal ini penting untuk

dokter gigi dengn pasien yg memiliki riwayat penyakit cardias.

2.6 Hemofilia

Hemofilia adalah adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya

kekurangan salah satu faktor pembekuan darah. Hemofilia adalah penyakit

gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromoson X. Penyakit

ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan sendi yang nyeri

dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada lakilaki, karena mereka hanya

mempunyai satu kromosom X. Sedang perempuan umumnya menjadi pembawa

sifat (carrier). Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria

hemofilia menikah dengan wanita carrier hemofilia. hemofilia terbagi atas dua

jenis, yaitu (Riri dkk, 2008):

a) Hemofilia A

b) Hemofilia B

2.5.1 Terapi dan Perawatan Periodontal pada Hemofilia

Pasien hemofilia dapat mengalami perdarahan pada gusi walaupun trauma

yang minimal, perdarahan ini umumnya sukar untuk dihentikan. Pengobatan

penderita hemofilia berupa Recombinant Factor VIII yang diberikan kepada

pasien hemofili berupa suntikan maupun tranfusi. Pemberian transfusi rutin

14

Page 15: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

berupa kriopresipitat-AHF untuk penderita hemofilia A dan plasma beku segar

untuk penderita hemofilia B. Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui

injeksi. Baik obat maupun transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin

setiap 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang

mampu bertahan hingga usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita

hemofilia meninggal dunia pada usia kanak-kanak atau balita (Riri dkk,2008).

Penderita hemofilia juga harus rajin melakukan perawatan dan

pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin. Untuk pemeriksaan gigi,

minimal setengah tahun sekali, karena kalau giginya bermasalah misalnya harus

dicabut, tentunya dapat menimbulkan perdarahan.

15

Page 16: Perawatan Periodontal Pada Penderita Dengan Penyakit Sistemik

DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza FA. 2006. Clinical Periodontology. 10th ed . Philadelphia:VB

Saunders Company, pp 292-296.

2. Shafer William G, Hine Maynard K, Levy Barnet M. A textbook of oral

pathology, chapter 9. P. 463-77. Philadelphia: W.B. Saunders. 1974.

3. Taubert KA, Dajani AS. Preventing bacterial endocarditis: american heart

association guidelines. American Familiy Physician 1998;57(3).

4. Anonim. 2011. Informasi Lengkap Endokarditis Dengan Pengobatan dan

Pencegahan. Avaiable from : http://id.hicow.com. Accesed January 30,

2012

5. Lynch JC, Hoover JE, Strick PL. 1994. Input to the primate frontal eye

field from the substantia nigra, superior colliculus, and dentate nucleus

demonstrated by transneuronal transport. Exp Brain Res 100:181–186.

6. Robert P. Langlais, Craig S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral

Disease.

7. Anonim. 2011. Leukemia. Avaiable from :

http://asnuldentist.blogspot.com/. Accesed January 31, 2012

8. Riri J, Mohan S, Erdaliza, Dini A, Febry F, Laila A, Marissa L. 2008. Gigi

dan Mulut (tutorial). Riau: Faculty of Medicine – University of Riau

16