PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS...
Transcript of PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS...
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
INQUIRY PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA
TESIS
Oleh :
YULIA DEWITA NIM 11026
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelas Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
i
ABSTRACT
Yulia Dewita, 2010. Developing Inquiry-Based Learning Equipment on the Equilibrium Chemistry Topics at Class XI SMA.
According to KTSP implementation, learning process was a process to develop all of students potencies that enable them to try and do something to get knowledge based on learning goals. Therefore, teaching and learning process had to be student centered in which all of students were involved actively and the teacher had a role as a facilitator. One of the stategies that involved students actively in teaching and learning process was inquiry learning strategy. To make this strategy worked, a set of learning equipment was needed. This research was aimed to develop inquiry-based learning equipment that was valid, practical and effective.
This was a development research which used 4D development model that consisted of 4 steps : defining, desingning, developing and disseminating. Defining step consisted of pre-analysis, assignment analysis and conceptual analysis. In designing step the researcher would design a set of learning equipments that would be developed, that is : lesson plan (RPP), worksheet (LKS), learning media (Kit and CD animation flash) and a learning achievement test. In developing step, learning equipment that had been develop was validated by expert. And then, the valid design was tried out to the second year students of SMA 7 Padang to see it’s practically, and effectiveness. In collecting the data, the researcher used validation sheet, observation sheet, questionnaires and a learning achievement test.
Based on the analysis of validation data, it known that learning equipment that had been developed was valid and the result of try out data analysis showed thad the equipment was practical and effective. In general, it can be concluded that inquiry based learning equipment on the equilibrium chemistry topics at class XI SMA was valid, practical and effective.
ii
ABSTRAK
Yulia Dewita, 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajara Berbasis Inquiry Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA.
Dalam konteks implementasi KTSP, proses pembelajaran dimaknai sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran harus berpusat kepada siswa dimana siswa terlibat secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah strategi pembelajaran inquiry. Untuk dapat menunjang pembelajaran inquiry, dibutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang valid, praktis dan efektif.
Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Four-D (4-D). Model 4-D terdiri dari 4 tahap yaitu : define, design, develop dan disseminate. Pada tahap define terdiri dari analisis ujung depan, analisis tugas dan analisis konsep. Pada tahap design kegiatan yang dilakukan adalah merancang perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan berupa : RPP, LKS, media pembelajaran (Kit dan CD animasi flash) serta tes hasil belajar. Pada tahap develop dilakukan validasi oleh pakar terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk melihat kevalidannya. Hasil rancangan yang sudah valid kemudian diujicoba pada siswa untuk melihat kepraktisan dan efektivitas perangkat. Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI SMA 7 Padang. Data penelitian dikumpulkan melalui lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan RPP, angket respon siswa dan guru serta tes hasil belajar.
Berdasarkan analisis data validasi diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikategorikan valid. Berdasarkan analisis data hasil uji coba, diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkategori praktis dan efektif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry pada materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA yang dikembangkan, sudah valid, praktis dan efektif.
“Cus
“Sebme
As
“Sterhadderm
Orangsauda
Perhatsayang
HA
ukuplah Asebaik – ba
benarnya ylainkan ka
h
sal berusah
Seseorang ydap manus
mawan sepseperti m
Karyag tuaku dara-saudar
tian, pendig dari kali
ALAMAN
Allah menjaik pelind
yang membarena perasharus melak
ha, berdoa dyang tid
yang beraksia dan renerti lautanmalam har
sepe
a kecil ini kan guru-guraku, sertaidikan, peian semua
HALAMAN
N PERSE
jadi penolung” (Qu
buat susah saan kita yakukan perk
dan tersenydak bisa d
kal adalah odah diri ter, menjaga
ri dan memerti mataha
kupersemuruku tera teman-tengorbana
a sungguh
N PERSEM
MBAHAN
long bagi ran Ali Im
itu bukanang mendokerjaan itu.
yum tidakdilewati.
orang yangrhadap Alldan menut
mancarkan mari.”
bahkan unkasih, suaemanku yaan, pengert
sangat be
MBAHAN
N
kami dan mran: 173)
pekerjaannonggol kare.”
k ada masal
g rendah hlah seperti tupi aib-aibmanfaat
ntuk: amiku tercang kusaytikan dan rharga ba
Dia ).
nya, ena
lah
ati bumi,
bnya
cinta, yangi.
kasih agiku.
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berbasis Inquiry pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA”
adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik di
Universitas Negeri Padang maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing, Tim
Penguji dan saran serta masukan dari mahasiswa peserta seminar.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasi orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas
dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama
pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya
tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang
berlaku.
Padang, Januari 2011 Saya yang Menyatakan, Yulia Dewita NIM. 11026
iv
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
memiliki ilmu dan Maha luas ilmu-Nya yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA”. Salawat serta salam tidak lupa pula
penulis kirimkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Magister
Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dalam
penyelesaian tesis ini penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu,
pada kesempat ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Dr. Latisma Dj., M. Si sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr.
Mawardi, M.Si sebagai dosen pembimbing II sekaligus validator, yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Dr. Hardeli, M.Si, Ibu Dr. Yuni Ahda, M.Si dan Bapak Prof. Dr.
Rusdinal, M.Pd sebagai penguji tesis serta Bapak Dr. Jon Efendi, M.Si sebagai
validator, yang telah memberikan sumbangan pikiran, pengetahuan dan saran
serta koreksi dalam pengembangan perangkat pembelajaran untuk penelitian
ini dan perbaikan dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Drs. Nursal Samin selaku Kepala SMAN 7 Padang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
yang dipimpin.
4. Bapak Drs. Yendri Faizal sebagai guru kimia di kelas XI IPA2 SMAN 7
Padang yang telah bersedia menjadi validator sekaligus observer selama
penelitian. Dan Ibu Ratna Helen Saragih, S. Pd yang telah bersedia menjadi
v
validator dalam memvalidasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan
pada penelitian ini.
5. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga segala bantuan yang Bapak/Ibu dan teman-teman berikan dihitung
sebagai amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin ya Rabbal’alamin.
Padang, Januari 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT....................................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................
SURAT PERNYATAAN...............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAT GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................................
C. Batasan Masalah ................................................................................
D. Rumusan Masalah ...............................................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Manfaat Penelitian...............................................................................
G. Spesifikasi Produk ..............................................................................
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ..............................................
2. Hakekat Pembelajaran Kimia ......................................................
3. Pembelajaran Inquiry...................................................................
4. Perangkat Pembelajaran ..............................................................
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................
C. Kerangka Berpikir ...............................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................
B. Model Pengembangan.........................................................................
C. Definisi Operasional ...........................................................................
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x
1
6
6
7
7
8
8
13
14
17
22
33
34
38
38
45
vii
D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................
E. Teknik Analisis Data ..........................................................................
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tahap Pendefinisian............................................................................
B. Tahap Perancangan..............................................................................
C. Tahap Pengembangan..........................................................................
D. Pembahasan.........................................................................................
E. Keterbatasan Penelitian.......................................................................
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Implikasi.............................................................................................
C. Saran...................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................
46
47
51
55
63
86
102
104
105
106
108
110
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Nama Validator.............................................................................
2. Kategori Validitas Perangkat Pembelajaran.............................................
3. Kategori Praktikalitas Perangkat Pembelajaran........................................
4. Skor Kategori Frekuensi Keaktifan Siswa................................................
5. Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry...........................
6. Hasil Validasi Aspek Komponen RPP.....................................................
7. Hasil Validasi Aspek Isi RPP...................................................................
8. Hasil Validasi LKS Eksperimen...............................................................
9. Hasil Validasi LKS Noneksperimen.........................................................
10. Hasil Validasi Kit.....................................................................................
11. Hasil Validasi CD Animasi Flash.............................................................
12. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar...............................................................
13. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Aspek Umum...............................
14. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Aspek Khusus..............................
15. Hasil Angket Respon Siswa.....................................................................
16. Hasil Angket Respon Guru......................................................................
17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa..............................................................
18. Hasil Belajar Ranah Kognitif...................................................................
19. Hasil Belajar Ranah Psikomotor..............................................................
43
48
49
50
64
66
66
68
69
70
71
72
75
75
77
78
80
82
85
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale...............................................................
2. Bagan Kerangka Berpikir...........................................................................
3. Bagan Langkah-Langkah Model Pengembangan four-D...........................
4. Peta Konsep Kesetimbangan Kimia...........................................................
32
37
39
54
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Instrumen Penelitian.............................................................................
a. Lembar validasi RPP......................................................................
b. Lembar validasi LKS eksperimen..................................................
c. Lembar validasi LKS noneksperimen............................................
d. Lembar validasi Kit........................................................................
e. Lembar validasi CD animasi flash.................................................
f. Lembar validasi instrumen tes hasil belajar...................................
g. Lembar observasi keterlaksanaan RPP..........................................
h. Angket respon siswa......................................................................
i. Angket respon guru........................................................................
j. Lembar observasi aktifitas belajar siswa di kelas..........................
k. Lembar penilaian ranah psikomotor..............................................
Halaman
110
111
132
144
156
168
176
182
187
189
191
193
2. Silabus Kimia SMA untuk Standar Kompetensi 3 .............................. 195
3. Hasil Rancangan RPP........................................................................... 199
4. Hasil Rancangan LKS........................................................................... 200
5. Hasil Rancangan Kit............................................................................. 201
6. Kisi- Kisi dan Soal Tes Hasil Belajar................................................... 202
7. Rekapitulasi Hasil Validasi Aspek Komponen RPP............................. 211
8. Rekapitulasi Hasil Validasi Aspek Isi RPP.......................................... 212
9. Rekapitulasi Hasil Validasi LKS Eksperimen...................................... 213
10. Rekapitulasi Hasil Validasi LKS Noneksperimen............................... 216
11. Rekapitulasi Hasil Validasi Kit............................................................ 218
12. Rekapitulasi Hasil Validasi CD Animasi Flash................................... 219
13. Rekapitulasi Hasil Validasi Tes Hasil Belajar..................................... 220
14. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Aspek Umum
RPP......................................................................................................
221
xi
15. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Aspek Khusus
RPP......................................................................................................
223
16. Rekapitulasi Data Angket Respon Siswa............................................. 241
17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa.......................................................... 243
18. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa oleh Ketiga
Pengamat..............................................................................................
246
19. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor.................. 248
20. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Berdasarkan Nilai
Ulangan Harian (UH) untuk KD 3.3 dan 3.4 di sekolah......................
250
21. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian............................. 251
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Saat ini pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat berat
dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing
secara global. Oleh karena itu pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah dalam
upaya pengembangan pendidikan yang bermutu.
KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian
kompetensi. Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan
dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, melalui SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) untuk tiap satuan pendidikan serta SK (Standar
Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) untuk setiap tingkatan materi yang
diajarkan (Depdiknas, 2008a : 5-12). Melalui KTSP proses pembelajaran
tidak hanya terfokus kepada pengembangan intelektual saja, akan tetapi juga
pada pembentukan sikap dan keterampilan peserta didik secara seimbang
yang dapat direfleksikannya dalam kehidupan nyata.
Dalam konteks implementasi kurikulum KTSP, proses pembelajaran
dimaknai sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa,
yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu sesuai
1
2
dengan tujuan pembelajaran. Jadi, apapun yang diberikan dan dilakukan guru
harus dapat merangsang siswa untuk berfikir (learning how to learn) dan
melakukan (learning how to do) (Wina Sanjaya, 2008 : 226-227). Oleh
karena itu pembelajaran harus berpusat kepada siswa dimana siswa terlibat
secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator.
Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SMA, sesuai
dengan standar isi (SI) pada KTSP adalah Kimia. Pelajaran Kimia yang
merupakan salah satu mata pelajaran kelompok sains, berkembang
berdasarkan hasil percobaan untuk menghasilkan fakta dan pengetahuan
teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika
matematika. Oleh karena itu ilmu kimia harus dibangun melalui
pengembangan keterampilan proses sains, seperti : (1) mengobservasi atau
mengamati, (2) menyusun hipotesis, (3) merencanakan penelitian, (4)
memanipulasi variabel, (5) menginterpretasi data, (6) menyusun kesimpulan
sementara, (7) meramal atau memprediksi, (8) mengaplikasikan dan (9)
mengkomunikasikan. (BSNP, 2006 : vii)
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tujuan dari pembelajaran
kimia tidak mungkin akan tercapai jika dalam proses pembelajaran siswa
hanya duduk, mendengarkan ceramah guru dan menjawab pertanyaan yang
sulit pada waktu tes. Belajar kimia bukan hanya sekedar mengingat fakta tapi
juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan
dan penemuan seperti layaknya kerja seorang ilmuwan. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran hendaklah berpusat kepada siswa (student centered).
3
Hal ini senada dengan pendapat Carin dalam Depdiknas (2007 : 17), yang
menyatakan bahwa, pembelajaran sains baru dapat berhasil jika digunakan
prinsip keterlibatan siswa secara aktif. Aktif berarti “learning by doing”,
dimana siswa harus ikut melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang
mereka cari.
Berdasarkan tuntutan KTSP, karakteristik ilmu kimia yang dinyataka
dalam BSNP dan merujuk pada pendapat pakar di atas, maka salah satu
strategi yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran kimia adalah strategi
inquiry dengan tiga ciri utama, yaitu:1) Menempatkan siswa sebagai subjek
belajar (student centered), 2) Guru sebagai fasilitator dan 3) Mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis (Wina Sanjaya, 2008 :
303-304).
Kesetimbangan kimia adalah salah satu topik yang dipelajari pada mata
pelajaran kimia yang ditempatkan di semester ganjil kelas XI SMA. Dari
jabaran kurikulum dalam standar isi KTSP, terlihat bahwa materi
kesetimbangan kimia termasuk materi yang cakupannya cukup luas, dengan
konsep-konsep yang banyak bersifat abstrak dan kompleks karena terdiri dari
tiga kompetensi dasar yaitu KD 3.3, 3.4 dan 3.5. KD 3.3 adalah menjelaskan
kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan. KD 3.4 adalah menentukan
hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi
kesetimbangan dan KD 3.5 adalah menjelaskan penerapan prinsip
kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Masing-masing KD
4
dijabarkan lagi ke dalam indikator-indikator, yang semuanya harus dikuasai
oleh siswa dengan tuntas agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam
menguasai kompetensi yang dituntut pada KD berikutnya.
Dari hasil analisis kurikulum, khususnya untuk KD 3.3, dapat diketahui
bahwa pembelajaran inquiry dapat dilaksanakan salah satunya dengan metode
eksperimen. Dengan metode eksperimen siswa terlibat secara aktif dalam
membangun konsep-konsep kimia dari fakta-fakta dan data yang didapatkan
selama proses pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran kimia berbasis
inquiry dengan metode eksperimen diharapkan dapat mewujudkan
pembelajaran yang efektif. Hal ini didukung dengan pendapat Edgar Dale
dalam Wina Sanjaya (2008 : 165) yang memberi gambaran bahwa
pengalaman belajar langsung yang diperoleh siswa melalui proses pembuatan
atau pengamatan langsung merupakan pengalaman belajar yang paling
konkrit karena pengalaman belajar ini diperoleh siswa sebagai hasil dari
aktivitas sendiri.
Sausa, David. A dalam M. Muslich (2007: 53-54) juga menyebutkan
bahwa belajar dengan mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan
informasi dalam pikiran kita. Belajar dengan praktek (mengerjakan) daya
tahan ingatan setelah 24 jam adalah 75%. Sementara belajar hanya dengan
mendengar saja daya tahan ingatan setelah 24 jam adalah 5%, belajar dengan
membaca 10%, belajar dengan mendengar dan melihat 20%, belajar dengan
demonstrasi 30%.
5
Pelaksanaan metoda eksperimen dalam pembelajaran memerlukan
sarana utama yaitu laboratorium serta alat dan bahan kimia yang memadai.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Dinas Pendidikan Kota Padang
dari 16 SMA di kota Padang 81,25% sudah memiliki ruangan laboratorium.
Namun dari yang 81,25% tersebut, baru 37,5% yang sudah memiliki sarana
dan prasarana laboratorium yang lengkap. Sedangkan 62,5% lagi belum
memiliki sarana dan prasarana yang lengkap seperti peralatan praktikum dan
zat-zat kimia yang masih kurang atau ruangan labor yang dipakai bersama
untuk pembelajaran kimia, biologi dan fisika. Dari hasil wawancara penulis
dengan lima orang guru kimia dari lima SMA yang berbeda, diperoleh
informasi bahwa khusus untuk KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, tidak
pernah dilaksanakan praktikumnya secara lengkap sesuai dengan tuntutan KD
3.3, karena zat-zat kimia yang dibutuhkan tidak tersedia di sekolah. Di dalam
praktikum, guru juga pada umumnya menggunakan penuntun praktikum yang
siap pakai yang orientasinya hanya pada pembuktian konsep. Di samping itu,
ketidakbiasaan dan kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan dalam
merancang perangkat pembelajaran, membuat guru lebih memililih
menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dari jasa penerbit yang belum
tentu sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik ilmu kimia itu sendiri
dan kondisi sekolah. Akibatnya kegiatan praktikum yang terdapat di dalam
LKS tidak dapat terlaksana dengan baik karena alat dan bahan yang
diperlukan tidak tersedia di sekolah. LKS yang beredar di pasaran juga
menggunakan pendekatan deduktif dimana materi disajikan di bagian awal,
6
lengkap dengan rumus dan contoh soal, kemudian diberi latihan untuk
diselesaikan siswa, sehingga mengisi LKS bagi siswa menjadi pekerjaan yang
membosankan, karena siswa tidak merasa tertantang untuk menemukan
sendiri konsep-konsep kimia. Sedangkan di dalam KTSP guru diharuskan
untuk dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan perangkat
pembelajaran, termasuk menyiapkan bahan ajar, media pembelajaran dan
sumber belajar yang sesuai dengan tuntutan SK dan KD, lingkungan, sarana
dan prasarana sekolah, kondisi siswa dan potensi daerah.
Oleh karena itu, untuk dapat menunjang pembelajaran inquiry, terutama
dengan menggunakan metode eksperimen, maka dibutuhkan perangkat
pembelajaran yang sesuai. Untuk itu penulis mencoba mengembangkan
perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis inquiry serta media
pembelajaran yang mendukung terlaksananya pembelajaran berbasis inquiry
yaitu Kit dan CD animasi flash pada KD 3.3 dan 3.4 materi kesetimbangan
kimia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Materi kesetimbangan kimia, yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4, termasuk
materi yang cukup padat, kompleks, dan abstrak sehingga sulit dipahami
peserta didik.
7
2. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas belum berpusat pada siswa
(student centered).
3. Pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran kimia khususnya pada
KD 3.3 dan KD 3.4 belum optimal, karena keterbatasan sarana dan
prasarana pendukung.
4. Perangkat pembelajaran kimia yang berbasis inquiry khususnya untuk
materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 belum tersedia.
C. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka tidak semua masalah yang
teridentifikasi diselesaikan pada penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis
hanya melakukan penelitian pada : Pembuatan perangkat pembelajaran kimia
berbasis inquiry untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana membuat (mengembangkan) perangkat pembelajaran kimia
berbasis inquiry untuk materi kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3
dan KD 3.4 di kelas XI SMA ?
2. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD
3.4 di kelas XI SMA ?
8
3. Bagaimana praktikalitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD
3.4 di kelas XI SMA ?
4. Bagaimana efektifitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD
3.4 di kelas XI SMA ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Membuat (mengembangkan) perangkat pembelajaran kimia berbasis
inquiry untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di
kelas XI SMA.
2. Mengetahui validitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD
3.4 di kelas XI SMA.
3. Mengetahui praktikalitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD
3.4 di kelas XI SMA.
4. Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD
3.4 di kelas XI SMA.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
9
1. Sebagai salah satu alternatif yang membantu guru dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran kimia sesuai dengan tuntutan KTSP.
2. Membantu siswa untuk memahami konsep-konsep kesetimbangan kimia
secara lebih konkrit.
3. Sebagai bahan rujukan untuk membuat perangkat pembelajaran kimia
pada materi lain.
4. Sebagai sumber atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
G. Spesifikasi Produk
Melalui penelitian ini diharapkan akan dihasilkan perangkat
pembelajaran dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP yang dikembangkan adalah RPP yang dapat menunjang
pembelajaran berbasis inquiry. RPP dirancang dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP sesuai dengan format
penulisan RPP dalam buku Panduan Pengembangan RPP dari Depdiknas
tahun 2008. RPP yang dikembangkan, menampilkan kegiatan guru dan
siswa sesuai dengan prinsip-prinsip inquiry, sehingga akan memudahkan
guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa selama proses
pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di dalam RPP diuraikan secara jelas dan
lebih menonjolkan aktivitas siswa mulai dari eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Dalam satu kali pertemuan atau untuk satu RPP dapat terjadi
lebih dari satu kali elaborasi, dimana pada elaborasi pertama siswa
10
menemukan konsep dan pada elaborasi kedua siswa mengaplikasikan
konsep yang telah ditemukan dalam menyelesaikan soal-soal latihan
yang diberikan.
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
LKS yang dikembangkan adalah LKS berbasis inquiry dengan
tetap berpedoman pada format penulisan LKS yang terdapat di dalam
buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar dari Depdiknas tahun 2008.
LKS terdiri dari dua jenis yaitu LKS eksperimen dan LKS
noneksperimen. LKS eksperimen berisi petunjuk, pertanyaan dan
pernyataan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu
konsep yang berkaitan dengan KD 3.3 dan 3.4 yang diawali dengan
kegiatan eksperimen siswa secara berkelompok di laboratorium atau di
ruang kelas. LKS noneksperimen berisi petunjuk dan pertanyaan yang
harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dari data
dan fakta yang diberikan di dalam LKS.
LKS memuat SK, KD, tujuan pembelajaran, judul eksperimen
(untuk kegiatan eksperimen), teori singkat sebagai pendukung yang
membantu siswa menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari
dan petunjuk kerja yang dibuat sesederhana mungkin dan dilengkapi
dengan gambar-gambar pendukung. Penyajian materi dan soal-soal LKS,
berdasarkan prinsip pembelajaran inquiry, yaitu dengan pendekatan
induktif, menggunakan kalimat yang sederhana, jelas dan mudah
dipahami. Soal-soal yang disajikan dalam LKS dirancang sedemikian
11
rupa dalam bentuk essay terstruktur yang dimulai dari masalah yang
sederhana ke masalah yang rumit dengan membuat kalimat-kalimat yang
dikosongkan di beberapa bagian, sehingga melalui jawaban yang
diberikan siswa dengan mengisi bagian kalimat yang kosong, secara
bertahap akan membimbing siswa menemukan konsep sendiri.
2. Media pembelajaran
Untuk menunjang proses pembelajaran berbasis inquiry, maka
dalam penelitian ini juga turut dikembangkan media pembelajaran yaitu
Kit kesetimbangan kimia dan CD animasi flash dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a. Kit Kesetimbangan Kimia
Kit yang dihasilkan berupa sebuah kotak kecil yang berisi
seperangkat alat dan bahan kimia yang akan digunakan untuk
melaksanakan eksperimen pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia.
Kotak Kit dipilih yang berbahan aluminium sehingga ringan dan
mudah dibentuk. Pada dinding kotak Kit bagian luar dicat dan dinding
bagian dalamnya dilapisi dengan kain beludru untuk menghindari
kontak langsung antara dinding aluminium dengan zat kimia.
Peralatan dan bahan-bahan kimia di dalam kotak Kit disusun
dengan menggunakan penyangga dari karet busa untuk menghindari
benturan. Bahan-bahan kimia yang digunakan merupakan bahan-
bahan kimia siap pakai dengan konsentrasi kecil dan aman untuk
digunakan di ruang kelas. Selain peralatan dan bahan-bahan kimia
12
untuk eksperimen, Kit juga dilengkapi dengan botol semprot untuk
mencuci alat dan botol limbah untuk wadah pembuangan zat sisa serta
buku ‘manual direction’ yang membantu guru untuk mempergunakan
Kit. Buku ‘manual direction’ berisi daftar peralatan dan bahan-bahan
kimia yang terdapat di dalam Kit, daftar objek-objek eksperimen yang
dapat dilakukan dengan menggunakan Kit serta langkah-langkah
melakukan eksperimen.
Kelebihan dari Kit ini adalah, dapat dibawa ke ruang kelas
sehingga bisa menggantikan kegiatan pembelajaran di laboratorium.
Dengan demikian, Kit ini dapat membantu sekolah yang belum
mempunyai fasilitas laboratorium yang memadai, sekaligus
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pelajaran kimia
agar menjadi lebih konkrit. Kit digunakan dalam pembelajaran
bersama dengan penggunaan LKS.
b. CD Animasi Flash Kesetimbangan Kimia
CD animasi flash yang dihasikan adalah berupa sebuah film
animasi yang dibuat menggunakan program macromediaflash. Film
berupa animasi gambar bergerak yang digunakan sebagai alat bantu
dalam pembelajaran pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, untuk
menjelaskan pengaruh tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan.
CD animasi flash ini dipergunakan bersamaan dengan penggunaan
LKS.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Landasan Teori
1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku
(behavioral change) pada individu yang belajar sebagai akibat dari
interaksi antara pebelajar dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik
yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak secara
sengaja dirancang namun dimanfaatkan (by utilization). Proses belajar
tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik dengan
guru, tapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antara peserta didik dengan
sumber-sumber belajar lainnya. Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti : bahan yang dipelajari, faktor instrumental, lingkungan, dan
kondisi individual si pebelajar. Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian
rupa, sehingga berpengaruh membantu tercapainya kompetensi secara
optimal (Depdiknas, 2008b : 3). Menurut Robert M. Gagne (1988 : 17-
19), belajar adalah suatu proses yang terjadi di dalam benak seseorang di
dalam otaknya yang umumnya melibatkan interaksi dengan lingkungan.
Seseorang dikatakan sudah mengalami proses belajar apabila telah terjadi
perubahan yang tetap (ajeg) dalam waktu yang relatif lama pada diri
individu.
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam
13
14
diri siswa (Sadirman, Arief dkk, 2009 : 7). Dalam Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2008, disebutkan bahwa, istilah pembelajaran
merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris ‘instruction’, yang
berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu
orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga
memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs dalam
Depdiknas, 2008b : 5, mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu
rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb.) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi peserta didik (pebelajar), sehingga
proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan
hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan
mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada
proses belajar manusia (Depdiknas, 2008b : 5).
2. Hakekat Pembelajaran Kimia
Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SMA,
sesuai dengan standar isi (SI) pada kurikulum KTSP adalah Kimia.
Pelajaran Kimia yang merupakan salah satu mata pelajaran kelompok
sains, berkembang berdasarkan hasil percobaan untuk menghasilkan fakta
dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenaranya dapat dijelaskan
dengan logika matematika. Oleh karena itu ilmu kimia harus dibangun
melalui pengembangan keterampilan proses sains, seperti : (1)
mengobservasi atau mengamati, (2) menyusun hipotesis, (3)
15
merencanakan penelitian, (4) memanipulasi variabel, (5) menginterpretasi
data, (6) menyusun kesimpulan sementara, (7) meramal atau memprediksi,
(8) mengaplikasikan dan (9) mengkomunikasikan (BNSP, 2007 : vii).
Keterampilan-keterampilan proses sains di atas harus ditumbuhkan dalam
diri siswa sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Dengan kata
lain siswa diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan proses sains
tanpa harus menguasai seluruh fakta dan konsep yang terhimpun dalam
ilmu kimia setelah menyelesaikan proses pembelajaran (BNSP, 2007 : vii).
Dengan demikian, terdapat dua pengertian mengenai ilmu kimia, yaitu
ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,
konsep,prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan ilmu kimia sebagai
proses (kerja ilmiah).
Di dalam Silabus yang dikeluarkan Depdiknas melalui BSNP tahun
2006 hal 5, mata pelajaran kimia di SMA memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan
dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah, yaitu : jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan
dapat bekerja sama dengan orang lain.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen,
16
pengambilan, pengolahan dan penafsiran data serta menyampaikan
hasil percobaan tersebut secara lisan dan tertulis.
d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat
dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta
menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi
kesejahteraan masyarakat.
e. Memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran yang berhasil guna, memerlukan strategi yang
tepat dan efektif. Pemilihan strategi pembelajaran dilakukan atas
pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri
dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik
dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu
memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil
pembelajaran efektif dan maksimal.
Roy Killen dalam Wina Sanjaya, 2008 : 295, menyebutkan bahwa
secara umum ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher centre approaches) dan pendekatan yang
berpusat pada peserta didik (student centre approaches). Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi
pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
17
peserta didik menggunakan strategi diskoveri dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.
Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan karakteristik ilmu
kimia dan kompetensi yang ingin dicapai seperti yang tertuang dalam
KTSP, maka pembelajaran kimia lebih tepat dilaksanakan dengan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student centre approaches)
dengan menggunakan strategi inquiry.
Dalam Pedoman Pembelajaran Tatap Muka, yang dikeluarkan oleh
Depdiknas (2008d : 5), strategi inquiry dapat dilaksanakan pada
pembelajaran dengan menggunakan metode observasi, diskusi kelompok,
eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
3. Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry banyak dipengaruhi oleh aliran belajar
kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakekatnya adalah proses mental
dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki
setiap individu secara optimal. Aliran belajar kognitif selanjutnya
melahirkan berbagai teori belajar. Diantara teori-teori itu adalah teori
belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget
pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri
oleh siswa. Setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan
pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur
18
kognitifnya. Skema itu secara terus-menerus diperbarui dan diubah melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Tugas guru adalah mendorong siswa
mengembangkan skema yang terbentuk tersebut (Wina Sanjaya, 2006 :
193-194).
a. Konsep Dasar Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu
masalah yang dipertanyakan, dengan tiga ciri utama, yaitu : (1)
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, (2) menempatkan guru
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, dan (3) mengembangkan
kemampuan berfikir sistematis, logis dan kritis (Wina Sanjaya, 2008 :
303-304). Jadi, dalam pembelajaran inquiry, siswa berperan aktif
mencari dan menemukan sendiri konsep dari materi pelajaran dan guru
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran inquiry terdapat kegiatan merumuskan
masalah, mengumpulkan data dan fakta, menganalisis data dan fakta
serta menarik kesimpulan sehingga ditemukan suatu konsep dari data-
data dan fakta yang telah dianalisis.
b. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan
intelektual anak. Atas dasar itu maka dalam penggunaannya terdapat
19
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-
prinsip tersebut adalah :
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari pembelajaran inquiry adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,
pembelajaran inquiry ini selain berorientasi kepada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran inquiry bukan ditentukan
oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan
tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu yang sudah pasti melalui proses berpikir.
2) Prinsip Interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru berperan dalam
mengarahkan (directing) agar siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3) Prinsip Bertanya
Proses berpikir dilakukan melalui tanya jawab antara guru
dan siswa. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir. Oleh sebab itu kemampuan guru untuk bertanya dalam
setiap langkah inquiry sangat diperlukan.
20
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan
potensi seluruh otak secara maksimal, baik otak kiri maupun otak
kanan. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu
didukung oleh pergerakan otak kanan melalui proses belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan.
5) Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Oleh sebab itu anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai
dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas
guru adalah menyediakan ruang untuk memberi kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
c. Keunggulan Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah pembelajaran yang banyak
dianjurkan terutama untuk pelajaran dengan karakteritik sains seperti
kimia karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai
berikut :
1) Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2) Pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
21
3) Pembelajaran inquiry sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4) Pembelajaran inquiry dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
d. Kelemahan Pembelajaran Inquiry
Di samping memiliki keunggulan pembelajaran inquiry juga
memiliki kelemahan, diantaranya :
1) Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya, memerlukan
waktu yang panjang oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar, sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
2) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran
inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa, asalkan guru benar-
benar dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator dengan menyiapkan
perangkat pembelajaran yang tepat dan motivator selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, diharapkan pengembangan
22
perangkat pembelajaran berbasis inquiry, dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran kimia sehingga tujuan pembelajaran seperti yang tertuang di
dalam KTSP dapat dicapai.
4. Perangkat Pembelajaran
Ibramim dalam Trianto, 2009 : 9, menyebutkan bahwa perangkat
pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses
pembelajaran, yang dapat berupa : Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), intrumen evaluasi
atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran serta buku ajar siswa.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah panduan
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2009 :
214). RPP juga didefinisikan sebagai program perencanaan yang
disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
kegiatan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2008 : 173). Sesuai
dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses,
dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke-
giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Dalam
Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang standar isi, tercakup tingkat
kompetensi minimal (SK dan KD) untuk mencapai standar kompetensi
lulusan (SKL) minimal. SK dan KD yang tercakup dalam
Permendiknas no. 22 tahun 2006 menjadi arah dan landasan untuk
23
mengembangkan indikator pencapaian dan materi pokok dalam
menyusun RPP. Sedangkan untuk merancang penilaian hasil belajar
diatur dalam Permendiknas no. 20 tahun 2007 tentang standar
penilaian. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sebagai panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran, RPP
memiliki komponen-komponen, prinsip-prinsip penyusunan dan langkah-
langkah penyusunan yang sudah ditetapkan secara nasional. Berikut
diuraikan komponen-komponen RPP, prinsip-prinsip penyusunan RPP
serta langkah-langkah penyusunan RPP (Depdiknas, 2008c : 4-10).
1) Komponen RPP
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP
untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di
satuan pendidikan. Adapun komponen-kompenennya adalah :
a) Identitas mata pelajaran, meliputi : satuan pendidikan, kelas,
semester, program studi, mata pelajaran atau tema pelajaran dan
jumlah pertemuan.
b) Standar Kompetensi (SK)
24
Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran.
c) Kompetensi Dasar (KD)
Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
d) Indikator pencapaian kompetensi
Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera-
sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran
Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f) Materi ajar
Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi.
g) Alokasi waktu
25
Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar.
h) Metode pembelajaran
Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan
kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i) Kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
26
bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
j) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan
mengacu kepada Standar Penilaian.
k) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
2) Prinsip Penyusunan RPP
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
e) Keterkaitan dan keterpaduan
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
3) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RPP
RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
Standar. Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dikutip dari
silabus yang dikeluarkan oleh BSNP. Berdasarkan SK dan KD
kemudian disusunlah indikator pencapaian kompetensi. SK, KD dan
27
indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Indikator merupakan :
a) ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran
bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
b) penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
c) dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan
pendidikan, dan potensi daerah.
d) rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
e) digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu
kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya
pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai
suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau
beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya.
4) Langkah-Langkah Penyusunan RPP
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan
identitas RPP (nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan alokasi waktu),
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
28
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan
masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan. RPP
boleh disusun untuk satu kompetensi dasar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP
berpedoman kepada Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar
proses, Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang standar isi dan
Permendiknas no 20 tahun 2006 tentang standar penilaian.
Pengembangan indikator, materi pokok dan alokasi waktu berpedoman
kepada SK dan KD yang terdapat dalam standar isi. Pengembangan
kegiatan pembelajaran berpedoman kepada standar proses. Penilaian
hasil belajar berpedoman kepada standar penilaian.
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Di dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yang
dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2008 halaman 23-24, dijelaskan
tentang pengertian LKS, fungsi dan prinsip pembuatannya, untuk
dijadikan pedoman bagi guru. Lembar kegiatan siswa (student
worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar
kegiatan siswa akan memuat paling tidak : judul, kompetensi (KD)
yang akan dicapai, informasi pendukung, langkah-langkah kerja, tugas-
tugas yang harus diselesaikan dan penilaian.
29
Menurut Prayitno (2003 : 20), ditinjau dari penggunaannya LKS
dapat dibedakan menjadi LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.
LKS eksperimen adalah LKS yang digunakan untuk membimbing
siswa dalam kegiatan praktikum atau menemukan konsep melalui kerja
ilmiah. Sedangkan LKS noneksperimen digunakansebagai salah satu
alternatif dalam mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran.
Dalam menyiapkan LKS guru harus cermat dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar
kegiatan harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan
dapat atau tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi
mana yang memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah
LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat
dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan
prioritas penulisan.
3) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
30
LKS berbasis inquiry merupakan lembar kegiatan siswa yang
disusun berdasarkan prinsip pembelajaran inquiry. Di dalamnya tidak
terdapat ringkasan materi. LKS berbasis inquiry berisi petunjuk,
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan untuk membimbing
siswa dalam menemukan konsep yang berhubungan dengan materi
pelajaran.
Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi guru, untuk
memudahkan dalam melaksanakan pembelajaran dan bagi siswa, untuk
membantu mereka belajar secara mandiri dan belajar memahami dan
menjalankan suatu tugas tertulis. Dengan demikian penggunaan LKS
dapat meningkatkan aktifitas dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran seperti bekerja dalam kelompok, berdiskusi dan
menampilkan hasil diskusi di depan kelas.
c. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media.
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, Briggs dalam Wina Sanjaya,
2009 : 204, menyatakan media sebagai alat untuk memberi perangsang
bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sementara itu, Gagne
dan Brings dalam Azhar Arsyad 2009 : 4, mengatakan secara implisit
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk meyampaikan isi materi pelajaran yang terdiri dari, antara lain
31
buku, tape recorder, video, film, kamera, foto, gambar, televisi dan
komputer. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat fisik atau
bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengetahuan. Gerach dan Ely dalam Wina Sanjaya, 2009 :
204, berpendapat bahwa secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memproleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan semakin
beragamnya media pengajaran, maka pemilihan media hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media. Menurut Depdiknas
(2004), ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu : (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, (2)
kesesuaian dengan materi, (3) kesesuaian dengan metoda mengajar, (4)
karakteristik peserta didik, (5) kondisi tempat belajar, (6) kepraktisan
dan (7) ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas. Hal ini juga sejalan
dengan pendapat James W. Brown (1977 : 71), yakni :
“Generalized principles of media selection and use : 1)No one medium is best for all purpose, 2)Media uses should be consistent with objectives, 3)Users must familiarize themselves with media content, 4)Media must be appropriate for the mode of instruction, 5)Media must fit student capabilities and learning styles, 6)Media are neither good or bad simply because the are either concrete or abstract, 7)Media should be chosen objectively rather than on the basis of personal preference or bias and 8)Physical conditions surrounding uses of media affect sicnificantly the result obtained”.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini, Edgar
Dale (dalam Rahardjo, 1986:49) telah mengklasifikasi pengalaman
32
berlapis dari tingkat paling konkrit menuju yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” (cone
of experience) Edgar Dale (Gambar 1) yang dapat membantu
menentukan media apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar
tertentu.
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Salah satu bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran sains adalah ‘Kit’. Noerdin, 1995 : 2, menyatakan
bahwa Kit adalah seperangkat alat dan bahan yang membantu proses
belajar mengajar serta praktikum, agar berjalan lancar, praktis dan
verba
Simbol visual
visual
radio
film
tv
wisata
demonstrasi
partisipasi
observasi
Pengamatan langsung
abstrak
konkrit
33
ekonomis. Dengan adanya Kit, maka praktikum dapat juga
dilaksanakan di dalam kelas atau tanpa ruang laboratorium asalkan
memenuhi beberapa persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Arifin
(2005:110) bahwa praktikum yang dilakukan di dalam kelas
mempunyai persyaraan sebagai berikut :
1. Percobaan tidak menghasilkan gas beracun.
2. Alat atau zat sudah tersedia dalam kotak untuk setiap
individu/kelompok dalam mempermudah pelaksanaannya.
Kit praktikum memberikan beberapa kelebihan seperti yang
dikemukakan oleh Sumiaty (2002:38) yaitu :
1. Kit praktikum dapat membantu sekolah yang tidak mempunyai
laboratorium.
2. Kit praktikum dapat menggantikan kegiatan praktikum di
laboratorium.
3. Kit praktikum dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
terhadap pelajaran kimia.
4. Kit praktikum mudah dibawa.
5. Alat dan bahan untuk praktikum sudah tersedia di dalam kotak
sehingga dapat mengatasi kendala guru dalam penyiapkan alat dan
bahan praktikum.
B. Penelitian yang Relevan
1. Defni Satria (2007) meneliti mengenai pengaruh penggunaan Kit pada
pembelajaran Sains terhadap Hasil Belajar sains siswa SD Negeri di
34
Tangkerang Labuai Pekanbaru. Dari hasil penelitiannya didapatkan
kesimpulan bahwa hasil belajar sains siswa SD yang diajar dengan
menggunakan Kit lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa SD
yang diajar tanpa menggunakan Kit. Hasil belajar sains siswa SD dengan
motivasi tinggi yang diajar dengan menggunakan Kit lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa SD dengan motivasi tinggi yang
diajar tanpa menggunakan Kit. Hasil belajar sains siswa SD dengan
motivasi rendah yang diajar dengan menggunakan Kit lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa SD dengan motivasi rendah yang
diajar tanpa menggunakan Kit. Terdapat interaksi antara penggunaan
media Kit dan motivasi belajar terhadap hasil belajar sains.
2. Asmah Dewita (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Alat
Peraga dalam Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX MTsN 1 Bukittinggi,
menemukan bahwa model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berfikir
Dalam konteks implementasi KTSP, proses pembelajaran dimaknai
sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, yang
memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu untuk
memperoleh ilmu yang mereka cari sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu pembelajaran harus berpusat kepada siswa dimana siswa terlibat
secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator.
35
Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SMA, sesuai
dengan standar isi (SI) pada KTSP adalah Kimia. Pelajaran Kimia sebagai
salah satu mata pelajaran kelompok sains harus dibangun melalui
pengembangan keterampilan proses sains, seperti : (1) mengobservasi atau
mengamati, (2) menyusun hipotesis, (3) merencanakan penelitian, (4)
memanipulasi variabel, (5) menginterpretasi data, (6) menyusun kesimpulan
sementara, (7) meramal atau memprediksi, (8) mengaplikasikan dan (9)
mengkomunikasikan (BNSP, 2007 : vii).
Berdasarkan analisis kurikulum dalam standar isi KTSP, terlihat bahwa
materi kesetimbangan kimia termasuk materi yang cakupannya cukup luas,
kompleks karena terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu KD 3.3, 3.4 dan 3.5
serta bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami oleh siswa. Sementara
sarana prasarana penunjang kegiatan laboratorium masih belum memadai.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam menjelaskan konsep-
konsep kimia sekaligus menjadi hambatan bagi siswa dalam memahami
konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak.
Untuk dapat mewujudkan pembelajaran kimia yang sesuai dengan
tuntutan KTSP dan karakteristiknya sekaligus mengatasi permasalahan di
atas, maka diperlukan pemilihan strategi ataupun pendekatan dengan metode
pembelajaran yang tepat, serta mengoptimalkan alat peraga atau media dalam
pembelajaran.
Oleh karena itu, salah satu strategi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran inquiry. Pembelajaran
36
inquiry melibatkan siswa secara aktif dan menekankan pada proses berfikir
secara kritis serta analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan, sehingga dapat
mengasah pengembangan keterampilan proses sains siswa.
Agar pembelajaran berbasis inquiry ini dapat terlaksana dengan baik
diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai. Oleh karena itu, penulis
mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rancangan
Pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar berupa LKS serta media
membelajaran yang mendukung terlaksananya pembelajaran berbasis inquiry
yaitu Kit Kesetimbangan Kimia dan CD animasi flash. Perangkat
pembelajaran yang dirancang ini, divalidasi oleh pakar. Untuk melihat
praktikalitas dan efektifitasnya maka perangkat pembelajaran ini diujicobakan
secara terbatas pada siswa kelas XI di satu sekolah. Dengan
dikembangkannya perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini diharapkan
akan terlaksana pembelajaran yang efektif sehingga aktivitas dan aktivitas
siswa akan meningkat.
Secara ringkas kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2 berikut :
37
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KIMIA BERDASARKAN KTSP
• Pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered)
• Dibangun melalui keterampilan proses sains
• Butuh sarana/prasarana menunjang pembelajaran (laboratorium, media, dll)
• Butuh strategi serta perangkat pembelajaran yang dapat membangun keterampilan proses sains (sesuai dengan tuntutan KD).
FAKTA DI LAPANGAN
• Pembelajaran belum berpusat
kepada siswa. • Sarana/prasarana penunjang
pembelajaran (laboratorium, media,dll) masih kurang
• Belum tesedia perangkat pembelajaran yang sesuai.
• Aktivitas siswa belum optimal • Hasil belajar belum memuaskan
Digunakan strategi pembelajaran inquiry pada KD 3.3 dan 3.4
Dikembangkang perangkat pembelajaran (RPP, LKS, Kit dan CD
animasi flash) untuk menunjang mempelajaran inquiry
Perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang valid dan praktis.
• Aktivitas siswa meningkat • Hasil belajar meningkat
Pembelajaran yang efektif
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu mengembangkan dan
menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid dan praktis, maka
penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian pengembangan (developmental
research). Menurut Sugiyono (2008: 407), penelitian pengembangan adalah
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Hal ini juga dipertegas oleh Soenarto (2005:1),
yang menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan
produk yang akan digunakan dalam pendidikan.
Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengembangkan perangkat
pembelajaran berbasis inquiry berupa RPP, LKS, dan media pembelajaran
berupa Kit dan CD animasi flash untuk materi kesetimbangan kimia kelas
XI pada KD 3.3 dan 3.4, yang valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu,
setelah produk dikembangkan, diuji validitas, praktikalitas dan efektifitasnya.
B. Model Pengembangan
Dalam penelitian ini, model pengembangan yang digunakan adalah
model pengembangan 4-D (four D models), yang dikembangkan oleh S.
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel pada tahun 1974.
Model pengembangan 4-D terdiri dari 4 tahap utama yaitu : (1) define atau
pendefinisian, (2) design atau perancangan, (3) develop atau pengembangan
38
39
dan (4) disseminate atau penyebaran (Trianto, 2009 :189). Pada penelitian ini
hanya dilakukan sampai pada tahap ke tiga saja yaitu tahap develop atau
pengembangan. Adapun langkah-langkah rancangan pengembangan
perangkat pembelajaran ini digambarkan seperti bagan pada gambar 3
berikut :
Gambar 3. Bagan Langkah-langkah Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D (dimodifikasi dari Thiagarajan, Semmel dan Semmel dalam Trianto, 2009 : 190)
Analisis Ujung Depan
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Design
Develop
Revisi
Analisis Konsep
Validasi oleh Pakar
Define
Uji Coba terbatas pada subjek uji coba
Analisis Hasil Uji Coba
Perangkat Pembelajaran yang valid, praktis,efektif.
Analisis Tugas
Merancang perangkat pembelajaran
Revisi
40
Berdasarkan rancangan pengembangan perangkat pembelajaran di atas,
maka langkah-langkahnya dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tahap pendefinisian (define phase)
Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap define. Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis ujung depan, analisis tugas
dan analisis konsep. Analisis ujung depan bertujuan memunculkan
masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan
pengembangan perangkat pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran
berpatokan kepada kurikulum yang berlaku saat ini (KTSP), maka analisis
ujung depan dalam hal ini adalah menganalisis kurikulum KTSP, kondisi
ideal dari proses pembelajaran kimia yang diharapkan kurikulum dan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan masalah ini disusun
alternatif perangkat pembelajaran yang relevan.
Pada analisis tugas dilakukan analisis terhadap SK dan KD yang
akan dikembangkan perangkat pembelajarannya. Dalam penelitian ini
yang dianalisis adalah SK 3 dan KD yang dianalisis adalah KD 3.3 dan
KD 3.4 yang terdapat di dalam standar isi KTSP.
Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta
mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan, sehingga
membentuk suatu peta konsep. Tujuan analisis ini adalah untuk
menetapkan hirarki konsep yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.
Pada analisis konsep dirumuskan indikator berdasarkan SK 3 dan KD 3.3
41
serta KD 3.4 untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan indikator yang telah dirumuskan lalu dipilih materi esensial
yang sesuai. Dari indikator dan materi esensial yang telah dirumuskan
kemudian dirancang kegiatan pembelajaran agar kompetensi yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa dengan mudah.
2. Tahap Perancangan (design phase)
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototype perangkat
pembelajaran berbasis inquiry yang akan dikembangkan berdasarkan dari
hasil analisis ujung depan, analisis tugas dan analisis konsep. Perangkat
pembelajaran yang dirancang meliputi RPP, LKS, media pembelajaran
(Kit dan CD animasi flash) serta instrumen tes hasil belajar. Langkah-
langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Merancang RPP yang dilakukan dengan format yang sesuai dengan
format penulisan RPP dalam buku panduan pengembangan RPP dari
Depdiknas tahun 2008. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan
dengan mengadobsi langkah-langkah pembelajaran inquiry (dalam
penelitian ini digunakan inquiry terpimpin) yang disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa.
b. Merancang LKS yang dilakukan dengan pemilihan format yang sesuai
dengan format penulisan LKS dalam buku Panduan Pengembangan
Bahan Ajar dari Depdiknas tahun 2008, dengan memperhatikan syarat
didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis.
42
c. Pemilihan dan perancangan media pembelajaran yang dilakukan dengan
cara memilih media yang tepat yang sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran serta berdasarkan fasilitas yang tersedia di sekolah.
Dalam penelitian ini media yang dirancang ada dua macam yaitu Kit
dan CD animasi flash. Kedua media ini dirancang untuk membantu
siswa mengikuti pembelajaran berbasis inquiry. Dalam merancang Kit
sebelumnya dilakukan dulu validasi empiris yang bertujuan untuk
melihat keberfungsian Kit. Validasi empiris dilakukan dengan cara
mengguji coba Kit untuk mengetahui apakah alat berfungsi dengan
baik, apakah bahan-bahan kimia dapat dan aman digunakan dan apakah
Kit dapat menghasilkan data yang akurat sesuai dengan teori.
Perancangan CD animasi flash dilakukan berdasarkan tujuan
pembelajaran dan konsep kimia yang diharapkan akan ditemukan siswa
dari menyaksikan pemutaran CD animasi tersebut. CD animasi flash
yang dihasikan adalah berupa sebuah film animasi yang dibuat
menggunakan program macromediaflash. Film berupa animasi gambar
bergerak yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada
KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, untuk menjelaskan pengaruh
tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan
d. Perancangan alat evaluasi (instrumen tes hasil belajar) disusun
berdasarkan analisis tugas dan indikator yang telah dirumuskan. Dari
indikator dirumuskan kisi-kisi soal. Dari kisi-kisi soal baru disusun
instrumen tes hasil belajar. Alat evaluasi ini digunakan sebagai alat
43
mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah
kegiatan pembelajaran.
3. Tahap Pengembangan (develop phase)
Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang valid, praktis dan efektif. Tahap ini terdiri dari :
a. Validasi perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dan
siswa terlebih dahulu divalidasi, yaitu validasi isi dan validasi konstruk.
Validasi isi, bertujuan untuk melihat apakah perangkat pembelajaran
berbasis inquiry yang telah dirancang, sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Validasi konstruk, bertujuan untuk
melihat kesesuaian komponen-komponen perangkat pembelajaran
dengan indikator yang telah ditetapkan. Validasi perangkat
pembelajaran dilakukan oleh 4 orang yaitu 2 orang dosen Kimia UNP
dan dua orang dari guru kimia di kota Padang. Nama-nama validator
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Nama-Nama Validator No. Nama Validator Profesi 1. Dr. Jon Efendi, M.Si Dosen Kimia UNP 2. Dr. Mawardi, M.Si Dosen Kimia UNP 3. Drs. Yendri Faisal Guru Kimia 4. Dra. Ratna Helen Saragih Guru Kimia
Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk mengisi lembar
validasi perangkat pembelajaran dan diskusi. Masukan dari validator
digunakan untuk memperbaiki atau merevisi perangkat pembelajaran
44
yang dikembangkan. Validasi dikatakan selesai, apabila hasil analisis
data validasi dari validator telah mencapai kategori valid.
b. Uji coba terbatas
Setelah perangkat pembelajaran dinyatakan valid oleh validator,
selanjutnya dilakukan uji coba untuk melihat praktikalitas dan
efektivitas perangkat tersebut. Uji coba dilakukan pada siswa XI IPA2
SMA 7 Padang.
Pada waktu uji coba peneliti berperan sebagai guru. Selama
pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh 3 orang observer untuk
mengamati keterlaksanaan RPP dan aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran. Pengamat yang ditunjuk adalah satu orang guru kimia
dari sekolah tempat uji coba dan dua orang rekan sejawat peneliti, yang
sebelumnya sudah diberikan arahan pelaksanaan. Diakhir pembelajaran
siswa diminta untuk mengisi angket respon siswa terhadap perangkat
pembelajaran berbasis inquiry.
Data hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui
praktikalitas dan efektivitas dari perangkat pembelajaran berbasis
inquiry yang dikembangkan. Praktikalitas perangkat pembelajaran
dilihat dari hasil analisis data keterlaksanaan RPP, data angket respon
siswa dan data angket respon guru. Efektivitas perangkat pembelajaran
dilihat dari hasil analisis data observasi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran (untuk ranah afektif dan psikomotor) dan dari hasil
belajar siswa (untuk ranah kognitif).
45
C. Defenisi Operasional
Berikut adalah defenisi operasional dari variabel-variabel yang terdapat
dalam penelitian ini :
1. Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry
Perangkat pembelajaran berbasis inquiry adalah sejumlah bahan,
alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran melalui strategi inquiry. Perangkat pembelajaran yang
dimaksud berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) yang dirancang berbasis inquiry, media
pembelajaran berupa Kit dan CD animasi flash serta alat evaluasi.
2. Validitas perangkat pembelajaran
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan
atau kesahihan produk yang dihasilkan. Dalam penelitian ini perangkat
pembelajaran dikatakan valid jika persentase penilaian validator ≥ 61%.
3. Praktikalitas perangkat pembelajaran
Praktikalitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan kemudahan
dalam menggunakan perangkat tersebut, baik oleh guru maupun oleh
siswa. Praktikalitas dapat diketahui setelah dilakukan uji coba terhadap
perangkat pembelajaran tersebut kepada siswa. Data dikumpulkan melalui
kegiatan observasi keterlaksanaan RPP, angket respon guru dan angket
respon siswa. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran dikatakan
praktis, jika tingkat keterlaksanaan perangkat pembelajaran ≥ 61%.
4. Efektivitas perangkat pembelajaran
46
Efektivitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan hasil yang
didapatkan siswa sesuai dengan yang diharapkan. Efektivitas perangkat
pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah
kognitif, kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan perangkat yang dikembangkan tersebut, diberikan tes. Hasil
belajar siswa ranah afektif dan psikomotor diperoleh dari data observasi
aktivitas siswa selama pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan
efektif jika :
a. 80% dari siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
pada KD 3.3 dan 3.4. KKM pada KD 3.3 dan 3.4 adalah 65 untuk ranah
kognitif dan 70 untuk ranah psikomotor.
b. Aktivitas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan,
berdasarkan hasil pengamatan tergolong sering muncul.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar validasi, yang terdiri dari lembar validasi RPP, lembar validasi
LKS, lembar validasi Kit, lembar validasi CD animasi flash dan lembar
validasi alat evaluasi. Data yang didapatkan digunakan untuk mengetahui
tingkat validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
2. Lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan RPP,
lembar observasi aktifitas siswa dan lembar observasi hasil belajar ranah
47
psikomotor. Data yang diperoleh dari lembar observasi keterlaksanan RPP
digunakan untuk mengetahui praktikalitas perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Data yang diperoleh dari observasi aktivitas siswa dan
lembar observasi hasil belajar ranah psikomotor digunakan untuk melihat
efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
3. Angket, yang terdiri dari angket respon siswa dan respon guru terhadap
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Data yang diperoleh
digunakan untuk melihat tingkat praktikalitas perangkat yang
dikembangkan.
4. Lembar tes hasil belajar ranah kognitif. Data yang diperoleh digunakan
untuk melihat efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
E. Teknik Analisis Data
Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data
hasil validasi oleh validator terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan (RPP, LKS, Kit dan CD animasi flash) dan alat evaluasi, data
yang diambil dari pelaksanaan uji coba terbatas kepada subjek uji coba berupa
hasil observasi selama proses pembelajaran, angket respon guru dan respon
siswa serta lembar tes hasil belajar. Data yang didapat melalui instrumen
pengumpul data kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk
data kuantitatif dan analisis kualitatif (non statistik) untuk data kualitatif.
1. Analisis Data Validitas
Data yang digunakan untuk melihat validitas adalah hasil validasi
perangkat pembelajaran yang dikembangkan dari validator. Data validasi
48
untuk RPP dan Kit berupa skala Guttman dan skala Likert. Penskoran untuk
skala Guttman adalah dengan ketentuan : nilai 1 = ada, nilai 0 = tidak ada.
Penskoran untuk skala Likert 1-4, dengan ketentuan : nilai 1 = tidak
satupun deskriptor yang tampak, nilai 2 = satu deskriptor yang tampak, nilai
3 = dua deskriptor yang tampak dan nilai 4 = tiga atau lebih deskriptor yang
tampak. Data validasi untuk LKS dan tes hasil belajar berupa skala Likert 1-
4 dengan ketentuan : nilai 1 = sangat tidak setuju, nilai 2 = tidak setuju, nilai
3 = setuju dan nilai 4 = sangat setuju.
Dari seluruh item yang diberikan, kemudian ditabulasi dan dicari
persentasenya dengan rumus :
skor item yang diperoleh V = x 100%
skor maksimum
Berdasarkan harga V yang diperoleh, ditetapkan kriteria kevalidan yaitu :
Tabel 2. Kategori validitas perangkat pembelajaran (%) Kategori
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100
Tidak valid Kurang valid Cukup valid
Valid Sangat valid
2. Analisis Data Praktikalitas
Analisis data praktikalitas diperoleh dari lembar observasi
keterlaksanaan perangkat pembelajaran, angket respon guru dan angket
respon siswa terhadap LKS dan media pembelajaran yang dikembangkan.
Data yang dikumpulkan berupa skala Guttman dan skala Likert. Penskoran
(Riduwan, 2007: 88)
49
untuk skala Guttman adalah dengan ketentuan : nilai 1 = sesuai rencana,
nilai 0 = tidak sesuai rencana. Penskoran untuk skala. Likert 1-4 dengan
ketentuan : nilai 1 = tidak melaksanakan, nilai 2 = melaksanakan tapi tidak
sesuai dengan rencana, nilai 3 = melaksanakan kurang sesuai dengan
rencana dan nilai 4 = melaksanakan sesuai dengan rencana. Data angket
respon siswa yang dikumpulkan berupa skala Likert 1-4 dengan ketentuan :
nilai 1 = sangat tidak setuju, nilai 2 = tidak setuju, nilai 3 = setuju dan nilai
4 = sangat setuju.
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan teknik analisis frekuensi
data dengan rumus :
skor item yang diperoleh P = skor maksimum x 100 %
Berdasarkan harga P yang diperoleh, ditetapkan kriteria kepraktisan yaitu :
Tabel 3. Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran
(%) Kategori
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100
Tidak praktis Kurang praktis Cukup praktis
Praktis Sangat praktis
(Riduwan, 2007: 88)
3. Analisis Data Efektivitas
Analisis data efektivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas
siswa dan lembar penilaian hasil belajar siswa.
a. Analisis observasi aktivitas siswa.
50
Analisis aktifitas siswa berdasarkan atas hasil lembaran observasi
yaitu dengan menghitung jumlah siswa yang terlibat dalam setiap
aktivitas yang ditetapkan lalu diberi skor sesuai dengan kategori berikut :
Tabel 4. Skor Kategori Frekuensi Keaktifan Siswa f (frekuensi) Kategori Skor
f < 6 6 ≤ f < 6 8 ≤ f < 10 10 ≤ f < 12
f ≥ 12
Tidak pernah muncul Jarang muncul
Agak sering muncul Sering muncul
Sangat sering muncul
0 1 2 3 4
(Dimodifikasi dari Muliyardi, 2006)
Hasil observasi ditampilkan dalam suatu tabel dan dicari reratanya,
kemudian dikonfirmasikan pada kriteria berikut :
1) Jika rerata > 3,2 maka aktivitas dikategorikan sangat sering muncul.
2) Jika 2,4 < rerata ≤ 3,2 maka aktivitas dikategorikan sering muncul.
3) Jika 1,6 < rerata ≤ 2,4 maka aktivitas dikategorikan agak sering
muncul.
4) Jika 0,8 < rerata ≤ 1,6 maka aktivitas dikategorikan jarang muncul.
5) Jika rerata ≤ 0,8 maka aktivitas dikategorikan tidak pernah muncul.
b. Analisis tes hasil belajar
Analisis tes hasil belajar didasarkan pada data hasil belajar siswa
pada ranah kognitif dan ranah psikomotor untuk KD 3.3 dan 3.4.
Ketuntasan belajar siswa didasarkan pada nilai KKM untuk KD tersebut,
yaitu 65 untuk ranah kognitif dan 70 untuk ranah psikomotor. Siswa
dikatakan tuntas pada KD 3.3. dan 3.4 apabila memperoleh nilai minimal
65 untuk ranah kognitif dan 70 untuk ranah psikomotor.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang proses pengembangan
perangkat pembelajaran berbasis inquiry. Sesuai dengan langkah-langkah
pengembangan yang sudah dikemukakan pada Bab 3, maka proses dimulai dari
analisis kurikulum dan validasi instrumen penelitian serta perangkat
pembelajaran. Instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran yang sudah valid
selanjutnya diujicobakan secara terbatas pada siswa kelas XI SMAN 7 Padang.
Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dan dianalisis.
A. Tahap Pendefinisian (define phase)
Pada tahap define ini dilakukan penetapan syarat-syarat pembelajaran
dengan menganalisis tujuan pembelajaran dari materi yang dikembangkan
perangkatnya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Ujung Depan
Analisis ujung depan atau analisis kebutuhan ini bertujuan
memunculkan masalah mendasar yang dihadapi dalam pembelajaran
sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran agar tujuan
pembelajaran yang dituntut oleh KTSP dapat dicapai dengan mudah.
a. Analisis Tugas
Kegiatan yang dilakukan dalam analisis tugas adalah menganalisis
SK dan KD yang digunakan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran. Dalam penelitian ini, SK dan KD yang akan
dikembangkan perangkat pembelajarannya adalah SK 3 (Memahami
51
52
kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan
industri) pada KD 3.3 (Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan
percobaan) dan KD 3.4 (Menentukan hubungan kuantitatif antara
pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan), seperti
yang terdapat dalam standar isi KTSP. Berdasarkan SK 3, KD 3.3,
dihasilkan rumusan indikator sebagai berikut :
3.3.1. Menjelaskan kesetimbangan kimia (kesetimbangan dinamis)
3.3.2. Membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan
heterogen
3.3.3. Menjelaskan tetapan kesetimbangan
3.3.4. Menganalisis pengaruh perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan
volume terhadap pergeseran kesetimbangan melalui percobaan
3.3.5. Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan
menggunakan azas Le Chatelier
Berdasarkan SK 3, KD 3.4, dihasilkan rumusan indikator sebagai
berikut :
3.4.1. Menghitung harga tetapan kesetimbangan (Kc) berdasarkan
konsentrasi zat dalam kesetimbangan
3.4.2. Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas yang
bereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang
3.4.3. Menghitung harga Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya
53
3.4.4. Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan
hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat
disosiasi
b. Analisis Konsep
Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta
mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan, sehingga
membentuk suatu peta konsep. Tujuan analisis ini adalah untuk
menetapkan hierarki materi yang akan dibahas dalam proses
pembelajaran. Maka setelah indikator-indikator dirumuskan selanjutnya
disusun materi-materi esensial yang dibutuhkan siswa untuk dapat
mencapai kompetensi pada KD 3.3 dan KD 3.4 sesuai dengan indikator
yang sudah dirumuskan. Materi-materi tersebut adalah :
1) Reaksi reversible (dapat balik)
2) Konsep kesetimbangan dinamis
3) Konsep kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen
4) Tetapan kesetimbangan
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
6) Azaz Le Chatelier
7) Menghitung harga tetapan kesetimbangan (Kc dan Kp)
Materi-materi tersebut kemudian disusun secara sistematis sehingga
membentuk suatu hubungan yang relevan antar materi dan disebut
54
sebagai peta konsep. Berdasarkan analisis konsep, maka peta konsep
untuk KD 3.3 dan KD 3.4 adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Peta Konsep Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan Kimia
bersifatberlangsung dalam
mengalami
ruang tertutup
dinamis pergeseran
yang dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi suhu volume ruangan
tekanan ruangan
dapat berupa mempunyai
kesetimbangan homogen
kesetimbangan heterogen
tetapan kesetimbangan
meliputi dipengaruhi oleh
Kc Kpsuhu
Kesetimbangan Kimia
55
Dalam pelaksanaannya di kelas, untuk mencapai indikator-
indikator yang sudah dirumuskan di atas, proses pembelajaran dilakukan
sebanyak 7 kali pertemuan (16 jam pelajaran) dengan rincian sebagai
berikut :
1) Pertemuan 1 untuk pencapaian indikator 3.3.1 dan 3.3.2.
2) Pertemuan 2 untuk pencapaian indikator 3.3.3.
3) Pertemuan 3 untuk pencapaian indikator 3.4.1 dan 3.4.2.
4) Pertemuan 4 untuk pencapaian indikator 3.4.3 dan 3.4.4.
5) Pertemuan 5 untuk pencapaian indikator 3.3.4, tujuan pembelajaran 1.
6) Pertemuan 6 untuk pencapaian indikator 3.3.4, tujuan pembelajaran 2.
7) Pertemuan 7 untuk pencapaian indikator 3.3.4, tujuan pembelajaran 3
dan indikator 3.3.5.
Urutan indikator yang hendak dicapai untuk tiap-tiap pertemuan
disusun berdasarkan pendekatan hierarkis. Pendekatan hierarkis
menunjukkan hubungan yang bersifat subordinatif antara beberapa
indikator yang ingin dicapai. Dengan demikian ada indikator yang
mendahului dan ada yang dikemudiankan. Indikator yang mendahului
merupakan prasyarat bagi indikator yang berikutnya (Depdiknas, 2008a :
13).
B. Tahap Perancangan (design phase)
Berdasarkan hasil analisis pada tahap define maka ditetapkanlah apa saja
perangkat pembelajaran yang perlu dikembangkan agar siswa dapat menguasai
kompetensi yang dituntut pada KD 3.3 dan KD 3.4 yang sesuai dengan strategi
56
pembelajaran inquiry, yaitu RPP, LKS dan media pembelajaran (Kit dan CD
Animasi Flash). Pada tahap design ini perangkat pembelajaran dirancang,
karena tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototype perangkat
pembelajaran berbasis inquiry yang akan dikembangkan tersebut. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dari perancangan RPP, dihasilkan sebanyak 7 buah RPP yang akan
disajikan untuk tujuh kali pertemuan (16 jam pelajaran), yang terdiri dari :
a. RPP 1
RPP 1 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
pertama dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran. Pada RPP 1 ini terdapat
dua indikator yang harus dicapai yaitu indikator 3.3.1. Menjelaskan
kesetimbangan kimia (kesetimbangan dinamis) dan indikator 3.3.2.
Membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen.
Pada RPP 1 ini terdapat 3 tujuan pembelajaran yaitu :
1) Siswa dapat menjelaskan reaksi dapat balik (reversible) melalui
percobaan.
2) Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan kimia (kesetimbangan
dinamis).
3) Siswa dapat membedakan kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen.
b. RPP 2
57
RPP 2 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
kedua dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian
pembelajaran pada RPP 2 adalah indikator 3.3.3 Menjelaskan tetapan
kesetimbangan, dengan tujuan pembelajaran sebagai berikut :
1) Siswa dapat menjelaskan pengertian tetapan kesetimbangan.
2) Siswa dapat menuliskan persamaan tetapan kesetimbangan jika
diketahui persamaan reaksi kesetimbangannya.
c. RPP 3
RPP 3 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
ketiga dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran. Pada RPP 3 terdapat dua
indikator yang harus dicapai yaitu indikator 3.4.1. Menghitung harga
tetapan kesetimbangan (Kc) berdasarkan konsentrasi zat dalam
kesetimbangan dan indikator 3.4.2 Menghitung harga Kp berdasarkan
tekanan parsial gas yang bereaksi dan hasil reaksi pada keadaan
setimbang. Tujuan pembelajaran pada RPP 3 adalah :
1) Siswa dapat menghitung harga tetapan kesetimbangan (Kc)
berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan.
2) Siswa dapat menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas
yang bereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang.
d. RPP 4
RPP 4 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
keempat dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Pada RPP 4 juga terdapat
dua indikator yang harus dicapai yaitu indikator 3.4.3. Menghitung harga
58
Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya dan indikator 3.4.4
Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil
reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat disosiasi.
Tujuan pembelajaran pada RPP 4 adalah :
1) Siswa dapat menghitung harga Kc berdasarkan harga Kp atau
sebaliknya.
2) Siswa dapat menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi
pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan
derajat disosiasi.
e. RPP 5
RPP 5 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
kelima dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian
pembelajaran pada RPP 5 adalah indikator 3.3.4 Menganalisis pengaruh
perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan, dengan tujuan pembelajaran yaitu :
Siswa dapat menganalisis pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan.
f. RPP 6
RPP 6 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
keenam dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian
pembelajaran pada RPP 6 adalah indikator 3.3.4 Menganalisis pengaruh
perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan, dengan tujuan pembelajaran yaitu :
59
Siswa dapat menganalisis pengaruh suhu terhadap pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan.
g. RPP 7
RPP 7 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan
ketujuh dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian
pembelajaran pada RPP 7 adalah indikator 3.3.4 Menganalisis pengaruh
perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan dan indikator 3.3.5 Meramalkan arah
pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier
Tujuan pembelajaran pada RPP 7 adalah :
1) Siswa dapat menganalisis pengaruh tekanan dan volume terhadap
pergeseran kesetimbangan.
2) Siswa dapat meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan
menggunakan azas Le Chatelier.
Hasil rancangan RPP secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3
halaman 199.
2. Merancang Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Dari perancangan LKS, dihasilkan sebanyak 11 judul kegiatan yang
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu LKS eksperimen (3 judul) dan
LKS noneksperimen (8 judul). LKS eksperimen berisi petunjuk, pernyataan
dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu
konsep yang berkaitan dengan KD 3.3 dan 3.4 yang diawali dengan kegiatan
eksperimen siswa secara berkelompok di laboratorium atau di ruang kelas.
60
Dalam proses pembelajaran LKS eksperimen digunakan bersamaan dengan
penggunaan Kit sehingga kegiatan eksperimen dapat dilaksanakan di ruang
kelas. LKS eksperimen terdiri dari :
a. LKS 1 yang digunakan siswa untuk mengamati dan menemukan adanya
reaksi kimia dapat balik. Penemuan ini nantinya akan digunakan siswa
untuk menjelaskan tentang pengertian kesetimbangan kimia
(kesetimbangan dinamis).
b. LKS 8 yang digunakan siswa untuk menganalisis pengaruh konsentrasi
terhadap pergeseran kesetimbangan kimia melalui eksperimen.
c. LKS 9 yang digunakan siswa untuk menganalisis pengaruh suhu terhadap
pergeseran kesetimbangan kimia melalui eksperimen.
LKS noneksperimen berisi petunjuk dan pertanyaan yang
membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep yang berkaitan dengan
KD 3.3 dan 3.4 dengan cara menganalisis data percobaan atau fakta yang
diberikan di dalam LKS. LKS noneksperimen terdiri dari :
a. LKS 2 yang digunakan siswa untuk menemukan konsep kesetimbangan
dinamis.
b. LKS 3 yang digunakan siswa untuk menemukan konsep kesetimbangan
homogen dan kesetimbangan heterogen.
c. LKS 4 yang digunakan siswa untuk menemukan pengertian tetapan
kesetimbangan.
d. LKS 5, 6 dan 7 yang digunakan siswa untuk menemukan cara
menghitung tetapan kesetimbangan (Kc dan Kp) dan derajat disosiasi.
61
e. LKS 10 yang digunakan siswa untuk mempelajari azaz Le Chatelier.
d. LKS 11 yang digunakan siswa untuk menganalisis pengaruh tekanan
terhadap pergeseran kesetimbangan kimia. Penggunaan LKS 11 dalam
proses pembelajaran diawali dengan pemutaran CD Animasi Flash.
Hasil rancangan LKS secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 halaman
200.
3. Perancangan media pembelajaran
Media pembelajaran yang dirancang terdiri dari dua jenis, yaitu Kit
dan CD Animasi Flash.
a. Kit yang dihasilkan dari perancangan adalah Kit eksperimen
kesetimbangan kimia. Pemilihan Kit eksperimen ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran kimia khususnya KD 3.3 yang tertuang di dalam KTSP
yaitu melatih psikomotor dan memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik melalui kegiatan eksperimen. Kit yang dihasilkan dari
perancangan berupa sebuah kotak kecil dengan panjang 38 cm, lebar 22
cm dan tinggi 15 cm, yang berisi seperangkat alat dan bahan yang akan
digunakan untuk melaksanakan eksperimen pada KD 3.3 materi
kesetimbangan kimia. Kotak Kit dipilih yang berbahan aluminium
sehingga ringan dan mudah dibentuk. Pada dinding kotak Kit bagian luar
dicat dan dinding bagian dalamnya dilapisi dengan kain beludru untuk
menghindari kontak langsung antara dinding aluminium dengan zat
kimia. Peralatan dan bahan-bahan kimia di dalam kotak Kit disusun
dengan menggunakan penyangga dari karet busa untuk menghindari
62
benturan. Bahan-bahan kimia yang digunakan merupakan bahan-bahan
kimia siap pakai dengan konsentrasi kecil dan aman untuk digunakan di
ruang kelas. Selain peralatan dan bahan-bahan kimia untuk eksperimen,
Kit juga dilengkapi dengan botol semprot untuk mencuci alat dan botol
limbah untuk wadah pembuangan zat sisa serta buku ‘manual direction’
yang membantu guru untuk mempergunakan Kit. Buku ‘manual
direction’ berisi daftar peralatan dan bahan-bahan kimia yang terdapat di
dalam Kit, daftar objek-objek eksperimen yang dapat dilakukan dengan
menggunakan Kit serta langkah-langkah melakukan eksperimen. Ada
tiga judul eksperimen pada materi kesetimbangan kimia yang dapat
dilakukan, yaitu : 1) Reaksi dapat balik, 2) Pengaruh konsentrasi
terhadap pergeseran kesetimbangan kimia dan 3) Pengaruh suhu terhadap
pergeseran kesetimbangan kimia. Foto hasil rancangan Kit dapat dilihat
pada lampiran 5 halaman 201.
b. CD animasi flash yang dihasikan adalah berupa sebuah film animasi
yang dibuat menggunakan program macromediaflash. Film berupa
animasi gambar bergerak yang digunakan sebagai alat bantu dalam
pembelajaran pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, untuk
menjelaskan pengaruh tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan. CD
animasi flash ini dipergunakan bersamaan dengan penggunaan LKS 11.
4. Perancangan alat evaluasi (Tes Hasil Belajar)
Perancangan alat evaluasi disusun berdasarkan hasil rumusan tujuan
pembelajaran. Bentuk instrumen terdiri dari 15 buah soal pilihan ganda yang
63
dirancang untuk dikerjakan siswa dalam waktu 1 jam pelajaran (45 menit).
Instrumen tes yang dibuat diuji validitasnya secara kualitatif oleh pakar.
Validitas secara kuantitatif tidak dilaksanakan karena soal-soal yang
dijadikan sebagai instrumen diadsorbsi dari soal-soal yang sudah standar
yang terdapat dalam buku bank soal ebtanas. Instrumen tes hasil belajar
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 202.
C. Tahap Pengembangan (develop phase)
Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
(RPP, LKS dan media pembelajaran) yang valid, praktis dan efektif. Oleh
karena itu, pada tahap ini dilakukan mengujian validitas, praktikalitas dan
efektifitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan.
Pengujian validitas yaitu dengan memvalidasi perangkat oleh para pakar dan
praktisi, kemudian dilakukan revisi. Pengujian praktikalitas dan efektivitas
yaitu dengan mengujicobakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan tersebut ke dalam proses pembelajaran di kelas, dengan hasil
sebagai berikut :
1. Hasil validasi perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang telah dirancang, selanjutkan akan
divalidasi oleh validator. Validasi dilakukan oleh 4 orang validator yang
terdiri dari 2 orang pakar di bidang kimia dan 2 orang guru kimia (praktisi).
Instrumen yang digunakan oleh validator dalam memvalidasi adalah lembar
validasi yang berisi penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran
yang dikembangkan, yang disediakan sendiri oleh peneliti (lampiran 1
64
halaman 110). Berdasarkan hasil diskusi dan saran-saran dari validator,
perangkat pembelajaran kemudian direvisi. Hasil revisi secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Kimia Berbasis Inquiry PERANGKAT YANG DIKEMBANGKAN
SEBELUM REVISI SESUDAH REVISI RPP
1) Pada kegiatan inti tidak diuraikan langkah-langkah kegiatan dalam LKS.
2) Pada bagian penilaian tidak disertakan kunci jawaban dan cara penilaian.
1) Pada kegiatan inti diuraikan langkah-langkah kegiatan dalam LKS.
2) Pada bagian penilaian disertakan kunci jawaban dan cara penilaiannya.
LKS 1) Pada LKS noneksperimen tidak
dicantumkan alat dan media pembelajaran.
2) Kata ‘ballance’ pada bagian pengantar di LKS 2 tidak tepat untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’.
3) Tidak ada petunjuk yang membimbing siswa dalam menganalisis data pada LKS 3.
4) Pada LKS noneksperimen tidak dicantumkan alat dan media pembelajaran.
5) Kata ‘ballance’ pada bagian pengantar di LKS 2 tidak tepat untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’.
6) Tidak ada petunjuk yang membimbing siswa dalam menganalisis data pada LKS 3.
7) Judul tabel 3 pada LKS 4, yaitu : Hasil percobaan H2(g) + I2(g) 2HI(g), pada suhu 440 oC, kurang tepat.
8) Terdapat kesalahan konsep pada LKS 5 bagian ‘catatan’ poin 3 dan 4.
9) Tabel pengamatan pada LKS 9 belum komunikatif (kurang sesuai dengan langkah kerja), yaitu :
Pengamatan terhadap War- na
Kesetimbangan bergeser ke..
CuSO4 -
CuSO4 dan NaCl
Reaksi : CuSO4+NaCl
CuCl2Na2SO4 ∆H = > 0
-
CuSO4 dan NaCl setelah dipanaskan
Reaksi : CuSO4+NaCl
CuCl2+Na2SO4 ∆H = > 0
CuSO4 dan NaCl setelah didinginkan
Reaksi : CuSO4+NaCl
CuCl2+Na2SO4 ∆H = > 0
1) Pada LKS noneksperimen juga dicantumkan alat dan media pembelajaran.
2) Kata ‘ballance’ diganti dengan kata ‘equal’ untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’.
3) Ditambahkan kalimat : “Perhatikan fasa zat yang bereaksi dan fasa hasil reaksi!” sebagai petunjuk yang membimbing siswa menganalisis data pada LKS 3.
4) Pada LKS noneksperimen juga dicantumkan alat dan media pembelajaran.
5) Kata ‘ballance’ diganti dengan kata ‘equal’ untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’.
6) Ditambahkan kalimat : “Perhatikan fasa zat yang bereaksi dan fasa hasil reaksi!” sebagai petunjuk yang membimbing siswa dalam menganalisis data pada LKS 3.
7) Judul tabel 3 pada LKS 4 diganti dengan : Hasil percobaan dari reaksi antara gas H2, gas I2 dan gas HI pada suhu 440 oC dengan empat perlakuan (percobaan).
8) Kesalahan konsep telah diperbaiki. 9) Tabel pengamatan pada LKS 9
disempurnakan menjadi :
Pengamatan terhadap War- na
Kesetimbangan bergeser ke..
CuSO4 - CuSO4 + NaCl Reaksi : CuSO4 +NaCl CuCl2+ Na2SO4 ∆H = > 0
-
Tabung P (CuSO4) Tabung B (CuSO4 + NaCl) Tabung A (CuSO4 + NaCl setelah dipanaskan)
Tabung C (CuSO4 dan NaCl setelah didinginkan)
Tabung B setelah dipanaskan Tabung B selelah didinginkan
65
Lanjutan Tabel 5. Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Kimia Berbasis Inquiry PERANGKAT YANG DIKEMBANGKAN
SEBELUM REVISI SESUDAH REVISI LKS
10) Pada LKS 11 tidak ada gambar animasi
yang membantu siswa menjawab pertanyaan dalam LKS.
11) Gambar dan warna kurang menarik.
10) Ditambahkan gambar animasi yang
sesuai. 11) Gambar dan warna dibuat lebih menarik.
KIT 1) Kotak Kit dibuat dari bahan seng plat. 2) Kit tidak dilengkapi dengan buku
panduan penggunaan (manual direction).
3) Tempat tabung reaksi tidak ditutup pada bagian belakangnya sehingga sulit mengamati perubahan warna yang berubah tipis.
1) Kotak Kit dibuat dari bahan aluminium. 2) Kit dilengkapi dengan buku panduan
penggunaan (manual direction). 3) Tempat tabung reaksi ditutupi pada
bagian belakangnya dengan karton putih sehingga memudahkan dalam mengamati perubahan warna yang berubah tipis.
CD-Animasi Flash 1) Animasi flash tidak dilengkapi dengan
kata-kata penekanan yang menyuruh siswa untuk memfokuskan perhatiannya kepada objek yang dituju.
2) Warna larutan hasil reaksi kimia tidak sesuai dengan warna yang sesungguhnya.
3) Tidak diberikan tanda waktu reaksi berlangsung.
1) Ditambahkan kata-kata penekanan agar siswa memfokuskan perhatiannya kepada objek yang dituju.
2) Warna larutan hasil reaksi kimia disesuaikan dengan warna yang sesungguhnya.
3) Diberikan tanda waktu reaksi berlangsung berupa angka hitungan maju 1 sampai 5.
Alat Evaluasi 1) Soal nomor 5 tidak sesuasi dengan
indikator soal yang dibuat. 2) Ada indikator pencapaian
pembelajaran yang tidak diujikan (tidak ada soalnya).
1) Soal nomor 5 disesuaikan dengan indikator soal yang dibuat.
2) Setiap indikator diuji dengan satu pertanyaan atau lebih.
Perangkat pembelajaran yang sudah direvisi, diserahkan kembali kepada
validator berikut dengan lembar validasinya untuk mendapatkan penilaian.
a. Hasil Validasi RPP
Validasi RPP terdiri dari dua aspek, yaitu aspek komponen dan
aspek isi. Data hasil validasi terhadap kedua aspek komponen dan aspek
isi RPP dari validator secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1a halaman
66
111. Secara ringkas, hasil pengolahan data validasi RPP dapat dilihat
pada Tabel 6 dan Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 6. Hasil Validasi Aspek Komponen RPP
No. Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor validator (%) Kategori
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11.
Identitas Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator pencapaian Tujuan pembelajaran Materi ajar Alokasi waktu Metode pembelajaran Kegiatan pembelajaran Penilaian hasil belajar Sumber belajar
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian validator yang ditampilkan pada tabel
di atas, dapat dilihat skor penilaian keempat validator terhadap semua
aspek dalam komponen RPP adalah 4 dengan persentase 100%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semua validator menyatakan
bahwa RPP yang penulis kembangkan sudah mengandung semua
komponen yang disyaratkan dalam sebuah RPP sehingga RPP yang
dikembangkan digolongkan dalam kategori sangat valid. Hasil
pengolahan data validasi aspek komponen RPP ini selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 7 halaman 211.
Tabel 7. Hasil Validasi Aspek Isi RPP
No. Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor
validator (%) Kategori
1. Perumusan indikator pencapaian kompetensi 14 87,5 Sangat valid 2. Perumusan tujuan pembelajaran 13 81,25 Sangat valid 3. Prinsip pemilihan materi 15 93,7 Sangat valid 4. Pengorganisasian materi 14 87,5 Sangat valid 5. Pemilihan pendekatan dan metode 15 93,7 Sangat valid 6. Penggunaan alat bantu dan media 16 100 Sangat valid
67
Lanjutan Tabel 7. Hasil Validasi Aspek Isi RPP
No. Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor
validator (%) Kategori
7. Penggunaan sumber belajar 16 100 Sangat valid 8. Jenis kegiatan pembelajaran 15 93,7 Sangat valid 9. Susunan langkah-langkah pembelajaran 15 93,7 Sangat valid 10. Pilihan cara-cara memotivasi siswa 15 93,7 Sangat valid 11. Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa 14 87,5 Sangat valid 12. Urutan kegiatan pembelajaran 15 93,7 Sangat valid 13. Prosedur penilaian 15 93,7 Sangat valid 14. Instrumen (alat-alat) penilaian 15 93,7 Sangat valid 15. Penggunaan bahasa 16 100 Sangat valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak semua aspek dari isi RPP
yang penilaiannya 100 %. Hanya aspek penggunaan alat bantu dan
media, penggunaan sumber belajar serta penggunaan bahasa yang
penilaiannya 100%. Sedangkan untuk aspek prinsip pemilihan materi,
pemilihan pendekatan dan metode, jenis kegiatan pembelajaran, susunan
langkah-langkah pembelajaran, pilihan cara-cara memotivasi siswa,
urutan kegiatan pembelajaran, prosedur penilaian dan instrumen
penilaian diperoleh persentase 93,7%. Untuk perumusan indikator
pencapaian kompetensi, pengorganisasian materi dan pilihan cara-cara
pengorganisasian siswa penilaiannya adalah 87,5%.
Persentase terendah yaitu 81,25% adalah untuk penilaian aspek
perumusan tujuan pembelajaran. Untuk aspek ini hanya satu orang
validator yang menyatakan sangat setuju dengan isi RPP yang
dikembangkan sementara tiga orang validator menyatakan setuju. Namun
demikian, berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap aspek
isi RPP, untuk semua aspek yang divalidasi, diperoleh hasil dengan
68
kategori sangat valid. Hasil pengolahan data validasi aspek isi RPP ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 212.
b. Hasil Validasi LKS
LKS yang divalidasi terdiri dari LKS eksperimen dan LKS
noneksperimen. Validasi masing-masing LKS tersebut mencakup aspek
kelayakan isi, kelayakan konstruksi, keterbacaan dan kegrafisan. Data
hasil validasi LKS eksperimen dan LKS noneksperimen dari validator
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1b halaman 132 dan lampiran
1c halaman 144. Secara ringkas hasil pengolahan data validasi LKS
eksperimen dan LKS noneksperimen dapat dilihat pada Tabel 8 dan
Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 8. Hasil Validasi LKS Eksperimen
No. Aspek yang dinilai Jumlah rata-
rata skor validator
(%) Kategori
1. Kelayakan isi 26,3 82,2 Sangat valid
2. Kelayakan konstruksi (komponen penyajian) 20,75 86,5 Sangat valid
3. Komponen keterbacaan (aspek bahasa) 23,75 84,8 Sangat valid
4. Komponen kegrafisan 14,1 88,1 Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap LKS
eksperimen seperti yang terlihat pada tabel di atas diperoleh persentase
untuk aspek kelayakan isi, kelayakan konstruksi, komponen keterbacaan
dan komponen kegrafisan berturut-turut adalah 82,2%, 86,5%, 84,8% dan
88,1%. Untuk keempat aspek yang divalidasi, penilaian validator
bervariasi antara sangat setuju dan setuju dengan pernyataan yang
diberikan dalam lembar validasi. Namun ada satu orang validator yang
69
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan nomor 3 dan 5 dalam aspek
kelayakan isi. Walaupun demikian, untuk semua aspek yang divalidasi
dari LKS eksperimen, diperoleh hasil dengan kategori sangat valid
sehingga sudah layak untuk diujicobakan. Saran-saran dari validator
penulis gunakan untuk penyempurnaan LKS. Hasil pengolahan data
validasi LKS eksperimen ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
halaman 213.
Tabel 9. Hasil Validasi LKS Noneksperimen
No. Aspek yang dinilai Jumlah rata-
rata skor validator
(%) Kategori
1. Kelayakan isi 24,15 86,3 Sangat valid
2. Kelayakan konstruksi (komponen penyajian) 14,9 93,1 Sangat valid
3. Komponen keterbacaan (aspek bahasa) 24,6 87,9 Sangat valid
4. Komponen kegrafisan 14,3 89,4 Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap LKS
noneksperimen seperti yang terlihat pada tabel di atas diperoleh
persentase untuk aspek kelayakan isi, kelayakan konstruksi, komponen
keterbacaan dan komponen kegrafisan berturut-turut adalah 86,3%,
93,1%, 87,9% dan 89,4%. Hal ini berarti untuk semua aspek yang
divalidasi dari LKS noneksperimen, diperoleh hasil dengan kategori
sangat valid. Penilaian keempat validator terhadap aspek yang divalidasi,
juga bervariasi antara sangat setuju dan setuju dengan pernyataan yang
diberikan dalam lembar validasi, kecuali dengan pernyataan nomor 2 dan
7 dari aspek kelayakan isi, satu orang validator menyatakan tidak setuju.
70
Hasil pengolahan data validasi LKS noneksperimen ini selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 216.
c. Hasil Validasi Media Pembelajaran
1) Kit
Berdasarkan lembar validasi yang dinilai oleh empat orang
validator (lampiran 1d halaman 156) diperoleh data hasil validasi Kit
yang secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Hasil Validasi Kit
No. Aspek yang dinilai Jumlah
skor validator
(%) Kategori
1. Kesesuaian dengan kompetensiyang ingin dicapai
15 93,7 Sangat valid
2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran. 15 93,7 Sangat valid
3. Kesesuain dengan strategi dan metoda pembelajaran.
15 93,7 Sangat valid
4. Kesesuaian dengan karakteristik siswa. 14 87,5 Sangat valid
5. Membangkitkan motivasi siwa. 14 87,5 Sangat valid
6. Kandungan nilai 14 87,5 Sangat valid 7. Perawatan dan bentuk Kit 16 100 Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap Kit
seperti terlihat pada tabel di atas, untuk semua aspek yang divalidasi
diperoleh hasil dengan kategori sangat valid. Aspek nomor 7
memperoleh persentase penilaian tertinggi yakni 100%, yang berarti
bahwa keempat validator menyatakan sangat setuju dengan
pernyataan yang diberikan dalam lembar validasi mengenai perawatan
dan bentuk Kit. Sedangkan aspek nomor 4, 5 dan 6 memperoleh
71
persentase penilaian terendah yakni 87,5%, yang berarti 2 orang
validator sangat setuju dan 2 orang setuju dengan pernyataan yang
diberikan dalam lembar validasi mengenai kesesuaian dengan
karakteristik siswa, membangkitkan motivasi dan kandungan nilai.
Hasil pengolahan data validasi Kit ini selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 11 halaman 218.
2) CD Animasi Flash
Data validasi CD animasi flash dari validator dapat dilihat pada
lampiran 1e halaman 168. Secara ringkas hasil pengolahan data
validasi CD animasi flash dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Hasil Validasi CD Animasi Flash
No. Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor validator (%) Kategori
1. Media yang dibuat sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. 15 93,75 Sangat valid
2. Media yang dibuat sesuai dengan materi pembelajaran. 15 93,75 Sangat valid
3. Media yang dibuat sesuai dengan strategi dan metode pembelajaran yang digunakan. 15 93,75 Sangat valid
4. Media yang dibuat sesuai dengan konsep kimia. 15 93,75 Sangat valid
5. Media yang dibuat mudah digunakan. 16 100 Sangat valid
6. Media yang dibuat dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dalam memahami konsep kimia
15 93,75 Sangat valid
7. Media yang dibuat dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia
16 100 Sangat valid
8. Animasi gambar yang digunakan pada media sesuai dengan konsep kimia sehingga dapat menyampaikan pesan.
16 100 Sangat valid
9. Gambar yang ditampilkan jelas 16 100 Sangat valid10. Warna yang ditampilkan menarik 15 93,75 Sangat valid
11. Media yang dibuat sesuai dengan alokasi waktu dalam silabus 13 81,25 Sangat valid
12. Media yang dibuat sesuai dengan sarana prasarana sekolah. 14 87,5 Sangat valid
72
Dari hasil penilaian keempat validator terlihat bahwa, untuk ke-
12 aspek yang dinilai, semuanya berkategori sangat valid. Persentase
penilaian validator untuk aspek nomor 5, 7, 8 dan 9 adalah 100% yang
berarti semua validator sangat setuju dengan pernyataan aspek nomor
5, 7, 8 dan 9 tersebut. Sementara persentase penilaian validator untuk
aspek nomor 1, 2, 3, 4, 6 dan 10 adalah 93,75% dimana ada tiga orang
menyatakan sangat setuju dan satu orang setuju dengan pernyataan
yang terdapat dalam lembar validasi tersebut. Persentase penilaian
terendah adalah untuk aspek nomor 11 yaitu 81,25% dimana dari 4
orang validator hanya satu orang validator menyatakan sangat setuju
sedangkan tiga orang lainnya menyatakan setuju. Saran-saran dan
masukan dari validator penulis pergunakan untuk penyempurnaan CD
animasi flash yang dikembangkan. Hasil pengolahan data validasi CD
animasi flash ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12
halaman 219.
d. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar
Validasi terhadap tes hasil belajar dilakukan secara kualitatif. Data
validasi tes hasil belajar dari validator dapat dilihat pada lampiran 1f
halaman 176. Secara ringkas hasil pengolahan data validasi tes hasil
belajar dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar
No. Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor Validator (%) Kategori
1. Petunjuk pengerjaan soal sudah ditulis dengan bahasa yang jelas 16 100 Sangat valid
73
Lanjutan Tabel 12 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar
No. Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor Validator (%) Kategori
2. Soal yang dibuat sudah sesuai dengan indikator (kisi-kisi soal)yang telah dirumuskan.
16 100 Sangat valid
3. Setiap indikator diuji dengan satu pertanyaan atau lebih. 15 93,75 Sangat valid
4. Soal-soal yang dibuat mengacu pada aspek berpikir taksonomi Bloom. 15 93,75 Sangat valid
5. Soal-soal ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
14 87,5 Sangat valid
6. Format penulisan lembaran soal sesuai dengan kaedah penulisan soal. 13 81,25 Sangat valid
7. Dicantumkan kunci jawaban dan teknik penskoran. 16 100 Sangat valid
Dari hasil penilaian keempat validator terlihat bahwa, untuk ke-7
aspek yang dinilai, semuanya berkategori sangat valid. Untuk aspek
nomor 1, 2 dan 7 diperoleh persentase penilaian 100% yang berarti
bahwa semua validator menyatakan sangat setuju dengan pernyataan
pada aspek nomor 1, 2 dan 7 tersebut. Sementara persentase penilaian
validator untuk aspek nomor 3 dan 4 adalah 93,75% dimana ada tiga
orang menyatakan sangat setuju dan satu orang setuju dengan pernyataan
untuk aspek-aspek tersebut. Sedangkan untuk aspek nomor 6 persentase
penilaian validator adalah 81,25% dimana hanya satu orang validator
menyatakan sangat setuju sedangkan tiga orang lainnya menyatakan
setuju. Pengolahan data hasil validasi tes hasil belajar selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 220.
74
2. Hasil uji coba perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang sudah valid, lalu diujicobakan untuk
melihat praktikalitas dan efektivitasnya. Ujicoba dilakukan kepada siswa
kelas XI IPA2 SMA 7 Padang pada tanggal 24 Mei sampai 2 Juni 2010.
Dalam proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis
inquiry ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Ada 9 kelompok
dimana satu kelompok beranggotakan 4 orang. Selama pelaksanaan uji coba
dilakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan RPP, respon siswa dan guru
terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan pengamatan
terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh tiga orang observer dimana dua orang adalah
teman sejawat peneliti dan satu orang adalah guru kimia yang mengajar di
sekolah tempat dilakukan uji coba. Berikut adalah data hasil uji coba
perangkat pembelajaran inquiry yang dikembangkan.
a. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Data praktikalitas diperoleh dari hasil observasi terhadap
keterlaksanaan RPP dalam proses pembelajaran serta angket respon
siswa dan respon guru.
1) Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP
Data observasi keterlaksanaan RPP dikumpulkan melalui lembar
observasi keterlaksanaan RPP. Observasi terhadap keterlaksanaan
RPP terdiri dari dua aspek yaitu aspek umum dan aspek khusus. Data
75
hasil observasi keterlaksanaan RPP secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 13 dan Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 13. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Umum
RPP Jumlah rata-rata skor observer (%) Kategori
1 3 75 Praktis 2 4 100 Sangat praktis 3 3 75 Praktis 4 4 100 Sangat praktis 5 4 100 Sangat praktis 6 4 100 Sangat praktis 7 3 75 Praktis
Berdasarkan hasil pengamatan dari ketiga observer seperti yang
diperlihatkan oleh tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase
penilaian observer untuk aspek umum terhadap RPP 2, RPP 4, RPP 5
dan RPP 6 adalah 100 %, sehingga RPP dikategorikan sangat praktis.
Ini berarti bahwa semua aspek umum dalam RPP 2, RPP 4, RPP5 dan
RPP 6 dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sedangkan untuk
RPP 1, RPP 3 dan RPP 7 rata-rata persentase penilaiannya adalah 75%
sehingga RPP ini dikategorikan praktis. Berdasarkan pengamatan
ketiga observer aspek alokasi waktu pada RPP 1, RPP 3 dan RPP 7
terlaksana tapi tidak sesuai dengan rencana. Data hasil observasi RPP
pada aspek umum selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14
halaman 221.
Tabel 14. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus
RPP Jumlah rata-rata skor observer (%) Kategori
1 2,8 71 Praktis 2 3,8 95,6 Sangat praktis 3 3,5 88,7 Praktis 4 3,2 80,5 Praktis
76
Lanjutan Tabel 14. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus
RPP Jumlah rata-rata skor observer (%) Kategori
5 3,6 92,1 Sangat praktis 6 3,7 94 Sangat praktis 7 3,7 94 Sangat Praktis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun RPP dari
aspek khusus yang terlaksana 100%. Persentase penilaian observer
terhadap keterlaksanaan RPP pada aspek khusus ini berkisar antara 71
sampai 95,6 persen. Pada pertemuan pertama persentase
keterlaksanaan RPP adalah yang paling rendah. Berdasarkan analisa
penulis hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa masih dalam
proses penyesuaian dengan strategi pembelajaran inquiry yang
diterapkan dan penulis yang sekaligus sebagai pengajar dalam
penelitian ini juga dalam proses penyesuaian diri dengan siswa. Pada
pertemuan kedua persentase keterlaksanaan RPP meningkat secara
signifikan yakni 95,6%. Pada pertemuan ketiga dan keempat
persentase keterlaksanaan RPP mengalami penurunan. Persentase
keterlaksanaan RPP kembali mengalami peningkatan pada pertemuan
kelima, keenam sampai pertemuan terakhir (ketujuh). Data hasil
observasi RPP pada aspek khusus selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 15 halaman 223.
2) Hasil Angket Respon siswa
Data respon siswa terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan (LKS, Kit dan CD animasi flash), dikumpulkan
77
melalui angket. Secara ringkas data hasil angket respon siswa dapat
dilihat pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap LKS, Kit dan CD Animasi Flash
No. Pernyataan Skor perolehan (%) Kategori
1
Dengan menggunakan LKS berbasisi inquiry, Kit dan CD animasi flash membuat saya mudah memahami konsep kimia.
119 82,6 Sangat praktis
2
Dengan menggunakan LKS berbasis inquiry, Kit dan CD animasi flash membuat saya cepat memahami konsep kimia.
113 78,5 Praktis
3 Pembelajaran kimia berbasis inquiry tidak menguras energi saya dalam belajar.
101 70,1 Praktis
4 Pembelajaran kimia berbasis inquiry membuat saya puas dengan pengetahuan yang saya dapatkan.
116 80,6 Praktis
5
Dengan menggunakan LKS berbasis inquiry, Kit dan CD animasi flash memudahkan saya memahami keterkaitan antar konsep.
116 80,6 Praktis
6 Keterangan alat dan bahan dalam Kit membuat saya mudah melakukan eksperimen.
118 81,9 Sangat praktis
7 Langkah kerja dalam LKS dituliskan dengan jelas sehingga memudahkan saya melakukan eksperimen.
123 85,4 Sangat praktis
8 Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS menuntun saya untuk menemukan konsep.
117 81,2 Sangat praktis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase tanggapan
siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkisar
antara 70,1 sampai 85,4 persen. Siswa menyatakan setuju dan sangat
setuju dengan pernyataan nomor 4, 5, 6, 7 dan 8. Sedangkan untuk
pernyataan nomor 1 dan 2 masing-masing satu orang menyatakan
tidak setuju. Sementara untuk pernyataan nomor 3 ada lima orang
78
yang menyatakan tidak setuju dan satu orang menyatakan sangat tidak
setuju. Selain menggunakan angket kepada siswa juga diberikan
pertanyaan terbuka yang datanya dikumpulkan menggunakan lembar
tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS, Kit dan CD animasi flash
dalam pembelajaran berbasis inquiry ini. Data hasil angket respon
siswa dan tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
16 halaman 241.
3) Hasil Angket Respon Guru
Selain kepada siswa, peneliti juga meminta tanggapan guru
mengenai kepraktisan perangkat yang dikembangkan melalui angket
respon guru. Angket respon guru berupa pertanyaan terbuka yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.
Tabel 16. Hasil Angket Respon Guru Terhadap LKS, Kit dan CD Animasi Flash No. Pertanyaan Tanggapan
1.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu perangkat pembelajaran berbasis inquiry memudahkan guru dalam proses pembelajaran ?
Ya. Siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berfungsi sebagai motivator dan fasilitator.
2.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan siswa dalam menemukan konsep khususnya untuk pencapaian KD 3.3 dan 3.4 ?
Ya, karena langkah-langkah yang diberikan terutama dalam LKS sangat membimbing siswa, sistematis dan mudah dipahami.
3. Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan ?
Dapat, apalagi Kit sebagai media, mudah digunakan. Kalaupun ada kendala mungkin dari segi disiplin waktu dari guru itu sendiri.
4
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat membantu guru dalam mengatasi keterbatasan waktu ?
Seharusnya dapat, asalkan guru yang mengajar, disiplin terhadap waktu yang sudah ditetapkan dalam RPP, dan langkah-langkah dalam LKS juga sudah dirancang secara sistematis.
5.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru membangkitkan motivasi siswa ?
Ya, karena LKS, Kit dan CD animasi yang dirancang sangat menarik (gambar dan warnanya) ditambah lagi kegiatan pembelajaran dalam LKS memancing keingintauan siswa.
79
Lanjutan Tabel 16. Hasil Angket Respon Guru Terhadap LKS, Kit dan CD Animasi Flash
No. Pertanyaan Tanggapan
6.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar ?
Ya, karena seluruh siswa terlibat dalam pembelajaran baik itu mengisi LKS, berdiskusi ataupun bereksperimen yang dilakukan secara berkelompok.
7.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu petunjuk kerja dan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS dapat dipahami siswa dengan mudah ?
Ya, karena bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami.
8. Apakah menurut pengamatan Bapak/Ibu Kit dapat berfungsi dengan baik dan menghasilkan data yang mendukung teori ?
Ya, karena sudah sesuai dengan konsep yang akan ditemukan siswa untuk KD 3.3 tersebut.
9.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry menemui banyak masalah atau tidak ?
Tidak, karena pembelajaran sudah dilengkapi dengan media yang mudah digunakan oleh guru dan siswa (Kit dan CD animasi) apalagi prasarana sekolah juga mendukung.
10. Komentar dan saran-saran lain. Perangkat sudah bagus karena pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa tapi lebih baik lagi digunakan dalam team teaching.
Berdasarkan data hasil angket respon guru yang terlihat pada
tabel di atas dapat diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dapat memudah guru dan siswa dalam pembelajaran.
Perangkat dapat memudahkan guru dalam memotivasi siswa untuk
belajar dan perangkat juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan
adanya kegiatan eksperimen serta diskusi menggunakan LKS dan Kit.
Dalam komentarnya guru menyatakan bahwa perangkat yang
dikembangkan sudah bagus karena pembelajaran menjadi berpusat
kepada siswa dan menyarankan kalau pembelajaran berbasis inquiry
ini akan lebih baik lagi jika digunakan dalam ‘team teaching’ sehingga
guru dapat memonitor aktivitas seluruh siswa.
80
b. Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Data efektivitas diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dan dari hasil belajar setelah
siswa mengikuti proses pembelajaran yang diambil melalui tes hasil
belajar.
1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Secara ringkas data hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat
pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No. Aktivitas Rata-rata skor observer
pertemuan ke.. Rata-rata
Kate- gori 1 2 3 4 5 6 7
1. Membaca LKS 4 4 4 4 4 4 4 4 Ssm
2. Melakukan kegiatan sesuai prosedur kerja dalam LKS 4 4 4 4 4 4 4 4 Ssm
3. Kerja sama dalam kelompok 4 4 4 4 4 4 4 4 Ssm
4. Mengajukan/menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
2 2 4 4 2 4 2,3 2,9 Sm
5. Berperilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran
0 0 0 1 0 0 0 0,1 Tpm
Keterangan : Ssm = Sangat sering muncul Sm = Sering muncul Tpm = Tidak pernah muncul
Dari hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa seperti
yang terlihat pada tabel 17 di atas, dapat dilihat untuk aktivitas nomor
1, 2 dan 3 skor rata-ratanya adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa dari
pertemuan pertama sampai pertemuan ketujuh semua siswa
melakukan aktivitas tersebut. Namun demikian, keseriusan siswa
dalam melakukan aktivitas 1, 2 dan 3 pada pertemuan pertama dan
81
kedua masih kurang yang ditandai dengan adanya beberapa siswa
yang melakukan aktivitas nomor 5 yaitu berperilaku tidak relevan
dengan pembelajaran (pada tabel 17 di atas tidak tergambar). Untuk
data yang lebih rinci selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17
halaman 243 dan lampiran 18 halaman 246.
Pada pertemuan ketiga sampai pertemuan ketujuh jumlah siswa
yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran semakin
berkurang yang menunjukkan meningkatnya keseriusan siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Penyimpangan terjadi pada pertemuan ke 4
dimana jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan
pembelajaran meningkat secara signifikan. Untuk aktivitas nomor 4,
di pertemuan pertama dan kedua terlihat masih rendah, namun di
pertemuan ketiga dan keempat siswa yang melakukan aktivitas ini
mengalami peningkatan.
2) Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dilihat dari dua aspek yaitu aspek ranah
kognitif dan aspek ranah psikomotor. Indikator yang menunjukan
keberhasilan siswa dalam belajar ditinjau dari kriteria ketuntasan
minimum (KKM). Jika nilai yang didapatkan siswa setelah mengikuti
tes belajar sama atau lebih tinggi dari nilai KKM untuk KD yang
diujikan, maka siswa tersebut dikatakan telah tuntas. Namun jika nilai
yang didapatkan siswa setelah mengikuti tes belajar lebih rendah dari
82
nilai KKM untuk KD yang diujikan, maka siswa tersebut dikatakan
belum tuntas untuk KD tersebut.
a) Hasil Belajar Ranah Kognitif
Data hasil tes belajar siswa ranah kognitif diperoleh dari nilai
ulangan harian siswa. Ulangan harian dilakukan setelah siswa
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran berbasis inquiry pada KD 3.3 dan KD 3.4. KKM KD
3.3 dan 3.4 untuk ranah kognitif adalah 65. Dengan demikian,
siswa dikatakan telah tuntas jika sudah memperoleh nilai minimal
65 untuk ranah kognitif.
Data hasil belajar siswa ranah kognitif siswa kelas XI IPA2
SMA N 7 Padang dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini.
Tabel 18. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kelas XI IPA2 SMA 7 Padang
Nomor Urut Siswa Nilai Kategori 1 73,33 Tuntas 2 93,33 Tuntas 3 86,67 Tuntas 4 100 Tuntas 5 93,33 Tuntas 6 100 Tuntas 7 - - 8 93,33 Tuntas 9 93,33 Tuntas
10 100 Tuntas 11 93,33 Tuntas 12 73,33 Tuntas 13 93,33 Tuntas 14 53,33 Belum tuntas 15 - - 16 60 Belum tuntas 17 - - 18 73,33 Tuntas 19 - - 20 73,33 Tuntas 21 80 Tuntas 22 73,33 Tuntas
83
Lanjutan Tabel 18. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kelas XI IPA2 SMA 7 Padang
Nomor Urut Siswa Nilai Kategori 23 80 Tuntas 24 66,67 Tuntas 25 - - 26 80 Tuntas 27 93,33 Tuntas 28 - - 29 73,33 Tuntas 30 86,67 Tuntas 31 80 Tuntas 32 - - 33 80 Tuntas 34 73,33 Tuntas 35 80 Tuntas 36 80 Tuntas
Rata-Rata 82,1 (*)Tidak hadir (tidak mengikuti ujian)
Berdasarkan data hasil belajar ranah kognitif seperti yang
terlihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang
siswa, 7 orang tidak mengikuti ujian. Dari 29 orang siswa yang
mengikuti ujian, ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM (< 65) sehingga jumlah siswa yang sudah tuntas untuk
KD 3.3 dan 3.4 adalah sebanyak 27 orang. Dengan demikian
persentase ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah
sebesar 93,1%.
Nilai tertinggi adalah 100 yang diperoleh oleh tiga orang
siswa dengan nomor urut 4, 6 dan 10. Sedangkan nilai terendah
adalah 53,33 yang diperoleh oleh satu orang siswa dengan nomor
urut 14. Nilai rata-rata kelas untuk KD 3.3 dan 3.4 dari ranah
kognitif adalah sebesar 82,1.
84
b) Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Data hasil belajar siswa ranah psikomotor diperoleh dari hasil
observasi aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum atau
eksperimen. Dalam pembelajaran, siswa melaksanakan kegiatan
praktikum secara berkelompok sehingga observer kesulitan
mengamati aktivitas siswa satu persatu. Oleh karena itu maka di
akhir pembelajaran diadakan ujian praktek untuk menilai
kemampuan psikomotor siswa secara individu. Materi ujian praktek
terdiri dari 3 objek yaitu : objek 1 (mengamati reaksi dapat balik),
objek 2 (mengamati pengaruh perubahan konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan dan objek 3 (mengamati pengaruh
perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan). Masing-
masing siswa hanya melakukan eksperimen untuk satu objek saja
dengan mengambil nomor lot untuk menentukan objek eksperimen
yang akan dipraktekkan. KKM KD 3.3 dan 3.4 untuk ranah
psikomotor adalah 70. Dengan demikian, siswa dikatakan telah
tuntas jika sudah memperoleh nilai minimal 70 untuk ranah
psikomotor. Lembar penilaian psikomotor selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 1k halaman 193.
Data hasil belajar siswa ranah psikomotor siswa kelas XI IPA2
SMAN 7 Padang dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.
85
Tabel 19. Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa Kelas XI IPA2 SMA 7 Padang
NOMOR URUT SISWA
ASPEK KETERAMPILAN
YANG DINILAI (INDIKATOR)
NILAI KATEGORI
1 2 3 4 5 1 3 3 - 3 3 100 Tuntas 2 3 3 - 2 2 83,3 Tuntas 3 3 3 - 2 2 83,3 Tuntas 4 3 - 3 3 3 100 Tuntas 5 2 3 - 2 2 75 Tuntas 6 3 3 - 3 3 100 Tuntas 7 2 - 3 3 3 91,7 Tuntas 8 3 - 3 3 3 100 Tuntas 9 2 3 - 2 2 75 Tuntas 10 3 3 - 3 3 100 Tuntas 11 3 1 - 3 3 83,3 Tuntas 12 2 - 2 3 3 83,3 Tuntas 13 3 3 - 3 3 100 Tuntas 14 2 - 3 3 3 91,7 Tuntas 15 3 1 - 2 3 75 Tuntas 16 2 - 3 2 2 75 Tuntas 17 - - - - - - - 18 3 3 - 3 3 100 Tuntas 19 2 - 2 2 2 66,7 Belum Tuntas 20 3 3 - 3 3 100 Tuntas 21 3 1 - 3 3 83,3 Tuntas 22 3 - 3 3 3 100 Tuntas 23 3 - 3 3 3 100 Tuntas 24 - - - - - - - 25 3 3 - 2 2 83,3 Tuntas 26 - - - - - - - 27 2 - 2 3 3 83,3 Tuntas 28 3 3 - 3 3 100 Tuntas 29 - - - - - - - 30 3 3 - 3 3 100 Tuntas 31 3 - 3 3 2 91,7 Tuntas 32 2 - 2 2 2 66,7 Belum Tuntas 33 2 3 - 3 3 91,7 Tuntas 34 - - - - - - - 35 3 - 3 2 3 83,3 Tuntas 36 - - - - - - -
Rata-Rata 88,9 (*)Tidak hadir (tidak mengikuti ujian praktek)
Berdasarkan data hasil belajar ranah psikomotor seperti yang
terlihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang
siswa, 6 orang tidak mengikuti ujian. Dari 30 orang siswa yang
86
mengikuti ujian, ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM (< 70) sehingga jumlah siswa yang sudah tuntas untuk
KD 3.3 dan 3.4 adalah sebanyak 28 orang. Dengan demikian
persentase ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah
sebesar 93,3%. Nilai tertinggi adalah 100 yang diperoleh oleh dua
belas orang siswa dengan nomor urut 1, 4, 6, 8, 10, 13, 18, 20, 22,
23, 28 dan 30. Sedangkan nilai terendah adalah 66,7 yang diperoleh
oleh dua orang siswa dengan nomor urut 19 dan 32. Nilai rata-rata
kelas untuk KD 3.3 dan 3.4 dari ranah psikomotor adalah sebesar
88,9. Data hasil belajar siswa ranah psikomotor siswa selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 248.
D. Pembahasan
1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan analisis data penilaian validasi dari validator, maka
validitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan
untuk mata pelajaran Kimia kelas XI pada KD 3.3 dan 3.4, tergolong sangat
valid. Berikut pembahasan dari masing-masing perangkat pembelajaran
yang dikembangkan.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Validasi RPP dilakukan terhadap dua aspek yaitu aspek komponen
RPP dan aspek isi RPP. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 41 tahun 2007 tentang standar proses, maka komponen-
komponen yang harus ada dalam sebuah RPP adalah : identitas, standar
87
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil pelajar dan sumber belajar. Oleh karana itu
dalam pembuatan RPP, penulis berpedoman pada acuan yang terdapat di
dalam Permendiknas tersebut.
Hasil analisis data validasi aspek komponen RPP, menunjukkan
persentase penilaian validator untuk semua aspek yang diuji adalah
100%. Berdasarkan kategori yang sudah ditetapkan maka dari segi aspek
komponennya, RPP yang penulis kembangkan tergolong sangat valid.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari komponennya,
RPP yang dikembangkan sudah mengacu pada Permendiknas No. 41
tahun 2007. Dengan kata lain, semua komponen yang harus ada dalam
sebuah RPP menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007, juga sudah
terdapat di dalam RPP yang penulis kembangkan.
Dalam pengembangan RPP untuk aspek isi penulis berpedoman
pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi. Dalam
permendiknas tersebut dikatakan bahwa standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Ini artinya pengembangan indikator, materi
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
permendiknas tersebut. Disamping itu, dalam Permendiknas No. 41 tahun
88
2007 juga disebutkan bahwa setiap guru dalam satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam
menyusun RPP guru seharusnya dapat memilih metode dan media
pembelajaran yang cocok sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung seperti yang dituntut dalam Permendiknas No. 41 tahun
2007 tersebut.
Dari hasil analisis data validasi aspek isi RPP didapatkan bahwa
tidak semua aspek dari isi RPP yang penilaiannya 100 %. Hanya aspek
penggunaan alat bantu dan media, penggunaan sumber belajar serta
penggunaan bahasa yang penilaiannya 100%. Namun demikian,
berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap aspek isi RPP,
untuk semua aspek yang divalidasi, diperoleh hasil dengan kategori
sangat valid.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari segi aspek
isi, RPP yang dikembangkan sudah sesuai dengan tuntutan KTSP. Hal ini
dapat dilihat dari perumusan indikator, tujuan pembelajaran,
pengorganisasian materi serta pemilihan sumber belajar sudah sesuai
dengan SK dan KD bidang studi Kimia yang terdapat dalam standar isi
89
KTSP. Jenis kegiatan, langkah-langka pembelajaran dan
pendekatan/strategi yang dipilih sudah sesuai dengan Permendiknas No.
41 tahun 2007. Demikian juga dengan pemilihan metode dan media
pembelajaran, sudah sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi
yang sudah dirumuskan
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Dalam KTSP guru dituntut untuk mengembangkan bahan ajar
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan indikator. LKS
adalah salah satu bahan ajar yang dapat digunakan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam buku panduan pengembangan bahan ajar
dari Depdiknas tahun 2008 dijelaskan bahwa prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar adalah : 1) dimulai dari konkrit ke asbstrak, 2)
disajikan secara tepat dan bervariasi, 3) dapat memotivasi peserta didik
untuk belajar, 4) memuat indikator pencapaian kompetensi dan 5)
memperhatikan keberagaman kemampuan siswa.
Berdasarkan hasil analisis data validasi LKS dari validator,
didapatkan rata-rata persentase penilaian validator terhadap aspek
kelayakan isi 82,2% ; kelayakan konstruksi 86,5% ; komponen
keterbacaan 84,8% dan komponen kegrafisan 88,1% untuk LKS
eksperimen. Dan untuk LKS noneksperimen kelayakan isi 86,3% ;
kelayakan konstruksi 93,1% ; komponen keterbacaan 87,9% dan
komponen kegrafisan 89,4%. Berdasarkan kategori yang sudah
90
ditetapkan, maka dari keempat aspek yang divalidasi tersebut, baik untuk
LKS eksperimen maupun LKS noneksperimen tergolong sangat valid.
Berdasarkan hasil penilaian validator ini, dapat disimpulkan bahwa
dari aspek isi LKS yang dikembangkan sudah sesuai dengan tuntutan
KTSP. Topik yang disajikan sudah sesuai dengan tuntutan indikator dan
kegiatan dalam LKS sudah dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir
kritis. Dari segi konstruksi, LKS sudah sesuai dengan strategi inquiry.
Dalam setiap kegiatan LKS selalu diawali dari fakta atau data yang akan
membimbing peserta didik untuk menemukan konsep sehingga peserta
didik berperan sebagai subjek pembelajaran. Dari segi komponen
keterbacaan baik LKS eksperimen maupun LKS noneksperimen sudah
menggunakan bahasa yang baik dan benar menurut EYD sehingga
mudah dipahami dan mudah digunakan oleh peserta didik. Dari segi
komponen kegrafisan setelah melalui beberapa perbaikan, baik LKS
eksperimen maupun LKS noneksperimen sudah ditampilkan dengan
tampilan warna dan gambar yang menarik yang sesuai dengan topik yang
disajikan sehingga merangsang minat peserta didik untuk membacanya.
Pada tahap-tahap awal pengerjaan LKS memang ada terdapat
beberapa kesalahan dalam pengetikan, kesalahan dalam penggunaan
EYD dan kesalahan konsep. Namun berdasarkan masukan dan saran dari
validator kesalahan tersebut sudah diperbaiki dan disempurnakan
sebelum diujicobakan kepada siswa.
c. Media Pembelajaran
91
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, Briggs dalam Wina
Sanjaya, 2009 : 204, menyatakan media sebagai alat untuk memberi
perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Menurut
Depdiknas (2004), ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu : (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, (2)
kesesuaian dengan materi, (3) kesesuaian dengan metoda mengajar, (4)
karakteristik peserta didik, (5) kondisi tempat belajar, (6) kepraktisan dan
(7) ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas. Ada dua jenis media yang
dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu Kit dan CD animasi flash.
1) Kit
Berdasarkan analisis data validasi dari keempat validator, maka
Kit yang dikembangkan tergolong sangat valid. Jika merujuk pada
panduan prinsip pemilihan media pembelajaran dari Depdiknas tahun
2004 serta berdasarkan penilaian dari validator, maka Kit yang
dikembangkan ini sudah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
khususnya untuk KD 3.3, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
dengan materi pembelajara.
Kit juga sesuai dengan strategi pembelajaran inquiry yang
diterapkan dengan metode eksperimen. Kit juga dapat membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar dan dari segi kepraktisan Kit adalah
media yang mudah dalam penggunaan dan perawatan. Menurut
penilaian validator, kotak Kit yang awalnya dibuat dari seng plat agar
92
diganti dengan bahan aluminium yang lebih ringan dan mudah
dibentuk.
2) CD Animasi Flash
Berdasarkan analisis data validasi dari keempat validator, maka
CD animasi flash yang dikembangkan tergolong sangat valid. Dengan
demikian, CD animasi flash ini sudah sesuai dengan indikator dan
tujuan pembelajaran kimia khususnya KD 3.3. Media CD animasi ini
juga sesuai dengan strategi pembelajaran inquiry yang diterapkan
dengan metode diskusi. Media yang dibuat juga dapat memotivasi
siswa untuk berpikir kritis sehingga dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep kimia. Media yang dibuat mudah
digunakan serta sesuai dengan sarana prasarana sekolah. Namun ada
satu orang validator yang menyatakan tidak setuju jika dikatakan
media yang dibuat sesuai dengan sarana prasarana sekolah karena
belum tentu semua sekolah memiliki LCD yang digunakan untuk
memutar CD animasi flash tersebut.
Dalam komentarnya validator menyarankan agar pemakaian
warna untuk larutan perlu diperhatikan agar warna yang digunakan
sesuai dengan warna yang sesungguhnya di dunia nyata. Oleh karena
animasi ini berupa gambar bergerak tanpa narator, maka validator juga
menyarankan agar dalam animasi tersebut ditambahkan kata-kata
penekanan agar siswa memfokuskan perhatiannya kepada objek yang
dituju dan diberikan tanda waktu reaksi berlangsung berupa angka
93
hitungan maju 1 sampai 5 agar siswa dapat memperhatikan dengan
baik saat reaksi berlangsung.
d. Tes Hasil Belajar
Dalam pengembangan instrumen tes hasil belajar, penulis
berpedoman pada Permendiknas No. 20 tahun 2007, dimana dikatakan
bahwa instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik harus
memenuhi persyaratan (1) substansi, yaitu mempresentasikan kompetensi
yang dinilai, (2) konstruksi, yaitu memenuhi persyaratan teknis sesuai
dengan bentuk instrumen yang digunakan dan (3) bahasa, yaitu
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan taraf perkembangan peserta didik.
Berdasarkan analisis data validasi dari keempat validator, maka
instrumen tes hasil belajar yang dikembangkan tergolong sangat valid.
Dari penilaian validator dapat disimpulkan bahwa instrumen tes hasil
belajar secara kualitatif sudah sesuai dengan persyaratan pembuatan alat
evaluasi yang terdapat di dalam Permendiknas No. 20 tahun 2007.
Petunjuk pengerjaan soal dan butir soal sudah dibuat dengan bahasa yang
jelas dan sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Butir soal sudah sesuai dengan indikator yang dirumuskan dan setiap
indikator sudah diuji dengan satu pertanyaan atau lebih. Soal-soal yang
dirumuskan sudah mengacu pada aspek berpikir taksonomi Bloom dan di
dalam alat evaluasi yang dinilai oleh validator juga sudah dicantumkan
kunci jawaban beserta teknik penskoran.
94
2. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran
Uji coba terhadap perangkat pembelajaran yang sudah valid
dimaksudkan untuk melihat praktikalitas dan efektivitas dari perangkat
pembelajaran tersebut. Berikut adalah pembahasan mengenai praktikalitas
dan efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
a. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Praktikalitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan kemudahan
guru dan murid dalam menggunakan perangkat pembelajaran tersebut.
1) Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP
Dari hasil analisis data praktikalitas, didapatkan rata-rata
persentase keterlaksanaan RPP pada aspek umum adalah 89,3%.
Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, maka RPP yang
dikembangkan tergolong sangat praktis. Pada aspek umum, dari 7
RPP, ada 4 RPP yang terlaksana 100% yaitu RPP 2, RPP 4, RPP 5
dan RPP 6. Sementara 3 RPP terlaksana hanya75%, yaitu RPP 1, RPP
3 dan RPP 7. Berdasarkan pengamatan ketiga observer aspek alokasi
waktu pada RPP 2, RPP 3 dan RPP 7 terlaksana tapi tidak sesuai
dengan rencana.
Untuk aspek khusus rata-rata tingkat keterlaksanaan RPP adalah
88%. Jika dilihat kembali data analisis keterlaksanaan RPP pada tabel
14 halaman 75, maka dari sana terlihat bahwa tidak ada satupun RPP
dari aspek khusus yang terlaksana 100%. Persentase penilaian
observer terhadap keterlaksanaan RPP pada aspek khusus ini berkisar
95
antara 71 sampai 95,6 persen. Pada pertemuan pertama persentase
keterlaksanaan RPP adalah yang paling rendah. Berdasarkan analisis
penulis hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa masih dalam
proses penyesuaian dengan strategi pembelajaran inquiry yang
diterapkan dan penulis yang sekaligus sebagai pengajar dalam
penelitian ini juga dalam proses penyesuaian diri dengan siswa. Untuk
pertemuan-pertemuan selanjutnya tingkat keterlaksanaan RPP
cenderung meningkat dibandingkan dengan pertemuan pertama.
2) Hasil observasi Angket Respon Siswa
Dari hasil analisis data angket respon siswa didapatkan bahwa
persentase rata-rata tanggapan siswa terhadap perangkat pembelajaran
yang dikembangkan adalah 80,1%. Jika dirujuk pada kategori yang
telah ditetapkan maka perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan tergolong praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry
siswa mudah dan cepat memahami konsep. Siswa juga merasa puas
dengan ilmu sudah didapatnya selama proses pembelajaran karena
siswa menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Namun demikian
sebagian siswa merasa pembelajaran inquiry lebih menguras energi
mereka dibanding pembelajaran biasa. Hal ini disebabkan karena
mereka belum terbiasa belajar dengan metode seperti ini.
Untuk melihat praktikalitas perangkat pembelajaran, selain
mengunakan angket, peneliti juga meminta tanggapan siswa mengenai
96
perangkat yang dikembangkan yaitu LKS, Kit dan CD animasi flash.
Kepada siswa dibagikan lembar tanggapan yang berisi pertanyaan-
pertanyaan seputar perangkat yang dikembangkan dan siswa diminta
memberikan tanggapanya. Dari hasil tanggapan siswa pada umumnya
mereka berpendapat bahwa penggunaan LKS, Kit dan CD animasi
flash dalam prmbelajaran kimia khususnya KD 3.3 dan 3.4 sangat
membantu mereka dalam memahami konsep. mereka juga
mengatakan bahwa dengan menggunakan LKS, Kit dan CD animasi
flash, belajar kimia menjadi lebih menarik, menantang,
menggairahkan dan tidak hanya terpaku kepada penjelasan guru.
3) Hasil observasi Angket Respon Guru
Dari hasil angket respon guru, juga memperlihatkan
praktikalitas yang tinggi. Hal ini disimpulkan penulis berdasarkan
jawaban yang diberikan guru dalam lembar angket respon guru
mengenai praktikalitas perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran berbasis inquiry memudahkan guru dalam proses
pembelajaran karena pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa dan
guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Perangkat
membelajaran berbasis inquiry memudahkan siswa dalam menemukan
konsep khususnya KD 3.3 dan 3.4 , karena langkah-langkah yang
diberikan terutama dalam LKS, sangat membimbing siswa, sistematis
dan mudah dipahami. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan karena adanta Kit yang siap pakai dan mudah
97
digunakan sehingga sekaligus juga dapat membantu guru dalam
mengatasi keterbatasan waktu. Pembelajaran dengan menggunakan
perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru
membangkitkan motivasi siswa karena LKS, Kit dan CD animasi yang
dirancang sangat menarik (gambar dan warnanya) ditambah lagi
kegiatan pembelajaran dalam LKS memancing keingintauan siswa.
pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis
inquiry dapat memudahkan guru meningkatkan aktifitas siswa dalam
belajar karena seluruh siswa terlibat dalam pembelajaran baik itu
mengisi LKS, berdiskusi ataupun bereksperimen yang dilakukan
secara berkelompok.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry baik untuk
diterapkan terutama untuk mata pelajaran Kimia asalkankan guru
disiplin terhadap waktu.
b. Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Efektivitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan perangkat yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran
dikatakan efektif jika hasil yang diperoleh siswa sesuai dengan yang
diharapkan.
1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
98
Berdasarkan hasil analisis data efektivitas, menunjukkan rata-
rata skor observer terhadap aktivitas siswa untuk kegiatan nomor 1, 2
dan 3 adalah 4. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat
diartikan bahwa aktivitas siswa yang berhubungan dengan
pembelajaran (membaca LKS, melakukan kegiatan sesuai prosedur
kerja dalam LKS dan kerja sama dalam kelompok) sangat sering
muncul. Sementara aktivitas siswa untuk kegiatan nomor 4 adalah 2,9.
Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan bahwa
aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan, sering muncul.
Sedangkan rata-rata skor observer terhadap aktifitas nomor 5 adalah
0,1. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan
bahwa aktivitas siswa berperilaku yang tidak relevan dengan
pembelajaran, tidak pernah muncul. Dari hasil analisis ini maka dapat
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang
dikembangkan tergolong efektif.
Keefektifan perangkat pembelajar dapat dilihat dari keaktifan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan seringnya
muncul aktifitas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran
menandakan kalau pembelajaran menggunakan perangkat berbasis
inquiry ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wina
Sanjaya (2008 : 303) bahwa pembelajaran dengan strategi inquiry
menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan guru sebagai
99
fasilitator. Pada pertemuan pertama dan kedua keseriusan siswa dalam
melakukan aktivitas 1, 2 dan 3 masih kurang yang ditandai dengan
adanya beberapa siswa yang melakukan aktivitas nomor 5 yaitu
berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran. Pada pertemuan
ketiga sampai pertemuan ketujuh jumlah siswa yang berperilaku tidak
relevan dengan pembelajaran semakin berkurang yang menunjukkan
meningkatnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Penyimpangan terjadi pada pertemuan ke 4 dimana jumlah
siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran meningkat
secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena topik yang
disajikan hari itu kurang menarik minat siswa karena materinya adalah
hitungan dan siswa agak sedikit terganggu dengan adanya beberapa
temannya yang keluar masuk kelas karena terlibat kepanitiaan
classmeeting.
Untuk aktivitas nomor 4, di pertemuan pertama dan kedua
terlihat masih rendah, namun di pertemuan ketiga dan keempat siswa
yang melakukan aktivitas ini mengalami peningkatan. Ini menandakan
kalau siswa semakin berani dan percaya diri dalam mengemukakan
pendapatnya. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Wina Sanjaya (2008 : 303) bahwa pembelajaran inquiry dapat
mengembangkan kemampuan intelektual (berpikir secara sistematis,
logis dan kritis) sebagai bagian dari proses mental.
2) Hasil Belajar Siswa
100
a) Hasil Belajar Ranah Kognitif
Berdasarkan analisis data hasil belajar ranah kognitif
menunjukkan bahwa persentase tingkat ketuntasan belajar siswa
pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,1% dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 82,1. Dari 29 orang yang mengikuti tes hasil belajar
hanya 2 orang yang tidak tuntas. Pada saat siswa yang sama
mempelajari KD 3.3 dan 3.4 ini sebelumnya di sekolah, persentase
tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 tersebut
adalah sebesar 71,4% dimana dari 35 orang yang mengikuti tes
hasil belajar ada 10 orang yang tidak tuntas. Setelah mereka
mengikuti pembelajaran berbasis inquiry, dari 10 siswa yang tidak
tuntas tersebut, 8 orang sekarang sudah tuntas dan 2 orang tidak
ikut ujian sehingga tidak diketahui ketuntasan mereka. Data hasil
belajar ranah kognitif pada saat siswa belajar KD 3.3 dan 3.4 di
sekolah ini penulis dapatkan dari guru kimia yang mengajar pada
saat itu (lampiran 20 halaman 250).
b) Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Hasil belajar ranah psikomotor menunjukkan bahwa
persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4
adalah sebesar 93,3% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,9. Dari
30 orang yang mengikuti ujian praktek hanya 2 orang yang tidak
tuntas.
101
Berdasarkan hasil belajar ranah psikomotor ini, diketahui
bahwa 66,7% siswa sudah dapat memilih alat dan bahan
eksperimen dengan tepat (indikator 1) dan 33,3% lagi kurang tepat.
Dari hasil observasi, pada umumnya siswa yang kurang tepat
memilih alat dan bahan eksperimen adalah siswa yang mendapat
objek 2 yaitu mengamati pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan. Diantara siswa yang mendapat objek 2 ini, banyak
yang kurang lengkap memilih bahan eksperimen sehingga dalam
penilaian, mereka dikategorikan kurang tepat memilih alat dan
bahan eksperimen. Untuk indikator 2, dari 17 orang siswa yang
melakukan eksperimen (9 orang eksperimen objek 1 dan 8 orang
eksperimen objek 3) hanya 17,6% yang tidak tepat dalam
menyalakan dan mematikan lampu spritus dan 82,3% dapat
menyalakan dan mematikan lampu spritus dengan tepat. Untuk
indikator 3, dari 13 orang siswa yang melakukan eksperimen (objek
2), 69,2% siswa tepat dalam menngunakan pipet tetes dan 30,8%
siswa kurang tepat dalam menggunakan pipet tetes. Sedangkan
untuk indikator 4, dari 30 siswa yang melakukan eksperimen (9
orang eksperimen objek 1, 13 orang eksperimen objek 2 dan 8
orang eksperimen objek 3), sebanyak 66,7% siswa tepat dalam
mengamati perubahan warna kristal/larutan dan 33,3% lagi kurang
tepat dalam mengamati perubahan warna kristal/larutan. Untuk
indikator 5 sebanyak 70% siswa sudah tepat dalam mengolah atau
102
interpretasi data (mengambil kesimpulan) dan 30% lainnya kurang
tepat dalam mengolah atau interpretasi data.
Berdasarkan data analisis hasil belajar siswa dengan persentase
tingkat ketuntasan yang tinggi yaitu 93,1% untuk ranah kognitif dan
93,3% untuk ranah psikomotor, menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan pada KD 3.3 dan
3.4 bersifat efektif. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran berbasis inquiry memfasilitasi peserta didik agar mereka
mendapatkan kemudahan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikatakan Carin dalam Depdiknas (2007 : 17), bahwa agar
pembelajaran sains dapat berhasil, digunakan prinsip keterlibatan
siswa secara aktif. Aktif berarti “learning by doing”, dimana siswa
harus ikut melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka
cari. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran
berbasis inquiry dapat memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa karena siswa menemukan sendiri konsep yang
dipelajari. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Piaget dalam
Wina Sanjaya (2006 : 194) bahwa pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan sendiri oleh siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mempunyai beberapa
keterbatasan diantaranya :
103
1. Uji coba dilakukan pada siswa yang sudah pernah mempelajari materi
Kesetimbangan Kimia. Untuk dapat melihat efektivitas perangkat
pembelajaran secara lebih akurat, sebaiknya uji coba dilakukan pada siswa
yang belum pernah mempelajari materi ini sebelumnya.
2. Uji coba dilakukan hanya pada satu sekolah dengan situasi dan kondisi
lingkungan serta latar belakang sosial budaya siswa yang sama. Untuk
mendapatkan perangkat yang lebih sempurna sebaiknya uji coba dilakukan
di beberapa sekolah yang berbeda dengan kondisi yang beragam.
3. Uji coba hanya dilakukan satu kali. Untuk mendapatkan perangkat yang
lebih sempurna sebaiknya uji coba dilakukan lebih dari satu kali.
4. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer sehingga observer sedikit
kewalahan dalam mengamati aktivitas siswa yang berjumlah 36 orang.
104
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data validasi dan hasil uji coba perangkat
pembelajaran yang dikembangkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perangkat pembelajaran berbasis inquiry untuk pencapaian KD 3.3 dan
3.4 materi kesetimbangan kimia telah berhasil dibuat (dikembangkan)
dengan menggunakan langkah-langkah pengembangan model four D,
yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel pada tahun 1974. Perangkat pembelajaran berbasis
inquiry yang dikembangkan terdiri dari RPP, LKS, Kit, CD animasi flash
dan tes hasil belajar.
2. Perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry (RPP, LKS, Kit, CD
animasi flash dan tes hasil belajar) yang dikembangkan untuk materi
kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA
sudah valid menurut validator.
3. Perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry (RPP, LKS, Kit, CD
animasi flash dan tes hasil belajar) yang dikembangkan untuk materi
kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA,
sudah praktis untuk dipakai dalam pembelajaran sehingga guru dan siswa
dapat menggunakannya.
4. Perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry (RPP, LKS, Kit, CD
animasi flash dan tes hasil belajar) yang dikembangkan untuk materi
104
105
kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA,
efektif untuk dipakai dalam pembelajaran sehingga dengan menggunakan
perangkat pembelajaran ini hasil belajar dapat dicapai seperti yang
diharapkan.
B. Implikasi
Perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang telah berhasil
dikembangkan ini layak untuk digunakan di sekolah dan diharapkan akan
berdampak positif terhadap proses pembelajaran baik bagi siswa ataupun guru.
Penggunaan perangkat pembelajaran berbasis inquiry pada mata pelajaran
Kimia khususnya KD 3.3 dan 3.4, memfasilitasi peserta didik agar mereka
mendapatkan kemudahan dalam belajar. Dalam pembelajaran, siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar yang membuat pembelajaran menjadi
berpusat kepada siswa. Langkah-langkah dalam perangkat pembelajaran
berbasis inquiry yang dikembangkan, mudah untuk diaplikasikan baik bagi
guru maupun siswa. Kegiatan yang disajikan di dalam perangkat pembelajaran
yang dikembangkan, membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep
yang mereka cari. Media pembelajaran yang dikembangkan dapat
meningkatkan rasa keingintahuan siswa sehingga siswa menjadi termotivasi
untuk belajar. Penggunaan perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry
pada KD 3.3 dan 3.4 dalam pembelajaran juga dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan lebih bermakna bagi siswa karena
siswa menjadi lebih aktif sehingga dengan meningkatnya aktivitas siswa
106
selama proses pembelajaran berlangsung, diharapkan juga akan meningkatkan
hasil belajar siswa seperti yang diharapkan.
Khusus bagi guru, pengunaan perangkat pembelajaran berbasis inquiry
ini akan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berarti dalam
mengelola pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran akan mudah
terlaksana. Dengan digunakannya perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini
di sekolah, khususnya pada pelajaran Kimia, juga dapat membantu guru dalam
menjelaskan konsep-konsep yang bersifat abstrak kepada siswa sehingga
menjadi lebih konkrit.
Hal ini berarti perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat dijadikan
alternatif upaya guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dan untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan adanya pengembangan
perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini pada KD 3.3 dan 3.4 kelas XI
SMA diharapkan dapat membantu guru bidang studi kimia dan guru bidang
studi lainnya dalam mengembangkan perangkat pembelajarannya.
C. Saran
Berdasakan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan
hal-hal berikut :
1. Bagi guru yang ingin menggunakan perangkat pembelajaran berbasis
inquiry ini dalam pembelajannya di sekolah, disarankan agar benar-benar
dapat mengontrol waktu yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan karena ini
berhubungan dengan kebiasaan siswa yang masih kurang disiplin dalam
belajar.
107
2. Bagi sekolah yang ingin menggunakan perangkat pembelajaran berbasis
inquiry ini dalam pembelajaran, disarankan untuk dapat memfasilitasi guru
dan siswa dengan sarana prasarana pendukung seperti LCD, infocus serta
sumber-sumber belajar lain.
3. Supaya pembelajaran berbasis inquiry dapat berjalan lancar diharapkan
siswa mempunyai berbagai macam sumber belajar.
4. Untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang lebih sempurna
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji coba di beberapa
sekolah dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
5. Untuk melihat kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar juga meminta kepada guru
setempat ikut mencoba menggunakan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan tersebut dalam pembelajarannya.
6. Untuk dapat mengamati aktivitas siswa dengan lebih baik pada saat uji coba
perangkat pembelajaran, disarankan kepada peneliti selanjutnya agar
menyesuaikan jumlah observer dengan jumlah siswa.
108
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa.
Brown, James W. 1977. AV Instruction Technology, Media, and Methods fifth Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrassi. Mata Pelajaran Sains. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Jakarta : BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008a. Panduan Umum Pengembangan Silabus : Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas
Departemen Pendidikan Nasional. 2008b. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008c. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008d. Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Tersrtuktur. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas
Departemen Pendidikan Nasional. 2008e. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Materi Pelatihan SERGU PBM Terintegrasi. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas.
108
109
Gagne, Robert R. 1965. Essential of Learning for Instruction. diterjemahkan oleh Hanafi, Abdillah dan Manan, Abdul. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Surabaya : Usaha Nasional.
Isjrin, Noerdien. 1995. Praktikum Sain IPA di SD dan Sains Kit. Padang : IKIP
Muslich, Masnur. 2007. KTSP. Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Menteri Pendidikan Nasional.
Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Sadiman, Arief. S dkk. 2009. Media Pendidikan.Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1990. Media Pengajaran. Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sumiaty. 2002. Pembuatan Kit Praktikum untuk Pembelajaran Gugus Fungsional di Kelas 2 SMU( skripsi). Padang : Jurusan kimia UNP.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.