EVALUASI PROGRAM PELATIHAN FUNGSIONAL...
Transcript of EVALUASI PROGRAM PELATIHAN FUNGSIONAL...
-
EVALUASI PROGRAM PELATIHAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) DI BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR (BPKB)
SUMATERA BARAT
TESIS
Oleh
ELMIZAR NIM 19162
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
KONSENTRASI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
-
1
PERSETUJUAN AKHIR TESIS
Mahasiswa : Elmizar NIM : 19162
Nama Tanda Tangan Tanggal Dr. Ambiyar, M. Pd -------------------- -------------- Pembimbing I Dr. Najibah Taher, M. Pd Pembimbing II ---------------------- --------------- Direktur Program Pasca Sarjana Ketua Program Studi/Konsentrasi Prof. Dr. Mukhaiyar Dr. Jasrial, M. Pd NIP. 19500612 197603 1 005 19610603 198602 1 001
-
2
PERSETUJUAN KOMISI
UJIAN TESIS MAGISTER KEPENDIDIKAN
No. Nama Tanda Tangan
1. Dr. Ambiyar, M. Pd -------------------- (Ketua)
2. Dr. Najibah Taher, M. Pd ---------------------- (Sekretaris)
3. Dr. Fahmi Rizal, M.Pd ---------------------- (Anggota)
4. Dr. Khairani, M. Pd ----------------------
(Anggota)
5. Dr. Darmansyah, M. Pd. ---------------------- (Anggota)
Mahasiswa : Elmizar NIM : 19162 Tanggal Ujian : 8 - 8 - 2012
-
ABSTRAK
Elmizar, 2012. Evaluasi Program Pelatihan Fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Balai Pengembangan kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera Barat. Tesis, Program Pasca Sarjana . Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB yang diselenggarakan oleh BPKB Sumatera Barat.. BPKB Sumatera Barat belum pernah melakukan evaluasi terhadap pelatihan - pelatihan yang telah diselengarakan, khususnya yang berhubungan dengan konteks, input, proses, produk dari pelaksanaan pelatihan fungsional Pamong belajar SKB, sehingga tidak terlihat peningkatan produktifitas hasil dari pelatihan secara kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model CIPP (Context, Input, Process, Product). Sumber data berasal dari 30 orang Pamong Belajar SKB yang telah dilatih di BPKB tahun 2010, 19 orang kepala SKB di Kab/Kota, pelatih dan penyelenggara pelatihan. Data dikumpulkan menggunakan angket, lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi. Angket dianalisis dengan statistik deskriptif dengan teknik persentase. Temuan penelitian terhadap konteks 13 orang (43,33%) menyatakan baik sedangkan yang menyatakan tidak baik yaitu sebanyak 3 orang (10,00%). Evaluasi masukan (input) terhadap pelatihan Fungsional Pamong Belajar SKB dinilai sudah terpenuhi dengan baik. Dari 30 orang pamong, 15 orang (50,00%) menyatakan baik sedangkan yang menyatakan tidak baik yaitu sebanyak 2 orang (6,67%). Evaluasi proses (process) terhadap pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB dinilai sudah baik. Dari 30 orang pamong, 15 orang (50,00%) menyatakan baik sedangkan yang menyatakan tidak baik yaitu sebanyak 2 orang (6,67%). Evaluasi Produk terhadap pelatihan Fungsional Pamong Belajar SKB dinilai sudah baik. Dari 30 orang pamong, 19 orang (63,33%) menyatakan baik sedangkan yang menyatakan tidak baik tidak ada atau (0,00%). Evaluasi Program Pelatihan Fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera Barat sudah berjalan dengan baik.
-
ABSTRACT
Elmizar, 2012. The Program Evaluation of The Functional Training To SKBS Community Educators in BPKB of West Sumatera .
This research aimed to evaluate the implementation of functional training to SKBs community educators program carried out in BPKB of West Sumatera. BPKB of West Sumatera havent evaluated yet the trainings that have been done. Primarily related to context, input, process, product of functional training to SKBs community educators program so that there arent improved of productivity result of training enhanced qualitatively. This research was an evaluation research using qualitative approach. evaluation model being adopted here was CIPP model (Context, Input, Process, Product). The sources of the research data are 30 people of SKBs community educators who have trained in BPKB of West Sumatera in 2010, the head of SKB in 19 districts/ cities and trainers. The data were collected using enquette, observation, interview and documentation. Questionnaires were analyzed by descriptive qualitative type by using the percentage of analytical techniques. Research finding to context evaluation of functional training to SKBs community educators is considered to be good, 13 people (44,32%) stating that context evaluation of the training is good while it was 3 people ((10%) claimed it was not good. Input to the evaluation of the functional training to SKBs community educators is considered tobe fulfilled, 30 Community educators, 15 people (50 %) stating that input evaluation of the training was good while as many as 2 people (6,67%) stated that it was not. Process evaluation of functional training to SKBs community educators is considered to be good. 30 Community educators, 15 people (50 %) stating that process evaluation of the training was good while as many as 2 people (6,67%) stated that it was not good. Product evaluation of functional training to SKBs community educators is considered to be good. 30 Community educators, 19 people (63,33 %) stating that product evaluation of the training was good while the state was either no or ( 0,00%) The Evaluation of the functional training to SKBs Community Educators program in 2010 carried out by BPKB of West Sumatera have been implemented and have been going well although there are also shortcoming.
-
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Tesis saya yang berjudul : Evaluasi Program Pelatihan Fungsional
Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) se - Sumatera Barat di
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera Barat adalah
asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik
di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lain.
2. Tesis ini murni gagasan pemikiran dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain kecuali pengarahan dari tim
pembimbing.
3. Di dalam tesis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis
dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya
dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan dalam daftar
rujukan.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh karena tesis ini, serta sanki lainnya sesuai dengan norma dan
ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Agustus 2012
Saya yang menyatakan
ELMIZAR
NIM. 19162
v
-
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini yang berjudul: Evaluasi
Program Pelatihan Fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
se - Sumatera Barat di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera
Barat dapat diselesaikan penyusunannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Mukhaiyar, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister pada Program Studi
Teknologi Pendidikan Konsentrasi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
2. Dr. Ambiyar, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. Najibah Taher, M.Pd sebagai
pembimbing II yang telah memberikan dukungan, masukan dan arahan dalam
penyelesaian tesis ini.
3. Dr. Fahmi Rizal, M.T, M.Pd, Dr. Khairani, M.Pd, dan Dr. Darmansyah, M.Pd
selaku dosen kontributor dan penguji yang telah memberikan sumbangan
pemikiran, saran, kritikan dan arahan dalam rangka penyelesaian tesis ini.
4. Kepala SKB di Sumatera Barat yang telah memberi izin pelaksanaan
penelitian.
5. Pamong Belajar SKB di Sumatera Barat yang telah menjadi responden
penelitian ini.
-
vii
6. Ibunda Hasni dan Ayahanda Ishar Bahar yang selalu mengiringi langkah dan
cita cita penulis dengan doa dan kasih sayang yang tulus dan abadi, dan juga
kasih sayang dari semua kakak dan adik telah menjadikan inspirasi penulis
untuk menuntut ilmu dalam mencapai cita cita.
7. Putera satu-satunya Agusriel Ananda Putra sebagai motivator dan
penyemangat penulis, dan suami Drs. Mas Endri, M.Pd yang telah
memberikan saran yang membangun demi penyempurnaan tesis ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa dan Dosen Program Studi Teknologi Pendidikan
Konsentrasi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang yang telah memberikan dorongan dan masukan
demi perbaikan laporan hasil penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas segala bantuan dari Bapak/Ibu/Sdr sekalian
dengan pahala yang berlipat ganda dan dicatat-Nya sebagai suatu ilmu yang
bermanfaat.
Padang, Agustus 2012
Penulis
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ......................................................................... i
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Masalah dan Fokus Penelitian ........................................................... 9
C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teorities .......................................................................... 14
1. Evaluasi Program Pelatihan ...................................................... 14
2. Program Pelatihan ..................................................................... 22
3. Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar .............................. 25
B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 36
C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 39
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 39
C. Informan Penelitian ......................................................................... 39
D. Variabel dan Data ............................................................................ 40
-
ix
E. Definisi Operasional ........................................................................ 44
F. Pengembangan Instrumen ............................................................... 46
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 48
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ................................................................................ 50
D. Pembahasan .................................................................................... 59
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 78
B. Implikasi ......................................................................................... 79
C. Saran ............................................................................................... 81
DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................................... 83
LAMPIRAN ......................................................................................................... 86
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Empiris tentang Evaluasi Penyelenggara Pelatihan Pamong Belajar
SKB di BPKB Sumatera Barat Tahun 2010 .................................................. 4
2. Data Empiris tentang Kinerja Pamong Belajar SKB di Sumatera Barat ............ 13
3. Kisi-kisi Variabel, Indikator, dan Sasaran Penelitian ..................................... 41
4. Evaluasi Konteks ............................................................................................. 51
5. Evaluasi Masukan ............................................................................................. 52
6. Evaluasi Proses berupa Relevansi Pelatihan Fungsional Pamong Belajar
SKB dengan Kebutuhan Peserta ....................................................................... 54
7. Evaluasi Proses berupa Pelaksanaan Pelatihan Fungsional Pamong Belajar
SKB............ ......................................................................................................... 55
8. Evaluasi Proses berupa Hambatan Pelaksanaan Pelatihan Fungsional
Pamong Belajar SKB ......................................................................................... 57
9. Evaluasi Produk (Product) ............................................................................... 58
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Ujicoba Instrument ................................................................................ 86
2. Perhitungan Reabilitas dan Validitas Ujicoba Instrumen Variabel Konteks ..... 94
3. Perhitungan Reabilitas dan Validitas Ujicoba Instrumen Variabel Input .......... 95
4. Perhitungan Reabilitas dan Validitas Ujicoba Instrumen Variabel Proses ........ 96
5. Perhitungan Reabilitas dan Validitas Ujicoba Instrumen Variabel Produk ..... 100
6. Laporan Ujicoba Instrument Penelitian ........................................................ 101
7. Angket Penelitian ............................................................................................................................................. 114
8. Data Hasil Penelitian .......................................................................... 121
9. Pedoman Wawancara Untuk Kepala SKB ....................................................... 141
10. Pedoman Wawancara Untuk Peserta Pelatihan.............................................. 143
11. Pedoman Wawancara Untuk Penyelenggara ................................................. 145
12. Lembar Observasi .......................................................................................... 146
13. Data Hasil Wawancara dengan Peserta Pelatihan .......................................... 151
14. Data Hasil Wawancara dengan Penyelenggara .............................................. 161
15. Lembar Observasi Studi Dokumentasi Pelatihan ........................................... 163
16. Profil BPKB Sumatera Barat ......................................................................... 169
17. Surat Mohon Izin Penelitian dari Program Pascasarjana UNP ...................... 175
18. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat ......... 176
19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kota Bukittinggi ........................................................................................... 177
-
xiv
20. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Pasaman Barat............................................................................. 178
21. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Padang Timur Kota ....................................................................................... 179
22. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kota Sawahlunto ........................................................................................... 180
23. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Pasaman ..................................................................................... 181
24. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kota Payakumbuh ........................................................................................ 182
25. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten 50 Kota ........................................................................................ 183
26. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kota Pariaman ................................................................................................ 184
27. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Padang Pariaman ....................................................................... 185
28. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kota Solok .................................................................................................... 186
29. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Lubuk Begalung Padang ................................................................................ 187
30. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Pesisir Selatan ............................................................................. 188
31. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
-
xiv
Kabupaten Tanah Datar 1 ............................................................................. 189
32. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Tanah Datar 2 .............................................................................. 190
33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Solok Selatan ............................................................................... 191
34. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Agam ............................................................................................ 192
35. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Sijunjung ..................................................................................... 193
36. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Solok ........................................................................................... 194
37. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kota Padang Panjang ..................................................................................... 195
38. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SKB
Kabupaten Dharmasraya ................................................................................ 196
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Berfikir ................................................................................... 38
2. Evaluasi Konteks ................................................................................................ 51
3. Evaluasi Masukan ............................................................................................. 53
4. Evaluasi Proses berupa Relevansi Pelatihan Fungsional Pamong Belajar SKB dengan kebutuhan peserta ............................................ 54 5. Evaluasi Proses berupa Pelaksanaan Pelatihan Fungsional
Pamong Belajar SKB ........................................................................................ 56
6. Evaluasi Proses berupa Hambatan Pelaksanaan Pelatihan Fungsional
Pamong Belajar SKB ...................................................................................... 57
7. Evaluasi Produk ................................................................................................ 58
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal
26 ayat (1) dan ayat (3) menyebutkan, bahwa pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal
meliputi: pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, dan
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Keberhasilan berbagai program pada jalur pendidikan nonformal antara
lain ditentukan oleh tenaga pendidik yang disebut Pamong Belajar. Bank Dunia
(1988) sebagaimana dikutip Irmawita (2006:2) mengemukakan bahwa: Tenaga
pendidik merupakan komponen yang sangat menentukan pendidikan. Kunci
peningkatan mutu pendidikan adalah guru pada jalur pendidikan formal dan
Pamong Belajar pada jalur pendidikan nonformal. Sebagai tokoh kunci
keberhasilan pendidikan nonformal, seorang Pamong Belajar memiliki beberapa
tugas pokok sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara
Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 Pasal 3 yaitu (a) melaksanakan
pengembangan model program; (b) melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
1
-
2
dalam rangka pengembangan model dan pembuatan program percontohan; dan (c)
melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan pelaksanaan
program.
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat yang merupakan
lembaga yang melaksanakan program secara teknis dibidang pendidikan
nonformal dan informal dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pengkajian,
pengembangan serta pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik dan
kependidikan nonformal, setiap tahunnya selalu menyelenggarakan pelatihan
Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam upaya membantu
pelaksanaan tugas pamong belajar, terutama peningkatan dalam pelaksana tugas
di lapangan agar tidak menemui hambatan dan kegiatan yang dijalankan
mempunyai mutu yang dapat dijadikan contoh oleh lembaga PKBM dan LSM
yang bergerak di bidang pendidikan nonformal dan informal. Dalam hal ini BPKB
telah mengupayakan berbagai strategi, baik melalui bimbingan teknis ke SKB-
SKB di Sumatera Barat, maupun melalui pengajaran dan pelatihan.
Pelatihan memiliki makna sebagai kegiatan untuk mentransfer
pengetahuan dan keterampilan kepada seseorang dalam upaya meningkatkan
kapasitas dirinya di tempat kerja atau tempatnya beraktivitas. Pelatihan menurut
Garry Dessler (1997: 263) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang
ada sekarang dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjalankan
tugas mereka. Berpedoman pada konsep di atas, Pelatihan merupakan suatu
usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia pendidikan
-
3
nonformal. Pamong Belajar pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), baik yang baru
ataupun yang lama perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan
yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, kebijakan, dan
lain sebagainya.
Tujuan umum pelatihan adalah (1) untuk mengembangkan keahlian,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif (2)
untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
secara rasional (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan
kerjasama dengan teman-teman, pegawai dan pimpinan.
Kondisi objektif di lapangan menunjukan bahwa pelatihan yang telah
diikuti Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) selama ini di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) kurang terlaksana sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, sehingga kurang memberikan efek (akibat, pengaruh, kesan)
untuk peningkatan kinerja Pamong Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Permasalahan ini juga dikemukakan oleh Haryono (1998:42) bahwa: Banyak
program pelatihan dilakukan, namun banyak pula keluhan bahwa sepulang
mengikuti pelatihan tidak menunjukan kinerja yang diharapkan. Hal senada juga
penulis peroleh dari studi dokumentasi terhadap laporan evaluasi penyelenggaraan
pelatihan Pamong Belajar SKB se Sumatera Barat tahun 2010 di BPKB Sumatera
Barat, sebagaimana Tabel 1 berikut:
-
4
Tabel 1. Data Empiris tentang Evaluasi Penyelenggara Pelatihan oleh 30 orang Pamong Belajar SKB (peserta pelatihan) di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera Barat Tahun 2010
No
Aspek Baik Kurang
baik Jumlah
f % f % f % 1. Waktu penyelenggaraan
pelatihan 15 50,00 15 50,00 30 100
2. Kurikulum 18 60,00 12 40,00 30 100
3. Pelayanan sekretariat 15 50,00 15 50,00 30 100
4. Konsumsi 12 73,33 8 26,67 30 100
5. Tempat belajar 16 53,33 14 46,67 30 100
6. Asrama 12 40,00 18 60,00 30 100
7. Pelayanan kesehatan 18 60,00 20 40,00 30 100
8. Praktek lapangan 9 30,00 21 70,00 30 100
Sumber: Laporan Pelatihan Fungsional Pamong Belajar SKB se Sumatera
Barat di BPKB Sumatera Barat Tahun 2010.
Data empiris yang dikemukakan dalam Tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa dari 30 orang Pamong Belajar SKB yang mengikuti pelatihan fungsional di
BPKB Sumatera Barat Tahun 2010, terdapat 15 orang atau 50,00% menyatakan
waktu penyelenggaraan pelatihan kurang baik, 12 orang atau 40,00% menyatakan
kurikulum kurang baik, 15 orang atau 50,00% menyatakan pelayanan sekretariat
kurang baik, 8 orang atau 26,67% menyatakan konsumsi kurang baik, 14 orang
atau 46,67% menyatakan tempat belajar kurang baik, 18 orang atau 60,00%
menyatakan asrama kurang baik, 12 orang atau 40,00% menyatakan pelayanan
kesehatan kurang baik, 21 orang atau 70,00% menyatakan praktek kerja lapangan
kurang baik.
-
5
Deskripsi di atas memunculkan masalah yang mengindikasikan
kecenderungan kurang efektifnya penyelenggaran pelatihan fungsional Pamong
Belajar SKB di BPKB Sumatera Barat.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap 10 orang
Pamong Belajar SKB yang berasal dari Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten
Agam, dan Kabupaten Solok (Periode 2010/2011) dalam pelaksanaan Bimbingan
Teknis (Bintek) adalah sebagaimana Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Data Empiris tentang Kinerja Pamong Belajar SKB Kabupaten/Kota di Sumatera Barat
No
Aspek
Sudah Belum Jumlah f % f % f %
1.
Merencanakan kebutuhan belajar sesuai potensi daerah setempat
4
40,00
6
60,00
10
100
2. Melaksanakan Pengajaran dengan menggunakan berbagai metode mengajar (multimetode)
5
50,00
5
50,00
10
100
3. Melakukan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak program PLS
3
30,00
7
70,00
10
100
4. Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) di bidang Pendidikan Nonformal
4
50,00
6 50,00
10
100
Sumber: Laporan Bimbingan Teknis terhadap Pamong Belajar SKB
Kabupaten Pasaman Barat, SKB Kabupaten Agam, dan SKB Kabupaten Solok Periode 2010/2011.
Data empiris yang dikemukakan dalam Tabel 2 di atas menunjukkan
bahwa dari 10 orang Pamong Belajar SKB yang penulis berikan Bimbingan
Teknis Periode 2010/2011, terdapat 6 orang atau 60,00% belum mampu membuat
perencanaan atau melakukan identifikasi kebutuhan belajar sesuai potensi daerah
setempat; 5 orang atau 50,00% belum mampu menggunakan berbagai metode
-
6
mengajar (multimetode) dalam kegiatan belajar-mengajar; 7 orang atau 70,00%
belum mampu melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan
dampak program PLS; dan 6 orang atau 60,00% belum mampu menyusun Karya
Tulis Ilmiah di bidang Pendidikan Nonformal.
Deskripsi di atas memunculkan masalah yang mengindikasikan
kecenderungan bahwa pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB di BPKB
Sumatera Barat yang dilaksanakan selama ini belum mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan kinerja Pamong Belajar SKB di Sumatera Barat.
Pelatihan yang diselenggarakan belum berdasarkan kompetensi Pamong Belajar
yang akan dilatih, tidak adanya pengukuran kompetensi Pamong Belajar yang
akan dilatih sehingga banyak pelatihan yang bersifat mengulang-ulang materi
yang sesungguhnya sudah dikuasai oleh Pamong Belajar serta materi yang
disusun tidak relevan dengan tugas Pamong Belajar SKB di lapangan.
Di samping beberapa permasalahan di atas kesan masih belum optimalnya
pelaksanaan pelatihan Pamong Belajar juga penulis peroleh dari hasil wawancara
dengan Kasubag Tata Usaha dan Kepala BPKB Sumatera Barat yakni Bapak Drs.
Madrian dan Ibu Dra. Rusmita, M.Pd pada bulan Maret 2011 yang menyatakan,
bahwa BPKB Sumatera Barat sebagai penyelenggara pelatihan, belum pernah
mengevaluasi kegiatan pelatihan secara menyeluruh, mulai dari perencanaan
sampai pada dampak pelatihan terhadap peningkatan kinerja Pamong Belajar SKB
di lembaganya masing-masing. Evaluasi yang dilaksanakan selama ini hanya
sebatas evaluasi penyelenggaraan yang dilaksanakan setiap akhir kegiatan
pelatihan.
-
7
Berdasarkan informasi tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang evaluasi program pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB di
BPKB Sumatera Barat yang diungkapkan melalui model evaluasi CIPP (Contexs,
Input, Process, dan Product).
Evaluasi program pelatihan adalah upaya untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan suatu kebijakan program pelatihan secara cermat dengan cara
mengetahui keefektifan masing-masing komponen pelatihan. Berdasarkan hasil
evaluasi program pelatihan dapat diambil suatu keputusan, yaitu mengganti
program jika dipandang tidak ada manfaat atau tidak terlaksana sebagaimana yang
diharapkan; merevisi program jika bagian-bagian tertentu kurang sesuai dengan
harapan, melanjutkan program jika penyelenggaraan program sudah berjalan
sesuai dengan harapan; dan menyebarluaskan program jika program sudah
berhasil dan sangat perlu dilaksanakan di tempat dan waktu yang lain, tanpa
evaluasi keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Tyler dalam
Suharsimi Arikunto (2009) menyatakan, bahwa evaluasi program pendidikan
adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat
direalisasikan. Secara umum evaluasi mempunyai makna sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu program dalam mencapai tujuan.
Artinya setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh tentang pelatihan
fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pihak BPKB Sumatera Barat untuk penyelengggaraan
pelatihan tahun berikutnya.
-
8
Untuk mengevaluasi program pelatihan ada berbagai bentuk model
evaluasi pelatihan antara lain 1) Model CIPP, 2) Model empat level, 3) Model
ROTI (Return On Training Investment). Pada penelitan ini, penulis menggunakan
model pelatihan CIPP karena evaluasi model CIPP merupakan model yang paling
banyak dikenal dan diterapkan oleh evaluator. Model ini dikembangkan oleh
Stufflebeam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University. Model evaluasi
CIPP banyak digunakan karena model ini dapat memberikan gambaran yang jelas
dan terstruktur dalam mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan suatu program
kegiatan. Keistimewaan model CIPP dibandingkan dengan model lain adalah
model CIPP lebih komprehensif karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil
semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil.
Evaluasi konteks merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan
menyediakan alasan-alasan (rasional) dalam penetapan program dan tujuan,
sehingga evaluasi konteks memberikan gambaran dan rincian terhadap kebutuhan,
lingkungan, serta tujuan pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB. Suatu
kebutuhan dirumuskan sebagai suatu ketidaksesuaian (discrepancy view) kondisi
nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Evaluasi input
merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi dalam menentukan
bagaimana menggunakan sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini adalah
unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan fungsional Pamong Belajar
SKB yakni peserta pelatihan, fasilitator, kurikulum, penyelenggara, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB.
Evaluasi proses diarahkan untuk mengetahui seberapa efektif program pelatihan
-
9
yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan utama evaluasi proses adalah a). mengetahui kelemahan-
kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan,
b) memperoleh informasi-informasi mengenai keputusan yang ditentukan, c)
memelihara catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi
dilaksanakan. Evaluasi produk merupakan bagian terakhir dari evaluasi model
CIPP yang bertujuan untuk mengukur dan menginterprestasikan capaian-capaian
program. Evaluasi produk menunjukan perubahan yang terjadi pada input.
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban
permasalahan pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB di BPKB Sumatera
Barat, khususnya dilihat dari evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, dan
Product).
B. Masalah dan Fokus Penelitian
Permasalahan pelatihan fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) yang dilaksanakan oleh Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB) sangat komplek. Walaupun pelatihan selalu dilakukan pada setiap tahun
dan semakin bertambah baik dari sisi jenis tenaga yang dilatih maupun dari sisi
kuantitas (jumlah peserta). Namun disayangkan BPKB Sumatera Barat belum
pernah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelatihan-pelatihan yang
telah diselenggarakan, dan pelatihan yang telah diselenggarakan belum dapat
memberikan jawaban kongkrit atas persoalan lemahnya kualitas Pamong Belajar
SKB di Sumatera Barat. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, terdapat
-
10
beberapa kelemahan yang secara umum dialami oleh pihak penyelenggara
pelatihan. Kelemahan tersebut antara lain : penyelenggara belum menerapkan
manajemen pelatihan secara benar, pelatihan diselenggarakan tidak berdasarkan
pengukuran kompetensi (need assessment), sehingga materi-materi yang
dilatihkan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta latih, pelatihan lebih banyak
bersifat menjalankan ketentuan-ketentuan Petunjuk Operasional yang ada pada
proyek dan berbagai persoalan lain. Kondisi ini mengakibatkan in efisiensi
anggaran, di samping itu juga in efektivitas pada aspek-aspek lain dalam
pelatihan.
Berkenaan permasalahan di atas, maka dapat diangkat fokus penelitian
yakni Evaluasi terhadap konteks, input, proses, dan produk dari program
pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB yang dilaksanakan oleh BPKB
Sumatera Barat tahun 2010. Semua aspek di atas dievaluasi dengan menggunakan
model evaluasi CIPP guna mendapatkan ketegasan tentang hasil pelatihan
fungsional Pamong Belajar SKB se Sumatera Barat.
C. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang, identifikasi dan fokus masalah di atas, maka peneliti
mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konteks program pelatihan fungsional Pamong Belajar
ditinjau dari segi aspek kebutuhan Pamong Belajar, tujuan program pelatihan,
keberadaaan dan lingkungan program pelatihan fungsional Pamong Belajar
SKB?
-
11
2. Bagaimanakah input yang ada dalam program pelatihan fungsional Pamong
Belajar ditinjau dari karakteristik peserta didik, fasilitator, sarana dan
prasarana pelatihan dan strategi pelaksanaan pelatihan ?
3. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelatihan fungsional Pamong Belajar di
BPKB Sumatera Barat ditinjau dari relevansi kegiatan pelatihan dengan
kebutuhan peserta pelatihan serta aktivitas fasilitator dan peserta didik?
4. Bagaimanakah hasil pelatihan yang diperoleh peserta pelatihan fungsional
Pamong Belajar ditinjau dari peningkatan profesional Pamong Belajar SKB
dan penerapan hasil pelatihan dalam melakukan pekerjaan secara efektif di
Sanggar Kegiatan Belajar?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengevaluasi konteks terhadap program pelatihan fungsional Pamong
Belajar ditinjau dari segi aspek kebutuhan Pamong Belajar, tujuan program
pelatihan, dan keberadaaan lingkungan program pelatihan fungsional Pamong
Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
2. Mengevaluasi input terhadap program pelatihan fungsional Pamong Belajar
ditinjau dari karakteristik peserta pelatihan, fasilitator dan sarana dan
prasarana pelatihan dan strategi pelaksanaan pelatihan.
3. Mengevaluasi proses pelaksanaan pada program pelatihan fungsional Pamong
Belajar ditinjau dari relevansi kegiatan pelatihan dengan kebutuhan peserta
pelatihan serta aktivitas fasilitator dan peserta didik
-
12
4. Mendeskripsikan hasil pelatihan terhadap peningkatan profesional Pamong
Belajar SKB dan penerapan hasil pelatihan dalam melakukan pekerjaan
secara efektif di Sanggar Kegiatan Belajar
E. Manfaat Penelitian
Temuan atau hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai
pihak, yaitu:
1. Penulis, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister
Pendidikan (M.Pd) pada Jurusan Teknologi Pendidikan Konsentrasi Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
2. Pamong Belajar SKB di Sumatera Barat, sebagai bahan masukan untuk
pengembangan diri, khususnya untuk peningkatan kinerja dalam pelaksanaan
tugas sesuai profesinya.
3. Kepala SKB di Sumatera Barat, sebagai bahan masukan untuk melakukan
fungsi supervisi yang berhubungan dengan upaya peningkatan kinerja Pamong
Belajar SKB Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
4. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera Barat, sebagai bahan
masukan untuk optimalisasi materi layanan bimbingan teknis guna
peningkatan kinerja Pamong Belajar SKB Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
5. Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat, sebagai bahan masukan untuk
mengetahui Evaluasi Program Pelatihan Fungsional Pamong Belajar Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) se Sumatera Barat di Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Sumatera Barat untuk pengambilan kebijakan lebih lanjut
-
13
dalam peningkatan kinerja Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
6. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai pedoman dalam melaksanakan evaluasi
program dalam bidang lainnya.
-
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Evaluasi Program Pelatihan
a. Pengertian Evaluasi Program
Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus Oxford Advanced
Leaners Dictionary of Current English evaluasi adalah to find out, decide the
amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata yang terkandung dalam definisi
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati,
bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggung jawabkan
(Suharsimi, 2007:1). Suchman (dalam Anderson 1975) memandang evaluasi
sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan
yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Definisi lain dari Worthen dan Sanders (dalam Anderson, 1971) evaluasi
adalah kegiatan mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan
suatu program, produksi, prosedur serta alternatif strategi yang diajukan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Sedangkan Stufflebeam (dalam
Fernandes,1984) mendefiniskan evaluasi sebagai proses penggambaran, pencarian
dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam
menentukan alternatif keputusan.
Anderson ( dalam Arikunto, 2004 : 1) memandang evaluasi sebagai
14
-
15
sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan menurut pedoman
evaluasi yang diterbitkan oleh Direktorat Ditjen PLS Depdiknas (2002:2)
memberikan pengertian evaluasi program adalah proses pengumpulan dan
penelaahan data secara berencana, sistematis dengan menggunakan metode dan
alat tertentu untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan program
dengan menggunakan tolok ukur yang telah ditentukan.
Evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang
nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan informasi yang diperoleh dengan kriteria
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu
didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi
dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan. Ralp Tyler,1950
(dalam Suharsimi, 2007) mendefinisikan bahwa evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Sedangkan
Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1967) evaluasi program adalah upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat diintisarikan bahwa yang
dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu program pemerintah, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
-
16
b. Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program
Menurut Stake, 1967, Stuffebeam, 1959, Alkin 1969 ( dalam Suharsimi,
2007) mengemukakan bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yaitu: a.
Konteks b. Input c. Proses implementasi d. Produk. Bridgman dan Davis (dalam
Farida Yusuf, 2000) yaitu: evaluasi program yang secara umum mengacu pada 4
(empat) dimensi yaitu: a. Indikator input, b. Indikator proses, c. Indikator outputs
d. Indikator outcomes. Menurut Beni Setiawan (2008:20) Direktorat Pemantauan
dan Evaluasi Bapenas, tujuan evalusi program adalah agar dapat diketahui dengan
pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan
program dimasa yang akan datang.
Menurut Beni Setiawan, (2008:20 ) dimensi utama evaluasi diarahkan
kepada hasil, manfaat, dan dampak dari program. Pada prinsipnya yang perlu
dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu: a.
indikator masukan (input), b. Proses (process) c. keluaran (output), d. indikator
dampak atau (outcame).
Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan dari suatu program, oleh karena itu pengertian evaluasi
sering digunakan untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan program yang
mencakup: a). Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE). Pada tahap
perencanaan, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas
dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. b). Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING). Pada
-
17
tahap pelaksanaan, evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. c. Evaluasi pada tahap Pasca Pelaksanaan (EX-POST) pada tahap
pasca pelaksanaan evaluasi ini diarahkan untuk melihat apakah pencapaian
(keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang
ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah program berakhir untuk menilai
relevansi (dampak dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dibandingkan
keluaran), kemanfaatan (dampak dibandingkan hasil), dan keberlanjutan (dampak
dibandingkan dengan hasil dan keluaran) dari suatu program.
c. Tujuan Evaluasi Program
Sudjana (2006:48), tujuan khusus evaluasi program yaitu untuk: 1)
Memberikan masukan bagi perencanaan program; 2) Menyajikan masukan bagi
pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau
penghentian program; 3) Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan
tentang modifikasi atau perbaikan program; 4) Memberikan masukan yang
berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program; 5) Memberi
masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi dan
monitoring) bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program dan. 6)
Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan
luar sekolah.
Tujuan evalusi program menurut Beni Setiawan (2008:20) adalah agar
dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang
-
18
dijumpai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan program dimasa yang akan datang.
d. Model Evaluasi Program CIPP terhadap Pelatihan Pamong Belajar
Model evaluasi CIPP, menurut Stufflebeam (dalam Farida Yusuf, 2000)
merupakan pendekatan yang berorientasi pada pemegang keputusan (a decision
oriented evaluation approach structured) untuk menolong administrator dalam
membuat keputusan. merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan. Keempat kata dari singkatan CIPP lebih rinci dijelaskan sebagai
berikut :
1). Context Evaluation ( evaluasi terhadap konteks )
Menurut Borg and Gall (1979), Context evaluation involves analysis of
problems and needs in a specific educational setting. A need is defined as
discrepancy between an existing condition and desire condition.
Berdasarkan kutipan tersebut, peneliti mengartikan bahwa evaluasi
konteks mencakup analisis tentang masalah kebutuhan khusus dalam perangkat
pembelajaran. Kebutuhan didefinisikan sebagai kesenjangan yakni
ketidaksesuaian antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan.
Evaluasi konteks juga menggambarkan tujuan program yang tidak
tercapai dari kebutuhan yang ada. Orsntein (1989) menyatakan, evaluasi konteks
merupakan studi terhadap lingkungan dimana program itu berlangsung
(lingkungan pendidikan), yang berguna dalam memberikan rasional untuk
menentukan tujuan. Evaluasi konteks menjelaskan lingkungan yang relevan
-
19
dengan kebutuhan, berkaitan dengan penggambaran kondisi yang diharapkan atau
kondisi aktual yang terjadi dalam lingkungan tersebut. Evaluasi konteks mengarah
pada kebutuhan yang tidak ditemukan dan kesempatan yang hilang serta diagnosis
terhadap kebutuhan yang tidak terlihat. Evaluasi konteks merupakan suatu analisis
situasi, dan membaca realitas dimana individu menemukan diri mereka dan
menilai bahwa realitas tersebut berhubungan dengan yang ingin mereka lakukan.
Evaluasi konteks dalam model CIPP terhadap pelatihan fungsional
dimaksudkan untuk mengevaluasi konteks terhadap program pelatihan fungsional
Pamong Belajar ditinjau dari segi aspek kebutuhan dan menjelaskan lingkungan
yang relevan dengan kebutuhan, berkaitan dengan penggambaran kondisi yang
diharapkan atau kondisi aktual yang terjadi dalam lingkungan Pamong Belajar di
Sanggar Kegiatan Belajar dan tujuan program pelatihan fungsional Pamong
Belajar.
2). Input evaluation ( evaluasi terhadap masukan)
Borg and Gall (1979) mengemukakan, bahwa evaluasi input merupakan
evaluasi tentang sumber dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dari
program. Informasi yang dikumpulkan selama evaluasi seharusnya dapat
membantu pembuat keputusan dalam memilih strategi, apakah strategi yang
dipilih efektif dalam mencapai tujuan program, apakah strategi secara moral dan
legal dapat diterima, dan bagaimana sebaiknya menggunakan personal atau
sumber-sumber.
Menurut Orsntein (1989) evaluasi input dirancang untuk menyediakan
informasi dalam menentukan bagaimana menggunakan sumbersumber untuk
-
20
mencapai tujuan program. Evaluasi Input merupakan suatu hal khusus dan bersifat
mikroanalitis. Evaluasi ini ditetapkan dalam tindakan yang dikembangkan dari
evaluasi konteks.
Evaluasi input dalam model CIPP terhadap program pelatihan fungsional
Pamong Belajar SKB dimaksudkan untuk mengukur dan mendapatkan informasi
tentang kekuatan program pelatihan berupa karakteristik peserta pelatihan, nara
sumber/fasilitator, panitia, materi, strategi pelatihan, sarana dan prasarana
pendukung kelancaran program pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB.
3). Process evaluation ( evaluasi terhadap proses) .
Borg and Gall (1979) mengemukakan, bahwa evaluasi terhadap proses
melibatkan pengumpulan data selama program tersebut beroperasi atau
berlangsung. Dalam evaluasi model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada sejauh
mana program tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan. Menurut Arifin (2009) evaluasi proses bertujuan untuk membantu
melaksanakan keputusan. Pertanyaan yang sejauhmana suatu rencana telah
dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur kerja dan apa yang
harus diperbaiki.
Menurut Wakhinuddin (2009), evaluasi proses adalah memonitor dan
mendokumentasi dan menilai aktifitas program. Aktifitas evaluator dalam evaluasi
proses adalah memonitor, mengobservasi, mengusahakan foto-foto, catatan dari
aktifitas dan melaporkan secara periodik implementasi program.
Evaluasi proses dalam model CIPP terhadap program pelatihan
fungsional Pamong Belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan
-
21
program pelatihan fungsional Pamong Belajar ditinjau dari aktivitas fasilitator dan
peserta pelatihan beserta hambatan-hambatan yang ada sewaktu program
dilaksanakan
4). Product evaluation ( evaluasi terhadap produk )
Dalam evaluasi terhadap produk, pengukuran berupa apakah program
yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi produk menyediakan sejumlah informasi yang memungkinkan evaluator
melanjutkan, menghentikan atau memodifikasi suatu program. Menurut Sukardi
(2009), evaluasi produk adalah mengakomodasi informasi untuk meyakinkan
dalam kondisi apa tujuan dapat dicapai dan juga untuk menentukan, jika strategi
yang berkaitan dengan prosedur dan metode yang diterapkan guna mencapai
tujuan sebaiknya berhenti, modifikasi, atau dilanjutkan dalam bentuk yang
sekarang.
Menurut Arifin (2009) evaluasi produk bertujuan untuk membantu
keputusan, selanjutnya evaluasi produk memberikan informasi yang
memungkinkan untuk memutuskan hal-hal yang harus dilanjutkan, diselesaikan
atau dimodifikasi dengan program baru. Evaluasi produk memberikan tindakan
yang menghubungkan tahapan-tahapan lainya dalam model ini dari keseluruhan
proses yang dilakukan.
Evaluasi produk dalam model CIPP terhadap program pelatihan fungsional
Pamong Belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program,
baik dalam rangka peningkatan kemampuan profesional peserta maupun dampak
terhadap kelancaran pekerjaan Pamong Belajar di SKB.
-
22
Berdasarkan konsep model evaluasi CIPP di atas, disimpulkan bahwa
evaluasi model CIPP menggambarkan pandangan komprehensif dari evaluasi
terhadap keseluruhan program, di mulai dari melakukan desain, mengembangkan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi. Implikasinya tidak hanya sekedar
mengevaluasi, namun lebih utama pada tujuan mendasar terhadap suatu program.
Tujuan akhir dari evaluasi program adalah memberikan penilaian tentang
program yang dijalankan serta memberikan rekomendasi bagi pengambil
keputusan terhadap pelaksanan program tersebut.
2. Program Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan Fungsional
Definisi pelatihan menurut Center for Development Management and
Productivity adalah belajar untuk mengubah tingkah laku orang dalam
melaksanakan pekerjaan mereka. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses
memberikan bantuan bagi para karyawan atau pekerja untuk menguasai
keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangan dalam
melaksanakan pekerjaan mereka.
Definisi di atas, sejalan dengan pengertian menurut Hadari Nawawi (1997)
yang menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan
bantuan bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu
untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus
kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi
kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang.
-
23
Veithzal Rivai (2004:226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses
sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan
membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar
berhasil melaksanakan pekerjaan. Pendapat Rivai inilah yang dijadikan inspirasi
dalam penelitian ini.
Sesuai dengan pengertian di atas, Ginting (2004:5) mengemukakan sebagai
berikut:
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan biasanya mencakup pengalaman, aktivitas-aktivitas tertentu yang terencana dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasi.
Dari konsep di atas, pelatihan diartikan sebagai upaya untuk penampilan
pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan cara memberikan
pengalaman atau aktivitas tertentu yang didesain untuk pemenuhan kebutuhan
akan kemampuan kerja yang diharapkan.
Selanjutnya Hidayat dan Endang Sutisna (2006:1) mengemukakan sebagai
berikut:
Pelatihan adalah proses pemberian bantuan kepada para petugas atau pekerja untuk mencapai tingkat efektivitas yang diharapkan melalui pengembangan daya nalar, kebiasaan menjalankan tugas, pengetahuan, keterampilan atau kemahiran, dan sikap-sikap positif yang diperlukan untuk mencapai tingkat produktivitas yang maksimal.
-
24
Kutipan di atas, mengartikan pelatihan sebagai proses pemberian bantuan
kepada pekerja dengan tujuan mencapai tingkat efektivitas kerja yang diharapkan
melalui pengembangan daya nalar, kebiasaan kerja, pengetahuan, keterampilan
atau kemahiran, dan sikap yang diperlukan pekerja tersebut agar mencapai
produktivitas yang maksimal.
Selanjutnya, Sumantri (2000:2) mengartikan pelatihan sebagai berikut:
Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu.
Sejalan dengan kutipan di atas, Michael J. Jucius (dalam Moekijat
1993:12) menjelaskan bahwa: Istilah pelatihan untuk menunjukkan setiap proses
pengembangan bakat, keterampilan, dan kemampuan pegawai guna
menyelesaikan pekerjaan tertentu.
Kedua pendapat di atas, tampaknya memiliki pengertian yang lebih
mengarah pada pelatihan fungsional. Dikatakan demikian, karena pengetahuan
dan keterampilan yang diberikan bersifat praktis dan digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Pelatihan fungsional dilihat dari aspek bahasa,
terdiri dari dua kata yakni pelatihan dan fungsional. Depdikbud (1990:245 dan
502) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, latih atau berlatih
sama artinya dengan belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat)
melakukan sesuatu. Sementara itu, fungsional adalah berdasarkan jabatan.
Berdasarkan arti kamus atau menurut bahasa sebagaimana dikemukakan di atas,
pelatihan fungsional adalah kegiatan belajar atau latihan agar dapat melaksanakan
tugas berdasarkan jabatan seseorang. Dengan kata lain, materi yang diberikan
-
25
dalam pelatihan itu bersifat praktis atau dapat diaplikasikan dengan segera untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam jabatan sebagai Pamong Belajar SKB.
Dengan merangkum beberapa deskripsi teori di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pelatihan fungsional adalah proses pendidikan jangka pendek
terhadap Pamong Belajar SKB untuk peningkatan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam melaksanakan tugas sesuai jabatan sebagai tenaga pendidik
nonformal.
b. Tujuan Pelatihan Fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar
Sejalan dengan pengertian pelatihan fungsional yang dikemukakan di atas,
maka suatu pelatihan fungsional pada hakekatnya adalah untuk pengembangan
profesionalitas dan peningkatan kinerja Pamong Belajar.
Moekijat (1993:2) menjelaskan beberapa tujuan umum pelatihan, sebagai
berikut:
(1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efektif; (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional; dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Sesuai maksud kutipan di atas, dapat dikemukakan bahwa suatu pelatihan
bertujuan untuk pengembangan keahlian, pengetahuan, dan sikap. Keahlian
berguna untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan efektif.
Pengetahuan berguna untuk menyelesaikan pekerjaan secara rasional (menurut
pemikiran yang sehat). Pengembangan sikap berguna untuk menumbuhkan
kemauan kerjasama yang baik dengan teman sejawat maupun dengan pimpinan.
-
26
Ketiga aspek tujuan pelatihan fungsional yang diungkapkan di atas, sesuai
dengan ciri-ciri seseorang yang profesional sebagaimana ditulis dalam Warta
Warga (2010:ii) berikut:
Profesional itu adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok dalam dirinya, yaitu: skill, knowledge, dan attitude. Skill berarti bahwa seseorang itu benar-benar ahli di bidangnya. Knowledge, tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga menguasai, minimal tahu dan berwawasan tentang ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan bidangnya. Terakhir, attitude, yaitu bukan hanya pintar dan cerdas, tetapi juga punya etika yang diterapkan dalam bidangnya.
Kutipan di atas merupakan gambaran sederhana tentang seseorang yang
profesional dan apabila ketiga hal pokok tersebut dapat diimplementasikan dalam
penyelenggaraan tugasnya akan membentuk profesionalitas yang tinggi pada
seseorang tersebut. Dengan arti kata, keahlian, pengetahuan, dan sikap
sebagaimana tujuan pelatihan fungsional akan membentuk seorang Pamong
Belajar memiliki profesionalitas yang tinggi.
Di samping untuk menghasilkan profesionalitas yang tinggi, pelatihan
fungsional juga bertujuan untuk peningkatan kinerja. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tjiptono dan Anastasia Diana (1995:223) berikut:
Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap karyawan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Dengan kata lain, tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kinerjanya.
Lebih jauh, pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Rifai
(2004:226) yang menegaskan bahwa: Pelatihan sebagai suatu kegiatan untuk
meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja mendatang.
-
27
Sesuai maksud kutipan di atas, jelaslah bahwa pelatihan fungsional yang
diberikan kepada Pamong Belajar SKB, bukan hanya untuk peningkatan
profesionalitas, tetapi juga kinerja atau kemampuan melaksanakan pekerjaan
secara efektif.
c. Asas dan Prinsip Pelatihan
Dalam penyelenggaraan pelatihan, agar dapat bermanfaat bagi peserta
dan dapat mencapai tujuan secara optimal, hendaknya penyelenggaraannya
mengikuti asas-asas umum pelatihan. Menurut Dale Yoder dalam bukunya
Personal Principles and Policies, menyebutkan sembilan asas yang berlaku
umum dalam kegiatan pelatihan yaitu (1).Individual differences; (2) relation to
job analysis; (3) motivation (4) active participatio;, (5) selection of trainees; (6).
Selection of trainers; (7) trainers of training (8) training methods dan (9)
principles of learning (1962:235).
Pendapat Dale Yoder di atas mengisyaratkan bahwa dalam kegiatan
pelatihan perbedaan individu peserta pelatihan harus mendapat perhatian yang
utama. Karakteristik peserta pelatihan akan mewarnai dan menentukan
keberhasilan pelaksanaan suatu pelatihan. Pelatihan harus juga dihubungkan
dengan analisis pekerjaan peserta (calon peserta) pelatihan, sehingga nantinya
hasil pelatihan bermanfaat dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
Selanjutnya, motivasi dan keaktifan peserta kegiatan pelatihan perlu
dibangkitkan. Peserta pelatihan akan berusaha dan memberikan perhatian yang
lebih besar pada pelatihan yang diikutinya, apabila ada daya perangsang yang
dapat menimbulkan motivasinya. Begitu juga dalam fase-fase kegiatan pelatihan,
-
28
peserta diupayakan turut aktif mengambil bagian. Dengan demikian peserta
pelatihan turut aktif berpikir, berbuat dan mengambil keputusan selama proses
pelatihan berlangsung.
Tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pelatihan adalah seleksi peserta
dan seleksi pelatih. Sebagaimana diketahui bahwa diantara peserta pelatihan
terdapat perbedaan-perbedaan yang sifatnya individual. Untuk menjaga agar
perbedaan tersebut jangan terlalu besar, maka seleksi atau pemilihan calon peserta
pelatihan perlu diadakan. Selain seleksi peserta, untuk mendapatkan para pelatih
yang berkualitas dan profesional, maka dalam rangkaian penyelenggaraan
pelatihan diperlukan juga seleksi pelatih. Harapannya pelatih yang terpilih adalah
orang-orang yang cakap dan memiliki kualifikasi sebagai seorang pelatih yang
handal.
Kemudian untuk keberhasilan pelatihan, metode pelatihan dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan jenis matode pelatihan
yang diberikan. Meskipun tidak ada metode yang paling sempurna, namun dapat
dicarikan beberapa alternatif metode yang sesuai dengan karakteristik peserta
pelatihan. Dalam hal ini ada persyaratan minimal yang perlu diperhatikan pelatih
dalam memilih metode pelatihan yaitu: (1) sesuai dengan keadaan dan jumlah
sasaran; (2) cukup dalam jumlah dan mutu materi; (3) tepat menuju tujuan pada
waktunya; (4) amanat hendaknya mudah diterima, dipahami dan diterapkan; dan
(5) biaya ringan (Depdikbud, 1983 : 97). Dalam pemilihan metode juga dapat
mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut :
-
29
Tujuan instruksional khusus yang hendak- dicapai dalam proses penyampaian pesan atau bahan belajar, keadaan warga belajar yang akan menerima pesan, karakteristik metode yang akan digunakan dan sumber atau fasilitas yang tersedia untuk menunjang penggunaan metode tertentu yang hendak kita pilih (Direktorat Dikmas, 1985 : 18).
Sedangkan prinsip-prinsip pembelajaran akan memberikan arah bagi
cara-cara seseorang (peserta pelatihan) belajar efektif dalam kegiatan pelatihan.
Dan pembelajaran akan lebih efektif, apabila metode pelatihan sesuai dengan gaya
belajar peserta dan tipe-tipe pekerjaan yang diperlukan. Menurut William R.
Werther Jr. dan Keith Davis, prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif sering;
direfleksikan dengan participation. repetition, transference, dan feed back
(1989:290).
Dengan demikian jika pelatihan ingin berhasil, bermanfaat dan mencapai
tujuan secara optimal, maka asas-asas maupun prinsip dasar penyelenggaraan
pelatihan hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
d. Prosedur Pelatihan
Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat
bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-
langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap
penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan
istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase
pasca pelatihan.
Tiga tahap atau fase tersebut, mengandung langkah-langkah
pengembangan program pelatihan. Langkah-langkah yang umum digunakan
dalam pengembangan program pelatihan, seperti dikemukakan Werther (1989 :
-
30
287) yang pada prinsipnya meliputi (l) need assessment; (2) training and
development objective; (3) program content; (4) learning principles; (5) actual
program-, (b) skill knowledge ability of works; dan (7) evaluation. Pendapat ini
sesuai dengan yang dikemukakan Simamora (1997 : 30) yang menyebutkan
delapan langkah pelatihan yaitu
(1) tahap penilaian kebutuhan dan sumber daya untuk pelatihan; (2) mengidentifikasi sasaran-sasaran pelatihan; (3) menyusun kriteria; (4) pretes terhadap pemagang (5) memilih teknik pelatihan dan prinsip-prinsip proses belajar; (6) melaksanakan pelatihan; (7) memantau pelatihan; dan (8) membandingkan hasil-hasil pelatihan terhadap kriteria-kriteria yang digunakan.
Penilaian kebutuhan (need assessment) pelatihan merupakan langkah yang
paling penting dalam pengembangan program pelatihan. Langkah penilaian
kebutuhan ini merupakan landasan yang sangat menentukan pada langkah-
langkah berikutnya. Kekurangakuratan atau kesalahan dalam penilaian kebutuhan
dapat berakibat fatal pada pelaksanaan pelatihan. Dalam penilaian kebutuhan
dapat digunakan tiga tingkat analisis yaitu analisis pada tingkat organisasi, analitis
pada tingkat program atau operasi dan analisis pada tingkat individu. Sedangkan
teknik penilaian kebutuhan dapat digunakan analisis kinerja, analisis kemampuan,
analisis tugas maupun survey kebutuhan (need survey).
Perumusan tujuan pelatihan dan pengembangan (training and
development objective) hendaknya berdasarkan kebutuhan pelatihan yang telah
ditentukan. perumusan tujuan dalam bentuk uraian tingkah laku yang diharapkan
dan pada kondisi tertentu. Pernyataan tujuan ini akan menjadi standar kinerja yang
harus diwujudkan serta merupakan alat untuk mengukur tingkat keberhasilan
program pelatihan.
-
31
Isi program (program content) merupakan perwujudan dari hasil penilaian
kebutuhan dan materi atau bahan guna mencapai tujuan pelatihan. Isi program ini
berisi keahlian (keterampilan), pengetahuan dan sikap yang merupakan
pengalaman belajar pada pelatihan yang diharapkan dapat menciptakan perubahan
tingkah laku. Pengalaman belajar dan atau materi pada pelatihan harus relevan
dengan kebutuhan peserta maupun lembaga tempat kerja.
Prinsip-prinsip belajar (learning principles) yang efektif adalah yang
memiliki kesesuaian antara metode dengan gaya belajar peserta pelatihan dan
tipe-tipe pekerjaan, yang membutuhkan. Pada dasarnya prinsip belajar yang layak
dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar lima hal yaitu partisipasi, reputasi,
relevansi, pengalihan, dan umpan balik (Sondang P. Siagian, 1994 :190). Dengan
prinsip partisipasi pada umumnya proses belajar berlangsung dengan lebih cepat
dan pengetahuan yang diperoleh diingat lebih lama. Prinsip reputasi
(pengulangan) akan membantu peserta pelatihan untuk mengingat dan
memanfaatkan pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki. Prinsip relevansi,
yakni kegiatan pembelajaran akan lebih efektif apabila bahan yang dipelajari
mempunyai relevansi dan makna kongkrit dengan kebutuhan peserta pelatihan.
Prinsip pengalihan dimaksudkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dalam kegiatan belajar mengajar dengan mudah dapat dialihkan pada situasi nyata
(dapat dipraktekkan pada pekerjaan). Dan prinsip umpan balik akan
membangkitkan motivasi peserta pelatihan karena mereka tahu kemajuan dan
perkembangan belajarnya.
-
32
Pelaksanaan program (actual program) pelatihan pada prinsipnya sangat
situasional sifatnya. Artinya dengan penekanan pada perhitungan kebutuhan
organisasi dan peserta pelatihan, penggunaan prinsip-prinsip belajar dapat berbeda
intensitasnya, sehingga tercermin pada penggunaan pendekatan, metode dan
teknik tertentu dalam pelaksanaan proses pelatihan.
Keahlian, pengetahuan, dan kemampuan pekerja (skill knowledge ability
of workers) sebagai peserta pelatihan merupakan pengalaman belajar (hasil) dari
suatu program pelatihan yang diikuti. Pelatihan dikatakan efektif, apabila hasil
pelatihan sesuai dengan tugas peserta pelatihan. dan bermanfaat pada tugas
pekerjaan.
Langkah terakhir dari pengembangan program pelatihan adalah evaluasi
(evaluation) pelatihan Pelaksanaan program pelatihan dikatakan berhasil apabila
dalam diri peserta pelatihan terjadi suatu proses transformasi pengalaman belajar
pada bidang pekerjaan. Sondang P. Siagian menegaskan proses transformasi
dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi paling sedikit dua hal yaitu
peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan perubahan perilaku yang
tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja (1994:202). Selanjutnya untuk
mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut dilakukan penilaian. Dan untuk
mengukur keberhasilan yang dinilai tidak hanya segi-segi teknis saja tetapi juga
segi keperilakuan (Sondang P. Siagian;1994:202).
-
33
3. Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar
a. Pengertian Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar
Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis (1999/2000:5) mengemukakan
sebagai berikut:
Pamong Belajar adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dalam rangka pengendalian mutu dan dampak penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga.
Dilihat dari aspek kualifikasinya, Pamong Belajar merupakan tenaga
kependidikan. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 1 Butir 6 UU. Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 berikut:
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berpedoman pada kutipan di atas, maka Pamong Belajar adalah seorang
pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar dalam rangka pengendalian mutu dan dampak penyelenggaraan
program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga.
Menurut Supriyono (2006:48), istilah Pamong Belajar muncul dari
orientasi konsep belajar mengajar yang berpusat pada warga belajar,
menggambarkan keunikan hubungan pendidik dan warga belajar dalam
pendidikan nonformal. Dalam hal ini, Pamong Belajar tidak saja berfungsi
sebagai pendidik dan pemimpin kelompok belajar, tetapi sekaligus menjadi
bagian dari warga belajar itu sendiri. Lebih jauh Supriono menjelaskan bahwa
sebagai pemimpin, tugas Pamong Belajar adalah memberikan keteladanan (Ing
-
34
ngarso Sung tulodo), menggerakan potensi belajar (Ing madyo mangun karso),
dan memotivasi ( Tutwuri handayani).
Di samping itu yang dimaksudkan dengan Sanggar Kegiatan Belajar
menurut Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis (1999/2000:6) adalah sebagai
berikut: Sanggar Kegiatan Belajar yang selanjutnya disingkat SKB adalah Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga
yang berada di tingkat kabupaten/kota.
Melalui kutipan di atas, dapat dikemukakan bahwa Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Pendidikan Luar Sekolah,
Pemuda dan Olahraga yang berada di tingkat kabupaten/kota.
Selanjutnya Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera
Barat merupakan pusat kajian dan pengembangan model program pendidikan luar
sekolah dan pemuda di Sumatera Barat.
Di samping itu, BPKB Sumatera Barat juga berperan sebagai koordinator
pelaksanaan program pendidikan luar sekolah dan pemuda oleh Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. Selain melakukan pengkajian
dan pengembangan model program pendidikan luar sekolah dan pemuda, BPKB
Sumatera Barat berfungsi meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan luar sekolah di Sumatera Barat antara lain Pamong Belajar SKB,
penilik pendidikan nonformal dan informal (Penilik PNFI), dan tenaga lapangan
dikmas (TLD) dalam bentuk pendidikan dan pelatihan teknis serta pendidikan dan
pelatihan fungsional.
-
35
b. Tugas Pokok Pamong Belajar
Sebagai ujung tombak dari pelaksanaan pendidikan nonformal di
masyarakat, Pamong Belajar dituntut memiliki kompetensi di bidang ilmu
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan untuk membimbing, melatih,
menegakkan disiplin, mendidik dan mengajar warga belajar baik perorangan
maupun kelompok.
Tugas Pamong Belajar dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi warga belajar. Hal ini dapat dipahami karena
warga belajar dalam pendidikan nonformal berasal dari berbagai usia, berbagai
latar belakang pengalaman dan kebutuhan yang sangat beragam.
Tugas pokok Pamong Belajar SKB sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 Pasal 3
yaitu, (1) Pengembangan model program, (2) Kegiatan belajar mengajar dalam
rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program, dan (3)
Penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program.
Berdasarkan uraian tugas pokok di atas, kinerja Pamong Belajar dapat
dilihat dari kemampuannya dalam (1) membuat program percontohan menyusun
rencana pengajaran, (2) melaksanakan proses belajar mengajar, (3) membimbing
warga belajar, (4) membuat bahan pengajaran (5) melakukan evaluasi, dan (6)
mengembangkan profesi.
-
36
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang peneliti ajukan didasari dari hasil-hasil penelitian
terdahulu. Muhammad Hasbi (2006) dalam penelitiannya yang berjudul
Evaluasi Penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Bidang
Pendidikan Luar Sekolah menyatakan, bahwa tingkat kebutuhan masyarakat
terhadap program Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup cukup tinggi yang
ditunjukkan dengan besarnya animo masyarakat untuk mengikuti program
Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Mas Endri (2010:73)
menyimpulkan bahwa:Terdapat Konstribusi Persepsi tentang Efektifitas
Pelatihan Fungsional terhadap Kinerja Pamong Pamong Belajar SKB di Sumatera
Barat dengan Tingkat Capaian Responden (TCR) sebesar 74,40% . Ini berarti
bahwa 74,40% peningkatan kinerja Pamong Belajar SKB di Sumatera Barat
ditentukan oleh keberhasilan pelatihan yang diikutinya di BPKB Sumbar.
Hasil penelitian tersebut di atas, menyimpulkan bahwa pelatihan
fungsional Pamong Belajar SKB di BPKB Sumbar sangat besar kontribusinya
terhadap kinerjanya atau peningkatan kinerja Pamong Belajar SKB di Sumatera
Barat.
C. Kerangka Berpikir
Pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB pada hakekatnya adalah untuk
pengembangan profesionalitas dan peningkatan kinerja pamong belajar. Suatu
pelatihan fungsional dapat dikatakan memiliki efektivitas yang tinggi, jika
-
37
pelatihan itu memberi hasil guna yang tinggi terhadap peningkatan kemampuan
kerja Pamong Belajar dalam melaksanakan tugasnya.
Sebuah program harus di akhiri dengan suatu evaluasi. Hal ini
dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan
fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada tiga tahap rangkaian
evaluasi program yaitu: (1) menyatakan pertanyaan serta menspesifikasi informasi
yang hendak diperoleh; (2) mencari data yang relevan dengan penelitian dan (3)
menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk
melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut.
Evaluasi program pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB ini dilakukan
dengan model CIPP yang terdiri dari empat komponen evaluasi sesuai dengan
nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context,Input, Process dan
Product. Setelah dilaksanakan evaluasi program maka didapatkan rekomendasi
apakah program ini dilanjutkan, dilanjutkan dengan perbaikan atau dihentikan. Ini
semua digambarkan dalam skema kerangka berfikir sebagai berikut:
-
38
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
EVALUASI
Pelatihan Fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
Komponen Komponen Komponen Komponen Konteks Input Proses Produk
REKOMENDASI
-
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif, yaitu penelitian yang
hasilnya dapat bermanfaat untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Model
evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah model evaluasi yang
dikembangkan oleh Stufflebeam (Stufflebeam, et al. 1967:117) dengan model
CIPP-nya (Contex, Input, Process, Product) untuk mengevaluasi program
pelatihan fungsional Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Sumatera Barat tahun 2010.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPKB Sumatera Barat. Pengambilan data
lapangan dilaksanakan pada 19 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yang dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan Maret tahun 2012.
C. Informan Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang peserta pelatihan fungsional
Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Sumatera Barat tahun 2010 yang berasal dari 19 Kab/Kota di
Sumatera Barat, dan 19 orang Kepala Sanggar Kegiatan Belajar, 1 orang Kepala
BPKB Sumatera Barat, 5 orang fasilitator, 5 orang penyelenggara/panitia pada
39
-
40
pelatihan fungsional Pamong Belajar di BPKB Sumatera Barat tahun 2010 yang
seluruhnya berjumlah 60 orang.
Berhubung jumlah yang dijadikan subjek penelitian tidak terlalu besar,
maka informan penelitian yang berjumlah 60 orang yang terlibat dalam
pelaksanaan pelatihan Pamong Belajar pada tahun 2010 yang sekaligus berperan
sebagai responden penelitian.
D. Variabel Dan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah evaluasi program pelatihan fungsional
Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Sumatera Barat berupa evaluasi konteks, evaluasi input, evaluasi
proses dan evaluasi produk.
2. Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, berupa data yang
terkumpul dari jawaban responden terhadap angket /kuesioner/wawancara yang
dijawabnya. Data penelitian adalah berupa konteks, input, proses dan produk dari
program pelatihan fungsional Pamong Belajar SKB di BPKB Sumatera Barat.
Gambaran variabel dari data penelitian dikemukakan dalam tabel 4 berikut ini :
-
41
Tabel 3. Kisi-kisi Variabel, Indikator, dan Sasaran Penelitian
No. Variabel Indikator Sasaran Penelitian 1 2 3 4
1.
Context/ Konteks
Kebutuhan Pelatihan
Kesiapan program pelatihan pada perencanaan kegiatan dalam hal persiapan materi tentang tugas pokok Pamong Belajar SKB dalam hal : persiapan materi pelatihan tentang : (a) Identifikasi kebutuhan belajar dan sumber
belajar program PNFI (b) Membuat rancangan persiapan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar program PNFI
(c) Melaksanakan interaksi belajar-mengajar yang efektif dengan menerapkan strategi pembelajaran orang dewasa dan padagogik pada program PNFI
(d) Memahami standar proses dan prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan luar sekolah
(e) Merancang penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan pelaksanan program PNFI
(f) Melaksanakan pengembangan profesi Pamong Belajar melalui penulisan karya ilmiah
(g) Penyajian pendalaman materi pengembangan profesi pamong belajar
Tujuan Pelatihan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas pokok Pamong Belajar sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan dan Pembangunan Pendayagunaan Aparatur Negara No. 025 tahun 1999.
Keberadaan dan lingkungan program pelatihan
Keberadaan program pelatihan dalam hal : (a) Pentingnya ada program pelatihan (b) Tempat pelatihan (c) Akomodasi pelatihan (d) Konsumsi pelatihan (e) Kemudahan transportasi (f) Kemudahan memperoleh sarana dan
prasarana
-
42
1 2 3 4
(g) Dukungan dari instansi terkait, baik BPKB selaku pelaksana maupun dinas pendidikan propinsi dan daerah serta kepala SKB se Sumatera Barat
(h) Dukungan lingkungan tempat pelatihan dalam hal baik buruknya kondisi fisik tempat pelatihan
2.
Input
Kekuatan program pelatihan dari aspek karakteristik sumber daya fasilitator, peserta, panitia/ penyelenggara, dan sarana/ prasarana
Kekuatan input dari aspek sumber daya fasilitator dari : (a) Kualifikasi pendidikan (b) Pengalaman sebagai fasilitator pelatihan
pada Pamong Belajar SKB (c) Pengalaman mengikuti Training Of
Trainer tentang pelatihan fungsional Pamong Belajar di tingkat pusat.
(d) Evaluasi terhadap peserta pelatihan Kekuatan input dari aspek sumber daya peserta tentang : (a) Pengalaman mengikuti pelatihan yang
serupa (b) Kualifikasi pendidikan (c) Kehadiran di tempat pelatihan (d) Kelengkapan admnistrasi pelatihan
yang dibawa peserta (e) Kesiapan mengikuti pelatihan sampai
selesai (f) Penginformasian hasil pelatihan
kepada teman-teman di SKB (g) Kontribusi dan tanggung jawab selama proses pelatihan. Kekuatan input dari aspek sumber daya penyelenggara atau panitia pelatihan tentang :
(a) Kemampuan manajemen pelatihan (b) Pengalaman sebagai penyelenggara pelatihan
(c) Kualifikasi pendidikan (d) Pengiriman surat pemanggilan peserta pelatihan (e) Hubungan panitia dengan peserta dan fasilitator Kekuatan input dari aspek sarana dan prasarana pelatihan tentang :
-
43