KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI...

154
BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA SIMBOLIS KASUA PAPAN SEBAGAI PELAMINAN ADAT PERKAWINAN NAGARI TANJUANG BARULAK KABUPATEN TANAH DATAR TESIS OLEH EGA NERIFALINDA NIM 51694 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

Transcript of KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI...

Page 1: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA SIMBOLIS KASUA PAPAN SEBAGAI PELAMINAN ADAT PERKAWINAN

NAGARI TANJUANG BARULAK KABUPATEN TANAH DATAR

TESIS

OLEH

EGA NERIFALINDA NIM 51694

Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan

gelar Magister Pendidikan

KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2011

Page 2: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

 

ABSTRACT

EGA NERIFALINDA, 2011. Forms, Functions and Symbolic Meaning of Kasua Papan as Indigenous Pelaminan Nagari Tanjung Barulak Tanah Datar. Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study reveals the shape, function, and symbolic meaning Kasua papan as a wedding customs nagari Tanjung Barulak Tanah Datar. The problem studied is the form, function, and meaning contained in a traditional wedding ceremony in the village of Tanjung Barulak. This study used qualitative methods with an ethnographic approach. The research data was collected by direct observation of Kasua papan with several informants consisting of experts custom, the prince, bundo kanduang, and cadiak pandai. Determination of informants was based on (1) The informant has long fused and widely understood about the situation that became the focus of research, (2) People involved with the culture of Tanjung Barulak and Kasua papan in particular. To ensure the validity of the data used and Cuba Licoln technique which consists of reliability, keteralihan, accountable and can be recognized. From this study found that cultural property Kasua papan is used in the wedding, which at every level symbolizes the groom's social status in traditional ie (1) Nine levels used by the Penghulu Pucuk, (2) Seven levels used by the Penghulu Andiko, (3 ) Five levels are used by Datuk Tungganai, (4) Four levels are used by ordinary people. Use of Kasua papan is a must, because Kasua papan exist only in customary marriages in the village of Tanjung Barulak. Kasua papan that characterizes the village of Tanjung Barulak implies, any custom rules, behavior, all summarized in the motifs that exist in Kasua papan.

Page 3: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

ii 

 

ABSTRAK

EGA NERIFALINDA, 2011. Bentuk, Fungsi dan Makna Simbolis Kasua Papan sebagai Pelaminan Adat Nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah Datar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Penelitian ini mengungkapkan bentuk, fungsi, dan makna simbolis Kasua papan sebagai pelaminan adat nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah Datar. Permasalahan yang dikaji adalah bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung dalam upacara adat perkawinan di nagari Tanjung Barulak.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengamatan langsung terhadap Kasua papan dengan beberapa informan yang terdiri dari para ahli adat, penghulu, bundo kanduang, dan cadiak pandai. Penentuan informan tersebut didasarkan atas (1) Informan telah lama menyatu dan memahami secara luas tentang situasi yang menjadi fokus penelitian, (2) Orang yang terkait dengan budaya Tanjung Barulak dan Kasua papan khususnya. Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik Licoln dan Cuba yang terdiri dari keterpercayaan, keteralihan, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diakui.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa Kasua papan merupakan benda budaya yang digunakan dalam pesta perkawinan, yang pada setiap tingkatan melambangkan status sosial mempelai pria dalam adat yaitu (1) Sembilan tingkat digunakan oleh Penghulu Pucuk, (2) Tujuh tingkat digunakan oleh Penghulu Andiko, (3) Lima tingkat digunakan oleh Datuk Tungganai, (4) Empat tingkat digunakan oleh orang biasa. Penggunaan Kasua papan merupakan keharusan, karena Kasua papan hanya ada dalam adat perkawinan di nagari Tanjung Barulak. Kasua papan yang menjadi ciri khas nagari Tanjung Barulak mengandung makna , setiap peraturan adat, tingkah laku, semua dirangkum dalam motif yang ada pada Kasua papan.

Page 4: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

iii 

 

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya yang berjudul : “Bentuk, Fungsi, dan Makna Kasua

Papan sebagai Pelaminan Adat Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan

Batipuh, Kabupaten Tanah Datar” adalah asli dan belum pernah diajukan

untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Negeri Padang,

maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, hasil penelitian dan rumusan saya

sendiri tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali dari arahan

pembimbing dan tim penguji karya tulis ini.

3. Dalam karya tulis saya ini tidak terdapat hasil karya, pendapat, opini yang

telah dipublikasikan, kecuali dikutip secara tertulis sebagai acuan dalam

karya tulis saya dengan menyebutkan nama pengarang, terbitannya,

sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka karya tulis saya.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma dan aturan hukum yang berlaku.

Padang , Juni 2011 Yang Menyatakan

Ega Narifalinda 51694

Page 5: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

iv  

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, maha Rahman

dan maha Rahim, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

tesis yang berjudul “Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbol Kasua Papan Sebagai

Pelaminan Adat Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah

Datar” dapat diselesaikan. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi

sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata dua dalam

Konsentrasi Pendidikan Seni Budaya Program Studi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Dengan segala keterbatasan, penulis berusaha semaksimal mungkin

menampilkan yang terbaik. tapi sebagai manusia penulis mengakui tesis ini masih

ada celah yang belum sempat terlihat. Oleh karena itu, saran dan kritik dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tesis ini sangat diharapkan.

Dengan kehadiran tesis ini dengan segala keterbatasannya, dapat menjadi

salah satu informasi budaya khususnya tentang Kasua papan. Penulisan tesis ini

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya melalui kesempatan ini

penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Agusti Efi Marthala, MA, selaku pembimbing I, yang dengan

kesabarannya telah membimbing dan memberi arahan dari awal

hingga akhir penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. Agustina, M. Hum, selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulisan ini hingga akhir.

Page 6: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

v  

3. Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M. Pd, Dr. Yahya, M. Pd, Dr.

Wakhinuddin, M.Pd, selaku kontributor yang telah banyak

memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

4. Segenap staff pengajar dan staff Tata Usaha Program Pascasarjana

UNP Padang, terima kasih atas segala kerjasamanya sehingga proses

belajar mengajar berjalan dengan lancar.

5. Teristimewa untuk ibundaku tercinta, dengan segala kerendahan hati

terima kasih tak terhingga atas limpahan kasih sayang, pengertian dan

doa ikhlas yang selalu ada untukku, serta segala dukungan moril dan

materil tak dapat dihargakan dengan apapun.

7. Arfah, hari-hari denganmu penuh dengan tawa, walaupun kadang

tangis menghiasi, ketegaranmu selalu memberi semangat. Ade dan Tri

kuyakin kalian bisa lebih daripada aku. Dan teman-teman

seperjuangan di Program Pascasarjana UNP, terimakasih atas hari-hari

indah selama ini, dengan begitu penulis menyadari hari-hari tanpa

kalian sungguh sepi.

Dan akhirnya kepada segenap pihak yang telah membantu terwujudnya

tulisan ini, yang tidak dapat dituliskan satu persatu, semoga senantiasa mendapat

lindungan dan mendapat imbalan yang sepadan dari Allah SWT. Amin

Wassalamu’allaikum Wr. Wb.

Padang, ...................2011

Ega Nerifalinda

Page 7: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

 

vi 

 

DAFTAR ISI

ABSTRAK BAHASA INGGRIS..........................................................................i

ABSTRAK BAHASA INDONESIA....................................................................ii

SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............……..…..............................1

B. Masalah dan Fokus Penelitian................................................5

C. Tujuan Penelitian.....................................................................6

D. Manfaat Penelitian…..................………..…...........................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya, Seni, dan Estetika......................................................9

B. Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbol.. ...……….......…........14

C. Pelaminan Minangkabau dan Kasua Papan.......................27

D. Penelitian yang Relevan………………................................31

E. Kerangka Konseptual………................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian......................................................................35

B. Lokasi Penelitian………………………………………........36

C. Informan Penelitian...............................................................36

D. Tenik dan Alat Pengumpulan Data…........………..…........37

E. Teknik Penjaminan Keabsahan Data……….....…...........40

F. Teknik Analisis Data………………………………….........42

Page 8: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

 

vii 

 

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

1. Kawasan Penelitian..........................................................43

2. Letak Geografis................................................................46

3. Sosial Budaya....................................................................47

a. Pola Hidup…………………………….……………...47

b. Ekonomi………………………………..……….….…48

c. Kepemimpinan………………………….…….……...49

d. Sejarah Kasua Papan..................................................54

B. Temuan Khusus

1. Bentuk Kasua Papan........................................................57

a. Warna Kasua Papan…………………………..……63

b. Ragam Hias………………………………………….65

c. Bahan………………………………………...............66

d. Tata Letak…………………………………………...68

e. Tingkatan Kasua Papan…………….…………..….69

2. Fungsi Kasua papan........................................................75

a. Fungsi Simbol............................................................75

b. Fungsi Estetis.............................................................77

c. Fungsi Sosial...............................................................78

3. Makna Simbolis Kasua Papan.........................................79

a. Makna Kasua Papan ...................................................79

b. Makna Bantal ...............................................................82

C. Pembahasan

1. Bentuk Kasua Papan Sebagai Benda Adat…..............102

2. Fungsi Kasua Papan Sebagai Benda Adat……...........103

a. Fungsi Simbolis...........................................................103

b. Fungsi Estetis..............................................................106

Page 9: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

 

viii 

 

c. Fungsi Sosial................................................................109

3. Makna Simbol Kasua Papan Sebagai Benda Adat.....110

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan..........................................................................121

B. Implikasi...............................................................................122

C. Saran.....................................................................................122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

ix  

DAFTAR TABEL

1. Penanda dan Petanda...................................................................................25

2. Bentuk dan Makna Tingkatan.....................................................................59

3. Bentuk dan Fungsi........................................................................................59

4. Motif dan Simbol..........................................................................................60

5. Analisis Motif Ragam Hias Kasua Papan.................................................. 116

6. Analisis Motif Ragam Hias Bantal Kasua Papan...................................... 118

7. Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna Simbolis Kasua Papan................... 120

Page 11: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

x  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta lokasi Kabupaten Tanah Datar........................................... 45 Gambar 2: Peta administrasi Kabupaten Tanah Datar................................ 45 Gambar 3: Peta wilayah Nagari Tanjung Barulak........................................ 46 Gambar 4: Rangka papan badan kasua papan.............................................. 58 Gambar 5: Kain kasua papan yang sudah disulam........................................59 Gambar 6: Papan yan g sudah dipasang kain................................................ 59 Gambar 7: Kasua papan yang sudah disusun.................................................60 Gambar 8: Kasua papan yang sudah disususn lengkap................................ 60 Gambar 9: Banta picak dan banta bulek........................................................ 61 Gambar 10: Warna simbol utama Minangkabau............................................ 64 Gambar 11: Denah tata letak kasua papan...................................................... 68 Gambar 12: Tingkatan kasua papan yang dipakai penghulu pucuk............. 69 Gambar 13: Tingkatan kasua papan yang dipakai penghulu andiko............ 70 Gambar 14: Tingkatan kasua papan yang dipakai datuk tungganai............ 71 Gambar 15: Tingkatan kasua papan yang dipakai orang biasa.....................71 Gambar 16: Kasua papan yang dipakai orang biasa...................................... 72 Gambar 17a: Motif basolan saluak laka............................................................72 Gambar 17b 1: Motif basolan buah palo babalah............................................72 Gambar 17b 2: Motif basolan taratai dalam aia...............................................72 Gambar 18a: Motif bakabuang..........................................................................73 Gambar 18b: Motif bakabuang......................................................................... 73 Gambar 19: Motif tabu satuntuang................................................................... 73 Gambar 20: Bungo taratai dalam aia................................................................ 80 Gambar 21: Buah palo babalah......................................................................... 82 Gambar 22: Carano kanso................................................................................. 83 Gambar 23: Saik galamai................................................................................... 86 Gambar 24: Kuciang lalok................................................................................. 88 Gambar 25: Daun puluik-puluik....................................................................... 90 Gambar 26: Saluak laka..................................................................................... 92 Gambar 27: Bungo panco matoari.................................................................... 95 Gambar 28: Bungo duo tangkai......................................................................... 96 Gambar 29: Singo Bagaluik............................................................................... 98

Page 12: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaminan merupakan salah satu benda budaya dari hasil kebudayaan

masyarakat tradisional, yang merupakan kelengkapan dari benda upacara-upacara

adat di Minangkabau. Pelaminan bagi masyarakat Minangkabau disebut

palaminan yang merupakan benda yang dipakai dalam upacara perkawinan.

Pelaminan beragam bentuknya, sesuai dengan latar belakang darimana masyarakat

yang menggunakan pelaminan itu berasal. Pelaminan secara visual memiliki

keunikan sendiri. Keunikannya bukan hanya karena wujud yang tampak, namun

lebih dari pada itu. Dalam pelaminan terkandung makna simbolis yang

mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Tabrani (1999, 15-16) bahwa tidak ada karya seni rupa yang

dibuat hanya untuk keindahan semata, tetapi juga melebur dengan kaidah moral,

adat, agama, sehingga selain indah sekaligus juga bermakna. Sebagaimana ditulis

Fleming (1965) dan Read (1955) bahwa, seni bertujuan bukan semata melayani

tujuan estetik atau artistik, tetapi juga melayani kejiwaan manusia, yang disebut

kemanusiaan.

Pendapat tersebut jelas bahwa tidak ada karya seni yang dibuat hanya

untuk keindahan semata tetapi juga mempunyai kaidah moral, adat, agama, dan

sebagainya. Ditinjau dari palaminan di Minangkabau, yang berfungsi sebagai

benda upacara, yang digunakan ketika upacara perkawinan di Minangkabau,

Page 13: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

2

selain secara visual terlihat indah, pelaminan sebagai benda budaya juga

mengandung nilai- nilai simbolis.

Bagi masyarakat Minangkabau palaminan ‘pelaminan’ merupakan atribut

yang dipakai pada upacara perkawinan. Pengertian dari palaminan adalah tempat

duduk kebesaran anak daro ‘mempelai perempuan’ dan marapulai ‘mempelai

laki-laki’ saat bersanding pada upacara perkawinan baralek gadang. Baralek

gadang ditandai dengan upacara kenduri adat memotong seekor kerbau sebagai

persyaratan upacara baralek atau kenduri.

Zaman dahulu, di Minangkabau palaminan juga dipakai di rumah adat

‘rumah gadang’, sebagai pelengkap interior Rumah gadang. Namun seiring

dengan perubahan sosial budaya dan perkembangan zaman, palaminan sekarang

tidak hanya dipakai di Rumah gadang saja, tetapi telah dipakai pada upacara pesta

perkawinan di gedung-gedung dan tempat pesta lainnya (yang bukan baralek

gadang).

Kenyataannya pemakaian dan pembuatan palaminan beserta

kelengkapannya, diajarkan secara lisan atau dengan cara peniruan dari generasi

tua secara turun temurun. Karena itu pengetahuan tersebut selama ini hanya

disampaikan melalui lisan, dalam arti tanpa adanya tulisan sebagai pegangan.

Karena tidak ada aturan baku secara tertulis sebagai pegangan, maka

dengan terjadinya perubahan sosial dan budaya di tengah masyarakat, palaminan

Minangkabau yang sudah menjadi tradisi mudah mengalami perubahan, dan

menerima inovasi-inovasi baru yang pada akhirnya muncul versi-versi pelaminan

baru yang tidak berpijak pada konsep tradisi.

Page 14: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

3

Perkembangan lain yang juga terjadi adalah dari segi pemasangannya,

dahulu yang memasang pelaminan adalah rang sumando ‘ipar dengan besan’ yang

ada dalam kaum yang akan melansungkan upacara perkawinan, sekarang

pekerjaan itu sudah mulai beralih ke pihak lain. Palaminan tidak lagi dipasang

oleh rang sumando, tetapi langsung dipasang oleh usaha pelaminan, namum

masih ada di beberapa nagari yang pemasangan palaminan dilakukan oleh rang

sumando. Sistem pemasangan palaminan tersebut disesuaikan dengan ketentuan

adat yang berlaku di daerah setempat, yang dinamakan adat salingka nagari.

Secara umum, bentuk pelaminan di Minangkabau semuanya hampir sama,

namun ada di beberapa daerah yang memiliki bentuk pelaminan yang berbeda.

Salah satunya di Tanjuang Barulak di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Di

daerah tersebut, selain memakai palaminan juga menggunakan Kasua papan

‘kasur papan’ pada upacara adat perkawinan.

Jika ditinjau secara etimologi, nama Kasua papan tersebut terdiri dari

Kasua dan Papan. Kasua di Minangkabau memiliki pengertian tempat tidur yang

terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain, sedangkan papan memiliki

pengertian yaitu nama dari bentuk kayu dengan ukuran tertentu. Jadi Kasua

papan adalah benda budaya yang dipakai dalam upacara perkawinan.

Keberadaan Kasua papan di Tanjung Barulak, merupakan satu syarat

terpenting yang harus ada di rumah mempelai perempuan, sesuai dengan aturan

adat yang berlaku di daerah tersebut. Kasua papan dalam pesta perkawinan lahir

sebagai bentuk simbol yang berfungsi untuk menyambut kedatangan mempelai

pria.

Page 15: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

4

Sebagai simbol, Kasua papan penting artinya bagi masyarakat Tanjung

Barulak dalam upacara perkawinan. Dari penelitian yang telah dilakukan pada

Senin tanggal 22 Februari 2011, diperoleh informasi dari Ibu Aisyah Bundo

kanduang Tanjung Barulak ‘perempuan yang dituakan didalam kaum atau nagari’,

bahwa Kasua papan sangat penting dalam acara perkawinan di Tanjung Barulak

daripada palaminan. Pentingnya Kasua papan dapat dilihat dari ungkapan

masyarakat Tanjung Barulak, bahwa tidak ada palaminan tidak jadi masalah,

asalkan ada Kasua papan. Jika tidak ada Kasua papan mempelai pria tidak akan

naik ke atas rumah mempelai perempuan.

Kasua papan dipasang hanya di rumah mempelai perempuan, dan

diletakkan disebelah kiri ataupun sebelah kanan pintu masuk rumah, agar ketika

mempelai datang Kasua papan langsung terlihat. Pemasangan Kasua papan

dilakukan secara bersama-sama oleh Bundo Kanduang dan rang sumando yang

ada di daerah setempat.

Secara visual, Kasua papan di Tanjung Barulak memiliki bentuk dan

nama yang unik. Kasua papan belum ditemukan pada daerah lain di Sumatera

Barat, bentuknya empat persegi panjang dengan susunan yang bertingkat- tingkat,

serta ditutup dengan kain yang dihias dengan ragam hias sulaman motif

Minangkabau. Menurut masyarakat setempat, tingkatan itu menunjukan strata

atau derajat dari kerabat yang melaksanakan pesta perkawinan.

Eksistensi dari Kasua papan merupakan suatu cerminan perilaku adat dari

masyarakat Tanjung Barulak, karena Kasua papan merupakan wujud budaya

visual yang masih dipakai sampai sekarang, namun tidak dimiliki oleh daerah lain

Page 16: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

5

di Sumatera Barat. Dengan demikian, sebagai benda adat Kasua papan tidak

hanya benda terpakai tapi sebagai simbol adat dan strata sosial masyarakat di

Tanjung Barulak.

Seiring dengan perkembangan zaman, dikhawatirkan kasua papan ini bisa

hilang sebagai bagian dari budaya daerah, karena pada saat ini walaupun Kasua

papan masih dipakai namun tidak banyak masyarakat yang memahami akan

bentuk, fungsi dan maknanya. Demikian juga dengan generasi muda, hampir tidak

tahu dengan Kasua papan sebagai benda upacara perkawinan. Selain dari itu,

dilihat dari segi pewarisan hampir tidak ada, dikhawatirkan suatu saat masyarakat

tidak mengenal lagi Kasua papan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis bermaksud untuk meneliti dan

menginventarisasi Kasua papan sebagai benda adat yang dipakai dalam upacara

adat perkawinan, dengan tujuan untuk mengantisipasi kekhawatir akan

kepunahan, seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial budaya ditengah

masyarakat.

B. Masalah dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini akan

dirumuskan fokus penelitian:

1. Bagaimanakah bentuk Kasua papan sebagai benda adat pada upacara

perkawinan di nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah Datar?

2. Apa fungsi Kasua papan sebagai benda adat dalam upacara perkawinan di

nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah Datar?

Page 17: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

6

3. Apa makna simbolis yang terdapat pada Kasua papan sebagai benda adat

pada upacara perkawinan di nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah

Datar?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menjelaskan tentang Kasua papan dalam konteks simbol kebudayaan nagari

Tanjung Barulak Kabupaten Tanah Datar. Secara khusus penelitian ini bertujuan

seperti berikut ini.

1. Mendeskripsikan bentuk dan karakter Kasua papan sebagai benda adat

pada upacara perkawinan di Nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah

Datar.

2. Mendeskripsikan fungsi Kasua papan sebagai benda adat pada upacara

perkawinan di Nagari Tanjung Barulak Kabupaten Tanah Datar.

3. Mendeskripsikan makna simbolis yang terkandung dalam Kasua papan

sebagai benda adat pada upacara perkawinan di Nagari Tanjung Barulak

Kabupaten Tanah Datar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan masukan dalam bidang

teori berikut ini:

Page 18: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

7

a. Penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan tentang bentuk

Kasua papan sebagai bagian dari benda upacara perkawinan masyarakat

Minangkabau khususnya masyarakat Tanjung Barulak, dan pemahan

terhadap fungsi dan makna simbolis yang ada pada Kasua papan, sebagai

bahasa rupa.

b. Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya nyata dan ilmiah dalam menggali

dan mengkaji budaya dan seni rupa sebagai bagian dari kebudayaan.

Sehingga menghasilkan catatan atau dokumentasi yang menjadi bahan

informasi tertulis tentang kebudayaan Minangkabau umumnya dan Kasua

papan khususnya.

c. Penelitian ini dapat memberikan wawasan etnografi, suatu kajian

keragaman budaya yang berkaitan dengan konteks budaya masyarakat

Tanjung Barulak, Sumatera Barat sebagai bagian dari benda adat budaya

Minangkabau.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian dapat memberikan masukan bagi beberapa pihak,

berikut ini.

a. Sebagai sumbang pemikiran bagi Pengambil kebijakan formal, terutama di

bawah Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Provinsi

Sumatera Barat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

b. Sebagai bahan atau materi dalam bidang pendidikan, terutama dalam

pembelajaran dalam pembelajaran seni dan budaya bagi masyarakat

Page 19: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

8

Minangkabau umumnya, dan untuk masyarakat Tanjung Barulak

khususnya.

c. Sebagai identitas bagi masyarakat daerah Tanjung Barulak dalam upaya

pelestarian budaya dan upaya pemertahanan dan pemberdayaan budaya

lokal, khususnya Kasua papan sebagai benda budaya, sehingga dapat

mewujudkan jati diri masyarakat Tanjung Barulak.

Page 20: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis

Bagian ini dipaparkan pokok pikiran sebagai kerangka acuan di dalam

memecahkan masalah penelitian. Pemikiran dan penjelasan yang digunakan untuk

memecahkan masalah dikemas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan

sebagai analisis dalam mengkaji masalah ini.

1. Budaya, Seni, dan Estetika

a. Budaya

Maran (Raga, 2000: 24-26) mengungkapkan bahwa kata “kebudayaan”

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu budhayyah. Kata budahayyah adalah bentuk

jamak dari buddhi yang berarti ‘budi’ dan ‘akal’. Secara estimologi, kata

‘kebudayaan’ berarti hal-hal yang berkaitan dengan akal (Koentjaraningrat,

1974:9). Disamping itu, MM. Djojodigeono (1958) seperti dikutip

Koentjatraningrat mengartikan dan melihat “kebudayaan sebagai perkembangan

dari majemuk budidaya, berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa”.

Pendapat ini ditambahkan Van Pausen (1988: 6) bahwa, kebudayaan sebagai

proses pelajaran, yang terus menerus sifatnya. Di dalam proses ini bukan saja

kreatifitas dan infentifitas merupakan faktor penting, melainkan kedua faktor ini

kait mengait dengan pertimbangan-pertimbangan etis.

Pakar Antropologi dari Amerika Serikat yang bernama Robert H. Lowie

(dalam Maran, 1937: 3) menyatakan bahwa, kebudayaan adalah segala sesuatu

yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat,

Page 21: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

10

norma-norma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena

kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat

melalui pendidikan formal atau informal.

Selanjutnya, Spradley (1997:7) mengatakan konsep kebudayaan adalah

suatu sistem simbol yang mempunyai makna yang banyak mempunyai persamaan

dengan interaksionisme simbolik. Blumer (dalam Spradley, 1997:7),

mengidentifikasi tiga premis sebagai landasan teori dalam kebudayaan yaitu:

Pertama, manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang

diberikan kepada mereka. Kedua, yang mendasari interaksionisme simbolik

adalah bahwa berbagai makna berasal atau muncul dari interaksi sosial seseorang

dengan orang lain. Ketiga, interaksionisme simbolik adalah makna yang

ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh

orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapinya.

Kebudayaan yang dimiliki oleh orang Minangkabau, sebelum bangsa

Hindu datang ke Indonesia pada abad ke 1 Masehi. Pada masa itu bangsa

Indonesia telah pandai mengerjakan sawah, ladang, dan irigasi serta alat

pengolahannya. Bangsa Indonesia telah mempunyai kepandaian membuat alat

perkakas dari besi, tembaga, dan loyang. Begitupun di Minangkabau, telah

terdapat kesenian gamelan, talempong dan lainnya. Selanjutnya adat

Minangkabau yang asli dan unik diantaranya adalah keturunan ibu (matrilineal).

Minangkabau dengan sistem keturunan ibu mempunyai ide kehidupan

yang diliputi oleh budi luhur, sejiwa dengan ajaran yang dikandung oleh adatnya.

Adat Minangkabau merupakan suatu sistem yang meliputi kehidupan orang dan

Page 22: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

11

masyarakat. Masyarakat Minangkabau berazaskan organisasi hidup berkelompok,

dalam membuka wilayah tempat tinggal dan membuka wilayah pertanianpun

mereka lakukan secara berkelompok. Bahkan perkawinan dalam masyarakat

Minangkabau merupakan urusan bersama kekerabatan kaum. Perkawinan di

Minangkabau bersifat eksogami, perkawinan hanya boleh dilakukan dengan orang

yang berlainan suku. Menurut struktur masyarakat Minangkabau setiap orang

adalah warga kaum dan anggota sukunya, walaupun telah kawin. Anak yang lahir

dari hasil perkawinan menjadi anggota kaum istrinya, suami tidak memegang

kuasa atas istri dan anaknya (Hakimi,1994:39)

Dari beberapa definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan, bahwa

kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Selain itu,

perwujudan kebudayaan dapat berbentuk norma-norma dan benda-benda yang

diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan

benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola prilaku, bahasa, peralatan

hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan

untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Ditinjau dari Kasua papan, sebagai pelaminan adat merupakan hasil

kebudayaan masyarakat di daerah Tanjuang Barulak. Keberadaan Kasua papan

sampai saat ini masih eksis sebagai perwujudan nilai-nilai adat istiadat yang masih

berlaku di daerah Tanjuang Barulak. Kasua papan sebagai benda budaya tidak

Page 23: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

12

hanya tampil secara fisik saja tetapi juga merupakan simbol sebagai berwujudan

nilai-nilai adat dan budaya.

b. Seni

Kasua papan sebagai bagian dari seni rupa tradisi sangat terkait dengan

seni. Gie (1996:18) menjelaskan seni, sebagai segenap kegiatan budi pikiran

seorang (seniman) yang secara mahir menciptakan sesuatu karya sebagai

pengungkapan perasaan manusia. Hasil ciptaan dari kegiatan itu ialah suatu

kebulatan organis dalam sesuatu bentuk tertentu dari unsur-unsur bersifat

ekspresif yang termuat dalam suatu medium inderawi.

Menurut Koetjaraningrat (1997:19), “ Kesenian adalah ciptaan dari

segala pikiran dan prilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia

dapat dinikmati dengan panca indranya (yaitu penglihatan, penghidu, pengecap,

perasa dan pendengar)”.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa seni itu memang sudah tumbuh

dan berkembang dalam kehidupan manusia. Seni selalu berkaitan dengan

keindahan yang diwujudkan dalam suatu karya dan seni merupakan suatu

kepuasan batin dalam menyampaikan rasa keindahan pada suatu media yang

diapresiasikan kepada orang lain. Dan seni juga merupakan hasil ungkapan cipta,

rasa dan karsa manusia untuk kebutuhan dirinya dan orang lain.

Manusia mengapresiasikan seni kedalam berbagai bentuk. Seperti yang

diungkapkan Yervan Krikorian (dalam Gie, 1996: 21-24), seseorang yang mampu

untuk perenungan semacam ini dapat mewujudkan seni praktis pada benda-benda

di sekelilingnya, yang menembus sampai ke makna arti benda-benda tersebut.

Page 24: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

13

Plato salah seorah tokoh estetika, dalam konsep Plato pada tingkat

tertinggi ada dunia ide dan bentuk yang sempurna dan abadi. Pada tingkat

tertinggi itu juga ada keindahan yang serba sempurna, sedang benda-benda yang

indah di dunia ini adalah tiruan atau gema yang mengingatkan keindahan sejati.

Dari uraian di atas terlihat bahwa Kasua papan merupakan benda seni

yang dipakai dalam upacara adat perkawinan daerah Tanjung Barulak. Kasua

papan merupakan satu kesatuan ide yang terbentuk melalui pengabungan unsur-

unsur dan prinsip-prinsip seni menjadi benda upacara adat perkawinan di Tanjung

Barulak.

c. Estetika

Estetika adalah falsafah seni yang melihat, keindahan secara

keseluruhan. Dalam bahasa Yunani “aesthetica” artinya sesuatu yang dapat

diserap dengan panca indra. Dalam bahasa Inggris disebut “aesthetics” yang

artinya berkenaan dengan keindahan. Maka dapat disimpulkan pengertian estetik

itu “sebagai penelaahan pembahasan yang bersangkut paut dengan pengetahuan

seni, keindahan alam dan serta ilmu yang bersangkutan”. Dikatakan ilmu

bersangkutan karena estetika itu meliputi estetika ilmiah, seperti ilmu seni, sejarah

seni, psikologi seni.

Secara etimologis estetika mempunyai arti sebagai ‘teori pengetahuan

kepekaan rasa’ (the teory of sentient knowledge). Istilah estetika pertama

diperkenalkan oleh Alexander Baumgarten (dalam Spirito, 1963: 28), yang

mengartikan estetika sebagai ‘teori keindahan dan seni’ (the theory of the

beautiful and of art).

Page 25: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

14

Hasil karya seni dalam bentuk apapun selalu berhubungan dengan bentuk

yang indah (aestetic) halus dan bernilai tinggi (bermutu). Soeharjo (2009:6)

menuliskan pengertian estetika yang dikemukakan Baumgarten sebagai perasaan

indah atas karya seni. Herbert (dalam Muharman 1992:4) menyebutkan

kemampuan untuk memahami dan menghayati sesuatu yang indah tidak hanya

melahirkan sikap menyenangkan tetapi juga menimbulkan keinginan untuk

melestarikan dan mengembnagkannya. Semuanya selalu berawal dari daya respon

indera terhadap wujud nyata dari objek yang dapat ditangkap, baik dalam bentuk

gerak, bunyi, visual ataupun bentuk lain yang merupakan perpadua ketiga dimensi

tersebut.

Sedangkan menurut Agus Sachari (2002:7) bahwa kajian-kajian estetika

mengalami reorientasi substansial, yaitu memandang seni bukan pada kecantikan

dan keindahannya, melainkan telah bergeser ke arah aksi, makna dan tanda.

Gie menambahkan (1976:35) ”Keindahan dalam arti estetik murni

menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala

sesuatu yang diserapnya, sedangkan keindahan dalam arti yang terbatas lebih

disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserap dengan

penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.

Pandangan para ahli tersebut terlihat bahwa estetika mempunyai

pengertian yang bervariasi, dapat disimpulkan estetika diperoleh melalui

penginderaan ketika melihat karya seni, estetika bukan semata masalah keindahan,

tetapi respon-respon manusia terhadap sesuatu yang artistik. Kemampuan untuk

memahami dan menghayati sesuatu yang indah tidak hanya melahirkan sikap

Page 26: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

15

menyenangkan tetapi juga menimbulkan keinginan untuk melestarikan dan

mengembangkannya. Bagaimana merespon dan melestarikan Kasua papan

sebagai benda artistik yang penuh makna dan tanda agar tidak punah seiring

dengan perkembangan zaman.

2. Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbolis

a. Bentuk

Bentuk dalam konteks ini dimaksud sebagai wujud fisik, bentuk atau

wujud yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihatan (oleh mata) ada dua

pengertian bentuk yakni ‘form’ dan ‘shape’. Form bentuk yang menunjukkan

makhluk hidup, misalnya bentuk binatang, kucing, bentuk seorang wanita, Shape,

pengertian bentuk untuk menunjukkan benda mati, misalnya bentuk topi, bentuk

patung, dan sebagainya (Bustomi, 1981/82 :32).

Bentuk yang sederhana adalah titik, kumpulan dari beberapa titik akan

mempunyai arti dengan menempatkan titik tersebut secara tertentu dan sistematis.

Kalau titik berkumpul dekat sekali dalam suatu lintasan yang sama, maka titik

akan menjadi garis. Beberapa garis bersama dengan beberapa penempatan

bersilang atau berlawanan dan bertemu dengan satu titik lagi akan menjadi

bidang. Dan beberapa bidang bersama menjadi ruang, titik, garis, bidang, dan

ruang merupakan elemen mendasar bagian karya seni rupa (Djelantik,1999:21).

Bentuk yang dimaksud adalah bentuk form, shape yang dibangun oleh

struktur dari unsur bentuk, garis, bidang, ruang, tekstur, warna dan unsur-unsur

lain yang saling bersistem, membentuk satu wujud yang dapat ditangkap oleh

indera penglihatan. Sumber bentuk di ilhami dari makhluk hidup maupun di

Page 27: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

16

ilhami dari benda mati. Dalam kaidahnya bentuk itu dapat digolongkan menjadi 1)

bentuk yang terdapat di alam, 2) Bentuk yang dibuat manusia, 3) Bentuk yang

terjadi karena alat.

Awal abad ke-20, Gestalt mengembangkan azas yang mengatur persepsi

manusia, prinsip psikologinya adalah adanya kesatuan dalam persepsi kita

terhadap bentuk, kesatuan ini dibentuk oleh perupa melalui hubungan antara

elemen-elemen seni, antar elemen dengan bidang, antar latar dengan objek. Couto

(2009:125) membagi bentuk menjadi dua: bentuk organis dalam seni itu lembut,

melengkung, tidak teratur, meskipun ada bentuk alami seperti struktur kristal yang

bersiku, dan bentuk geometris adalah teratur dan tepat. Bagaimanapun sebuah

rupa bukanlah bentuk yang dapat dimaknai secara langsung secara alami atau

geometris.

Teori bentuk (formalis theory) yang dikemukakan oleh Clive Bell dalam

bukunya “Art” menyatakan: segenap seni penglihatan dan musik sepanjang masa

mempunyai significant form (bentuk penting atau bentuk yang bermakna),

sehingga seni tersebut dihargai orang, dimana nantinya significant form akan

menimbulkan tanggapan berupa perasaan estetis (aesthetis emotion) dalam diri

seseorang (Gie,1976:74) formalis theori ini didukung juga oleh adanya tiga hal

yang membuat indah yakni: kesatuan (unity), kerumitan (complexity) dan

kesungguhan (intensity).

Wolfflin (dalam Feldman, 1967) menjelaskan dalam karya seni bentuk

dipahami bukan seperti sebuah gambar (dua dimensi), tetapi ia berada dalam

ruang atau volume.

Page 28: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

17

Kasua papan dalam bentuk fisik menampilkan sebuah empat persegi

panjang yang diberi hiasan sulaman. Bentuk dalam kajian seni adalah keseluruhan

(totalitas) dari keterpaduan komponen-komponen yang telah terwujud dalam

bentuk bidang (2 dimensi) yang dibuat dengan pengaturan terkontrol unsur visual

(titik, garis, bidang, value, tekstur dan warna). Tabrani (1992:2) menambahkan

bahwa, rupa ditangkap oleh manusia melalui mata. Bentuk sebagai objek

pengamatan adalah sesuatu yang bersifat kasat mata, artinya dapat dilihat. Dengan

demikian bentuk dapat dilihat (ditangkap) melalui alat indra mata dan informasi

disampaikan ke otak, sehingga terbentuk image ‘rupa’ atau ‘kesan’, bayang-

bayang yang berbentuk.

Apabila disederhanakan pengertian bentuk di atas, maka bentuk adalah

wujud yang tampak, dapat dilihat sebagai titik, garis, dan bidang. Dalam

pengertian dua dimensi berupa gambar yang tidak bervolume, dalam pengertian

tiga dimensi adalah unsur rupa yang terbentuk karena ruang dan volume. Desain

Kasua papan yang didasari bentuk empat persegi panjang, dapat dikelompokan

dalam bentuk desain stuktral dan desain hiasan.

Hiasan Kasua papan berupa sulaman bagian tertentu dengan memakai

warna warni seperti hiasan pada pelaminan, disudut kiri dan kanan atas Kasua

papan ini diletakkan bantal, sebelah kiri diletakkan bantal kecil (banta katiak)

sebanyak 9 buah dengan bentuk persegi memanjang, pada salah satu bagian bantal

itu bermotif, salah satu diantara motifnya adalah saik kalamai, diantara sembilan

buah bantal kecil juga terdapat satu buah bantal bulat (banta bulek) yang

Page 29: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

18

diletakkan paling atas, dan sebelah kanan Kasua papan diletakkan dua buah

bantal biasa.

Warna juga merupakan unsur yang mempengaruhi bentuk secara

keseluruhan dan motif secara khusus. Kasua papan di Minangkabau,

menggunakan warna tradisional yaitu merah, kuning, dan hitam, namun tradisi itu

berkembang dengan memunculkan warna lain seperti biru, ungu, dan lainnya.

b. Fungsi

Fungsi dalam arti yang sederhana sering dikatakan sebagai peranan, artinya

memiliki posisi yang dianggap penting oleh masyarakat. Menurut Radeliffe-

Brown (dalam Evans Pritchard, 1986 :89), fungsi didasarkan pada analogi antara

kehidupan sosial dan organik yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan

sosial dalam fungsi seluruh sistem sosial.

Fungsi selalu menunjukkan pengaruh terhadap suatu yang lain, apa yang

dinamakan fungsional tidak berdiri sendiri tapi terbungkus dalam suatu hubungan

tertentu yang memberi arti dan makna (Peursen, 1976: 85). Couto menyatakan

seni kriya diciptakan oleh manusia bukan hanya bertujuan untuk hiasan semata,

akan tetapi yang utama adalah dipakai, digunakan, dan dimanfaatkan untuk

kepentingan-kepentingan lain yang diluar lingkup seni (Couto,1999:10).

Barang, benda atau sesuatu objek diciptakan oleh manusia memberikan

kepuasan (satisfaction), berarti ada fungsi yang menjembatani antara benda

dengan manusia sebagai subjek dalam upaya mencapai tujuan. Fieldman (dalam

Couto, 1999:52), menjelaskan ada tiga macam fungsi seni rupa dari sudut tema

Page 30: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

19

psikologi dan sosiologi, seni secara umum menjalani fungsi individual, sosial dan

fisik. Raharjo (1986:15) lebih menukikkan lagi bahwa disamping kebutuhan untuk

memenuhi kepentingan jasmani, manusia juga mempunyai kebutuhan akan

rohani, disinilah seni memenuhi fungsinya, karena ia dapat memenuhi ekspresi

kepuasan dalam apa yang dilihat dan apa yang didengar, sesuai dengan fitrah

manusia dalam mencapai kepuasan, ia ingin mendapat intensifikasi mencapai

kepuasan sesuatu yang sempurna.

Jadi fungsi merupakan suatu yang menjembatani kemanfaatan dari suatu

benda yang digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan

praktis yang bersifat konkrit jasmani maupun fungsi dan tujuan untuk mencapai

suatu kepuasan, nilai-nilai yang bersifat rohani.

Menurut (Ritzer:121) dalam teori sosiologi modern mendefinisikan fungsi

‘function’ adalah ”kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan

kebutuhan sistem” Selanjutnya, Malinowski (dalam Ihromi, 1980:59)

mengemukakan bahwa orientasi teori fungsionalisme, yang beranggapan bahwa

semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat.

Fungsi dari suatu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa

kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para

warga suatu masyarakat.

Berdasarkan beberapa uraian teori di atas maka dapat dikatakan fungsi

mempunyai kaitan erat dengan persoalan-persoalan yang diekspresikan manusia

sebagai bentuk komunikasi, dalam kehidupan sosial dan bermanfaat bagi

masyarakat. Sebagai praktik sosial Kasua papan sebagai pelaminan adat daerah

Page 31: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

20

Tanjung Barulak mempunyai fungsi sabagai simbol yang harus dipahami oleh

masyarakat pengguna, bukan saja sebagai alat komunikasi dengan masyarakatnya,

tetapi simbol yang menjadi bagian dari sistem kehidupan sosial budaya

masyarakat dan sebagai identitas bagi daerahnya.

c. Makna

Makna berarti ‘maksud’, ‘arti’, bermakna, berarti mempunyai

(mengadung) arti yang dalam memaknakan, berarti menjelaskan arti atau maksud

(Iskandar, 1989:790). Makna dinyatakan oleh Fisher, sebagai sesuatu yang tidak

selalu berarti studi tentang komunikasi manusia, atau makna hanya ada pada

setiap komunikasi verbal. Akan tetapi, senyatanya makna berada pada atau tanpa

adanya komunikasi, pada gambar-gambar juga mempunyai makna sebagai bahasa

visual yang dapat diterjemahkan untuk berbagai komunikasi (Fisher, 1978:349).

Persoalan meaning menurut (Fisher, 1978:342) selalu dilihat dalam

konteks komunikasi ‘bahasa’ atau ‘kata’. Padahal meaning itu dapat berada

dengan tanpa atau diluar konteks komunikasi bahasa, yakni komunikasi atas

hubungan manusia dengan suatu objek fisik atau karya seni

Bakker (Couto, 1997:104) menjelaskan manusia memisahkan mana yang

penting dan mana yang kurang penting baginya, yang penting adalah bermakna,

sesuatu yang bermakna selalu melibatkan totalitas jiwa karena manusia

berhadapan dengan sesuatu yang menyentuh.

Manusia dapat membaca makna itu melalui tanda-tanda, melalui objek-

objek alam tertentu, melalui stimuli-stimuli yang memungkinkan manusia untuk

menafsirkan, artinya manusia penerima stimuli-stimuli tanda,

Page 32: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

21

menginterprestasikan atau menafsirkan. Makna sebenarnya hasil olah pikir serta

pengalaman seperti apa yang diklasifikasikan oleh Bloom (1956) tentang aspek

mental dan fisik manusia yang dibagi atas tiga ranah yaitu, ranah kognitif

(pengetahuan), ranah afektif (perubahan sikap dan tingkah laku), dan ranah

psikomotorik (keterampilan).

Menurut Wijana dan Rohmadi (2008:13) bahwa makna adalah bentuk

kebahasaan yang memiliki konsep dalam pikiran manusia yang disebut dengan

makna (sense). Konsep ini lazim berhubungan dengan sesuatu hal yang ada di luar

bahasa yang disebut referen (referent) dan bersifat internal.

Makna adalah konvensi sosial yang diorganisasi melalui relasi antar tanda

(Baker, 2000:18). Berbicara tentang ilmu tanda yang disebut dengan semiotika

berimplikasi terhadap dimungkinannya pengetahuan tanda yang objektif, yaitu

dibangun oleh penanda (media) dan pertanda (makna). Bagaimanapun pandangan

tentang stabilitas makna, maka makna akan menjadi arah pengetahuan yang pasti,

sebagaimana kebudayaan yang dimiliki bersama. Hal ini sesuai dengan penjelasan

Spradley (1997:7) bahwa “Kebudayaan sebagai suatu sistem yang dimiliki

bersama, dipelajari, diperbaiki, dan dipertahankan secara bersama.

Keraf (1990:28-29) membagi makna dalam dua bagian yaitu, makna

denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif disebut juga makna proposional

karena bertalian dengan informasi-informasi yang bersifat faktual. Makna

konotatif disebut juga makna konotasional atau makna evaluatif, memilih konotasi

adalah masalah yang jauh lebih berat dari memilih makna denotatif. Makna

denotatif disebut juga makna kiasan. Menurut Couto (1998:115) tanda dapat

Page 33: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

22

dibagi dalam dua signifikasi, yaitu: “signifikasi berdasarkan fungsi atau denotatif

dan signifikasi konotatif”. Konsep pokok dalam semiotik adalah “tanda” ‘sign’

yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala budaya serta penanda dan

petanda yang merupakan unsur mentalistik. Dalam tanda, terungkap citra ataupun

konsep sebagai dua komponen yang tak terpisahkan (Masinambow, 2002:11-12).

Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam

pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam

berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk

memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa.

Semiotika adalah ilmu tanda (Bonta 1979:26, Chandler 1994:1, Eco

1976:3, Eco dalam Broadbent 1980:11, Noth 1990:3, Sudjiman 1992:vii, Sukada

1992:8); istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”.

Winfried Noth (1993:13) menguraikan asal-usul kata semiotika; secara etimologi

semiotika dihubungkan dengan kata Yunani sign dan signal. Tanda terdapat

dimana-mana : ‘kata’ adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas,

bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur)

atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi

tanda. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir

dengan sarana tanda. Tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi. Diantara

sekian banyak pakar tentang semiotika ada dua orang yaitu Charles Sanders Peirce

(1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai

pemuka-pemuka semiotika modern (Noth 1990:39, Sudjiman 1992, Chandler

1994:1). Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika

Page 34: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

23

modern : yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain menggunakan

konsep Saussure. Ketidaksamaan itu mungkin terutama disebabkan oleh

perbedaan yang mendasar : Peirce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan

Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum. Pemahaman atas dua gagasan ini

merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar

tentang semiotika.

Menurut Peirce kata ‘semiotika’, kata yang sudah digunakan sejak abad

kedelapan belas oleh ahli filsafat Jerman Lambert, merupakan sinonim kata

logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut

hipotesis Pierce yang mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda

memungkinkan manusia berfikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi

makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotika bagi Pierce

adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau kerja sama tiga subyek

yaitu tanda (sign), obyek (object) dan interpretan (interpretant). Di sisi lain,

Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda. Sudaryanto (1994)

menyatakan hal yang sama bahwa linguistik dikenal sebagai disiplin yang

mengkaji bahasa, proses membahasa dan proses berbahasa. Semiotik dikenal

sebagai disiplin yang mengkaji tanda, proses menanda dan proses menandai.

Bahasa adalah sebuah jenis tanda tertentu. Dengan demikian dapat

dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik. Saussure

menggunakan kata ‘semiologi’ yang mempunyai pengertian sama dengan

semiotika pada aliran Pierce. Kata Semiotics memiliki rival utama, kata

semiology. Kedua kata ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasikan adanya

Page 35: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

24

dua tradisi dari semiotik (Sebeok 1979:63). Tradisi linguistik menunjukkan

tradisi-tradisi yang berhubungan dengan nama-nama Saussure sampai Hjelmslev

dan Barthes yang menggunakan istilah semiologi. Sedang yang menggunakan

teori umum tentang tanda-tanda dalam tradisi yang dikaitkan dengan nama-nama

Pierce dan Morris menggunakan istilah semiotics.

Kata Semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata semiologi.

Menurut Budi Sukada (1992:8), definisi semiotika tergantung pada siapa yang

dirujuk. Apabila Saussure yang dijadikan rujukan, maka yang dimaksud adalah

semiologi; a science that studies the life of signs within society. Sedang semiotika

yang digunakan maka yang dirujuk adalah buah pikiran Peirce : the study of

patterned human behaviour in communication in all its modes. Ahli-ahli

semiotika dari aliran Saussure menggunakan istilah-istilah pinjaman dari

linguistik. Pada masa sesudah Saussure, teori linguistik yang paling banyak

menandai studi semiotik adalah teori Hjelmslev, seorang strukturalist Denmark.

Pengaruh itu tampak terutama dalam ‘semiologi komunikasi’.

Teori ini merupakan pendekatan kaum semiotika yang hanya

memperhatikan tanda-tanda yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan

sadar oleh mereka yang mengirimkannya (si pengirim) dan mereka yang

menerimanya (si penerima). Para ahli semiotika ini tidak berpegang pada makna

primer (denotasi) tanda yang disampaikan, melainkan berusaha untuk

mendapatkan makna sekunder (konotasi). Menurut Saussure, tanda mempunyai

dua entitas, yaitu signifier (signifiant / wahana tanda / penanda / yang

Page 36: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

25

mengutarakan / simbol) dan signified (signifie / makna / petanda / yang diutarakan

/ thought of reference).

Menurut Peirce (dalam Hoed,1992) semiotika adalah suatu ilmu atau

metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili

sesuatu. Tanda juga bisa berupa lambang, jika hubungan antara tanda itu dengan

yang diwakilinya didasarkan pada perjanjian (convention), misalnya lampu merah

yang mewakili “larangan (gagasan)” berdasarkan perjanjian yang ada dalam

masyarakat. Burung Dara sudah diyakini sebagai tanda atau lambang perdamaian;

burung Dara tidak begitu saja bisa diganti dengan burung atau hewan yang lain.

Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu, apabila “sesuatu”

disampaikan melalui tanda dari pengirim kepada penerima, maka sesuatu tersebut

bisa disebut sebagai “pesan”. Iklan dalam konteks semiotika dapat diamati sebagai

suatu upaya menyampaikan pesan dengan menggunakan seperangkat tanda dalam

suatu sistim. Dalam semiotika, iklan dapat diamati dan dibuat berdasarkan suatu

hubungan antara signifier (signifiant) atau penanda dan signified (signifie) atau

petanda, seperti halnya tanda pada umumnya, yang merupakan kesatuan yang

tidak bisa dilepaskan antara penanda dan petanda.

Tabel 1: Penanda dan Petanda

signifier signified

wahana tanda

penanda

yang mengutarakan

symbol

makna

petanda

yang diutarakan

thought of reference

Page 37: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

26

Ferdinand de Saussure menjelaskan bahwa dalam setiap obyek yang

dipakai oleh seseorang untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, selalu

memiliki peran gandanya sebagai “yang menandakan sesuatu” dan sekaligus

sebagai “yang ditandakan”. Sedang Charles Sanders Peirce seperti dikutip oleh

Noth (1990:42) mengemukakan bahwa tanda merupakan keterkaitan yang disebut

sebagai tripple connection of “sign, thing signified and cognition produced in the

mind”. Pendekatan yang dilakukan oleh Saussure disebut sebagai proses “diadik”

sedang pada Sanders disebut sebagai “triadik”, karena memang mencakup tiga hal

yakni tanda, hal yang diwakilinya serta kognisi yang terjadi pada pikiran

seseorang pada waktu menangkap tanda tersebut. Beberapa model lain dari

semiotika adalah:

Signified ( Makna)

relation relation signifier (Simbol) actual function

objects properties (Fungsi)

Model segitiga Ogden-Richard

Sumber: Http://www.framepoythress.org/poythress_books/ogden richard trianggle/GCBI.BGI16RefO.htm.

Dalam penelitian ini digunakan pendapat Peirce yang menyatakan tanda

adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Tanda juga bisa berupa lambang, jika

hubungan antara tanda itu dengan yang diwakilinya didasarkan pada perjanjian

(convention). Kasua papan dijadikan tanda atau lambang bagi masyarakat

Page 38: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

27

Tanjung Barulak setelah adanya penjanjian antara masyarakat nagari tersebut

untuk menjadikan Kasua papan sebagai ciri khas nagari Tanjung Barulak.

Menurut beberapa pendapat di atas, tanda bisa juga berupa lambang, dan

apabila ‘sesuatu’ disampaikan melalui tanda dari pengirim kepada penerima,

maka sesuatu tersebut bisa disebut sebagai pesan, begitu juga dengan Kasua

papan. Kasua papan sebagai benda budaya yang dipakai dalam upacara adat

perkawinan masyarakat nagari Tanjung Barulak adalah sebagai simbol, dimana

dengan adanya Kasua papan dengan bentuk dan tingkatannya, melambangkan

status dan derajat mempelai pria, dengan begitu masyarakat tidak perlu lagi

bertanya, karena Kasua papan hadir sebagai pesan yang disampaikan oleh tuan

rumah kepada para tamu yang hadir dalam upacara adat perkawinan.

3. Pelaminan Minangkabau dan Kasua Papan

a. Palaminan Minangkabau

Dalam masyarakat Minangkabau pelaminan dengan segala

perlengkapannya merupakan perangkat adat dan hasil seni budaya masyarakat

pendukung kebudayaan tersebut. Menurut sumber sastra, pelaminan merupakan

alat kebesaran adat, dan tidak hanya berfungsi sekedar hiasan atau dekorasi untuk

keindahan seni belaka. Namun pelaminan juga digunakan untuk melaksanakan

adat istiadat Minangkabau, dan keberadaan pelaminan tidak dapat dipisahkan

dengan aturan dan ketentuan adat, ia melekat bagai kuku dan daging (Bandaro,

1988:1).

Masyarakat Minangkabau tidak mempunyai kasta dalam komunitasnya.

Namun, adat yang dianut meyakini adanya golongan-golongan yang ditinggikan

Page 39: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

28

seranting dan didahulukan selangkah. Raja-raja dihormati karena keadilannya

memerintah, penghulu ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah karena

kebijaksanaan dalam menyelesaikan permasalahan, mewakili kaum dalam adat,

untuk menjaga dan melindungi anak kemenakannya. Raja dan penghulu diangkat

oleh masyarakat melalui tatanan urutan kepemimpinan yang berjenjang naik

bertangga turun, kemudian diberi keistimewaan serta hak-hak yang berbeda

dengan masyarakat biasa. Penghargaan dan hak-hak istimewa inilah yang

membentuk konsep kalau raja dan penghulu merupakan tingkatan dalam sebuah

strata masyarakat di Minangkabau. Oleh sebab itu pantas diberikan tempat yang

tinggi dan terhormat.

Rasa hormat dan kemuliaan yang diberikan kaum, anak kemanakan dalam

suatu wilayah nagari kepada raja dan penghulu, menyebabkan timbulnya hak-hak

istimewa bagi golongan mereka. Salah satu wujud rasa hormat dan kemuliaan

yang diberikan rakyat terhadap raja dan anak kemenakan terhadap penghulu,

makan raja dan penghulu didudukkan lebih tinggi dari rakyat, serta anak

kemenakannya.

Dengan keistimewaan tersebut, pada zaman dahulu palaminan semula

dipergunakan untuk tempat terhormat bagi orang-orang besar atau raja-raja atau

para bangsawan Minangkabau. Akan tetapi, sekarang sudah menjadi kebiasaan

dipakai untuk keperluan upacara perkawinan yang diibaratkan sebagai raja sehari.

Adapun yang berhubungan dengan kata palaminan ini mencakup tempat duduk

kebesaran anak daro dan marapulai saat bersanding. Tirai, payung emas, serta

tikar yang terbentang sekitar tempat bersanding anak daro dan marapulai. Namun

Page 40: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

29

sejalan dengan perkembangan waktu dan zaman, palaminan sekarang tidak hanya

dipakai di rumah gadang. Selain itu, dulu palaminan hanya dipakai di rumah anak

daro, tetapi sekarang palaminan juga dipasang di rumah marapulai.

Pelaminan berfungsi sebagai bagian yang penting dalam suatu tatanan

dalam sebuah upacara adat perkawinan. Anak daro dan marapulai harus duduk

dipersandingkan di pelaminan. Ini membuktikan pelaminan sebagai tempat

‘resmi’ anak daro dan marapulai diterima secara adat yang disaksikan oleh

seluruh kaum kerabat kedua belah pihak.

Perkembangan lain yang juga terjadi adalah, dahulu palaminan dipasang

oleh rang sumando yang ada dalam kaum yang akan melaksanakan pesta

perkawinan. Sejalan dengan perkembangan zaman dan perubahan waktu,

sekarang pekerjaan itu sudah mulai beralih ke pihak lain. Palaminan tidak lagi

dipasang oleh rang sumando, tetapi langsung dipasang oleh orang yang

menyewakan palaminan tersebut. Walaupun demikian, masih ada di beberapa

nagari yang pemasangan palaminan tersebut dilakukan oleh pihak urang

sumando. Sistem pemasangan palaminan tersebut disesuaikan dengan ketentuan

adat.

Setiap rumah orang bangsawan, datuak, dan orang basa (besar) luhak

mereka mempunyai dan memasang pelaminan dirumahnya. Bentuk rumah mereka

beratap bagonjong. Didaerah rantau juga ada rumah adat yang dikenal dengan

rumah bakolam, atau disebut juga rumah rantau. Oleh karena itu, di Minangkabau

dulunya ada strata sosial diatas, maka dikenal tingkatan perhelatan sesuai dengan

kebangsawanan mereka.

Page 41: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

30

Nagari Tanjung Barulak adalah salah satu nagari di Kabupaten Tanah

Datar, yang memiliki adat yang tidak jauh berbeda dari nagari lain di

Minangkabau, termasuk dalam pemakaian pelaminan dalam upacara adat

perkawinan. Selain memakai pelaminan di daerah ini juga memakai Kasua papan

sebagai benda budaya yang dipakai saat upacara perkawinan, dengan kata lain

pemasangan pelaminan dan Kasua papan sejalan, dengan begitu menunjukkan

bahwa pelaminan merupakan simbol budaya Minangkabau turun menurun dan

tidak dapat dihilangkan.

b. Kasua Papan

Secara visual, Kasua papan memiliki bentuk empat persegi panjang

dengan susunan yang bertingkat-tingkat, serta ditutup dengan kain yang dihias

dengan beberapa motif ragam hias yang berbeda. Pada wawancara pra penelitian

pada tanggal Senin tanggal 22 Februari 2011 di Tanjung Barulak dengan ibu

Aisyah (Bundo Kanduang Tanjung Barulak) dikatakan bahwa tingkatan itu

menunjukan strata atau derajat dari kerabat yang melaksanakan pesta perkawinan.

Jika ditinjau secara etimologi, istilah Kasua papan terdiri dari Kasua dan

papan. Kasua di Minangkabau memiliki pengertian ‘tempat tidur’ yang terbuat

dari kapas yang dibungkus dengan kain. Sedangkan papan memiliki pengertian

lain yaitu nama dari bentuk kayu dengan ukuran tertentu. Jadi kasua dan papan

memiliki pengertian yang berlawanan dengan bentuk dan kegunaan Kasua papan

yang dipakai sebagai benda adat dalam upacara perkawinan daerah Tanjung

Barulak.

Page 42: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

31

Berdasarkan uraian di atas, Kasua papan bukan sekedar memiliki bentuk

yang indah sebagai penghias ruangan, akan tetapi merupakan sebagai bentuk

simbol yang mengandung nilai-nilai sosial, dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari

bentuknya yang bertingkat, fungsi, dan motif ragam hias yang memiliki bentuk

berbeda-beda, serta mengandung makna dan menunjukan karakter kedaerahan

yang melekat pada masyarakat setempat. Begitu juga dengan eksisitensi dari

Kasua papan merupakan satu bentuk cerminan adat dari masyarakat Tanjuang

Barulak, karena Kasua papan merupakan wujud budaya visual yang tidak dimiliki

oleh daerah lain di Sumatera Barat, dan masih dipakai sampai sekarang.

4. Penelitian yang Relevan

Sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian tentang Kasua papan.

Namun, penelitian yang mempunyai tingkat relevansi dengan penelitian ini adalah

yang dilakukan oleh Jupriani (2002) dengan judul “Pergeseran Motif Hias dan

Warna Antakesuma Suji pada Pelaminan dan Busana Penganten di Naras

Kabupaten Pariaman”. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dewasa ini

antakesuma suji tradisi yang hampir hilang pada pelaminan dan busana pengantin

merupakan suatu bukti bahwa perubahan telah bergerak pada sisi yang

mengkhawatirkan. Disamping itu keberadaan antakesuma suji tradisi sudah

dianggap tidak lagi menopang ekonomi masyarakat pengrajinnya. Para pengrajin

cenderung lebih membuat antakesuma suji dengan ragam hias, teknik dan material

praktis, ekonomis, namun tetap fungsional.

Oleh sebab itu antakesuma suji yang memperindah pelaminan dan busana

pengantin sudah berorientasi pada kebutuhan pasar dan tren saat ini. Sehingga

Page 43: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

32

tidak heran jika pelaminan dan busana penganten dalam helat perkawinan tidak

lagi berhiaskan sulaman tradisi yang selama kurun waktu yang sangat panjang

telah menjadi identitas masyarakat di beberapa tempat di Sumatera Barat

termasuk desa Naras. Dengan kondisi yang demikian tidak menutup kemungkinan

antakesuma suji sebagai perangkat adat dan sebagai salah satu budaya masyarakat

minangkabau hanya akan menjadi catatan sejarah dan tidak lagi dikenali

keberadaannya.

Melihat kondisi antakesuma suji di atas, bagaimana pergeseran motif hias

dan warna antakesuma suji pada pelaminan dan busana penganten yang

dikerjakan dengan cara tradisi dan dikerjakan dengan cara modern atau mesin,

kemudian dilihat sebagai teknik, nilai estetis apakah yang melekat pada pelaminan

dan busana penganten masa lalu dan masa kini. Kemudian dilihat apakah ada

kesinambungan motif hias dan warna dari pelaminan masa lalu kepada pelaminan

masa kini.

Seiring dengan penelitian Jupriani, yang mempunyai tingkat relevansi

dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Novi Rahmanita

(2010) dengan judul “Ragam Hias Pelamian Nareh Pariaman (Aspek Estetika dan

Unsur Pembentuknya)”. Penelitian ini mengungkapkan bahwa seni kerajinan

sulaman pelaminan Nareh Pariaman sebagai salah satu bentuk kerajian tradisional.

Apabila dilihat ragam hias pelaminan adanya pengaruh dari Cina dan Gujarat. Hal

ini bisa dilihat dengan adanya ragam hias Cina seperti burung Pheonix dan singa

yang menghiasi unsur-unsur yang ada pada pelaminan, sedangkan pengaruh

Gujarat, dapat kita lihat pada sulama kaca yang terdapat pada unsur pelaminan.

Page 44: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

33

Seni kerajinan sulaman pelaminan Nareh Pariaman memiliki struktur-

struktur atau unsur-unsur yang satu sama lainnya saling terkait dan tidak dapat

dipisahkan di dalam pemakaiannya. Struktur-struktur tersebut dihiasi oleh ragam

hias Minangkabau, ragam hias yang bersumber pada falsafah Minang “alam

takambang jadi guru” struktur maupun ragam hias tersebut mempunyai makna

simbolik yang didalamnya mengandung ajaran bagi masyarakat Minangkabau

pada umumnya, khususnya masyarakat Nareh Pariaman .

Keindahan sulaman pelaminan sebagai kerajinan tradisional masyarakat

Nareh Pariaman secara visual bisa dilihat dari ragam hias yang ditampilkan,

fungsi, gaya, dan struktur sulaman pelaminan yang dihasilkan. Keberadaan seni

kerajinan sulaman pelaminan ini berkembang dan mampu bertahan dalam

persaingan industri global. Hal ini tidak lepas dari beberapa faktor pengaruh

sosio-kultural, sehingga keberadaan sulaman pelaminan yang tetap bertahan

ditengah masyarakat pendukungnya.

Kedua peneliti di atas lebih mefokuskan penelitian mereka kepada

sulaman yang ada pada pelaminan di daerah Nareh Pariaman, sedangkan

penelitian ini lebih memfokuskan kepada bentuk, fungsi dan makna Kasua papan

yang digunakan dalam pesta perkawinan di nagari Tanjung Barulak Kabupaten

Tanah Datar.

5. Kerangka Konseptual

Makna simbolik Kasua papan sebagai pelaminan dapat didekati dengan

teori interaksi simbolik. Dalam falsafah, interaksi simbolik lebih memandang

kepada pengalaman yang dilakukan manusia yang dimediai oleh interpretasi-

Page 45: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

34

interpretasi. Segala macam objek, orang, situasi, dan berbagai peristiwa dimaknai.

Tiga asumsi yang mendasari pandangan ini adalah (1) orang yang berbuat

terhadap sesuatu atas makna yang dimiliki sesuatu padanya, (2) makna tersebut

diperoleh orang melalui interaksi antar mereka sehari-hari, dan (3) makna-makna

ini dipegang (dijadikan acuan) dan diubah melalui proses interpretasi yang

digunakan orang dalam hubungan dengan sesuatu yang dihadapinya (Sanafiah,

1990:15)

Poloma (dalam Pelly, 1994: 86) mengemukakan bahwa interaksi simbolik

dapat dipelajari dari karya-karya G. H Mead. Interaksi simbolik dapat dilakukan

dengan bahasa sebagai salah satu simbol yang terpenting disamping isyarat. Akan

tetapi simbol-simbol tersebut bukan merupakan faktor-faktor yang telah terjadi

(given), dia merupakan suatu proses yang berlanjut, yaitu proses penyampaian

makna. Penyampaian simbol dan makna inilah yang menjadi subject matter dalam

interaksi simbolik.

Sparber (dalam Pelly, 1994: 85) menjelaskan interaksi simbolik bukan

hanya sekedar kode atau tanda, tetapi lebih merupakan suatu improvisasi yang

implisit (tersirat) dan mengikuti aturan yang tidak disadari. Artinya, bahwa

simbolis bukanlah hanya merupakan sebagai suatu alat (instrument) dari

komunikasi sosial, tetapi merupakan suatu kelengkapan yang lahir dalam mental

yang membuat pengalaman manusia dimungkinkan bermakna.

Page 46: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

35

Kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:

s

Kasua papan

Bentuk Fungsi Makna Simbolis

Analisis Faktual

Adat Istiadat

Budaya

Upacara Adat Perkawinan

Page 47: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

yang bersifat deskriptif analisis. Mulyana (2004:150) secara tersirat menyatakan

“penelitian kaulitatif bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang otentik

mengenai pengalaman orang-orang, sebagimana dirasakan orang-orang yang

bersangkutan”. Metode ini sebagai prosedur untuk menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan.

Menurut Sugiyono, (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut

metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting), disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya

metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.

Dasar pemikirannya adalah karena metode ini lebih dekat untuk melihat atau

mengkaji aktivitas-aktivitas yang erat hubungannya dengan pengamatan etnografi

suatu masyarakat, serta dapat melihat suatu realitas pada kehidupan tradisi.

Dengan metode kualitatif, akan didapatkan gambaran tentang konsep-

konsep, nilai-nilai budaya yang tersimpan dalam Kasua papan, serta gambaran

tentang adat istiadat masyarakat Minangkabau, baik yang terlihat melalui

aktivitas-aktivitas mereka dalam melaksanakan upacara adat istiadat maupun

makna simbol dan perlambangan yang terkandung pada Kasua papan tersebut.

35

Page 48: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

36

Penelitian ini memanfaatkan pendekatan kajian budaya sebagai pendekatan yang

utama.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Sumatera Barat, yang difokuskan pada

wilayah nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar.

Karena di wilayah inilah Kasua papan sebagai benda adat perkawinan digunakan.

C. Informan Penelitian

Pemilihan informan yang tepat merupakan satu keharusan dan menjadi

syarat mutlak dalam upaya mendapatkan data akurat yang dibutuhkan. Seperti

yang dikemukakan Agustiar (2002:3) bahwa langkah-langkah dalam pemilihan

informan yang tepat termasuk satu tindakan penelitian yang sangat krusial karena

hal ini sangat menentukan kualitas data dan informasi yang diperoleh. Calon

informan telah cukup lama menyatu dan memahami secara luas tentang situasi

sosial yang menjadi fokus penelitian. Orang yang terkait dengan budaya Tanjung

Barulak dan Kasua papan khususnya yang terdiri dari tokoh adat, Bundo

kanduang, dan lainnya, yang menjadi informan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bapak B. Angku Dt Manggadai, selaku ketua KAN nagari Tanjung

Barulak

2. Ibu Siti Aisyah, selaku ketua Bundo Kanduang nagari Tanjung Barulak.

3. Ibu Nurma, selaku penjahit Kasua papan.

4. Ibu Melyuni, selaku Bundo Kanduang nagari Tanjung Barulak

5. Ibu Hj. Zubainar, selaku penyewaan Kasua papan.

Page 49: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

37

6. Bapak Dt. Rajo Lelo, Cadiak Pandai nagari Tanjung Barulak

7. Bapak Musra Dahrizal (Mak Katik), Budayawan/Cadiak Pandai nagari

Batipuh.

8. Erma Yeni, Masyarakat nagari Tanjung Barulak

Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap peneliti juga mengumpulkan

data dari cadiak pandai dan masyarakat sekitar nagari Tanjuang Barulak yang

berkompeten tentang Kasua papan. Wawancara ditunjang pula oleh penggunaan

sejumlah perangkap alat rekam, alat rekam dimanfaatkan untuk menyimpan data

secara elektrik dengan ciri atau karakter yang relatif sama dengan kondisi aslinya,

alat rekam tersebut yakni kamera foto.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Mengingat penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan demikian

prosedur dalam pengolahan data lebih mengutamakan penggunaan teknik analisis

deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan karena sasaran dalam penelitian

ini merupakan masalah-masalah yang terkait dengan proses kehidupan

masyarakat, terutama yang menyangkut tentang adat, fenomena-fenomena

berkesenian, khususnya perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sebagai

subyek penelitian dalam memperlakukan benda budaya. Adapun teknik

pengumpulan data, adalah sebagai berikut ini,

(1) Kajian Pustaka, mempelajari data-data tertulis yang telah ada dari beberapa

buku sumber untuk dijadikan sebagai dasar pemikiran sebelum terjun ke

lapangan. Data tertulis tersebut berkaitan dengan keadaan geografis,

keadaan sosial budaya dan latar belakang budaya masyarakat

Page 50: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

38

Minangkabau. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara umum hal-hal

yang akan diteliti, di samping mempermudah melakukan pencarian data.

(2) Observasi, dilakukan untuk pengenalan awal daerah penelitian yang telah

ditentukan sebelumnya. Dalam melakukan observasi diperoleh gambaran

dari masing-masing daerah penelitian serta mengenal secara umum

upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat daerah tersebut.

Observasi dirasakan sangat bermanfaat untuk pengenalan daerah serta

budaya setempat sehingga dapat mengatur strategi untuk melaksanakan

pengambilan data. Di samping itu peneliti juga telah memperoleh

informasi tentang informan yang berkompeten yang akan dijadikan

sebagai nara sumber, sehingga peneliti mendapatkan kemudahan-

kemudahan untuk menjaring data sesuai dengan sasaran dalam penelitian

ini.

(3) Pengamatan secara langsung, data diharapkan dapat diperoleh dengan

melaksanakan pengamatan secara langsung terhadap Kasua papan yang

telah diteliti. Dari pengamatan secara langsung ini kemungkinan dapat

mendokumentasikan Kasua papan yang sebenarnya. Dengan pengamatan

ini didapatkan deskripsi-deskripsi serta catatan-catatan tentang upacara

adat perkawinan, sehingga diperoleh data tentang kebiasaan-kebiasaan dan

perilaku yang ditangkap dalam kehidupan budaya pada waktu-waktu

tertentu. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengamati secara langsung

upacara adat perkawinan. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara

berperan serta dalam kelompok masyarakat sebagai sub-subyek yang telah

Page 51: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

39

diamati, sehingga dapat diperoleh informasi tentang data-data apa saja

yang dibutuhkan. Di samping itu, dapat diketahui sejauh manakah

spiritualitas masyarakat dalam melakukan upacara adat perkawinan

tersebut.

(4) Wawancara, dilakukan untuk menjaring data-data tentang struktur dan

bentuk Kasua papan, serta makna dan nilai-nilai yang dapat diungkap

melalui Kasua papan tersebut. Hal ini dilakukan dengan mewawancarai

beberapa orang nara sumber, seperti; pemuka adat, tokoh masyarakat,

budayawan, bundo kanduang, niniak mamak dan sebagainya. Ada

bermacam-macam cara atau jenis wawancara di antaranya yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah wawancara pembicaraan informal

dan dengan pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Pada

wawancara pembicaraan informal lebih banyak bergantung pada

spontanitas dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden

atau para informan yang diwawancarai. Sementara dengan menggunakan

petunjuk umum wawancara, mengharuskan pewawancara membuat

kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara, yang penyusunannya dibuat sebelum wawancara dilakukan.

Di samping itu, agar lebih memahami data dan kebenaran yang diperoleh

dari hasil wawancara ini, dilakukan dengan teknik dialogical

interpretation, yaitu bentuk dialog antara peneliti dengan informan untuk

menangkap makna obyektif dan makna subyektif dari para informan.

Page 52: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

40

(5) Dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh data berbentuk foto-foto dari

Kasua papan pada daerah penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil dokumentasi tersebut akan dapat dijadikan sebagai bukti dari obyek

penelitian. Pendokumentasian dilakukan kepada para bundo kanduang,

karena pada merekalah wewenang Kasua papan tersebut diberikan.

Informasi yang diperoleh dilapangan ditunjang dengan alat pengumpul

data, alat yang digunakan adalah kamera digital, Handpone, serta buku catatan

yang digunakan untuk mencatat data-data yang ada dilapangan.

E. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Licoln & Cuba (1984), menjelaskan bahwa dalam memperkuat kesahihan

data hasil temuan dapat menggunakan standar keabsahan data yang terdiri dari:

1. Keterpercayaan (cridibility)

Keterpercayaan dilakukan dengan cara: (a) keikutsertaan dalam budaya

masyarakat nagari Tanjung Barulak, hal ini dilakukan secara tidak

tergesa-gesa agar semua aspek yang dibutuhkan didapatkan secara

maksimal, (b) ketekunan pengamatan karena informasi dari para aktor

perlu ditinjau lagi demi mendapatkan data yang sahih, menerima saran

dan masukan dari pihak lain, agar dapat memperkaya penelitian ini,

yaitu: pengecekan kepercayaan data dengan memanfaatkan sumber-

sumber informasi, metode, dan teori, (c) melakukan triangulasi , yaitu

pengecekan kepercayaan data dengan memanfaatkan sumber-sumber

informasi, metode, dan teori-teori atau mengecek kebenaran dengan

membandingkan data yang diperoleh menurut sumber yang berbeda.

Page 53: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

41

2. Keteralihan ( transferbility)

Diharapkan laporan penelitian ini mendapat gambaran yang jelas

mengenai situasi yang sebenarnya agar penelitian ini dapat

diaplikasikan atau diberlakukan kepada konteks atau situsi yang lain

sejenis, untuk memenuhi standar transfebility dengan cara

memperkaya deskripsi tentang konteks dan fokus penelitian.

3. Dapat dipertanggung jawabkan ( dependability)

Berusaha konsisten secara keseluruhan mulai dari pengumpulan data,

menginterpretasikan temuan, agar mencapai tujuan yang diinginkan ,

semua aktifitas peneliti harus ditinjau ulang terhadap data yang telah

diperoleh dengan memperhatikan konsistensi dan dapat dipertanggung

jawabkan.

4. Dapat diakui ( confirmability )

Data atau informasi yang diperoleh selama penelitian dapat diakui dan

dipertanggung jawabkan kebenarannya sesuai fokus dan latar alamiah

penelitian yang dilakukan.

Dari sisi keterkaitannya dengan sumber data, data dibedakan atas dua,

yakni data primer dan data skunder. Dalam penelitian terhadap Bentuk, Fungsi,

dan Makna Simbolis Kasua Papan sebagai Pelaminan Adat Nagari Tanjuang

Barulak Kabupaten Tanah Datar, seluruh keterangan mengenai Kasua papan

sebagai Pelaminan Adat diperoleh secara langsung, artinya diperoleh pada saat

survey mengambil data kelapangan. Data primer juga diperoleh melalui

Page 54: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

42

keterangan narasumber yang benar-benar mengetahui bentuk, fungsi, dan makna

simbolis Kasua papan sebagai pelaminan adat nagari Tanjung Barulak.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data sejalan dengan pengumpulan data dengan menggunakan

model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Hubberman

(1992:20). Dalam analisis ini ada tiga komponen yang berkaitan (a) reduksi data

(b) sajian data (c) penarikan kesimpulan.

Reduksi data adalah proses penyelesaian data objek penelitian sesuai

dengan kebutuhan, meliputi hasil observasi, wawancara maupun data tertulis,

langkah ini penting dilakukan agar data yang terkumpul betul-betul dapat menjadi

komponen jawaban pertanyaan penelitian. Tindakan ini merupakan bagian dari

analisis data untuk disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel dan gambar.

Selanjutnya data yang telah direduksi dan disajikan dalam bentuk teks naratif serta

tabel dan foto-foto dianalisis. Proses analisis tersebut dapat digambarkan dalam

skema berikut:

Analisis data

Adaptasi model Miles dan Huberman (1992)

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan- kesimpulan/Verifikasi

Page 55: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

43  

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

Dalam bab ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berkenaan

dengan masyarakat nagari Tanjung Barulak dan kebudayaannya, yang

pemaparannya di awali dengan kawasan penelitian yang berisi asal usul, keadaan

geografis nagari Tanjung Barulak, sosial budaya masyarakatnya. Sementara itu

juga dipaparkan tentang bentuk, fungsi, dan makna Kasua papan.

1. Kawasan Penelitian

Kawasan penelitian ini adalah di nagari Tanjung Barulak Kecamatan

Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Dimana asal usul nagari Tanjung Barulak terkait

dengan masa lampau sejarah masyarakat Minangkabau yang menurut tambo

diyakini turun dari Gunung Berapi menuju Pariangan, dan kemudian menyebar

nenek moyang ke daerah-daerah lain, setelah berkembang biak di Pariangan dan

masyarakatnya semakin banyak, sebagian dari mereka ada yang singgah dan

menetap disuatu tempat yang bernama nagari Tanjung Barulak. Proses terjadinya

nagari Tanjung Barulak sama dengan proses terjadinya nagari di Minangkabau

pada umumnya.

Wawancara dengan Angku Dt. Mangada’i (25 Februari 2011), tempat

awal bermukim nenek moyang masyarakat Tanjung Barulak adalah suatu tempat

di Jorong Kapalo Koto yang bernama Kampuang Balik, yang pada mulanya

adalah sebuah taratak. Menurut legenda yang berkembang pada masyarakat

43 

Page 56: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

44  Tanjung Barulak, ada dua versi yang menerangkan tentang nagari Tanjung

Barulak. Versi yang pertama dari kondisi geografis nagari Tanjuang Barulak,

berasal dari nagari yang berbentuk tanjung, karena disetiap tempat yang sekarang

bernama jorong, selalu ada tanjung. Diantara tanjung tersebut selalu dibatasi oleh

air yang biasa disebut masyarakat sekitar anak aie. Pada zaman dahulu, anak aie

tersebut oleh nenek moyang bernama ulak an. Maka dari itulah nagari ini disebut

Tanjung Ulak yang dalam perjalanan sejarah menjadi Tanjung Barulak.

Dt. Mangada’i menambahkan, ada versi kedua yang terkait dengan

kerajaan Pagaruyung yaitu setelah diangkatnya Adityawarman menjadi raja

Pagaruyung, maka pada suatu hari berangkatlah raja tersebut beserta beberapa

anak buahnya menyusuri tempat yang belum terjamah dengan menggunakan

transportasi air. Dari daerah Pagaruyung sampailah beliau dan rombongan di

Danau Singkarak. Setiba beliau di Singkarak, beliau mendapati tempat yang

sangat strategis untuk dijadikan tempat bermukim. Maka tinggallah beliau

beberapa saat di Singkarak. Setelah mengetahui bahwa tempat di nagari tersebut

telah berpenghuni, maka beliau mengirim utusan ke nagari tersebut yang bernama

Kampuang Balik sebagaimana tujuan raja tersebut mengirim utusan untuk

memerintah disana untuk mengikuti aturan raja Adityawarman. Namun setelah

nenek moyang berunding, maka dapatlah keputusan untuk menolak utusan raja

tersebut. Akhirnya nagari ini dinamai Tanjung Barulak, maksudnya penolakan

atau utusan raja. Dinamai Tanjung Barulak karena menolak utusan raja

Pagaruyung tersebut.

Page 57: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

45  

Gambar 1: Peta lokasi Kabupaten Tanah Datar Koordinat : 00' 17" LS - 00' 39" LS dan 100' 19" BT – 100' 51" BT

(Repro internet, 2011)

 

Gambar 2: Peta administrasi Kabupaten Tanah Datar (Repro internet, 2011)

Kecamatan Batipuh 

Page 58: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

46  

Gambar 3: Peta Wilayah Nagari Tanjung Barulak Sumber: Data Kantor Wali Nagari Tanjung Barulak (2011)

2. Letak Geografis

Nagari Tanjung Barulak terletak pada 00 . 17 s/d 00 . 39 LS dan

100 . 91 s/d 100 BT. Mempunyai luas wilayah 4.581 Km, terletak pada

ketinggian 450 s/d 550 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kesuburan tanah

yang sangat subur 35%, subur 48%, lain-lain 17%. Daerah ini mempunyai suhu

26 C dengan curah hujan 4.320 mm. Sumber air daerah ini berasal dari mata air

pute’, air tawar talago batuang, pincuran sunsang. Dengan irigasi tali banda

darek, sawah batu ampa, pamatan, dan banda singkek, nagari Tanjung Barulak

ini mempunyai lahan persawahan 2500 Ha, lahan kering 10 Ha, Ladang 753 Ha,

dan pemukiman masyarakat 1581 Ha. (Data Kantor Wali Nagari Tanjung Barulak,

2011)

Page 59: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

47  

Nagari yang berada di dataran tinggi tidak terpadu dengan dataran

rendah. Tanaman holtikultura hanya ditemukan sekitar lereng perbukitan yang

membentang sebalah utara dan timur areal persawahan. Desa-desa di dataran

rendah ditanami padi untuk kebutuhan sendiri, disamping itu ada pula daerah

tanaman ladang.

3. Sosial Budaya

a. Pola Hidup

Tata kehidupan masyarakat nagari Tanjung Barulak selalu memegang

teguh ajaran agama dan adat istiadat yang berlaku dalam nagari. Penyelenggaraan

pemerintahan dalam pelaksaan pembangunan selalu menggunakan jalan

musyawarah mufakat setiap mengambil keputusan dengan melibatkan semua

unsur masyarakat yang ada seperti ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama,

bundo kanduang dan pemuda yang terakomodir dalam wadah lembaga Badan

Permusyawaratan Rakyat Nagari.

Zaman era globalisasi sekarang, perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi juga memberikan dampak negatif pada peraturan nilai- nilai agama

dan adat istiadat, disinilah peran penting tokoh agama dan adat untuk

mengantisipasi dampak negatif masuknya pengaruh dari luar yang dapat merusak

nilai-nilai agama dan adat istiadat tersebut dengan mendorong agar masyarakat

dengan menghayati dan mengamalkan filosofis ABS-SBK dalam kehidupan

sehari-hari.

Salah satu ciri masyarakat nagari Tanjung Barulak dan telah menjadi

kebiasaan sebagaimana budaya masyarakat Minangkabau yaitu merantau.

Page 60: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

48  Masyarakat nagari Tanjung Barulak yang merantau lebih didominasi oleh

penduduk laki-laki yang berumur 18/25 tahun dengan kota tujuan yang beragam

dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia dan bahkan ada yang merantau

sampai keluar negeri yaitu Kuala Lumpur. Masyarakat Tanjung Barulak yang

merantau tersebut tergabung dalam wadah organisasi Ikatan Keluarga Tanjung

Barulak (IKTB). (Data kantor Wali Nagari Tanjung Barulak, 2011)

Penduduk nagari Tanjung Barulak pada umumnya bersifat homogen bila

dilihat dari pemeluk agama yaitu agama islam sebanyak 100% dari jumlah

penduduk nagari Tanjung Barulak. Seiring dengan kebijakan pemerintah Propinsi

Sumatera Barat “babaliak ka nagari” di era otonomi daerah, belum mampu

diterjemahkan secara konkrit ditengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga

muncul kekhawatiran makin luntur dan rendahnya pemahaman agama bagi

generasi muda. Untuk mengantisipasi hal ini telah dilakukan berbagai langkah dan

upaya bagi masyarakat nagari Tanjung Barulak untuk membangun mesjid,

mushalla dan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dengan menyediakan

sarana dan prasarana ibadah serta pengembangan kegiatan keagamaan.

b. Ekonomi

Keadaan ekonomi nagari Tanjung Barulak secara umun dikelompokkan

menjadi 3 yaitu: 1) Faktor Alam (sumber daya akam), 2) Faktor Manusia (sumber

daya manusia), 3) Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat. Dari ketiga faktor

tesebut memberikan berbagai kemungkinan atau peluang yang memiliki potensi

untuk diolah atau dikelola dan dikembangkan sehingga memberi keuntungan dari

segi ekonomi, peluang akan semakin terbuka apabila faktor kualitas sumber daya

Page 61: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

49  manusia sudah dapat diandalkan, namun pemanfaatan sumber daya alam harus

sesuai dangan konsep pembangunan berwawasan lingkungan.

Berdasarkan hasil pendataan penduduk nagari Tanjung Barulak banyak

bekerja disektor pertanian yaitu sebanyak 1.332 jiwa dan pedagang 734 jiwa

(Data Kantor Wali Nagari Tanjung Barulak, 2011) Banyaknya penduduk nagari

Tanjung Barulak yang bekerja disektor pertanian karena didukung dengan kondisi

lahan yang subur dan iklim yang mendukung dan selanjutnya bekerja disektor

perdagangan karena sudah menjadi karakter dan watak penduduk nagari Tanjung

Barulak.

c. Kepemimpinan

Nagari Tanjung Barulak merupakan salah satu nagari yang terkait dengan

pemerintahan kerajaan Pagaruyung pada masa lampau, tempat kedudukan salah

satu pimpinan kerajaan Pagaruyung yaitu Basa Ampek Balai, Secara harfiah, Basa

Ampek Balai artinya Besar (pembesar) Empat Balai yaitu sebuah dewan mentri

yang masing-masing mentri mempunyai masing-masing sebuah balai pertemuan

(Balairuang atau Balerong) yang berfungsi sebagai kantor tempat ia menjalankan

tugasnya.

Menurut Dt Maruhun Batuah (1956) Bidang pemerintahan di laksanakan

oleh Basa Ampek Balai (mentri), yang berada disekitar Tanah Datar terletak: 1)

Suruaso, tempat kedudukan Indomo (semacam menteri pertahanan), 2) Padang

Ganting, tempat kedudukan Tuan Kadhi, 3) Sungai Tarab, kedudukan Datuk

Bandaro (semacam perdana mentri) dan Sumanik, tempat kediaman Machudum

(semacam menteri Keuangan). Raja Tigo Selo maupun Basa Ampek Balai

Page 62: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

50  berkedudukan sebagai pemerintahan di alam Minangkabau. Salah seorang

penghulu pucuk dianggap sebagai raja sebagaimana berlaku pada kerajaan

Melayu-Sriwijaya dan Melayu Minangkabau yaitu berlaku sistim pemerintahan

Koto Piliang.

Sementara itu pemerintahan nagari-nagari di Minangkabau tetap

berlangsung unsur kepemimpinan ninik mamak (pengulu dan aparatnya), alim

ulama dan cendikiawan yag berperan memimpin anak kemenakan. Penggantian

raja-raja (Yang Dipertuan Basa) didasarkan pada prinsip Patrilineal (adat

Katumanggungan), sedangkan masyarakat nagari-nagari berlaku prinsip

Matrilineal.

Dahulunya Minangkabau ada dua partai, yaitu partai Koto Piliang dan

partai Bodi Caniago, Koto Piliang konon berasal dari perkataan ‘kata yang

pilihan’, sedang Bodi Caniago berasal dari perkataan ‘budi tak curiga’, partai

Koto Piliang dikepalai oleh Datuk Ketumanggungan, dan partai Bodi Caniago

dikepalai oleh Datuk Parpatiah Nan Sabatang. Temanggung dan Patih adalah

nama pangkat kebesaran orang yang memerintah. Menurut riwayat, kedua

pemimpin ini adalah se-ibu tapi berlainan bapak, yang tua yaitu Datuk

Katumanggungan adalah anak dari Indera Jati yaitu keturunan raja-raja (nigrat)

dan adiknya Datuk Parpatih Nan Sabatang adalah anak dari Catri Bilang Pandai

(Dt. Maruhun,1956:33).

Kelarasan Koto Piliang menganut Adat Berjenjang Naik Bertangga

Turun, jenjang yaitu tempat mulai naik dan tangga artinya tempat mulai turun,

dengan kata lain sembah naik dari anak buah kepada pemimpin mestilah melalui

Page 63: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

51  jenjang, dan titah turun dari pemimpin kepada anak buah mestilah melalui tangga.

Antara anak buah dan pemimpin tidak ada hubungan langsung, melainkan mesti

melalui saluran yang telah ada, begitupun sebaliknya. Ingatlah antara jenjang dan

tangga ada beberapa anak jenjang yang mesti dilalui. Sebagaimana pepatah

Minang:

Bajanjang naiak batanggo turun Naiek dari janjang nan dibawah Turun dari tanggo nan diateh Babilang dari aso Mangaji dari alieh Kamanakan barajo kamamak Mamak barajo kapanghulu Panghulu barajo ka mufakat Mufakat barajo ka nan bana Bana badiri sandirinyo Nan manuruik aluah jo patuik

(berjenjang naik bertangga turun, naik dari jenjang yang dibawah, turun dari tangga yang diatas, berbilang dari esa, mengaji dari alif, kemenakan balajar ke mamak, mamak belajar ke penghulu, penghulu belajar ke mufakat, mufakat belajar ke kebenaran, kebenaran berdiri sendiri, menurut alur dan patut).

Kelarasan Bodi Caniago lain pula halnya, kelarasan ini tidak memakai

adat berjenjang naik bertangga turun, melainkan setiap masalah langsung dibawa

kepada kerapatan nagari, tidak diberi kesempatan membanding, karena kerapatan

inilah mahkamah tertinggi, seperti pepatah ‘Rumah sudah tukang dibunuh, tidak

boleh dituras lagi’ (tidak boleh ditiru bangunannya). (Dt. Maruhun,1956: 35).

Sebagaimana pepatah Minang dibawah ini:

Page 64: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

52  

Putuih rundiang di sakato Rancak rundiangdi pakati Dilahia alah samo nyato Di bathin samo dihati Talatak suatu di tampeknyo Di dalam cupak jo gantang Di lingkuang barih jo balabeh Nan dimakan mungkin jo patuik Dalam kanduangan adat jo pusako

(Putus rundingan di sekata Baik rundingan disepakati Di lahir sudah sama nyata Di bathin sama dapat dilihat Terletak sesuatu pada tempatnya Di dalam takaran dengan ukuran Di lingkungan baris dan aturan Yang dimakan yang mungkin dan yang patut Dalam kandungan adat dan pusaka)

Sungguhpun laras Koto Piliang dan laras Bodi Caniago berlainan corak

melakukan hukum, tetapi keduanya ini mempunyai dasar yang sama yaitu, elok

kata dalam mufakat, buruk kata diluar mufakat. Jadi, Minangkabau tidak terdapat

batas yang khas antara kedua kelarasan ini, adat yang dipakai dalam kedua

kelarasan ini sudah bercampur aduk sesuai dengan kemajuan zaman. Tanda lahir

yang dapat kita lihat sekarang tentang keadaan kedua kelarasan ini adalah balai-

balainya. Balai-balai Koto Piliang beranjung bertingkat-tingkat bertimbal balik,

karena kedudukan penghulu dalam kelarasan tidak sama, sedang lantainya

ditengah-tengah putus. Balai-balai orang Caniago adalah datar mengibaratkan

tegak sama tinggi duduk sama rendah.

Adat Koto Piliang disebut juga hujan datang dari langit, artinya segala

inisiatif datang dari pihak atasan, adat Bodi Caniago disebut juga air terbasut dari

bumi artinya segala inisiatif datang dari anak buah.

Page 65: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

53  

Pelaksanaan adat secara umum adat Minangkabau mengajak

masyarakatnya untuk bertingkah laku baik dan bermoral mulia, tata kehidupan

masyarakat Minangkabau didasarkan pada falsafah hidup “adat basandi syara’,

syara’ basandi kitabullah” yang mempunyai makna syara’ mangato adat

mamakai.

Sesuai dengan yang diuraikan Hakimi Idrus (1973:137)

mengelompokkan adat atas: ( 1) Adat Nan Sabana Adat, (2) Adat Nan Diadatkan,

(3) Adat Nan Teradat, (4) Adat Istiadat. Yang mana, 1) Adat Nan Sabana Adat

adalah suatu peraturan yang seharusnya menurut alur dan patut, seharusnya

menurut agama Islam (syarak), menurut perikemanusiaan, adil dan beradab,

sebelum masuknya agama Islam di Minangkabau, adat ini merupakan satu aturan

dalam masyarakat yang dicontoh dan dipelajari oleh nenek moyang orang

Minangkabau, yakni Datuk Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumnggungan

dari ketentuan-ketentuan alam yang nyata. 2) Adat Nan Diadatkan, peraturan

yang dibuat oleh Dt. Parpatiah Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan, yang

dicontoh dari Adat Nan Sabana Adat dan dilukiskan peraturan itu dalam

peraturan itu dalam pepatah, yakni persolan yang bersangkutan dengan peraturan

hidup masyarakat dalam segala bidang. 3) Adat Nan Teradat, peraturan yang

dibuat secara bersama oleh para penghulu, ninik mamak dan pemangku nagari

untuk mencapai tujuan yang baik dalam masyarakat, merupakan peraturan

pelaksanaan dari undang-undang pokok adat, adat ini tidak sama tiap nagari,

tetapi yang menyangkut dengan undang-undang pokok adat seluruh Minangkabau

adalah sama. 4) Adat Istiadat, kebiasaaan dalam suatu nagari atau satu golongan ,

Page 66: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

54  yang berupa kesukaan dari masyarakat itu sendiri, umpamanya bunyi-bunyian,

permainan, olah raga, dan sebagainya.

Adat Nan Sabana Adat dan Adat Nan Diadatkan oleh Dt Parpatiah Nan

Sabatang dan Dt Katumanggungan disebut dengan Adat Babuhua Mati,

sedangkan Adat Babuhua Sentak adalah Adat Teradat dan Adat Istiadat, yang

keduanya ini dapat diubah bentuknya dengan tidak mengubah dasarnya

(sendinya).

d. Sejarah Kasua Papan

Nagari Tanjung Barulak adalah adalah salah satu nagari yang terdapat di

Kecamatan Patipuh Kabupaten Tanah Datar seperti halnya nagari-nagari yang ada

di Minangkabau. Setiap nagari mempunyai Ninik Mamak yang di tua kan dan

dianggap sebagai pemimpin kaum, begitupun nagari Tanjung Barulak mempunyai

20 (dua puluh) orang Ninik Mamak.

Wawancara dengan bapak Dt. Rajo Lelo (17 Mei 2011), awal mula

Kasua papan dipakai sebagai simbol kebesaran adat nagari Tanjung Barulak,

ketika para ninik mamak (angku) berembuk untuk mencari atau menentukan ciri

khas dari nagari Tanjung Barulak, mereka berunding dengan menjadikan Kasua

papan sebagai simbol atau lebih tepatnya lambang strata sosial seorang laki-laki

yang akan dijadikan sumando dalam nagari Tanjung Barulak pada saat pesta

perkawinan dilaksanakan, setelah terjadi kesepakatan antara para Ninik Mamak

dan setelah peraturan adat disusun di Tanjung Barulak, semenjak itulah

keberadaan Kasua papan dijadikan sebagai Adat Salingka Nagari Pusako

Page 67: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

55  Salingka Kaum, yang harus dipatuhi oleh setiap masyarakat nagari Tanjung

Barulak.

Ermayeni (wawancara, 27 Februari 2011) yang diperkuat oleh Ibu

Aisyah (wawancara, 25 Maret 2011), Kasua papan dijadikan sebagai ciri khas

nagari Tanjung Barulak, karena dalam elemen-elemen pada Kasua papan terdapat

beberapa motif ukiran Minangkabau yang mempunyai arti dan makna yang sangat

luas, dengan menempatkan motif-motif tersebut akan tetap mengingatkan falsafah

hidup masyarakat Minangkabau, adat bansandi syara’, syara’ basandi kitabullah.

Karena motif-motif ukiran Minangkabau mempunyai makna-makna yang sangat

dalam dan dapat dijadikan tuntunan dalam berfikir, bersikap, dan bertindak.

Karena makna yang terkandung dalam motif Kasua papan tersebut dapat

mengikat seseorang untuk bertindak sebagaimana mestinya sesuai dengan tata

aturan adat yang berlaku.

Kasua papan sebagai benda budaya yang digunakan oleh masyarakat

nagari Tanjung Barulak pada pelaksanaan upacara adat perkawinan, Kasua papan

ini telah digunakan secara turun temurun dari nenek moyang masyarakat nagari

Tanjung Barulak, ini merupakan budaya yang tidak boleh ditinggalkan bagi

masyarakat nagari Tanjung Barulak, penggunaan Kasua papan adalah adat yang

harus dilaksanakan oleh masyarakat yang bermukim didaerah nagari Tanjung

Barulak. Walaupun yang melaksanakan upacara adat perkawinan tersebut bukan

asli orang nagari Tanjung Barulak, tapi mereka wajib menggunakan adat tersebut,

karena mereka berada pada lingkungan daerah tersebut, dan apabila yang

mengadakan upacara adat perkawinan asli masyarakat nagari Tanjung Barulak

Page 68: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

56  tapi ia berada diluar kawasan nagari Tanjung Barulak, mereka tidak diharuskan

menggunakan Kasua papan sebagai adat mereka, walaupun ada juga masyarakat

dengan kesadaran tinggi tetap menggunakan Kasua papan sebagai adat yang

harus mereka jalani. Penggunaannya juga hanya dirumah mempelai perempuan.

Angku Dt Mangada’i (wawancara 25 Maret 2011) memperkuat, seiring

perkembangan zaman, dengan kemajuan yang telah menjadi pengaruh besar

dalam kehidupan, dan masyarakatpun dibuat terlena dan selalu ingin

mempermudah semua pekerjaan dan meringankan segala beban dan

menginginkan segala yang instan, selain dirumah banyak diantara mereka yang

mengadakan upacara adat perkawinan digedung-gedung dengan alasan mereka

hanya ingin pekerjaan menjadi lebih mudah dan simpel, tidak susah merapikan

rumah dan berbagai macam alasan lainnya. Dengan keadaan demikian tidak akan

menjadi masalah selama mengadakan upacara adat perkawinan digedung yang

wilyahnya di nagari Tanjung Barulak, Kasua papan tetap harus digunakan kecuali

gedungnya berada diluar nagari tersebut.

Penggunaan Kasua papan ini juga harus seizin Ninik Mamak atau Angku

di nagari Tanjung Barulak, setiap kerabat yang akan mengadakan upacara adat

perkawinan harus bertanya terlebih dahulu kepada Ninik Mamaknya agar tidak

terjadi kesalahan pada pemasangan Kasua papan.

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan, Kasua papan dijadikan

sebagai simbol perkawinan nagari Tanjung Barulak, karena para Ninik Mamak

nagari tersebut ingin daerahya dikenal dengan satu ciri khas, maka mereka

menjadikan Kasua papan sebagai simbol srata sosial laki-laki yang akan jadi

Page 69: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

57  sumando di nagari tersebut. Karena dalam Kasua papan juga mencakup seluruh

peraturan-peraturan adat, tata cara hidup bermasyarakat, Adat Basandi Syara’,

Syara’ Basandi Kaitabullah, dan mengandung pesan yang hendak disampaikan

kepada penerusnya kelak, dengan terus menjaga benda budaya mereka selalu

mengingat tujuan para pendahulu dan menjaga kebudayaan mereka.

B. Temuan Khusus

Temuan khusus dalam penelitian ini, akan dipaparkan tentang bentuk,

fungsi, dan makna simbolis Kasua papan dalam upacara adat perkawinan di

nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar.

1. Bentuk Kasua Papan

Berdasarkan wawancara dengan Bundo Kanduang Ibu Aisyah (24 Maret

2011) dan Ermayeni (wawancara, 27 Februari 2011), Kasua papan berbentuk

empat persegi panjang dengan susunan bertingkat-tingkat, dimana tiap tingkat

mempunyai ukuran 20cm x 60cm x 150cm, setelah digabung ukurannya menjadi

80cm x 60cm x 150cm, untuk ukuran Kasua papan yang dipakai orang

kebanyakan atau orang biasa, ukuran papan 20cm x 60cm x 150cm, papan yang

dipakai adalah papan yang mempunyai serat dan ketahanan yang kuat, tiap papan

yang ukurannya 20cm x 60cm x 150cm dibungkus dengan kain beludru yang telah

dihiasi motif-motif terlebih dahulu dan berbagai macam warna dengan teknik

sulaman menggunakan benang emas dan payet sebagai penghias.

Page 70: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

58  

Gambar 4: Rangka Papan Badan Kasua Papan (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Setelah rangka papan selesai, kemudian dipasangkan kain yang sudah

disulam, pemasangan kain pada papan yang memakai kelebihan kain yang sudah

disediakan sebelumnya, kelebihan yang disediakan kira-kira 10cm disetiap sisi

kain, kemudian dipasangkan pada papan yang telah disediakan. Teknik

pemasangan kain pada papan adalah dengan menambahkan jerami pada bagian

dalam kain tujuannya agar setelah pemasangan kain motif terlihat menonjol.

Setelah itu lapisan yang disediakan untuk pemasangan kain ditarik kebelakang,

agar kain terpasang kuat dan padat, kain dipaku pada bagian dalam papan.

Seiring dengan perkemangan zaman, sekarang jerami telah diganti dengan busa,

selain busa tahan lama, juga bisa didapatkan kapan saja, lain dengan jerami yang

ada pada saat panen saja. Papan yang ditutupi dengan kain hanya pada tiga sisi

saja, sebab satu sisi lagi nantinya juga tidak akan terlihat karena letaknya

Page 71: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

59  disandarkan kedinding, jadi yang terlihat hanya tiga sisi saja (dua sisi kiri dan

kanan dan satu sisi depan).

Gambar 5: Kain Kasua Papan yang sudah Disulam (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Gambar 6: Papan yang sudah Dipasang Kain (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Page 72: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

60  

Pemasangan untuk papan yang lain tetap sama dengan pemasangan

papan yang pertama. Setelah semua badan papan terpasang kain, kemudian baru

disusun berdasarkan urutan dan tingkatan yang seharusnya.

Gambar 7: Kasua Papan yang sudah Disusun

(Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Gambar 8: Kasua Papan Selesai Disusun Lengkap (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Page 73: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

61  

Setelah semua badan papan tersusun, pada bagian atasnya ditutup dengan

papan/ triplek dan kemudian ditutupi lagi dengan kain agar serat papan/ triplek

tidak terlihat, kemudian baru diatas sebelah kiri disusun bantal kecil (katiak) dan

bantal biasa sebelah kanan, ditengah diletakkan carano. Dan tiap motif

mempunyai nama yang berbeda ada Tabu Satuntuang, Bakabuang, dan Basolan,

sekaligus mempunyai arti dan makna.

Gambar. 9. Banta Picak dan Bantal Bulek (ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Page 74: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

62  

Tabel 2: Bentuk dan Makna Tingkatan No. Bentuk Tingkatan Makna Simbolis 1. 2. 3. 4.

9 (sembilan) tingkat 7 (tujuh) tingkat 5 (lima) tingkat 4 (empat) tingkat

Dipakai oleh Angku atau Penghulu Pucuk Dipakai oleh Penghulu Andiko Dipakai oleh Tungganai Dipakai oleh orang Biasa

Tabel 3: Bentuk dan Fungsi

Bentuk Fungsi

1. Fungsi Simbolis:

Sebagai simbol status mempelai pria,

ketika upacara adat perkawinan.

Page 75: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

63  

2. Fungsi estetis:

Selain pelaminan Kasua papan juga

menjadi daya tarik tersendiri.

3. Fungsi sosial:

Kasua papan sebagai ciri khas

nagari Tanjung Barulak.

Tabel 4: Motif dan Simbol No Nama Motif Jenis Motif Simbol 1.

Basolan/Basulam

1. Saluak Laka 2. Taratai Dalam Aia 3. Buah Palo Babalah

Melambangkan Angku atau Penghulu Pucuk

2.

Bakabuang

Perpaduan antara motif garis-garis kecil dengan potongan bidang kain yang besar

Melambangkan Penghulu Andiko dan Tungganai

3.

Tabu Satuntuang

Motif garis kecil dengan potongan kain petak kecil-kecil

Melambangkan orang biasa atau orang kebanyakan

1. Warna

Sumatera Barat dikenal wilayah Minang, persisnya Minangkabau yang

”hanya” meliputi tiga wilayah, dan menyebutnya Luhak, yaitu Luhak Agam,

Luhak Tanah Datar, dan Luhak Limapuluh Koto, jadi tidak semua orang

Page 76: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

64  Sumatera Barat adalah orang minang. Ketiga daerah ini dilambangkan masing-

masing oleh warna hitam, merah, dan kuning. Warna Kuning, lambang dari luhak

Tanah Datar, Merah, lambang dari luhak Agam ,Hitam, lambang dari luhak Limo

Puluah Kota. Warna hitam, melambangkan sifat dewasa, ketahananan, dan

keuletan.

Gambar 10: Warna-warna yang dipakai sebagai simbol utama di Minangkabau, Merah lambang luhak Agam, Kuning lambang luhak Tanah Datar, Hitam lambang luhak Limo Puluah Kota. (ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Ketiga warna tersebut juga melambangkan pola kepemimpinan

Minangkabau yang disebut ”tungku tigo sajarangan” yang terdiri dari

kepemimpinan ninik mamak, kepemimpinan alim ulama dan kepemimpinan

cadiak pandai. Konon menurut keyakinan orang minang, kepemimpinan dapat

berdiri jika minimal memiliki tiga "kaki".

Warna adat Minangkabau tersebut sarat simbolik bagi masyarakat

minang. Pada setiap ritual adat, warna ini selalu ada, baik dalam ornamen ataupun

busananya. Yang lebih dikenal sebagai warna pokok Minang adalah sirah (merah

tua/coklat), kuniang (kuning kunyit) dan hitam yang banyak memberikan makna.

Page 77: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

65  Disamping ketiga warna tersebut muncul wama hijau tua Dominasi warna pada

ukiran dan songket lama adalah sirah (merah tua), kemudian didampingi oleh

warna-warna kuniang kunyik (kuning chrom) dan hijau tuo (hijau tua) serta hitam.

Dari analisis kedua jenis produk tersebut di atas dapat dicatat beberapa hal, bahwa

ukiran dan songket adalah dua tipe produk kria khas Sumatera Barat dengan

karakter yang sangat tua.

Begitu pula halnya dengan Kasua papan, warna-warna yang dipakai

dalam pembuatan Kasua papan ini juga mengacu pada warna-warna ciri khas

Minangkabau, sedangkan wawancara dengan (Mak Katik, tanggal 20 September

2010) menyatakan, munculnya warna-warna selain warna ciri khas Minangkabau

itu disebabkan karena ingin memperkaya warna, dengan adanya warna-warna lain

itu tidak mengubah arti dan makna Kasua papan, hanya untuk menambah

semarak warna yang ada pada Kasua papan tersebut.

a. Ragam Hias

Ragam hias pada umumnya dapat dijumpai pada benda upacara atau

benda pusaka yang bersifat keagamaan atau kepercayaan , menyertai nilai estetis,

begitu juga dengan ragam hias Minangkabau, hampir setiap benda yang

berhubungan dengan adat istiadat di Minangkabau mamiliki ragam hias, misalnya

balai adat, rumah gadang, carano, keris, singgasana, pakaian dan kasua papan.

Benda tersebut mempunyai makna yang sama, meskipun berbeda dalam

penempatannya.

Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media

ungkap perasaan, yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang proses

Page 78: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

66  penciptaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Ragam hias tersebut

berfungsi untuk memperindah benda atau barang yang dihiasi. Alam takambang

dijadikan sumber pengetahuan dan patokan dalam mengatur kehidupan di tengah

masyarakat.

Ibu Aisyah menjelaskan (wawancara, 26 Maret 2011) bahwa, ragam hias

yang dipakai umumnya diambil dari Motif ukiran Minangkabau yang

pembentukannya berangkat dari falsafah ‘Alam Takambang Jadi Guru’

diaplikasikan kedalam Kasua papan, walaupun motif ukiran yang digunakan

sudah tidak sesuai lagi dengan motif asli karena motif ukiran yang diaplikasikan

ke sulaman memang agak sulit menyerupai bentuk aslinya, namun demikian motif

yang telah dihasilkan masih memperlihatkan dasar dari motif tersebut.

Mak Katik menambahkan (wawancara, 7 Februari 2011) bahwa sumber

dari penciptakan ragam hias Minangkabau itu adalah bentuk-bentuk alam mulai

dari akar, ranting, daun, pucuk, bunga, kucing, itik, lebah dan sebagainya. Motif

lain itu adalah perpaduan-perpaduan yang diciptakan serta warna yang digunakan

bertujuan agar Kasua papan terlihat lebih menarik.

b. Bahan

Kasua papan terbuat dari bahan kayu yang dibungkus dengan kain yang

telah disulam terlebih dahulu, bahan kayu yang digunakan dalam pembuatan

rangka Kasua papan ini adalah kayu yang mempunyai tingkat ketahanan yang

tinggi, contohnya kayu surian selain mempunyai serat yang halus, juga

mempunyai tingkat ketatahanan yang tinggi, kayu surian banyak tumbuh dan

ditanam di perkampungan di Sumatera Barat. Di sumatera Barat, kayu surian

Page 79: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

67  ditanam melalui bijinya, kayu surian juga bermacam-macam jenisnya, 1) Surian

Nasi, jenis kayu ini cepat perkembangannnya, karena sifatnya lunak kayu ini

susah diolah, berbulu, dan warnanya agak memutih, jenis kayu ini kurang baik

jika digunakan untuk membuat perabotan seperti meja kursi dan lain-lain, 2)

Surian Udang, jenis kayu ini banyak ditanam di perkampungan, yang ditanam

dengan biji, kayu ini perkembangannya mudah, warnanya merah kecoklatan,

mudah diolah karena seratnya lurus dan kelihatan, kayu ini banyak ditanam

karena sangat baik jika dipakai untuk bahan mobiler, 3) Surian Tanduak,

warnanya merah kehitaman, seratnya yang keras sehingga sangat sulit untuk

diolah, perkembangan kayu ini kurang baik, karena pertumbuhannya juga kurang

baik.

Dalam pengolahan awal kayu surian agar bisa dipakai sebagai bahan

untuk bahan perabot, pengolahan kayu menjadi balok atau papan digunakan

dengan cara manual (tradisional) dan cara masinal (mesin), metode penggergajian

memanjang banyak digunakan karena lebih musah, sederhana, dan cepat.

Pengeringan kayu ini juga sanagt diperhatikan, apabila kayu dikeringkan dengan

suhu yang sangat tinggi maka penyusutannya tidak merata sehingga kayu sangat

mudah pecah, sebaliknya jika suhu terlalu rendah sedang kadar air terlalu tinggi,

maka kayu akan terkena jamur sehingga pada permukaannya timbul noda-noda.

Kasua papan ini akan digunakan dalam kurun waktu yang lama dan

akan tetap dipakai secara turun temurun, maka membutuhkan kayu yang tahan

lama dengan pengolahan yang benar. Kayu yang dipakaipun kayu pilihan dengan

ketentuan pengolahan yang terstruktur. Kasua papan ini juga mempunyai bahan

Page 80: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

68  lain selain kayu, untuk menutupi bagian papan pada Kasua papan ini, digunakan

kain yang sudah disulam terlebih dahulu, kain yang digunakan biasanya kain

beludru, kain beludru disulam dengan menggunakan payet dan manik-manik serta

benang emas.

Wawancara dengan ibu Nurma ( 24 maret 2011) mengatakan, bahwa

benang emas ini adalah benang impor yang konon katanya dari Cina yang sering

disebut juga dengan benang Makau, sejak benang emas ini datang dari Cina dan

menyebar diwilayah nusantara, maka masyarakatpun menggunakan benang emas

ini untuk berbagai macam kerajinan, seperti songket dan kerajinan-kerajinan

lainnya, karena dengan benang ini kerajinan yang dibuat terlihat indah dan

memiliki nilai jual yang tinggi karena warnanya yang seperti emas terlihat

mewah.

c. Tata Letak

Meletakkan Kasua papan di rumah mempelai perempuan mempunyai

aturan tata letak yang harus diperhatikan, tujuan memasang Kasua papan adalah

sebagai simbol yang untuk menyambut kedatangan mempelai pria, agar terlihat

oleh orang yang datang sebelum melangkah kedalam rumah mempelai

perempuan. Menurut Ibu Melyuni dan diperkuat oleh Ibu Aisyah (wawancara, 24

Maret 2011 ) mengatakan, Kasua papan dipasang dekat dengan kamar pengantin,

dan diusahakan terlihat dari luar rumah, agar orang yang datang (mempelai pria

dan rombongan) tidak terlalu sulit melihat Kasua papan tersebut.

Page 81: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

69  

Gambar 11: Denah Tata Letak Kasua Papan (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

d. Tingkatan Kasua Papan

Ibu Aisyah menjelaskan dan diperkuat oleh Angku Dt Mangada’i

(wawancara 24 maret 2011), tatanan Kasua papan ini bertingkat-tingkat, menurut

ketentuan adat jika yang mengadakan pesta perkawinan penghulu pucuk/angku

tingkatan kasua 9 bantal 18, penghulu andiko kasua 7 bantal 15,

panungkek/tungganai kasua 5 bantal 12, dan orang biasa kasua 4 bantal 9. Jika

penghulu pucuk yang mengadakan pesta perkawinan tingkatan kasuanya 9, karena

tingkatan kasua yang terlalu tinggi itu bisa dibagi menjadi 2 (dua) tempat. Bantal

ini disusun diatas kasur sebelah kiri dan ditambah dengan bantal biasa 2 (dua)

buah disebelah kanan.

Page 82: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

70  1. Tingkatan Kasua Papan Penghulu Pucuk

Gambar 12: Tingkatan Kasua Papan yang dipakai oleh Penghulu Pucuk (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Page 83: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

71  

Pemasangan Kasua papan yang digunakan pada pesta perkawinan

Penghulu Pucuk adalah sembilan tingkat, berhubung karena sembilan tingkat

terlalu tinggi, maka penyusunannya dibagi dua satu bagian dipasang lima tingkat

dan satu lagi dipasang empat tingkat. Dengan pemasangan bantalnya dibagi dua,

yaitu sembilan bantal pada tiap bagian.

2. Tingkatan Kasua Papan Penghulu Andiko

Gambar. 13. Tingkatan Kasua Papan yang dipakai oleh Penghulu Andiko (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Pemasangan Kasua papan untuk Penghulu Andiko adalah tujuh tingkat,

dan pemasangannyapun boleh sela bersela antara motif basolan dengan motif

bakabuang, dengan bantalnya 15 buah.

Page 84: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

72  3. Tingkatan Kasua Papan Tungganai

Gambar 14: Tingkatan Kasua Papan yang dipakai oleh Tungganai (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Pemasangan Kasua papan untuk para Tungganai adalah sebayak lima

tingkat dengan bantalnya 12 buah

Page 85: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

73  4. Tingkatan Kasua Papan Orang Biasa

 

Gambar 15: Tingkatan Kasua Papan yang dipakai oleh Orang Biasa (Ilustrasi: Ega Nerifalinda, 2011)

Pemasangan Kasua papan untuk orang kebanyakan atau orang biasa

sebanyak empat tingkat dengan bantalnya 9 buah.

Gambar 16: Kasua Papan yang dipakai oleh orang biasa (Foto: Penulis, 2011)

Page 86: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

74  

Gambar 17a: Motif basolan saluak laka

Gambar 17b: 1. Motif basolan buah palo babalah 4. Motif basolan bungo teratai dalam aia

Gambar 17a dan 17b: Motif Basulam, melambangkan ninik

mamak/penghulu pucuk/angku, letaknya harus paling atas.

(Foto: Ega Nerifalinda, 2011)

Gambar 18a: Motif Bakabuang, motif menyatukan garis-garis kecil yang berwarna dan dipadukan dengan kain songket

Page 87: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

75  

Gambar. 18b. Motif Bakabuang, perpaduan garis-garis kecil

berwarna dengan potongan bidang kain yang agak besar.

Gambar 18a dan 18b: Adalah motif bakabuang, melambangkan

tungganai, andiko, letaknya di tengah. (Foto: Ega Nerifalinda, 2011)

Gambar 19: Motif Tabu Satuntuang, motif garis berbagai macam warna yang dipadukan dengan guntingan kain petak kecil berwarna, yang melambangkan orang biasa, ketaknya paling bawah.

(Foto: Ega Nerifalinda, 2011)

2. Fungsi Kasua Papan

a. Fungsi Simbolis

Penambahan ragam hias pada benda, umumnya untuk lebih menarik

dalam arti estetis, dan menjadi lebih bernilai dan meningkatkan penghargaan

terhadap benda tersebut, baik secara spritual maupun material. Disamping itu,

Page 88: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

76  tidak jarang ragam hias yang menghiasi suatu benda memiliki nilai simbolis atau

mengandung maksud tertentu, sesuai dengan tujuan dan gagasan penciptanya,

sehingga dapat meningkatkan status sosial bagi yang memilikinya, dengan

demikian ragam hias tidak dapat dipisahkan dari latar belakang sosial budaya

masyarakat yang membuatnya.

Fungsi simbolis ragam hias pada umumnya dapat dijumpai pada benda

upacara atau benda pusaka yang bersifat keagamaan atau kepercayaan , menyertai

nilai estetis, begitu juga dengan ragam hias Minangkabau, hampir setiap benda

yang berhubungan dengan adat istiadat di Minangkabau mamiliki ragam hias,

misalnya balai adat, rumah gadang, carano, keris, singgasana, pakaian dan

Kasua papan.

Motif ragam hias yang digunakan juga mempunyai makna tertentu,

sebagaimana dikemukakan oleh ibu Aisyah (wawancara, 24 februari 2011), Kasua

papan mempunyai tiga buah motif, dan tiap motif juga mempunyai arti dan

makna tertentu, yaitu motif basolan susunannya paling atas dan itu melambangkan

penghulu pucuk, motif bakabuang, letaknya ditengah dan ini melambangkan

tungganai, dan andiko, selanjutnya motif tabu satuntuang letaknya paling bawah

dan ini melambangkan orang biasa. Selanjutnya ibu Melyuni mengungkapkan

(wawancara, 25 februari 2011), bagi masyarakat nagari Tanjung Barulak, Kasua

papan merupakan simbol status mempelai laki-laki pada saat upacara adat

perkawinan berlangsung, yang hanya ada di rumah mempelai perempuan.

Kasua papan dimaknai oleh masyarakat pengguna adalah sebagai benda

budaya yang dipakai pada upacara pesta perkawinan, dengan adanya Kasua papan

Page 89: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

77  dirumah mempelai perempuan itu menandakan status sosial yang disandang oleh

mempelai laki-laki, setiap tamu yang datang tidak perlu lagi bertanya siapa

mempelai laki-lakinya, apa pekerjaannya, dan sebaginya.

Ibu Aisyah dan Ibu Melyuni (wawancara, 25 februari 2011) menambahkan

Kasua papan ini wajib dipakai oleh masyarakat nagari Tanjung Barulak jika

mengadakan pesta perkawinan, dan pemasangnya hanya dirumah mempelai

perempuan, dan jika dirumah mempelai perempun tidak ada Kasua papan maka

mempelai laki-laki tidak akan naik ke rumah mempelai perempuan.

b. Fungsi Estetis

Kebudayaan dan adat Minangkabau mengandung falsafah alam

takambang jadi guru dalam penciptaan ragam hias. Masyarakat Minangkabau

dalam kehidupan budayanya selalu berangkat dari alam. Mak Katik (wawancara,

7 Maret 2011) mengatakan ragam hias Minangkabau digolongkan ke dalam tiga

macam, yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan, dari binatang, dan benda-benda

lainnya. Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media

ungkap perasaan, yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang proses

penciptaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Ragam hias tersebut

berfungsi untuk memperindah benda atau barang yang dihiasi. Alam takambang

dijadikan sumber pengetahuan dan patokan dalam mengatur kehidupan di tengah

masyarakat.

Selain sebagai fungsi simbolis, Kasua papan juga menjadi fungsi estetis

yaitu, Kasua papan dengan bentuknya persegi yang ditutupi dengan kain yang

penuh dengan motif dan warna-warna yang indah, selain menarik juga

Page 90: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

78  megundang tanya, selain pelaminan yang digunakan sebagai tempat bersanding,

ada juga Kasua papan yang menarik untuk dilihat, ini juga merupakan kabiasaan

upacara adat perkawinan yang tidak ditemukan di daerah lain. (wawancara dengan

Angku Dt mangada’i, 24 maret 2011)

Sedangkan Mak Katik menyatakan (wawancara, 7 Maret 2011), seiring

dengan perkembangan zaman, pembuatan Kasua papan sekarang sudah

mengalami perubahan dengan motifnya. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

dalam pengerjaan dan bentuknyapun lebih menarik. Semua ini dilakukan semata-

mata hanya untuk keindahan dengan tidak mengubah fungsi dari Kasua papan

tersebut. Selain itu, bahan yang digunakan dahulu tidak sama produksinya

dengan yang sekarang, yang jauh lebih bagus, sehingga hasilnyapun lebih

menarik. Namun begitu tetap pada fungsinya dengan tidak mengubah arti dan

makna Kasua papan itu sendiri.

c. Fungsi Sosial

Wawancara dengan Angku Dt. Rajo lelo ( 23 Maret 2011) mengatakan,

Kasua papan sebagai benda budaya bagi masyarakat nagari Tanjung Barulak

memiliki fungsi sosial, karena Kasua papan dijadikan ciri khas nagari Tanjung

Barulak untuk memenuhi tuntutan adat yang harus dipatuhi oleh masyarakat

pemakainya khusus untuk upacara adat perkawinan. Fungsi sosial Kasua papan

pada upacara adat, disamping mempunyai nilai estetis Kasua papan juga

memiliki corak tradisi dan unsur-unsur simbolik ragam hias yang ditampilkan.

Fungsi sosial seni cenderung mempengaruhi perilaku orang banyak, hal

tersebut dapat dilihat dari bentuk ragam hias yang terdapat pada Kasua papan.

Page 91: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

79  Ragam hias tersebut diciptakan dan diaplikasikan kedalam Kasua papan untuk

mengingatkan masyarakat nagari Tanjung Barulak terhadap nilai-nilai budaya dan

adat istiadat yang terkandung di dalamnya, (wawancara dengan Mak Katik, 23

Maret 2011), dan dilanjutkan oleh Angku Dt. Rajo Lelo (wawancara, 23 Maret

2011) bahwa tujuan para Ninik Mamak menjadikan Kasua papan sebagai ciri

khas nagari Tanjung Barulak memang untuk mengingatkan para pewarisnya agar

tetap menjaga tradisi budaya nagari mereka agar tidak hilang seiring dengan

kemajuan zaman.

3. Makna Simbol Kasua Papan

a. Makna Kasua Papan

Untuk dapat mengetahui makna simbol yang terdapat pada Kasua papan

tidak lepas dari bentuk dan fungsi Kasua papan tersebut pada masyarakat

pemakainya. Wawancara dengan Angku Dt Rajo Lelo (7 April 2011), mengatakan

makna dan simbol dapat dilihat dari bentuk, struktur dan motif yang terdapat pada

Kasua papan, dimana setiap tingkatan yang ada pada Kasua papan mempunyai

arti dan makna tersendiri, begitu juga motif yang ada pada kasua papan tersebut,

setiap motif mempunyai makna yang tidak dapat digunakan dengan sembarangan,

makna dan simbol ini bagi masyarakat Minangkabau dituangkan dalam bentuk

pepatah-petitih yang memberikan petunjuk dan arahan sebagaimana mestinya

terhadap pemakaian Kasua papan dan ajaran-ajaran yang terdapat di

Minangkabau.

Wawancara dengan ibu Aisyah (23maret 2011), mengatakan bahwa pada

Kasua papan terdapat 3 (tiga) macam motif utama, yaitu Basolan, Tabu

Page 92: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

80  Satuntuang dan Bakabuang, peletakkan Kasua papan yang paling atas adalah

Basolan yang menandakan Penghulu Pucuk, motif Bakabuang menandakan

Panungkek atau Tungganai (andiko), letaknya ditengah, dan motif Tabu

Satuntuang, letaknya paling bawah sekali, ini melambangkan rakyat biasa atau

orang kebanyakan.

Wawancara dengan Ibu Aisyah (25 Maret 2011) mengatakan bahwa

pemakaian Kasua papan, jika yang melakukan upacara adat perkawinan orang

biasa, dipakai 4 (empat) tingkat, boleh dipakai motif Basolan 2 (dua) atau motif

Bakabuang juga boleh 2 (dua), pilih salah satu. Peletakkan motif Basolan tetap

paling atas.

Seperti pepatah minang: Bajanjang naiak batanggo turun Naiek dari janjang nan dibawah Turun dari tanggo nan diateh Babilang dari aso Mangaji dari alieh Kamanakan barajo kamamak Mamak barajo kapanghulu Panghulu barajo ka mufakat Mufakat barajo ka nan bana Bana badiri sandirinyo Nan manuruik aluah jo patuik

(berjenjang naik bertangga turun, naik dari jenjang yang dibawah, turun dari tangga yang diatas, berbilang dari esa, mengaji dari alif, kemenakan balajar ke mamak, mamak belajar ke penghulu, penghulu belajar ke mufakat, mufakat belajar ke kebenaran, kebenaran berdiri sendiri, menurut alur dan patut).

Page 93: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

81  

Untuk masuk ke sebuah rumah banyak kemungkinan yang bisa dilalui,

dari belakang, dari lantai, dari jendela, dari atas, dan sebagainya. Yang lazim

menurut aturan adat Minangkabau ialah, naik dari jenjang, turun dari tangga, ini

mengandung arti firman allah. Artinya, “naiklah engkau kerumah dari tangganya”.

Pertama, secara lahir untuk sampai kesebuah rumah, hendaklah melalui sarana

yang telah ditentukan, yakni tangga tempat naik dan tempat turun, orang yang

naik selain dari yang telah ditentukan itu, suatu pertanda pada dirinya telah hilang

rasa malu dan sopan. Kedua, arti yang tersirat untuk mencapai suatu tujuan dalam

masyarakat, hendaklah melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku, seperti harus

dilaksanakan secra hierarkis, dan dari atas kebawah seperti tingkatan wewenang

dalam pemerintahan suatu negara, dan dari bawah keatas secara berurutan.

Tingkatan-tingkatan tersebut mempunyai tanggung jawab dalam

lingkungan tertentu, mengenai orang-orang dalam hubungan terdekat, tentang

kekeluargaan , tentang persekutuan hidup dan juga mengenai daerah dan batasnya.

Dengan demikian, terdapatlah suatu susunan masyarakat Minangkabau dari yang

sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya, yaitu berkeluarga, berkaum

berkorong, berkampung, berhindu, bersuku, berdusun bernagari, berkerat balai,

berluhak, beralam, dan susunan masyarakat Minangkabau ini masing-masing

mempunyai dasar falsafah yang sama, dengan susunan masyarakat yang satu yaitu

dasar kekeluargaan, satu dengan bersama, dari oleh dan untuk bersama.

Setiap mufakat yang tidak menurut alur dan patut, hasilnya tidaklah

mendapat dukungan dari masyarakat, setiap mufakat yang tidak berdasarkan alur

dan patut ini akan menghilangkan wibawa pemimpin yang menjalankannya,

Page 94: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

82  karena alur yang telah kita ketahui adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya,

patut menurut yang wajar.

b. Makna Bantal Kasua Papan

Kasua papan mempunyai elemen kasur dan bantal, adapun bantal Kasua

papan mempunyai beberapa motif, diantaranya:

Bungo Teratai Dalam Aia

 

Gambar 20: Bungo Teratai Dalam Aia (Sumber: Mardjani, 1976)

Taratai, bungo taratai Talipuak di dalam tabek Usah picayo daun takampai Di dalam lunau urek takabek Ukia di aliah ateh papan Ujuang ukia talipuak layua Badannyo buliah jo nan lain Lataknyo di ateh alua patuit Condoang mato kan nan rancak Condoang salero ka nan lamak Nan tampak papan baukia Bathinnyo adat jo pusako

Page 95: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

83  

Babedo lahie jo bathin Talampau bathin kalihatan Baitu suriah barih adat

(Teratai, bunga teratai Taletak di dalam kolam Jangan percaya daun terkembang Di dalam lumpur urat terikat Ukir di pindah atas papan Ujung ukir terletak layu Badannya boleh dengan yang lain Letaknya di atas alur patut Berat mata ke yang bagus Berat selera ke yang enak Yang terlihat papan berukir Maksudnya adat dengan pusaka Berbeda lahir dengan yang bathin Terlampau bathin yang kelihatan Begitu aturan adat)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

“Cubo tagak ditapi tabek, caliak katiko aia gadang dan paratian lo katiko aia suruik ba a lo bantuaknyo?dalam keadaan aia gadang atau ketek bungo taratai tak barubah bantuaknyo do,itu melambangkan tidak boleh berprilaku sombong, sebagai manusia kita harus berprilaku netral, sarupo jo bungo taratai dalam aia, walaupun dalam keadaan apapun tidak boleh bersifat sombong, baik dalam keadaan susah apolai dalam keadaan sanang, itu mancontohkan ka anak kamanakan, apolai kalau seorang ninik mamak, harus mencontohkan ka kamanakannyo, kalau hidup harus randah hati, jan sampai berlaku sombong karano urang nan balaku sombong tu jadi kabancian urang banyak, mangko ado motif minang bungo taratai dalam aia, itu mengandung pesan yang akan disampaikan ka anak kamanakan dalam kaum”.(Coba berdiri ditepi kolam, coba lihat ketika air besar dan perhatikan pula ketika air surut, bagaimana bentuknya?dalam keadaan air besar atau kecil bunga teratai tidak berubah bentuknya, itu melambangkan tidak boleh berprilaku sombong, sebagai manusia kita harus berprilaku netral, sama dengan teratai dalam air, walau dalam keadaan apapun tidak boleh bersifat sombong, baik dalam keadaan susah apalagi dalam keadaan senang, itu mencontohkan kepada anak dan kemanakan, kalau hidup harus rendah hati, jangan sampai berlaku sombong karena orang sombong tidak disukai orang banyak, itu mangkanya ada motif

Page 96: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

84  

minang bunag teratai dala aia, itu mengandung pesan yang akan disampaikan kepada anak kemanakan didalam kaum).

Buah Palo Babalah

 

Gambar 21: Buah Palo Babalah (Sumber: Mardjani, 1976)

Rancak susunnyo buah palo Dibalah basusun rapek Sadang manih dipandangan mato Ukia tuturan tumpuan kasau Babaleh jo itiak pulang patang Ukia basalo jo tatandu Tantadu manyasok bungo Dama tirih bintang Tjumaro Baitu tatah latak ukia Dalam barih cupak adat

(Bagus susunnya buah pala Dibelah bersususn rapat Sedang enak dipandang mata Ukir tuturan tumpuan balok Besanding dengan itik pulang petang Ukir bersela dengan tentadu Tentadu menghisap bunga Danar tiris bintang cumaro Begitu tatah letak ukir Dalam baris cupak adat)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

“Bantuaknyo bagaluang artinyo melindungi, hakikatnyo beraktivitas, melindungi anak kamanakan jo urang kampuang,

Page 97: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

85  

melindungi jo ilmu, pitih, tanago, akal pikiran, kok dapek malindungi jo ilmu, lindungilah jo ilmu, kok dapek jo pitih, lindungi jo pitih, kok dapek jo tanago, lindungilah jo tanago, melindungi jo ilmu lebih hakikatnya ka agamo, kalau melindungi jo akal pikiran itu labiah hakiaktnyo barusaho di dunia,jiko mamak kok dak dapek manolong jo pitih tolonglah jo tanago kok dak jo pikiran, baitulah harusnyo sikap mamak ka kamanakan, itulah sifat yang harus dijago sampai kini, karano kini mamak lah bak jo mamak, kamanakan lah ba jo kamanakan, itulah melambangkan keakraban atau kedekatan antarao mamak jo kamanakan maupun jo urang kampuang. Ba a kito nan saling tolong manolong jo kaum”. (Bentuknya bergelung artinya melindungi, hakikanya beraktifitas, melindungi anak kemanakan dan orang kampung, melindungi dengan uang, tenaga, ilmu, akal pikiran, jika bisa melindungi dengan ilmu maka lindungilah dengan ilmu, jika bisa melindungi dengan uang maka lindungilah dengan uang, jika hanya bisa melindungi dengan tenaga maka lindungilah dengan tenaga, melindungi dengan ilmu pada hakekatnya ke agama, dan melindungi dengan akal pikiran hakikatnya lebih berusaha didunia. Jika mamak tidak dapat membantu dengan uang maka bantulah dengan tenaga dan pikiran, begitulah harusnya sikap mamk kepada kemanakan, itulah sikap yang harus dijaga sampai sekarang, karena sekarang mamak dengan urusannya sediri dan kemanakan sesuka hatinya, itulah sikap yang melambangkan keakraban atau kedekatan antara mamak dengan kemanakan maupun dengan orang kampung, bagaimana kita saling tolong menolong dengan orang banyak).

Carano Kanso

 

Gambar 22: Carano Kanso (Sumber: Mardjani, 1976)

Page 98: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

86  

Carano kanso namonyo ukia Siriah gadang lingka-balingka Balingka jo arai pinang Batutuik dulamak kaco Kuniang sacoreng di atehnyo Pananti sutan jolong pulang Sajamba makan mairiangnyo Latak diateh pintu biliak Suko rayo raso dipakai Sanang siat puti bakuruang Cupu bakaran basusun nyato Santo timbakau pakaian adat Latak di dalam carano kanso Suatu talatak di tampeknyo Ukia dikarang tampuak tangkai Pakaian balai nan saruang Pariangan jo Padang Panjang Ukia tuo ukia usali Warih dek anak Indo Jati Warih nan indak putuih Tutua nan samo kito danga

(Cerana kasnso namanya ukiran Sirih besar lingkar melingkar Melingkar dengan arai pinang Ditutup dengan kain dulamak Kuning tercoreng diatasnya Penunggu sutan baru pulang Sejamba makan mengiringnya Letak diatas pintu kamar Suka sekali rasa dipakai Senang sekali puti berkurung Cupu bakaran bersusun nyata Tembakau palaian adat Letak diddalam cerana kanso Sesuatu terletak ditempaatnya Ukir dikarang tempat tangkai Pakaian tempat yang seruang Pariangan dengan padang panjang Ikir tua ukir asli Waris oleh anak indo jati Waris yang tidak putus Tutur yang sama kita dengar)

Page 99: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

87  Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 juni 2011), menjelaskan:

“Manga dipiliah kanso? itu karano kanso adolah sebuah bejana atau tempat, tempat meletakkan siriah, pinang, dilahia nan siriah jo pinang, Namun pado hakikatnyo disitulah tampek bakumpua sagalo ilmu. Dipiliah kanso karano inyo kekal, dak samo jo kayu yang bisa lapuak dek hujan bisa lakang dek paneh. Kanso akan tetap kekel, karano ilmu yang didapek handaknyo ilmu nan bisa dibaok mati atau dibaok ka akhirat. Ado duo falsafah carano kanso nan partamo, tahan, dalam arti apo...?iyolah kekal, ilmu yang ado tapakai mati handaknyo, bisa menyelamatkan kita dari azab dunia dan azab akhirat. Na ka duo kabau, kabau adolah binatang nan paliang maha diminang, kabau kalau panehnyo pai kakubangan, mandinginkan badannyo, mamak kalaunyo berang handaknyo nyo pai untuak mandinginkan kapalonyo, nyo pai mamikian ba a caro manyalasaikan masalah nan dihadapi jo caro nan bijak, jan angek dilawan jo angek, kalau kapalonyo lah dingin nyo datang baliak untuk manyalasaikan masalah yang ado antara kamanakannyo”. (Mengapa dipilih kanso? karena kanso adalah sebuah bejana atau tempat, tempat meletakkan siriah dan pinang, dilahir yang sirih dan pinang, namun pada hakikatnya disitulah tempat berkumpulnya segala ilmu, dipilih kanso karena ia kuat. Kekal, tidak sama dengan kayu, yang tidak akan bertahan lama dan akan lapuk dimakan usia, kanso akan tetap kekal karena ilmu yang didapat hendaknya ilmu yang bisa dibawa mati atau dibawa ke akhirat, ada dua falsafah carano kanso, yang pertama, tahan, dalam artian apa...?adalah kekal, ilmu yang ada dipakai mati hendaknya, bisa menyelamatkan kita dari azab dunia dan azab akhirat, yang kedua, kerbau, kerbau adalah binatang yang paling mahal di Minangkabau, kerbau kalau panas ia akan pergi ke kubangan, mendinginkan badannya, begitulah mamak, kalau sedang marah hendaknyadia pergi untuk mendinginkan kepalanya, berfikir bagaimana menyelesaikan masalah ini dengan bijak, jangan panas dilawan panas, kalau kepalanya sudah dingin maka ia akan kembali untuk menyelesaikan masalahnya yang ada diantara kemanakannya).

Page 100: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

88  

Saik Galamai

 

Gambar 23: Saik Galamai (Sumber: Mardjani, 1976)

Bakirim usah bapitaruah Bapasan usah baturuti Manyuruah usah bakahandak hati Bana lai picayo tidak Pitaruah baunyikan juo Itu nan labiah rang pantangkan Ukia ragam kuciang lalok Salo manyalo saik galamai Latak dipucuak dindiang hari Disingok di ujuang paran Parannyo ulua mangulampai Asanyo di Gudam Balai janggo Di dalam Koto Pagaruyuang Ukiran Rajo Tigo Selo

Pikia-pikia mangambang kato Kato rahasio baandokkan Simpan bakeh nan picayo Lamak usah dimakan sajo Rancak usah capek dilakekan Ingek dirantiang kamancucuak Jago di unak kamanaruang Lalok usah talalu mati Manyuruak usah talalu hilang Lamak manih raso galamai Dalam gatah minyaknyo tumbuah Ingek dibadan kabinaso

Page 101: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

89  

(Berkirim jangan berpesan Berpesan jangan dituruti Menyuruh jangan bersuka hati Benar ada percaya tidak Pesan ditemani juga Itu yang lebih orang larang Ukir ragam kucing tidur Disisip saik galamai Letak dipucuk dinding hari Asalnya di gundam balai janggo Didalam koto pagaruyuang Ukiran rajo tigo selo Pikir-pikir berbicara Kata rahasia disimpan Simpan kepada yang percaya Enak jangan langsung dimakan Bagus jangan cepat dipasangkan Ingat ranting yang kan menusuk Tidur jangan terlalu lelap Sembunyi jangan terlalu jauh Enak manis rasa gelamai Dalam getah minyaknya timbul Ingat badan yang akan binasa)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

“Ukiran ko ado setelah islam masuk ke Minangkabau, dahulu motif saik galamai ko dak ado, dahulu urang mangaji aku, adam, allah, mangkonyo dulu 3 saginyo, mangko itu pulu pucuak rabuang di anggap motif yang tertua, kini urang lah mangaji aia, api, angin tanah, labiah mangaji ka asa diri, dalam unsur lain, ada jibril, mikail, israil, israfil, setelah ada yag mengaji hakikat tersebut maka ditambah sudiuknyo ciek lai, mako jadilah saik galamai, dalam unsur lain kalau dibaokan ka adaik, nagari ado ampek suku, koto, piliang, bodi, caniago, apopun nan tajadi bungo kehidupan dinagari dilingkuang ampek nagari, dibaliakan ka hakikatnyo, nan ma hakikatnyo ado hakikat agamo dan hakikat adat”. Saik galamai ko jo melambangkan karajo kareh jo hati-hati, maknanyo tanpa karajo kareh jo kehati-hatian sagalo karajo nan dihasilkan dak kan elok. Salain itu saik galamai ko melambangkan penghormatan terhadap tamu. (Ukiran ini ada setelah masuknya islam ke Minangkabau, dahulu motif saik galamai tidak ada,

Page 102: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

90  

karena dahulu orang mengkaji tentang aku, adam dan Allah, mangkanya dahulu Cuma ada tiga segi dankarena itu pula motif pucuk rebung adalah motif yang paling tua, setelah itu baru mengkaji air, api, angin dan tanah, itulah lebih mengkaji kepada asal usul manusia, dalam unsur lain ada jibril, mikail, israil, israfil, setelah ada yang mengkaji hakikat tersebut maka ditambah sudutnya satu lagi, makanya jadilah saik galamai empat sudut, dalam unsur lain kalau dibawakan ke adat, nagari ada empat suku (koto, piliang, bodi, caniago) , apapun yang terjadi dalam masalah kehidupan di nagari dilingkungan ampek nagari, dikembalikan kepada hakikatnya, yang mana ada hakikat agama dan hakikat adat. Saik galamai ini juga melambangkan kerja keras dan kehati-hatian, maknanya tanpa kerja keras dan kehati-hatian segala kerja yang dihasilkan tidak akan baik. Selain itu saik galamai juga melambangkan penghormatan terhadap tamu ).

Kuciang Lalok

 

Gambar 24: Kuciang Lalok (Sumber: Mardjani, 1976)

Bakirim usah bapitaruah Bapasan usah baturuti Manyuruah usah bakahandak hati Bana lai picayo tidak Pitaruah baunyikan juo Itu nan labiah rang pantangkan Ukia ragam kuciang lalok Salo manyalo saik galamai Latak dipucuak dindiang hari Disingok di ujuang paran Parannyo ulua mangulampai Asanyo di Gudam Balai janggo Di dalam Koto Pagaruyuang Ukiran Rajo Tigo Selo

Page 103: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

91  

Pikia-pikia mangambang kato Kato rahasio baandokkan Simpan bakeh nan picayo Lamak usah dimakan sajo Rancak usah capek dilakekan Ingek dirantiang kamancucuak Jago di unak kamanaruang Lalok usah talalu mati Manyuruak usah talalu hilang Lamak manih raso galamai Dalam gatah minyaknyo tumbuah Ingek dibadan kabinaso

(Berkirim jangan berpesan Berpesan jangan dituruti Menyuruh jangan bersuka hati Benar ada percaya tidak Pesan ditemani juga Itu yang lebih orang larang Ukir ragam kucing tidur Disisip saik galamai Letak dipucuk dinding hari Asalnya di gundam balai janggo Didalam koto pagaruyuang Ukiran rajo tigo selo Pikir-pikir berbicara Kata rahasia disimpan Simpan kepada yang percaya Enak jangan langsung dimakan Bagus jangan cepat dipasangkan Ingat ranting yang kan menusuk Tidur jangan terlalu lelap Sembunyi jangan terlalu jauh Enak manis rasa gelamai Dalam getah minyaknya timbul Ingat badan yang akan binasa)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

“Kuciang lalok dianalogikan sebagai aktifitas mencari rezeki, kuciang kalau lah malatakkan kakinyo dimuko tu tandonyo kamanangkok mancik, ado lo istilah kuciang japuik api, maksudnyo kalaulah kuciang dakek api kan lah angek-angek tu,

Page 104: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

92  

nyo lalok se ditungku tu lai, lah luponyo jo mancik tadi, itu kiasannyo labiah ka urang sumando, disatu sisi ado eloknyo, tapi labiah banyak malehnyo, handaknyo sebagai urang sumando janlah wak bak kuciang lalok, karano buliah jadi mamak rumah dak sanang macaliak, dicaliaknyo sumando lalok kalalok se karajo nyo dirumah, bilo kabakarajo mancari makan. Sifat nan mode ko nan harus dihindari oleh anak bujang kini kalau lah inyo nak barumah tanggo”. (Kuciang lalok dianalogikan sebagai aktifitas mencari rezeki, kucing kalau sudah meletakkan kakinya didepan seakan menerkam itu tandanya dia bersiap-siap akan memangsa tikus, ‘ada pula istilah kuciang japuik api’, maksudnya kalau kucing sudah dekat api kan panas, kemudian dia tidur, dia sudah lupa dengan tikus tadi, itu kiasannya lebih kepada sumando, disatu sisi ada baiknya tapi lebih banyak malasnya, hendaknya sebagai urang sumandojanganlah kita saperti kucing tidur, karena boleh jadi mamak rumah tidak senag melihatnya, dilihatnya sumando kerjanya tidur-tiduan dirumah, kapan ia akan bekerja mencari makan , sifat ini yang harus dihindari oleh anak muda sekarang, jikalau hendak berumah tangga).

Daun Puluik-puluik

 

Gambar 25: Daun Puluik-puluik (Sumber: Mardjani, 1976)

Puluik-puluik tumbuah di parak Babuah lai, mamakan tidak Pauitan kambiang, tambang taranak Tangah padang puputan angin Kok gadang kagalang tabuah Tabuah pusako di Pariangan

Page 105: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

93  

Kok pupuih di surek, di batu tingga juo Kok habih tumbuah puluik-puluik Dalam ukia tingga juo Ukia banamo puluik-puluik Latak di ujuang bakeh sudah Ujuang rasuak ujuang paran Baitu latak tatahnyo Asa di Batipuah Pariangan Di Sumpu Batu Taba Baitu warih cupak adat

(Pulut-pulut tumbuh diladang Berbuah ada, dimakan tidak Tempat ikatan kambing, ladang ternak Tengah padang tiupan angin Kok besar ke galang beduk Beduk pusaka dipariangan Kok hilang di surat di batu tinggal juga Kok habis tumbuh pulut-pulut Dalam ukir tinggal juga Ukir bernama pulut-pulut Letah diujung bekas sudah Ujung rusuk ujung paran Begitu letak tatahnya Asal di batipuh pariangan Disumpu batu taba Begitu waris cupak adat)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

“Daun puluik-puluik adolah daun untuak obat, obat pilali (pandingin), hendaknya intelegensi yang dimiliki bisa menjadi pendingin dalam kaum, apopun nan tajadi dalam kaumnyo, sagadang apopun masalah yang melanda, jo ilmu yang ado, kironyo bisa manjadi pandingin angeknyo kapalo, bisa mamilah nan ma yang elo jo nan buruak, jikalau ado nan manjadi masalah kironyo dapek disalasaian jo kapalo dingin jo hati nan lapang”. (Daun puluik-puluik adalah daun untuk obat, obat pilali (pendingin), harusnya intelegensi yang dimiliki hendaknya menjadi pendingin dalam kaum, apapun yang terjadi dalam kaumnya, sebesar apapun masalah yang melanda, dengan ilmu yang ada, kiranya bisa menjadi pendingin panasnya kepala, bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk, jikalau ada yang menjadi masalah sekiranya dapat diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang lapang).

Page 106: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

94  

Saluak Laka

Gambar 26: Saluak Laka (Sumber: Mardjani, 1976)

Saluak nan jaleh bakaitan Laka basauh jo baukuran Silang bapiuah di dalamnyo Aleh piriang jo balango Panadah angek jo dingin Panatiang kuma baarang Palatak tambika nan kapacah Nan sanang talatak di tampeknyo Buliah katangah jo katapi Baiak di ateh ruang tangah Dari muko lalu ka ujuang Laka nan indak dapek tingga Basauk untuang jo bagian Lahia jo bathin di dalamnyo Lahianyo aleh tambika Bathin mangaik kaukuran Balah sapiahan jo karek kuduangan Bapantang putuih di dalam adat Bagaikan apo nan lah tumbuah Kok jauah jalang manjalang Kok hampia silau manyilau Kaik nan indak dapek sangkah Tali nan indak buliah putuih Putuihnyo antaro batenggang Dilukih di ateh papan Dibarih mako dipahek Jadi ragam bungo janggi Nan sakaki samundan panuah Jadi hiasan di rumah gadang Bagaluik galuang jo siku

Page 107: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

95  

Antah siku di ateh galuang Antah galuang manitih siku Aka manjadi pangka ragam Bungo manyumbua di nan putuih Di dalam bungo putiak marangko Ujuang jo pangka nan tak tampak Awal jo akhia nan tidak kalihatan Baitu ragamnyo saluak laka Lataknyo di dalam tingkok Nak tarang tampak dimato Nak baguru bujang jo buatan Dagang nak jan salah sangko Urang di rantau saruannyo Alam takambang jadi guru Imbau maimbau dalam bathin Japuik manjapuik dalam raso Saluak laka namonyo ukia Dilariak nan rang Balai Gurah Ukia nan turun dari aka Dilingkuang alua jo patuik Lahia jo bathin ado maknanyo Utang di kito manguasai

(Saluak yang jelas berkaitan Laka bersauh dan berukuran Silang berpilin didalamnya Alas piring dan belanga Penahan panas dan dingin Pengangkat kotor ber arang Meletakkan tembikar yang pecah Yang senang terletak ditempatnya Boleh ketengah dan ketepi Baik diatas ruang tengah Dari depan sampai ke ujung Laka yang tidak dapat tinggal Berdampingan dengan untung dan bagian Lahir dan bathin didalamnya Lahirnya alas tembikar Bathin mengait ke ukuran Belah serpihan dengan potongan Berpantangan putus dalam adat Bagaikan apa yang sudah tumbuh Jika jauh datang mendatangi Jika dekat kunjung mengunjungi Kait yang tidak dapat sangkah Tali yang tidak boleh putus

Page 108: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

96  

Putusnya antara bertenggang Dilukis diatas papan Dibaris muka dipahat Jadi ragam bunga janggi Yang sekaki semundan penuh Jadi hiasan dirumah gadang Bergelut gelung dengan siku Entah siku diatas gelung Entah gelung meniti siku Akar menjadi pangkal ragam Bunga timbul di yang putus Didalam bunga putik merekah Ujung dan pangkal yang tidak tampak Awal dan akhir yang tidak kelihatan Begitu ragamnya saluak laka Letaknya didalam tingkok Biar terang tampak dimata Biar berguru bujang dan buatan Dagang jangan salah sangka Orang dirantau seruannya Alam terkembang jadi guru Panggil memanggil dalam bathin Jemput menjemput dala rasa Saluak laka namanya ukir Dilirik anak orang balai gurah Ukir yang turun dari akar Dilingkung alur dengan patut Lahir dengan bathin ada maknanya Hutang kita manguasai)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

“Laka adolah aleh, apopun nan kadikarajoan dicari alasan yang sasuai jo apo nan kadikarajoan, jan apo nan kadikarajoan malabiahi apo nan dipikian, handaknyo apo nan dikarajoan sasuai jo apo nan dipikian. Karano dalam islam , sesuatu nan balabihan dibenci Allah. Motif saluak laka juo manganduang makna keakraban, kekerabatan, dan persaudaraan nan ikhlas, barek samo dipikua ringan samo dijinjiang, kekuatan lataknyo di kesatuan masyarakat nan tolong manolong dan saling maharagoi. (Laka adalah alas, apapun yang akan dikerjakan dicari alasannya yang sesuai dengan apa yang akan dikerjakan, jangan apa yang akan dikerjakan melebihi apa yang dipikirkan, hendaknya apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang dipikirkan. Karena dalam islam sesuatu yang berlebih-lebihan tidak disukai oleh Allah. Motif saluak laka mengandung makna

Page 109: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

97  

keakraban, kekerabatan dan persaudaraan yang tulus, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, kekuatan terletak pada kesatuan masyarakat yang tolong menolong dan saling menghargai.).

Bungo Panco Mato Ari

 

Gambar 27: Bungo Panco Mato Ari (Sumber: Mardjani, 1976)

Panco ringek di tapi jalan Mati-mati mako babuah Ingek-ingek anak bajalan Lauik sati rantau batuah Bungo matohari kapunco ukia Rantak malam lingka ba lingka Gayo mantohari nan jadi rasiah Corak bulan mancari aka Dipetak, ukia dibuek Mancari tenggang jo kalaka Maragam bungo sari manjari Baitu alam salingka laweh Alam takambang jadi guru Buliah maukia jo maragam Malukih adat jo limbago Pakaian alam saisinyo

(Panca ringek ditepi jalan Mati-mati maka berbuah Hati-hati anak berjalan Laut sakti rantau bertuah Bunga matahati kapunco ukir Rentak malam lingkar melingkar Gaya matahari yang menjadi rasiah

Page 110: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

98  

Bentuk bulan mencari akal Dipetak ukir dibuat Mencari tenggang dengan kelakar Meragambunga sari menjari Begitu alam selingkar luas Alam terkembang jadi guru Boleh mengukir dan meragam Melukis adat dengan lembaga Pakaian alam seisinya)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

Matoari adolah sumber cahayo nan ado dimuko bumi ko, dalam adat musyawarah untuak mufakaik, sagalo sesuatu keputusan nan diambiak handaknyo dimusyawarahkan dulu, ba a wak malapangan katiko sampik, jo caro nan elok, ba a pun suliknyo masalah nan tibo, walau bagaimanapun suaro nan didapek dalam musyawarah, namun awak babaliak ka nan satu, nan lah manantuan akhir dari sagalo keputusan manusia, awak manusia ko hanyo bisa berdoa namuan pada akhirnyo Allah lah nan berhak manantuan sagaloyo. (Matahari adalah sumber pencahayaan yang ada dimuka bumi ini, dalam adat musyawarah untuk mufakat segala sesuatu keputusan yang diambil hendaknya dimusyawarahkan terlebih dahulu, bagaimana kita melapangkankan dalam keadaan sempit, dengan cara yang baik, bagaimanapun sulitnya masalah yang datang, walau bagaimanapun suara yang didapat dalam musyawarah namun pada akhirnya kita kembali kepada yang satu, yang telah menentukan akhir dari segala keputusan manusia, manusia hanya bisa berdoa dan berusaha namun pada akhirnya allah lah yang berhak menentukan segalanya).

Bungo Duo Tangkai

 

Gambar 28: Bungo Duo Tangkai (Sumber: Mardjani, 1976)

Page 111: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

99  

Ukia tungga buah pinang Bapetak papan tampek diam Bungonyo duo tangkai sajo Sanang batenggang di nan lapang Adat limbago tampek diam Santoso alam saisinyo Kiasan adat bungo pusako Di dalam alam Minangkabau Maukia di papan laweh Elok arak di hari paneh

(Ukir tunggal buah pinang Berpetak papan tempat diam Bunganya dua tangkai saja Senang bertenggang di yang luas Adat limbaga tempat diam Sejahtera alam seisinya Kiasan adat bunga pusaka Di dalam alam minangkabau Mengukir dipapan besar Baik jalan dihari panas)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

Adam supi babungo rehen (hayalan), manaruah bungo tigo tangkai, satangkai larangan allah, itu tingga disarugo, duo tangkai lapeh kadunia pamenan anak cucu adam. Ba a kok duo tangka, karano didunia ko allah menciptakan sagalo bapasangan , ado baiak ado elok, tuo mudo, sarugo narak, makonyo apopun nan dilakuan harus dipikian jo matang, namun apopun pilihan itu tergantung ka pribadi masiang-masiang, nio babuek elok atau babuek jaek, namun kasadonyo tu bersumber dari hati atau jantuang, ba a caro manjago hati, karano dari hatilah sumbersagalo perbuatan jo pikiran, agar hati indak ternodai dengan perbuatan-perbuatan nan indak sesuai jo ketentuan nan berlaku. Gunonyo manjago hati, nan partamo supayo jalan nan awak lalui seimbang, seimbang antaro dunia jo akhirat, nan kaduo dengan manjago hat, awak lah manjago dari perbuatan nan indak elok. Melindungi diri dari sagalo nan mambuaek sansar, nan katigo handaknyo apopun diarahkan ka perbuatan nan elok dan indak manyalahi peraturan nan lah ado. (Adam supi babungo rehen (hayalan), manaruah bungo tigo tangkai, satangkai larangan allah, itu tingga disarugo, duo tangkai lapeh kadunia pamenan anak cucu adam. (adam supi berbunga rehen (hayalan) memiliki bunga tiga tangkai, setangkai larangan Allah, itu yang tinggal disurga, dua tangkai lepas kedunia mainan anak cucu adam.) Kenapa dua tangkai,

Page 112: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

100  

karena diduania ini allah menciptakan segala berpasang-pasangan ada baik buruk, tua muda, surga neraka dan lain-lain, apapun yang dilakukan manusia didunia ujungnya hanya dua surga atau neraka, makanya apapun yang dilakukan harus dipikir dengan matang, namun apapun pilihan itu tergantung pada pribadi masing-masing, mau berbuat baik atau berbuat jahat. Namun semua prilaku tersebut bersumber dari hati atau jantung bagaimana kita menjaga hati, karena dari hati lah sumber segala perbuatan dan pikiran, agar hati tidak ternodai dengan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Gunanya kita menjaga hati, yang pertama, supaya jalan yang kita lalui seimbang, seimbnag antara dunia dan akhirat, yang kedua, dengan menjaga hati, kita telah menjaga perbuatan yang tidak baik, melindungi diri dari segala yang akan membuat sengsara, yang ketiga, hendaknya apapun yang dilakukan diarahkan kepada perbuatan yang baik dan tidak menyalahi aturan-aturan yang berlaku).

Singo Bagaluik

 

Gambar 29: Singo Bagaluik (Sumber: Mardjani, 1976)

Singo bagaluik namonyo ukia Ukia di papan nan sakapiang Dirumah gadang sulangko gadiang Di dalam lumbuang nan bapereng Asa di Agam Balai Gurah Kiasan jago pado adaik Ingek-ingek sabalun kanai Sadio payuang sabalun hujan

Page 113: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

101  

Ingek-ingek nan di ataeh Nan di bawah kok mahimpok Baitu kieh ibaraitnyo

(Singa bergelut namanya ukir Ukir dipapan yang sekeping Dirumah gadang sulangko gadiang Dalam lumbung yang bapereng Asal di agam balai gurah Kiasan jaga pada adat Hati-hati sebelum kena Sedia payung sebelum hujan Hati-hati nan diateh Yang dibawah ke menghimpit Begitu kias ibaratnya)

Berdasarkan wawancara dengan Mak Katik (6 Juni 2011), menjelaskan:

Contoh realita nan ado, sagalo nan tajadi disekitar menurut falsafah minangkabau alam takambang jadi guru, sagalo nan dilakuan handaknyo sasuai jo falsafah hiduik, indak melenceng dari apo nan lah disyariatkan karano alam ko alah maagiah contoh ba a awak berprilkau saharusnyo, mako alam akan memberikan nan elok untuak manusia, allah manyuruah awak untuak bapikia dan berbuat tanpa harus mengorbankan apopun, dalam peraturan adat nan sasuai jo falsafah alam takambang jadi guru. Bisa diumpamoakan sarupo singo bagaluik, singo bagaluik jo anaknyo, itu ma artikan nyo maaja anaknyo jo bagaluik, nyo manggoyangkan ikuanyo agar anaknyo manangkok. Itu artinyo singo maajakan anaknyo manangkok mangsa, agar anaknyo bisa bertahan hiduik tanpa selalu mengharokkan induaknyo selalu maagiah makan, singo mendidik anaknyo supayo mandiri. (Contoh realita yang ada, segala yang terjadi di sekitar menurut falasafah Minangkabau alam takambang jadi guru, segala yang akan dilakukan hendaknya sesuai dengan falsafah hidup, tidak melenceng dari apa yang disyariatkan karena alam ini telah memberikan contoh bagaimana kita berprilaku seharusnya, kalau kita memperlakukan alam sesuai dengan yang seharusnya maka alam akan memberikan yang terbaik untuk manusia, allah menyuruh kita berpikir apa yang harus dilakukan dengan perantara alam, kita disuruh berpikir dan berbuat tanpa harus mengorbankan apapun, dalam peraturan adat harus sesuai dengan falsafah alam

Page 114: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

102  

takambang jadi guru. Bisa dianalogikan seperti singa bagaluik, singa bergelut dengan anaknya itu mengartikan dia mengajarkan anaknya, dia mendidik anaknya dengan bergelut, dia menggoyangkan ekornya agar anaknya menangkap, itu artinya singa mengajarkan anaknya menangkap mangsa agar dia bisa bertahan hidup tanpa mengaharapkan induknya selalu memberi makan, dia mendidik anaknya agar mandiri).

C. Pembahasan

Pembahasan ini di perlukan untuk menguraikan lebih rinci tentang

temuan penelitian yang di peroleh di lapangan sebagaimana yang telah di uraikan

di atas. Temuan khusus yang dibahas tentang bentuk, fungsi dan makna Kasua

papan sebagai pelaminan adat nagari Tanjung Barulak. 

1. Bentuk Kasua Papan sebagai Pelaminan Adat Nagari Tanjung Barulak.

Berdasarkan wawancara dengan ibu Aisyah (24 Maret 2011) Kasua

papan berbentuk empat persegi panjang dengan susunan bertingkat dengan pola

geometris, bentuk didasarkan pada pengertian ujud, seperti yang diungkapkan

Herbert Read (”Ujud” atau form sebagai bentuk, susunan bagian-bagian, aspek

visual, dan ”ujud” suatu hasil seni tidak lain adalah bentuknya, susunan bagian-

bagiannya, tugasnya, aspeknya yang terlihat itu. Tetapi didalam membicarakan

ujud sesuatu hasil seni, tentu saja yang dimaksud adalah ”ujud yang khas”, ujud

yang dalam beberapa hal mempengaruhi kita.

Teori bentuk (formalis theory) yang dikemukakan oleh Clive Bell dalam

bukunya “Art” menyatakan : segenap seni penglihatan dan musik sepanjang masa

mempunyai significant form (bentuk penting atau bentuk yang bermakna),

Page 115: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

103  sehingga seni tersebut dihargai orang, dimana nantinya significant form akan

menimbulkan tanggapan berupa perasaan estetis (aesthetis emotion) dalam diri

seseorang (Gie,1976:74) formalis theori ini didukung juga oleh adanya tiga hal

yang membuat indah yakni: kesatuan (unity), kerumitan (complexity) dan

kesungguhan (intensity).

Wolfflin (dalam Feldman, 1967) menjelaskan dalam karya seni bentuk

dipahami bukan seperti sebuah gambar (dua dimensi), tetapi ia berada dalam

ruang atau volume. Kasua papan dalam bentuk fisik menampilkan sebuah empat

persegi panjang yang diberi hiasan sulaman. Bentuk dalam kajian seni adalah

keseluruhan (totalitas) dari keterpaduan komponen-komponen yang telah

terwujud dalam bentuk bidang (2 dimensi) yang dibuat dengan pengaturan

terkontrol unsur visual (titik, garis, bidang, value, tekstur dan warna). Tabrani

(1992:2) menambahkan bahwa, rupa ditangkap oleh manusia melalui mata.

Bentuk sebagai objek pengamatan adalah sesuatu yang bersifat kasat mata, artinya

dapat dilihat. Dengan demikian bentuk dapat dilihat (ditangkap) melalui alat indra

mata dan informasi disampaikan ke otak, sehingga terbentuk image ‘rupa’ atau

‘kesan’, bayang-bayang yang berbentuk.

2. Fungsi Kasua Papan sebagai Pelaminan Adat Nagari Tanjung Barulak

Fungsi Kasua papan yang dibahas terdiri dari tiga fungsi yaitu, fungsi

simbolis, fungsi estetis, dan fungsi sosial:

a. Fungsi Simbolis

Penambahan ragam hias pada benda, umumnya untuk lebih menarik

dalam arti estetis, dan menjadi lebih bernilai dan meningkatkan penghargaan

Page 116: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

104  terhadap benda tersebut, baik secara spritual maupun material. Disamping itu,

tidak jarang ragam hias yang menghiasi suatu benda memiliki nilai simbolis atau

mengandung maksud tertentu, sesuai dengan tujuan dan gagasan penciptanya,

sehingga dapat meningkatkan status sosial bagi yang memilikinya, dengan

demikian ragam hias tidak dapat dipisahkan dari latar belakang sosial budaya

masyarakat yang membuatnya.

Fungsi simbolis ragam hias pada umumnya dapat dijumpai pada benda

upacara atau benda pusaka yang bersifat keagamaan atau kepercayaan , menyertai

nilai estetis, begitu juga dengan ragam hias Minangkabau, hampir setiap benda

yang berhubungan dengan adat istiadat di Minangkabau mamiliki ragam hias,

misalnya balai adat, rumah gadang, carano, keris, singgasana, pakaian dan

Kasua papan. Benda tersebut mempunyai makna yang sama, meskipun berbeda

dalam penempatannya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ragam

hias Minangkabau, dalam pembentukannya berangkat dari falsafah alam

takambang jadi guru, yang dalam penciptannya sudah tidak menyerupai bentuk

asli dari motif hias yang diciptakan, bentuk yang ada pada alam digubah menjadi

ragam hias, alam tumbuhan mulai dari akar, ranting, daun, pucuk, bunga, dan

binatang dimulai dari, harimau, singa, ular, gajah, kuda, kucing, tetandu,

itik,kelelawar, bada, rusa, lebah, ayam, kijang, tupai, ramo-ramo, dan alam benda

lainnya seperti laka, jamba makan, kipas, salimpat, embun, ombak, pitih, banyak

digunakan sebagai sumber penciptaaan ragam hias.

Dalam hal ini Soedarso (2006:29), menjelaskan bahwa alam

menyediakan bentuk yang baik untuk dikomposisikan, dan alam juga

Page 117: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

105  menyediakan diri untuk ditiru. Orang Yuanani menyebutnya sebagai mimesis atau

tiruan alam. Dan menurut Mak Katik (wawancara 7 Maret 2011) mengatakan

ragam hias Minangkabau digolongkan ke dalam tiga macam, yaitu berasal dari

tumbuh-tumbuhan, dari binatang, dan benda-benda lainnya. Sementara itu alam

juga menyediakan diri untuk diambil menjadi motif batik dan sebagainya

melewati stilasi, baik diberi arti atau simbolisasi ataupun dibiarkan saja tanpa

makna.

Fungsi Kasua papan dimaknai oleh masyarakat pengguna adalah sebagai

benda budaya yang dipakai pada upacara pesta perkawinan sebagai lambang strata

sosial masyarakat yang menggunakan, dengan adanya Kasua papan dirumah

mempelai perempuan itu menandakan status sosial yang disandang oleh mempelai

laki-laki, setiap tamu yang datang tidak perlu lagi bertanya siapa mempelai laki-

lakinya, apa pekerjaannya, dan sebaginya.

Kasua papan sebagai benda budaya yang digunakan pada saat upacara

adat perkawinan di nagari Tanjung Barulak merupakan suatu objek yang

mempunyai makna yang ingin diungkapkan oleh masyarakat pendukungnya

kepada para tamu yang hadir, sekaligus sebagai tanda bahwa pada saat itu

terjadinya upacara adat perkawinan, sebagimana diungkapkan oleh Ferdinand de

Saussure (1913) bahwa dalam setiap obyek yang dipakai oleh seseorang untuk

mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, selalu memiliki peran gandanya

sebagai “yang menandakan sesuatu” dan sekaligus sebagai “yang ditandakan”.

Sejalan dengan Ferdinand,  Peirce (dalam Hoed,1992) menyebutkan Tanda adalah

sesuatu yang mewakili sesuatu. Tanda juga bisa berupa lambang, jika hubungan

Page 118: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

106  antara tanda itu dengan yang diwakilinya didasarkan pada perjanjian (convention).

Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu, apabila “sesuatu” disampaikan

melalui tanda dari pengirim kepada penerima, maka sesuatu tersebut bisa disebut

sebagai “pesan”.

Berdasarkan kesepakatan para ninik mamak nagari Tanjung Barulak

dengan masyarakat pendukung, bahwa Kasua papan dijadikan simbol atau

lambang nagari dan sebagai pesan yang hendak disampaikan kepada masyarakat

Tanjung Barulak, dengan begitu masyarakatpun mengerti akan tanda tersebut.

Kasua papan yang bertingkat mempunyai makna tersendiri, sembilan

tingkat disimbolkan ketika penghulu pucuk mengadakan upacara adat

perkawinan, tujuh tingkat disimbolkan ketika penghulu andiko mengadakan

upacara adat perkawinan, lima tingkat disimbolkan ketika tungganai mengadakan

upacara adat perkawinan, dan empat tingkat disimbolkan ketika orang kebanyakan

atau orang biasa mengadakan upacara adat perkawinan.

Kasua papan ini wajib dipakai oleh masyarakat nagari Tanjung Barulak

jika mengadakan pesta perkawinan, dan dipasangnya juga hanya dirumah

mempelai perempuan, dan jika dirumah mempelai perempun tidak ada Kasua

Papan maka mempelai laki-laki tidak akan naik ke rumah mempelai perempuan.

Kasua papan ini sangat penting karena melambangkan status sosial mempelai pria

ketika adanya upacara adat perkawinan.

b. Fungsi Estetis

Kebudayaan dan adat Minangkabau mengandung falsafah alam

takambang jadi guru, dalam penciptaan ragam hias, masyarakat Minangkabau

Page 119: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

107  dalam kehidupan budayanya selalu berangkat dari alam. Risman Marah

(1987/1988), dalam bukunya Ragam Hias Tradisional Minangkabau membahas

bentuk dan corak ragam hias yang berkembang di Minangkabau, seperti yang

terdapat pada tekstil, perabot, maupun pada benda lainnya, yang masing-masing

memiliki bentuk serta corak yang khas. Ragam hias Minangkabau digolongkan ke

dalam tiga macam, yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan, dari binatang, dan benda-

benda lainnya. Pernyataan ini memiliki kesamaan dengan hasil wawancara dengan

Mak Katik (wawancara 7 Maret 2011) yang menyatakan ragam hias Minangkabau

digolongkan ke dalam tiga macam, yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan, dari

binatang, dan benda-benda lainnya

Ragam hias yang digunakan dalam Kasua papan merupakan perpaduan

antara garis, bidang dan warna yang menggunakan pola geometris, yang dimaknai

dari makhluk hidup sepeti tumbuhan dan binatang. Dalam buku Mengenal Ragam

Hias Indonesia, yang ditulis oleh M. Soegeng Toekio (1987) menjelaskan ragam

hias mulai dari pembahasan garis, bidang, dan tekstur, kemudian ragam hias

geometris, ragam hias tumbuh-tumbuhan, ragam hias makhluk hidup, ragam hias

dekoratif, serta pola ulang dalam penciptaan ragam hias.

Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media

ungkap perasaan, yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang proses

penciptaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Ragam hias tersebut

berfungsi untuk memperindah benda atau barang yang dihiasi. Alam takambang

dijadikan sumber pengetahuan dan patokan dalam mengatur kehidupan di tengah

masyarakat.

Page 120: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

108  

Gie menambahkan (1976:35) ”Keindahan dalam arti estetik murni

menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala

sesuatu yang diserapnya, sedangkan keindahan dalam arti yang terbatas lebih

disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserap dengan

penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.

Sedangkan menurut Agus Sachari (2002:7) bahwa kajian-kajian estetika

mengalami reorientasi substansial, yaitu memandang seni bukan pada kecantikan

dan keindahannya, melainkan telah bergeser ke arah aksi, makna dan tanda. Selain

sebagai fungsi simbolis, kasua papan juga menjadi fungsi estetis yaitu, kasua

papan dengan bentuknya persegi yang ditutupi dengan kain yang penuh dengan

motif dan warna-warna yang indah, selain menarik juga megundang tanya, selain

pelaminan yang digunakan sebagai tempat bersanding, ada juga Kasua papan

yang menarik untuk dilihat, ini juga merupakan kabiasaan upacara adat

perkawinan yang tidak ditemukan di daerah lain. 

Seiring dengan perkembangan zaman pembuatan kasua papan sekarang

sudah mengalami perubahan dengan motifnya, ini juga bertujuan agar

pengerjaannya lebih mudah dan bentuknyapun lebih menarik, semua ini dilakukan

semata-mata hanya untuk keindahan dengan tidak merobah fungsi dari kasua

papan tersebut. Dan lagi bahan yang digunakan dahulu tidak sama produksinya

dengan yang sekarang, produksi bahan sekarang itu jauh lebih bagus, makanya

dengan produksi bahan sekarang itu jauh lebih indah dan lebih mudah, sehingga

hasilnyapun lebih menarik, tapi tetap pada fungsinya dengan tidak merubah arti

dan makna Kasua papan itu sendiri.

Page 121: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

109  c. Fungsi Sosial

Kasua papan merupakan benda budaya masyarakat nagari Tanjung

Barulak yang masih dijaga dan diwarisi sampai saat ini, dengan begitu Kasua

papan memiliki fungsi sosial. Feldman menjelaskan bahwa karya seni memiliki

fungsi sosial, yaitu:

(1) Karya seni itu mencari atau cenderungmempengaruhi perilaku kolektif orang banyak, (2) karya seni itu diciptakan untuk dilihat (diperguankan), khususnya dalam situasi-situasi umum, dan (3) karya seni itu mengekspresikan atau menjelaskan aspek-aspek tentang eksistensi sosial atau masyarakat kolektif sebagai lawan dari berbagai macam pengalaman personal maupun individu. Ragam hias tersebut diciptakan dan diaplikasikan kedalam Kasua papan

untuk mengingatkan masyarakat nagari Tanjung Barulak terhadap nilai-nilai

budaya dan adat istiadat yang terkandung di dalamnya, (wawancara dengan Mak

Katik, 23 Maret 2011), dan dilanjutkan oleh Angku Dt. Rajo Lelo (wawancara, 23

Maret 2011) bahwa tujuan para ninik mamak menjadikan Kasua papan sebagai

ciri khas nagari Tanjung Barulak memang untuk mengingatkan para pewarisnya

agar tetap menjaga tradisi budaya nagari mereka agar tidak hilang seiring dengan

kemajuan zaman.

Kasua papan sebagai benda budaya bagi masyarakat nagari Tanjung

Barulak memiliki fungsi sosial, karena Kasua papan dijadikan ciri khas nagari

Tanjung Barulak untuk memenuhi tuntutan adat yang harus dipatuhi oleh

masyarakat pemakainya khusus untuk upacara adat perkawinan. Hal ini sesuai

dengan yang dijelaskan oleh Feldman pada poin dua diatas, dimana karya seni

diciptakan untuk dilihat dan dipakai khususnya dalam situasi-situasi umum.

Page 122: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

110  Fungsi sosial Kasua papan pada upacara adat, disamping mempunyai nilai estetis

Kasua papan juga memiliki corak tradisi dan unsur-unsur simbolik ragam hias

yang ditampilkan.

Fungsi sosial seni cenderung mempengaruhi perilaku kolektif orang

banyak, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk ragam hias yang terdapat pada

Kasua papan. Ragam hias tersebut diciptakan dan diaplikasikan kedalam Kasua

papan untuk mengingatkan masyarakat nagari Tanjung Barulak teehadap nilai-

nilai budaya dan adat istiadat yang terkandung di dalamnya, karena tujuan para

ninik mamak menjadikan Kasua papan sebagai ciri khas nagari Tanjung Barulak

memang untuk mengingatkan para pewarisnya agar tetap menjaga tradisi budaya

nagari mereka agar tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman. Berikut ini

skema yang mengacu pada pandangan Felmand tentang fungsi sosial.

1 2 3

The Social Function of Art

Ket: posisi fungsi sosial sebagai pertimbangan yang diutamakan

3. Makna Simbol Kasua Papan

Persoalan meaning menurut Fisher (1978:342) selalu dilihat dalam

konteks komunikasi ‘bahasa’ atau ‘kata’. Padahal meaning itu dapat berada

The social function of art: political and

ideological expression sicial satire.

Description, graphic, information

The physical function of art:arcthitecture

large scale design, the community, the crafts

& industrial design

The personal function of art: art and psychological

expression: love, sex, &marriage, death & morbidity, spritual

Page 123: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

111  dengan tanpa atau di luar konteks komunikasi bahasa, yakni komunikasi atas

hubungan manusia dengan suatu objek fisik atau karya seni.

Wawancara dengan Angku Dt Rajo Lelo (7 April 2011), mengatakan

makna dan simbol dapat dilihat dari bentuk, struktur dan motif yang terdapat pada

Kasua papan, dimana setiap tingkatan yang ada pada Kasua papan mempunyai

arti dan makna, begitu juga motif yang ada pada Kasua papan tersebut, setiap

motif mempunyai makna yang tidak dapat digunakan dengan sembarangan,

makna dan simbol ini bagi masyarakat Minangkabau dituangkan dalam bentuk

pepatah-petitih yang memberikan petunjuk dan arahan sebagaimana mestinya

terhadap pemakaian Kasua papan dan ajaran-ajaran yang terdapat di

Minangkabau.

Untuk dapat mengetahui makna simbol yang terdapat pada kasua papan

tidak lepas dari bentuk dan fungsi Kasua papan tersebut pada masyarakat

pemakainya. Makna dan simbol dapat dilihat dari bentuk, struktur dan motif yang

terdapat pada Kasua papan, dimana setiap tingkatan yang ada pada kasua papan

mempunyai arti dan makna tersendiri, begitu juga motif yang ada pada Kasua

papan tersebut, setiap motif mempunyai makna yang tidak dapat digunakan

dengan sembarangan, makna dan simbol ini bagi masyarakat Minangkabau

dituangkan dalam bentuk pepatah-petitih yang memberikan petunjuk dan arahan

sebagaimana mestinya terhadap pemakaian Kasua papan dan ajaran-ajaran yang

terdapat di Minangkabau.

Analisis tentang ragam hias pada Kasua papan secara tekstual dan

kontekstual memakai teori Feldman yang memandang karya seni dari tiga aspek,

Page 124: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

112  yaitu: a) struktur (structure) seni yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur seni

rupa dan pengorganisasian elemen seni atau komposisi seni. Struktur bentuk

ragam hias Kasua papan merupakan salah satu bagian dalam pembahasan ini .

b)fungsi karya seni dibagi dalam tiga aspek, yaitu: 1) personal functions of art, (2)

social functions of art, (3) physical functions of art (Feldman, 1967).

Ragam hias pada umumnya dapat dijumpai pada benda upacara atau

benda pusaka yang bersifat keagamaan atau kepercayaan , menyertai nilai estetis,

begitu juga dengan ragam hias Minangkabau, hampir setiap benda yang

berhubungan dengan adat istiadat di Minangkabau mamiliki ragam hias, misalnya

balai adat, rumah gadang, carano, keris, singgasana, pakaian dan Kasua papan.

Benda tersebut mempunyai makna yang sama, meskipun berbeda dalam

penempatannya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ragam hias

Minangkabau, dalam pembentukannya berangkat dari falsafah alam takambang

jadi guru, yang dalam penciptannya sudah tidak menyerupai bentuk asli dari motif

hias yang diciptakan, bentuk yang ada pada alam digubah menjadi ragam hias,

alam tumbuahn mulai dari akar, ranting, daun, pucuk, bunga, dan binatang

dimulai dari, harimau, singa, ular, gajah, kuda, kucing, tetandu, itik, kelelawar,

bada, rusa, lebah, ayam, kijang, tupai, ramo-ramo, dan alam benda lainnya seperti

laka, jamba makan, kipas, salimpat, embun, ombak, pitih, banyak diguakan

sebagai sumber penciptaaan ragam hias.

Kebudayaan dan adat Minangkabau mengandung falsafah alam

takambang jadi guru, dalam penciptaan ragam hias, masyarakat Minangkabau

dalam kehidupan budayanya selalu berangkat dari alam. Risman Marah

Page 125: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

113  (1987/1988), dalam bukunya Ragam Hias Tradisional Minangkabau membahas

bentuk dan corak ragam hias yang berkembang di Minangkabau, seperti yang

terdapat pada tekstil, perabot, maupun pada benda lainnya, yang masing-masing

memiliki bentuk serta corak yang khas. Ragam hias Minangkabau digolongkan ke

dalam tiga macam, yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan, dari binatang, dan benda-

benda lainnya.

Dalam buku Mengenal Ragam Hias Indonesia, yang ditulis oleh M.

Soegeng Toekio, dijelaskan mengenai ragam hias, mulai dari pembahasan garis,

bidang, dan tekstur, kemudian ragam hias geometris, ragam hias tumbuh-

tumbuhan, ragam hias makhluk hidup, ragam hias dekoratif, serta pola ulang

dalam penciptaan ragam hias (soegeng,1987)

Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media

ungkap perasaan, yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang proses

penciptaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Ragam hias tersebut

berfungsi untuk memperindah benda atau barang yang dihiasi. Alam takambang

dijadikan sumber pengetahuan dan patokan dalam mengatur kehidupan di tengah

masyarakat.

Makna filosofis yang terkandung dalam berbagai bentuk ragam hias yang

diterapkan sesuai dengan filosofi kehidupan masyarakat pendukungnya, dalam

menciptakan karya seni yang mengandung makna, akan dipengaruhi oleh zaman

dan tempat atau daerah orang yang menciptakannya. Soemardjo (200:127),

menjelaskan bahwa karya seni yang baik mampu membangkitkan atau

mempengaruhi sebahagian emosi masyarakat tertentu sesuai dengan zamannya.

Page 126: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

114  Bahkan lebih jauh karya seni tersebut bisa melambangkan jati diri budaya bangsa,

yang mencerminkan pola pikir dan perilaku hidup masyarakat pada zamannya.

Ragam hias yang diterapkan pada Kasua papan merupakan ragam hias

tradisional yang bersifat turun temurun, jenis dan bentuk yang ditampilkan

merupakan warisan dari para pendahulunya, yang sekarang masih terus

dilestarikan agar tidak terjadinya pergeseran yang mungkin mengakibatkan

kepunahan. Kasua papan memiliki motif Basulam, Bakabuang, dan Tabu

Satuntuang, dimana penempatan motif ini harus sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, dan tidak boleh dibolak balik.

Seperti pepatah minang:

Bajanjang naiak batanggo turun Naiek dari janjang nan dibawah Turun dari tanggo nan diateh Babilang dari aso Mangaji dari alieh Kamanakan barajo kamamak Mamak barajo kapanghulu Panghulu barajo ka mufakat Mufakat barajo ka nan bana Bana badiri sandirinyo Nan manuruik aluah jo patuik

(berjenjang naik bertangga turun, naik dari jenjang yang dibawah, turun dari tangga yang diatas, berbilang dari esa, mengaji dari alif, kemenakan balajar ke mamak, mamak belajar ke penghulu, penghulu belajar ke mufakat, mufakat belajar ke kebenaran, kebenaran berdiri sendiri, menurut alur dan patut).

Page 127: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

115  

Untuk masuk kesebuah rumah banyak kemungkinan yang bisa dilalui,

dari belakang, dari lanatai, dari jendela, dari atas, dan sebagainya tetapi yang

lazim menurut aturan adat Minangkabau ialah, naik dari jenjang, turun dari

tangga, ini mengandung arti firman allah yang artinya, “naiklah engkau kerumah

dari tangganya”. Pertama, secara lahir untuk sampai kesebuah rumah, hendaklah

melalui sarana yang telah ditentukan, yakni tangga tempat naik dan tempat turun,

orang yang naik selain dari yang telah ditentukan itu, suatu pertanda pada dirinya

telah hilang rasa malu dan sopan. Kedua, arti yang tersirat untuk mencapai suatu

tujuan dalam masyarakat, hendaklah melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku,

seperti harus dilaksanakan secra hierarkis, dan dari atas kebawah seperti tingkatan

wewenang dalam pemerintahan suatu negara, dan dari bawah keatas secara

berurutan.

Tingkatan-tingkatan tersebut mempunyai tanggung jawab dalam

lingkungan tertentu, mengenai orang-orang dalam hubungan terdekat, tentang

kekeluargaan , tentang persekutuan hidup dan juga mengenai daerah dan batasnya.

Dengan demikian, terdapatlah suatu susunan masyarakat Minangkabau dari yang

sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya, yaitu berkeluarga, berkaum

berkorong, berkampung, berhindu, bersuku, berdusun bernagari, berkerat balai,

berluhak, beralam, dan susunan masyarakat Minangkabau ini masing-masing

mempunyai dasar falsafah yang sama, dengan susunan masyarakat yang satu yaitu

dasar kekeluargaan, satu dengan bersama, dari oleh dan untuk bersama.

Setiap pemufakatan yang tidak menurut alur dan patut , hasilnya tidaklah

mendapat dukungan dari masyarakat, setiap mufakat yang tidak berdasarkan alur

Page 128: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

116  dan patut ini akan menghilangkan wibawa pemimpin yang menjalankannya,

karena alur yang telah kita ketahui adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya,

patut menurut yang wajar.

Tabel 5: Analisis Motif Ragam Hias Kasua Papan

No 

Nama Motif Gambar Simbol

1.  Basolan (basulam)

Saluak Laka

Buah Palo Babalah

Teratai dalam Aia

Melambangkan Penghulu Pucuk, letaknya paling atas.

Page 129: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

117   

 

 

 

 

2. 

Bakabuang

Melambangkan Penghulu Andiko dan Tungganai. Letaknya ditengah

 

 

 

 

 

3. 

Tabu Satuntuang

Melambangkan orang biasa, letaknya paling bawah.

Page 130: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

118  

Tabel 6: Analisis Motif Ragam Hias Bantal Kasua Papan

No

Nama Motif

Bantal Kasua Papan

Bentuk Motif

Gambar Motif

Makna Simbolis

1

Bungo Duo

Tangkai

Jangan berlaku sombong, apa adanya

2

Saik Galamai

 

Kerja Keras dan menghormati tamu

3

Carano Kanso

Tempat berkumpul segala ilmu yang kekal

4

Singo

Bagaluik

Alam takambang jadi guru

5

Saik Galamai

 

Kerja Keras dan menghormati tamu

Page 131: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

119  

6

Kuciang

Lalok

Sifat pemalas dan kadang memiliki kesiapan

7

Carano Kanso

 

Tempat berkumpul segala ilmu yang kekal

8

Daun Puluik- Puluik

 

Orang yang bijaksana

9

Bungi Panco

Matohari

 

Allah tempat keputusan terakhir

Page 132: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

120  

Tabel 7: Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna Simbolis Kasua Papan

No. Bentuk Fungsi dalam Masyarakat Tanjung Barulak

Makna Simbolis

1.

2.

3.

4.

1. Fungsi Simbolis:

Sebagai simbol status mempelai

pria, ketika upacara adat

perkawinan.

2. Fungsi estetis:

Selain pelaminan Kasua

Papan juga menjadi daya tarik

tersendiri.

3. Fungsi sosial:

Kasua papan sebagai ciri khas

Nagari Tanjung Barulak.

Dipakai oleh Penghulu Pucuk. (pimpinan)

Dipakai oleh Penghulu Andiko (pimpinan yang keberadaannya dibawah Penghulu Pucuk) Dipakai oleh Tungganai (Mamak rumah) Dipakai oleh Orang Biasa

Page 133: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

121 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari tulisan tesis yang disajikan diatas dapat ditarik tiga simpulan:

1. Bahwa Kasua papan sebagai benda budaya yang dipakai ketika pesta

perkawinan di nagari Tanjung Barulak. Bentuk tingkatan yang

mengandung makna simbol. Sembilan tingkat digunakan oleh penghulu

pucuk, tujuh tingkat digunakan oleh penghulu andiko, digunakan oleh

datuk tungganai, dan empat tingkat digunakan oleh orang kebanyakan atau

orang biasa. Simbol yang terjadi lewat interaksi sosial dan budaya pada

masyarakat nagari Tanjung Barulak.

2. Kasua papan secara keseluruhan memiliki fungsi simbolis sebagai simbol

status mempelai pria, ketika upacara adat perkawinan, fungsi estetis selain

pelaminan Kasua papan juga menjadi daya tarik tersendiri, dan fungsi

sosial Kasua papan sebagai ciri khas Nagari Tanjung Barulak.

3. Terdapat makna motif Kasua papan, motif Basolan yang melambangkan

angku atau penghulu pucuk, motif Bakabuang yang melambangkan

penghulu Andiko dan datuk tungganai, dan motif Tabu satuntuang yang

melambangkan rakyat biasa. Makna tersebut dipedomani sebagai tata

aturan adat yang berlaku bagi masyarakat nagari Tanjung Barulak sebagai

hasil warisan budaya yang harus dipertahankan.

121

Page 134: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

122 

 

B. Implikasi

Kasua Papan sebagai benda budaya yang dipakai dalam upacara adat

perkawinan di nagari Tanjung Barulak adalah hasil budaya yang harus

dipertahankan, karena Kasua papan hanya dipakai di nagari tanjung Barulak.

Penelitian Kasua papan ini juga bisa menambah khasanah budaya Minangkabau,

bahwa masih banyak budaya-budaya di Minangkabau yang belum digali. Untuk

lebih lanjut penelitian ini bisa di implikasikan kedalam dunia pendidikan,

khususnya untuk mata pelajaran BAM (Budaya Alam Minangkabau) pada daerah

dan lingkungan Kabupaten Tanah Datar khususnya dan budaya Minangkabau

umumnya.

C. Saran

Keberadaan Kasua papan sebagai benda budaya yang dipakai ketika

upacara adat perkawinan termasuk warisan budaya Minangkabau. Kasua papan

banyak mengandung nilai-nilai estetik dan simbolik yang memuat semua aturan

dan budaya bermasyarakat yang harus dipatuhi oleh semua masyarakat

pendukungnya. Oleh karena itu sebagai benda budaya yang harus dijaga dan

diwarisi sampai ke anak cucu mereka, hendaknya masyarakat nagari Tanjung

Barulak harus memahami dan mengetahui makna-makna yang tersirat dalam

Kasua papan tersebut, dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

Dengan mempertahankan Kasua papan sebagai warisan budaya, dapat

menghindari dari kepunahan, tidak tertutup kemungkinan dengan seiring

kemajuan zaman, Kasua papan ini bisa hilang dan tidak akan dikenal lagi sebagai

Page 135: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

123 

 

benda budaya nagari Tanjung Barulak, untuk itu pemahaman yang baik dan rasa

kepedulian yang tinggi dapat mengatasi kecemasan ini.

Untuk warga masyarakat nagari Tanjung Barulak agar mempunyai

kepedulian untuk terus mengembangkan dan menjaga Kasua papan ini,

berhubung dengan hasil wawancara dengan pembuat Kasua papan, bahwa

penjahit Kasua papan hanya beliaulah satu-satunya, hendaknya yang mempunyai

kekuasaan di nagari Tanjung Barulak mempunyai ide atau keinginan mengelola

dan mengadakan pelatihan untuk membuat Kasua papan ini, bisa juga

dikumpulkan para generasi muda dan ibu-ibu ibu rumah tangga ututk dapat

mewarisi pembuatan Kasua papan ini, agar benda benda budaya ini tidak hilang

karena kurangnya perhatian oleh masyarakat pendukungnya.

Dengan terus mewarisi Kasua papan sebagai benda budaya nagari

Tanjung Barulak, dengan begitu masyarakatnya telah menghindari munculnya

Kasua papan versi baru, dan masyarakat harus bangga dengan hasil kebudayaan

mereka, karena nagari Tanjung Barulaklah satu-satunya yang mempunyai benda

budaya Kasua papan dan tidak dipakai di nagari-nagari dimanapun di

Minangkabau.

 

 

 

 

 

Page 136: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

124 

 

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Djelantik. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan.

Agus Sachari. (2002). Estetika, Makna, Simbol dan Daya. Bandung: ITB Jln Ganesa 10 Bandung.

Barker, Chiris. (2000). Cultural Studies Teori & Praktek. Penerjemah Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Budiman, Kris. (1999). Kosa Semiotika. Yogyakarta: LKIS

DIKNAS Kota Padang Panjang. (2004). Budaya Alam Minangkabau. Padang: IAIN- IB Press

E.K.M. Masinambow, Rahayu S. Hidayat. (2002). Semiotik. Depok: LPUI

Geertz, Clifford. (1992). Tafsir Kebudayaan. Kanisius: Yogyakarta

Gorys Keraf. (1990). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Idrus Hakimi. (1991). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: CV Rosda.

Jakob Soemardjo. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB Press.

J. Deang, Hans. (2000). Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jupriani. (2002). Pergeseran Motif Hias dan Warna Antakesuma Suji pada Pelaminan dan Busana Penganten di Naras Kabupaten Pariaman. Tesis: Institut Teknologi Bandung.

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Anthropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________ (2005). Pengantar Anthropologi II. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________ (1983). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Aksara Baru.

Licoln and Cuba. (1984). Naturalistic inquiry. Sage Pblishion Ltd. London: Beverly Hills.

Maran, Rafael Raga. (2000). Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 137: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

125 

 

Mardajani Martamim. (1976). Ragam Ukiran Rumah Gadang Minangkabau. Padang. Jurusan Sejarah FKPS IKIP Padang.

Maruhun Batuah, Dt. (1956). Hukum Adat dan Adat Minangkabau Luhak Nan Tiga Laras Nan Dua. Jakarta: N. V. Peosaka Aseli

Miles, B. M. Dan Hubberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

M. Rasjid Manggis Dt Radjo Panghoeloe. (1971). Minangkabau Sejarah Ringkas dan Adatnya. Padang Indonesia: Sri Dharma.

Moeliono, Anton M. (Penyunting). (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Moleong,  Lexy.  J.    (2000).  Metodologi  Penelitian  Kualitatif.  Bandung:  PT.  Remaja Rosdakarya. 

Muharman E danWarti Sundaryati. (1992). Pendidikan Kesenian  II. Jakarta: Dikti Dirjen‐Depdikbud. 

Mulyana Dedi. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasbahry, Couto. (1998). Makna dan Unsur-unsur Visual pada Bagungan Tradisional Minang ( studi kasus Bangunan Rumah Gadang di Sehiliran Batang Bengkawas Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat). “Tesis”. Tidak diterbitkan.

________________(2009). Seni Rupa Teori dan Aplikasi. Padang: UNP Press

Nofi Rahmanita. (2010). Ragam Hias Pelaminan Nareh Pariaman Aspek estetik dan unsur Pembentuknya. Tesis. Padang Panjang: ISI Padang Panjang.

Risman Marah, (1987). Ragam Hias Minangkabau. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan

Ritzer, George. (2005). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

Sanapiah Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasinya. Malang: Y A 3 Malang

Syaiful, Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Page 138: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

126 

 

Soedarso, Sp. (2006). Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: ISI.

Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi. Penerjemah; Misbah Zulfa Eliza. Yogyakarta: PT Tiara Wacana

Spirito, Ugo. (1963). “Esthetics” Encyclopedia of World Arts. New York: Mc. Grow-Hill Book Company Inc.

Tabrani, Primadi. (1995). Belajar dari Sejarah dan Lingkungan. Bandung: ITB. 

The Liang Gie. (1996). Filsafat Seni: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar.  

Toekio, Soegeng, M. (1987). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandang: Angkasa

Usman Pelly, & Asih Menanti. (1994). Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Van Peursen, C. A. (1976). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. 

_______________ (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Putra 

 

Verbeek, S. J. (1989). Psikologi Umum Pengamatan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Http://www.framepoythress.org/poythress_books/ogden richard trianggle/GCBI.BGI16RefO.htm

 

 

 

 

 

 

Page 139: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

127 

 

SUSUNAN PENGHULU NAGARI TANJUNG BARULAK

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tungganai  TungganaiTungganai Tungganai Tungganai Tungganai 

Keterangan:

Nagari Tanjung Barulak mempunyai 20 (dua puluh) Penghulu, 6 (enam) Penghulu Pucuk dan 14(empat belas) Penghulu Andiko.

Penghulu Pucuk

Penghulu Andiko

Datuk Tungganai

Keterangan:

Nagari Tanjung Barulak mempunyai 20 (dua puluh) Penghulu, 6 (enam) Penghulu Pucuk dan 14(empat belas) Penghulu Andiko.

Penghulu Pucuk

Penghulu Andiko

Datuk Tungganai

Angku Dt. Marajo (Guci)

Angku Dt. Pangulu Nan Kuniang (Simabur)

Angku Dt. Rajo Lelo (Pisang)

Angku Dt. Panjang (Koto)

Angku Dt. Joindo (Piliang)

Angku Dt. Mangadai (Tanjung)

1. Dt. Rajo Mangkuto

2. Dt. Tan Mudo 3. Dt. Pangulu

Marajo

1. Dt. Rajo Bukik 2. Dt. Adia 3. Dt. Palimo 4. Dt. Pangulu Nan

Hitam

1. Dt. Rangkayo Hitam

2. Dt. Nan Basa 3. Dt. Banuanso 4. Dt. Tianso 

Dt. Rajo Batuah Dt. Rajo Palawan Dt. Pono

Tungganai  TungganaiTungganai Tungganai Tungganai Tungganai 

Keterangan:

Nagari Tanjung Barulak mempunyai 20 (dua puluh) Penghulu, 6 (enam) Penghulu Pucuk dan 14 (empat belas) Penghulu Andiko.

Penghulu Pucuk

Penghulu Andiko

Tungganai

Page 140: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

128 

 

BIODATA INFORMAN

No

Nama

Umur

Pekerjaan

Alamat

Foto

 

1 B. Angku Dt. Manggada i

49 Th

Ketua KAN Tanjung Barulak

Pulau Air, Jorong Pd Langgo

 

 

Siti Aisyah

 

67 Th

 

Ketua Bundo Kanduang Tanjung Barulak 

Pulau Air, Jorong Koto    

 

Melyuni

47 Th

Bundo Kanduang Tanjung Barulak

Ganting, Pd langgo  

 

Nurma

67 Th 

Penjahit Kasua papan

Jorong Koto  

 

 

Hj. Zubainar

75 Th 

Penyewa Kasua Papan 

Jorong Kapalo Koto  

 

 

Angku Dt. Rajo Lelo

 

76 Th 

Pensiunan TU Tsanawiyah Batu Taba

Jorong Kapuah  

 

Page 141: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

129 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Musra Dahrizal (Mak Katik)

62 Th 

Budayawan 

Jl. Bandar Dureh Ratuih, Kurao Pagang, Padang 

 

 

Erma Yeni

 

28 Th 

Guru 

Jorong Pulai  

 

Page 142: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

130 

 

HASIL WAWANCARA

Angku Dt Manggadai (Ketua KAN Nagari Tanjung Barulak)

Hari / Tanggal : Jumat/ 25 Februari 2011 Jam 10.00

Dengan melewati jalan yang berliku,mendaki dan menurun, dikiri kanan pemandangan alam yang begitu menyejukkan mata, angin yang berhembus segar seakan menghilangkan jenuh kaki melangkah, akhirnya sampailah peneliti dirumah narasumber yang begiu asri, didepan rumah terdapat aliran sungai yang jernih dengan gemericik air sesekali terdengar. Setelah berjanji via telpon akhirnya narasumber meluangkan waktunya untuk diwawancarai, berhubung narasumber juga menjabat sebagai ketua KAN nagari Tanjung Barulak, aktifitas yang begitu padat, peneliti bersyukur sekali diberi kesempatan untuk bisa bertemu langsung dengan narasumber, yang mana kesempatan ini sangat langka didapatkan peneliti. Diruangan yang berukuran 10x6 meter tersebut narasumber menerima peneliti dengan senyuman yang bersahabat, ruangan yang tertata apik sangat kental dengan nuansa perkampungan yang begitu nyaman, peneliti dipersilahkan duduk. Dan Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan barulah peneliti mengajukan pertanyaan awal...

1. Ba a sejarah kasua papan tu ngku..?

Jawab :

Kasua papan ditanjuang barulak adolah adat yang harus dipakai bilo ado pesta perkawinan, adat mamakai kasua papan adolah adat nan diadatkan, adat salingka nagari, apobilo nan baralek dari pihak padusi, kasua papan ko wajib dipakai dirumah padusi, apobilo nan baralek laki-laki bakarik kalua kasua papan ko dak wajib dipakai lai, tanjuang barulak ko mamakai adat koto piliang, kasua papan lah dipakai dek urang tuo-tuo kampuang tanjuang barulak jd kami malanjuikan adat nan lah diwariskan dek urang tuo-tuo kampuang.

2. Apo maksud kasua papan nan batingkek-tingkek tu ngku..?

Jawab :

Kasua papan tu tingkeknyo ado 9, 7, 5, 4, kalau 9 dipakai bilo nan baralek angku/ pangulu pucuak, 7 dipakai panghulu andiko, 5 dipakai dek Tungganai, 4 dipakai dek urang kebanyakan atau urang biaso. Jiko nan baralek kamanakan kontan dari panghulu pucuak atau angku, mako kasua papan dipakai 5 tingkek, samo statusnyo jo panungkek/ tungganai.

Page 143: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

131 

 

3. Apo ado perbedaan pemakaian kasua papan kini jo pemakaian kasua papan lamo ngku..?

Jawab :

Adaik kasua papan ko lah turun temurun dipakai di nagari Tanjuang Barulak, adat nan harus dipauhi dek masyarakat yang berdiam di nagari Tanjuang Barulak ko, jadi perubahan tu dak bitualah bana, paliangan bantuak e nan barubah, motif nan dipakai, warna, jo penyusunan kasua papan tu yang barubahnyo. Tapi sacaro adat pemakaian kasua papan masih dipertahankan.

4. Pernah dak terjadi kesalaha dalam pemakaian kasua papan ko ngku, misalnyo kasua yang harus dipakai 4 dipakia 5...?tu apo sangsi yang harus ditarimo,,?kesalahan tu terjadi karano apo..?

Jawab :

Pernah ado nan tajadi laki-laki yang kapulang karumah padusi tu harusnyo dipasang kasua papan tu 5 tingkek dipasangnyo 4, kalau itu tajadi nasi nan talatak ditangah tu dak dikaca dek urang yang datang do, diadokan lo parundiangan urang rumah tu harus mancukuik an kasua tu satingkek lai, jadi urang nan datang tadi manuntuik untuak di tambah kasua papan tadi, sabalum kasua tu cukuik urang nan datang ko dak kamakan di rumah nan padusi, masih banyak aturan yang harus dipanuahi dek urang nan mananti, kasalahan tu tajadi karano kurangnyo komunikasi antaro ninik mamak jo kamanakannyo, kini kamakan ko kan lah maraso santiang jadi mamak ko dilangkahi sajo, dak do pandai batanyo, kalau lah tajadi kasalahan mode ko, ujuang2nyo mamak juo nan malu, mamak juo nan harus manyalasaian masalah ko, mamak nan dituntuik dek mamak urang nan datang.

5. Fungsi kasua papan tu apo nan sabananyo ngku..?

Jawab :

Satau angku fungsi kasua papan tu di tanjuang barulak ko sabagai simbol adat perkawinan,dari kasua papan tu lah nampak sia urang yang pulang karumah padusi tu, apo nyo angku,/ panghulu pucuak, panghulu andiko, panungkek/ tungganai, atau urang biaso sajo, karano kasua papan tu dipakai hanyo bilo ado urang nan baralek sajo, dak do dipakai untuak upacara adatnan lain do, misal batagak panghulu, baralek nagari, dan lain- lain.

6. Jadi di Tanjuang barulak tu nampak bana status sosial urang mah dak ngku..?

Page 144: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

132 

 

Jawab :

Yo lah dari dulu mode tu..disinan lo dicaliak sia urang nan pulang tu, jadi dari mancaliak kasua papan tu urang dak paralu batanyo-tanyo lai...lah jaleh dari mancaliak kasua papan sajo...

7. Kini urang kan lah banyak nan baralek digedung gai ngku, apo wajib juo dipakai kasua papan ko...?

Jawab :

Kasua papan ko adat salingka nagari, jiko baralek digedung tapi masih tetap dilingkungan nagari Tanjung Barulak, kasua papan tu tetap juo dipakai, tapi kalau lah dilua nagari tanjung barulak dak ba a dak dipakai do lagian dak lo ado nan kamanuntuik do.

Ibu Siti Aisyah (Ketua Bundo Kanduang Nagari Tanjung Barulak)

Hari/ tanggal : Jumat/25 Februari 2011 Jam 14.00

Menemui narasumber kedua, beliau adalah seorang perempuan yang sangat sibuk dengan aktifitas setelah pensiun, beliau menjabat sebagai ketua Bundo Kanduang, berbekal pertanyaan yang telah dirumuskan akhirnya peneliti berkesempatan juga bertemu dengan beliau setelah hampir empat jam menunggu, dengan lingkungan rumah yang dekat dengan sekolah Madrasah Aliayah, yang agak sedikit ramai tetapi dengan keadaan udara yang sejuk menambah jernih pikiran. Dengan menyuguhkan secangkir teh hangat dan semangkuk buah yang baru saja dipetik dari kebun, peneliti dipersilahkan minum. Setelah sedikit agak santai mulailah peneliti mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya:

Pertanyaan :

1. Ba a sejarah kasua papan tu buk..?

Jawab :

Samajak ibuk dapek i, kasua papan tu aturan adat nan harus dipakai dek urang Tanjuang Barulak katiko baralek, adat koto piliang, adat nan diadatkan, samo jo adat salingka nagari, kasua papan dipaakaidiruamah nana padusi, buliah dikatoan wajib, jiko dak do kasua papan ko marapulai dak nio naiak kateh rumah nan padusi, baitu bana lah wajibnyo kasua papan tu dipakai saat baralek.

Page 145: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

133 

 

2. Apo maksud kasua papan nan batingkek-tingkek tu buk..?

Jawab :

Kasua papan tu ado 5 macam, ado nan 9,7,5,4,3, nan 9 kasua 15 bantanyo dipakai dek angku/ pangulu pucuak, 7 kasua 13 banta dipakai dek pangulu andiko, 5 kasua 11 banta dipakai dek panungkek/ tungganai, 4 kasua 9 banta dipakai dek urang kabanyakan, 3 kasua 7 banta dipakai dek hamba sahaya, untuak na 3 tingkek tu dak do dipakai lai, kalau 3 kasua tu nampak bana urang dak punyo nyo, jadi manurik kasapakatn basamo kasua 3 tu dak dipakai lai, disamoan c jo urang kabanyakan yaitu 4 tingkek,

3. Kasua ppaan tu kan ado motif nyo buk, tamasuak motif kapalo bantany...?apo lo maksudnyo tu buk....?

Jawab :

Dalam badan kasua papan tu adao 3 macam motif :

1. Basolan/ basulam : lataknyo paliang ateh itu malambangkan panghulu/ ninik mamak

2. Bakabuang : lataknyo ditangah, bantuaknyo petak- petak gadang-gadang,malambangkan datuak.

3. Tabu satuntuang : lataknyo paliang bawah, bantuaknyo garis-garis ketek-ketek, melambangkan rakyat biaso/ kasta rendah.

Dalam pamasangan kasua papan ko harus sesuai aturan, indak buliah dibolak baliak, susunannyo basolan, bakabuang, tabu satuntung, itu aturan nan harus dijalankan, karano itu malambangkan adat bajanjang naiak batanggo turun, malatakkan sesuatu pado tampeknyo dan sasuai kodratnyo, malakukan karajo sasuai jo aturannyo.

Dari ka 3 motif tu buiah dituka lataknyo asalkan basolan harus paliang ateh, banta disususun marunciang kateh 8 banta picak/petak, 1 banta bulek, itu malambangkan apopun itu bantuaknyo, maupun suku, nagari, pekerjaan, tetaap awak menghadap ka nan ciek yaitu Allah SWT.

Diateh kasua sabalak kida dilatakkan banta nan 9 dan sabalah suok dilatakkan banta biaso 2 buah, banta biaso ko disabuik jo banta bagak, ko mukasuiknyo, pengantin pria tu kan dianta dek kaumnyo karumah nan padusi, beko malamnyo tetap dikawani dek kawan- kawannyo salamo 3 hari baturuik-turuik, jadi guno banta bagak ko untuk banta kalalok kawan-kawan marapulai tadi.

Page 146: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

134 

 

4. Apo ado perbedaan pemakaian kasua papan kini jo pemakaian kasua papan lamo buk..?

Jawab :

Dek kasua papan ko adat lamo pusako usang, perubahannya paling dari bentuk motif, warna kasua sajo, karano kini bahan- bahan untuak mambuek kasua papn tu lah agak payah dicari jo dikarajoan, pembuatanny.o agak dipermudah, tapi iko dak merubah tata aturan pemakaiannnyo, dalam adat kasua papan tetap dipakai sebagaimana mustinyo.

5. Pernah dak terjadi kesalahan dalam pemakaian kasua papan ko buk, misalnyo kasua yang harus dipakai 4 dipakia 5...?tu apo sangsi yang harus ditarimo,,?kesalahan tu terjadi karano apo..?

Jawab :

Pernah ado nan tajadi laki-laki yang kapulang karumah padusi tu harusnyo dipasang kasua papan tu 5 tingkek dipasangnyo 4, kalau itu tajadi nasi nan talatak ditangah tu dak dikaca dek urang yang datang do, diadokan lo parundiangan urang rumah tu harus mancukuik an kasua tu satingkek lai, jadi urang nan datang tadi manuntuik untuak di tambah kasua papan tadi, sabalum kasua tu cukuik urang nan datang ko dak kamakan di rumah nan padusi, masih banyak aturan yang harus dipanuahi dek urang nan mananti, kasalahan tu tajadi karano kurangnyo komunikasi antaro ninik mamak jo kamanakannyo, kini kamakan ko kan lah maraso santiang jadi mamak ko dilangkahi sajo, dak do pandai batanyo, kalau lah tajadi kasalahan mode ko, ujuang2nyo mamak juo nan malu, mamak juo nan harus manyalasaian masalah ko, mamak nan dituntuik dek mamak urang nan datang. Urang mananti diagiah waktu biasaonyo sampai malam, untuk mancukuik i kasua nan kurang tadi, kalau lah cukuik baru nasi bisa dimakan dek urang nan datang.

6. Fungsi kasua papan tu apo nan sabananyo buk..?

Jawab :

Fungsi kasua papan tu di tanjuang barulak ko sabagai simbol adat perkawinan,dari kasua papan tu lah nampak sia urang yang pulang karumah padusi tu, apo nyo angku,/ panghulu pucuak, panghulu andiko, panungkek/ tungganai, atau urang biaso sajo, karano kasua papan tu dipakai hanyo bilo ado urang nan baralek sajo, dak do dipakai untuak upacara adatnan lain do, misal batagak panghulu, baralek nagari, dan lain- lain.

Page 147: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

135 

 

7. Kini urang kan lah banyak nan baralek digedung gai buk, apo wajib juo dipakai kasua papan ko...?

Jawab :

Kasua papan ko adat salingka nagari, jiko baralek digedung tapi masih tetap dilingkungan nagari Tanjung Barulak, kasua papan tu tetap juo dipakai, tapi kalau lah dilua nagari tanjung barulak dak ba a dak dipakai do lagian dak lo ado nan kamanuntuik do. Walaupun nan baralek samo urang tanjung barulak tapi nyo dilua nagari tanjuang barulak , buliah dipakai buliah indak.

8. Dasar motif yang dipakai untuak kasua papan itu apo bu..?

Jawab :

ragam hias yang dipakai umumnya diambiak dari Motif ukiran Minangkabau yang bantuak mulo nyo dari falsafah ‘Alam Takambang Jadi Guru’ diaplikasikan kedalam Kasua Papan, motif ukiran yang dipakai lah dak sesuai jo motif asli karena motif ukiran yang diaplikasikan ke sulaman memang agak sulit menyerupai bentuk aslinya, namun demikian motif dasar dari ragam hias tu amsih jaleh..

9. Bagaimana pemasangan kasua papan sebenarnya..?

Kasua papan dipasang dekat dengan kamar pengantin dan dapat dilihat

oleh orang yang datang agar tidak adanya pertanyaan saat mereka datang.

Melyuni (Bundo Kanduang Tanjung Barulak)

Hari/ tanggal : kamis/ 24 maret 2011 Jam 11.00

Dengan menyewa sebuah ojek akhirnya peneliti sampai disebuah warung kecil yang menjual makanan kecil dan kopi, disini peneliti menemui ibu ......., ternyata beliau sedang memasak didapur untuk makan malam, setelah menjelaskan maksuda dan tujuan narasumber menyambutnya dengan baik, sungguh beruntung penulis, beliau bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai barang sebantar dan meninggalkan dapurnya, dengan catatan ditangan mulailah peneliti mengajukan pertanyaan demi pertanyaan:

1. Bagaimana pemasangan kasua papan ini buk..?

Pemasangan kasua papan ini harus sesuai dengan pemasangan yang benar tidak boleh ada kesalahan, makanya sebelum pemasangan agar lebih baik didiskusikan terlebih dahulu dengan ninik mamak yang akan mengadakan pesta,

Page 148: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

136 

 

pemasangannya pada saat pesta berlangsung adalah dengan meletakkan kasua papan dekat dengan kamar pengantin, dan dapat dilihat oleh oranga yang datang saat baru datang, agar tidak terjadinya kesalahan.

Nurma (Pemjahit kasua papan)

Hari/ tanggal : Kamis/ 24 maret 2011 Jam 16.00

Peneliti berjalan dengan gontai menuju kediaman penjahit Kasua papan, sesampainya ditujuan, narasumber yang sedang penen buah sao, yang ada disekeliling halam rumahnya, begitu asri tempatnya, rumah yang dikelilingi batang sao menambah asri pekarangan narasumber, dengan senang hati peneliti menunggu dengan sesekali ikut memetik buah sao. Setelah narasumber selesai barulah beliau mendengarkan pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarka peneliti, sambil beristirahat narasumber menceritakan tentang pembuatan Kasua papan:

Pertanyaan :

1. Bahan apa saja yang dipakai untuk membuat Kasua Papan..?

Jawab :

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kasua papan ini dengan bahan dasar kain beludru, benang emas, dan payet, kalau kain itu saya beli dipasaran begitu juga dengan benang emas dan payetny. Konon katanya benang emas itu datang dari Cina, kalau kita menyebutnya dengan nama benang Makau, saya mengguanakan benang emas ini selain warnanya indah dan mengkilat,juga menghasilkan bentuk yang menaik karena warnanya emas, selain indah juga mewah dan harga jual yang tinggi. Kalau payet itu sekarang banyak macamnya,saya menggunakan payet karena pekerjaannya lebih mudah jika dibanding dengan menyualam benang emas yang membutuhkan waktu yang cukup lama, selain memberikan corak yang lain, juga terliaht menarik dengan pengerjaan yang lebih cepat.

Dt. Rajo Lelo (Pensiunan, Cadiak Pandai)

Hari/Tanggal : Selasa/17 Mei 2011 Jam 09.00

Rumah yang bergitu sangat sederhana tetapi begitu bersih, disekeliling ditanami batabg sao yang notabene adalah mata pencaria masyarakat nagari Tanjung Barulak, sesampai di tujuan peneliti melihat narasumber sedang memperbaiki kabel rumahnya yang sedang rusak, tetapi beliau sangat

Page 149: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

137 

 

menghormati tamu, ketika peneliti datang disambut dengan ramah dan mempersilahkan peneliti untuk masuk, setelah beberapa saat menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang, mulailah peneliti mengajukan beberapa pertanyaan tentang adat nagari, adat istiadat dan Kasua papan:

Pertanyaan:

1. Bagaimana Sejarah Kasua Papan....?

Jawab :

Di Nagari Tanjung Barulak ada 20 Penghulu, pada masa dahulu mereka mengadakan perundingan untuk mencari ciri khas nagari Tanjung Barulak, setelah perundingan selesai maka diputuskan kasua Papan dijadikan sbagi ciri khas Nagari Tanjung Barulak dan dimasukkan sebagai undang-undang adat nagari tersebut, sebagi ciri khas yang menentukan strata sosial laki-laki yang akan menjadi sumando di nagari tersebut, maka setelah ditetapkan sebagai simbol perkawinan semenjak itulah Kasua Papan dipakai sewaktu pesta perkawinan dan ditetapkan sebagai adat nan di adatkan dijadikan adat salingka nagari.

2. Apa perbedaan Kasua Papan sekarang dengan kasua papan dulu...?

Jawab :

Kalau dilihat perbedaan yang mendasar tidak ada, perbedaannya hanya pada sulaman yang dulu dipakai dengan benang emas, sekarang ada yang diganti dengan payet dan manik-manik,tapi pada dasarnya tidak merubah makna yang etkandung pada Kasua Papan tersebut.

3. Tingkatan kasua papan itu berapa..?

Jawab :

Tingkatan kasua papan paling tinggi adalah 9 kasua dan bantal 18, itu dipakai ketika angku atau penghulu pucuk yang pesta, 7 kasua dan bantalnya 15, itu dipakai ketika panungkek yang pesta, 5 tkasua dan 12 bantal itu dipakai ketika yang pesta datuak tungganai, 4 kasua dan 9 bantal itu dipakai ketika yang berpesta itu orang kebanyakan atau orang biasa, kalau kemanakan dibawah daguak ( kemanakan kandung) yang berpesta maka kasua papan yang dipakai adalah 5 tingkat, sama statusnya dengan datuak tungganai.

Bapak Musra Dahrizal (bapak katik)( budayawan)

Hari/tanggal : 7 Februari 2011 Jam 12.00

Setelah membuat janji via telfon akhirnya peneliti sampai di kediaman bapak Musra Dahrizal yang sering disapa Mak katik, rumah yang terletak diantara

Page 150: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

138 

 

hamparan sawah, seakan mengingatkan peneliti akan kampung halaman, yang mana saat sekarang dikota besar sudah jarang terlihat hamparan sawah yang menghijau, sungguh tenang disini suasananya sangat cocok untuk menulis yang membutuhkan ketenangan. Sampainya dikediaman narasumber, peneliti langsung disuruh naik ke ruangan bagian atas, karena ternyata narasumber sedang bekerja memperbaiki rumahnya yang hancur karena gempa. Setelah menunggu beberapa saat dan setelah narasumber beristirahat dan meneguk segelas kopi mulailah narasumber bercerita:

Pertanyaan :

1. Bagaimana asal mula penciptaan ragam hias untuk kasua papan..?

Asal mula sumber dari penciptakan ragam hias Minangkabau itu adalah bentuk-bentuk alam mulai dari akar, ranting, daun, pucuk, bunga, kucing, itik, lebah dan sebagainya. Motif lain itu adalah perpaduan-perpaduan yang diciptakan.

2. Warna yang dipakai untuk kasua papan bagaimana pak..?

Sebagimana kita ketahui warna yang dipakai diminang ini hanya 3 warna

yaitu, merah, kuning, dan hitam, sekarang dengan kemajuan zaman talah banyak warna-warna yang dipakai dalam acara adat, seperti pelaminan, pakain pengantin, dan kerajinan-kerajinan.namun dasar dari pada itu hanya sebagi memperkaya warna dan bentuk dengan tidak mengubah makna dan tujuan yang terkandung dalam alat budaya yang dipakai, kalupun ada warna yang dipakai selain warna merah, kuning, dan hitam itu disebut dengan warna orang yang datang.(bukan asli orang tanjung barulak).

3. Makna Bungo Teratai Dalam Aia..?

(Cubo tagak ditapi tabek, caliak katiko aia gadang dan paratian lo katiko

aia suruik ba a lo bantuaknyo?dalam keadaan aia gadang atau ketek bungo taratai tak barubah bantuaknyo do,itu melambangkan tidak boleh berprilaku sombong, sebagai manusia kita harus berprilaku netral, sarupo jo bungo taratai dalam aia, walaupun dalam keadaan apapun tidak boleh bersifat sombong, baik dalam keadaan susah apolai dalam keadaan sanang, itu mancontohkan ka anak kamanakan, apolai kalau seorang ninik mamak, harus mencontohkan ka kamanakannyo, kalau hidup harus randah hati, jan sampai berlaku sombong karano urang nan balaku sombong tu jadi kabancian urang banyak, mangko ado motif minang bungo taratai dalam aia, itu mengandung pesan yang akan disampaikan ka anak kamanakan dalam kaum).

Page 151: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

139 

 

4. Makna Buah Palo Babalah

(Bantuaknyo bagaluang artinyo melindungi, hakikatnyo beraktivitas, melindungi anak kamanakan jo urang kampuang, melindungi jo ilmu, pitih, tanago, akal pikiran, kok dapek malindungi jo ilmu, lindungilah jo ilmu, kok dapek jo pitih, lindungi jo pitih, kok dapek jo tanago, lindungilah jo tanago, melindungi jo ilmu lebih hakikatnya ka agamo, kalau melindungi jo akal pikiran itu labiah hakiaktnyo barusaho di dunia,jiko mamak kok dak dapek manolong jo pitih tolonglah jo tanago kok dak jo pikiran, baitulah harusnyo sikap mamak ka kamanakan, itulah sifat yang harus dijago sampai kini, karano kini mamak lah bak jo mamak, kamanakan lah ba jo kamanakan, itulah melambangkan keakraban atau kedekatan antarao mamak jo kamanakan maupun jo urang kampuang. Ba a kito nan saling tolong manolong jo kaum).

5. Makna Carano Kanso

Manga dipiliah kanso? itu karano kanso adolah sebuah bejana atau tempat, tempat meletakkan siriah, pinang, dilahia nan siriah jo pinang, Namun pado hakikatnyo disitulah tampek bakumpua sagalo ilmu. Dipiliah kanso karano inyo kekal, dak samo jo kayu yang bisa lapuak dek hujan bisa lakang dek paneh. Kanso akan tetap kekel, karano ilmu yang didapek handaknyo ilmu nan bisa dibaok mati atau dibaok ka akhirat. Ado duo falsafah carano kanso nan partamo, tahan, dalam artai apo...?iyolah kekal, ilmu yang ado tapakai mati handaknyo, bisa menyelamatkan kita dari azab dunia dan azab akhirat. Na ka duo kabau, kabau adolah binatang nan paliang maha diminang, kabau kalau panehnyo pai kakubangan, mandinginkan badannyo, mamak kalaunyo berang handaknyo nyo pai untuak mandinginkan kapalonyo, nyo pai mamikian ba a caro manyalasaikan masalah nan dihadapi jo caro nan bijak, jan angek dilawan jo angek, kalau kapalonyo lah dingin nyo datang baliak untuk manyalasaikan masalah yang ado antara kamanakannyo.

6. Makna Saik Galamai

Ukiran ko ado setelah islam masuk ke Minangkabau, dahulu motif saik galamai ko dak ado, dahulu urang mangaji aku, adam, allah, mangkonyo dulu 3 saginyo, mangko itu pulu pucuak rabuang di anggap motif yang tertua, kini urang lah mangaji aia, api, angin tanah, labiah mangaji ka asa diri, dalam unsur lain, ada jibril, mikail, israil, israfil, setelah ada yag mengaji hakikat tersebut maka ditambah sudiuknyo ciek lai, mako jadilah saik galamai, dalam unsur lain kalau dibaokan ka adaik, nagari ado ampek suku, koto, piliang, bodi, caniago, apopun nan tajadi bungo kehidupan dinagari dilingkuang ampek nagari, dibaliakan ka hakikatnyo, nan ma hakikatnyo ado hakikat agamo dan hakikat adat.

Page 152: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

140 

 

7. Makna Kuciang Lalok

Kuciang lalok dianalogikan sebagai aktifitas mencari rezeki, kuciang kalau lah malatakkan kakinyo dimuko tu tandonyo kamanangkok mancik, ado lo istilah kuciang japuik api, maksudnyo kalaulah kuciang dakek api kan lah angek-angek tu, nyo lalok se ditungku tu lai, lah luponyo jo mancik tadi, itu kiasannyo labiah ka urang sumando, disatu sisi ado eloknyo, tapi labiah banyak malehnyo, handaknyo sebagai urang sumando janlah wak bak kuciang lalok, karano buliah jadi mamak rumah dak sanang macaliak, dicaliaknyo sumando lalok kalalok se karajo nyo dirumah, bilo kabakarajo mancari makan. Sifat nan mode ko nan harus dihindari oleh anak bujang kini kalau lah inyo nak barumah tanggo.

8. Makna Daun Puluik-puluik

Daun puluik-puluik adolah daun untuak obat, obat pilali (pandingin), hendaknya intelegensi yang dimiliki bisa menjadi pendingin dalam kaum, apopun nan tajadi dalam kaumnyo, sagadang apopun masalah yang melanda, jo ilmu yang ado, kironyo bisa manjadi pandingin angeknyo kapalo, bisa mamilah nan ma yang elo jo nan buruak, jikalau ado nan manjadi masalah kironyo dapek disalasaian jo kapalo dingin jo hati nan lapang.

9. Makna Saluak Laka

Laka adolah aleh, apopun nan kadikarajoan dicari alasan yang sasuai jo apo nan kadikarajoan, jan apo nan kadikarajoan malabiahi apo nan dipikian, handaknyo apo nan dikarajoan sasuai jo apo nan dipikian. Karano dalam islam , sesuatu nan balabihan dibenci Allah.

10. Makna Bungo Panca matoari

Matahari adalah sumberr pencahayaan yang ada dimuka bumi ini, dalam adat musyawarah untuk mufakat segala sesuatu keputusan yang diambil hendaknya dimusyawarahkan terlebih dahulu, bagaimana kita melapangkankan dalam keadaan sempit, dengan cara yang baik, bagaimanapun sulitnya masalah yang datang, walau bagaimanapun suara yang didapat dalam musyawarah namun pada akhirnya kita kembali kepada yang satu, yang telah menentukan akhir dari segala keptusan manusia, manusia hanya bisa berdoa dan berusaha namun pada akhirnya allah lah yang nerhak menentukan segalanya.

11. Makna Bungo duo Tangkai

Adam supi babungo rehen (hayalan), manaruah bungo tigo tangkai, satangkai larangan allah , itu tingga disarugo, duo tangkai lapeh kadunia pamenan anak cucu adam. Kenapa dua tangkai, karena diduania ini allah menciptakan segala berpasang-pasangan ada baik buruk, tua muda, surga neraka dan lain-lain, apapun yang dilakukan manusia didunia ujungnya hanya dua surga atau neraka, makanya apapun yang dilakukan harus dipikir dengan matang, namun apapun pilihan itu tergantung pada pribadi masing-masing, mau berbuat baik atau berbuat jahat. Namun semua prilaku tersebut bersumber dari hati atau jantung

Page 153: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

141 

 

bagaimana kita menjaga hati, karena daari hati lah sumber segala perbuatan dan pikiran, agar hati tidak ternodai dengan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Gunanya kita menjaga hati, yang pertama, supaya jalan yang kita lalui seimbang, seimbnag antara dunia dan akhirat, yang kedua, dengan menjaga hati, kita telah menjaga perbuatan yang tidak baik, melindungi diri dari segala yang akan membuat sengsara, yang ketiga, hendaknya apapun yang dilakukan diarahkan kepada perbuatan yang baik dan tidak menyalahi aturan-aturan yang berlaku.

12. Makna Singo Bagaluik

Contoh realita yang ada, segala yang terjadi di sekitar menurut falasafah Minangkabau alam takambang jadi guru, segala yang akan dilakukan hendaknya sesuai dengan falsafah hidup, tidak melenceng dari apa yang disyariatkan karena alam ini telah memberikan contoh bagaimana kita berprilaku seharusnya, kalau kita memperlakukan alam sesuai dengan yang seharusnya maka alam akan memberikan yang terbaik untuk manusia, allah menyuruh kita berpikir apa yang harus dilakukan dengan perantara alam, kita disuruh berpikir dan berbuat tanpa harus mengorbankan apapun, dalam peraturan adat harus sesuai dengan falsafah alam takambang jadi guru. Bisa dianalogikan seperti singa bagaluik, singa bergelut dengan anaknya itu mengartikan dia mengajarkan anaknya, dia mendidik anaknya dengan bergelut, dia menggoyangkan ekornya agar anaknya menangkap, itu artinya singa mengajarkan anaknya menangkap mangsa agar dia bisa bertahan hidup tanpa mengaharapkan induknya selalau memberikan makan, dia mendidik anaknya agar mandiri.

Erma yeni (Guru)

Hari/ tanggal : Minggu/27 Februari 2011 Jam 14.00

Untuk sekian kalinya peneliti datang karena kebetulan narasumber adalah teman sejawat peneliti, sesampainya di kediaman narasumber, peneliti dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu yang kebetulan narasumber dan keluarganya sedang makan siang, dan setelah selesai makan barulah peneliti mengajukan beberpa pertanyaan:

Pertanyaan :

1. Bentuk Kasua Papan itu bagaimana...?

Jawab:

Kasua papan berbentuk empat persegi panjang dengan struktur yang bertingkat dan ditutup dengan kain yang sudah di sulam.

Page 154: KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA PROGRAM STUDI ...pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/4_EGA_NERIFALINDA...Thesis Graduate Program, State University of Padang. This study

142 

 

2. Berapa saja tingkatannya dan apa-apa saja nama motif yang ada pada Kasua Papan...?

Jawab:

9 untuk Penghulu pucuk, 7 untuk Penghulu Andiko, 5 untuk Datuk Tungganai dan 4 untuk orang biasa, motif yang ada pada Kasua papan itu ada 3 Basolan, bakabuang, dan Tabu satuntuang.

3. Menurut ibu fungsi Kasua papan itu untuk apa...?

Jawab:

Fungsinya sebagai simbol status sosial marapulai, dan itulah ciri khas nagari Tanjung Barulak.