PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM...

184
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN PENGETAHUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR AGAMA ISLAM SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BATUSANGKAR TESIS Oleh AFRIANTO KORGA NIM 1103939 Ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

Transcript of PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM...

1

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DAN PENGETAHUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR AGAMA ISLAM

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BATUSANGKAR

TESIS

Oleh

AFRIANTO KORGA

NIM 1103939

Ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

2

ABSTRACT

AFRIANTO KORGA 2013. The Effect of Jigsaw Cooperative Learning

Strategies and Students‟ Prior Knowledge toward Their Learning Outcomes of

Islamic Subject In Seventh Grade Junior High School Students 5 Batusangkar.

Islamic subject (Islamic religious education) is one of the important

subjects in the school, especially for public school students which the majority are

Muslim. It also becomes important because the students‟ learning mastery of

Islamic subjects is one determinant for the class increasing. To assist the students

in receiving information and knowledge presented by the Islamic teacher, it is

hoped they can use the appropriate learning strategies in teaching and learning

process. Various learning strategies can be implemented, including jigsaw strategy

as a kind of cooperative strategy that is an alternative strategy in reality which is

able to construct students‟ understanding in the learning process in order to

improve their learning outcomes in Islamic subject.

This study specifically analyzed the effect of jigsaw cooperative learning

strategies and students‟ prior knowledge toward their learning outcomes of

Islamic subject in seventh grade junior high school students 5 Batusangkar. This

study is experimental research which used quasi-experimental design.

Experiments conducted on the VII grade students of SMPN 5 Batusangkar as the

sample which consisted of 36 people. Each class consists of 18 people as the

experiment class and 18 others as a control class. The data were collected through

the pre test of student‟s prior knowledge and post test that was started from

September 18 up to October 18, 2012.

The results of statistical analysis showed; (1) regardless the prior

knowledge variable, the students‟ learning outcomes who were taught using

jigsaw cooperative strategies similar to the students‟ learning outcomes who are

taught using a conventional strategy by the t test calculation, t count 0.75, <

(smaller than) t table 2:03. (2) by considering variables of learning strategies, the

learning outcomes of students who had high prior knowledge which was taught by

jigsaw cooperative learning strategies is higher than the learning outcomes of

students who had high prior knowledge taught by conventional teaching strategies

with the t test calculation, t count 5,2 > t table 2.03. (3) by considering variables

of learning strategies, learning outcomes of the students whose low prior

knowledge that was taught by jigsaw cooperative learning strategies similar with

learning outcomes of students whose lower prior knowledge that was taught by

conventional teaching strategies with the results of the t test calculation, t count

0.7 <t table 2.03. (4) after considering the results of both learning strategies, there

is no interaction between learning strategies and prior knowledge toward learning

outcomes of Islamic religious education by using two-ways ANOVA calculation

that have Fcount 1.66> 4.15 Ftable.

i

3

ABSTRAK

AFRIANTO KORGA 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dan Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Agama Islam Siswa Kelas

VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

Mata pelajaran Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran

yang penting di sekolah, terutama bagi sekolah umum yang mayoritas siswanya

beragama Islam. Karena ketuntasan belajar siswa dalam pelajaran Agama Islam

menjadi salah satu penentu untuk kenaikan kelas. Untuk membantu siswa dalam

menerima informasi dan ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru

diperlukan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Beragam strategi

pembelajaran dapat diterapkan, diantaranya strategi kooperatif tipe jigsaw yang

merupakan strategi alternatif secara realitas mampu mengkonstruksi pemahaman

siswa dalam proses pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar

PAI.

Penelitian ini secara spesifik menganalisis Pengaruh Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pengetahuan Awal Terhadap Hasil

Belajar Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar. Penelitian ini

adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian menggunakan model

quasi experiment. Eksperimen dilaksanakan pada siswa kelas VII di SMP Negeri

5 Batusangkar dengan sampel 36 orang. Masing-masing terdiri dari 18 orang kelas

eksperimen dan 18 orang lagi sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan melalui tes

pengetahuan awal dan tes akhir dimulai dari tanggal 18 September sampai 18

Oktober 2012.

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa: (1) tanpa memperhatikan

variabel pengetahuan awal, hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

strategi kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan

menggunakan strategi konvensional dengan hasil perhitungan uji t, t hitung 0.75,

< t tabel 2.03. (2) dengan memperhatikan variabel strategi pembelajaran, hasil

belajar kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar

dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar

dengan strategi pembelajaran konvensional dengan hasil perhitungan uji t, t hitung

5,2 > t tabel 2,03. (3) dengan memperhatikan variabel strategi pembelajaran, hasil

belajar kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar

dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar

siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional dengan hasil perhitungan uji t, t hitung 0,7 < t tabel

2,03. (4) setelah memperhatikan hasil belajar kedua strategi pembelajaran, tidak

terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal terhadap

hasil belajar PAI dengan hasil perhitungan anova F tabel 4,15 > F hitung 1,66.

ii

4

5

6

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Agama Islam Siswa Kelas VII

SMP Negeri 5 Batusangkar”.

Tesis ini disusun dalam rangka penyelesaian studi dan memenuhi

pesyaratan guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Pascasarjana

Universitas Negeri Padang.

Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan, penulis mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abizar selaku pembimbing I

2. Bapak DR. Jasrial, M.Pd selaku pembimbing II, sekaligus selaku ketua

Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas

Negeri Padang.

3. Bapak Prof. DR. H. Mukhaiyar selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Padang

4. Bapak Prof. DR. Ungsi A.O. Marmai, M.Ed selaku dosen penguji

5. Bapak DR. Ramalis Hakim, M.Pd selaku dosen penguji

6. Bapak Prof. DR. Sufyarma Marsidin, M.Pd selaku dosen penguji

7. Bapak dan Ibu dosen program pascasarjana Universitas Negeri Padang

vi

8

8. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati program pascasarjana Universitas

Negeri Padang

9. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Batusangkar dan Ibu Guru bidang studi

Agama Islam di SMP Negeri 5 Batusangkar.

10. Rekan- rekan seperjuangan mahasiswa program studi Teknologi Pendidikan

dan mahasiswa program pascasarjana Universitas Negeri Padang.

11. Istimewa ibunda tercinta Nurbaya atas do‟a, ridha dan semua keikhlasannya,

Istriku tercinta Eka Jumiati, S.Pd.I atas segenap ketulusannya memberi

dukungan, anak-anakku tersayang Maharaja Korga dan Maharatu Korga atas

pengertiannya, adinda Riri Angriani atas pengorbanan waktu dan tenaganya,

serta pihak terkait lainnya yang karena keterbatasan tidak bisa disebutkan

satu- persatu namun turut membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga

Allah membalas segenap kebaikan yang diberikan dengan pahala yang

setimpal.

Penulis menyadari adanya kelemahan dan keterbatasan dalam tesis ini.

Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif demi

kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis bermohon kepada Allah SWT,

semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya dan bagi penulis

khususnya, amin.

Batusangkar, 14 Februari 2013

Penulis,

AFRIANTO KORGA

NIM. 1103939

vii

9

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT.......................................................................................................i

ABSTRAK.........................................................................................................ii

PERSETUJUAN AKHIR TESIS...................................................................iii

PERSETUJUAN KOMISI..............................................................................iv

SURAT PERNYATAAN.................................................................................v

KATA PENGANTAR .,..................................................................................vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………..…1

B. Identifikasi Masalah…………………..…………..……….…..10

C. Pembatasan Masalah.………….……………....……….......….10

D. Perumusan Masalah…………………………………………...11

E. Tujuan Penelitian……………………………………….…......11

F. Manfaat Penelitian………………..……………………..….…12

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori...…………………………...….….…………. 14

1. Hasil Belajar Agama Islam........................….……..……14

2. Pengetahuan Awal Siswa...................................................17

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif..............…..……..……20

4. Strategi Pembelajaran Konvensional.....……............,…...43

B. Penelitian yang Relevan…………………….…….……...……47

C. Kerangka Pemikiran..……………………….……………...…49

D. Hipotesis…………………………….……….………..………52

viii

10

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………………………….………………….…53

B. Tempat dan Waktu Penelitian………….………..……………53

C. Populasi dan Sampel……………….…………………………54

D. Variabel Penelitian .……...………..............……………….…55

E. Defenisi Operasional……………….…………………………55

F. Pengembangan Instrumen…………...………………………..56

G. Rancangan Penelitian…………….…………………...………61

H. Prosedur Penelitian……………….………………….………..63

I. Teknik Pengumpulan Data…….…………………….………..63

J. Teknik Analisis Data…………….….……………….………..64

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data….…………..………………….………......… 66

B. Pengujian Persyaratan Hipotesis............................................. .73

C. Pengujian Hipotesis..................................................................76

D. Pembahasan……………………………………….………..…79

E. Keterbatasan Penelitian.............................................................88

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………….………………….…….…92

B. Implikasi……………………………………………….……...94

C. Saran…………………………………………………….…….95

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………......................97

LAMPIRAN……………………………………………....................................100

ix

11

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester 1 Kelas VII SMPN 5

Batusangkar Tahun Pelajaran 2011/2012 .......................................... 5

Tabel 2 Langkah- Langkah Strategi pembelajaran kooperatif ..........................22

Tabel 3 Langkah-langkah Pembelajaran strategi kooperatif tipe Jigsaw ......... 46

Tabel 4 Langkah-langkah pembelajaran Strategi pembelajaran konvensional. 40

Tabel 6 Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMPN 5 Batusangkar................ 54

Tabel 7 Rancangan PenelitianHal .....................................................................62

Tabel 8 Hasil tes pengetahuan awal dan hasil PAI siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol ........................................................................................ 61

Tabel 9 Hasil Tes Pengetahuan Awal Siswa Kelas Eksperimen .......................67

Tabel 10 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 68

Tabel 11 Tabel distribusi frekuensi pengetahuan awal siswa kelas kontrol .......70

Tabel 12 Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ......................................................71

Tabel 13 Uji Normalitas pengetahuan awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

..............................................................................................................73

Tabel 14 Uji Normalitas hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol..... 73

Tabel 15 Uji Normalitas Pengetahuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol .................................................................................................74

Tabel 16 Uji Normalitas Pengetahuan Awal Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ................................................................................................ 74

Tabel 17 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................... 75

Tabel 18 Uji Homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................... 76

Tabel 19 Uji Hipotesis Pertama ......................................................................... 76

Tabel 20 Uji Hipotesis Kedua ............................................................................ 77

Tabel 21 Uji Hipotesis Ketiga ............................................................................ 78

Tabel 22 Uji Hipotesis Keempat (ANOVA) ...................................................... 78

x

12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Data Base Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil Belajar

Siswa................................................................................. 100

2. Lampiran 2 Data Rangking Pengetahuan Awal Siswa ......................... 102

3. Lampiran 3 Data Pengelompokan Siswa .............................................. 104

4. Lampiran 4 Analisis Deskriptif Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil

Belajar Siswa ................................................................. 105

5. Lampiran 5 Analisis Deskriptif Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil

Belajar Dengan Pengetahuan Awal Tinggi...................... 109

6. Lampiran 6 Analisis Deskriptif Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil

Belajar Dengan Pengetahuan Awal Rendah

....................................................................................... 112

7. Lampiran 7 Uji Normalitas Data Menggunakan Uji Liliefors............... 115

8. Lampiran 8 Uji Homogenitas Menggunakan Uji Varian (Uji F) .......... 125

9. Lampiran 9 Pengujian Hipotesis.......................................................... 127

10. Lampiran 10 Tabel Hitung Frekuensi Pengetahuan Awal Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................... 137

11. Lampiran 11 Tabel hitung frekuensi hasil belajar siswa Kelas eksperimen

dan kelas kontrol............................................................. 138

12. Lampiran 12 Penghitungan nilai korelasi hasil belajar siswa Kelas

eksperimen dan kelas kontrol........................................... 139

13. Lampiran 13 Soal tes kemampuan awal............................................... 142

14. Lampiran 14 Kisi-kisi soal................................................................... 146

15. Lampiran 15 Tes Berdasarkan Indikator ............................................... 148

16. Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Jigsaw......... 156

17. Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional.165

18. Lampiran 18 Foto-foto Penelitian.........................................................174

19. Lampiran 18 Surat izin Penelitian.........................................................179

xi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

pesat dan perubahan yang dinamis perlu disiapkan warga negara termasuk

siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, potensi serta kecakapan

hidup. Semua itu dapat dicapai melalui pendidikan yang merupakan tumpuan

dan harapan karena pendidikan berusaha membekali siswa sehingga

menghasilkan lulusan yang terampil dan ahli di bidangnya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

mutu pendidikan diantaranya dengan menyempurnakan kurikulum, menambah

sarana dan prasarana pendidikan serta meningkatkan mutu guru melalui

proyek pengembangan guru. Selain itu pemerintah juga telah mengeluarkan

UU No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional.

Berhasil tidaknya program pemerintah tersebut sangat didukung oleh

peranan dari berbagai pihak yang terkait dalam dunia pendidikan itu sendiri

termasuk guru. Para guru sebaiknya sudah mulai merubah sistem pengajaran

mereka ke arah yang lebih baik lagi agar dapat mengimbangi program yang

telah diterapkan pemerintah. Di samping, itu guru harus lebih kreatif dalam

memilih strategi dalam pengajaran agar tujuan untuk mendapatkan siswa yang

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas secara berangsur-angsur

dapat terwujud. Suyono (1996: 16) menjelaskan lima hal yang kurang baik

yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. Pertama, guru kurang

1

2

merefleksikan apa yang pernah dilakukan. Kedua, dalam

melaksanakan tugas guru terpancing untuk memenuhi target maksimal yaitu

agar siswa mampu menjawab soal-soal ujian. Ketiga, guru enggan melakukan

peralihan strategi dari apa yang mereka yakini tepat. Keempat, guru selalu

mengeluh tentang kurang lengkap dan banyaknya buku panduan (paket).

Mereka kawatir bila yang diajarkan tidak sesuai dengan soal-soal yang akan

muncul dalam UAS dan UN. Kelima, kecenderungan guru dalam

melaksanakan tugas “hanya” memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan

saja dari apa yang mereka dapat saat membaca buku paket sehingga untuk

dapat mewujudkan siswa agar dapat berfikir logis, kritis dan kreatif kurang

dapat berkembang.

Penguasaan siswa terhadap suatu materi tergantung pada kemampuan

guru dalam memilih strategi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

motivasi siswa untuk belajar. Surahman (1981) menyatakan bahwa strategi

pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana

teknisnya suatu bahan pelajaran kepada siswa-siswa di sekolah.

Dalam proses belajar mengajar penggunaan strategi atau teknik dalam

mengajar tidaklah sama untuk setiap materi pelajaran. Penggunaan strategi

yang tidak tepat dalam proses belajar mengajar akan menyebabkan siswa sulit

untuk menerima informasi dan ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru

yang disebabkan kurang termotivasinya siswa dalam belajar.

Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan

pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan

3

ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Syariat Islam tidak akan dihayati

dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui

proses pendidikan sesuai ajaran Islam dengan berbagai strategi dan

pendekatan dari satu segi kita lihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak

ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal

perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi

lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.

Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu,

pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan

juga karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka

pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.

Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para

ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka

(Drajat, 1992: 25-28). Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses

bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal

peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).

Kesimpulan penulis tentang pendidikan agama Islam adalah usaha

sadar atau kegiatan yang disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus

mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan

kamil) berdasarkan nilai-nilai etika Islam dengan tetap memelihara hubungan

baik terhadap Allah Swt (HablumminAllah) sesama manusia

(hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

4

Dari uraian di atas, dapat dilihat perbedaan-perbedaan antara

pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang

paling menonjol adalah bahwa pendidikan Islam bukan hanya mementingkan

pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga kepentingan orang

lain dan untuk kebahagiaan akhirat. Hal ini sejalan dengan strategi

pembelajaran tipe jigsaw, dimana siswa bukan saja bisa untuk

mengembangkan kemampuan individu siswa dalam mengungkapkan ide atau

gagasan dalam memecahkan masalah, namun sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan sosial dalam mengembangkan rasa harga diri dan hubungan

interpersonal, yang lambat laun kebiasaan ini akan membentuk sikap dan

perilaku yang baik pada anak, baik terhadap dirinya dan juga orang lain di

sekitarnya.

Berdasarkan observasi dan keterangan dari guru Agama Islam di

SMPN 5 Batusangkar pada hari selasa tanggal 20 Maret 2012 terungkap

bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar

masih secara konvensional, antara lain berupa ekspositori, ceramah dan

pemberian tugas, serta kurangnya penggunaan media, karena terlihat pada

umumnya penyampaian materi dengan ceramah. Kurang efektifnya strategi

pembelajaran agama Islam yang diterapkan oleh guru dengan strategi

pembelajaran konvensional dikarenakan kurangnya melibatkan siswa untuk

aktif dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber bacaan yang masih

kurang, lebih dititik beratkan pada buku paket, kurangnya interaksi belajar,

5

baik diantara sesama siswa maupun siswa dengan guru dikelas,

kecenderungan pengajaran dengan ceramah, penggunaan media yang terbatas.

Walaupun demikian dari hasil rata-rata belajar siswa kelas VII SMP

negeri 5 Batusangkar diatas KKM, dimana KKM untuk bidang studi agama

Islam SMP negeri 5 Batusangkar adalah 7,7, sedangkan rata-rata hasil belajar

agama Islam kelas VII dapat dilihat dari data ulangan harian semester 1 Kelas

VII SMPN 5 Batusangkar yang terdapat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.

Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester 1 Kelas VII

SMPN 5 Batusangkar Tahun Pelajaran 2011/2012

Kelas Rata-rata Ulangan Harian Semester 1

VII 1 83

VII 2 84

VII 3 84

Sumber: Guru Agama SMPN 5 Batusangkar

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai ulangan harian

siswa tergolong tinggi melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM),

namun jika dihubungkan dengan kekuarangan diatas tentu hasil belajar

belajar yang tinggi ini perlu menjadi perhatian tersendiri.

Strategi pembelajaran yang digunakan masih kurang melibatkan

seluruh siswa dalam pembelajaran, hal terlihat dari proses pembelajaran yang

berpusat kepada guru (teacher centered) dimana guru masih mendominasi

peran dalam pembelajaran di kelas. Hal ini tentu tidak sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi maupun

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, dimana

6

sangat menuntut adanya keterlibatan dan keaktifan seluruh siswa dalam

pembelajaran.

Untuk meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suatu iklim belajar

yang efektif dan efesien guna meningkatkan hasil belajar siswa, yang dapat

membantu para siswa untuk mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks

kehidupan nyata yang mereka hadapi. Membuat kaitan erat antara akademis

dengan konteks kehidupan nyata membuat siswa dapat merasakan makna dari

belajar di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat disaat siswa menemukan suatu

permasalahan yang menarik, juga saat mereka membuat pilihan, menerima

tanggung jawab, dan mencari informasi, dimana mereka bisa mengaitkan isi

akademis dengan konteks kehidupan nyata dan mencari kesimpulan sehingga

dengan cara ini diharapkan mereka dapat menemukan makna didalam belajar

yang sesungguhnya.

Selain itu ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada

pemikiran bahwa “ anak akan belajar dengan baik jika lingkungan diciptakan

secara alamiah” (Tim Depdiknas, 2002). Belajar akan lebih bermakna jika

anak mengalami sendiri hal-hal yang dipelajarinya, dapat mengkonstruksikan

pengetahuan serta mampu memberi makna pada pengetahuan yang mereka

peroleh, tidak hanya sekedar mengetahuinya saja. Dengan demikian siswa

diharapkan mempunyai kemampuan memecahkan masalah.

Strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan strategi kontekstual

adalah : CBSA, metode proses, life skill education, authentic instruction,

7

inquiry-based learning, cooperative learning dan service learning (Nurhadi,

2002: 6). Jika dilihat lebih jauh, kooperatif learning sangat relevan dengan

tujuan yang ingin dicapai Kurikulum Berbasis Kompetensi, apalagi kalau

dikaitkan dengan berbagai life skill yang harus dikuasai siswa, misalnya dalam

kecakapan berfikir rasional (thinking skill), siswa dituntut memiliki kecakapan

menggali dan menemukan informasi dan mengambil keputusan serta

kecakapan dalam memecahkan masalah. Selain itu siswapun dituntut untuk

memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan berkomunikasi dan

bekerjasama.

Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam pembelajaran agama Islam

sangat dituntut keaktifan dan interaksi sesama komponen dalam pembelajaran

itu sendiri. Untuk meningkatkan aktivitas serta interaksi tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pelaksanaan strategi

pembelajaran kooperatif (Cooperative) sebagaimana yang dikemukakan oleh

Slavin (1994:287) bahwa strategi pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran secara kelompok dimana siswa belajar dalam kelompok kecil

yang terdiri dari empat sampai lima orang yang saling bekerja sama, saling

membantu dan memahami materi dan tugas yang diberikan oleh guru.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran

kooperatif tidak hanya mementingkan penguasaan materi tetapi lebih dari itu

strategi pembelajaran kooperatif juga melatih siswa tentang hubungan sosial

karena strategi pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil

yang saling membantu.

8

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama. Suasana

kelas dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lain. Dalam pembelajaran yang menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok

yang terdiri dari siswa yang heterogen, baik dari segi ras, agama Islam, jenis

kelamin, maupun intelegensi. Dengan keadaan anggota yang heterogen,

masing- masing anggota kelompok mempelajari sesuatu yang belum diketahui

dengan saling melengkapi satu sama lain dan seluruh siswa memberi

sumbangan untuk mencapai tujuan.

Keberhasilan kelompok pada penerapan strategi pembelajaran

kooperatif sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Pada penilaian,

setiap siswa selain memperoleh nilai sendiri juga memperoleh nilai kelompok.

Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan jawaban setiap anggotanya. Dengan

cara ini siswa yang kurang pandai diharapkan dapat terpicu untuk

meningkatkan usahanya dalam belajar, karena mereka diwajibkan memberi

sumbangan nilai pada kelompok, artinya dengan cara ini siswa dituntut untuk

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Salah satu tipe Strategi Pembelajaran Kooperatif adalah Jigsaw,

dimana dalam Strategi Pembelajaran tipe Jigsaw guru melakukan

pembelajaran dengan terlebih dahulu membuat kelompok siswa yang masing-

masingnya terdiri dari 4-5 siswa, kemudian masing-masing siswa dalam satu

kelompok diberikan bagian bahan pelajaran yang berbeda-beda. Anggota

9

kelompok yang memiliki tugas untuk mempelajari bahan pelajaran yang sama

dengan anggota kelompok lain, diperintahkan untuk belajar bersama. Setelah

selesai mempelajari bahan pelajaran dengan temannya yang memiliki tugas

sama, selanjutnya siswa kembali kekelompok masing- masing untuk saling

berbagi mengenai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya. Dalam hal ini

siswa saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lain.

Dari uraian diatas terlihat bahwa penerapan strategi kooperatif tipe

Jigsaw dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat cocok sekali,

selain dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas, juga dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Sehingga siswa mampu memahami dan menghayati agama

Islam dengan baik, dimana pada akhirnya siswa dapat menjadikan ajaran-ajaran

agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga

dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.

Salah satu aspek yang turut mempengaruhi hasil belajar adalah

pengetahuan awal, setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda,

dengan mengetahui pengetahuan awal guru dapat menetapkan darimana harus

memulai pelajaran. Pada dasarnya pengetahuan awal merupakan keadaan

pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa

sebelum mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru, dengan perbedaan

tersebut siswa berpeluang untuk mencapai kempetensi secara maksimal

sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini

pengetahuan awal nantinya berfungsi sebagai kontrol.

10

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Agama Islam Siswa Kelas VII

SMP Negeri 5 Batusangkar ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Kurang efektifnya strategi pembelajaran agama Islam yang diterapkan oleh

guru dengan strategi pembelajaran konvensional, karena kurang

melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Penggunaan sumber bacaan guru yang masih kurang, lebih dititik beratkan

pada buku paket.

3. Kurangnya interaksi belajar, baik diantara sesama siswa maupun siswa

dengan guru dikelas

4. Kecenderungan pengajaran dengan ceramah

5. Penggunaan media yang terbatas

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengusahakan kebaikan dengan prestasi akan ada berbagai hal

yang saling terkait. Hal tersebut misalnya prosedur, media, strategi

pembelajaran, dan lain sebagainya. Mengingat karakteristik sasaran maka

peneliti memperkirakan khusus untuk strategi pembelajaran, maka strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan efektif untuk mengatasinya.

11

D. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada hasil

belajar agama Islam kelompok siswa yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional ?

2. Apakah hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang memiliki

pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar agama Islam

kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar

dengan strategi pembelajaran konvensional ?

3. Apakah hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang memiliki

pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada kelompok siswa yang

memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional ?

4. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan

awal terhadap hasil belajar agama Islam ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam

siswa .

11

12

2. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam

kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi.

3. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam

kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah.

4. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal

siswa terhadap hasil belajar agama Islam siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran

PAI, terutama dalam penggunaan strategi pembelajaran di kelas.

2. Siswa

Untuk dapat membantu peningkatan semangat belajar, sekaligus dalam

peningkatan hasil belajar.

3. Bagi kepala sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, terutama

dalam mengarahkan guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang

efektif dan efesien.

13

4. Penulis

Sebagai karya ilmiah untuk pengembangan kompetensi dan pemenuhan

salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program pasca sarjana (S2)

jurusan dan program studi teknologi pendidikan (TP)

5. Peneliti selanjutnya

Sebagai acuan dalam penelitian maupun pengembangan lebih lanjut

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar Agama Islam

Belajar dan hasil belajar Agama Islam adalah dua hal yang

memiliki keterkaitan yang kuat. Sudjana (1989: 5) menjelaskan belajar

adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan

tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain

kemampuan. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1989 : 22)

Tengku (2001: 82) mengungkapkan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan yang diperoleh dalam proses belajar. Sebelumnya

Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diukur dengan

evaluasi . Selanjutnya Kemp (1995) menyatakan bahwa hasil belajar akan

terlihat dengan adanya tingkah laku baru pada tingkat kemampuan berfikir

atau kemampuan jasmaniah

Menurut Gagne dkk, hasil belajar merupakan pengalaman-

pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk pengetahuan –

pengetahuan tertentu. Lebih lanjut Sardiman (1992: 25) menjelaskan

bahwa hasil belajar yang dikembangkan menurut taksonomi Bloom dapat

dibagi tiga ranah, yaitu 1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar

14

15

intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan (ingatan),

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2) Ranah afektif,

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah

Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak yang terdiri dari lima aspek yaitu gerak refleks, keterampilan

gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan, dan ketepatan serta

gerakan keterampilan kompleks. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan

daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil

belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil

penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek

: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,

hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap, dan lain-lain. Menurut

Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan

terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak

tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. (Oemar,

2004)

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan

mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan

16

psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesikannya bahan pelajaran.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh

guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley dalam (Sudjana, 2005:22) membagi 3 macam

hasil belajar yakni 1) Keterampilan dan kebiasaan, 2) Pengetahuan dan

pengertian dan 3) sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini

menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini

akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam

kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang

telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu

lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar

turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai

hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Sedangkan yang dimaksud dengan hasil belajar Agama Islam

dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku siswa yang dinyatakan

dengan skor yang diperoleh dari tes hasil belajar setelah proses

17

pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil

belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar Agama

Islam pada ranah kognitif yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka

atau skor pada tes akhir setelah diterapkannya strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw .

2. Pengetahuan Awal Siswa

Pengetahuan awal antara masing- masing siswa mempunyai

perbedaan, hal ini disesabkan setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan

yang berbeda. Mulyadi (2004) menjelaskan bahwa pengetahuan awal

siswa mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Pengetahuan awal

siswa sebelum mulai belajar sesuatu banyak membawa pengaruh terhadap

hasil belajar yang akan dicapai. Dengan mengetahui pengetahuan awal

guru dapat menetapkan darimana harus memulai pelajaran. Pengetahuan

awal dimaksud adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah

dimiliki, yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari (Ali , 1996: 74)

Ali (1996) menyatakan bahwa pengetahuan awal siswa sebelum

mulai mempelajari sesuatu bahan atau materi dikenal dengan istilah entry

behavior. Muhammad Ali menjelaskan bahwa entry behavior pada

dasarnya merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus

dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum mempelajari pengetahuan atau

18

keterampilan baru, pengetahuan awal yang didemondtrasikan siswa

sebagai entry behavior adalah bersifat individual.

Ausubel (dalam Ali, 1996) menyatakan bahwa entry behavior bisa

diartikan dengan readines (kesiapan). Readines tersebut adalah keadaan

kapasitas siswa secara memadai dalam hubungannya dengan tujuan

pembelajaran.

Fajar (2002: 14) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar

perlu penyediaan pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan

awal siswa sambil memperluas dan menunjukan keterbukaan pada cara

pandang. Setiap siswa pasti memiliki prakonsep/ konsep awal tentang

segala sesuatu yang akan dipelajari. Siswa berpeluang untuk mencapai

kempetensi secara maksimal sesuai dengan tingkat kemampuan yang

dimiliki (Masnur, 2008: 74)

Piaget (dalam Paul, 1997: 33 dan Suparno) mengatakan :

Dalam Pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal

(skemata). Setiap skemata berperan sebagai suatu filter dan

fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman yang baru. Skema

mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip

dasar melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat

dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi. Bila

pengalaman baru itu masih berkesesuaian dengan skema yang

dipunyai seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan

melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru sungguh

berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang alam

tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman, skema yang

lama diubah sampai ada keseimbangan lagi.

19

Pengetahuan awal siswa sebelum mulai mempelajari suatu bahan,

banyak membawa pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Dengan

mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menetapkan dariman

harus memulai pelajaran. Pengetahuan awal dimaksudkan adalah tingkat

pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki, yang lebih rendah dari

apa yang akan dipelajari.

Pengetahuan awal yang didemonstrasikan siswa sebagai entry

behavior bersifat individual, sehingga untuk mengenalnya guru dapat

menetapkan darimana harus memulai pelajaran. Ada tiga dimensi dari

entry behavior yang perlu diketahui oleh guru sebagaimana yang

dinyatakan Djamarah (2004: 13) yakni :1) Batas-batas ruang lingkup

materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa, 2)

Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kemampuan yang telah

dimiliki siswa, dan 3) Kesiapan dan kematangan fungsi psikofisik.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti simpulkan bahwa

pengetahuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum

melakukan kegiatan pembelajaran. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa

ini diperoleh dari penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya yang

relevan dengan materi Pelajaran Agama Islam yang diajarkan.

20

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

merupakan pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya untuk

menguasai akademik semata, prosesnya mengajarkan siswa untuk

saling bekerja sama dan saling membantu dalam kelompoknya serta

saling memahami sehingga terciptanya hubungan sosial. Ibrahim

(2000 : 2) menyatakan bahwa: “Strategi pembelajaran kooperatif tidak

hanya membantu siswa dalam belajar isi akademik dan keterampilan

semata namun juga melatih siswa untuk tujuan-tujuan hubungan sosial

dan manusia”.

Anita Lie (2005: 5) juga menyatakan bahwa “strategi

pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam

kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama untuk sampai pula

pengalaman individu dan pengalaman kelompok”. Dalam strategi

pembelajaran kooperatif selain untuk menguasai akademik siswa juga

akan terlatih untuk dapat saling bekerja sama dalam belajar serta dapat

memperoleh pengalaman-pengalaman baru berupa pengalaman

individu dan pengalaman kelompok.

Menurut Tim Depdiknas (2005: 14) strategi pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja

sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan

21

adanya kerjasama siswa dalam belajar maka diharapkan dapat saling

bertukar pikiran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Ciri-ciri strategi pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6)

adalah:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya siswa belajar

dalam kelompok secara kooperatif.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari

beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda

maka diusahakan agar dalam setia kelompok juga terdiri

dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari

pada perorangan.

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting

menurut Tim Depdiknas (2005 : 15) yaitu:

1) Hasil belajar akademik strategi pembelajaran kooperatif

bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap keragama Islamn model kooperatif

bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya

yang memiliki berbagai macam perbedaan latar

belakang.

3) Pengembangan keterampilan sosial, model kooperatif

bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial

siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam strategi

pembelajaran kooperatif antara lain: 1) berbagi tugas, 2)

aktif bertanya, 3) menghargai pendapat orang lain, 4)

memancing teman untuk bertanya, 4) mau menjelaskan

ide atau pendapat, 5) bekerja dalam kelompok 6) dan

sebagainya.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

bertujuan agar kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akademik

dapat meningkat. Disamping itu strategi pembelajaran kooperatif juga

22

melatih siswa untuk bekerja sama dengan kelompok serta saling

membantu sehingga siswa juga akan terlatih dalam berhubungan sosial.

Pada model strategi pembelajaran kooperatif terdapat enam

langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri

dengan memberi penghargaan terhadap usaha kelompok maupun

individu. Langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif dari awal

sampai akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.

Langkah- Langkah Strategi pembelajaran kooperatif

Fase Ke Indikator Aktivitas/ Kegiatan Guru

1 Menyampaikan tujuan

pembelajaran dan motivasi

siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan

memotivasi siswa

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau

lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa

dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana cara membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok untuk

belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari

dan masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

6 Memberikan penghargaan Guru memberi cara-cara untuk

menghargai usaha atau hasil belajar

individu maupun kelompok

Sumber: Muslim Ibrahim (2000: 8)

23

b. Unsur dan Karakteristik Strategi pembelajaran kooperatif

Pada strategi pembelajaran kooperatif terdapat beberapa

unsur-unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, seperti: adanya

kerja sama, anggota kelompok heterogen, keterampilan kolaboratif,

saling ketergantungan. Johnson & Johnson (Lie,2005) menyatakan

bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur strategi

pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan positif, kegagalan dan keberhasilan

kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota

kelompok. Oleh karena itu sesama anggota kelompok

harus merasa terikat dan saling tergantung positif.

2) Tanggung jawab perseorangan ,setiap anggota kelompok

bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran

karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari

seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.

3) Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan

memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok

karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan

masing-masing anggota kelompok.

4) Komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap

muka terjadi diskusi,maka keterampilan berkomunikasi

antar anggota kelompok sangatlah penting.

5) Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam

kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok . Untuk

mengetahui keberhasilan kerja kelompok dilakukan

melalui evaluasi proses kelompok.

Sedangkan Arends (1997:115) berpendapat bahwa unsur-unsur dasar

belajar kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa

mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

24

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama diantara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/

penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua

anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Lebih lanjut Bennet (1991) dan Jacobs (1999) menjelaskan unsur-

unsur yang terdapat dalam strategi pembelajaran kooperatif, sebagai

berikut:

1) Saling ketergantungan secara positif

Saling ketergantungan secara positif adalah perasaan

antar kelompok siswa untuk membantu setiap orang dalam

kelompok tersebut. Saling ketergantungan secara positif berarti

bahwa anggota-anggota kelompok merasakan bahwa mereka

”tenggelam atau berenang bersama” (Bennet, 1991; Jacobs, 1999).

Cara-cara mempromosikan saling ketergantungan secara positif

dalam kelompok meliputi: tujuan, penghargaan, peranan, sumber,

dan identitas. Secara ringkas, masing-masing dijelaskan sebagai

berikut

Saling ketergantungan tujuan akan muncul secara positif

apabila kelompok membagi tujuan bersama. Demikian juga, saling

ketergantungan penghargaan akan muncul secara positif apabila

masing-masing penghargaan anggota kelompok digunakan oleh

anggota kelompok yang lain. Contoh saling ketergantungan ini

25

misalnya, masing-masing siswa dapat memperoleh bonus jika

setiap orang dalam suatu kelompok mereka memperoleh skor

diatas 80% pada suatu tes, atau setiap orang dalam kelompok dapat

memperoleh waktu istirahat ekstra jika proyek kelompok mereka

dikerjakan secara memuaskan. Penghargaan tersebut bergantung

pada apakah ada motivasi kelas secara khusus dan flosof guru pada

penghargaan.

Saling ketergantungan peranan secara positif berarti

bahwa anggota-anggota ditugasi secara komplementer dan saling

berbagi tanggung jawab dalam melengkapi suatu tugas. Peranan ini

akan bergilir, apakah untuk sebuah aktivitas atau untuk aktivitas-

aktivitas berbeda. Contoh, dalam suatu kelompok tiga yang

membaca sebuah unit buku, satu orang dapat berfungsi sebagai

peringkas masing-masing seksi dari unit tersebut, yang lain dapat

berfungsi sebagai elaborator yang memberikan contoh-contoh atau

mengaitkan materi untuk apa anggota kelompok mengetahui.

Saling ketergantungan sumber secara positif berarti

bahwa anggota hanya memiliki suatu porsi informasi, materi, atau

alat-alat yang diperlukan untuk melengkapi suatu tugas. Aktivitas-

aktivitas Jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan

sumber secara positif, karena dalam masing-masing home team

tidak seorangpun dapat memperoleh semua informasi secara

lengkap, masing-masing akan memperoleh potongan-potongan

26

informasi dengan persepsi berbeda. Jadi, siswa perlu membagi

sumber agar berhasil memecahkan masalah. Contoh lain, suatu

eksperimen fisika di laboratorium anggota kelompok berbeda

memiliki perangkat-perangkat peralatan yang berbeda.

Saling ketergantungan identitas secara positif berarti

bahwa kelompok tersebut membagi identitas umum. Hal ini dapat

mendorong siswa untuk memilih nama kelompok, bendera, motto,

jabat tangan, dan sebagainya. Negara, perkumpulan kelompok

olahraga dan sekolah-sekolah menggunakan ini, dan cara lain untuk

mencoba menciptakan suatu pembagian identitas antar negara,

anggota, siswa, dan staf mereka.

2) Tanggung Jawab Individu

a) Satu hal yang sering terjadi pada saat siswa bekerja dalam

kelompok adalah adanya beberapa anggota kelompok yang

mengakhiri semua pekerjaannya, hal ini dapat terjadi karena

beberapa siswa mencoba menghindari bekerja atau karena

yang lain ingin mengerjakan semua pekerjaan kelompok. Jadi,

mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi

dan belajar adalah suatu unsur yang sangat realistis (Jacob,

1999). Untuk melakukan hal ini kita memerlukan setiap orang

merasakan bertanggung jawab secara individual untuk

keberhasilan kelompok mereka.

27

b) Terdapat banyak cara menstrukturisasi kegiatan kelompok

untuk memajukan rasa tanggung jawab individual tersebut

(Jacob, 1999), antara lain:

1. Masing-masing siswa secara individual mengerjakan

kuis, melengkapi tugas, atau membuat ringkasan

tentang materi yang dipelajari.

2. Anggota-anggota kelompok dipanggil secara

random untuk menjawab pertanyaan dan atau untuk

menjelaskan jawabannya.

3. Masing-masing anggota kelompok memiliki suatu

peranan yang telah dirancang untuk mereka

tampilkan. Peranan ini bisa bergilir. Contoh, suatu

pelajaran dapat dibagi-bagi menjadi bagian kecil.

Anggota pasangan masing-masing membaca bagian

pertama secara diam. Kemudian, satu orang

meringkas bagian tersebut dan yang lain menyusun

pertalian antara bagian yang satu dengan materi lain

yang dipelajari di kelas atau dengan aspek-aspek

kehidupan mereka. Peranan ini bergilir pada bagian

materi selanjutnya untuk bacaan tersebut.

4. Masing-masing anggota utamanya

bertanggungjawab untuk satu bagian proyek

kelompok mereka. Contoh, jika kelompok membuat

laporan tentang Korea, satu anggota menulis

sejarahnya, yang lain menulis struktur geografnya,

yang lain menelusuri bidang seninya, dan anggota

keempat menulis latar belakang agamanya.

3) Pengelompokan Secara heterogen

Beberapa pakar strategi pembelajaran kooperatif

merekomendasikan bahva pengelompokkan para siswa secara

heterogen menurut prestasi, kecerdasan, etnik, dan jenis kelamin

dapat dilakukan oleh guru (Jacobs, I999). Mencampurkan siswa

berdasarkan prestasi didorong untuk mempromosikan sistem tutur

teman sebaya, mengelompokkan siswa yang berprestasi rendah

28

dengan model kebiasaan yang baik, dan memperbaiki huhungan

antar para siswa.

Memperbaiki hubungan juga alasan untuk mencampur

para siswa berdasarkan etnik yang berbeda dalam kelompok yang

sama. Bekerja bersarma dalam mencapai tujuan bersama dapat

membantu rnenghapus rintangan dan membangun persahabatan.

Tambahan lagi hahwa siswa dan kelompok etnik yang berbeda

sering membawa perspektif yang unik dalarn diskusi kelompok.

Pengkombinasian perspektif ini juga merupakan suatu rasional

untuk mencampur para siswa herdasarkan jenis kelamin. Hasil

keanekaragama Islamn perspektif tersebut dapat memperkaya

pemikiran para siswa.

Biasanya, pengelompokan siswa secara heterogen yang

paling baik ditentukan atau dipilih oleh guru, siapa yang akan

masuk ke kelompok atas atau kelompok bawah. Apabila para siswa

memilih teman kelompok mereka, mereka sering memilih orang

yang paling mereka senangi. hal ini dapat mengarahkan cliques

(kelompok- kelompok yang tidak sehat) dan faktor lain yang

bekerja menentang kohesivitas hubungan kelas.

29

4) Keterampilan-Keterampilan Kolaboratif

Kebanyakan para guru di sekolah menyarankan para

siswanya untuk belajar dalarn kelompok, karena guru sangat

mengetahui bahwa para siswanya kurang memiliki keterampilan-

keterampilan untuk bekerjasama dalam belajar secara efektif

berkaitan dengan konten akademik. Guru hendaknya menyadani

pentingnya keterampilan keterampilan kolaboratif untuk dirniliki

oleh setiap siswa, tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan

mencapai prestasi maksimal di sekolah, tetapi juga untuk mencapai

sukses dalarn karir di luar sekolah bersama ternan dan keluarga

mereka maupun dengan orang lain.

Para guru dalam memilih suatu keterampilan kolaboratif

hendaknya lebih menekankan pada kesesuaian dengan karakteristik

masing-masing pelajaran. Namun tidak menutup kemungkinan

bahwa akan terdapat keterampilan yang sama untuk beberapa

pelajaran. Terdapat enam langkah (Jacobs, 1999) dalam mengajar

keterampilan kolaboratif.

a) Para siswa melihat kebutuhan akan keterampilan tersebut. ini

dapat dilakukan dengan menanyakan siswa bagaimana

keterampilan tersebut muncul dalam pengalaman mereka

sendiri, dengan menjelaskan mengapa ketrampilan kolaboratif

30

penting di dalam dan di luar sekolah (sekarang dan yang akan

datang), dan melalui penayangan kesempatan.

b) Para siswa perlu pemahaman yang jelas mengenai apa

keterampilan kolaboratif tersebut. Satu cara untuk mencapai

pemahaman ini adalah kelas tersebut mengembangkan daftar

rnengenai suatu keterampilan kolaboratif seperti melihat dan

mendengar. Contoh, ada seorang pendengar yang baik dapat

seperti melihat orang ketika mereka bercakap-cakap dengan

kita. Dia dapat seperti bunyi menggunakan ekspresi seperti

“uh-huh” dan “benar” sementara orang bercakap-cakap kepada

kita untuk menunjukkan kita apakah mereka berkata.

c) Para siswa mungkin memerlukan praktek keterampilan

kolaboratif. ini dapat dilakukan melalui aktivitas-aktivitas

seperti demonstrasi oleh guru, sandiwara peranan, dan

permainan. Di sini dapat digunakan baik contoh positif

maupun contoh negatif.

d) Keterampilan tersebut hendaknya dipadukan dalam aktivitas-

aktivitas pembelajaran. Contoh, jika kelompok mengerjakan

proyek bersama, mereka dapat ditanyakan menggunakan

keterampilan tersebut untuk mendorong yang lain

berpartisipasi. Cara lain, adalah anggota kelompok diberikan

peranan secara bergiliran berdasarkan keterampilan

31

keterampilan kolaboratif. Misalnya, seorang siswa berperan

sebagai pemuji, yang lain sebagai paraphaser (yang dipuji),

yang ketiga sebagai fasilitator, dan siswa yang kempat sebagai

penanya. Guru dapat berkeliling-keliling antar kelompok dan

mengamati penggunaan keterampilan kolaboratif yang

dirancang, dan para siswa dapat pula mengamati diri sendiri

dan anggota kelompok mereka dalam menggunakan

keterampilan kolaboratif tersebut .

e) Pemrosesan interaksi kelompok adalah penting. Satu dan

anggota lainnya dan home team siswa akan memberikan

penjelasan kepada siswa lainnya. Keenam, sekali keterampilan

tersebut dipikirkan, para guru perlu mendorong para siswa

untuk tekun dalam penggunaannva. Pada mulanya,

menggunakan keterampilan tersebut mungkin kelihatan aneh/

canggung dan artifciel. Memang memerlukan waktu untuk

menjadi terbiasa dalam suatu keterampilan.

Cara-cara untuk tekun tersebut, termasuk tekun untuk

memberitahukan orang tua tentang keterampilan mana yang

dipraktekkan dan menanyakan kesediaan mereka untuk membantu,

memperlakukan keseluruhan sekolah mengerjakan keterampilan

yang sama, menggunakan isyarat, dan menggunakan keterampilan

tersebut pada pembelajaran sekarang dan pada tahun berikutnya.

32

5) Pemrosesan Interaksi Kelompok

Sebagai bagian dan masing-masing unit, di mana strategi

pembelajaran kooperatif digunakan, waktu hendaknya

direncanakan paling tidak satu kali untuk para siswa mendiskusikan

bagairnana sebaiknya kelompok mereka bekerja bersama.

Pemrosesan interaksi kelompok ini membantu kelompok belajar

untuk berkolaborasi dengan lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan

selama atau di akhir kegiatan.

Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek

(Jacob, 1999). Pertama, menjelaskan tentang keberfungsian

kelompok. Contoh, anggota khusus dapat dipuji dalam waktu

tertentu saat mereka membantu menjelaskan poin yang sulit untuk

teman kelompok mereka. Kedua, kelompok akan mendiskusikan

apakah interaksi mereka perlu diperbaiki.

Kadang-kadang, guru akan meminta bahwa keterampilan

keterampilan kolaboratif khusus didiskusikan selama pemerosesan

interaksi kelompok. Guru dapat menanyakan siswa untuk

berkosentrasi bagaimana sebaiknya kelompok mereka yang tidak

membuat seseorang berhasil memahami suatu poin sebelum

melanjutkan. Pemrosesan interaksi kelompok adalah suatu unsur

kunci strategi pembelajaran kooperatif, karena dia memberikan

siswa manfaat balikan mengenai keterampilan kelompok mereka

33

dan dia memperkenalkan kepada para siswa bahwa suatu hal yang

penting adalah bagaimana sebaiknya mereka bekerja secara

bersama.

6) Interaksi Tatap Muka ( face to face interaction)

Para siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu

dengan yang lain sementara mereka bekerja. Mereka mungkin

berkomunikasi secara verbal dan/ atau nonverbal. Interaksi akan

terjadi antar siswa. Ketika para siswa ditanyakan untuk bekerja

secara independen untuk seperangkat masalah, mereka secara reel

mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri dan kemudian

berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jawaban

tersebut. Teknik ini mencirikan interaksi tatap muka, yang

sekaligus membedakannya dengan iklim pembelajaran

individualistic.

Pertanyaan sering diajukan oleh kelompok strategi

pembelajaran kooperatif yang harus mengerjakan dengan jadwal

waktu untuk interaksi tatap muka. Kapan dan seberapa sering

kelompok itu berjumpa? Berapa banyak waktu, selama atau di luar

jam sekolah, akankah kelompok dapat menghadiri pertemuan?

Dukungan unsur-unsur lain misal, pendidikan khusus, pathologist,

bahasa percakapan, pengajaran asisten? Yang akan diregulasi

anggota kelompok? Kapan seharusnya orang yang mendukung para

34

siswa berada di dalam kelas (misalnya, guidance concelors, health

professional, konsultan luar, therapists) mengikuti pertemuan? Apa

arti anggota kelompok menyiarkan informasi secara cepat antar

mereka ketika perencanaan pertemuan formal tidak dijadwal

(misalnya, log komunikasi, sebuah papan buletin elektrik di kelas

komputer, catatan; “post-il”).

Pertanyaan tentang interaksi tatap muka akan dijawab

melalui diskusi anggota kelompok dan kesepakatan secara

kolaboratif. Waktu harus ditata untuk anggota-anggota kelompok

untuk tidak hanya merencanakan pelajaran kooperatif, tetapi juga

untuk mengevaluasi keefektifan pelajaran tersebut. Kebutuhan

untuk interaksi tatap muka juga mempengaruhi ukuran kelompok.

Literatur pada penataan strategi pembelajaran kooperatif

menganjurkan bahwa hendaknya tidak Iebih lima atau enam

anggota dalam suatu kelompok (Johnson, 1984). Keterbatasan

ukuran tersebut juga herlaku untuk kelompok-kelompok dewasa

jika masing-masing anggota memiliki cukup waktu selama

pertemuan.

Secara ringkas dapat disimpulkan hahwa suatu kerangka

teoritik dan empirik yang kuat untuk belajar kooperatif mencerminkan

pandangan bahwa manusia belajar dan pengalaman mereka dan

partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar

35

keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan

rnengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis.

Lundgren (1994) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim,

dkk (2000:7-8) yaitu: 1) untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa strategi ini

unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

2) memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang

penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan,

3) mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan

kolaborasi.

c. Strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah tipe

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson's

(Anita Lie, 2005). Model pembelajaran ini didesain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

36

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik

kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa padat berkembang.

Pembelajaran tipe ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa

dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri

dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan

kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok

diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik

kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen

beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disajikan

dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut

kepada anggota tim lain. Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman

lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu

permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang

heterogen sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi,

dua atau tiga siswa berkemampuan sedang, dan seorang siswa

berkemampuan kurang.

Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji

cobakan oleh Ellot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin.

37

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan empat

sampai enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu

bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota

kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan

dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas

mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik

tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim

ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah

dipelajarinya dan didiskusikan didalam kelompok ahlinya untuk

diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

Dalam model pembelajaran ini, siswa bekerja dalam tim-tim

yang bersifat heterogen. Siswa diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk

dibaca, dan diberi “expert sheets” (lembar pakar) yang berisi topik-

topik yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan

fokus ketika membaca. Bila setiap anggota telah selesai membaca,

siswa dan tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

dalam “kelompok pakar” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar

tiga puluh menit. Para pakar tersebut kemudian kembali ke tim

mereka masing-masing dan bergiliran mengajar teman-teman dalam

tim tentang topik mereka. Akhirnya, para siswa membuat asesmen

yang mencakup semua topik, dan skor kuis menjadi skor tim. Skor

38

yang dikontribusikan para siswa kepada tim-tim mereka didasarkan

pada sistem skor perbaikan individu, dan para siswa pada tim-tim

yang mendapatkan skor tinggi bisa menerima sertifkat atau tanda

penghargaan lainnya.

Dengan demikian, siswa dapat termotivasi untuk mempelajari

materi tersebut dengan baik dan bekerja keras dalam kelompok-

kelompok pakar sehingga mereka dapat membantu tim mereka bekerja

dengan baik. Kunci bagi keberhasilan Model Jigsaw adalah saling

ketergantungan: setiap siswa tergantung pada teman-teman dalam tim

untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk mendapatkan

penilaian yang baik atas pekerjaan mereka.

Dalam proses pembelajaran, menurut Slavin (1994:2) ada

beberapa tahap yang harus dilakukan untuk menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu :

1. Guru harus mempersiapkan materi yang akan dipelajari siswa

2. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 4-5 orang

yang heterogen

3. Guru membagikan tugas kepada tiap-tiap siswa

4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan tugas yang telah

diberikan dengan kelompok lain yang memiliki tugas yang sama.

Jika guru ingin agar siswa mendiskusikan materi itu disekolah,

maka guru harus memperhatikan/ mempertimbangkan alokasi

waktunya.

39

5. Setelah belajar bersama dengan anggota kelompok lain yang

memiliki tugas sama, siswa kembali ke kelompok masing-masing

untuk mengerjakan kuis

6. Guru memberikan penguatan kepada kelompok yang berhasil

menyelesaikan kuis dengan baik.

Persoalan yang sering muncul adalah menyangkut

akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering

diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota

kelompok lainnya hanya "mendompleng" keberhasilan "pemborong".

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok

dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman

memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih

pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial yang

diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelolah

konflik secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus

melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi

jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

40

Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan

oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru

memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok

yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak

hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal

(hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Bila dibandingkan

dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw

memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

Menurut Ibrahim dkk (2001), keuntungan strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu dapat mengembangkan

tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan

dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar

lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada

dari guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat

memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan

intelektual siswa.

Strategi pembelajaran tipe jigsaw memiliki beberapa

keunggulan dalam memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan

potensi diri (Tri: 2012), diantaranya:

1. Dapat menambah kepercayaan siswa akan kemampuan berpikir

kritis.

2. Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.

41

3. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau

gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.

4. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa

harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.

5. Waktu pelajaran lebih efisien dan efektif.

6. Dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.

Sedangkan yang menjadi kelemahan strategi pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw (Bachtiar Toto, 2011) adalah:

1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah "peer teaching",

pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena

perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di

diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan

guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi

"missconception".

2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi

menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa

percaya diri. Pendidik harus mampu memainkan perannya dalam

menfasislitasi strategi ini.

3. Penilaian siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus

sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas

tersebut.

42

4. Awal penggunaan strategi ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya

butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum

pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

5. Aplikasi strategi ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa)

sangatlah sulit.

Berdasarkan pendapat diatas, yang peneliti maksudkan

dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah rancangan

pembelajaran berupa perangkat pembelajaran untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi

yang diberikan, tetapi juga harus memberikan materi tersebut kepada

kelompoknya. Peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran tipe

Jigsaw adalah bahan (materi) untuk masing-masing siswa, soal-soal

kuis dan lembar pemberian skor.

Tabel 3.

Langkah-langkah Pembelajaran strategi kooperatif tipe Jigsaw

No Tahapan Kegiatan Pembelajaran

1 Pendahuluan 1. Guru memotivasi siswa

2. Guru memberi informasi latar belakang

pelajaran dan pentingnya pelajaran

2 Persiapan 1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang

disebut kelompok inti, beranggotakan 4-5

orang. Setiap siswa diberi nomor kepala

misalnya A, B, C, D.

2. Guru membagi wacana/ tugas sesuai

dengan materi yang diajarkan. Masing-

masing siswa dalam kelompok inti

mendapat wacana/ tugas yang berbeda,

nomor kepala yang sama mendapat tugas

yang sama pada masing-masing

kelompok.

43

3. Guru mengumpulkan masing-masing

siswa yang memiliki wacana/ tugas yang

sama dalam satu kelompok yang disebut

kelompok ahli, sehingga jumlah

kelompok ahli sama dengan jumlah

wacana atau tugas yang telah

dipersiapkan oleh guru.

3 Kegiatan Inti 1. Dalam kelompok ahli ini guru

menugaskan agar siswa belajar bersama

untuk menjadi ahli sesuai dengan

wacana/ tugas yang menjadi tanggung

jawabnya.

2. Guru menugaskan bagi semua anggota

kelompok ahli untuk memahami dan

dapat menyampaikan informasi tentang

hasil dari wacana / tugas yang telah

dipahaminya kepada kelompok ahli.

3. Apabila tugas telah selesai dikerjakan

dalam kelompok ahli, masing-masing

siswa kembali ke kelompok kooperatif

asal/ kelompok inti.

4. Beri kesempatan secara bergiliran

masing-masing siswa untuk

menyampaikan hasil dari tugas di

kelompok inti.

5. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan

tugasnya secara keseluruhan, masing-

masing kelompok menyampaikan

hasilnya dan guru memberikan

klarifilkasi/ penguatan.

4 Penutup 1. Guru memberi informasi kepada siswa

tentang materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya

2. Guru memberikan PR

4. Strategi Pembelajaran Konvensional

Strategi pembelajaran konvensional merupakan strategi

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered), yang

mana seluruh kegiatan pembelajaran yang dikendalikan oleh guru. Wina

44

(2005) menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional meliputi aspek

guru, siswa dan buku teks.

Penjelasan yang dikemukakan wina, tidak jauh berbeda dengan

yang dijelaskan Nana Sudjana (2002) yang menyatakan bahwa dalam

pembelajaran konvensional guru cenderung mengorganisasikan

pengajarannya mengikuti urutan topik/bab yang ada dalam buku teks.

Dalam hal ini guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

kreatif dan mengembangakan kemampuan pengembangan konsep-

konsep yang ada dalam kognisi siswa, dalam membelajarkan siswa guru

cenderung guru cenderung menyukai strategi ceramah.

Sri (2004) dalam Mulyatisala 2013) menjelaskan kegiatan guru

dalam pembelajaran konvensional dilihat dari aspek perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran sebagai berikut:

1. Perencanaan dibuat oleh guru berupa persiapan mengajar mencakup

tujuan, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. Tujuan

pembelajaran tidak disampaikan kepada siswa, tetapi hanya dimiliki

oleh guru. Materi yang disampaikan berdasarkan buku teks dan

tanpa diorganisir terlebih dahulu. Perancangan pembelajaran lebih

mengarah pada suatu topik , satu konsep atau prosedur yang

terpisah-pisah.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional kegiatan disesuaikan

dengan persiapan mengajar yang telah disusun guru. Dalam

pemberian materi guru tidak menjelaskan tujuan yang ingin dicapai,

45

untuk menghubungkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari dg

yang baru, guru memberikan apersepsi dg cara guru melakukan

tanya jawab dengan siswa , selanjutnya materi dijelaskan dengan

buku teks yang digunakan diselingi dengan tanya jawab

3. Dalam pelaksanaan evaluasi guru memberikan tes tertulis dan tidak

adanya umpan balik dari guru terhadap hasil evaluasi tersebut

Namun menurut Ahmadi (2005) strategi pembelajaran seperti ini

dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama dalam hal:

1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain

2. Menyampaikan informasi dengan cepat

3. Membangkitkan minat akan informasi

4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan

5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan

mendengarkan

2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik

dengan apa yang dipelajari

3. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

4. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

46

Strategi pembelajaran konvensional pada dasarnya dilakukan

dengan ceramah , dimana metode ini menuntut guru untuk menguasai

materi secara mendalam. Kelemahan strategi pembelajaran konvensional

adalah dalam proses pembelajaran, dimana guru dalam mengajar

cenderung hanya memenuhi tuntutan pencapaian target kurikulum,

kecenderungan ini berakibat pada pembelajaran siswa yang tidak

dibiasakan untuk mencoba menemukan pengetahuan atau informasi itu.

Akibatnya pengetahuan yang dimiliki siswa cepat terlupakan dan tidak

bermakna dalam kehidupan sehari-hari, sebab dalam hal ini guru seolah

memindahkan sebagian pengetahuannya kapada siswa, dengan harapan

siswa memiliki kemampuan yang sama dengannya.

Tabel 4.

Langkah-langkah pembelajaran

Strategi pembelajaran konvensional

No Tahapan Kegiatan Pembelajaran

1 Pendahuluan

6. Guru memotivasi siswa

7. Guru memberi informasi latar belakang

pelajaran dan pentingnya pelajaran

2 Persiapan 1. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa

2. Siswa membuka buku paket dan

membacanya

3 Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi secara klasikal

2. Siswa mengerjakan soal dan latihan

3. Guru menunjuk beberapa siswa untuk

mengerjakan soal latihan di papan tulis

4. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya mengenai materi

yang kurang jelas

4 Penutup 1. Guru bersama siswa mengambil

kesimpulan dari materi yang dipelajari

2. Guru memberikan PR

47

Berdasarkan uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa

pembelajaran konvensional merupakan cara yang biasa dipakai oleh guru

dalam pemberian materi. Dari bagian-bagian materi yang ada guru

memilih materi yang akan diajarkan dan menuangkan dalam persiapan

mengajar tanpa mengorganisasikan dan memperhatikan struktur isi

bidang studi secara keseluruhan, hal ini menyebabkan siswa tidak

menerima bagian yang utuh dari kesatuan, bukan yang seharusnya

dipelajari, karena pembelajaran lebih berorientasi kepada guru.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Hasil penelitian Johnson (1984) mengungkapkan bahwa situasi belajar

kooperatif cenderung meningkatkan perolehan hasil balajar yang lebih

tinggi daripada belajar secara konvensional, perseorangan atau tradisional.

2. Hasil penelitian Yuniarti Suarti (2003) dalam penelitiannya tentang upaya

peningkatan krativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi

Cooperative Learning Model Jigsaw, menyimpulkan :

a. Pada siklus pertama kreativitas siswa dalam bertanya dan memberikan

penjelasan telah berada pada tahap instruksional

b. Pada siklus kedua terjadi peningkatan proporsi siswa yang bertanya

dan memberikan penjelasan

48

c. Pada siklus ketiga terjadi pada peningkatan yang luar biasa, baik dari

jumlah yang bertanya, memberikan penjelasan, kerjasama diantara

siswa, pembagian tugas dan kepemimpinan.

3. Hasil penelitian Rani Gusti (2001) mengungkapkan, bahwa siswa yang

diajar melalui strategi pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar

fisika lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar fisika siswa yang

diajar melaui pembelajaran konvensional.. Baik ditinjau dari keseluruhan,

dari kemampuan awal siswa tinggi, maupun dari kemampuan awal siswa

rendah.

4. Hasil penelitian Desiwarni (2004), mengungkapkan bahwa Strategi

pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan Pengetahuan Awal dan

Pengetahuan Awal terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS Siswa,

dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional.

5. Hasil penelitian Sukarno (2006), membandingkan penerapan Strategi

pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan Pengetahuan Awal dan

Pengetahuan Awal dan konvensional pada mata kuliah statistik. Hasil

yang diperoleh membuktikan bahwa strategi pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan hasil belajar.

6. Hasil penelitian Fanhayus (2006), membandingkan penerapan metode

tartil dan minat belajar terhadap hasil belajar membaca al- Qur‟an. Hasil

yang diperoleh membuktikan bahwa metode tartil dapat meningkatkan

hasil belajar.

49

C. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil

belajar agama Islam siswa berpengetahuan awal tinggi dan siswa

yang berpengetahuan awal rendah

Dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, suasana kelas dirancang dan dibangun sedemikian

rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi antara satu

dengan yang lainnya. Rancangan pembelajaran ini barupa perangkat

pembelajaran untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak

hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus memberikan

dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

Interaksi yang terjadi antar siswa dalam pembelajaran akan dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dinamis sehingga

siswa semakin termotivasi untuk belajar, yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap hasil belajar.

2. Pengaruh Strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar

agama Islam siswa berpengetahuan awal tinggi dan siswa yang

berpengetahuan awal rendah

Pada pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

konvensional, guru menggunakan komunikasi satu arah dimana guru

memberikan penjelasan kepada sejumlah siswa secara lisan, sementara

50

siswa mendengarkan dan mencatat. Dalam strataegi pembelajaran

konvensional guru dapat menghemat waktu, menyampaikan konsep dalam

jumlah yang diinginkan, dan menguraikan sekali saja suatu masalah untuk

sampai kepada siswa.

Strategi yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional

antara lain adalah ekspositori. Dimana dalam hal ini terpusatnya kegiatan

pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada saat

ini dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus

berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan

contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan

membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan

dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa

pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara

individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat

bertanya pada temannya atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis.

Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada

guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.

Dengan keterbatasan ruang dan tenaga pengajar, strategi ini cukup

efektif dalam menyelesaikan kurikulum, sehingga siswa menerima seluruh

materi sesuai pokok bahasan yang pada akhirnya dapat berpengaruh

terhadap hasil belajar.

51

3. Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam siswa

berpengetahuan awal tinggi dan siswa yang berpengetahuan awal

rendah

Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran konvensional dirancang

untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah

ditetapkan. Kedua strataegi tersebut masing-masing akan memberikan

pengaruh yang cukup signifikan kepada masing-masing siswa, sehingga

baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil

belajar.

Kalau variabel terikat dipengaruhi variabel bebas maka interaksi

bisa terjadi antara variabel tersebut yaitu terjadi pengaruh berbeda dari

salah satu diantara kedua variabel itu pada tingkat yang berbeda dari

variaabel lainnya. Kalau interaksi itu ada, maka perlakuan perlakuan

terhadap hasil bagi kedua tingkat pengetahuan awal tinggi dan

pengetahuan awal rendah akan berbeda. Apabila interaksi itu tidak ada

maka pengaruh perlakuan akan sama bagi kedua pengetahuan awal.

4. Interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal siswa

terhadap hasil belajar siswa.

Dalam interaksi antara strategi pembelajaran dengan pengetahuan

awal terhadap hasil belajar akan terlihat, apakah siswa yang memiliki

52

pengetahuan awal tinggi akan lebih baik diajar dengan strategi kooperatif

tipe jigsaw atau diajar dengan strategi konvensional. Hal itu juga diihat

pada siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah, apakah siswa yang

memiliki pengetahuan awal rendah akan lebih baik diajar dengan strategi

kooperatif tipe jigsaw atau diajar dengan strategi konvensional.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar agama Islam

siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan awal tinggi yang

diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi

daripada hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional.

3. Hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan awal rendah yang

diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi

daripada hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional.

4. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan pengetahuan awal

siswa dengan hasil belajar siswa.

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen, dengan rancangan penelitian menggunakan model

quasi experiment, karena dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk

mengontrol atau memodifikasi semua variabel yang relevan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Batusangkar, dimana

selama ini guru melaksanakan pembelajaran PAI dengan strategi konvensioanl

namun menunjukan rata-rata hasil belajar siswa tinggi dan mencapai rata-rata

83,6 (lihat tabel 1). Sehingga hal tersebut menjadi alasan kuat penulis untuk

menjadikan sekolah ini menjadi tempat penelitian, karena bisa sebagai

perbandingan hasil, dimana dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw di sekolah ini apakah akan lebih meningkatkan hasil belajar siswa atau

tidak jauh berbeda dengan penerapan konvensional.

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan dimulai dari tanggal 18

September sampai 18 Oktober 2012, yang dilakukan pada kelas VII pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam.

54

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

5 Batusangkar tahun pelajaran 2011/2012. Dimana Menurut Arikunto

(2002 : 108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jumlah siswa

orang yang terdristribusi dalam tiga kelas seperti terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 6.

Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMPN 5 Batusangkar

Kelas Jumlah Siswa

VII 1 20

VII 2 19

VII 3 20

Jumlah 118

Sumber: Tata Usaha SMPN 5 Batusangkar

2. Sampel

Dari populasi yang ada diambil dua kelompok sampel yang

homogen sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknik yang

digunakan dalam pengambilan sampel adalah tekhnik randoom sampling.

Tekhnik randoom sampling adalah “pengambilan sampel secara acak

dengan menggunakan hal-hal tertentu sesuai dengan tujuan penelitian”.

(Sudjana, 2002:168) dan kelompok sampel yang diambil berpedoman pada

hasil ulangan harian semester 1 yang mendekati sama dan diajarkan oleh

guru yang sama maka yang dijadikan kelas eksperimen adalah Kelas VII 2

55

untuk pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dan kelas VII 3 sebagai kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas yaitu strategi pembelajaran yang terdiri dari strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan strategi pembelajaran

Konvensional.

2. Variabel kontrol adalah pengetahuan awal siswa yang terdiri dari

pengetahuan Awal Tinggi dan pengetahuan awal rendah.

3. Variabel terikat adalah Hasil Belajar siswa dalam mata pelajaran agama

Islam yang diperoleh setelah mengikuti tes yang dilaksanakan setelah

adanya perlakuan (postest).

E. Defenisi Operasional

Adapun secara operasional variabel-variabel diatas dapat

didefenisikan sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran konvensional

Strategi belajar yang biasanya dilaksanakan oleh guru agama SMPN 5

Batusangkar berupa ceramah, kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran, menitik beratkan sumber bacaan pada buku paket,

umumnya menggunakan media papan tulis.

56

2. Strategi Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Strategi belajar yang diterapkan peneliti dengan melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 4-5 orang siswa perkelompok, dimana siswa tersebut bekerja

dalam tim dalam mendiskusikan topik materi pelajaran agama Islam.

3. Pengetahuan Awal

Pengetahuan dasar siswa kelas VII SMPN 5 Batusangkar dalam materi

pelajaran agama Islam sebelum dikenai perlakuan, yang terlihat dari hasil

tes kemampuan awal yang diberikan sebelum pembelajaran.

4. Hasil Belajar Agama Islam

Adalah Hasil belajar dari materi pelajaran agama Islam siswa kelas VII

SMPN 5 Batusangkar pada semester ganjil dalam bentuk nilai yang

diperoleh melalui tes yang dilakukan setelah dikenai perlakuan selama

proses penelitian lapangan..

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen merupakan alat untuk pengumpulan data, dan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan tiga

instrumen. Instrumen utama berupa rencana pembelajaran dan dua instrumen

lain berupa tes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan awal siswa dan hasil belajar agama Islam (postest). Soal

berbentuk objektif yang terdiri dari pernyataan yang dilengkapi lima alternatif

jawaban. Langkah penyusunan tes dilakukan menggunakan prosedur yang

dikembangkan oleh Ali (1993 : 84) yaitu :

57

1. Merumuskan tujuan pengukuran

2. Mengembangkan kisi-kisi soal

3. Menulis butir-butir soal dengan mengacu kapada kisi-kisi soal

4. Menyusun urutan nomor butir-butir dengan urutan yang dipandang

rasional

5. Menguji coba tes kepada sampel yang berbeda dengan sampel penelitian.

Untuk hal ini digunakan kelas VII 1 yang tidak menjadi sampel

berdasarkan pertimbangan agar tidak terjadi kebocoran soal/ bias

6. Menganalisis data hasil tes uji coba yaitu untuk melihat validitas,

releabilitas, indeks kesukaran, daya pembeda dan efektivitas alternatif

jawaban butir soal yang telah disusun.

1. Uji validitas instrumen

Menurut Arikunto (2005:170) validitas adalah tingkat suatu tes

dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas data penelitian

ditentukan oleh proses pengukuran yang kuat. Suatu instrumen

pengukuran dikatakan validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk pengujian validitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan penilaian dan empirik (Ali, 1993: 88). Selanjutnya agar desain

penelitian ini memadai uji hipotesis, maka perlu dikontrol validitasnya

dalam pelaksanaan perlakuan.

58

Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara menyusun butir soal

berdasarkan ruang lingkup materi yang dipelajari. Hasil pengujian

validitas secara empirik dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi

product momen sebagai berikut :

rxy = koefesien korelasi

X = Jumlah siswa yang menjawab betul untuk soal nomor x

Y = Jumlah siswa yang menjawab betul untuk soal nomor y

N = Jumlah subjek

Kriterianya adalah :

0,80 < rxy ≤ 1,00 sangat tinggi

0,60< rxy ≤ 0,80 tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 sedang

0,20 < rxy ≤ 0,40 rendah

0,00< rxy ≤ 1,20 sangat rendah (Suharsimi : 1999)

2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran

relatif konsisten walaupun diberikan pada orang yang berbeda deangan

pertanyaan yang sama. Reliabilitas soal ditentukan dengan menggunakan

rumus KR-20 seperti dikemukakan Suharsimi (1986:98) sebagai berikut :

r11= ( n ) (S2 - ∑pq)

Keterangan:

59

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya item

S = standar deviasi

P = proporsi subjek yang menjawab benar

q = proporsi subjek yang menjawab salah

= 1-p

∑pq = Jumlah hasil kali antara p dan q

Kriterianya adalah :

0,8 < r11 ≤ 1,0 sangat tinggi

0,6 < r11 ≤ 0,8 tinggi

0,4 < r11 ≤ 0,6 sedang

0,2 < r11 ≤ 0,4 rendah

0,0 < r11 ≤ 1,2 sangat rendah

3. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dilakukan dengan menganalisis

tes hasil uji coba dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = ∑B

N

Keterangan :

P = indeks kesukaran soal

∑B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar pada suatu butir

soal

60

N = jumlah siswa yang memberikan jawaban

Penafsiran terhadap indeks p adalah , P≥ 0,80 : soal dianggap terlalu

mudah, p < 0,20 : soal terlalu sulit dan 0,20 < P < 0‟80 : soal dianggap

baik untuk kepentingan penelitian (Ali, 1993: 86).

4. Daya Pembeda

Daya pembeda (D) soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa (berkemampuan

rendah). Angka menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi

(D).

Klasifikasi daya pembeda

0,00 – 0,20 = Jelek (poor)

0,20 - 0,40 = Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 = Baik (good)

0,70 – 1,00 = Lebih Baik (Excellent)

Negatif : semuanya tidak, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai

D negatif, sebaiknya dibuang

RUMUS :

D = BA – BB = PA – PB

JA JB

Keterangan :

J = Jumlah peserta terbatas

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

61

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

5. Keefektifan Alternatif Jawaban

Keefektifan alternatif jawaban (option) dilihat pada alternatif

jawaban yang dipilih oleh kelompok lamban. Distribusi alternatif jawaban

dianggap efektif jika kelompok lamban memilih jawaban yang menyebar

pada semua jawaban (Maryunis, 1989)

Setelah melakukan analisis terhadap data hasil tes uji coba, Ali

(1993 : 87) melakukan aturan umum dalam melakukan revisi sebagai

berikut :

a. Butir soal sepenuhnya harus direvisi atau diganti, bila memiliki indeks

P < 0,30 dan atau D < 0,40

b. Butir soal direvisi ringan, bila memiliki P < 0,80 dan atau 0,40 < D <

0,70

c. Kemungkinan jawaban sepenuhnya harus direvisi atau diganti bila

terjadi salah kunci dan atau salah kecoh.

G. Rancangan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa, dilakukan

dengan mengadakan tes kemampuan awal yang dimaksudkan untuk

62

membedakan siswa yang berkemampuan awal tinggi dan siswa yang

berkemampuan awal rendah dengan analisis data penelitian. Peneliti

memberi perlakuan pada kelas eksperimen dan tidak ada perlakuan pada

kelas kontrol, berikutnya diadakan postest untuk memperoleh data yang

akan dianalisis.

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini

menggunakan desain faktorian 2x2 dengan visualisasi rancangan tabel

penelitian sebagai berikut :

Tabel 7.

Rancangan Penelitian

Variabel

Strategi Mengajar

Jigsaw

(B1)

Konvensional

(B2)

Pengetahuan

Awal

Tinggi (A1) A1B1 A1B2

Rendah (A2) A2B1 A2B2

Keterangan :

A1B1 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang

diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

A2B1 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah yang

diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

A1B2 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang

diberikan perlakuan pembelajaran konvensional

A2B2 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah yang

diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

63

H. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah eksperimen dalam penelitian ini menggunakan

prosedur yang dikembangkan oleh Ali (1993:143) sebagai berikut :

1. Memilih sampel penelitian yang memiliki latar belakang sama

(homogen)

2. Menentukan kelas yang akan diberi perlakuan dan kelas kontrol

3. Mengadakan tes kemampuan awal siswa

4. Memberi perlakuan terhadap kelas eksperimen, dan melakukan

pembelajaran seperti biasa pada kelas kontrol.

5. Mengadakan postest untuk memperoleh hasil belajar

6. Menganalisis data hasil postest dengan menggunakan metode statistika

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari instrumen berupa tes

yang dikenakan kepada siswa SMPN 5 Batusangkar yang menjadi sampel

penelitian. Untuk menghindari terjadinya bias, hasil yang diperoleh dari

instrumen berupa tes, dengan melakukan beberapa hal yaitu :

1. Tes dilaksanakan secara serentak, hal ini dilakukan untuk menghindari

kebocoran soal

2. Tes disusun berbentuk objektif, hal ini guna menghindari penilaian

bersifat subjektif

64

J. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan komputer yang memakai program SPSS versi 18, lalu

melakukan analisis statistik atau melakukan hipotesis. Sebelum dilakukan

uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yang

meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji

persyaratan analisis selanjutnya data penelitian dianalisis dengan

menggunakan analisis variansi dwifaktor (Walpole ; 1986: 445) pada taraf

signifikansi 0,05, dari hasil pengumpulan data setelah dilakukan perlakuan

terhadap kedua strategi mengajar. Penggunaan angka tersebut didasarkan

pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh

peneliti, jika angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan

adalah sebesar 95%.

Sesuai hipotesis yang diuji, maka analisis data dilakukan dengan

dua pengujian yaitu :

1. Uji T untuk melihat perbedaan hasil belajar agama Islam yaitu :

a. Perbedaan hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar

agama Islam siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran

konvensional.

b. Perbedaan hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan

awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif Tipe

65

Jigsaw dengan hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan

awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional.

c. Perbedaan hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan

awal rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif

Tipe Jigsaw dengan hasil belajar agama Islam siswa yang

berkemampuan awal rendah yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional.

2. Analisis varians (ANOVA) dua arah untuk menguji hipotesis tentang

interaksi strategi pembelajaran dan pengetahuan awal siswa terhadap

hasil belajar.

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Hasil nilai dari perlakuan kelas eksperimen dan kelas kontrol

sehubungan dengan hasil belajar Agama Islam siswa SMPN 5 Batusangkar

yang di laksanakan 4 x pertemuan akan diuraikan sebagai berikut:

Tabel 8.

Hasil tes pengetahuan awal dan hasil PAI siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol

statistik

kelas eksperimen kelas kontrol

p. awal hasil

belajar p. awal

hasil

belajar

N 18 18 18 18

rata-rata 76,48 82,41 79,2556 81,48

Median 76,7 83,3 80,0 81,65

modus 83,3 86,7 80,0 80.00

Std. Deviasi 5,98 5,93 4,66 3,99

Variance 35,73 35,13 21,7 15,99

Range 16,6 20, 16,7 13,4

nilai terendah 66,7 73,3 70,0 73,3

nilai tertinggi 83,3 93,3 86,7 86,7

total 1376,6 1483,3 1426,6 1466,7

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil belajar PAI siswa di kelas kontrol

dan di kelas eksperimen untuk kelas kontrol pelaksanaan proses belajar

mengajarnya berlangsung seperti biasa, sedangkan untuk kelas eksperimen

proses pembelajarannya dilakukan dengan strategi kooperatif tipe jigsaw.

66

67

1. Kelas eksperimen (pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)

1.1. Hasil tes pengetahuan awal siswa

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelas eksperimen

adalah sebagai berikut : nilai rata-rata 76,48, nilai tertinggi 83,3, nilai

terendah 66.70, standar deviasi 5,98, dan variansinya 35,73. Distribusi

frekuensinya dapat dilihat pada tabel 9 dan histogram di bawah ini :

Tabel 9.

Hasil Tes Pengetahuan Awal Siswa Kelas Eksperimen

No. kelas kelas interval frekuensi persentase

1 66.7-69.7 2 11%

2 70.7-73.7 5 28%

3 74.7-77.7 3 17%

4 78.7-81.7 3 17%

5 82.7-85.7 5 28%

total 18 100%

Gambar 1 : Histogram batang dan kurva normal hasil tes

pengetahuan awal kelas eksperimen

68

a. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok tinggi

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok

pengetahuan awal tinggi kelas eksperimen sebagai berikut: nilai

rata-rata 81.47, nilai tertinggi 83.3, nilai terendah 76.7, standar

deviasi 2.40, dan variansinya 5.75.

b. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok rendah

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok

pengetahuan awal rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai

rata-rata 71.47, nilai tertinggi 76.7, nilai terendah 66.70, standar

deviasi 3.76, dan variansinya 14,17.

1.2. Hasil Belajar Siswa

Data hasil tes akhir siswa kelas eksperimen adalah sebagai

berikut : nilai rata-rata 81.47, nilai tertinggi 93.3, nilai terendah 73.3,

standar deviasi 2.4 dan variansinya 35.73. Distribusi frekuensinya

dapat dilihat pada tabel 10 dan histogram di bawah ini :

Tabel 10:

Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

No. kelas kelas interval frekuensi persentase

1 73.3 – 77.3 5 28%

2 78.3 – 82.3 2 11%

3 83.3 – 87.3 9 50%

4 88.3 – 92.3 1 6%

5 93.3 – 97.3 1 6%

total 18 100%

69

Gambar 2 : Histogram Batang dan Kurva Normal Hasil

Belajar Kelas Eksperimen

a. Hasil Belajar siswa kelompok tinggi

Data tes hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok

pengetahuan awal tinggi kelas eksperimen sebagai berikut: nilai

rata-rata 86.3, nilai tertinggi 93.3, nilai terendah 80.0, standar

deviasi 3.89, dan variansinya 15.13.

b. Hasil Belajar siswa kelompok rendah

Data tes hasil belajar siswa kelompok pengetahuan

awal rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai rata-rata 78.5,

nilai tertinggi 86.7, nilai terendah 73.3, standar deviasi 5.04 dan

variansinya 25.40.

70

2. Kelas Kontrol

2.1. Hasil tes pengetahuan awal siswa

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelas kontrol adalah sebagai

berikut : nilai rata-rata 79.26, nilai tertinggi 86.7, nilai terendah

70.0, standar deviasi 4.66, dan variansinya 21.7, distribusi

frekuensinya dapat dilihat pada tabel 11 dan histogram di bawah ini :

Tabel 11 :

Tabel distribusi frekuensi pengetahuan awal siswa kelas kontrol

No. kelas kelas interval frekuensi persentase

1 70.0 - 73.0 4 22%

2 74.0-77.0 2 11%

3 78.0-81.0 7 39%

4 82.0-85.7 3 17%

5 86.7-89.7 2 11%

total 18 100%

Gambar 3 : Histogram Batang dan Kurva Normal Hasil Tes

Pengetahuan Awal Kelas Kontrol

71

a. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok tinggi

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok

pengetahuan awal tinggi kelas kontrol sebagai berikut : nilai rata-

rata 82,59 nilai tertinggi 86.7, nilai terendah 80.0, standar deviasi

2.79, dan variansinya 7.77.

b. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok rendah

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok

pengetahuan awal rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai

rata-rata 75.92, nilai tertinggi 80.0, nilai terendah 70.00, standar

deviasi 3.65, dan variansinya 13.35.

2.2. Hasil belajar siswa

Data tes hasil belajar siswa kelas kontrol adalah sebagai

berikut : nilai rata-rata 81.48, nilai tertinggi 86.7, nilai terendah 73.3,

standar deviasi 3.99, dan variansinya 15.99. Distribusi frekuensinya

dapat dilihat pada tabel 12 dan histogram di bawah ini :

Tabel 12.

Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

No. kelas kelas interval frekuensi persentase

1 73.3 – 75.3 1 5%

2 76.3 – 78.3 3 16%

3 79.3 – 81.3 5 26%

4 82.3 – 84.3 6 32%

5 85.3 – 87.3 4 21%

total 19 100%

72

Gambar 4 : Histogram Batang dan Kurva Normal Hasil Belajar

Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil pengelompokkan nilai siswa kelompok tinggi, dan

rendah, maka diperoleh:

a. Hasil tes hasil belajar siswa kelompok tinggi

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok tinggi

kelas kontrol sebagai berikut: nilai rata-rata 83.7, nilai tertinggi

86.7, nilai terendah 80.0, standar deviasi 2.62, dan variansinya

6.88.

b. Hasil tes hasil belajar siswa kelompok rendah

Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok

rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai rata-rata 79.27, nilai

tertinggi 86.7, nilai terendah 73.3, standar deviasi 4.01, dan

variansinya 16.06.

73

B. Pengujian Persyaratan Hipotesis

Berdasarkan pada metodologi penelitian bahwa sebelum uji hipotesis

dilakukan persyaratan pengujian hipotetesis yaitu uji normalitas dan

homogenitas data. Untuk uji normalitas dengan uji f. Hasil dari pengujian

sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors pada taraf

signifikansi α=0,05. Hasil uji normalitas dari masing-masing variabel

penelitian, baik siswa yang belajar dengan strategi konvensional maupun

yang belajar dengan strategi kooperatif tipe jigsaw yang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 13.

Uji Normalitas pengetahuan awal

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Pengetahuan awal F. Hitung F. Tabel Kesimpulan

1 Kelas Kontrol 0.175 0.207 Data Normal

2 Kelas Eksperimen 0.1113 0.207 Data Normal

Hasil pengujian dari kedua kelompok kelas perlakuan tersebut

menunjukan bahwa data dari kedua kelas lebih kecil dari F tabel

(Ftabel>Fhitung), maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 14.

Uji Normalitas hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Hasil Belajar F. Hitung F. Tabel Kesimpulan

1 Kelas Kontrol 0.1152 0.207 Data Normal

2 Kelas Eksperimen 0.1180 0.207 Data Normal

74

Hasil dari pengujian normalitas kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilihat dari hasil belajar siswa yaitu data berdistribusi normal

karena F tabel lebih besar dari F hitung.

Tabel 15.

Uji Normalitas Pengetahuan Awal Tinggi

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Pengetahuan awal F. Hitung F. Tabel Kesimpulan

1 Kelas Kontrol 0.1071 0.2875 Data Normal

2 Kelas Eksperimen 0.0954 0.2875 Data Normal

Tabel 16.

Uji Normalitas Pengetahuan Awal Rendah

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Pengetahuan Awal F. Hitung F. Tabel Kesimpulan

1 Kelas Kontrol 0.0389 0.2875 Data Normal

2 Kelas Eksperimen 0.0511 0.2875 Data Normal

Hasil dari pengujian normalitas kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilihat dari pengetahuan siswa yaitu siswa yang mempunyai

pengetahuan awal tinggi dan siswa yang mempunyai pengetahuan awal

rendah menunjukan bahwa data berdistribusi normal karena F tabel lebih

besar dari F hitung.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan uji F, karena dalam hal ini

peneliti hanya membandingkan dua kelompok perlakuan yaitu antara

siswa yang belajar PAI dengan strategi kooperatif tipe jigsaw dengan

75

siswa yang belajar seperti biasa (strategi konvensional). Hasil dari

perhitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut:

a. Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 17.

Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No eksperimen dan kontrol F. Hitung F. Tabel Kesimpulan

1 Pengetahuan awal 1.65 3.27 Data Normal

2 Hasil belajar 2.2 3.27 Data Normal

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari pengujian

persyaratan analisis uji normalitas dan homogenitas data berdistribusi

normal karena F tabel lebih besar dari F hitung pada taraf signifikan α

0,05. Karena data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian

hipotesis dapat dilakukan.

b. Uji homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Hasil uji homogenitas varian untuk siswa dengan pengetahuan

pengetahuan tinggi dan rendah pada kedua strategi diperoleh F hitung

= 2,46 dan dengan dk (8.8) diperoleh F tabel = 3,44. Dengan demikian

F hitung < dari F tabel sehingga dapat disimpulkan varian data kedua

sampel homogen. Kelengkapan data dapat dilihat pada tabel berikut :

76

Tabel 18.

Uji Homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data

Strategi pembelajaran

jigsaw konvensional

9 9

Pengetahuan

awal

Tinggi 5,75 7,77

Rendah 13,35 14,17

Rata-rata 9,55 10.97

C. Pengujian Hipotesis

Hipotesis Pertama

Hasil belajar PAI siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran konvensional. Hal tersebut tergambar dalam tabel

berikut :

Tabel 19.

Uji Hipotesis Pertama

Strategi pembelajaran

Jigsaw

(Kelas eksperimen)

Konvensional

(Kelas kontrol)

Kelompok data

N 1= 18

X = 82,41

S2

= 35,13

N 1= 18

X = 81,48

S2

= 15,99

t hitung 0,75

t table 2,03

kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho dirima, H1

ditolak

Ini berarti thitung < ttable. Dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima

selanjutnya hipotesis penelitian (HI) ditolak. artinya hasil belajar PAI siswa

77

yang diajar dengan strategi kooperatif tipe jigsaw tidaklah signifikan terhadap

hasil belajar siswa.

Hipotesis Kedua

Hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal tinggi yang diajar

dengan strategi kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

yang berpengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi konvensional.

Hal tersebut tergambar dalam tabel berikut :

Tabel 20.

Uji Hipotesis Kedua

Strategi pembelajaran

Jigsaw

(Kelas eksperimen)

Konvensional

(Kelas kontrol)

Kelompok data

N 1= 9

X = 86,70

S2

= 15,13

N 1= 9

X = 83,70

S2

= 6,88

t hitung 5,2

t table 2,12

Kesimpulan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, H1

diterima

Ini berarti thitung > ttabel.. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak

dan (HI) diterima. artinya hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal tinggi

yang diajar dengan strategi kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada siswa

berpengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi konvensional.

Hipotesis Ketiga

Hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal rendah yang diajar

dengan strategi kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang

78

berpengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi konvensional. Hal

tersebut tergambar dalam tabel berikut :

Tabel 21.

Uji Hipotesis Ketiga

Strategi pembelajaran

Jigsaw

(Kelas eksperimen)

Konvensional

(Kelas kontrol)

Kelompok data

N 1= 9

X = 78.51

S2

= 25.4

N 1= 9

X = 79.27

S2

=16.06

t hitung -0.70

t tabel 2.03

kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho diterima, H1

ditolak

t hitung < ttable.. Dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima dan (HI)

ditolak artinya hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal rendah yang

diajar dengan strategi kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih tinggi daripada siswa

berpengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi konvensional.

Hipotesis keempat

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan ANOVA dua arah,

data pengujian hipotesis dapat diketahui dan dilihat sesuai dengan tabel di

bawah ini:

Tabel 22.

Uji Hipotesis Keempat (ANOVA)

Sumber varians DK SS MS F hitung F tabel

Baris (A) 1 336.11 336.11 21.18

4.15

Baris (B) 1 7.65 7.65 0.5

Interaksi AB 1 25.36 25.35 1.66

Dalam sel 32 507.7 15.87

Total 35 876.82

79

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa:

F hitung = 1,66

F tabel = 4,15

Untuk interaksi AxB, hipotesis nol (H0) diterima karena F tabel >F hitung. artinya

efek faktor strategi pembelajaran terhadap hasil belajar tidak tergantung pada

faktor pengetahuan awal.

D. Pembahasan

1. Hipotesis pertama

Menurut (Drajat, 1992), ajaran Islam tidak memisahkan antara

iman dan amal shaleh, oleh karena itu pendidikan Islam sekaligus

merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal dan juga karena ajaran

Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat

menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama.

Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang

dalam pemahaman pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba.

Upaya itu harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya

pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung

seumur hidup, di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan

masyarakat.

Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw suasana

belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara

sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan

memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan

80

kepribadian yang demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat

menjadi lebih bergairah dalam belajar. Siswa yang kurang bergairah

dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain yang mempunyai gairah lebih

tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah

dipelajarinya.

Aronson, dkk (Marning dan Lucking, 1991) dari penelitiannya

menyimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan strategi jigsaw menjadi

lebih menyukai teman-temannya dalam satu kelompok belajar. Dengan

belajar kooperatif mereka saling menghargai dan saling peduli satu sama

lain, sehingga mampu memperbaiki sikap dan perilaku kepada sesama

manusia serta meningkatkan hubungan interpersonal di antara mereka.

Chun-Yen dan Song-Ling (1999) menunjukkan bahwa kelompok belajar

jigsaw memiliki kinerja akademik yang lebih tinggi, berkurang

prasangkanya, dan meningkat hubungan sosialnya dibandingkan dengan

kelompok belajar konvensional.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa strategi

pembelajaran tipe jigsaw mewujudkan hakikat pembelajaran agama Islam

yakni berupa ajaran untuk perubahan sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama. Dimana

dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw saling menghargai dan

saling peduli satu sama lain, sehingga mampu meningkatkan hubungan

baik interpersonal.

81

Beranjak dari rumusan masalah pertama, apakah hasil belajar

agama Islam kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar agama Islam

kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional ?

Dalam strategi kooperatif tipe Jigsaw siswa dituntut aktif terlibat

dalam proses pembelajaran, hal ini membuat siswa terbiasa mengaktifkan

pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk memperoleh

pengetahuan baru melalui penglihatan, analisis, sharing dengan teman dan

membangun kesadaran tentang proses yang dilakukan. Hal ini dapat

mendukung peningkatan hasil belajar siswa karena secara berangsur siswa

terbiasa membangun proses berfikir melalui kegiatan belajar kelompok

yang dirancang guru.

Hal di atas sejalan dengan pendapat Lie (2004) yang

menyatakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat beberapa

karakteristik serta keunggulan antara lain :

a. Saling ketergantungan secara positif antara anggota kelompok,

karena keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Ketergantungan positif tercapai jika masing-masing

anggota kelompok merasa satu dengan yang lain, dan suatu

keberhasilan dirasakan apabila setiap anggota kelompoknya belum

berhasil.

b. Tanggung Jawab Individu dalam kelompok, sehingga setiap orang

perlu merasakan tanggung jawab secara individual untuk keberhasilan

82

kelompok mereka. Hal ini terlihat saat melaporkan hasil kerjanya

kepada kelompok yang membutuhkan pertolongan, dorongan dan

semangat kerja.

c. Interaksi Tatap Muka ( face to face interaction), dalam mewujudkan

kerjasama yang baik untuk mencapai keberhasilan bersama dalam

membagi permasalahan, saling membantu, saling menghargai,

mendukung untuk keberhasilan kelompoknya.

d. Adanya komunikasi antar kelompok yang didalamnya terdapat

musyawarah untuk mencapai tujuan serta keinginan untuk

mempertahankan efektivitas hubungan kerja sehingga senantiasa

muncul upaya perbaikan yang secara terus menerus dalam mencapai

keberhasilan.

e. Adanya keterampilan untuk kerjasama yang diperlukan untuk

memfungsikan kelompok yang efektif, dan melibatkan setiap anggota

untuk dilatih dan diajarkan sebelum kelompok tersebut mengerjakan

tugas pembelajaran.

Namun selama penelitian dengan penerapan strategi pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa terbukti tidak berbeda dengan

strategi konvensional hal ini disebabkan karena siswa hanya fokus pada

kegiatan belajar kelompok yang menarik perhatian mereka, sehingga

kurang memperhatikan prestasi individu dirinya untuk meningkatkan

hasil belajarnya. Hal lain yang mendukung temuan tidak terdapat

perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang diajar dengan strategi

83

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hasil belajar siswa yang

diajar dengan strategi pembelajaran konvensional dikarenakan strategi

kooperatif tipe jigsaw merupakan hal baru bagi siswa, sehingga siswa

hanya merasakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran dan belum

fokus pada peningkatan hasil belajarnya.

Hasil pengujian hipotesis pertama mengungkapkan hasil belajar

PAI kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak berbeda dengan hasil belajar

kelompok siswa yang diajar dengan strategi konvensional

2. Hipotesis Kedua

Rumusan hipotesis kedua dalam peneletian ini adalah, apakah

hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang memiliki pengetahuan

awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar agama Islam kelompok siswa

yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional ?

Informasi yang akan diserap oleh siswa sangat ditentukan oleh

pengetahuan awal yang sudah dimilikinya. Pengetahuan awal tersebut

berfungsi sebagai penentu kesiapan belajar siswa menuju tahap

berikutnya. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi tentunya akan

mudah mengikuti pelajaran selanjutnya sedangkan siswa yang memiliki

84

pengetahuan awalnya rendah akan menemui kesulitan dalam

pembelajaran.

Kemampuan awal masing-masing siswa sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa tersebut. Hasil penelitian Sukarno (2006),

membandingkan penerapan Strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

dan Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Awal dan konvensional pada

mata kuliah statistik. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa strategi

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan

dengan berorientasi kepada pencapaian hasil belajar berdasarkan prestasi

kelompok. Peran individu dalam kelompok terdapat saat individu sebagai

anggota kelompok ahli yang bertanggung jawab menyampaikan hasil

temuannya kepada teman kelompoknya. Akibatnya sebagian anggota

kelompok yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih terlatih

untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini terlihat dari temuan bahwa

hasil belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan strategi

kooperatif tipe jigsaw lebih dari hasil belajar siswa yang berkemampuan

awal tinggi yang diajar dengan strategi konvensional.

3. Hipotesis Ketiga

Dalam rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini adalah,

apakah hasil belajar PAI siswa berkemampuan awal rendah yang diajar

dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi daripada

85

hasil belajar siswa berkemampuan awal rendah yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional ?

Sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang pengetahuan awal,

pengetahuan awal rendah juga berfungsi sebagai penentu kesiapan

belajar siswa menuju tahap berikutnya. Namun bagi siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah akan menemui kesulitan dalam pembelajaran,

sehingga dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dianggap

siswa yang berkemampuan awal rendah akan dapat terbantu dalam

kelompok oleh siswa berkemampuan awal tinggi dalam meningkatkan

proses hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak terbukti siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah dan belajar dengan strategi pembelajaran tipe

jigsaw hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa

berkemampuan awal rendah yang belajar dengan strategi konvensional.

hal ini disebabkan siswa hanya fokus pada kegiatan belajar kelompok

yang menarik perhatian mereka, sehingga kurang memperhatikan prestasi

individu dirinya untuk meningkatkan hasil belajarnya.

4. Hipotesis keempat

Untuk rumusan masalah dalam hipotesis keempat adalah, apakah

terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal

terhadap hasil belajar agama Islam ?

86

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi pengetahuan awalnya, dan sebaliknya strategi pembelajaran

tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Artinya masing-masing

kombinasi kategori pengetahuan awal siswa dan strategi pembelajaran

rata-rata hasil belajarnya tidak mempunyai perbedaan secara signifikan.

Tidak ada kecenderungan suatu strategi pembelajaran yang ditetapkan

lebih meningkatkan hasil belajar PAI siswa.

Makna lain dari penelitian ini, tidak ada suatu strategi

pembelajaran yang dianggap lebih cocok untuk siswa dengan perbedaan

pengetahuan awal, sehingga dalam memilih strategi pembelajaran yang

akan diterapkan dalam proses pembelajaran tidak perlu pertimbangan

pengetahuan awal.

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan anova pada lampiran

9 didapat F hitung pada kolom interaksi sebesar 1,66 dan F tabel sebesar

4,15. Hal ini berarti hipotesis nol (H0) diterima karena F tabel >F hitung..

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi secara signifikan

antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal dalam mempengaruhi

hasil belajar

Antara pengetahuan awal dan strategi pembelajaran tidak

membentuk interaksi secara signifikan terhadap hasil belajar PAI. Baik

kelompok belajar siswa dengan pengetahuan awal tinggi maupun

kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan strategi pembelajaran

87

konvensional sama-sama memperoleh pengaruh. Tidak terlihat

peningkatan secara signifikan terhadap kelompok siswa yang memiliki

pengetahuan awal tinggi dan kelompok siswa yang memiliki pengetahuan

awal rendah.

Hasil analisis hipotesis ke empat menunjukan tidak terdapat

interaksi secara signifikan antara strategi pembelajaran dan pengetahuan

awal terhadap hasil belajar PAI. Hal ini dapat dilihat pada gambar

interaksi :

Grafik tersebut menunjukan tidak adanya interaksi antara strategi

pembelajaran dan pengetahuan awal terhadap hasil belajar, karena kedua

garis sejajar dan tidak bersinggungan. Hal ini sesuai dengan apa yang

diungkapkan Ary (982: 365) bahwa untuk menilai ada tidaknya interaksi

antara kedua variabel dapat ditunjukan dengan grafik, yaitu jika dalam

grafik diperoleh kedua garis berpotongan maka terdapat interaksi, akan

tetapi jika kedua garis saling sejajar maka tidak terdapat interaksi.

50

55

60

65

70

75

80

85

90

rendah tinggi

Nila

i Rat

a-ra

ta

Pengetahuan Awal

jigsaw

konvensional

88

Perbedaan tersebut terjadi disebabkan salah satu strategi tidak

teidak terlalu membawa peningkatan dan perbedaan hasil belajar baik

terhadap siswa dengan latar belakang pengetahuan awal rendah maupun

pengetahuan awal tinggi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses

pembelajaran bisa saja dipengaruhi banyak faktor selain faktor

pengetahuan awal.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai

keterbatasan penelitian, diantaranya:

1. Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan hal baru bagi

siswa yang biasa belajar aktif, sehingga butuh waktu untuk beradaptasi.

Kebiasaan menerima materi lengkap secara pasif dari guru

selama ini membuat siswa kesulitan dalam mengawali aktivitas

pembelajaran dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hal ini

terlihat saat mengawali pembagian kelompok awal, proses perpindahan

kelompok dan aktivitas kolompok juga menghabiskan waktu yang lama,

sehingga proses adaptasi tersebut cukup menganggu dalam pemahaman

materi siswa, baik dalam kelompok awal/inti maupun kelompok

kedua/kelompok pakar

.

2. Kesibukan kegiatan sekolah yang sering melibatkan siswa kelas

eksperimen dan proses remedial yang membuat siswa sering keluar masuk

89

turut menganggu proses pembelajaran kelompok dalam strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pada saat penelitian berlangsung, SMP Negeri 5 Batusangkar

sedang mengikuti berbagai lomba dan penilaian dari Dinas Pendidikan,

sehingga seringkali dalam prose belajar beberapa siswa dipanggil keluar

kelas untuk beberapa waktu, begitupun dengan proses remedial bagi

beberapa siswa yang tidak tuntas ulangan hariannya, sringkali

memanfaatkan waktu belajar efektif untuk melakukan remedial.

Walaupun tidak diberlakukan untuk keseluruhan siswa dalam

kelas, namun kegiatan tersebut sangat menganggu proses yang

berlangsung dalam kelompok jigsaw. Ketidak seimbangan kemampuan

masing-masing dalam penguasaan bahan sangat berpengaruh pada

penyerapan siswa terhadap materi yang disampaikan temannya dari

kelompok pakar.

3. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 5 Batusangkar, sehingga

hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan pada populasi lain.

SMP Negeri 5 Batusangkar merupakan sekolah unggul dengan

input siswa berasal dari murid-murid berprestasi yang tersebar dari SD/MI

di Tanah Datar dan bahkan dengan juga menggunakan pendaftaran on line

maka input siswa juga dari daeerah lain se Sumatera Barat dan luar

provinsi dengan syarat minimil mendaftar juara 3 dikelas pada sekolah

90

sebelumnya (SD) dengan kemampuan siswa yang hampir diatas rata-rata

dibandingkan sekolah lain yang setingkat di Tanah Datar.

Hal ini tentu turut mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

tersebut, sehingga perlakuan pada siswa dengan kategori unggul tersebut

tidak bisa digeneralisir pada siswa di sekolah lain dengan latar belakang

kemampuan berbeda.

4. Penelitian ini dilakukan pada kelas VII sehingga belum dapat

digeneralisasikan pada sampel kelas lain yang memiliki karakteristik yang

sama dengan sampel penelitian.

Penelitian ini juga terbatas pada kelas VII dengan materi

semester satu, dimana siswa masih merupakan murid baru disekolah

tersebut dan masih terpengaruh suasana sekolah sebelumnya (SD) dengan

kebiasaan manja dan kurang kemandirian. Hal ini sangat berpengaruh

pada proses penerapan strategi kooperatif tipe jigsaw yang sangat

mengharapkan kemandirian dalam belajar dan kelompok, sehingga

masing-masing siswa bisa menjadi pakar/ahli dalam materi yang

dikuassainya, dan bisa membantu bagi kawan-kawan lainya dalam

kelompok awal.

91

5. Kontrol terhadap karkteristik sampel hanya pada perbedaan pengetahuan

awal.

Variabel penelitian yang menjadi kontrol hanya pada pengetahuan

awal siswa, sehingga variabel lain yang mungkin turut mempengaruhi

tidak bisa dintrol oleh penulis. Faktor lain seperti intelegensi, motivasi,

persepsi, jenis kelamin dan lain-lain yang mungkin turut mempengaruhi

bisa saja menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa,

sehingga hal ini menjadi pertimbangan penulis dalam keterbatasan

penelitian.

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan melihat pengetahuan awal siswa, dan dilakukan terhadap mata

pelajaran PAI kelas VII di SMP Negeri 5 Batusangkar. Strategi pembelajaran

dikembangkan berdasarkan teori dan contoh yang telah dikembangkan yaitu

strategi pembelajaran konvensional dan strategi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. Kedua pembelajaran ini mempunyai ciri dan kekhususan dalam tugas-

tugas dan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan. Satu kelas sebagai kelas

kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional dan satu kelas lain kelas

eksperimen yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Dalam menjawab rumusan masalah yang ada maka dapat dilihat

dari hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan instrumen yang

disusun peneliti lalu dilakukan pengujian hipotesis. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa:

1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional.

Kesimpulan pengujian hipotesis pertama ini berbeda dengan

hipotesis bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tiggi dari hasil belajar siswa

yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini

92

93

menunjukan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak

lebih baik daripada strategi pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil ini bisa saja dipengaruhi banyak faktor, di

antaranya penilaian yang objektif dalam aspek kognitif, dimana perlakuan

pada mata pelajaran PAI yang lebih menekankan pada perubahan sikap

dan perilaku (afektif), sehingga perlakuan kelas dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak efektif pada siswa tersebut,

disamping bisa juga karena pengaruh faktor lainya, yang telah diutarakan

sebelumnya pada keterbatasan penelitian.

2. Hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar

siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan dengan strategi

pembelajaran konvensional.

3. Hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar

siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi

pembelajaran konvensional

Dari kesimpulan pengujian hipotesis ketiga ini juga berbeda dari

hipotesis, bahwa hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal rendah

yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih

tinggi dari hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar

dengan strategi pembelajaran konvensional.

94

Dalam strategi pembelajaran tipe jigsaw siswa dituntut aktif

dengan rasa tangung jawab individu dan mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah. Semua itu

mungkin saja akan berlaku bagi siswa dengan kemampuan awal tinggi,

namun kenyataanya tidak demikian pada siswa dengan latar pengetahuan

awal rendah, sehingga bagi mereka strategi pembelajaran konvensional

menjadi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajarnya.

4. Tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan

awal dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

B. Implikasi Penelitian

Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak menimbulkan

efek terhadap peningkatan hasil belajar PAI siswa dibandingkan strategi

pembelajaran konvensional di SMP Negeri 5 Batusangkar. Strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat efektif diterapkan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi,

namun tidak efektif diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang

memiliki pengetahuan awal rendah.

Hal ini bisa saja disebabkan faktor lain diluar jangkauan penulis,

yang mana faktor-faktor tersebut bisa saja motivasi siswa, situasi lingkungan

belajar, latar belakang, budaya dan lain-lain. Sehingga apa yang tergambar

95

dalam rumusan masalah dan hipotesis tidak sepenuhnya sesuai dengan hasil

penelitian.

Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar PAI siswa

yang memiliki pengetahuan awal tinggi lebih baik dengan pendekatan strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan strategi pembelajaran

konvensional. Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menjadi

salah satu alternatif untuk diterapkan dalam memperbaiki kualitas proses dan

hasil pembelajaran di SMP negeri 5 Batusangkar, namun dapat juga

dikombinasikan dengan strategi pembelajaran lainnya.

Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan

guru mempersiapkan materi pembelajaran dengan matang agar proses

pembelajaran dapat terkondisi dengan baik, kelas menjadi hidup, siswa aktif,

siswa diberi kesempatan seluas-luasnya dalam mengikuti palajaran, tidak

menimbulkan kebosanan, sehingga kreasi siswa lebih meningkat.

C. Saran-saran

Untuk pemanfaatan penelitian ini dan penelitian lanjutan ada

beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, diantaranya kepada:

1. Guru

Hendaknya dapat menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw di kelas sebagai alternatif strategi pembelajaran, namun sebelum

96

penerapan, terlebih dahulu perlu meningkatkan pemahaman terhadap

strategi jigsaw ini.

2. Siswa

Untuk dapat menggunakan Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam belajar, baik di kelas maupun di rumah atau diluar kelas, karena

sangat membantu dalam peningkatan semangat belajar.

3. Kepala sekolah

Untuk dapat memfasilitasi kebutuhan guru dalam mengembangkan

proses pembelajaran strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di di

sekolah, termasuk dalam hal sarana prasarana penunjang.

4. Pengawas sekolah

Untuk dapat menfasilitasi penyebarluasan melalui kepala sekolah dan

pengurus MGMP tentang pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw oleh guru di dalam kelas.

5. Peneliti selanjutnya

Agar lebih kritis melihat variabel lain yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, karena perlakuan yang sama pada

populasi berbeda sangat berpeluang melahirkan perbedaan hasil

penelitian.

97

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi. Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia.

Akhirmen. 2004. Buku Ajar Statistik 1.Jurusan Agama islam UNP

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Kelas). Jakarta : Grasindo. Sanjaya .

------------2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Prose Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Dunia

--------------1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Aksara

Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw

Hill Companies

Asma, Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperative. Padang: UNP Press

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful. 1997. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bennett, B., Bennett, C. R., & Stevahn, L. 1991. Cooperative Learning: Where

Heart Meets Mind. Washington: Professional Development Associates,

Bothell.

Chun-Yen Chang & Song-Ling Mao. 1999. The Effects on Students’Cognitive

Achievement When Using the Cooperative Learning Method in Earth

Science Classroom. School Science and Mathematics, Volume 99.

(Diakses dari Questia Media America. Inc. www.questia.com: diakses

pada 8 Februari 2013 )

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dirjen Dikdasmen. 2003. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. Jakarta.

Djamara. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara

Elismarni. 2005. Penggunaan Kooperatif Learning dalam Pembelajaran

Matematika Siswa kelas 11 SMPN 18 . Padang: STKIP.

Fajar, M., 2002, Guru Mengajar MIPA Sebagai Materi Hafalan, Kompas, 3

September

Gagne R, and Briggs, l.1986. Principles of Instructional Design. New York :

Holt, Rinehart and Wiston

Hasan, Chalidjah. 1994. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-

Ikhlas.

98

Ibrahim, Muslim dkk. 2000. Strategi pembelajaran kooperatif. Surabaya.

UNESA: University Press.

Ibrahim, Nurdin. 2001. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari

Sumedang Jawa Barat. Jurnal: Departemen Pendidikan.

Irianto, Agus. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana

Pranada Media.

Jacob, G. M. 1999. Learning cooperative learning via cooperative learning. A

sourcebook of lesson plan for teacher education on cooperative learning.

Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom.

Edina, Minnesota: A publication Interaction Book Company.

Kemp. Jerold E. 1995. The Instruksional Design Process. New York : Harper and

Row Publishers

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe:

MacMillan/McGraw-Hill.

Marning, M. L. & Lucking, R. 1991. The What, Why and How of Cooperative

Learning. Social Studies, Volume 82. (Diakses dari Questia Media

America. Inc. www.questia.com pada 9 Februari 2013 )

Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas

Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Narbuko, Cholid, dkk. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Oemar, Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Program Pasca Sarjana, UNP.2011, Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi

Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sardiman, AM. 2005. Interaksi dan Hasil BelajarMengajar. Jakarta: PT Raja

Gravindo Persada

--------------- 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Persada Pers.

Slameto.1959. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 1994. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice.

Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.

99

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Bandung : PT Raja

Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdikarya

-------------------. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

------------------- 1996. Metode Statistik. Bandung. Tarsito.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Surahman, Winarno. 1981. Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam

Implementasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Suyono. 1996. Penjajakan Profil Kebutuhan Profesional Guru . Hasil Penelitian.

Malang.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajawali Press.

Taufik. 2003. Contextual Teaching and Learning. Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah, Balai Penataran Guru. Padang.

Tengku Zahara. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar.

Padang: Universitas Negeri Padang

TIM Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual atau CTL. Jakarta: Depdiknas.

Padang

Whalpole, Ronald E, Myers, Raymond H. 1986. Ilmu Peluang dan Statistika

untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB (Terjemahan: R.K Sembiring)

Wina Wijaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Jakarta: Kencana.

Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional

http://bachtiar-toto.blogspot.com/2011/03/teori-belajar-dan-pembelajaran-

jigsaw.html : diakses pada 6 Februari 2013

http://trilestari-sdkanisiusgowongan.blogspot.com/: diakses pada 6 Februari 2013

http://www.markosweb.com/www/mulyatisolo.blogspot.com/ : diakses pada 6

Februari 2013

100

Lampiran: 1

DATA BASE HASIL TES PENGETAHUAN AWAL

DAN HASIL BELAJAR SISWA

a. Data base kelas eksperimen

No Nama Pengetahuan awal Hasil belajar

1 Baihaqi Muhammad Syani 83.30 86.7

2 Devry Purnawan 76.70 83.3

3 Elsa Syafira Ananta 76.70 80.0

4 Erallesa Putra Sandeni 66.7 73.3

5 Fadwa Muhammad 66.7 76.7

6 Farah Mahsa Jones 83.3 90.0

7 Farid Kanz Zaky 80.0 80.0

8 Gebby Febrilia Irwanda 80.0 86.7

9 Hatmi Halifi 70.0 73.3

10 M. Khairinif 70.0 73.3

11 Nurul Amalia Rendreana 76.7 86.7

12 Puti Aisyah 83.3 86.7

13 Puti Salsabil Az-Zahra 70.0 76.7

14 Raziq Bakti 83.3 93.3

15 Selvia Yatri 83.3 83.3

16 Silkvi Kheir Rahma 73.3 83.3

17 Ulya Fatharani 80.0 86.7

18 Zhahira Rhamadan 73.3 83.3

101

b. Data base kelas kontrol

No Nama Pengetahuan awal Hasil belajar

1 Aidil Rizky 83.3 83.3

2 Annisa Camelia Fitri 76.7 80.0

3 Annisa Salsabilla 70.0 73.3

4 Arasy Anugerah Khaliq 83.3 86.7

5 Ardelvie Yoanda 80.0 80.0

6 Arif Aldika Putra 80.0 83.3

7 Arizal Fikri Firmana 76.7 76.7

8 Arwendy Melyndra 73.3 80.0

9 Deara Bima Suwarso 86.7 86.7

10 Dimas Dwicahyo Adrien 80.0 80.0

11 Frizka Aldilla Putri 80.0 83.3

12 Jody 80.0 76.7

13 M. Ihsanur Adib 86.7 86.7

14 Mella Putri Utami 73.3 80.0

15 Muhammad Hafizh Alfajri 80.0 83.3

16 Vinny Puti Belia 80.0 86.7

17 Wafda 83.3 83.3

18 Zahwa Alzeta Fahira 73.3 76.7

102

Lampiran: 2

DATA RANGKING PENGETAHUAN AWAL SISWA

a. Data rangking kelas eksperimen

No Nama Pengetahuan awal Hasil belajar

1 Baihaqi Muhammad Syani 83.3 86.7

2 Farah Mahsa Jones 83.3 90.0

3 Puti Aisyah 83.3 86.7

4 Raziq Bakti 83.3 93.3

5 Selvia Yatri 83.3 83.3

6 Farid Kanz Zaky 80.0 80.0

7 Gebby Febrilia Irwanda 80.0 86.7

8 Ulya Fatharani 80.0 86.7

9 Devry Purnawan 76.7 83.3

10 Elsa Syafira Ananta 76.7 80.0

11 Nurul Amalia Rendreana 76.7 86.7

12 Silkvi Kheir Rahma 73.3 83.3

13 Zhahira Rhamadan 73.3 83.3

14 Hatmi Halifi 70.0 73.3

15 M. Khairinif 70.0 73.3

16 Puti Salsabil Az-Zahra 70.0 76.7

17 Erallesa Putra Sandeni 66.7 73.3

18 Fadwa Muhammad 66.7 76.7

103

b. Data rangking kelas kontrol

No Nama Pengetahuan awal

Hasil belajar

1 Deara Bima Suwarso 86.7 86.7

2 M. Ihsanur Adib 86.7 86.7

3 Aidil Rizky 83.3 83.3

4 Arasy Anugerah Khaliq 83.3 86.7

5 Wafda 83.3 83.3

6 Ardelvie Yoanda 80.0 80.0

7 Arif Aldika Putra 80.0 83.3

8 Dimas Dwicahyo Adrien 80.0 80.0

9 Frizka Aldilla Putri 80.0 83.3

10 Jody 80.0 76.7

11 Muhammad Hafizh Alfajri 80.0 83.3

12 Vinny Puti Belia 80.0 86.7

13 Annisa Camelia Fitri 76.7 80.0

14 Arizal Fikri Firmana 76.7 76.7

15 Arwendy Melyndra 73.3 80.0

16 Mella Putri Utami 73.3 80.0

17 Zahwa Alzeta Fahira 73.3 76.7

18 Annisa Salsabilla 70.0 73.3

104

Lampiran: 3

DATA PENGELOMPOKAN SISWA

PENGETAHUAN AWAL TINGGI

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

No Pengetahuan

awal

Hasil

belajar

No Pengetahuan

awal

Hasil

belajar

1 83.3 86.7 1 86.7 86.7

2 83.3 90.0 2 86.7 86.7

3 83.3 86.7 3 83.3 83.3

4 83.3 93.3 4 83.3 86.7

5 83.3 83.3 5 83.3 83.3

6 80.0 80.0 6 80.0 80.0

7 80.0 86.7 7 80.0 83.3

8 80.0 86.7 8 80.0 80.0

9 76.7 83.3 9 80.0 83.3

81.47 86.3 82.59 83,70

SD 2.40 3.89 SD 2.79 2,62

PENGETAHUAN AWAL RENDAH

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

No Pengetahuan

awal

Hasil

belajar

No Pengetahuan

awal

Hasil

belajar

1 76.70 80.00 1 80.00 76.70

2 76.70 86.70 2 80.00 83.30

3 73.30 83.30 3 80.00 86.70

4 73.30 83.30 4 76.70 80.00

5 70.00 73.30 5 76.70 76.70

6 70.00 73.30 6 73.30 80.00

7 70.00 76.70 7 73.30 80.00

8 66.70 73.30 8 73.30 76.70

9 66.70 76.70 9 70.00 73.30

71.49 78.51 75.92 79.27

SD 3.76 5.04 SD 3.65 4.01

Lampiran: 4

105

ANALISIS DESKRIPTIF HASIL TES PENGETAHUAN AWAL

DAN HASIL BELAJAR SISWA

a. Analisis deskriptif hasil tes pengetahuan awal dan hasil belajar kelas

eksperimen

Tabel Distribusi Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa Kelas

Eksperimen

No

Pengetahuan

awal

(X1)

Hasil

belajar

(X2)

(X1)2 (X2)

2

1 83.3 86.7 6938.89 7516.89

2 83.3 90.0 6938.89 8100.00

3 83.3 86.7 6938.89 7516.89

4 83.3 93.3 6938.89 8704.89

5 83.3 83.3 6938.89 6938.89

6 80.0 80.0 6400.00 6400.00

7 80.0 86.7 6400.00 7516.89

8 80.0 86.7 6400.00 7516.89

9 76.7 83.3 5882.89 6938.89

10 76.7 80.0 5882.89 6400.00

11 76.7 86.7 5882.89 7516.89

12 73.3 83.3 5372.89 6938.89

13 73.3 83.3 5372.89 6938.89

14 70.0 73.3 4900.00 5372.89

15 70.0 73.3 4900.00 5372.89

16 70.0 76.7 4900.00 5882.89

17 66.7 73.3 4448.89 5372.89

18 66.7 76.7 4448.89 5882.89

∑N=18 ∑X1=1376.6 ∑X2=1483.3 ∑(X1)2=105886.68 ∑(X1)

2=122829.35

Pengetahuan Awal Hasil Belajar

106

Nilai rata-rata

Nilai rata-rata

Standar deviasi

Standar deviasi

b. Analisis deskriptif hasil tes pengetahuan awal dan hasil belajar kelas

kontrol

107

Tabel Data Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

No

Pengetahuan

awal

(X1)

Hasil belajar

(X2) (X1)

2 (X2)

2

1 86.70 86.70 6938.89 7516.89

2 86.70 86.70 6938.89 8100.00

3 83.30 83.30 6938.89 7516.89

4 83.30 86.70 6938.89 8704.89

5 83.30 83.30 6938.89 6938.89

6 80.00 80.00 6400.00 6400.00

7 80.00 83.30 6400.00 7516.89

8 80.00 80.00 6400.00 7516.89

9 80.00 83.30 5882.89 6938.89

10 80.00 76.70 5882.89 6400.00

11 80.00 83.30 5882.89 7516.89

12 80.00 86.70 5372.89 6938.89

13 76.70 80.00 5372.89 6938.89

14 76.70 76.70 4900.00 5372.89

15 73.30 80.00 4900.00 5372.89

16 73.30 80.00 4900.00 5882.89

17 73.30 76.70 4448.89 5372.89

18 70.00 73.30 4448.89 5882.89

∑N=18 ∑X1=1426.60 ∑X2=1466.70 ∑(X1)2=113434.90 ∑(X1)

2=119783.57

Pengetahuan Awal Hasil Belajar

Nilai rata-rata

Nilai rata-rata

108

Standar deviasi

Standar deviasi

Lampiran: 5

ANALISIS DESKRIPTIF HASIL TES PENGETAHUAN AWAL

DAN HASIL BELAJAR DENGAN PENGETAHUAN AWAL TINGGI

109

a. Kelas eksperimen

Tabel Distribusi Kemampuan Awal Tinggi dan Hasil Belajar Siswa Kelas

Eksperimen

No

Pengetahuan

awal

(X1)

Hasil

belajar

(X2)

(X1)2 (X2)

2

1 83.30 86.70 6938.89 7516.89

2 83.30 90.00 6938.89 8100.00

3 83.30 86.70 6938.89 7516.89

4 83.30 93.30 6938.89 8704.89

5 83.30 83.30 6938.89 6938.89

6 80.00 80.00 6400.00 6400.00

7 80.00 86.70 6400.00 7516.89

8 80.00 86.70 6400.00 7516.89

9 76.70 83.30 5882.89 6938.89

∑N=9 ∑X1=733.20 ∑X2=776.70 ∑(X1)2=59777.34 ∑(X2)

2=67150.23

Pengetahuan Awal Hasil Belajar

Nilai rata-rata

Nilai rata-rata

Standar deviasi

Standar deviasi

b. Kelas Kontrol

110

Tabel Distribusi Kemampuan Awal Tinggi dan Hasil Belajar Siswa Kelas

Kontrol

No

Pengetahuan

awal

(X1)

Hasil

belajar

(X2)

(X1)2 (X2)

2

1 86.70 86.70 7516.89 7516.89

2 86.70 86.70 7516.89 7516.89

3 83.30 83.30 6938.89 6938.89

4 83.30 86.70 6938.89 7516.89

5 83.30 83.30 6938.89 6938.89

6 80.00 80.00 6400.00 6400.00

7 80.00 83.30 6400.00 6938.89

8 80.00 80.00 6400.00 6400.00

9 80.00 83.30 6400.00 6938.89

∑N=9 ∑X1=743.30 ∑X2=753.30 ∑(X1)2=61450.45 ∑(X2)

2=63106.

Pengetahuan Awal

Hasil Belajar

Nilai rata-rata

Nilai rata-rata

111

Standar deviasi

Standar deviasi

Lampiran: 6

ANALISIS DESKRIPTIF HASIL TES PENGETAHUAN AWAL

DAN HASIL BELAJAR DENGAN PENGETAHUAN AWAL RENDAH

a. Kelas eksperimen

112

Tabel Distribusi Kemampuan Awal Rendah dan Hasil Belajar Siswa Kelas

Eksperimen

No

Pengetahuan

awal

(X1)

Hasil

belajar

(X2)

(X1)2 (X2)

2

1 76.70 80.00 5882.89 6400.00

2 76.70 86.70 5882.89 7516.89

3 73.30 83.30 5372.89 6938.89

4 73.30 83.30 5372.89 6938.89

5 70.00 73.30 4900.00 5372.89

6 70.00 73.30 4900.00 5372.89

7 70.00 76.70 4900.00 5882.89

8 66.70 73.30 4448.89 5372.89

9 66.70 76.70 4448.89 5882.89

∑N=9 ∑X1=643.40 ∑X2=706.60 ∑(X1)2=46109.34 ∑(X2)

2=55679.12

Pengetahuan Awal Hasil Belajar

Nilai rata-rata

Nilai rata-rata

Standar deviasi

Standar deviasi

b. Kelas Kontrol

Tabel Distribusi Kemampuan Awal Rendah dan Hasil Belajar Siswa Kelas

Kontrol

113

No

Pengetahuan

awal

(X1)

Hasil

belajar

(X2)

(X1)2 (X2)

2

1 80.00 76.70 6400.00 5882.89

2 80.00 83.30 6400.00 6938.89

3 80.00 86.70 6400.00 7516.89

4 76.70 80.00 5882.89 6400.00

5 76.70 76.70 5882.89 5882.89

6 73.30 80.00 5372.89 6400.00

7 73.30 80.00 5372.89 6400.00

8 73.30 76.70 5372.89 5882.89

9 70.00 73.30 4900.00 5372.89

∑N=9 ∑X1=683.30 ∑X2=713.40 ∑(X1)2=51984.45 ∑(X2)

2=56677.34

Pengetahuan Awal Hasil Belajar

Nilai rata-rata

Nilai rata-rata

114

Standar deviasi

Standar deviasi

Lampiran: 7

UJI NORMALITAS DATA MENGGUNAKAN UJI LILIEFORS

1. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen

Diketahui : N= 18

SD = 5.98

115

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 66.70 -1.64 0.4495 0.0505 0.056 -0.0051

2 66.70 -1.64 0.4495 0.0505 0.111 -0.0606

3 70.00 -1.08 0.3599 0.1401 0.167 -0.0266

4 70.00 -1.08 0.3599 0.1401 0.222 -0.0821

5 70.00 -1.08 0.3599 0.1401 0.278 -0.1377

6 73.30 -0.53 0.2019 0.2981 0.333 -0.0352

7 73.30 -0.53 0.2019 0.2981 0.389 -0.0908

8 76.70 0.04 0.0160 0.5160 0.444 0.0716

9 76.70 0.04 0.0160 0.5160 0.500 0.0160

10 76.70 0.04 0.0160 0.5160 0.556 -0.0396

11 80.00 0.59 0.2224 0.7224 0.611 0.1113

12 80.00 0.59 0.2224 0.7224 0.667 0.0557

13 80.00 0.59 0.2224 0.7224 0.722 0.0002

14 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.778 0.0951

15 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.833 0.0396

16 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.889 -0.0160

17 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.944 -0.0715

18 83.30 1.14 0.3729 0.8729 1.000 -0.1271

Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1113 sebagai

Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05

didapat Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti

bahwa data pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Kelas Kontrol

Diketahui : N= 18

SD = 4.66

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors

N Xi Zi luas F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

116

kurva

normal

1 70.00 -1.99 0.4767 0.0233 0.056 -0.0323

2 73.30 -1.28 0.3997 0.1003 0.111 -0.0108

3 73.30 -1.28 0.3997 0.1003 0.167 -0.0664

4 73.30 -1.28 0.3997 0.1003 0.222 -0.1219

5 76.70 -0.55 0.2088 0.2912 0.278 0.0134

6 76.70 -0.55 0.2088 0.2912 0.333 -0.0421

7 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.389 0.1750

8 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.444 0.1195

9 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.500 0.0639

10 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.556 0.0083

11 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.611 -0.0472

12 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.667 -0.1028

13 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.722 -0.1583

14 83.30 0.87 0.3078 0.8078 0.778 0.0300

15 83.30 0.87 0.3078 0.8078 0.833 -0.0255

16 83.30 0.87 0.3078 0.8078 0.889 -0.0811

17 86.70 1.60 0.4452 0.9452 0.944 0.0008

18 86.70 1.60 0.4452 0.9452 1.000 -0.0548

Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1750 sebagai

Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas kontrol berdistribusi normal.

3. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Diketahui : N= 18

SD = 5.98

Tabel distribusi F Hasil Belajar Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors

N Xi Zi luas

kurva F(Zi) S(Zi)

F(Zi) -

S(Zi)

117

normal

1 73.30 -1.54 0.4382 0.0618 0.056 0.0062

2 73.30 -1.54 0.4382 0.0618 0.111 -0.0493

3 73.30 -1.54 0.4382 0.0618 0.167 -0.1049

4 76.70 -0.96 0.3315 0.1685 0.222 -0.0537

5 76.70 -0.96 0.3315 0.1685 0.278 -0.1093

6 80.00 -0.41 0.1591 0.3409 0.333 0.0076

7 80.00 -0.41 0.1591 0.3409 0.389 -0.0480

8 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.444 0.1152

9 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.500 0.0596

10 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.556 0.0040

11 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.611 -0.0515

12 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.667 0.0975

13 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.722 0.0420

14 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.778 -0.0136

15 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.833 -0.0691

16 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.889 -0.1247

17 90.00 1.28 0.3997 0.8997 0.944 -0.0447

18 93.30 1.84 0.4671 0.9671 1.000 -0.0329

Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1152 sebagai

Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05

didapat Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti

bahwa data pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

4. Uji normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

Diketahui : N= 18

SD = 4.66

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontroldengan uji Liliefors

118

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 73.30 -2.05 0.4798 0.0202 0.056 -0.0354

2 76.70 -1.20 0.3849 0.1151 0.111 0.0040

3 76.70 -1.20 0.3849 0.1151 0.167 -0.0516

4 76.70 -1.20 0.3849 0.1151 0.222 -0.1071

5 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.278 0.0779

6 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.333 0.0224

7 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.389 -0.0332

8 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.444 -0.0887

9 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.500 -0.1443

10 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.556 0.1180

11 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.611 0.0625

12 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.667 0.0069

13 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.722 -0.0486

14 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.778 -0.1042

15 86.70 1.30 0.4032 0.9032 0.833 0.0699

16 86.70 1.30 0.4032 0.9032 0.889 0.0143

17 86.70 1.30 0.4032 0.9032 0.944 -0.0412

18 86.70 1.30 0.4032 0.9032 1.000 -0.0968

Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1180 sebagai

Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas kontrol berdistribusi normal.

5. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen

Diketahui : N= 9

SD = 3.89

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors

119

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 76.70 -1.99 0.4767 0.0233 0.111 -0.0878

2 80.00 -0.61 0.2291 0.2709 0.222 0.0487

3 80.00 -0.61 0.2291 0.2709 0.333 -0.0624

4 80.00 -0.61 0.2291 0.2709 0.444 -0.1735

5 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.556 0.2208

6 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.667 0.1097

7 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.778 -0.0014

8 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.889 -0.1125

9 83.30 0.76 0.2764 0.7764 1.000 -0.2236

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.2208 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

6. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan

Pengetahuan Awal Tinggi

Diketahui : N= 9

SD = 3.89

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 80.00 -1.62 0.4474 0.0526 0.111 -0.0585

2 83.30 -0.77 0.2794 0.2206 0.222 -0.0016

3 83.30 -0.77 0.2794 0.2206 0.333 -0.1127

120

4 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.444 0.0954

5 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.556 -0.0158

6 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.667 -0.1269

7 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.778 -0.2380

8 90.00 0.95 0.3289 0.8289 0.889 -0.0600

9 93.30 1.80 0.4641 0.9641 1.000 -0.0359

Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0954 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

7. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Tinggi Kelas Kontrol

Diketahui : N= 9

SD = 2.79

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 86.70 1.48 0.4306 0.0694 0.111 -0.0417

2 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.222 -0.0460

3 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.333 -0.1571

4 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.444 -0.2682

5 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.556 -0.3794

6 83.30 0.26 0.1026 0.6026 0.667 -0.0641

7 83.30 0.26 0.1026 0.6026 0.778 -0.1752

8 83.30 0.26 0.1026 0.6026 0.889 -0.2863

9 86.70 1.48 0.4306 0.9306 1.000 -0.0694

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.2208 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

121

8. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol dengan Pengetahuan

Awal Tinggi

Diketahui : N= 9

SD = 2.62

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 80.00 -1.41 0.4207 0.0793 0.111 -0.0318

2 80.00 -1.41 0.4207 0.0793 0.222 -0.1429

3 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.333 0.1071

4 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.444 -0.0040

5 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.556 -0.1152

6 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.667 -0.2263

7 86.70 1.14 0.0557 0.5557 0.778 -0.2221

8 86.70 1.14 0.0557 0.5557 0.889 -0.3332

9 86.70 1.14 0.0557 0.5557 1.000 -0.4443

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1071 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

9. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Rendah Kelas Eksperimen

Diketahui : N= 9

SD = 2.62

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors

122

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 66.70 -1.27 0.398 0.102 0.111 -0.0091

2 66.70 -1.27 0.398 0.102 0.222 -0.1202

3 70.00 -0.40 0.1554 0.3446 0.333 0.0113

4 70.00 -0.40 0.1554 0.3446 0.444 -0.0998

5 70.00 -0.40 0.1554 0.3446 0.556 -0.2110

6 73.30 0.48 0.1844 0.6844 0.667 0.0177

7 73.30 0.48 0.1844 0.6844 0.778 -0.0934

8 76.70 1.38 0.4162 0.9162 0.889 0.0273

9 76.70 1.38 0.4162 0.9162 1.000 -0.0838

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0273 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

10. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan

Pengetahuan Awal Rendah

Diketahui : N= 9

SD = 2.62

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 73.30 -1.03 0.3485 0.1515 0.111 0.0404

2 73.30 -1.03 0.3485 0.1515 0.222 -0.0707

3 73.30 -1.03 0.3485 0.1515 0.333 -0.1818

123

4 76.70 -0.36 0.1406 0.3594 0.444 -0.0850

5 76.70 -0.36 0.1406 0.3594 0.556 -0.1962

6 80.00 0.30 0.1179 0.6179 0.667 -0.0488

7 83.30 0.95 0.3289 0.8289 0.778 0.0511

8 83.30 0.95 0.3289 0.8289 0.889 -0.0600

9 86.70 1.62 0.4474 0.9474 1.000 -0.0526

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0511 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

11. Uji Normalitas Data pengetahuan Awal Rendah Kelas Kontrol

Diketahui : N= 9

SD = 3.65

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)

normal

1 70.00 -1.62 0.4474 0.0526 0.111 -0.0585

2 73.30 -0.72 0.2642 0.2358 0.222 0.0136

3 73.30 -0.72 0.2642 0.2358 0.333 -0.0975

4 73.30 -0.72 0.2642 0.2358 0.444 -0.2086

5 76.70 0.21 0.0832 0.5832 0.556 0.0276

6 76.70 0.21 0.0832 0.5832 0.667 -0.0835

7 80.00 1.12 0.3686 0.8686 0.778 0.0908

8 80.00 1.12 0.3686 0.8686 0.889 -0.0203

9 80.00 1.12 0.3686 0.8686 1.000 -0.1314

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0908 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

124

12. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol dengan Pengetahuan

Awal Rendah

Diketahui : N= 9

SD = 4.01

Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors

N Xi Zi

luas

kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) -

S(Zi) normal

1 73.30 -1.49 0.4319 0.0681 0.111 -0.0430

2 76.70 -0.64 0.2389 0.2611 0.222 0.0389

3 76.70 -0.64 0.2389 0.2611 0.333 -0.0722

4 76.70 -0.64 0.2389 0.2611 0.444 -0.1833

5 80.00 0.18 0.0714 0.5714 0.556 0.0158

6 80.00 0.18 0.0714 0.5714 0.667 -0.0953

7 80.00 0.18 0.0714 0.5714 0.778 -0.2064

8 83.30 1.01 0.3438 0.8438 0.889 -0.0451

9 86.70 1.85 0.4678 0.9678 1.000 -0.0322

Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0389 sebagai

Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat

Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data

pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

Lampiran: 8

UJI HOMOGENITAS MENGGUNAKAN UJI VARIAN (UJI F)

Dilakukan untuk keseluruhan data.

Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

1. Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol

a. H1 : terdapat perbedaan antara varian 1 dan varian 2

125

b. H0 : tidak terdapat perbedaan antara varian 1 dan varian 2

Rekapitulasi data

Data Pengetahuan awal Hasil belajar PAI

Eksperimen kontrol Eksperimen kontrol

N 18 18 18 18

S2 35.73 21.770 35.13 16.00

76.48 79.26 82.41 81.48

a. Uji homogenitas data pengetahuan awal kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Sedangkan F Ftabel = F α = 0.05 = (17.17) = 2.29 dan F α = 0.01 =

3.27

Kesimpulan: F hitung ≤ F tabel. maka data homogen.

b. Uji homogenitas hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

Rumus

1)

Taraf signifikansi α = 0.05 dan α = 0.01

dk pembilang. V1= k - 1 = 3 - 1 = 2

dk penyebut. V2 = n – 1 = 36 – 1 =35

2) Ftabel = F α = 0.05 = (2.35) =3.27

i. F α = 0.01 = 5.25

Dari penghitungan terlihat bahwa F hitung= 2.20 dan F tabel= 3.27

pada taraf signifikansi 0.05. maka F hitung < F tabel

3) Kriteria pengujian jka. F hitung ≤ F tabel. maka data homogen

126

2. Uji homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Tabel data

Data

Strategi pembelajaran

jigsaw konvensional

9 9

Pengetahuan

awal

Tinggi 5,75 7,77

Rendah 13,35 14,17

Rata-rata 9,55 10.97

a.

Taraf signifikansi α = 0.05 dan α = 0.01

dk pembilang. V1= k - 1 = 9 - 1 = 8

dk penyebut. V2 = n – 1 = 9 – 1 =8

b. Ftabel = F α = 0.05 = (8.8) = 3.44

F α = 0.01 = (8.8) = 6.03

Dari penghitungan terlihat bahwa F hitung= 1.06 dan F tabel= 3.44 pada

taraf signifikansi 0.05 maka F hitung < F tabel

c. Kesimpulan: F hitung < F tabel. sehingga varians homogen

Lampiran: 9

Pengujian Hipotesis

1. Uji t

Hipotesis pertama

Diketahui:

s1 = 5.93

s2 = 3.99

S1 = 35.13

127

S2 = 15.99

r = 0.77

Harga ttabel dengan α=0.05 dan dk=34 diketahui ttabel= 2.03. Kriteria

pengujian adalah terima H0 jika t hitung terletak antara –2.03 dan +2.03.

Dan terima H1 jika t mempunyai harga lain.

Dari penelitian didapat thitung=0.75 < ttabel=2.03 sehingga H0 berada di

dalam batas penerimaan, maka H1 ditolak.

Kesimpulan: H0 diterima, artinya hasil belajar PAI kelompok siswa yang

diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tipe jigsaw tidak

berbeda dengan hasil belajar PAI kelompok siswa yang diajar

menggunakan strategi konvensional.

Hal ini berarti strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak lebih baik

dari strategi pembelajaran konvensional karena memberikan pengaruh

yang sama dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar PAI siswa.

Tabel ringkasan perhitungan pengujian hipotesis ke-1

Strategi pembelajaran

Jigsaw

(Kelas eksperimen)

Konvensional

(Kelas kontrol)

128

Kelompok data

N 1= 18

X = 82,41

S2

= 35,13

N 1= 18

X = 81,48

S2

= 15,99

t hitung 0,75

t tabel 2,03

kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho dirima, H1

ditolak

Hipotesis kedua

Diketahui:

s1 = 3.89

s2 = 2.62

S1 = 15.13

S2 = 6.88

r = 0.701

Uji “t”

Harga ttabel dengan α=0.05 dan dk=16 diketahui ttabel= 2.12. Kriteria

pengujian adalah terima H0 jika t hitung terletak antara –2.12 dan +2.12. Dan

terima H1 jika t mempunyai harga lain.

Dari penghitungan didapat thitung=5.2 > ttabel=2.12 sehingga thitung berada di

luar batas penerimaan, maka H1 diterima.

Kesimpulan: H1 diterima artinya, hasil belajar PAI kelompok siswa

dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan menggunakan stategi

129

pembelajaran tipe jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar PAI kelompok

siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar menggunakan strategi

pembelajaran konvensional.

Hal ini berarti strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari

strategi pembelajaran konvensional karena memberikan pengaruh yang

berbeda dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar

PAI siswa dengan pengetahuan awal tinggi.

Tabel ringkasan perhitungan pengujian hipotesis ke-2

Strategi pembelajaran

Jigsaw

(Kelas eksperimen)

Konvensional

(Kelas kontrol)

Kelompok data

N 1= 9

X = 86,70

S2

= 15,13

N 1= 9

X = 83,70

S2

= 6,88

t hitung 5,2

t tabel 2,12

kesimpulan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, H1

diterima

Hipotesis ketiga

Diketahui:

s1 = 5.04

s2 = 4.01

S1 = 25.4

S2 = 16.06

r = 0.623

130

Harga ttabel dengan α=0.05 dan dk=34 diketahui ttabel= 2.03. Kriteria

pengujian adalah terima H0 jika t hitung terletak antara –2.03 dan +2.03.

Dan terima H1 jika t mempunyai harga lain.

Dari penelitian didapat thitung=-0.70 < ttabel=2.03 sehingga H0 berada di

dalam batas penerimaan, maka H1 ditolak.

Kesimpulan: H0 diterima, artinya hasil belajar PAI kelompok siswa yang

diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tipe jigsaw tidak

berbeda dengan hasil belajar PAI kelompok siswa yang diajar

menggunakan strategi konvensional dengan kemampuan awal rendah.

Hal ini berarti strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak lebih baik

dari strategi pembelajaran konvensional karena memberikan pengaruh

yang sama dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar PAI siswa.

Tabel ringkasan perhitungan pengujian hipotesis ke-3

Strategi pembelajaran

Jigsaw

(Kelas eksperimen)

Konvensional

(Kelas kontrol)

Kelompok data

N 1= 9

X = 78.51

S2

= 25.4

N 1= 9

X = 79.27

S2

=16.06

t hitung -0.70

t tabel 2.03

kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho diterima, H1

131

ditolak

Hipotesis keempat dengan ANOVA

H0 : tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan hasil belajar PAI siswa.

H1 : terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan hasil belajar PAI siswa

Hasil

belajar (B)

Strategi Pembelajaran

Jumlah baris Kooperatif

tipe jigsaw

(B1)

konvensional

(B2)

Tinggi

(A1)

86.70

90.00

86.70

93.30

83.30

80.00

86.70

86.70

83.30

86.70

86.70

83.30

86.70

83.30

80.00

83.30

80.00

83.30

∑A1B1=776.70

X=86.30

∑A2B1=753.30

X=83.70 ∑A1=1530

Rendah

(A2)

80.00

86.70

83.30

83.30

73.30

73.30

76.70

73.30

76.70

76.70

83.30

86.70

80.00

76.70

80.00

80.00

76.70

73.30

∑A1B2=706.60 ∑A2B2=713.40 ∑A2=1420

Jumlah

kolom ∑B1=1483.30

∑B2=1466.70

Total= 2950

terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan hasil belajar PAI siswa.

132

Rumus:

a. Inventarisasi hal yang diketahui:

A1 = 776.70 + 753.30 = 1530 A2 = 706.60 + 713.40 = 1420

B1 = 776.70 + 706.60 = 1483.30 B2 = 753.30 + 713.40 = 1466.70

G = 2950

∑X2 = 242612.92

p = 2

q = 2

n = 9

N = 36

b. Perhitungan derajat kebebasan

dk SSt = N – 1

= 36 – 1

= 35

dk SSb = pq– 1

= (2 x 2) -1

= 3

dk SSW = N – pq

= 36 – 4

= 32

dk SSA = p – 1

=2 – 1

= 1

dk SSB = q – 1

= 2 – 1

= 1

dk SSAB = dk SSA x dk SSB

= 1 x 1

= 1

c. Perhitungan sum squares:

133

d. Perhitungan mean squares:

134

e. Perhitungan mean squares

f. Perhitungan F ratio

1) Faktor tingkat hasil belajar

F tabel < FA, maka H0 ditolak.

2) Faktor metode mengajar (faktor B)

135

F tabel > F hitung, maka H0 diterima.

3) Interaksi faktor hasil belajar dan metode mengajar (interaksi A x B)

F tabel > F hitung, maka H0 diterima.

g. Tabel ANOVA

Sumber varians DK SS MS F hitung F tabel

Baris (A) 1 336.11 336.11 21.18

4.15

Baris (B) 1 7.65 7.65 0.5

Interaksi AB 1 25.36 25.35 1.66

Dalam sel 32 507.7 15.87

Total 35 876.82

Kesimpulan:

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa:

F hitung = 1,66

F tabel = 4,15

Untuk interaksi AxB, hipotesis nol (H0) diterima karena F tabel >F hitung.

artinya efek faktor strategi pembelajaran terhadap hasil belajar tidak

tergantung pada faktor pengetahuan awal.

136

lampiran: 10

Tabel Hitung Frekuensi Pengetahuan Awal Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Diketahui

N = 18

Nilai tertinggi (H) = 83.30

Nilai terendah (L) = 66.7

Diketahui

N = 18

Nilai tertinggi (H) = 86.70

Nilai terendah (L) = 70.00

Range (rentang data)

Range (rentang data)

Jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval

Panjang kelas interval

Panjang kelas interval

137

Lampiran: 11

Tabel Hitung Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Diketahui

N = 18

Nilai tertinggi (H) = 93.30

Nilai terendah (L) = 73.30

Diketahui

N = 18

Nilai tertinggi (H) = 86.70

Nilai terendah (L) = 73.30

Range (rentang data)

R = H – L + 1

Range (rentang data)

Jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval

Panjang kelas interval

Panjang kelas interval

138

Lampiran: 12

Penghitungan Nilai Korelasi Hasil Belajar Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a. Tabel distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Eksperimen Kontrol X

2 Y

2 XY

(X) (Y)

86.70 86.70 7516.89 7516.89 7516.89

90.00 86.70 8100 7516.89 7803

86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11

93.30 86.70 8704.89 7516.89 8089.11

83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89

80.00 80.00 6400 6400 6400

86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11

86.70 80.00 7516.89 6400 6936

83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89

80.00 76.70 6400 5882.89 6136

86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11

83.30 86.70 6938.89 7516.89 7222.11

83.30 80.00 6938.89 6400 6664

73.30 76.70 5372.89 5882.89 5622.11

73.30 80.00 5372.89 6400 5864

76.70 80.00 5882.89 6400 6136

73.30 76.70 5372.89 5882.89 5622.11

139

76.70 73.30 5882.89 5372.89 5622.11

1483.30 1466.70 122829.35 119783.57 121177.55

82.41 81.48 6823.85 6654.64 6732.09

Maka perhitungan korelasi Pearson adalah:

b. Tabel distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol dengan Pengetahuan Awal Tinggi

No Eksperimen Kontrol

X2 Y

2 XY

(X) (Y)

1 86.70 86.70 7516.89 7516.89 7516.89

2 90.00 86.70 8100 7516.89 7803

3 86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11

4 93.30 86.70 8704.89 7516.89 8089.11

5 83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89

6 80.00 80.00 6400 6400 6400

7 86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11

8 86.70 80.00 7516.89 6400 6936

9 83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89

jumlah 776.70 753.30 67150.23 63106.23 65067.00

mean 86.30 83.70 7461.14 7011.80 7229.67

Maka perhitungankorelasi Pearson adalah:

140

c. Tabel distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol dengan Pengetahuan Awal Rendah

No Eksperimen Kontrol

X2 Y

2 XY

(X) (Y)

1 80,00 76,70 6400 5882,89 6136

2 86,70 83,30 7516,89 6938,89 7222,11

3 83,30 86,70 6938,89 7516,89 7222,11

4 83,30 80,00 6938,89 6400 6664

5 73,30 76,70 5372,89 5882,89 5622,11

6 73,30 80,00 5372,89 6400 5864

7 76,70 80,00 5882,89 6400 6136

8 73,30 76,70 5372,89 5882,89 5622,11

9 76,70 73,30 5882,89 5372,89 5622,11

jumlah 706,60 713,40 55679,12 56677,34 56110,55

mean 78,51 79,27 6186,57 6297,48 6234,51

Maka perhitungankorelasi Pearson adalah:

141

Lampiran: 13

TES KEMAMPUAN AWAL

Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Semester : VII

Kelas : VII ....

Nama : ............................................

A. Petunjuk :

1. Tulislah Nama dan kelas di kolom yang disediakan!

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dan beri tanda silang (X) pada

salah satu jawaban yang disediakan !

B. Soal :

1. Tawadhu‟ merupakan salah satu akhlak yang terpuji yang artinya, kecuali…

a. rendah hati

b. tidak sombong

c. rendah diri

d. menghargai orang lain

2. Ibarat padi “makin berisi makin tunduk ”, Peribahasa diatas merupakan

aplikasi dari akhlak terpuji yaitu….

a. sabar c. tawadhu‟

b. qana‟ah d. taat

3. Potongan ayat di bawah ini merupakan, perintah Allah SWT kepada kita

sebagai umat Islam untuk selalu berakhlak….

a. sabar c. tawadhu‟

b. qana‟ah d. taat

4. Orang yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dipunyai, berarti ia

tidak memiliki sifat…

a. taat c.sabar

b. qana‟ah d. tawadhu‟

142

5. Ketika kita diajak oleh teman untuk mengucilkan teman sekelas karena dia

bermasalah dengan salah seorang teman kita yang lain. Namun kita tidak mau

melakukan perbuatan itu dan menahan diri dari hasutan teman kita itu. Sikap

tersebut merupakan sikap.…

a. jentelmen dan berhati-hati dalam bertindak

b. menyelamatkan diri dari hawa nafsu

c. dapat menghentikan kezaliman

d. sabar terhadap maksiat

6. Sikap seseorang yang rendah hati disebut dengan....

a. qanaah c. tawadhu

b. sabar d. taat

7.

Ayat di atas merupakan perintah agar

bersikap....

a. tawadhu c. sabar

b. taat d. qanaah

8. Asrul berhasil meraih prestasi sebagai pemain terbaik dalam tim sepak bola.

Namun demikian dia tidak sombong. Dengan demikian dia telah menerapkan

sifat....

a. sabar c. taat

b. qanaah d. tawadhu

9. Siswa yang rajin melaksanakan shalat berarti telah menerapkan sifat taat

kepada....

a. peraturan sekolah c. orang tua

b. Allah SWT d. guru agama

10. Rajin membayar pajak tepat pada waktunya berarti menerapkan taat kepada....

a. masyarakat c. pemerintah

b. keluarga d. orang tua

11.

Ayat di atas merupakan perintah agar

bersikap....

c. tawadhu c. sabar

d. taat d. qanaah

12. Berikut merupakan sikap dari orang yang memiliki sifat qonaah, yaitu ....

143

a. rela menerima apa yang dimilki

b. rela dijajah asalkan diberi pekerjaan yang layak

c. rela menerima apapun yang dituduhkan

d. rela dimadu demi kebahagiaan anak

13. Walaupun penghasilannya banyak, pak Masri tetap saja merasa kurang.

Dengan demikian dia tidak menerapkan sifat....

a. takabur c. taat

b. tamak d. qanaah

14. Salah satu bentuk penerapan sabar adalah ....

a. tidak mau dipuji jika mendapat penghargaan

b. semata pasrah kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang terjadi

c. sikap mampu menahan diri untuk tetap tenang ketika menghadapi cobaan

d. menjalankan shalat lima waktu

15. Sikap yang ditampakkan oleh orang yang bersifat sabar dalam perjuangan

adalah....

a. Siap memikul senjata menghadapi penjajahan asing

b. Waspada dan cermat dalam menghadapi segala tantangan

c. selalu was-was dalam menghadapi ujian

d. siap selalu jika diminta pemerintah untuk menjadi pejuang

16.

Ayat diatas menyuruh kita untuk bersifat...

a. tawadhu c. sabar

b. taat d. qanaah

17. Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan ciri-ciri sifat sabar adalah ....

a. selalu ikhlas berserah diri kepada Allah

b. tidak mudah menerima kenyataan

c. tidak mudah berputus asa dalam usaha

d. tahan ketika diuji dengan penderitaan

18. Contoh taat yang diperintahkan Allah dan Rasulnya adalah, kecuali ....

a. taat mengikuti sunnah Nabi

b. taat melaksanakan shalat setiap waktu

c. taat pada istri atasan

d. taat istri pada suami

19. Pernyataan berikut benar menurut sifat qanaah adalah ....

a. orang-orang qanaah itu kaya, walaupun ia pemulung

b. orang-orang qanaah itu kelaparan, walaupun ia kaya

c. orang-orang qanaah itu kaya, walaupun ia kelaparan

d. orang-orang qanaah itu miskin, walaupun ia kaya

20. Berikut yang dimaksud pengertian taat adalah ....

144

a. tunduk dan patuh

b. takut dan cemas

c. patuh dan waspada

d. tunduk dan prihatin

21. Yang mendirikan dan membangun Ka‟bah adalah....

a. Nabi Muhammad SAW c. Nabi Ibrahim AS

b. Nabi Isa AS d. Nabi Adam AS

22. Zaman sebelum datang ajaran Islam di kota Makkah disebut zaman

a. jahiliyah c. jami‟iyah

b. jaliliyah d. jabariyah

23. Perlakuan orang Makkah terhadap bayi perempuan sebelum datangnya Islam

adalah...

a. sangat mengagungkan martabatnya

b. biasa-biasa saja

c. sangat merendahkan martabatnya

d. sesuai dengan keturunan takut dan cemas

24. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun ....

a. 560 M c. 580 M

b. 570 M d. 590 M

25. Karena kejujurannya Nabi Muhammad diberi gelar al-amin yang berarti....

a. Dapat dipatuhi c. Dapat dipercaya

b. Dapat ditaati d. Dapat dimengerti

26. Diangkatnya Rasulullah saw. menjadi rasul adalah sejak beliau berumur....

a. 39 tahun c. 41 tahun

b. 40 tahun d. 35 tahun

27. Alasan masyarakat jahiliyah menolak dengan keras ajakan Nabi Muhammad

saw untuk menyembah hanya kepada Allah SWT adalah ....

a. Khawatir agama yang dibawa Nabi Muhammad saw mengancam

nyawanya

b. Khawatir kepercayaan yang sudah mereka yakini secara turun-temurun

akan hilang

c. Tidak senang dengan cara-cara Nabi Muhammad saw meyebarkan agama

Islam

d. Tidak senang dengan kebiasaan Nabi Muhammad saw yang sering

berdusta sebelumnya

28. Istri Nabi Muhammad saw yang disegani oleh orang-orang kafir pada

permulaan dakwah adalah..

a. Siti „Aisyah c. Siti Khadijah

b. Ummu Salamah d. Hafsah

29. Sebutan bagi orang-orang yang menunggu Nabi Muhammad hijrah di

Madinah adalah ....

145

a. ashabul kahfi

b. sahabat muhajirin

c. assabiqunal awwalun

d. sahabat anshar

30. Bagaimana cara dakwah Nabi Muhammad setelah di Madinah....

a. Membuat pengajian di goa-goa Madinah

b. Lebih terbuka dan terang-terangan

c. Menggunakan pesan berantai para sahabat

d. Lebih ditekankan pada aqidah

Lampiran: 14

KISI-KISI SOAL

No Pokok Bahasan Indikator

Aspek kognitif

dan nomor soal Jumlah

C1 C2 C3 C4

1 Sifat-sifat terpuji Menjelaskan

pengertian perilaku

tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar

1 2 20 3

Menyebutkan Dalil

Naqli yang

berhubungan dengan

perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan

sabar

3, 7,

11,

16

4

Menyebutkan contoh

perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan

sabar dalam

kehidupan

4, 6, 9,10,

17

18,

13

7

Menerangkan cara

membiasakan perilaku

tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar di

lingkungan keluarga

12,

14

2

Menerangkan cara

membiasakan perilaku

tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar di

lingkungan sekolah

5 1

146

Menerangkan cara

membiasakan perilaku

tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar di

lingkungan

masyarakat

8 19,

15

3

2 Sejarah Nabi

Muhammad 1

Menjelaskan keadaan

masyarakat Mekah

sebelum kenabian

Nabi Muhammad saw

21,

22

23 3

Menjelaskan masa

kelahiran sampai

kenabian Nabi

Muhammad saw.

24,

25,

26

3

Menjelaskan

penyiaran Islam

sebelum hijrah

28 27 2

Menjelaskan

penyiaran Islam

sesudah hijrah

29 30 2

Jumlah 14 6 8 2 30

Keterangan :

C1 : Pengetahuan

C2 : Pemahaman

C3 : Aplikasi

C4 : Analisis

147

Lampiran: 15

TES BERDASARKAN INDIKATOR

No Indikator Sub

Indikator

Item

Tes

Tes

1 Menjelask

an

pengertian

perilaku

tawadhu‟,

ta‟at,

qana‟ah

dan sabar

1. Pengerti

an

tawadhu

1 31. Tawadhu‟ merupakan salah satu akhlak

yang terpuji yang artinya, kecuali…

a. rendah hati

b. tidak sombong

c. rendah diri

d. menghargai orang lain

32. Perum

pamaan

orang

tawadhu

2 2. Ibarat padi “makin berisi makin tunduk

”, Peribahasa diatas merupakan aplikasi

dari akhlak terpuji yaitu….

a. sabar

b. qana‟ah

c. tawadhu‟

d. d. taat

33. Penger

tian taat

20 3. Berikut yang dimaksud pengertian taat

adalah ....

a. tunduk dan patuh

b. takut dan cemas

c. patuh dan waspada

d. tunduk dan prihatin

2 Menyebut

kan Dalil

Naqli

yang

berhubun

gan

dengan

perilaku

1. Ayat

tentang

taat

3 34. Potongan ayat di bawah ini merupakan,

perintah Allah SWT kepada kita sebagai

umat Islam untuk selalu berakhlak….

a. sabar .

148

tawadhu‟,

ta‟at,

qana‟ah

dan sabar

b. qana‟ah

c. tawadhu‟

d. taat

2. Ayat

tentang

tawadh

u‟

7 35.

a. tawadhu

b. taat

c. sabar

d. qanaah

3. ayat

tentang

tawadhu

‟p

11 36.

Ayat diatas merupakan perintah agar

bersikap...

a. tawadhu

b. taat

c. sabar

d. qanaah

4. ayat

tentang

sabar

16 37.

Ayat diatas menyuruh kita untuk bersifat...

a. tawadhu

b. taat

c. sabar

d. qanaah

149

3 Menyebut

kan contoh

perilaku

tawadhu‟,

ta‟at,

qana‟ah

dan sabar

dalam

kehidupan

1. contoh

orang

yang

tidak

bersifat

qana‟ah

4 38. Orang yang tidak pernah merasa cukup

dengan apa yang dipunyai, berarti ia

tidak memiliki sifat…

a. taat

b. qana‟ah

c. sabar

d. tawadhu‟

2. Contoh

orang

yang

tawadh

u‟

6 39. Sikap seseorang yang rendah hati

disebut dengan....

a. qanaah

b. sabar

c. tawadhu

d. taat

3. Contoh

orang

yang

bersifa

t ta‟at

pada

Allah

9 40. Siswa yang rajin melaksanakan shalat

berarti telah menerapkan sifat taat

kepada....

a. peraturan sekolah

b. Allah SWT

c. orang tua

d. guru agama

4. Contoh

orang

yang

bersifa

t ta‟at

pada

pemeri

ntah

10 41. Rajin membayar pajak tepat pada

waktunya berarti menerapkan taat

kepada....

a. masyarakat

b. keluarga

c. pemerintah

d. orang tua

5. contoh

pengec

ualian

sifat

sabar

17 42. Pernyataan berikut ini yang bukan

merupakan ciri-ciri sifat sabar adalah

....

a. selalu ikhlas berserah diri kepada

Allah

b. tidak mudah menerima kenyataan

c. tidak mudah berputus asa dalam

usaha

d. tahan ketika diuji dengan penderitaan

150

6. contoh

pengec

ualian

sifat

taat

18 43. Contoh taat yang diperintahkan Allah

dan Rasulnya adalah, kecuali ....

a. taat mengikuti sunnah Nabi

b. taat melaksanakan shalat setiap

waktu

c. taat pada istri atasan

d. taat istri pada suami

7. Contoh

orang

yang

tidak

qana‟a

h

13 44. Walaupun penghasilannya banyak, pak

Masri tetap saja merasa kurang. Dengan

demikian dia tidak menerapkan sifat....

a. takabur

b. tamak

c. taat

d. qanaah

4 Menerang

kan cara

membiasa

kan

perilaku

tawadhu‟,

ta‟at,

qana‟ah

dan sabar

di

lingkunga

n keluarga

1. Cara

membi

asakan

sikap

qana‟a

h

12 45. Berikut merupakan sikap dari orang

yang memiliki sifat qonaah, yaitu ....

a. rela menerima apa yang dimilki

b. rela dijajah asalkan diberi pekerjaan

yang layak

c. rela menerima apapun yang

dituduhkan

d. rela dimadu demi kebahagiaan anak

2. Cara

membia

sakan

sabar

14 46. Salah satu bentuk penerapan sabar

adalah ....

a. tidak mau dipuji jika mendapat

penghargaan

b. semata pasrah kepada Allah SWT

atas segala sesuatu yang terjadi

c. sikap mampu menahan diri untuk

tetap tenang ketika menghadapi

cobaan

d. menjalankan shalat lima waktu

5 Menerang

kan cara

membiasa

kan

1. Cara

membia

sakan

sikap

5 47. Ketika kita diajak oleh teman untuk

mengucilkan teman sekelas karena dia

bermasalah dengan salah seorang teman

kita yang lain. Namun kita tidak mau

151

perilaku

tawadhu‟,

ta‟at,

qana‟ah

dan sabar

di

lingkunga

n sekolah

sabar di

sekolah

melakukan perbuatan itu dan menahan

diri dari hasutan teman kita itu. Sikap

tersebut merupakan sikap.…

a. jentelmen dan berhati-hati dalam

bertindak

b. menyelamatkan diri dari hawa nafsu

c. dapat menghentikan kezaliman

d. sabar terhadap maksiat

6 Menerang

kan cara

membiasa

kan

perilaku

tawadhu‟,

ta‟at,

qana‟ah

dan sabar

di

lingkunga

n

masyaraka

t

1. cara

membia

sakan

sifat

tawadhu

‟ di

masyara

kat

8 48. Asrul berhasil meraih prestasi sebagai

pemain terbaik dalam tim sepak bola.

Namun demikian dia tidak sombong.

Dengan demikian dia telah menerapkan

sifat....

c. sabar

d. qanaah

e. taat

f. tawadh

2. Pembi

asaan

sifat

qana‟a

h

19 49. Pernyataan berikut benar menurut sifat

qanaah adalah ....

a. orang-orang qanaah itu kaya,

walaupun ia pemulung

b. orang-orang qanaah itu kelaparan,

walaupun ia kaya

c. orang-orang qanaah itu kaya,

walaupun ia kelaparan

d. orang-orang qanaah itu miskin,

walaupun ia kaya

3. Membi

asakan

sifat

sabar

15 50. Sikap yang ditampakkan oleh orang

yang bersifat sabar dalam perjuangan

adalah....

a. Siap memikul senjata menghadapi

penjajahan asing

b. Waspada dan cermat dalam

menghadapi segala tantangan

c. selalu was-was dalam menghadapi

ujian

152

d. siap selalu jika diminta pemerintah

untuk menjadi pejuang

7 Menjelask

an

keadaan

masyaraka

t Mekah

sebelum

kenabian

Nabi

Muhamma

d saw

1. Pendiri

ka‟bah

21 51. Yang mendirikan dan membangun

Ka‟bah adalah....

a. Nabi Muhammad SAW

b. Nabi Isa AS

c. Nabi Ibrahim AS

d. Nabi Adam AS

2. Nama

zaman

sebelu

m nabi

Muha

mmad

lahir

22 52. Zaman sebelum datang ajaran Islam di

kota Makkah disebut zaman

a. jahiliyah

b. jaliliyah

c. jami‟iyah

d. jabariyah

3. Perlak

uan

terhada

p bayi

perem

puan

23 53. Perlakuan orang Makkah terhadap bayi

perempuan sebelum datangnya Islam

adalah...

a. sangat mengagungkan martabatnya

b. biasa-biasa saja

c. sangat merendahkan martabatnya

d. sesuai dengan keturunan takut dan

cemas

8 Menjelask

an masa

kelahiran

sampai

kenabian

Nabi

Muhamma

d saw.

1. Tahun

kelahir

an nabi

Muha

mmad

24 54. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun

....

a. 560 M

b. 570 M

c. 580 M

d. 590 M

2. Gelar

nabi

Muha

mmad

25 55. Karena kejujurannya Nabi Muhammad

diberi gelar al-amin yang berarti....

a. Dapat dipatuhi

b. Dapat ditaati

c. Dapat dipercaya

153

d. Dapat dimengerti

3. Tahun

awal

kerasul

an nabi

Muha

mmad

26 56. Diangkatnya Rasulullah saw. menjadi

rasul adalah sejak beliau berumur....

b. 39 tahun

c. 40 tahun

d. 41 tahun

e. 35 tahun

9 Menjelask

an

penyiaran

Islam

sebelum

hijrah

1. Alasan

masyara

kat

jahiliyah

menolak

Islam

27 57. Alasan masyarakat jahiliyah menolak

dengan keras ajakan Nabi Muhammad

saw untuk menyembah hanya kepada

Allah SWT adalah ....

a Khawatir agama yang dibawa Nabi

Muhammad saw mengancam

nyawanya

b Khawatir kepercayaan yang sudah

mereka yakini secara turun-temurun

akan hilang

c Tidak senang dengan cara-cara Nabi

Muhammad saw meyebarkan agama

Islam

d Tidak senang dengan kebiasaan Nabi

Muhammad saw yang sering berdusta sebelumnya

2.Istri

Nabi

pertama

28 58. Istri Nabi Muhammad saw yang

disegani oleh orang-orang kafir pada

permulaan dakwah adalah..

a Siti „Aisyah

b Ummu Salamah

c Siti Khadijah

d Hafsah

10 Menjelask

an

penyiaran

Islam

sesudah

hijrah

1.Sebutan

bagi

pendudu

k

Madina

h

29 59. Sebutan bagi orang-orang yang

menunggu Nabi Muhammad hijrah di

Madinah adalah ....

a ashabul kahfi

b sahabat muhajirin

c assabiqunal awwalun

d sahabat anshar

154

e

2.Cara

dakwah

Nabi di

Madina

h

30 60. Bagaimana cara dakwah Nabi

Muhammad setelah di Madinah....

a. Membuat pengajian di goa-goa

Madinah

b. Lebih terbuka dan terang-terangan

c. Menggunakan pesan berantai para

sahabat

d. Lebih ditekankan pada aqidah

155

Lampiran: 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Jigsaw

Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII / Ip

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-1)

A. Standar Kompetensi

1. Membiasakan perilaku terpuji

B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta

menunjukan dalil naqlinya

C. Indikator

1. Menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

2. Menyebutkan dalil naqli yang berhubungan dengan perilaku

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

D. Tujuan Pembelajaran:

Setelah proses pembelajaran diharapkan:

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar

2. Siswa dapat menyebutkan Ayat Qur‟an yang berhubungan dengan

perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

3. Siswa dapat menyebutkan Hadits yang berhubungan dengan

perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

No.

Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit

156

a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan

berdo‟a.

b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta

kemampuan dasar yang harus di miliki setelah

mempelajari materi ini.

c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa

berkenaan dengan pengertian sifat-sifat terpuji

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya

d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah

mempelajari materi yang akan diajarkan

2. Kegiatan Persiapan

a. Siswa dibagi kedalam kelompok inti, masing-masing

4-5 orang perkelompok

b. Guru memberikan materi pengertian sifat-sifat terpuji

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya

kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari

c. Guru mengumpulkan masing-masing siswa kelompok

inti yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam

satu kelompok ahli,

10 Menit

3. Kegiatan Inti

a. Siswa membaca dan mendiskusikan sifat-sifat terpuji

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam kelompok

ahli.

b. Guru menugaskan bagi semua anggota kelompok ahli

untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi

tentang sifat-sifat terpuji tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan

sabar yang telah dipahaminya kepada kelompok ahli.

c. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam

kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke

kelompok kooperatif asal/ kelompok inti.

d. Masing-masing siswa menyampaikan hasil dari

tugasnya dikelompok ahli secara bergiliran di

kelompok inti.

e. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan tugasnya

secara keseluruhan, masing-masing kelompok

menyampaikan hasilnya dan guru memberikan

klarifilkasi/ penguatan.

60 Menit

4. Kegiatan Penutup

a. Guru memberikan quiz untuk mengevaluasi

penguasaan materi siswa

b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi

c. Guru menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

10 e

n

i

t

157

F. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi kooperatif tipe

Jigsaw

G. Sumber dan Alat Pembelajaran

1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII

2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII

3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI

H. Materi

1. Pengertian tawadhu‟

2. Pengertian ta‟at

3. Pengertian qana‟ah

4. Pengertian Sabar

5. Ayat al-Quran yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar

6. Hadits yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan

sabar

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif : Menjelaskan sifat-sifat terpuji tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar beserta dalilnya

b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok inti

c. Afektif : Keaktifan dan partisipasi dalam diskusi.

2. Jenis Tagihan : soal-soal

3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian

Batusangkar, September 2012

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar

Drs. ASRUL

NIP.19641002 198903 1004

Guru Mata Pelajaran

FITRA YENTI, S.Ag, MA

d. Guru memberikan PR

e. Guru menutup pertemuan dengan salam

158

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Jigsaw

Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII / I

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-2)

A. Standar Kompetensi

1. Membiasakan perilaku terpuji

B. Kompetensi Dasar

1. Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan

sabar

2. Membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

C. Indikator

1. Menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

dalam kehidupan

2. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar di lingkungan keluarga

3. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar di lingkungan sekolah

4. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar di lingkungan masyarakat

D. Tujuan Pembelajaran:

Setelah proses pembelajaran diharapkan:

1. Siswa dapat menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar dalam kehidupan

2. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan keluarga

3. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan sekolah

4. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan masyarakat

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

159

No.

Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan

berdo‟a.

b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta

kemampuan dasar yang harus di miliki setelah

mempelajari materi ini.

c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa

berkenaan dengan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya

dalam lingkungan

d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah

mempelajari materi yang akan diajarkan

10 Menit

2. Kegiatan Persiapan

a. Siswa dibagi kedalam kelompok inti, masing-masing

4-5 orang perkelompok

b. Guru memberikan materi contoh-contoh perilaku

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara

membiasakannya dalam lingkungan kepada masing-

masing kelompok untuk dipelajari

c. Guru mengumpulkan masing-masing siswa kelompok

inti yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam

satu kelompok ahli,

10 Menit

3. Kegiatan Inti

a. Siswa membaca dan mendiskusikan contoh-contoh

perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara

membiasakannya dalam lingkungan dalam kelompok

ahli.

b. Guru menugaskan bagi semua anggota kelompok ahli

untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi

tentang contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya dalam

lingkungan yang telah dipahaminya kepada kelompok

ahli.

c. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam

kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke

kelompok kooperatif asal/ kelompok inti.

d. Masing-masing siswa menyampaikan hasil dari

tugasnya dikelompok ahli secara bergiliran di

kelompok inti.

e. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan tugasnya

secara keseluruhan, masing-masing kelompok

60 Menit

160

F. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi kooperatif tipe

Jigsaw

G. Sumber dan Alat Pembelajaran

1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII

2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII

3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI

H. Materi

1. Contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam

kehidupan

2. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di

lingkungan keluarga

3. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di

lingkungan sekolah

4. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di

lingkungan masyarakat

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif : Menjelaskan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara

membiasakannya dalam lingkungan

b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok inti

c. Afektif : Keaktifan dan partisipasi dalam diskusi.

2. Jenis Tagihan : soal-soal

3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian

Batusangkar, September 2012

Mengetahui

menyampaikan hasilnya dan guru memberikan

klarifilkasi/ penguatan.

4. Kegiatan Penutup

a. Guru memberikan quiz untuk mengevaluasi

penguasaan materi siswa

b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi

c. Guru menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

d. Guru memberikan PR

e. Guru menutup pertemuan dengan salam

11 e

n

i

t

161

Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar

Drs. ASRUL

NIP.19641002 198903 1004

Guru Mata Pelajaran

FITRA YENTI, S.Ag, MA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Jigsaw

Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII / I

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

1. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw.

B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad saw.

C. Indikator

1. Menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum kenabian Nabi

Muhammad saw

2. Menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi Muhammad

saw.

3. Menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah

4. Menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah

D. Tujuan Pembelajaran:

Setelah proses pembelajaran diharapkan:

1. Siswa dapat menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum

kenabian Nabi Muhammad saw

2. Siswa dapat menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi

Muhammad saw.

3. Siswa dapat menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah

4. Siswa dapat menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

No.

Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit

162

a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan

berdo‟a.

b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta

kemampuan dasar yang harus di miliki setelah

mempelajari materi ini.

c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa

berkenaan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW

d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah

mempelajari materi yang akan diajarkan

2. Kegiatan Persiapan

a. Siswa dibagi kedalam kelompok inti, masing-masing

4-5 orang perkelompok

b. Guru memberikan materi sejarah nabi Muhammad

kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari

c. Guru mengumpulkan masing-masing siswa kelompok

inti yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam

satu kelompok ahli,

10 Menit

3. Kegiatan Inti

a. Siswa membaca dan mendiskusikan sejarah nabi

Muhammad dalam kelompok ahli.

b. Guru menugaskan bagi semua anggota kelompok ahli

untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi

tentang sejarah nabi Muhammad yang telah

dipahaminya kepada kelompok ahli.

c. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam

kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke

kelompok kooperatif asal/ kelompok inti.

d. Masing-masing siswa menyampaikan hasil dari

tugasnya dikelompok ahli secara bergiliran di

kelompok inti.

e. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan tugasnya

secara keseluruhan, masing-masing kelompok

menyampaikan hasilnya dan guru memberikan

klarifilkasi/ penguatan.

60 Menit

4. Kegiatan Penutup

a. Guru memberikan quiz untuk mengevaluasi

penguasaan materi siswa

b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi

c. Guru menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

d. Guru memberikan PR

e. Guru menutup pertemuan dengan salam

10 e

n

i

t

163

F. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi kooperatif tipe

Jigsaw

G. Sumber dan Alat Pembelajaran

Sumber dan alat yang digunakan adalah Buku PAI terbitan Armico

untuk kelas VII, Erlangga, 2009 Buku Pendidikan Agama Islam VII

yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, Jakarta., Al Qur‟an

terjemahan Departemen Agama RI, Maidir Harun dan Firdaus,

Sejarah Peradaban Islam Jilid I, Padang: IAIN-IB Pres, 2001,

Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I, Jakarta: Pustaka Al

Husna, 1990, Mahrus As‟ad dan A. Wahid, Ayo Mengenal Sejarah

Kebudayaan Islam untuk MTs/SMP Islam Kls VII, Buku Sirah

Nabawiyah karangan Ustadz Mubarakfury diterbitkan oleh Penerbit

Al Kautsar.

H. Materi Pembelajaran

1. Keadaan Kota Mekah sebelum Kadatangan Islam

2. Keadaan Kota Mekah setelah Kedatangan Islam

a. Kelahiran Muhammad

b. Muhammad Diangkat Menjadi Rasul

c. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi

d. Dakwah secara Terang-terangan

3. Dakwah Islam di Madinah.

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif : Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW

b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil diskusi dikelompok inti

c. Afektif : keaktifan dan partisipasi dalam diskusi

2. Jenis Tagihan : soal-soal

3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian

Batusangkar, Oktober 2012

Mengetahui Kepala

SMP Negeri 5 Batusangkar

Guru Mata Pelajaran

164

Drs. ASRUL

NIP.19641002 198903 1004

FITRA YENTI, S.Ag, MA

Lampiran: 17

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Konvensional

Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII / I

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-1)

A. Standar Kompetensi

1. Membiasakan perilaku terpuji

B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta

menunjukan dalil naqlinya

C. Indikator

1. Menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

2. Menyebutkan dalil naqli yang berhubungan dengan perilaku

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

D. Tujuan Pembelajaran:

Setelah proses pembelajaran diharapkan:

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar

2. Siswa dapat menyebutkan Ayat Qur‟an yang berhubungan dengan

perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

3. Siswa dapat menyebutkan Hadits yang berhubungan dengan

perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

No.

Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit

165

a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan

berdo‟a.

b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta

kemampuan dasar yang harus di miliki setelah

mempelajari materi ini.

c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa

berkenaan dengan pengertian sifat-sifat terpuji

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya

d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah

mempelajari materi yang akan diajarkan

2. Kegiatan Persiapan

a. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa

b. Siswa membuka buku paket dan membacanya

10 Menit

3. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pengertian sifat-sifat terpuji

tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya

dengan ceramah

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai materi yang kurang jelas

c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan

soal latihan di papan tulis

d. Siswa mengerjakan soal dan latihan

60 Menit

4. Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi

b. Guru menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

c. Guru memberikan PR

d. Guru menutup pertemuan dengan salam Guru

11 e

n

i

t

F. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Konvensioanal

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Penugasan

G. Sumber dan Alat Pembelajaran

1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII

2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII

3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI

H. Materi

1. Pengertian tawadhu‟

166

2. Pengertian ta‟at

3. Pengertian qana‟ah

4. Pengertian Sabar

5. Ayat al-Quran yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar

6. Hadits yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan

sabar

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif : Menjelaskan sifat-sifat terpuji tawadhu‟, ta‟at,

qana‟ah dan sabar beserta dalilnya

b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil pekerjaan didepan kelas

c. Afektif : Memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi

aktif dalam pbm

2. Jenis Tagihan : soal-soal

3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian

Batusangkar, September 2012

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar

Drs. ASRUL

NIP.19641002 198903 1004

Guru Mata Pelajaran

FITRA YENTI, S.Ag, MA

167

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Konvensional

Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII / I

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-2)

A. Standar Kompetensi

1. Membiasakan perilaku terpuji

B. Kompetensi Dasar

1. Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan

sabar

2. Membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

C. Indikator

1. Menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar

dalam kehidupan

2. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar di lingkungan keluarga

3. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar di lingkungan sekolah

4. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar di lingkungan masyarakat

D. Tujuan Pembelajaran:

Setelah proses pembelajaran diharapkan:

1. Siswa dapat menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah

dan sabar dalam kehidupan

2. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan keluarga

3. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan sekolah

4. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan masyarakat

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

168

F. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Konvensioanal

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Penugasan

G. Sumber dan Alat Pembelajaran

No.

Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan

berdo‟a.

b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta

kemampuan dasar yang harus di miliki setelah

mempelajari materi ini.

c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa

berkenaan dengan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya

dalam lingkungan

d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah

mempelajari materi yang akan diajarkan

10 Menit

2. Kegiatan Persiapan

a. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa

b. Siswa membuka buku paket dan membacanya

10 Menit

3. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya

dalam lingkungan dengan ceramah

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai materi yang kurang jelas

c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan

soal latihan di papan tulis

d. Siswa mengerjakan soal dan latihan

60 Menit

4. Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi

b. Guru menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

c. Guru memberikan PR

d. Guru menutup pertemuan dengan salam Guru

12 e

n

i

t

169

1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII

2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII

3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI

H. Materi

1. Contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam

kehidupan

2. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di

lingkungan keluarga

3. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di

lingkungan sekolah

4. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di

lingkungan masyarakat

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif : Menjelaskan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,

ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara

membiasakannya dalam lingkungan

a. Psikomotor : Mempresentasikan hasil pekerjaan disepan kelas

b. Afektif : Memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi

aktif dalam pbm

2. Jenis Tagihan : soal-soal

3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian

Batusangkar, September 2012

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar

Drs. ASRUL

NIP.19641002 198903 1004

Guru Mata Pelajaran

FITRA YENTI, S.Ag, MA

170

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) – Konvensional

Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII / I

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

1. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw.

B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad saw.

C. Indikator

1. Menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum kenabian Nabi

Muhammad saw

2. Menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi Muhammad

saw.

3. Menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah

4. Menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah

D. Tujuan Pembelajaran:

Setelah proses pembelajaran diharapkan:

1. Siswa mampu menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum

kenabian Nabi Muhammad saw

2. Siswa mampu menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi

Muhammad saw.

3. Siswa mampu menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah

4. Siswa mampu menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan

berdo‟a.

b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta

kemampuan dasar yang harus di miliki setelah

mempelajari materi ini.

10 Menit

171

c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa

berkenaan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW

d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah

mempelajari materi yang akan diajarkan

2.

Kegiatan Persiapan

a. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa

b. Siswa membuka buku paket dan membacanya

10 Menit

3. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi sejarah Nabi Muhammad

dengan ceramah

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai materi yang kurang jelas

c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan

soal latihan di papan tulis

d. Siswa mengerjakan soal dan latihan

60 Menit

4. Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi

b. Guru menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya

c. Guru memberikan PR

d. Guru menutup pertemuan dengan salam

13 e

n

i

t

F. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Konvensioanal

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Penugasan

G. Sumber dan Alat Pembelajaran

Sumber dan alat yang digunakan adalah Buku PAI terbitan Armico

untuk kelas VII, Erlangga, 2009 Buku Pendidikan Agama Islam VII

yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, Jakarta., Al Qur‟an

terjemahan Departemen Agama RI, Maidir Harun dan Firdaus,

Sejarah Peradaban Islam Jilid I, Padang: IAIN-IB Pres, 2001,

Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I, Jakarta: Pustaka Al

Husna, 1990, Mahrus As‟ad dan A. Wahid, Ayo Mengenal Sejarah

Kebudayaan Islam untuk MTs/SMP Islam Kls VII, Buku Sirah

Nabawiyah karangan Ustadz Mubarakfury diterbitkan oleh Penerbit

Al Kautsar.

172

H. Materi Pembelajaran

1. Keadaan Kota Mekah sebelum Kadatangan Islam

2. Keadaan Kota Mekah setelah Kedatangan Islam

a. Kelahiran Muhammad

b. Muhammad Diangkat Menjadi Rasul

c. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi

d. Dakwah secara Terang-terangan

3. Dakwah Islam di Madinah.

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Kognitif : Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW

b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas

c. Afektif : Memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi

aktif dalam pbm.

2. Jenis Tagihan : soal-soal

3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian

Batusangkar, Oktober 2012

Mengetahui Kepala

SMP Negeri 5 Batusangkar

Drs. ASRUL

NIP.19641002 198903 1004

Guru Mata Pelajaran

FITRA YENTI, S.Ag, MA