iipustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_ELDA_YULIANTI...mengungkapkan pikiran perasaan,...
Transcript of iipustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_ELDA_YULIANTI...mengungkapkan pikiran perasaan,...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui sebuah tulisan seseorang
dapat mengungkapkan pikiran maupun perasaannya pada orang lain. Marahimin
(2008:16), menyatakan bahwa:
”Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.
Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi
mengungkapkan pikiran perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara
tertulis. Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa menulis adalah
menjelmakan bahasa lisan, baik menyalin atau melahirkan pikiran atau
perasaan, seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan dan
sebagainya”.
Kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa menulis merupakan suatu
bentuk aktifitas komunikasi yang dilakukan secara tertulis untuk menuangkan
pikiran dan perasaan pada orang lain atau dapat juga dikatakan bahwa, dengan
menulis berarti mengupayakan suatu bahasa lisan menjadi bahasa tulisan dalam
berbagai bentuk pengungkapan.
Ada beberapa macam bentuk tulisan yang harus dipelajari siswa selama
menduduki bangku sekolah dasar. Salah satu bentuk tulisan itu adalah menulis
deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan menulis deskripsi menurut Alwasilah
(2008:114), bahwa:
”Deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek, penampilan,
pemandangan, atau kejadian. Cara penulis ini menggambarkan sesuatu
sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya, melihat, mendengar, atau mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh panca
indera, maka deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian
1
2
atau spesifikasi. Semua ini diniati demi terciptanya impresi dominan yang
menjadi tujuan menulis”.
Menulis deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan untuk memaparkan,
menggambarkan (melukiskan) suatu peristiwa atau kejadian yang dirasakan dan
dialami oleh pengarang (penulis). Menulis deskripsi merupakan salah satu
kompetensi dasar yang dipelajari siswa SD. Materi ini dirasa agak susah bagi guru
dalam menerapkannya karena guru merasa kesulitan dalam memikirkan alat
peraga yang akan digunakan, juga guru belum menguasai pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan .
Guru merasa kesulitan dalam memberikan materi menulis deskripsi ini.
karena guru juga tidak menguasai langkah – langkah pembelajaran menulis, yang
terdiri dari 3 tahap (1) tahap pra penulisan (2) tahap saat penulisan (3) tahap
pasca penulisan. Setiap proses/ pelaksanaan pembelajaran ini indikator yang
diharapkan tidak tercapai, siswa tidak dapat mengungkapkan ide – ide atau
perasaan yang ada dalam pikirannya, siswa hanya mengamati obyek tapi tidak
mampu untuk menuliskan hal yang diamatinya, siswa tidak terbiasa bekerja sama
dengan temannya,
Hasil belajar yang diharapkan dari kompetensi dasar tersebut adalah siswa
mampu mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana
dengan bahasa tulis. Pembelajaran menulis deskripsi ini merupakan sebuah
proses. Dalam proses ini siswa diajak untuk menuangkan ide/gagasan yang ada
dalam fikirannya menjadi karya kreatif. Tahapan yang harus dilalui dalam
menulis deskripsi ini yaitu : (1) pramenulis, (2) menulis, (3) pasca penulisan.
(Suparno, 2003: 1.14).
3
Pernyataan Suparno (2003) di atas menjelaskan bahwa sebelum siswa
melakukan kegiatan menulis, terlebih dahulu guru memberikan penjelasan
tentang tulisan deskripsi. Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan bimbingan
sesuai dengan tahapan –tahapan kegiatan menulis.
Pembelajaran ini akan dapat dicapai dengan baik apabila, guru melibatkan
para siswa dalam berbagai kesempatan untuk menulis dan berinteraksi dengan
teman-teman mereka. selama proses menulis berlangsung daripada hanya
mengevaluasi hasil akhir. Ini berarti, bahwa kegitan menulis lebih ditekankan
pada proses. Dengan penekanan pada proses menulis, pembelajaran akan berpusat
pada siswa, serta aktivitas siswa lebih terarah dan terbimbing untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 14 Olo selama ini, keterampilan siswa
untuk menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis deskripsi
mereka kesulitan untuk menuliskan kalimat menjadi sebuah paragraf. Hal ini
terjadi karena guru tidak memberikan penjelasan tentang cara menulis deskripsi,
dan guru hanya memerintahkan siswa untuk menulis karangan tanpa adanya
penjelasan. Dan juga guru memberikan pembelajaran hanya berada dalam kelas
saja, atau guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Agar
dapat menulis siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik dan media yang
menarik. Untuk itu guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik
agar siswa dapat menulis dengan baik.
Pembelajaran menulis yang baik sangat membutuhkan ketelitian,
kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain,
4
antara satu paragraf dengan paragraf berikutnya sehingga akan membentuk
sebuah karangan yang baik dan utuh. Pembelajaran menulis, khususnya menulis
paragraf deskripsi adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengajukan suatu
objek atau suatu hal yang sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada
di depan kepala pembaca.
Sampai saat ini pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah dasar masih
mengutamakan hasil dari pada proses. Dengan demikian, siswa berusaha menulis
tanpa mengetahui proses yang harus dilaluinya, sehingga bentuk tulisan yang
dihasilkannya pun tidak jelas. Kenyataan seperti ini, disampaikan oleh guru kelas
III Sekolah Dasar No. 14 Olo, Padang Barat. Guru tersebut menyampaikan
keluhan dan pengalamannya ketika mengajarkan materi menulis, khususnya
menulis deskripsi pada siswa kelas III bahwa: siswa kurang berminat menulis
sehingga mengalami kesulitan bila ditugasi menulis, bimbingan yang diberikan
kepada siswa sangat minim dan bimbingan itu pun adalah bimbingan yang masih
bersifat konvensional. Artinya, bimbingan yang diberikan oleh guru hanya berupa
petunjuk singkat berupa judul dari tulisan yang akan dibuat , yakni guru
memberikan sejumlah judul yang dapat dipilih oleh siswa serta memberikan
pokok-pokok pikiran dari setiap judul.
Strategi yang digunakan oleh guru SDN 14 Olo Padang Barat. Guru
cendrung menggunakan strategi yang sama dalam berbagai kondisi . Kondisi ini
terlihat dengan langkah-langkah mengajar guru. Pertama, guru memberikan judul,
kemudian memberikan garis besar ( out line) yang akan ditulis siswa . Sebagai
akibatnya siswa tidak berminat menulis karena tidak tahu yang akan mereka tulis,
5
karena tidak mempunyai gagasan apa yang akan ditulis , Guru jarang mengaitkan
hal yang telah diketahui siswa dengan pembelajaran.
Oleh sebab itu maka peranan guru juga harus berubah, yakni biasanya
menugasi siswa untuk menyusun sebuah tulisan dan menilai hasilnya, melainkan
bekerja bersama-sama dengan siswa dalam proses menulis. Guru harus mampu
menggali skemata siswa dengan melakukan Tanya jawab agar dapat mengetahui
seberapa jauh ilmu yang sudah dimiliki siswa, , guru juga harus mampu
menerapkan kerjasam diantara semua siswa dalam kerja kelompok , guru juga
harus mampu membangkitkan minat siswa untuk menanggapi dan memberikan
saran kepada orang lain. Langkah – langkah dari kegiatan di atas semuanya
termasuk karakteritik dari pendekatan CTL.
Kemampuan dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan karakteristik di atas menunjukkan bahwa CTL mampu untuk merubah
cara guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis deskripsi. Kemudian
Secara psikologis, perhatian dan bimbingan guru dapat menggairahkan siswa
untuk menulis tanpa ada perasaan tidak mampu dan perasaan takut salah, karena
guru selalu siap mendampingi siswa dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian hasil observasi awal ,maka peneliti menyimpulkan
bahwa permasalahan yang dialami guru dan siswa SDN 14 Olo Padang Barat
akan dapat diatasi dengan melakukan pembaharuan untuk meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi yaitu melalui sebuah pendekatan pembelajaran
yang berhubungan hal yang terdekat dengan kehidupan siswa yaitu pendekatan
kontekstual teaching and learning. Dalam hal ini siswa dibawa kedalam
6
kehidupan yang pernah dialami dan pernah dilihat sehingga diharapkan siswa
akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan
diharapkan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis
deskripsi. Untuk itu, peneliti merasa dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) mampu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
deskkripsi. [Pendekatan CTL merupakan konsep belajar dengan mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata , sehingga siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari]. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Baharudin dan Esa (2007:137) yang menyatakan bahwa:
“Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke
siswa”.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, pembelajaran dengan pendekatan CTL
memungkinkan siswa belajar dengan memperoleh makna. Pendekatan CTL
diharapkan dapat mendorong siswa agar menyadari dan menggunakan
pemahamannya untuk mengembangkan diri dan penyelesaian berbagai persoalan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendekatan CTL yang
demikian diharapkan siswa dapat mengerti makna belajar, manfaat belajar, status
mereka, serta bagaimana mereka mencapai semua itu. Mereka akan menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.
Konsep pembelajaran dengan pendekatan CTL, yang mengaitkan antara
kehidupan nyata dengan materi yang diajarkan, dapat diaplikasikan dalam
7
pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan media objek nyata. Objek
nyata yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, bisa berupa benda-benda
yang terdapat di sekitar lingkungan sekolah, misalnya, menuliskan ciri-ciri bunga
mawar yang terdapat di halaman sekolah , menuliskan ciri-ciri salah seorang
siswa yang dijadikan objek, dan banyak hal lainnya yang bisa digunakan. Dalam
melakukan tanya jawab guru akan dapat menggiring siswa untuk membuktikan
kebesaran sang pencipta, dengan bukti hal yang diciptakannya, misalnya bunga
mawar mempunyai warna merah serta baunya sangat wangi sekali, batangnya
berduri membuat kita harus hati-hati dalam memetiknya. Bunga mawar sangat
berguna untuk obat-obatan. Allah telah menciptakan mawar untuk obat penyakit
campak dan juga dapat dibuat untuk bedak, dan minyak wangi. Contoh tersebut
sudah termasuk penerapan CTL dalam pembelajaran.
Pendekatan CTL dengan objek nyata diharapkan dapat mengenalkan atau
menunjukkan, memotivasi, dan menarik minat siswa kelas III SDN 14 Olo
Padang Barat dalam menulis paragraf deskripsi, dan diharapkan keterampilan
menulis paragraf deskripsi akan meningkat.
Zamel (1987) dalam Nunan (1991:98) menjelaskan bahwa keterampilan
menulis akan berkembang dengan cepat bila para siswa diberikan kesempatan
untuk menulis dan didorong untuk menjadi partisipan dalam masyarakat penulis.
Dalam hal ini, guru dan peneliti berkolaboratif berperan sebagai pembimbing
pada setiap tahapan menulis sesuai dengan kebutuhan anak, baik pada tahap
pramenulis, tahap menulis dan pasca menulis.
8
Dengan demikian deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan yang mana
dalam penulisannya pengarang (penulis) mencoba untuk memaparkan,
menggambarkan (melukiskan) apa yang dirasakan dan dialaminya dari suatu
peristiwa atau kejadian. Sehubungan dengan permasalahan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini
dalam penelitian dengan mengangkat judul: “Peningkatan Keterampilan
Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) Pada Siswa Kelas III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, dapat
diidentifikasi masalah dalam pembelajaran menulis deskripsi adalah sebagai
berikut:
1. Keterampilan siswa untuk menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi
untuk dapat menulis paragraf deskripsi.
2. Pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah dasar masih mengutamakan
hasil daripada proses, siswa berusaha menulis tanpa mengetahui proses
yang harus dilaluinya, sehingga bentuk tulisan yang dihasilkannya pun
tidak jelas.
3. Guru mengatakan bahwa siswa kurang berminat menulis sehingga
mengalami kesulitan bila ditugasi menulis.
9
4. Guru mengakui bahwa bimbingan yang diberikan kepada siswa sangat
minim dan bimbingan itu pun adalah bimbingan yang masih bersifat
konvensional.
5. Guru kurang sekali dalam memberi contoh tentang tulisan atau karangan
yang baik yang dapat dijadikan pedoman ataupun motivasi bagi siswa.
6. Strategi yang digunakan oleh guru masih konvensional, ternyata kurang
mendorong siswa untuk aktif menulis dan kurang sesuai dengan minat dan
pengalaman sehari-hari siswa.
7. Guru kurang memperhatikan proses menulis yang dilakukan siswa , tetapi
lebih mengutamakan hasil yang telah dikerjakan siswa tanpa ada arahan
dan bimbingan yang diberikan, sehingga siswa bekerja hanya dengan
pengetahuannya sendiri .
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan yang disampaikan pada identifikasi masalah maka
rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut di
bawah ini:
1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas
III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang setelah mendapatkan
pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) pada tahap pra menulis?
2. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas
III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap menulis?
10
3. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas
III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap pasca menulis?
Ketiga masalah di atas akan dibahas dalam perencanaan , pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran dengan tujuan agar dapat mengetahui kekurangan dan
kelemahan dalam proses pembelajaran menulis deskripsi
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa,
secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara:
1. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap pra menulis di kelas
III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang.
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap menulis di kelas III
SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang.
3. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap pasca menulis di
kelas III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang.
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat teoretis dan
manfaat praktis.
11
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis,
yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada
penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan
dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi
belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis deskripsi. Manfaat
teoretis lainnya adalah menambah khasanah pengembangan pengetahuan
mengenai pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu, juga mengembangkan
teori pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi
menjadi empat yaitu: bagi siswa, guru, sekolah dan bagi Dinas Pendidikan.
a. Manfaat bagi siswa
Dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pada
umumnya dan menulis deskripsi pada khususnya.
b. Manfaat bagi guru
Memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran
menulis, untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini
digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
menarik dan tidak membosankan, dan dapat mengembangkan
keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam
menerapkan pembelajaran menulis deskripsi.
12
c. Manfaat bagi sekolah
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memajukan
dan meningkatkan prestasi sekolah yang dapat disampaikan dalam
pembinaan guru ataupun kesempatan lain bahwa pembelajaran menulis
khususnya menulis deskripsi dapat menggunakan teknik objek langsung
sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.
d. Manfaat bagi Dinas Pendidikan
Sebagai informasi sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam
merealisasikannya dalam bentuk lokakarya tujuan yang ingin dicapai
sebagaimana yang dikehendaki dalam ketentuan Undang-Undang
Pendidikan Nasional.
e. Manfaat bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
Sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dalam
mengembangkan inovasi dalam bidang pendidikan dan bahan
pertimbangan dalam mengadakan lokarya dan penataran bagi guru-
guru khususnya guru Sekolah Dasar.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
Teori-teori yang akan dipaparkan dalam landasan teoretis ini berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan meliputi teori tentang menulis, menulis
deskripsi, pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang
mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) Kontruktivisme saat menggali
schemata anak (2) Inkuiri Penemuan sendiri (3) Modeling (pemodelan) (4)
Masyarakat belajar (5) Bertanya (6) Refleksi (7) Penilaian yang sebenarnya.
Tiga tahap pembelajaran menulis yaitu : (1) Tahap prapenulisan (2) saat
menulis (3) Pascapenulisan. Tiga tahap pembelajaran menulis ahrus dilaksanakan
sesuai dengan tahapnya tanpa diacak. Tahap dalam pembelajaran menulis itu akan
dikaitkan dengan Karakteristik dari CTL . Hal itu akan tampak jelas terkaitnya
dalam kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP dan dilaksanakan
dalam proses pembelajaran, Teori-teori yang berhubungan dengan menulis dan
CTL akan menjadi landasan dalam penelitian ini, juga karakteristik siswa kelas III
sekolah dasar.
1. Kemampuan Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang mencakup di segala bidang , baik
yang berhubungan dengan kehidupan dunia ataupun akhirat, baik yang
berhubungan ilmu eksakta maupun non eksakta.
13
14
Kemajuan dan perkembangan seorang anak akan dapat dilihat di sekolah
dengan pengamatan guru terhadap hasil tulisan yang dibuatnya. Untuk itu agar
kegiatan menulis lebih bermanfaat dalam menuangkan ide-ide dan dapat
menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaan perlu
mempelajari cara-cara penulisan yang baik.
Di sekolah dasar pembelajaran menulis merupakan salah satu bahagian dari
pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan pelajaran pokok yang sangat
menetukan keberhasilan dari semua mata pelajaran. Untuk itu perlu adanya
pemahaman tentang menulis yang akan dibahas di bawah ini.
1.1. Pengertian Menulis
Menulis ialah keterampilan mengeluarkan, mengekspresikan isi hati dalam
bentuk tulisan. Keterampilan ini erat sekali hubungannya dengan keterampilan
bahasa yang lain, yaitu keterampilan membaca, keterampilan menyimak dan
keterampilan berbicara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(2002;1219), dijelaskan bahwa: ”Menulis” berasal dari kata “Tulis” mengandung
arti; membuat huruf; melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang).
Tulisan, berarti hasil menulis; cara menulis (tidak dengan lisan) melainkan
dengan tulisan.
Menulis merupakan proses menyampaikan informasi secara tertulis kepada
orang lain, sehingga orang lain lebih memahaminya. Seperti yang dikemukakan
oleh H.G.Tharigan dalam Suriamiharja (1996;1) bahwa menulis merupakan
proses menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
15
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain juga dapat memahami
lambang–lambang tersebut.
Pengertian menulis juga diungkapkan oleh Irsyad (2004:3), yaitu
menuangkan gagasan dengan cara merangkai kata menjadi kalimat, dan kalimat
menjadi paragraf. Suatu paragraf adalah satu gagasan yang terurai. Rangkaian
paragraf-paragraf ini menjadi sebuah tulisan”. Bagi sebagian orang, menuangkan
gagasan dalam rangkaian kata-kata merupakan hal yang sulit.
Perlu suatu keterampilan untuk membuat suatu gagasan menjadi sebuah
tulisan. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya akan
berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan
kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan
merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis
meningkat dan berkembang secara cepat.
Menulis merupakan proses melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan
atau cara berkomunikasi untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak
kepada orang lain secara tertulis (Suriamiharja, 1985:2). Seseorang yang memiliki
keterbatasan dalam berbicara, bisa menjadikan kemampuan menulisnya sebagai
alat untuk berkomunikasi.
Kegiatan menulis dalam dunia pendidikan sangat penting dan berharga
sekali, sebab menulis akan lebih mempermudah seseorang untuk berpikir.
Menulis merupakan suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan
sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan
(Enre1988:6).
16
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Selain itu, menulis juga diartikan sebagai kegiatan pelukisan lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut.
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan
ekspresi bahasa. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan
para pelajar berpikir. Menulis juga memudahkan kita merasakan daya tanggap
atau persepsi kita dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Hasil tulisan
merupakan satu-satunya media untuk menyampaikan pesan yang ingin kita
sampaikan.
1.2. Tujuan Menulis
Sesuatu yang akan dikerjakan akan mempunyai arti apabila ada tujuannya,
demikian juga halnya dengan menulis. Tujuan menulis adalah “Mengungkapkan
perasaan dalam berbagai gaya, cara dan tujuan. Ada yang bergaya sentimentil dan
pribadi. Ada tulisan yang dibuat untuk dinikmati sendiri atau ditujukan buat
seseorang. Ada yang bergaya formal dan objektif, yang ditulis untuk dibaca orang
banyak” Das (2004:9).
Tujuan menulis lainnya adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri
seseorang dengan tulisan yang mengandung nada yang serasi dengan maksud dan
tujuannya. Menulis tidak hanya mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan
17
yang cocok dan sesuai, tetapi juga harus menentukan siapa yang akan membaca
tulisan tersebut dan apa maksud tujuannya.
Keraf (1995:6) mengemukakan, tujuan umum menulis utuh dipengaruhi
oleh kebutuhan dasar manusia, yaitu (1) keinginan untuk memberi informasi
kepada orang lain dan memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal;
(2) keinginan untuk meyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran akan suatu
hal, dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain; (3) keinginan
untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu
barang atau objek, atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi;
dan (4) keinginan untuk menceritakan kepada orang lain tentang kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami maupun yang
didengar orang lain. Jadi, tujuan umum menulis terdapat keterkaitan antara
penulis dengan orang lain.
Penulis memberi dan memperoleh informasi, mempengaruhi sikap dan
pendapat, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu peristiwa baik yang
dialami atau didengar dari orang lain. Pembelajaran menulis bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas
wawasan. Selain itu juga diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa.
Siswa tidak hanya mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas
atau langsung,melainkan juga disampaikan secara terselubung atau tidak
langsung.
Berdasarkan pendapat pakar yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa menulis mempunyai tujuan yang khusus yaitu
18
menginformasikan, mendeskripsikan , dan menyarankan. Selanjutnya, dapat juga
disimpulkan bahwa, dalam penulisan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehingga gagasan penulisan dapat mencapai efektivitas penulisan dan sesuai
dengan sasaran yang hendak dituju terhadap hasil tulisan, yang pada akhirnya
tulisan tersebut dapat menggambarkan sebuah tulisan yang informatif dan
komunikatif.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, tujuan menulis menyangkut
dengan sasaran yang hendak dituju oleh penulis dalam membuat suatu tulisan.
Oleh sebab itu, seseorang melakukan kegiatan menulis atau membuat suatu
tulisan, memiliki tujuan tertentu dari apa yang ditulisnya, dengan kata lain tulisan
tersebut dibuat untuk suatu sasaran tertentu sesuai maksud penulis.
1.3. Proses Menulis
Kemampuan seseorang dalam menulis ditentukan oleh keterampilannya
menggunakan bahasa yaitu bagaimana penulisan tersebut dapat memanfaatkan
struktur tata bahasa secara baik dan menarik bagi pembaca yang membaca hasil
tulisannya.
Penulis yang baik terampil dan selalu menyadari bahwa bahasa tulisan
tidak sama dengan bahasa tutur. Jadi tata bahasa yang digunakan dalam menulis
tidak dapat disamakan dengan bahasa tutur, walaupun menulis dan berbicara
sama-sama merupakan bagian dari keterampilan berbahasa.
19
Peranan tata bahasa dalam menulis menurut pendapat Nurhadi
(1990: 214) adalah:
“Dalam kegiatan menulis diperlukan keterampilan dalam
memanfaatkan struktur tata bahasa. Menulis merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa, yakni merupakan
bentuk performance yang tertulis. Menulis merupakan bagian
integral dari perkembangan bahasa. Sering terjadi bahwa seseorang
yang dapat berbicara belum tentu dapat menulis merupakan bagian
dari keterampilan berbahasa. Tata bahasa yang dipergunakan dalam
menulis berbeda dengan tata bahasa yang digunakan dalam
berbicara. Bagi anak-anak, belajar menulis merupakan latihan untuk
menyusun konstruksi kalimat yang jauh berbeda dengan kemampuan
mereka secara spontan dalam berbicara”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
menulis yang baik diperlukan keterampilan penulisan yang memanfaatkan
struktur tata bahasa, karena dalam menulis merupakan kegiatan bagi pemerolehan
bahasa yang juga merupakan bentuk performance yang tertulis.
Untuk meningkatkan kemampuan bahasa tulis siswa, perlu suatu
pembinaan pendidikan kemampuan bahasa pokok siswa, di mana hal tersebut juga
berarti menambah pengetahuan komunikasi siswa. sebagaimana yang
dikemukakan G. Keraf, (1994:7), yang menyebutkan bahwa:
“Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan kontrol sosial,
oleh karena itu pembinaan keterampilan menggunakan bahasa akan
membantu memberikan dasar-dasar memperoleh kemahiran
berbahasa, baik dalam penggunaan bahasa secara lisan maupun
secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau diajak bicara
dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa, selain sebagai alat
komunikasi bahasa Indonesia juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa. Oleh sebab itu materi pelajaran menulis yang dipelajari siswa
merupakan proses pembentukan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa
20
Indonesia, yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi
dalam bahasa tulisan.
Depdiknas (2006:317) menyebutkan bahwa: “Pembelajaran bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia”.
1.4. Jenis Menulis
Ada beberapa bentuk jenis tulisan atau karangan yang dapat diajarkan
guru pada siswa, agar siswa lebih memahami cara menulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Menurut Finoza (2008:232), yaitu:
“Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya, karangan dapat
dibedakan atas enam jenis, yaitu: a) Deskripsi/ perian, b) Narasi/ kisahan, c)
Eksposisi/ paparan, d) Argumentasi/ bahasan, e) Persuasi/ ajakan, dan f)
Campuran/ kombinasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik dan
membimbing siswa menulis suatu karangan atau tulisan, guru dapat
menjelaskan dan membimbing siswa mengenalkan beberapa bentuk tulisan
antara lain: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan campuran.
Salah diantaranya akan dibahas di bawah ini yaitu menulis deskripsi.
21
2. Menulis Deskripsi
Menulis deskripsi merupakan kegiatan menulis dimana penulis atau
pembicara berkeinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana
bentuk atau wujud suatu barang atau objek sesuai dengan hal yang telah
diamatinya , atau mendeskripsikan cita rasa suatu makanan setelah ia mengecap
makanan tersebut, hal, atau bunyi sesuatu setelah ia mendengarnya.
2.1. Pengertian menulis Deskripsi
Pengertian menulis deskripsi menurut Lamuddin (2008:233), yaitu:
“Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris „Description‟, yang tentu saja
berhubungan dengan kata kerja to describe, yang berarti melukiskan
dengan bahasa”. Sedangkan menulis deskripsi menurut Ermanto & Emidar
(2009:164), yaitu:
”Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan atau
mendeskripsikan suatu objek, benda, atau alam. Objek tersebut
digambarkan dengan menggunakan kata-kata berdasarkan aspek
ruang dan aspek kebendaan”.
Selanjutnya, pengertian menulis deskripsi menurut Marahimin
(2008:45), yaitu:
”Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata
suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis
deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat
„melihat‟ apa yang dilihatnya, dapat „mendengar‟ apa yang
didengarnya, „mencium bau‟ yang diciumnya, „mencicipi‟ apa yang
dimakannya, „merasakan‟ apa yang dirasakannya, serta sampai
kepada „kesimpulan‟ yang sama dengannya. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari observasi melalui
panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata”.
22
Berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
penulisnya, penulis menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya
khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan
sendiri apa yang dialami penulisnya. Kemudian tulisan deskripsi menurut Suparno
(2006:1.11), yaitu: ”Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau
menggambarkan”
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, deskripsi
merupakan suatu bentuk tulisan yang dalam penulisannya pengarang (penulis)
mencoba untuk memaparkan, menggambarkan (melukiskan) apa yang dirasakan
dan dialaminya dari suatu peristiwa atau kejadian.
2.2. Tujuan Menulis Deskripsi
Sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya bahwa menulis
mempunyai tujuan tertentu untuk dilaksanakan. Demikian juga halnya tujuan
menulis deskripsi adalah untuk memberikan beberapa pengalaman dan
kemampuan menulis bagi siswa yang membuat suatu tulisan deskripsi. Menurut
Marahimin (2008,45), yaitu:
“Penulis dapat menggambarkan hal yang diamati denga alat indranya
sehingga pembaca seolah-olah mengalami hal yang ada dalam
tulisan‟. Oleh karena itulah, untuk menuliskan sebuah deskripsi
perlulah kita mengamati dengan tajam dengan memanfaatkan semua
alat indra kita. Bukan hanya penglihatan saja, seperti yang banyak
dilakukan oleh sebagian penulis pemula”.
23
2.3. Ciri-Ciri Menulis Deskripsi
Untuk membedakan tulisan deskripsi dengan bentuk tulisan lainnya
maka perlu diketahui ciri-ciri dari tulisan deskripsi. Menurut Mukayat
(1998:13), bahwa:
“Ciri-ciri karangan deskriptif ialah: sebagian informatif sebagian
imaginative dan subjektif, misalnya pemakaian kata-kata: „saya
merasa‟, „saya menduga‟, „hal itu menyakinkan saya‟, dan
sebagainya, nampaknya dapat dipercaya dan tulus, berisi terutama
pendapat pribadinya dan cenderungnya, mengandung impresi
spesifik tentang sesuatu, bahasanya figuratif dan alami”.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam membuat tulisan
deskripsi, penulis (pengarang) harus memperhatikan ciri-ciri tulisan deskripsi,
agar tujuan yang hendak disampaikan dalam tulisan berbentuk deskripsi ini betul-
betul menggambarkan hal-hal yang sesungguhnya. Oleh sebab itu seorang penulis
deskripsi harus memiliki pengalaman yang tajam dengan semua alat indranya,
agar dapat menggambarkan sesuatu hal yang diungkapkannya melalui tulisan
dapat dirasakan oleh pembaca.
2.4. Proses Menulis Deskripsi
Menulis merupakan suatu proses kreatif. Sebagai suatu proses kreatif, ia
harus mengalami suatu proses yang secara sadar pula dilihat hubungan satu
dengan yang lain, sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Semi (2003:5)
menjelaskan bahwa dalam menulis dilaksanakan dengan tujuh langkah, yakni: 1)
pemilihan dan penetapan topik, 2) pengumpulan informasi, 3) penetapan tujuan,
24
4) perancangan tulisan, 5) penulisan, 6) penyuntingan atau revisi, 7)
penulisan naskah jadi. Tahap-tahap menulis menurut Akhadiah (1988:3) antara
lain:
1) Tahap prapenulisan yang merupakan tahap perencanaan atau
persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan,
2) Tahap penulisan yaitu tahap yang membahas setiap butir topik
yang ada di dalam kerangka yang disusun,
3) Tahap revisi artinya membaca kembali buram yang sudah selesai
ditulis, kemudian direvisi, diperbaiki, dikurangi, atau kalau perlu
diperluas.
Suparno (2002:1.13) menyatakan bahwa menulis merupakan serangkaian
aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu: 1) fase prapenulisan
(persiapan), 2) penulisan (pengembangan isi karangan), 3) tahap pascamenulis
(telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap
menulis deskripsi adalah: 1) tahap prapenulisan (persiapan), 2) tahap penulisan
(pengembangan isi karangan), dan 3) tahap pascamenulis (revisi atau
penyempurnaan tulisan). Selanjutnya, dalam tahap-tahap menulis deskripsi
terdapat beberapa kegiatan, menurut Suparno (2006:1.15), meliputi kegiatan
berikut:
a. Tahap Prapenulisan
Tahap prapenulisan merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat
kembali pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-
kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan
dengan baik.
25
Adapun aktivitas pada tahap prapenulisan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh
karangan. Begitu pentingnya menentukan topik karangan dikarenakan topik
merupakan inti persoalan yang menjiwai isi karangan, yang mempertautkan
seluruh bagian atau ide karangan menjadi suatu keutuhan. Tanpa topik yang jelas,
maka isi karangan pun akan kabur fokusnya.
2) Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan
Setelah mendapatkan topik yang baik, langkah selanjutnya adalah
menentukan maksud atau tujuan penulisan. Maksud dan tujuan menulis ini perlu
diperhatikan selama penulisan berlangsung agar misi karangan dapat
tersampaikan dengan baik, yang akan mempengaruhi corak (genre) dan bentuk
karangan, gaya penyampaian, serta tingkat kerincian isi karangan.
3) Memperhatikan sasaran karangan
Agar isi tulisan itu sampai kepada pembaca, penulis harus memperhatikan
siapa yang akan membaca karangan, bagaimana level pendidikan dan status
sosialnya, serta apa yang diperlukannya. Dengan kata lain penulis harus
memperhatikan dan menyesuaikan tulisannya dengan level sosial, tingkat
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan pembaca.
4) Mengumpulkan informasi pendukung
Sebelum menulis penulis perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih
informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya
26
isi tulisan yang bersumber dari bacaan, pengamatan, wawancara, serta
pengetahuan dan pengalaman sendiri atau orang lain.
Pengumpulan informasi itu sendiri dapat dilakukan sebelum, sewaktu, atau
sesudah penulisan terjadi. Meskipun demikian, akan lebih baik jika informasi
yang relevan telah terkumpul secukupnya sebelum menulis sehingga proses
penulisan tidak terganggu.
5) Mengorganisasikan ide dan informasi
Tata gagasan atau informasi yang saling berkaitan atas bagian-bagian yang
tersusun secara sistematis, yang hasil pengorganisasian ide-ide itu disebut
kerangka karangan. Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar karangan yang akan ditulis. Dengan kata lain, kerangka karangan
adalah panduan seseorang dalam menulis ketika mengembangkan suatu karangan.
Sebagai panduan, kerangka karangan dapat membantu penulis untuk
mengumpulkan dan memilih bahan tulisan yang sesuai. Di samping itu, kerangka
karangan akan mempermudah pengembangan karangan sehingga dapat terarah,
teratur, dan runtut, serta tidak tumpang tindih.
b. Tahap Penulisan
Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan
berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus mengiring pembaca terhadap
pokok tulisan. Bagian ini sangat menentukan pembaca untuk melanjutkan
kegiatan bacanya. Karena itu awal karangan harus dibuat semenarik mungkin.
Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut
hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti ilustrasi, informasi,
27
bukti, atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada
ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.
Bagian ini berisi simpulan, dan dapat ditambah rekomendasi atau saran bila
dipelukan.
Apabila sewaktu menulis muncul ide-ide baru yang terasa lebih baik dan
menarik daripada ide semula yang telah dituangkan dalam kerangka karangan atau
tulisan, jangan langsung diperbaiki atau ditulis ulang sebaiknya biarkan saja dulu
karangan menjadi utuh, lalu sisipkan ide baru tersebut dengan mencatatnya pada
kerangka karangan atau bagian tulisan yang diinginkan.
c. Tahap Pascapenulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang
dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi), kegiatan
ini bisa terjadi beberapa kali. Pada tahap penyuntingan pemeriksaan dan
perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan,
pengalineaan, dan gaya bahasa. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah
pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan.
Penyuntingan di sini diartikan sebagai kegiatan membaca ulang suatu
buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik
unsur mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk menemukan atau
memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri.
Berdasarkan hasil penyuntingan itu maka kegiatan revisi atau perbaikan
karangan dilakukan. Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian,
28
penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan.
Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat kebutuhan dari siswa
berdasarkan tulisan yang telah dibuat siswa. Biasanya yang sangat penting sekali
dalam pembelajaran menulis untuk siswa di tingkat SD adalah pemakaian ejaan,
tanda baca serta pemakaian huruf capital.
3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Selanjutnya tentang pendekatan ini, Nurhadi (2003) menyebutkan “proses
pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan memahami, guru bukan hanya sekedar menstranfer pengetahuannya kepada
siswa, tetapi lebih mementingkan strategi pembelajarannya daripada hasil.
Dengan demikian, melalui pendekatan ini pembelajaran tidak akan didominasi
oleh guru/berpusat pada guru, tetapi sebaliknya siswalah yang akan beraktivitas
lebih banyak dari guru. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, karena
merekalah yang mencari sumber belajar, informasi, serta menganalisis informasi-
29
informasi yang diperoleh, baik secara sendiri-sendiri maupun mendiskusikan
secara berkelompok.
Dengan pendekatan CTL, peran guru adalah membantu siswa mencapai
tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada
memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan „menemukan sendiri‟.
Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam pembelajaran
kontekstual seperti dikemukakan Nana (2008) sebagai berikut:
a. Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri,
mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar melalui
perbuatan.
b. Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan
kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja.
c. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan berarti bagi dirinya
maupun orang lain, membuat pilihan, memberikan hasil tampak maupun
tak tampak.
d. Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berpikir kritis, kreatif, melakukan
analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat keputusan menggunakan
logika dan fakta-fakta.
e. Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain,
berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi.
30
Menurut Blanchard dalam (Depdiknas, 2007) ciri-ciri kontekstual::
1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar
dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan
agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan
temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada
konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilitian otentik.
Memperhatikan pendapat-pendapat para ahli tentang pembelajaran
dengan pendekatan konstektual, menurut penulis pembelajaran ini menekankan
pada berpikir tingkat tinggi, pengaitan dan penggunaan antar lintas disiplin, serta
pengumpulan, penganalisisan informasi data dari berbagai sumber, sehingga
pembelajaran konstektual diduga akan meningkatkan kemampuan koneksi untuk
menemukan makna pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan keunggulan tersebut, peneliti akan mengembangkan perangkat
pembelajaran dengan pendekatan CTL.
Hakekatnya pembelajaran menurut aliran CTL merupakan suatu konsep
yang membantu guru mengaitkan suatu konsep dengan dunia nyata dalam
kehidupan sehari-hari dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka. CTL menekankan pada
berfikir tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, pengumpulan,
penganalisisan, pengsintesisan informasi dari berbagai sumber titik pandang.
Nurhadi (2003) mengungkapkan, pendekatan CTL adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
31
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran dengan CTL dapat dilakukan dengan mengaitkan konteks
lingkungan kehidupan siswa sehari-hari dengan proses yang dilakukan, sehingga
siswa lebih mudah memahami isi pelajaran, Mengaitkan isi pelajaran dengan
lingkungan sekitar siswa akan membuat pembelajaran lebih bermakna, karena
siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam
kehidupannya sehari-hari.
Pola pembelajaran CTL dengan berbagai kegiatannya membuat
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Jika siswa termotivasi, diharapkan
mereka aktif untuk belajar, baik di kelas, di luar kelas, maupun di rumah. Dengan
demikian siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala kosong, tetapi sudah
mempunyai bekal awal yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan
dipelajarinya. Diharapkan semua ini memberi dampak positif terhadap hasil
belajar, sekaligus meningkatkan mutu belajar siswa.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional (2007) untuk penerapan,
pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme
(Constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), masyarakat
Belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Adapun tujuh komponen
tersebut sebagai berikut:
32
a. Kontruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan
kontekstual dimana menurut pandangan ini pengetahuan didapat oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui kontek yang terbatas atau
sempit. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan kemampuan untuk
bergelut dengan ide-ide yang dapat digeneralisasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan hal-hal
sebagai berikut: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-
idenya sendiri dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri.
Menurut Romelia (2007), prosedur pembelajaran konstruktivisme meliputi
beberapa hal berikut:
1) Carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk
menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pelajaran.
2) Biarkan siswa mengemukakan gagasannya dulu.
3) Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi,
dan aktivitas siswa dengan hasil dari proses pembelajaran.
4) Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk
mengarahkan proses pembelajaran.
5) Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi baik
dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
6) Carilah gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya
atau sebelum siswa mempelajarinya gagasan-gagasan yang ada
dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya.
7) Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan dan
reformulasi gagasan sesuai dengan pengetahuan baru yang
dipelajarinya.
33
8) Gunakanlah masalah yang didefenisikan oleh siswa sesuai
minatnya dan dampak yang ditimbulkannya.
9) Gunakanlah sumber lokal (manusia dan benda) sebagai sumber-
sumber informasi asli yang dapat digunakan dalam pemecahan
masalah.
10) Libatkan siswa dalam mencari dan memecahkan masalah yang
ada dalam kenyataannya.
b. Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan konstektual yang
artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil menghafal materi yang sudah ada, tetapi dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Untuk
kepentingan menemukan ini siswa dapat melakukan kegiatan: Observasi
(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan hipotesis,
pengumpulan data (data gathering) dan penyimpulan (conclussion). Langkah-
langkahnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami
suatu konsep.
2) Siklus yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki,
menganalisis dan merumuskan teori, baik secara individu maupun
bersama-sama teman lainnya.
3) Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir
kritis.
34
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”.
bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berorientasi CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran guna
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Dan sebuah
pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik
2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon pada siswa
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6) Memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam
kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang belum tahu,
35
yang cepat mendorong temannya yang lambat. Masyarakat belajar bila terjadi
apabila ada proses komunikasi dua arah. Kegiatan saling belajar bila terjadi
apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi. Pembelajaran dengan
teknik “learning community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas.
1) Pembentukan kelompok kecil
2) Pembentukan kelompok besar
3) Mendatangkan ahli ke kelas
4) Bekerja dengan kelas sederajat
5) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
6) Bekerja dengan masyarakat
e. Pemodelan (Modelling)
Kelompok CTL selanjutnya adalah pemodelan dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam
pendekatan CTL, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran CTL. Refleksi adalah
cara berfikir tentang apa yang baru di pelajaran atau berfikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon
terhadap kepedulian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diberikan pada akhir
pembelajaran, guru mengsisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
Realisasinya berupa:
36
1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari ini
2) Catatan atau jurnal dibuku siswa
3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini
4) Hasil karya
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran yang benar, karena assessment menekankan pada
proses pembelajaran, maka data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diambil
dari kegiatan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun
diluar kelas itulah yang disebut data authentic. Karakteristik authentic assessment
yaitu: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa
digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan dan performasi,
bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan
sebagai feed back
3.1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL :
a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif
dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih
kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
37
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan
oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.
3.2. Kelemahan dari model pembelajaran CTL :
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi
tidak sama
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak
percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL
ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan,
karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung
dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan
menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya
dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
38
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini
peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih
menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi,
mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di
lapangan.
4. Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Langkah-langkah
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Berdasarkan uraian tentang pendekatan CTL di atas, peneliti berpendapat
pendekatan CTL sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis
deskripsi. Prinsip pendekatan CTL yang mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa, dapat diterapkan dengan mengajak siswa untuk
menuliskan gambaran mereka tentang benda-benda yang terdapat disekitar
lingkungan sekolah. Dalam pembelajaran CTL, belajar merupakan proses aktif
siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain.
Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman
atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa,
sehingga pengetahuannya berkembang.
Berdasarkan teori-teori yang menjelaskan tentang pendekatan CTL pada
sub bab sebelumnya, peneliti mengembangkan langkah-langkah menulis deskripsi
dengan menggunakan pendekatan CTL sebagai berikut:
39
a. Pra penulisan
1) Siswa di bawah bimbingan guru menentukan topik pembelajaran
(inkuiri).
2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
guru.
3) Siswa mengamati gambar yang dipajangkan guru (pemodelan).
4) Siswa menyebutkan peristiwa-peristiwa yang terlihat pada gambar dan
menuliskannya di papan tulis (konstruktivisme).
5) Siswa menentukan judul karangan (inkuiri).
6) Siswa dibimbing guru membuat kerangka karangan (konstruktivisme).
b. Penulisan
1) Siswa mengembangkan ide pokok dan detail dalam bentuk kalimat,
paragraf sehingga menjadi karangan utuh (konstruktivisme).
2) Siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil menjadi 6
kelompok. Keanggotaan kelompok direncanakan heterogen
berdasarkan tingkat kemampuan akademik siswa dan gender yang
berbeda, masing- masing anak duduk sesuai dengan kelompoknya
masing- masing (masyarakat belajar).
3) Guru menginstruksikan siswa untuk menukarkan hasil karangan
dengan teman sebangkunya untuk memperbaiki kesalahan pada
struktur dan penempatan kata pada kalimat dan paragraf (masyarakat
belajar).
40
4) Siswa disuruh bertanya tentang penggunaan ejaan dan tanda baca
seperti; tanda baca titik, koma, huruf kapital dan tanda hubung
(bertanya).
5) Meminta siswa untuk mengoreksi penggunaan ejaan dan tanda hubung
pada karangan (konstruktivisme).
6) Siswa menyalin kembali karangannya yang sudah diperbaiki dan siap
untuk dibacakan ke depan kelas.
c. Pasca penulisan
a. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok berupa karangan deskripsi ke
depan kelas dan kelompok yang lain dibolehkan mengomentari hasil
kerja kelompok yang tampil ke depan kelas, dan guru berfungsi
sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam diskusi dan
membangun pengetahuan barunya (konstruktivisme, bertanya, dan
masyarakat belajar).
b. Siswa merefleksi diri dengan cara guru meminta siswa secara acak
untuk mengomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok
(refleksi).
c. Mengadakan penilaian dan siswa menyelesaikan lembar kerja yang
diberikan guru (penilaian yang sebenarnya).
Dalam pembelajaran menulis deskripsi siswa bukan lagi mengumpulkan
fakta, tapi siswa mulai mengembangkannya ke dalam sebuah karangan deskripsi.
Tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Pendekatan CTL
41
menuntut siswa untuk banyak latihan. Guru memberikan tahapan-tahapan
menulis, yang dimulai dari pramenulis, menulis, dan pasca menulis. Pada awalnya
dengan memberikan beberapa jenis karangan yang berbeda, siswa menentukan
masing-masing jenis karangan, dan menentukan ciri-ciri karangan deskripsi.
Siswa dibagikan konsep yang isinya tentang urutan peristiwa, yang tujuannya
untuk membangkitkan skemata siswa tentang karangan deskripsi.
Siswa kelas III akan mampu menulis deskripsi, apabila materi yang
diberikan tidak jauh dari pengalaman siswa dan berkaitan erat dengan
kehidupannya, sehingga siswa mampu curahkan pikirannya kedalam sebuah
tulisan deskripsi dengan adanya penggunaan pendekatan CTL. Kegiatan
selanjutnya siwa mengerjakan tugas dalam berkelompok yang bertujuan, agar
siswa mampu mengembangkan ide dan gagasannya dengan baik. Dalam hal ini
maka tugas guru adalah membantu, dan memberikan bimbingan pada siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung, dengan tujuan agar siswa memperoleh
kemudahan dalam pembelajaran menulis deskripsi. Untuk itu tugas guru
menyediakan sarana prasarana, memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa,
agar siswa dapat mengembangkan ide-de yang baik dalam menulis.
5. Karakterstik Siswa Kelas III
Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh J. Piaget
(dalam Russeffendi, 1999) Manusia itu tumbuh secara kronologis (menurut urutan
waktu) melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Anak yang ada pada tahap
tertentu menunjukkan kepandaian khusus tertentu pula. Untuk setiap manusia
urutan terjadinya tahap-tahap itu sama, tetapi umur manusia masuk ke dalam
42
tahap yang lebih tinggi itu berbeda- beda tergantung dari lingkungan dan
keturunannya.
Pada umumnya siswa di sekolah Dasar berumur 7–12 tahun. Hasil
penelitian Piaget yang diungkapkan oleh Suherman (2003:37) mengemukakan
bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang
berkembang secara kronologis (menurut usia kalender) yaitu: (1) tahap
sensorimotor, dari lahir sampai umur 2 tahun, (2) tahap pra-operasional, dari
umur 2 tahun sampai umur 7 tahun, (3) tahap operasional konkret, dari umur 7
tahun sampai umur 11 tahun dan (4) tahap operasional formal dari umur 11 tahun
sampai 15 tahun.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD berada
pada tahap operasional konkrit. Dalam menangkap ide mereka memerlukan
banyak bantuan manipulasi benda konkret. Guru di sekolah dasar perlu
memahami karakteristik siswanya dengan baik, karena dengan memahami
karakteristik siswa selain dapat membantu guru dalam menentukan strategi dan
alat bantu pembelajaran menulis dapat membantu guru dalam berkomunikasi
dengan siswanya dalam proses pembelajaran, atau dengan kata lain guru akan
lebih menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menulis melibatkan siswa optimal dan
siswa membangun dan menemukan sendiri konsep dengan merekonstruksi
pengetahuan yang ada padanya kemudian memberi makna melalui pengalaman
nyata.
43
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilakukan didasarkan pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, antara lain:
1. Asrinur (2006) yang melakukan penelitian dengan judul “Upaya
Peningkatan Keberhasilan Mengarang Deskriptif Melalui Model
Pembelajaran Kontestual di kelas IV SDN 12 Koto Sani Kecamatan X
Koto Singkarak Kabupaten Solok”. Hasil penelitiannya mengungkapkan:
penggunaan model pembelajarn kontekstual teruji secara emperis,
sehingga efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran mengarang
deskriptif.
2. Elfia Sukma (2006) yang melakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD Negeri
Sumber Sari Malang dengan strategi pemetaan pikiran” . Hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan strategi pemetaan
pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD
3. Zulni Endrita (2008) yang melakukan penelitian dengan judul
”PeningkatanKemampuan Menulis Paragraf Deskriptif melalui
pendekatan Kontekstual Siswa Kelas X SMAN 5 Bukittinggi” Hasil dari
penelitiannya mengungkapkan bahwa dengan penggunaan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan respon siswa sehingga kemampuan
menulis paragraf deskripsi semakin baik
4. Rahmatina (2009) dengan judul, “Penggunaan Strategi Mind Map dalam
Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas III SD Negeri
08 Tarok Dipo Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi”
44
mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas III
dapat meningkat dengan menggunakan strategi mint map
5. Asri Winahyu (2010) dengan judul, ” Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Bebas Melalui Teknik Deskripsi Benda Konkrit Siswa Kelas V SD
Negeri Banjarsari 2 Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”,
mengungkapkan adanya peningkatan keterampilan menulis puisi bebas
melalui teknik deskripsi benda konkret.
6. Anjar Dwi Septiani (2011) dengan judul, “Peningkatan Keterampilan
Menulis Deskripsi Melalui Model Pembelajaran Terpadu dengan Media
Picture Hanger pada Siswa Kelas II B SDN Tawang Mas 01 Semarang”,
mengungkapkan bahwa, melalui model pembelajaran terpadu dengan
media Picture Hanger dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi
siswa dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
D. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia d sekolah
dasar khususnya pembelajaran menulis akan lebih menarik bagi siswa apabila
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan CTL. Dengan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) membuat pembelajaran lebih bermakna
dan menyenangkan bagi siswa. Dikatakan demikian karena pembelajaran dengan
pendekatan CTL melakukan kegiatan yang sesuai dengan komponennya .
Komponen –komponen tersebut akan melakukan kegiatan yang dapat memotivasi
siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini akan dapat memupuk rasa sebagai
berikut:
45
Tahap pra penulisan : siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
mengemukakan ide-ide dan mengungkapkan perasaan melalui pembelajaran
menulis
Tahap menulis : Guru membimbing siswa dalam memunculkan ide-ide
dan gagasan yang ada dalam pikiran siswa, siswa bekerja dalam kelompok dan
berusaha membina kerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya
dalam proses pembelajaran, dan belajar berkomunikasi dengan teman dengan
bahasa yang disenangi orasng lain, dengan demikian guru secara efektif dan
efisien sudah menanamkan etika baik secara lisan maupun tulisan.
Tahap pasca penulisan: siswa merevisi tulisan temannya dengan
memahami pemakaian ejaan yang disempurnakan, dan penggunaan tanda baca.
siswa memahami pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan dapat
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, selanjutnya.
Siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial baik dalam lingkungan sekolah
ataupun di rumah ataupun dimana ia berada, .
Dengan demikian maka kerangka konseptual penelitian tindakan kelas
pada materi pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
46
BAB III Gambar 1.Kerangka konseptual pembelajaran menulis deskripsi dengan
pendekatan CTL
Meningkatkan
keterampilan
menulis deskripsi
siswa pada tahap
pra menulis
Permasalahan di
Kelas III SDN 14 Olo
Keterampilan menulis
siswa masih rendah
Pembelajaran menulis
deskripsi dengan
pendekatan CTL
Meningkatkan
keterampilan
menulis deskripsi
siswa pada tahap
menulis
Meningkatkan
keterampilan
menulis deskripsi
siswa pada tahap
pasca menulis
47
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action),
yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Jenis penelitian ini diharapkan dapat menawarkan cara dan
prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan prosfesional guru dalam
pembelajaran dengan melibatkan indikator keberhasilan dan peningkatan suatu
proses dari hasil pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemis Mc (1988:47) suatu siklus spiral yang terdiri dari
empat komponen, yaitu :
1. Rencana ( Planning ), tahap awal yang harus dilakukan yaitu membuat
rencana tindakan untuk memperbaiki mutu atau pemecahan masalah
2. Tindakan ( Action ), mengimplementasikan tindakan sesuai dengan yang
telah direncanakan
3. Observasi ( Observation ), melakukan pengamatan terhadap efek dari
tindakan yang diberikan untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Hasil observasi
merupakan dasar untuk melakukan refleksi. Observasi menceritakan
keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam kelas.
4. Refleksi ( Reflection ) melakukan kegiatan menganalisis dan sintesis
penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Dari hasil refleksi diadakan
47
48
revisi terhadap perncanaan yang akan digunakan untuk memperbaiki pada
siklus berikutnya.
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 14 Olo Kecamatan Padang
Barat Kota Padang. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III
SDN 14 Olo yang terdaftar pada semester I tahun ajaran 2011/ 2012 dengan
jumlah 22 orang, terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa
perempuan.
Alasan lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional, tanpa
menekankan keterlibatan siswa.
2. Belum pernah dilaksanakannya pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual di SDN 14 Olo.
3. Siswa mengganggap bahwa pembelajaran menulis tidak menarik dan
membosankan,serta tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari–hari.
4. Siswa SDN 14 Olo masih kurang memahami hal–hal yang berkaitan
dengan menulis, khususnya yang berkaitan dengan cara menulis yang baik
dan benar.
5. Kurangnya pemahaman guru tentang cara membelajarkan siswa dengan
menggunakan pendekatan
49
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk siklus
berulang yang melalui empat tahap, yaitu : perencanaan ( planning), tindakan
(action), observasi (observation) dan refleksi (reflection), ditunjukkan pada
gambar berikut ini
50
Gambar : 2 RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENULISAN LAPORAN BELUM BERHASIL
BERHASIL
KESIMPULAN
REFLEKSI II
Siklus II Dilaksanakan Setelah Siklus I TINDAKAN DAN
PENGAMATAN
KESIMPULAN
SIKLUS 1
STUDI PENDAHULUAN OBSERVASI LATAR SD, GURU,
DAN PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI
RENCANA I RANCANGAN PEMBELAJARAN I
TINDAKAN DAN
PENGAMATAN
REFLEKSI I
BELUM BERHASIL
SIKLUS II
RENCANA TINDAKAN
SIKLUS KE-N
Tahap Menulis Deskripsi dengan pendekatan CTL:
1. Prapenulisan
1) Siswa di bawah bimbingan guru menentukan topik pembelajaran. (inkuiri) 2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru.
3) Siswa mengamati gambar yang dipajangkan guru. (pemodelan)
4) Siswa menyebutkan peristiwa-peristiwa yang terlihat pada gambar dan
menuliskannya di papan tulis. (konstruktivisme) 5) Siswa menentukan judul karangan. (ikuiri)
6) Siswa dibimbing guru membuat kerangka karangan. (konstruktivisme)
2. Penulisan 1) Siswa mengembangkan ide pokok dan detail dalam bentuk kalimat, paragraf
sehingga menjadi karangan utuh. (konstruktivisme)
2) Siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil menjadi 6 kelompok.
Keanggotaan kelompok direncanakan heterogen berdasarkan tingkat kemampuan akademik siswa dan gender yang berbeda, masing- masing anak
duduk sesuai dengan kelompoknya masing- masing (masyarakat belajar)
3) Guru menginstruksikan siswa untuk menukarkan hasil karangan dengan
teman sebangkunya untuk memperbaiki kesalahan pada struktur dan penempatan kata pada kalimat dan paragraf. (masyarakat belajar)
4) Siswa disuruh bertanya tentang penggunaan ejaan dan tanda baca seperti;
tanda baca titik, koma, huruf kapital dan tanda hubung. (bertanya) 5) Meminta siswa untuk mengoreksi penggunaan ejaan dan tanda hubung pada
karangan. (konstruktivisme)
6) Siswa menyalin kembali karangannya yang sudah diperbaiki dan siap untuk
dibacakan ke depan kelas.
3. Pascapenulisan
a. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok berupa karangan deskripsi ke depan
kelas dan kelompok yang lain dibolehkan mengomentari hasil kerja kelompok yang tampil ke depan kelas, dan guru berfungsi sebagai fasilitator
dan membimbing siswa dalam diskusi dan membangun pengetahuan barunya.
(konstruktivisme, bertanya, dan masyarakat belajar)
b. Siswa merefleksi diri dengan cara guru meminta siswa secara acak untuk mengomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok (refleksi)
c. Mengadakan penilaian dan siswa menyelesaikan lembar kerja yang diberikan
guru (penilaian yang sebenarnya)
RENCANA II RANCANGAN PEMBELAJARAN II
Siklus PTK diadopsi dari Arikunto (2006:4)
51
Dalam penelitian ini 4 tahapan penelitian yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan penyusunan pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan untuk diskusi, soal kuis, soal ulangan di
akhir siklus, lembar observasi, lembar wawancara dan lembar catatan lapangan.
Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam bentuk RPP dengan pendekatan
kontekstual.
Tahap awal pembelajaran, guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran serta mengembangkan pemikiran dan
memotivasi siswa belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
Tahap kedua melaksanakan kegiatan inkuiri, yaitu memperoleh
pengetahuan dan keterampilan siswa dari hasil menemukan fakta yang
dihadapinya. Tahap ketiga mengembangkan sifat ingin tahu siswa dan penggalian
informasi lebih efektif dengan bertanya jawab. Tahap keempat menciptakan
masyarakat belajar dengan membentuk kelompok- kelompok kecil dikelas yang
beranggotakan 3 orang. Tahap kelima menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, yaitu benda- benda disekitar siswa. Tahap keenam melakukan
refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa kalau mereka telah belajar sesuatu.
Tahap ketujuh melakukan penilaian yang sebenarnya dengan tes diakhir
pembelajaran.
52
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL, dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran serta mengembangkan pemikiran dan memotivasi siswa
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Siswa memperhatikan cara menulis yang baik dan benar.
c. Guru menyajikan suatu bentuk permasalahan sehari-hari yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
d. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil menjadi 6
kelompok. Keanggotaan kelompok direncanakan heterogen
berdasarkan tingkat kemampuan siswa dan gender yang berbeda,
masing-masing anak duduk sesuai dengan kelompoknya masing-
masing
e. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing dengan
menggunakan pemodelan atau media yang tepat untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan guru dan guru membimbing siswa dan
memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut.
f. Menyajikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan kelompok yang
lain dibolehkan mengomentari kelompok yang tampil ke depan kelas,
dan guru berfungsi sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam
diskusi dan membangun pengetahuan barunya.
53
g. Guru memberikan refleksi dengan cara meminta siswa secara acak
untuk mengomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok
h. Mengadakan penilaian dan siswa menyelesaikan lembar kerja yang
diberikan guru
i. Pada tahap penutup guru meminta siswa menyimpulkan pelajaran
dibawah bimbingan guru dan siswa diberi pekerjaan rumah (PR)
3. Tahap Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran kontekstual dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan secara intensif,
objektif dan sistematis. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan teman sejawat
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui perubahan siswa sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam kegiatan ini peneliti dan guru kelas berusaha mengenal dan
mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi,
baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam
pembelajaran pemecahan masalah berbasis kontekstual. Keseluruhan hasil
pengamatan disusun dalam bentuk lembaran observasi.
Pengamatan dilakukan di siklus I, berlanjut ke siklus II dan terus ke siklus
III. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat mempengaruhi
penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian
didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus
berikutnya.
54
4. Tahap Refleksi
Refleksi di adakan setiap satu kali tindakan berakhir. Dalam tahap ini
peneliti dan observer mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru dilakukan.
Hal–hal yang akan didiskusikan adalah menganalisa tindakan yang baru
dilaksanakan, mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan, serta melakukan intervensi, pemaknaan dan
penyimpulan yang diperoleh. Hasil refleksi bersama ini dimanfaatkan sebagai
masukan pada tindakan selanjutnya. Selain itu, hasil kegiatan refleksi setiap
tindakan digunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap hasil tindakan I, II, III.
Kesimpulan yang didapat pada siklus I merupakan pedoman untuk melanjutkan
siklus berikutnya.
D. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara dari pembelajaran
menulis pada siswa kelas III Sekolah Dasar, data tersebut berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang berupa informasi sebagai
berikut:
a. Evaluasi pembelajaran berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
b. Hasil tes siswa baik sebelum atau sesudah pelaksanaan tindakan
pembelajaran menulis.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajaran menulis
menggunakan pendekatan kontekstual yang meliputi perencanaan pembelajaran
55
dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi pembelajaran data diperoleh dari
subjek terteliti yaitu guru dan siswa kelas III SDN 14 Olo Kecamatan Padang
Barat Kota Padang.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pencatatan
lapangan, observasi, wawancara dan hasil tes. Untuk masing–masingnya
diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi
Dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya
pembelajaran kontekstual. Dengan berpedoman pada lembaran observasi peneliti
mengamati apa yang terjadi selama proses pembelajaran. Unsur- unsur yang
menjadi sasaran pengamatan dalam proses pembelajaran ditandai dengan
memberikan ceklis dikolom yang ada pada lembaran observasi.
2. Pencatatan lapangan
Berupa paparan tentang data pengamatan terhadap praktisi suatu
pembelajaran pemecahan masalah kontekstual tentang menulis. Unsur–unsur yang
diamati dalam pelaksanaan tertera pada lembaran observasi.
3. Wawancara
Digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dikelas baik
unsur guru maupun siswa. Wawancara dilakukan pada siswa untuk memperoleh
data yang berkaitan pembelajaran menulis. Hal ini untuk memperjelas perilaku
belajar dan proses berfikir siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
56
4. Tes
Digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas
terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran dari unsur siswa.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan
analisis data kualitatif yaitu analisa data dimulai dengan menelaah sejak
pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Data tersebut direduksi
berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir
penyimpulan dan verifikasi. Tahap analisis yang demikian dilakukan berulang-
ulang sampai data selesai dikumpulkan. Tahap analisis dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan,
perekaman dengan melakukan proses penyalinan hasil pengamatan,
penyelesaian dan pemilahan data. Seperti mengelompokkan data pada
siklus I, siklus II, siklus III. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak
awal data dikumpulkan.
2. Reduksi data, mengikuti pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua
data yang telah terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokan sesuai
dengan fokus. Data yang telah dipisah–pisahkan tersebut lalu diseleksi
mana yang relevan. Data yang relevan dianalisis, yang tidak relevan
dibuang.
3. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi
yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah tetapi
57
setelah tindakan berakhir direduksi, keseluruhan data dirangkum dan
disajikan secara terpadu sehingga diperoleh sajian tunggal berdasarkan
fokus pembelajaran pemecahan masalah yang kontekstual.
4. Menyimpulkan hasil penelitian dan triangulasi. Kegiatan ini merupakan
penyimpulan akhir temuan penelitian, diikuti dengan kegiatan triangulasi
atau pengujian temuan hasil penelitian. Kegiatan triangulasi dilakukan
dengan cara peninjauan kembali catatan lapangan dan bertukar pikiran
dengan teman sejawat dan guru.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi, baik data
perencanaan, pelaksanaan maupun, data evaluasi. Analisis data dilakukan dengan
cara terpisah – pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai
informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung
pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian
pengembangan dan perbaikan dan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat
pada aspek yang bersangkutan.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan
pada siswa kelas III SDN 14 Olo Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Data
perencanaan adalah persiapan mengajar yang disebut dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data proses pembelajaran meliputi kegiatan
tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Data tentang hasil
pembelajaran berupa hasil tes menulis setelah proses pembelajaran.
Uraian data berpedoman pada data yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan dan catatan lapangan pada saat pembelajaran berlangsung, serta tes
menulis. Berikut uraian data dan temuan penelitian pada masing-masing
pembelajaran setiap siklus tindakan.
A. Siklus I
1. Perencanaan
a. Waktu Siklus I
Pembelajaran pada siklus I direncanakan dua kali pertemuan, masing-
masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 3 x 30 menit. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Juli 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Kamis, 21 Juli 2011.
b. Kompetensi Dasar Siklus I
Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama dan kedua adalah menyusun
paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan
ejaan.
58
59
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dikembangkan dari KD pembelajaran kelas III SD.
Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1) Setelah mengamati
objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri objek yang diamati dengan
benar. 2) Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi
siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar. 3) Melalui penugasan
siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi paragraf yang padu dengan
benar.
d. Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Kegiatan dipilah dalam 3 tahap pembelajaran yakni: tahap prapenulisan,
penulisan, dan pascapenulisan. Tahap Prapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa
ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan, 2) Siswa dibimbing guru
menentukan topik yang akan ditulis, dan 3) Siswa menugaskan guru
mengembangkan pokok pikiran dengan satu atau beberapa pikiran penjelas
sehingga menjadi kerangka karangan.
Tahap Penulisan (Pengembangan draf) meliputi kegiatan: 1) Siswa
mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam bentuk kalimat,
2) Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga karangannya
menjadi sebuah wacana (karangan) utuh, 3) Siswa di bawah bawah bimbingan
guru memberi judul karangan deskripsi, dan 4) Siswa membantu guru
memperbaiki dan menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.
Tahap Pascapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa menata ulang kerincian
atau kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara
60
mengganti, menambah atau menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau
kurang cocok, 2) Siswa dibimbing guru bekerja secara berkelompok atau
berpasangan, 3) Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf
kapital, pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,
berdasarkan pada kaidah EYD, 4) Siswa menyalin kembali hasil karangannya
yang telah direvisi dan diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh, 5)
Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya dengan cara
membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang tepat ke depan kelas, dan
6) Siswa langsung dibimbing guru cara membaca yang baik dan benar.
e. Materi Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar Siklus I
Materi pembelajaran diambil dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III Sekolah Dasar.
Sedangkan media pembelajaran yaitu Teks Bacaan, Objek tempat atau orang, dan
Lingkungan sebagai sumber belajar.
f. Evaluasi Siklus I
Evaluasi pembelajaran mengikuti proses dan evaluasi hasil setelah akhir
siklus. Evaluasi proses yang dimaksud adalah pengamatan tentang aktifitas siswa
dalam tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan.
Evaluasi proses juga dimaksudkan untuk melihat kemajuan pembelajaran
siswa secara terus-menerus dan evaluasi hasil tes berupa tes formatif untuk
mengetahui pemahaman siswa yang dilaksanakan setelah pembelajaran.
61
2. Pelaksanaan
a. Pembelajaran Tahap Prapenulisan
Pada tahap Prapenulisan guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan
siswa agar tenang dan duduk di bangku masing-masing dan siap untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Kemudian guru mengambil absen untuk
mengecek kehadiran siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran, dan
dilanjutkan dengan aktivitas do‟a bersama untuk memulai proses pembelajaran.
Selanjutnya guru mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan
siswa untuk belajar berupa teks bacaan, objek tempat atau orang, dan lingkungan
sebagai sumber belajar, dan dilanjutkan dengan memberi siswa tugas untuk
menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan kelasnya.
Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar), yaitu aktivitas yang
dilakukan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan topik pembelajaran.
Cuplikan proses tanya jawab sebagaimana tergambar pada sampel data berikut:
Data 1
(1) Guru : Anak-anak, coba perhatikan temanmu yang berdiri di depan kelas.
Coba sebutkan ciri-ciri temanmu !
Siswa : (Tampak beberapa siswa menunjuk tangan). Punya hidung,
mata, telinga, mulut, rambut, dan lain-lain.
Guru : Ya bagus, bagaimana dengan anak-anak Ibu yang lain ?
Siswa : Ada mulut, ada hidung, mata, tangan, kaki, dan lain-lain. (jawab
siswa yang lain)
62
Guru : Bagus, hari ini kita akan belajar menulis yaitu tentang menulis
deskripsi, sudah pernah kamu mendengar ?
Siswa : Sudah Buk.
Guru : Ya, apa itu menulis deskripsi....... !
Siswa : Saya Buk, deskripsi adalah kalimat yang menjelaskan sesuatu secara
rinci.....!
Guru : Ya bagus, coba lagi (siswa berebut mengangkat tangan)
Pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, nampaknya lebih
mudah dijawab oleh siswa. Mereka bisa menjawab dengan lancar. Kemudian guru
meminta siswa mengemukakan pengetahuan tentang menulis deskripsi dan
mengelompokan pengetahuan yang di dapat pada kolom, kegiatan dilanjutkan
dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
berdasarkan pengetahuan yang terhimpun dan menuliskan pada kolom.
Selanjutnya guru membagikan teks untuk membantu penemuan jawaban atas
pertanyaan yang muncul.
Selanjutnya aktivitas yang dilakukan guru adalah, menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai siswa, yang dalam kegiatan pembelajaran guru
melaksanakan dengan strategi tanya jawab disertai bantuan media pembelajaran
dan pemberian bimbingan kepada siswa.
b. Pembelajaran Tahap Penulisan
Pada tahap penulisan pembelajaran menulis deskripsi, guru mengawali
aktivitas dengan menyuruh siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan pokok
yang akan ditulis dan dilanjutkan dengan memberi penjelasan secara detail dalam
63
bentuk kalimat. Cuplikan proses pembelajaran tahap penulisan sebagaimana
tergambar pada sampel data berikut:
(2) Guru : Anak-anak coba kembangkan gagasan pokok berikut!
Pada saat menulis, anak-anak dapat mengajukan pertanyaan tentang materi
yang dipelajari. Anak-anak boleh membuat pertanyaan setiap paragaraf. Setelah
dilaksanakannya aktivitas mengembangkan ide atau gagasan pokok di atas,
dilanjutkan pada aktivitas untuk membuat kalimat menjadi paragraf, sehingga
tulisan yang telah dikerjakan siswa menjadi sebuah wacana (karangan) utuh,
disaat berlangsungnya aktivitas siswa menulis sebuah karangan peran guru sangat
penting sekali dalam membimbing siswa.
Melalui bimbingan guru, siswa disuruh dan diarahkan untuk memberi
judul karangan deskripsi dengan tepat dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa
mendapatkan pedoman dalam melanjutkan karangan yang sedang
dilaksanakannya.
Setelah menulis, guru membimbing siswa dengan memberi arahan untuk
memperbaiki dan menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.
Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Data 2
(3) Guru : Anak-anak coba perhatikan, apakah karangan yang kamu buat sudah
benar ?
Siswa : Belum buk
64
Guru : Nah sekarang, apakah karangan itu sudah sesuai dengan tema
yangkalian inginkan ?
Siswa : belum (jawab siswa yang lain)
Guru : coba koreksi dahulu karangan kalian tersebut !
Guru memberi respon secara positif, ketika menanggapi jawaban siswa
dengan memberikan penguatan dengan mengatakan bagus, betul, pintar, dan
sebagainya. Namun guru kurang memberi tangapan, apabila ada jawaban siswa
yang tidak benar atau kurang tepat, sehingga akan terjadi siswa kurang
mengetahui kesalahan yang mereka buat, maupun jawaban yang diharapkan.
Berdasarkan kegiatan di atas, dapat diketahui proses pembelajaran menulis
deskripsi dalam kegiatan memperbaiki dan menyunting karangan yang dibimbing
guru melalui proses tanya jawab, kurang membantu siswa menjadi lebih baik
dalam memperbaiki karangannya sesuai dengan tema yang mereka ambil.
c. Pembelajaran Tahap Pascapenulisan
Setelah siswa selesai dalam membuat karangannya, guru melanjutkan
kegiatan pembelajaran dengan aktivitas mengecek kembali hasil karangan siswa
dan dilanjutkan dengan memberi bimbingan pada siswa yang belum mampu
memperbaki kesalahan penulisan dengan memberikan penjelasan terhadap
kesalahan yang dilakukan siswa dalam membuat karangan tersebut. Adapun
proses pembelajaran tahap perbaikan yang dilaksanakan dapat digambarkan
sebagai berikut:
65
Data 3
(4) Guru : Coba perhatikan Ibu, apakah karangan yang kamu buat sudah benar
penulisannya ?
Siswa : Sudah Buk
Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang, apakah karangan kamu ini sudah
sesuai dengan EYD yang ibu ajarkan ?
Siswa : belum (jawab siswa yang lain)
Guru : coba perbaiki kembali karangan kalian tersebut, sesuai yang Ibu
ajarkan !
Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk menata ulang kerincian atau
kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu,
perbaikan penulisan dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau
menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok, sehingga
menjadi kalimat yang benar.
Pelaksanaan tahap perbaikan atau perevisian, dilakukan dengan aktivitas
guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau berpasangan yang
dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam mengetahui kesalahan penulisan
dalam karangan sendiri dan temannya dalam membuat karangan.
Selanjutnya dalam aktivitas ini guru menugaskan siswa bekerja dalam
kelompok untuk menemukan jawaban pertanyaan yang belum terselesaikan, dan
meminta siswa mengemukakan tanggapannya tentang isi teks. Kemudian guru
meminta siswa menuliskan jawaban yang telah didiskusikan sebagai hasil belajar.
66
Pada tahap pengeditan guru membimbing siswa siswa dalam akivitas
memperbaiki tulisan yang telah dikerjakan untuk membantu siswa lebih
memahami beberapa aspek yang menyangkut huruf kapital, pemakaian tanda baca
seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya, berdasarkan pada kaidah EYD, hal
mana sangat penting diketahui siswa dalam membuat suatu tulisan yang lebih
baik. Dalam proses pembelajaran tahap pengeditan yang dilaksanakan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Data 4
(5) Guru : Apakah kamu membuat kalimat dalam karangan telah menggunakan
bahasa yang baik dan benar, serta tanda baca ?
Siswa : belum bisa buk. (jawaban sebagian besar siswa)
Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang perhatikan apa yang Ibu terangkan !
Siswa : kami sudah mulai lebih mengerti buk...
Guru : Baik, coba kamu perhatikan kembali bahasa dan tanda baca yang kamu
gunakan dalam karangan !
Pelaksanaan pembelajaran pada tahap pengeditan ini, kesalahan yang
sering dibuat siswa biasanya banyak terlihat dalam pemakaian tanda baca,
karenanya aktivitas yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesalahan
tersebut adalah dengan cara memberi bimbingan untuk tujuan memberi petunjuk
pada siswa dalam memperbaiki karangan yang mereka kerjakan. Selanjutnya
siswa diperintahkan untuk menyalin kembali hasil karangannya yang telah
direvisi dan diedit bersama guru sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.
67
Pada pembelajaran tahap publikasi, guru membimbing siswa untuk
mempublikasikan karangannya dengan cara melakukan aktivitas membacakan
hasil karangan masing-masing, dalam pelaksanaan membaca hasil karangan ini
siswa dianjurkan membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat di depan kelas.
Dalam proses pembelajaran tahap publikasi yang dilaksanakan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Data : 5
(6) Guru : Apakah kamu ingin menjadi seorang penulis ?
Siswa : Iya buk... (jawab sebagian siswa dengan semangat)
Guru : Untuk menjadi seorang penulis yang baik harus mendapatkan
pengakuan dari orang lain, karenanya kamu harus memperkenalkan
hasil karya kamu pada banyak orang...!
Siswa : Bagaimana caranya buk...? (tanya salah seorang siswa)
Guru : ada banyak cara untuk memperkenalkan hasil karya kalian, sekarang
salah satu caranya adalah dengan membacakan hasil karangan kalian
ke depan satu persatu.
Siswa : Baik buk...! (jawab siswa dengan bersemangat)
Untuk mengatasi siswa yang kurang mampu membaca dengan baik, guru
memberi bimbingan langsung bagaimana seharusnya membaca sebuah karangan
agar lebih baik dan benar, sehingga jelas dan enak didengar serta mudah dipahami
oleh siswa yang lain maksud yang tertera dalam karangan tersebut.
Kemudian aktivitas dilanjutkan dengan melaksanakan diskusi kelas, yang
dalam pelaksanaannya guru memimpin diskusi dengan mengajukan pertanyaan-
68
pertanyaan. Siswa menjawab pertanyaan, menanggapi, serta bertukar pendapat.
selanjutnya guru menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan tanggapan siswa.
Berdasarkan pengamatan, siswa kelihatan ragu-ragu menjawab ketika ditanya
tentang kesimpulan materi, dan siswa juga cenderung menjawab secara serentak.
3. Pengamatan Siklus I
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan pendekatan CTL dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Hal ini dilaksanakan secara objektif dan sistematis.
Peneliti berusaha mengenal dan mendokumentasikan semua indikator dari
hasil perubahan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana
maupun dampak intervensi dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan pendekatan CTL. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam
bentuk lembar observasi.
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas III, yang secara terus menerus
mulai dari tindakan pertama sampai dengan tindakan terakhir. Pengamatan yang
dilakukan pada satu tindakan dapat mempengaruhi tindakan berikutnya. Hasil
pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru kelas III, kemudian diadakan
refleksi untuk perencanan berikutnya. Selama pengamatan ini berlangsung aspek
kegiatan guru dan siswa yang diamati akan dipaparkan berdasarkan hasil
pengamatan berikut ini.
69
a. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Siklus I
Hasil pengamatan proses kegiatan guru pada siklus I meliputi hasil
pengamatan proses pembelajaran pada tahap Prapenulisan, tahap Penulisan, dan
tahap Pascapenulisan.
Tabel : 1 Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus I
Tahap
Pembelajaran
Aktivitas
Deskriptor
Ada
Tidak
Kualifikasi
A B C D
4 3 2 1
Tahap
Prapenulisan
1. Memajangkan
gambar
1. Gambar jelas, bagus, dan
menarik perhatian siswa.
2. Gambar sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
3. Gambar memiliki rangkaian
cerita.
4. Rangkaian cerita yang
terdapat pada gambar jelas
dan mudah dipahami anak.
√
√
√
√ √
2. Meminta siswa
mengamati gambar
1. Kalimat disampaikan jelas.
2. Permintaan direspon siswa.
3. Permintaan dipahami siswa.
4. Kalimat yang disampaikan
bisa menimbulkan rasa
keingintahuan siswa.
√
√
√
√
√
3. Menanyakan
peristiwa-peristiwa
yang terlihat pada
gambar
1. Pertanyaan yang
disampaikan jelas.
2. Pertanyaan dipahami oleh
siswa.
3. Pertanyaan tertuju tidak pada
siswa tertentu, tapi pada
semua siswa
4. Siswa merespon pertanyaan.
√
√
√
√
√
4. Menugasi siswa
menceritakan gambar
1. Perintah yang disampaikan
jelas.
√
√
70
2. Perintah yang disampaikan
dipahami siswa
3. Terciptanya suasana yang
kondusif
4. Perintah tertuju tidak pada
siswa tertentu, tapi pada
seluruh siswa.
√
√
√
5. Meminta siswa
memberi judul
karangan
1. Permintaan yang
disampaikan jelas.
2. Permintaan dipahami siswa.
3. Permintaan direspon siswa.
4. Menimbulkan pertanyaan
balik dari siswa dan jawaban
yang tepat dari guru.
√
√
√
√
√
6. Membimbing siswa
membuat kerangka
karangan
1. Menjelaskan cara membuat
kerangka karangan.
2. Bimbingan tidak hanya pada
siswa-siswa tertentu, tapi
tertuju pada seluruh siswa
yang ada dalam kelas.
3. Suasana kelas kondusif
4. Semua siswa serius dan
antusias membuat kerangka
karangan.
√
√
√
√
√
Tahap
Penulisan
1. Membimbing siswa
mengembangkan
kerangka karangan
menjadi karangan
deskripsi yang utuh
1. Bimbingan tidak hanya pada
siswa-siswa tertentu, tapi
tertuju pada seluruh siswa
yang ada dalam kelas.
2. Menimbulkan pertanyaan
dari siswa.
3. Siswa aktif dan serius
mengembangkan kerangka
karangan.
4. Suasana kelas kondusif.
√
√
√
√
√
2. Meminta siswa untuk
menukarkan hasil
karangannya dengan
1. Perintah yang disampaikan
jelas.
2. Perintah dilakukan oleh
√
√
√
71
teman sebangku siswa.
3. Suasana kelas tidak ribut.
4. Perintah dapat memfokuskan
perhatian siswa.
√
√
3. Menginstruksikan
siswa untuk membaca
hasil karangan teman
sebangkunya
1. Instruksi jelas.
2. Instruksi dipahami siswa.
3. Semua siswa membaca hasil
karangan teman
sebangkunya.
4. Suasana kelas kondusif
√
√
√
√
√
4. Membimbing siswa
memperbaiki
karangan teman
sebangkunya dengan
cara menukar atau
menambah
penggunaan kata dan
kalimat yang tidak
pada tempatnya
1. Penjelasan dapat dimengerti
oleh siswa.
2. Ada pertanyaan dari siswa.
3. Guru dapat menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
4. Bimbingan tidak hanya pada
siswa tertentu, tapi pada
semua siswa yang ada dalam
kelas.
√
√
√
√
√
5. Membimbing siswa
mengoreksi hasil
karangan dari segi
pemakaian huruf
kapital dan tanda titik
1. Penjelasan dapat dimengerti
oleh siswa.
2. Ada pertanyaan dari siswa.
3. Guru dapat menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
4. Bimbingan tidak hanya pada
siswa tertentu.
√
√
√
√
√
6. Menugasi siswa
menyalin kembali
hasil karangan yang
telah diperbaiki
1. Tugas disampaikan dengan
jelas.
2. Tugas dipahami siswa.
3. Tugas dikerjakan oleh siswa
dengan senang dan serius.
4. Suasana kelas yang kondusif
tetap terjaga.
√
√
√
√
√
Tahap
Pascapenulisan
1. Membimbing siswa
membaca hasil
1. Penjelasan yang diberikan
dimengerti oleh siswa.
√
√
72
karangan deskripsi
dengan lafal dan
intonasi yang tepat di
depan kelas.
2. Siswa antusias membaca
karangan ke depan kelas.
3. Guru mampu menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
4. Suasana kelas kondusif.
√
√
√
Skor guru : 30
----- X 100 % = 57,69 % (Kurang)
52
Penentuan Jumlah Deskriptor:
4 = Jika semua deskriptor ada
3 = Jika tiga deskriptor ada
2 = Jika dua deskriptor ada
1 = Jika satu deskriptor ada
Penentuan Skor:
100xSM
RNP
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Total skor maksimal = 52
Tabel : 2 Pedoman Penilaian:
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi
86 – 100 %
76 – 85 %
66 – 75 %
56 – 65 %
≥ 55 %
A
B
C
D
TL
4
3
2
1
0
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut
Ngalim Purwanto (2002:102).
73
Dari hasil observasi pada kegiatan yang dilakukan guru diketahui bahwa
dari 52 deskriptor , guru hanya dapat menyelesaikan 30 deskriptor, untuk proses
kegiatan guru pada siklus I. Dengan arti kata kegiatan yang seharusnya dilakukan
guru sebanyak 52 deskriptor hanya 30 deskriptor yang terselesaikan dengan
persentase kegiatan guru pada siklus I adalah sebanyak 57,69% , jadi kegiatan
untuk perbaikan harus dilanjutkan agar keterampilan guru dalam membelajarkan
siswa dapat ditingkatkan . Hasil pengamatan itu pada tahap kegiatan siklus I
masih dalam kategori kurang.
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Siklus I
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Pada Siklus I
a. Tahap Prapenulisan
Tabel 3. Data pengamatan tahap prapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Menjawab pertanyaan
tentang peristiwa pada
gambar
Mampu menjawab pertanyaan tentang
peristiwa sebagian kecil gambar.
2
Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa
yang kurang runtut, ceritanya panjang
tapi sesuai dengan gambar.
2
Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul
menggunakan ejaan yang kurang tepat,
tapi bervariasi
3
Skor Siswa: 7
----- X 100 % = 58,33 % (Kurang) . Tabel : 3
12.
74
1) Pengamatan terhadap kegiatan siswa pada tahap Prapenulisan menunjukkan
bahwa siswa tidak mampu untuk menjawab pertanyaan sesuai gambar , hanya
sebagian yang dapat dijawabnya. Dengan demikian harapan peneliti belum
tercapai karena, siswa hanya mendapat skor hanya 2. Begitu juga pada
deskriptor menceritakan siswa hanya memperoleh skor juga 2 Pada descriptor
membuat judul siswa hanya bias membuat judul dengankeadaan yang masih
kurang sempurna dengan skor yang didapat 3 karena ada pemakaian ejaan yang
masih kurang Dengan demikian untuk tahap prapenulisan skor yang diperoleh
hanya 7 dari yang diharapkan.
2) Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran pada
tahap Prapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap
Prapenulisan pada siklus I adalah sebanyak 58,33% atau berada dalam kategori
kurang.
b. Tahap Penulisan
Tabel 4. Data pengamatan tahap penulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Ide atau gagasan Sebahagian besar ide sesuai dengan
gambar.
3
Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat
tapi kurang wajar.
2
Tanda baca Sebahagianbesar kalimat sesuai dengan
penggunaan ejaan, huruf kapital, dan
tanda baca yang benar.
3
Skor Siswa: 8
----- X 100 % = 66,67 % (Cukup)
12
75
Pada saat penulisan untuk deskriptor mengemukakan ide atau gagasan
sebagian besar sudah sesuai dengan gambar, juga pemakaian tanda baca sebagian
besar sudah sesuai dengan skor 3, sedangkan untuk pembuatan paragraf masih
banyak kurangnya . Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam
pembelajaran pada tahap Penulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada
tahap Penulisan pada siklus I adalah sebanyak 66,67% atau berada dalam kategori
cukup.
c. Tahap Pascapenulisan
Tabel. 5 Data pengamatan tahap pascapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Penulisan judul Tepat 3
Urutan kalimat Kurang tepat 2
Keruntutan cerita Kurang tepat 2
Pada tahap Pascapenulisan siswa sudah mulai bisa menentukan judul
dengan skor yang didapatkan 3, sedangkan dalam pembuatan kalimat masih perlu
latihan karena skor yang didapat hanya 2 berarti masih kurang dan penulisan
karangan dengan urutan yang sedang sudah dicapai tapi masih perlu latihan.
Jadi skor yang diperoleh hanya 7 dari 12 yanh diharapkan
Skor Siswa: 7
----- X 100 % = 58,33 % (Kurang)
12
Keterangan:
deskriptor 1 nilainya 4
deskriptor 2 nilainya 3
deskriptor 3 nilainya 2
deskriptor 4 nilainya 1
Penentuan Skor:
100xSM
RNP
76
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Total skor maksimal = 12
Pedoman Penilaian:
Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut
Ngalim Purwanto (2002:102).
Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran
pada tahap Pascapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap
Pascapenulisan pada siklus I adalah sebanyak 7 dari 12 deskriptor dengan
persentase 58,33% atau berada dalam kategori kurang.
4. Hasil Pembelajaran Siklus I
Hasil pembelajaran dalam kelompok dengan mengamati aktifitas siswa
secara pribadi dapat diamati pada table 6 berikut ini :
Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan
Pendekatan CTL pada Siklus I
Kelompok Inisial Nama P1 P2
I
FD
AR
CS
FHL
PD
RG
54
56
50
46
50
56
58
62
56
50
52
60
∑ 312 338
X 52 56,3
II
TY
SU
DI
PR
56
60
48
50
60
64
50
52
77
AS
WP
46
52
48
58
∑ 312 332
X 52 55,3
III
BY
HT
JP
TD
KL
58
62
50
54
54
58
66
52
58
60
∑ 278 294
X 55,6 58,8
IV
MZ
IO
TM
WOL
NN
52
50
52
56
58
56
52
58
60
62
∑ 268 288
X 53,6 57,6
Table : 6
Secara umum pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi pada siklus I
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, ini terjadi pada semua kelompok.
Secara rinci hasil tes pada masing-masing kelompok dapat dijelaskan sebagai
berikut: Pada kelompok I, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 52 dan skor rata-
rata pertemuan ke-2 adalah 56,3 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai
siswa kelompok I adalah 54,15. Pada kelompok II, skor rata-rata pertemuan ke-1
adalah 52 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah 55,3 secara keseluruhan skor
rata-rata yang dicapai siswa kelompok II adalah 53,65. Pada kelompok III, skor
rata-rata pertemuan ke-1 adalah 55,6 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah
58,8 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa kelompok III adalah
78
57,2. Pada kelompok IV, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 53,6 dan skor rata-
rata pertemuan ke-2 adalah 57,6 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai
siswa kelompok IV adalah 55,6.
Naiknya nilai siswa pada pertemuan kedua ini disebabkan guru telah
menggunakan tindakan membangkitkan skemata siswa dengan menggunakan
media pembelajaran yang memudahkan siswa mengajukan pertanyaan, dan guru
juga menjelaskan prosedur membaca dan memodelkannya, membimbing siswa,
serta merespon positif pertanyaan siswa, namun demikian guru masih kurang
memberi bimbingan dan latihan mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Kemudian untuk melihat hasil belajar siswa secara keseluruhan dimana
juga diadakan tes setelah siklus diketahui jumlah persentase siswa yang
memperoleh nilai ketuntasan individu 36,36% dengan jumlah 8 orang siswa dari
22 orang siswa yang hadir. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar
63,64% dengan jumlah 14 orang siswa dari 22 orang siswa.
5. Temuan Penelitian Siklus 1
Temuan penelitian ini meliputi pembelajaran tahap Prapenulisan,
Penulisan, dan Pascapenulisan.
a. Tindakan guru membangkitkan skemata dengan menggunakan media
pembelajaran memudahkan siswa mengajukan pertanyaan. Namun
demikian guru masih kurang memberi bimbingan dan latihan
mengajukan pertanyaan kepada siswa.
b. Sebahagian siswa dapat mengajukan pertanyaan, tetapi sebahagian lagi
belum.
79
c. Tingkat keberhasilan siswa mencapai 36,36%.
d. Tindakan guru menjelaskan prosedur menulis dan memodelkannya,
membimbing siswa, serta merespon positif pertanyaan siswa cukup
membantu proses menulis.
e. Tindakan guru mengajukan pertanyaan secara lisan terlihat
kecendrungan siswa menjawab serentak, yang kurang mendukung
proses menulis, karena itu perlu digunakan pertanyaan tertulis.
f. Tindakan guru mengajukan pertanyaan pemahaman membantu siswa
memahami isi karangan.
g. Guru kurang menjelaskan prosedur diskusi pada pertemuan pertama,
sehingga kegiatan diskusi belum dapat berjalan lancar, tetapi pada
pertemuan selanjutnya prosedur diskusi sudah berjalan lebih lancar.
Dengan demikian berarti hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I
belum memenuhi ketentuan yang diharapkan dalam penelitian yaitu 75 % siswa
dan kriteria ketuntasan minimal. Untuk masing-masing indikator diharapkan
siswa memiliki ketuntasan individu minimal 65 %, berarti perlu tindakan siklus II.
6. Refleksi Siklus I
Refleksi pembelajaran mencakup tahap prapenulisan, penulisan,
dan pascapenulisan.
a. Pertanyaan guru hendaknya tidak terlalu jauh menanyakan tentang isi
karangan. Untuk membangkitkan skemata, pertanyaan perlu dibatasi
pada pengalaman keseharian siswa, sehingga siswa lebih mudah
mengaitkan dengan topik yang akan dipelajari.
80
b. Guru hendaknya merespon pertanyaan yang diajukan siswa dengan
cara yang positif, jangan cepat menyalahkan. Kondisi ini akan
mengurangi spontanitas dan keberanian mengemukakan pendapat.
c. Dalam proses menulis, guru mendominasi kelas dengan mengajukan
pertanyaan dan memberi penjelasan. Untuk lebih mengaktifkan siswa,
guru perlu mengurangi dominasinya dan memberi kesempatan lebih
banyak kepada siswa untuk aktif dalam proses menulis. Menurut
Sudirman (1998:142) bahwa “Peranan guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai motivator dan fasilitator, sehingga
memberi peluang bagi siswa agar lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.”
d. Latihan dalam menulis karangan dengan kalimat sendiri perlu
ditingkatkan. Seharusnya guru dalam pembelajaran menulis lebih
banyak memberikan latihan-latihan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hidayat (1990:75), bahwa: “Jumlah latihan-latihan
tertulis yang dilaksanakan sebelum menulis/mengarang dapat berbeda
dari pelajaran-pelajaran yang lain. Dengan melakukan kegiatan
tersebut memudahkan siswa melakukan tugas tersebut untuk tahap
berikutnya”.
e. Penggunaan pertanyaan-pertanyaan detail yang keluar secara spontan
dari guru perlu dikurangi karena kurang mendukung proses menulis.
f. Pada tahap diskusi kelas, siswa kurang tahu cara berdiskusi. Interaksi
antara anggota kelompok kurang berjalan secara aktif, oleh sebab itu
81
untuk selanjutnya guru perlu menjelaskan cara berdiskusi yang efektif,
bagaimana cara menjawab, menunggu giliran bicara, dan cara
menanggapi yang baik.
g. Membuat ringkasan dan kesimpulan, serta menanggapi hasil karangan
yang dibuat perlu ditingkatkan melalui bimbingan guru secara efektif.
h. Hasil belajar menulis deskripsi siswa pada siklus I berada pada
kualifikasi kurang dan cukup pada setiap kelompok, maka diperlukan
bimbingan yang intensif dari guru.
Hasil refleksi yang dilakukan peneliti selama dan sesudah proses
pembelajaran disampaikan kepada guru. Kegiatan refleksi dilakukan setiap selesai
pembelajaran. Selanjutnya bersama-sama mendiskusikan kekurangan yang perlu
diperbaiki dan kelebihan yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran selanjutnya.
Pada akhir siklus tindakan dilakukan refleksi secara keseluruhan dan dilanjutkan
dengan pembuatan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran
pada siklus berikutnya.
B. Siklus II
1. Perencanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan refleksi yang
dilakukan pada siklus I. Kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang terjadi
belum optimal dan hasil belajar belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
yang diharapkan. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan praktisi untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa kegiatan pembelajaran menulis deskripsi,
82
peneliti berkolaborasi dengan praktisi. Pelajaran dilaksanakan berdasarkan
rancangan pembelajaran yang sesuai dengan silabus dan RPP.
Pendekatan Contextual (CTL) dilakukan dengan sedikit perbaikan
pelaksanaan proses pembelajaran, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
persiapan belajar yang lebih dekat dengan kehidupan siswa. Untuk meningkatkan
kemampuan dalam peningkatan prestasi belajar siswa, perencanaan lebih
ditingkatkan lagi.
a. Waktu Siklus II
Pembelajaran pada siklus II direncanakan dua kali pertemuan, masing-
masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 3 x 30 menit. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Senin, 14 September 2011. Pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Selasa, 21 September 2011.
b. Kompetensi Dasar Siklus II
Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama dan kedua adalah Menyusun
paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan
ejaan.
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dikembangkan dari KD pembelajaran kelas III SD.
Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1) Setelah mengamati
objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri objek yang diamati dengan
benar. 2) Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi
siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar. 3) Melalui penugasan
siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi paragraf yang padu dengan
benar.
83
d. Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Kegiatan dipilah dalam 3 tahap pembelajaran yakni: tahap prapenulisan,
penulisan, dan pascapenulisan. Tahap Prapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa
ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan, 2) Siswa dibimbing guru
menentukan topik yang akan ditulis, dan 3) Siswa ditugaskan guru
mengembangkan pokok pikiran dengan satu atau beberapa pikiran penjelas
sehingga menjadi kerangka karangan.
Tahap Penulisan (Pengembangan draf) meliputi kegiatan: 1) Siswa
mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam bentuk kalimat,
2) Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga karangannya
menjadi sebuah wacana (karangan) utuh, 3) Siswa di bawah bimbingan guru
memberi judul karangan deskripsi, dan 4) Siswa dibantu guru memperbaiki dan
menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.
Tahap Pascapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa menata ulang kerincian
atau kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara
mengganti, menambah atau menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau
kurang cocok, 2) Siswa dibimbing guru bekerja secara berkelompok atau
berpasangan, 3) Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf
kapital, pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,
berdasarkan pada kaidah EYD, 4) Siswa menyalin kembali hasil karangannya
yang telah direvisi dan diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh, 5)
Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya dengan cara
84
membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang tepat ke depan kelas, dan
6) siswa langsung dibimbing guru cara membaca yang baik dan benar.
e. Materi Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar Siklus II
Materi pembelajaran diambil dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III Sekolah Dasar.
Sedangkan media pembelajaran yaitu Teks Bacaan, Objek tempat atau orang, dan
Lingkungan sebagai sumber belajar.
f. Evaluasi Siklus II
Evaluasi pembelajaran mengikuti proses dan evaluasi hasil setelah akhir
siklus. Evaluasi proses yang dimaksud adalah pengamatan tentang aktifitas siswa
dalam tahap prapenulisan, penulisan, perbaikan, pengeditan, dan publikasi.
Evaluasi proses juga dimaksudkan untuk melihat kemajuan pembelajaran
siswa secara terus-menerus dan evaluasi hasil tes berupa tes formatif untuk
mengetahui pemahaman siswa yang dilaksanakan setelah pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a. Pembelajaran Tahap Prapenulisan
Pada tahap prapenulisan guru mengkondisikan kelas untuk
mempersiapkan siswa agar tenang dan duduk di bangku masing-masing dan siap
untuk mengikuti proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan baik.
Kemudian guru mengambil absen untuk mengecek kehadiran siswa yang
dapat mengikuti proses pembelajaran, dan dilanjutkan dengan aktivitas do‟a
bersama untuk memulai proses pembelajaran.
85
Selanjutnya guru mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan
siswa untuk belajar berupa teks bacaan, objek tempat atau orang, dan lingkungan
sebagai sumber belajar, dan dilanjutkan dengan memberi siswa tugas untuk
menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan kelasnya.
Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar), yaitu aktivitas yang
dilakukan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan topik pembelajaran.
Cuplikan proses tanya jawab sebagaimana tergambar pada sampel data berikut:
Data: 7. Guru : Anak-anak, coba perhatikan temanmu yang berdiri di depan
kelas. Coba sebutkan ciri-ciri temanmu !
Siswa : (Tampak beberapa siswa menunjuk tangan). Punya hidung,
mata, telinga, mulut, rambut, dan lain-lain.
Guru : Ya bagus, bagaimana dengan anak-anak Ibu yang lain ?
Siswa : Ada mulut, ada hidung, mata, tangan, kaki, dan lain-lain. (jawab
siswa yang lain)
Guru : Bagus, hari ini kita akan belajar menulis yaitu tentang menulis
deskripsi, sudah pernah kamu mendengar ?
Siswa : Sudah Buk.
Guru : Ya, apa itu menulis deskripsi....... !
Siswa : Saya Buk, deskripsi adalah kalimat yang menjelaskan sesuatu secara
rinci.....!
Guru : Ya bagus, coba lagi (siswa berebut mengangkat tangan)
Pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, nampaknya lebih
mudah dijawab oleh siswa. Mereka bisa menjawab dengan lancar. Kemudian guru
86
meminta siswa mengemukakan pengetahuan tentang menulis deskripsi dan
mengelompokan pengetahuan yang di dapat pada kolom, kegiatan dilanjutkan
dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
berdasarkan pengetahuan yang terhimpun dan menuliskan pada kolom.
Selanjutnya guru membagikan teks untuk membantu penemuan jawaban atas
pertanyaan yang muncul.
Selanjutnya aktivitas yang dilakukan guru adalah, menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai siswa, yang dalam kegiatan pembelajaran guru
melaksanakan dengan strategi tanya jawab disertai bantuan media pembelajaran
dan pemberian bimbingan kepada siswa.
b. Pembelajaran Tahap Penulisan
Pada tahap penulisan pembelajaran menulis deskripsi, guru mengawali
aktivitas dengan menyuruh siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan pokok
yang akan ditulis dan dilanjutkan dengan memberi penjelasan secara detail dalam
bentuk kalimat. Cuplikan proses pembelajaran tahap penulisan sebagaimana
tergambar pada sampel data berikut:
Data :8 Guru : Anak-anak coba kembangkan gagasan pokok berikut.
Pada saat menulis, anak-anak dapat mengajukan pertanyaan tentang
materi yang dipelajari. Anak-anak boleh membuat pertanyaan setiap
paragaraf.
Setelah dilaksanakannya aktivitas mengembangkan ide atau gagasan
pokok di atas, dilanjutkan pada aktivitas untuk membuat kalimat menjadi
paragraf, sehingga tulisan yang telah dikerjakan siswa menjadi sebuah wacana
87
(karangan) utuh, disaat berlangsungnya aktivitas siswa menulis sebuah karangan
peran guru sangat penting sekali dalam membimbing siswa.
Melalui bimbingan guru, siswa disuruh dan diarahkan untuk memberi
judul karangan deskripsi dengan tepat dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa
mendapatkan pedoman dalam melanjutkan karangan yang sedang
dilaksanakannya.
Setelah menulis, guru membimbing siswa dengan memberi arahan untuk
memperbaiki dan menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.
Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Data : 9 Guru : Anak-anak coba perhatikan, apakah karangan yang kamu buat
sudah bagus ?
Siswa : Belum buk
Guru : Nah sekarang, apakah karangan itu sudah sesuai dengan tema yang
kalian inginkan ?
Siswa : Belum (jawab siswa yang lain)
Guru : Coba koreksi dahulu karangan kalian tersebut !
Guru memberi respon secara positif, ketika menanggapi jawaban siswa
dengan memberikan penguatan dengan mengatakan bagus, betul, pintar, dan
sebagainya. Namun guru kurang memberi tanggapan, apabila ada jawaban siswa
yang tidak benar atau kurang tepat, sehingga siswa kurang mengetahui kesalahan
yang mereka buat, maupun jawaban yang diharapkan.
88
Berdasarkan kegiatan di atas, dapat diketahui proses pembelajaran menulis
deskripsi dalam kegiatan memperbaiki dan menyunting karangan yang dibimbing
guru melalui proses tanya jawab, kurang membantu siswa menjadi lebih baik
dalam memperbaiki karangannya sesuai dengan tema yang mereka ambil.
c. Pembelajaran Tahap Pascapenulisan
Setelah siswa selesai dalam membuat karangannya, guru melanjutkan
kegiatan pembelajaran dengan aktivitas mengecek kembali hasil karangan siswa
dan dilanjutkan dengan memberi bimbingan pada siswa yang belum mampu
memperbaki kesalahan penulisan dengan memberikan penjelasan terhadap
kesalahan yang dilakukan siswa dalam membuat karangan tersebut. Adapun
proses pembelajaran tahap perbaikan yang dilaksanakan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Data : 10
Guru : Coba perhatikan Ibu, apakah karangan yang kamu buat sudah benar
penulisannya ?
Siswa : Sudah Buk
Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang, apakah karangan kamu ini sudah
sesuai dengan EYD yang ibu ajarkan ?
Siswa : Belum (jawab siswa yang lain)
Guru : Coba perbaiki kembali karangan kalian tersebut, sesuai yang Ibu
ajarkan !
Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk menata ulang kerincian atau
kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu,
89
perbaikan penulisan dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau
menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok, sehingga
menjadi kalimat yang benar.
Pelaksanaan tahap perbaikan atau perevisian, dilakukan dengan aktivitas
guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau berpasangan yang
dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam mengetahui kesalahan penulisan
dalam karangan sendiri dan temannya dalam membuat karangan.
Selanjutnya dalam aktivitas ini guru menugaskan siswa bekerja dalam
kelompok untuk menemukan jawaban pertanyaan yang belum terselesaikan, dan
meminta siswa mengemukakan tanggapannya tentang isi teks. Kemudian guru
meminta siswa menuliskan jawaban yang telah didiskusikan sebagai hasil belajar.
Pada tahap pengeditan guru membimbing siswa siswa dalam akivitas
memperbaiki tulisan yang telah dikerjakan untuk membantu siswa lebih
memahami beberapa aspek yang menyangkut huruf kapital, pemakaian tanda baca
seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya, berdasarkan pada kaidah EYD, hal
mana sangat penting diketahui siswa dalam membuat suatu tulisan yang lebih
baik. Dalam proses pembelajaran tahap pengeditan yang dilaksanakan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Data 11
Guru : Apakah kamu membuat kalimat dalam karangan telah menggunakan
bahasa yang baik dan benar, serta tanda baca ?
Siswa : Belum bisa buk. (jawaban sebagian besar siswa)
Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang perhatikan apa yang Ibu terangkan !
90
Siswa : Kami sudah mulai lebih mengerti buk...
Guru : Baik, coba kamu perhatikan kembali bahasa dan tanda baca yang
kamu gunakan dalam karangan !
Pelaksanaan pembelajaran pada tahap pengeditan ini, kesalahan yang
sering dibuat siswa biasanya banyak terlihat dalam pemakaian tanda baca,
karenanya aktivitas yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesalahan
tersebut adalah dengan cara memberi bimbingan untuk tujuan memberi petunjuk
pada siswa dalam memperbaiki karangan yang mereka kerjakan. Selanjutnya
siswa diperintahkan untuk menyalin kembali hasil karangannya yang telah
direvisi dan diedit bersama guru sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.
Pada pembelajaran tahap publikasi, guru membimbing siswa untuk
mempublikasikan karangannya dengan cara melakukan aktivitas membaca hasil
karangan masing-masing, yang dalam pelaksanaan membaca hasil karangan ini
siswa dianjurkan membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat di depan kelas.
Dalam proses pembelajaran tahap publikasi yang dilaksanakan dapat digambarkan
seperti contoh data berikut ini:
Data : 12
Guru : Apakah kamu ingin menjadi seorang penulis ?
Siswa : Iya buk... (jawab sebagian siswa dengan semangat)
Guru : Untuk menjadi seorang penulis yang baik harus mendapatkan
pengakuan dari orang lain, karenanya kamu harus memperkenalkan
hasil karya kamu pada banyak orang...!
Siswa : Bagaimana caranya buk...? (tanya salah seorang siswa)
91
Guru : ada banyak cara untuk memperkenalkan hasil karya kalian, sekarang
salah satu caranya adalah dengan membacakan hasil karangan kalian
ke depan satu persatu.
Siswa : Baik buk...! (jawab siswa dengan bersemangat)
Untuk mengatasi siswa yang kurang mampu membaca dengan baik, guru
memberi bimbingan langsung bagaimana seharusnya membaca sebuah karangan
agar lebih baik dan benar, sehingga jelas dan enak didengar serta mudah dipahami
oleh siswa yang lain maksud yang tertera dalam karangan tersebut.
Kemudian aktivitas dilanjutkan dengan melaksanakan diskusi kelas, yang
dalam pelaksanaannya guru memimpin diskusi dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Siswa menjawab pertanyaan, menanggapi, serta bertukar pendapat.
selanjutnya guru menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan tanggapan siswa.
Berdasarkan pengamatan, siswa kelihatan ragu-ragu menjawab ketika ditanya
tentang kesimpulan materi, dan siswa juga cenderung menjawab secara serentak.
3. Pengamatan Siklus II
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan pendekatan CTL dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Hal ini dilaksanakan secara objektif dan sistematis.
Peneliti berusaha mengenal dan mendokumentasikan semua indikator dari
hasil perubahan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana
maupun dampak intervensi dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan pendekatan CTL. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam
bentuk lembar observasi.
92
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas III, yang secara terus menerus
mulai dari tindakan pertama sampai dengan tindakan terakhir. Pengamatan yang
dilakukan pada satu tindakan dapat mempengaruhi tindakan berikutnya. Hasil
pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru kelas III, kemudian diadakan
refleksi untuk perencanan berikutnya. Selama pengamatan ini berlangsung aspek
kegiatan guru dan siswa yang diamati akan dipaparkan berdasarkan hasil
pengamatan berikut ini.
a. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Siklus II
Hasil pengamatan proses kegiatan guru pada siklus II meliputi hasil
pengamatan proses pembelajaran pada tahap Prapenulisan, tahap Penulisan, dan
tahap Pascapenulisan . Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada table berikut:.
Tabel : 7 Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus II
Tahap
Pembelajaran
Aktivitas
Deskriptor
Ada
Tidak
Kualifikasi
A B C D
4 3 2 1
Tahap
Prapenulisan
1. Memajangkan
gambar
1. Gambar jelas,
bagus, dan
menarik
perhatian siswa.
2. Gambar sesuai
dengan tingkat
perkembangan
anak.
3. Gambar
memiliki
rangkaian cerita.
4. Rangkaian cerita
yang terdapat
√
√
√
√
√
93
pada gambar
jelas dan mudah
dipahami anak.
2. Meminta siswa
mengamati
gambar
1. Kalimat
disampaikan
jelas.
2. Permintaan
direspon siswa.
3. Permintaan
dipahami siswa
4. Kalimat yang
disampaikan
bisa
menimbulkan
rasa
keingintahuan
siswa.
√
√
√
√
√
3. Menanyakan
peristiwa-
peristiwa yang
terlihat pada
gambar
1. Pertanyaan yang
disampaikan
jelas.
2. Pertanyaan
dipahami oleh
siswa.
3. Pertanyaan
tertuju tidak
pada siswa
tertentu, tapi
pada semua
siswa
4. Siswa merespon
pertanyaan.
√
√
√
√
√
94
4. Menugasi siswa
menceritakan
gambar
1. Perintah yang
disampaikan
jelas.
2. Perintah yang
disampaikan
dipahami siswa
3. Terciptanya
suasana yang
kondusif
4. Perintah tertuju
tidak pada siswa
tertentu, tapi
pada seluruh
siswa.
√
√
√
√
√
5. Meminta siswa
memberi judul
karangan
5. Permintaan yang
disampaikan jelas.
6. Permintaan
dipahami siswa.
7. Permintaan
direspon siswa.
8. Menimbulkan
pertanyaan balik
dari siswa dan
jawaban yang
tepat dari guru.
√
√
√
√
√
6. Membimbing
siswa membuat
kerangka
karangan
5. Menjelaskan cara
membuat
kerangka
karangan.
6. Bimbingan tidak
hanya pada siswa-
siswa tertentu,
tapi tertuju pada
seluruh siswa
yang ada dalam
kelas.
7. Suasana kelas
√
√
√
√
√
95
kondusif
8. Semua siswa
serius dan
antusias membuat
kerangka
karangan.
Tahap
Penulisan
1. Membimbing
siswa
mengembangkan
kerangka
karangan menjadi
karangan
deskripsi yang
utuh
1. Bimbingan tidak
hanya pada
siswa-siswa
tertentu, tapi
tertuju pada
seluruh siswa
yang ada dalam
kelas.
2. Menimbulkan
pertanyaan dari
siswa.
3. Siswa aktif dan
serius
mengembangkan
kerangka
karangan.
4. Suasana kelas
kondusif.
√
√
√
√
√
2. Meminta siswa
untuk
menukarkan hasil
karangannya
dengan teman
sebangku
1. Perintah yang
disampaikan
jelas.
2. Perintah
dilakukan oleh
siswa.
3. Suasana kelas
tidak ribut.
4. Perintah dapat
memfokuskan
perhatian siswa.
√
√
√
√
√
96
3. Menginstruksikan
siswa untuk
membaca hasil
karangan teman
sebangkunya
1. Instruksi jelas.
2. Instruksi
dipahami siswa.
3. Semua siswa
membaca hasil
karangan teman
sebangkunya.
4. Suasana kelas
kondusif
√
√
√
√
√
4. Membimbing
siswa
memperbaiki
karangan teman
sebangkunya
dengan cara
menukar atau
menambah
penggunaan kata
dan kalimat yang
tidak pada
tempatnya
1. Penjelasan dapat
dimengerti oleh
siswa.
2. Ada pertanyaan
dari siswa.
3. Guru dapat
menjawab
pertanyaan
siswa dengan
benar.
4. Bimbingan tidak
hanya pada
siswa tertentu,
tapi pada semua
siswa yang ada
dalam kelas.
√
√
√
√
√
5. Membimbing
siswa mengoreksi
hasil karangan
dari segi
pemakaian huruf
kapital dan tanda
titik
1. Penjelasan dapat
dimengerti oleh
siswa.
2. Ada pertanyaan
dari siswa.
3. Guru dapat
menjawab
pertanyaan
siswa dengan
benar.
4. Bimbingan tidak
hanya pada
√
√
√
√
√
97
siswa tertentu.
6. Menugasi siswa
menyalin kembali
hasil karangan
yang telah
diperbaiki
1. Tugas
disampaikan
dengan jelas.
2. Tugas dipahami
siswa.
3. Tugas
dikerjakan oleh
siswa dengan
senang dan
serius.
4. Suasana kelas
yang kondusif
tetap terjaga.
√
√
√
√
√
Tahap
Pascapenulisan
1. Membimbing
siswa membaca
hasil karangan
deskripsi dengan
lafal dan intonasi
yang tepat di
depan kelas.
1. Penjelasan yang
diberikan
dimengerti oleh
siswa.
2. Siswa antusias
membaca
karangan ke
depan kelas.
3. Guru mampu
menjawab
pertanyaan
siswa dengan
benar.
4. Suasana kelas
kondusif.
√
√
√
√
√
Padang, 2011
Observer
( ELDA YULIANTI )
98
Dari hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dalam
proses pembelajaran dapat diketahui bahwa proses kegiatan guru pada siklus II
sudah mulai menampakkan perubahan atau meningkat . Dengan persentase
sebanyak 84,61% atau berada dalam kategori baik.
2. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Siklus II
Hasil pengamatan proses kegiatan guru pada siklus II meliputi hasil pengamatan
proses pembelajaran pada tahap Prapenulisan, tahap Penulisan, dan tahap
Pascapenulisan.
1) Pengamatan Dalam Pembelajaran Tahap Prapenulisan
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Siklus II
Tabel : 8 Tahap Prapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Menjawab pertanyaan
peristiwa pada gambar
Mampu menjawab peristiwa sebagian
besar gambar.
3
Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa
yang runtut, tapi kurang panjang, dan
sesuai dengan gambar.
3
Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul
menggunakan ejaan yang tepat, dan
bervariasi.
4
Skor Siswa: 10
----- X 100 % = 83,33 % (Baik)
12
99
Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran
pada tahap Prapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap
Prapenulisan pada siklus II adalah sebanyak 83,33% atau berada dalam kategori
baik.
2) Pengamatan Dalam Pembelajaran Tahap Penulisan
Tabel : 9 Pengamatan tahap penulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Ide atau gagasan Sebahagian besar ide sesuai dengan
gambar.
4
Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat
tapi kurang wajar.
3
Tanda baca Sebahagianbesar kalimat sesuai dengan
penggunaan ejaan, huruf kapital, dan
tanda baca yang benar.
4
Skor Siswa: 10
----- X 100 % = 83,33 % (Baik)
12
Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran
pada tahap Penulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap Penulisan
pada siklus II adalah sebanyak 91,67% atau berada dalam kategori sangat baik.
3) Pengamatan Dalam Pembelajaran Tahap Pascapenulisan
a. Tahap Pascapenulisan
Tabel: 10 Data pengamatan tahap pascapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Penulisan judul Tepat 3
Urutan kalimat Kurang tepat 3
Keruntutan paragraf Kurang tepat 3
100
Skor Siswa: 9
----- X 100 % = 75 % (Baik)
12
Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran
pada tahap Pascapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap
Pascapenulisan pada siklus II adalah sebanyak 75% atau berada dalam kategori
baik.
4. Hasil Pembelajaran Siklus II
Secara umum pelaksanaan pembelajaran menulis pada siklus II telah
memperlihatkan hasil yang memuaskan, ini terjadi pada semua kelompok. Secara
rinci hasil tes pada masing-masing kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada kelompok I, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 62,3 dan skor rata-rata
pertemuan ke-2 adalah 66,3 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa
kelompok I adalah 64,3. Pada kelompok II, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah
62 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah 67,6 secara keseluruhan skor rata-rata
yang dicapai siswa kelompok II adalah 64,8. Pada kelompok III, skor rata-rata
pertemuan ke-1 adalah 66 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah 70,4 secara
keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa kelompok III adalah 68,2. Pada
kelompok IV, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 63,6 dan skor rata-rata
pertemuan ke-2 adalah 66,4 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa
kelompok IV adalah 65.
101
Naiknya nilai siswa pada pertemuan kedua pada siklus II ini dikarenakan
tindakan guru melatih mengajukan pertanyaan dengan media pembelajaran,
sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan secara lebih efektif dan lebih terarah
pada topik, serta lembaran contoh pertanyaan, bimbingan dan latihan yang
diberikan dapat meningkatkan kemampuan siswa yang terlihat dari pertanyaan
yang diajukan semua kelompok.
Kemudian untuk melihat hasil belajar siswa secara keseluruhan dimana
juga diadakan tes setelah siklus diketahui jumlah persentase siswa yang
memperoleh nilai ketuntasan individu 86,36 % dengan jumlah 19 orang siswa dari
22 orang siswa yang hadir. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar
13,64 % dengan jumlah 3 orang siswa dari 22 orang siswa.
5.Temuan Penelitian Siklus II
Temuan penelitian ini meliputi pembelajaran tahap prapenulisan,
penulisan, dan pascapenulisan.
a. Kemampuan siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
menunjukkan peningkatan.
b. Pembangkitan skemata siswa dapat dilaksanakan secara efektif
terutama yang berkaitan dengan pengalaman dan berhubungan dengan
mata pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga memudahkan siswa
menyusun pertanyaan.
c. Tindakan guru melatih mengajukan pertanyaan dengan media
pembelajaran, siswa dapat mengajukan pertanyaan secara lebih efektif
dan lebih terarah pada topik.
102
d. Lembaran contoh pertanyaan, bimbingan dan latihan yang diberikan
dapat meningkatkan kemampuan siswa yang terlihat dari pertanyaan
yang diajukan semua kelompok.
e. Tingkat keberhasilan siswa mencapai 86,36 %.
f. Metode yang digunakan guru dengan membentuk kelompok ternyata
cukup efektif untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan menulis.
Kondisi ini terlihat dari kegiatan menulis bersama dalam kelompok,
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
g. Tindakan pembelajaran berupa menjelaskan prosedur, memodelkan
dan pemberian tuntunan menulis, memberi contoh mengajukan
pertanyaan, membimbing kelompok, dan membantu mengatasi
kesulitan dalam menulis secara nyata meningkatkan kemampuan
menulis siswa
h. Tindakan guru mengajukan pertanyaan pemahaman membantu siswa
memahami isi karangan.
i. Tindakan pembelajaran yang dilakukan guru adalah memberi
penjelasan prosedur diskusi secara jelas dan mengatur kesempatan
berpendapat secara merata. Tindakan ini terbukti meningkatkan proses
diskusi, sehingga diskusi berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan
rencana.
j. Guru memberi kesempatan dan membimbing siswa untuk
mengemukakan pendapat dan memberi tanggapan. Tindakan ini
meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat secara
103
berbeda dan menanggapi jawaban-jawaban temannya, serta menjawab
pertanyaan dengan kalimat sendiri.
k. Kemampuan memahami isi karangan cukup baik untuk semua
kelompok.
Dengan demikian berarti hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II
sudah memenuhi ketentuan yang diharapkan dalam penelitian yaitu 75 % siswa
dan kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator sesuai yang
diharapkan oleh NSP.
5. Refleksi Pembelajaran Siklus II
Refleksi pembelajaran mencakup tahap prapenulisan, penulisan, dan
pascapenulisan.
a. Pada pertemuan pertama, dilaksanakan agak memakan waktu yang
lama dalam kegiatan tanya jawab. Guru memberikan penjelasan
panjang lebar terhadap jawaban pertanyaan siswa. Namun pada
pertemuan ke dua, hal ini tidak terjadi lagi dan pembelajaran lebih
terfokus pada pengembangan skemata siswa.
b. Kegiatan pembangkitan skemata yang dilakukan dengan menanyakan
pengalaman dan pengetahuan siswa berkaitan dengan topik direspon
oleh siswa dengan antusias. Kondisi ini terlihat karena siswa lebih
mudah menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan topik.
c. Untuk melibatkan semua siswa, guru mendistribusikan pertanyaan
secara merata kepada siswa yang aktif maupun pasif. Siswa yang
jarang berbicara ternyata berani berbicara ketika diberi kesempatan.
104
d. Penggunaan media pembelajaran cukup efektif dalam membantu
proses pembelajaran.
e. Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan cukup baik, di samping itu
guru berusaha melatih siswa mengajukan pertanyaan secara intensif,
misalnya dengan memberi contoh, memberikan koreksi kesalahan
siswa, dan memberikan arahan dan bimbingan.
f. Kegiatan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan
contextual (CTL) cukup efektif dalam proses menulis, sehingga
kegiatan menulis deskripsi lebih terarah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hidayat (1990:76), bahwa: “Penyajian masalah menyangkut
masalah bagaimana kita harus menyampaikan bahan itu kepada murid-
murid agar bahan itu betul-betul menjadi milik kita”.
g. Pada waktu diskusi kelompok, pada umumnya siswa terlibat secara
aktif, mereka saling bertukar pedapat dan mendiskusikan jawaban
dengan antusias berdasarkan pertanyaan yang mereka susun sendiri.
Kegiatan diskusi terlihat berjalan secara efektif dan dinamis.
h. Pengarahan dari guru cukup jelas dengan memberikan penjelasan yang
lebih komunikatif. Guru selalu memonitor kegiatan kelompok pada
saat diskusi, membantu memecahkan masalah yang ditemui siswa
dalam diskusi kelompok serta membantu mengarahkan siswa dalam
menjawab pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pupuh
(2010:44) yang menyatakan bahwa: “Seorang guru dituntut menguasai
kompetensi dalam melaksanakan profesinya agar dapat menciptakan
105
lingkungan belajar yangbaik bagi siswa, sehingga tujuan pengajaran
dapat tercapai dengan optimal.”
i. Kegiatan diskusi yang dipimpin langsung oleh guru berjalan efektif
terutama pada pertemuan ke dua. Sebelum diskusi, guru sudah
mengarahkan siswa kembali untuk mengikuti prosedur diskusi dengan
jelas, mengatur jalan diskusi, dan lebih memberikan kesempatan pada
siswa mengemukakan pendapat mereka lebih merata.
j. Secara umum, siswa tampak lebih aktif dan berani mengemukakan
pendapat secara bervariasi. Peran guru terlihat mempengaruhi sikap
siswa. Sikap guru yang menghargai melalui pujian dan tidak langsung
menyalahkan siswa, mendorong siswa bersikap positif pada temannya.
Siswa lebih terbuka berani dalam menanggapi jawaban siswa lain.
Siswa sudah terbiasa menunggu gilirannya, belum mau berbicara
sebelum temannya selesai berbicara.
Hasil refleksi yang dilakukan peneliti tersebut dikomunikasikan kepada
guru dan dibahas bersama-sama. Peneliti dan guru selanjutnya menganalisis dan
membuat kesimpulan tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Setelah
melalui analisis dan refleksi yang dilakukan bersama antara peneliti dan guru,
pada siklus kedua ditemukan peningkatan-peningkatan baik dari aspek guru
maupun siswa, meskipun beberapa hal masih perlu ditingkatkan. Sesuai dengan
kriteria pencapaian tujuan penelitian, tindakan pembelajaran sampai siklus kedua
telah mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, disepakati bahwa penelitian
tindakan diselesaikan sampai siklus kedua.
106
C. PEMBAHASAN
Pada bagian ini diuraikan pembahasan hasil penelitian dikaitkan dengan
teori-teori yang menjadi acuan penelitian. Pada bagian pendahuluan telah
dijelaskan bahwa penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan
menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan CTL. Pembelajaran menulis
dilakukan sesuai dengan tahapan menulis yang meliputi tahap prapenulisan,
penulisan, dan pascapenulisan.
Sesuai dengan masalah penelitian, pembahasan hasil penelitian dilakukan
dengan melihat temuan penelitian mencakup (1) pembelajaran pada tahap
prapenulisan, (2) pembelajaran pada tahap penulisan, dan (3)
pembelajaran pada tahap pascapenulisan. Meskipun demikian, dalam pembahasan
temuan dimaksud, ada kemungkinan beberapa temuan dianggap sama,
pembahasannya dilakukan sekaligus. Di samping itu, dalam penelitian tindakan
ini, beberapa strategi pembelajaran dalam ketiga tahap tersebut memiliki
kesamaan, misalnya guru atau siswa mengajukan pertanyaan baik pada tahap
prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Oleh sebab itu dijumpai banyak
temuan yang relatif sama sehingga pembahasan temuan yang satu mungkin akan
memberikan penekanan saja atau memperkuat temuan lainnya.
1. Pembelajaran Pada Tahap Prapenulisan
Pada tahap prapenulisan, pembelajaran difokuskan pada melatih siswa
mengajukan pertanyaan sebelum menulis. Oleh sebab itu, pembelajaran
dilaksanakan dengan membangkitkan skemata siswa, membimbing siswa
merumuskan dan mengajukan pertanyaan, serta menjawab pertanyaan. Hasil
107
penelitian mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan guru
sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan bertanya mereka.
Strategi yang dimaksud yakni mengaitkan skemata dengan topik melalui
pertanyaan yang diajukan guru yang berhubungan dengan pengalaman siswa
sebelumnya, membimbing siswa mengajukan pertanyaan dengan menggunakan
media pembelajaran yang berkenaan dengan topik bacaan.
Temuan penelitian tentang pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru
untuk membangkitkan skemata siswa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
dengan diberikan pertanyaan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa
mengingat kembali pengalaman mereka dan dapat menceritakannya. Kemampuan
ini penting untuk dikembangkan karena dimungkinkan siswa dapat
menghubungkan pengetahuan latar dengan apa yang dibaca dalam bacaan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui antara pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa dengan apa yang tertulis dalam karangan dalam rangka
memperoleh pemahaman.
Sejalan dengan pendapat Burns (1996) mengemukakan pertanyaan yang
digunakan guru pada tahap prapenulisan dapat membantu siswa merumuskan
tujuan menulis dan dapat membantu siswa merumuskan tujuan menulis dan dapat
membantu siswa memfokuskan perhatiannya pada informasi penting dalam
karangan. Pertanyaan prapenulisan dapat memprediksi isi bacaan dan
menghubungkan teks dengan pengetahuan latar siswa sehingga menumbuhkan
rasa keingintahuan siswa untuk mencari jawaban yang masih diragukannya.
108
Pertanyaan guru pada tahap prapenulisan juga terbukti dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa dan memusatkan perhatian siswa pada
proses pembelajaran. Siswa yang memiliki skemata yang cukup dapat
mengajukan pertanyaan sesuai dengan apa yang pernah dialami berkaitan dengan
topik pembelajaran, hal ini terjadi pada semua kelompok.
Menurut Usman (2005:74), bahwa “Dalam proses belajar mengajar,
bertanya memainkan peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan
baik dan teknik pelontaran yang tepat dari guru akan memberikan dampak positif
terhadap siswa”.
Pada tahap prapenulisan berkaitan dengan strategi pembelajaran melatih
siswa mengajukan pertanyaan sebelum menulis. Secara tidak langsung strategi ini
membimbing siswa untuk menyusun tujuan mereka sendiri. Dengan diberi
kesempatan oleh guru untuk mengajukan pertanyaan serta respon yang hangat dari
guru terhadap pertanyaan siswa, berakibat kepada siswa yang semula pasif dapat
mengajukan pertanyaan dengan baik.
Menurut Gill dalam Suparno (2006:1.16), yaitu: “Tahap ini merupakan
fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalamanyang diperoleh dan diperlukan. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis
sehingga tulisan dapat disajikan dengan baik”.
Berkenaan dengan media pembelajaran untuk membantu siswa dalam
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. Penggunaan media
pembelajaran yang berkaitan dengan materi pembelajaran dapat mempermudah
109
siswa menyusun pertanyaan secara spesifik dan terarah. Dalam kegiatan ini media
pembelajaran digunakan untuk membentuk dan mengembangkan skemata siswa
terutama untuk topik yang dikenali siswa. Temuan tersebut dapat diperjelas oleh
Burns (1996) menyatakan dengan bantuan media pembelajaran, siswa dapat
menggunakan kata-kata sendiri untuk mendiskripsikan peristiwa atau apa yang
ada, sehingga membentuk pengalaman siswa berkaitan dengan konsep-konsep
yang ada. Untuk mengembangkan kemampuan bertanya, siswa perlu didorong
untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan awal yang didasarkan pada judul sebelum
kegiatan menulis dilakukan. Dalam kegiatan ini siswa diminta memprediksikan
pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan terjawab dalam karangan.
2. Pembelajaran Pada Tahap Penulisan
Hasil penelitian pada tahap penulisan dapat dilihat dari siswa maupun
guru. Dari siswa berkenaan dengan kegiatan menulis berdasarkan pertanyaan dari
guru, kemampuan menanyakan pertanyaan tentang karangan, berdiskusi dan
menjawab pertanyaan. Dari guru berkenaan dengan kegiatan menjelaskan
prosedur menulis, memodelkan cara menulis dengan menggunakan pendekatan
CTL, membimbing proses menulis dan merespon jawaban siswa.
Temuan penelitian berkaitan dengan kemampuan siswa, berkenaan dengan
kegiatan menulis deskripsi dengan pertanyaan penuntun dari guru. Pelaksanaan
tindakan mulai dari siklus pertama, guru secara aktif membimbing proses menulis
siswa dengan pendekatan CTL. Sebelumnya guru memberikan penjelasan cara
menulis dan pemodelan menulis. Selanjutnya guru membimbing siswa menulis
karangan. Tindakan ini dimaksudkan agar siswa dapat menemukan isi paragraf
110
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan guru dapat mengarahkan kegiatan menulis siswa dalam rangka
mencari isi paragraf dan menyimpulkan isi teks.
Menurut Suparno (2006:1.22), bahwa: “Dalam Kegiatan penulisan kita
mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan,
dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilij dan kumpulkan”.
Berkaitan dengan kegiatan siswa mengajukan pertanyaan adalah
meningkatkan keaktifan siswa. Pada pembelajaran sebelumnya, guru hanya
menugasi siswa membaca pasif, dengan diberi tugas mengajukan pertanyaan
sendiri, siswa menjadi pasif. Mereka sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan
memiliki tujuan yang mereka susun sendiri dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan,
sehingga kegiatan menulis mereka menjadi lebih bermakna dan efektif.
Menurut Sagala (2009:170), bahwa: “Jika siswa hanya mendengarkan
paparan dari gurunya, tidak mencobanya melalui sejumlah praktek sebagai
pengalaman belajar, maka kualitas perolehannya menjadi rendah. Dalam
mempelajari suatu pembelajaran, informasi yang kompleks sekalipun dapat
diserap dan diingat, jika peserta didik benar-benar terlibat pada berbagai pelatihan
dalam proses pembelajaran”.
Dengan memberikan latihan-latihan untuk mengajukan pertanyaan perlu
dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini akan membiasakan siswa untuk
bersikap kritis terhadap karangan yang dibuatnya. Untuk itu perlu diciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif dalam artian memberikan kebebasan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan tanpa adanya ketegangan dan rasa takut. Jika
111
guru mematikan pertanyaan siswa, maka ia kehilangan motivasi atau
keingintahuan yang mendorong siswa belajar.
Menurut Saud (2009:62), bahwa: “Keterampilan bertanya dibedakan atas
keterampilan yang diajarkan. Keterampilan bertanya perlu diterapkan dalam
mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan mendorong mereka mengambil
inisiatif sendiri.”
Berkaitan dengan penggunaan pertanyaan yang memancing siswa
bertanya. Dalam pelaksanaan tindakan, guru membimbing siswa mengajukan
pertanyaan dengan cara memberikan pertanyaan yang menuntut jawaban siswa
berupa pertanyaan. Pertanyaan seperti “pertanyaan apa yang dapat kamu ajukan
terhadap paragraf ini”. Dengan demikian, siswa terpacu untuk mengajukan
pertanyaan setiap paragaraf dari suatu teks bacaan. Temuan penelitian juga
menunjukkan bahwa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun
siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Dengan tindakan
ini mengindikasikan bahwa setelah menulis siswa dapat mengungkapkan isi
paragaraf-paragraf dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teks yang
mereka baca. Burns (1996) mengemukakan dalam pembelajaran membaca, guru
harus mendorong siswa terampil mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab sesuai dengan teks bacaan.
3. Pembelajaran Tahap Pascapenulisan
Berkaitan dengan penerapan strategi diskusi kelompok dalam proses
menulis. Dalam pelaksanaan tindakan guru membentuk kelompok. Dalam proses
112
pembelajaran menulis dengan menggunakan diskusi, mengindikasikan bahwa
siswa berintegrasi untuk membahas jawaban pertanyaan yang mereka susun
sendiri dan dijawab oleh kelompok lain menjadikan siswa lebih antusias mencari
jawaban dalam kerangka karangan yang mereka buat. Dinamika kelompok lebih
bervariasi sehingga interaksi lebih meningkat.
Melalui bimbingan guru, siswa berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan
dengan baik, serta memperbaiki rumusan pertanyaan siswa yang kurang baik.
Dengan diberikan tindakan tersebut secara terus menerus, temuan penelitian
mengindikasikan secara berangsur-angsur siswa dapat merumuskan dan
menjawab pertanyaan terhadap materi dengan baik.
Temuan penelitian ini relevan dengan yang dikemukakan oleh Burns
(1996), bahwa diskusi dapat mengembangkan pemahaman siswa dalam menulis.
Dengan diskusi siswa dapat mengembangkan kemampuan menanggapi jawaban
pertanyaan anggota kelompok diskusi dan meningkatkan kemampuan bertanya
dengan membahas pertanyaan-pertanyaan.
Berkenaan dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru. Dalam
menjawab pertanyaan guru, siswa menjawab dengan kalimat-kalimat pendek. Ini
terjadi pada pembelajaran siklus I, pertanyaan guru lebih banyak bersifat spontan
yang disampaikan secara lisan. Secara berangsur-angsur siswa dilatih menjawab
pertanyaan dengan kalimat lengkap.
Berkaitan dengan strategi guru dalam merespon jawaban siswa. Dalam
pelaksanaan tindakan ditemukan bahwa respon yang hangat dan menerima apa
adanya jawaban atau pertanyaan siswa cenderung membuat siswa percaya diri
113
sehingga meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat. Hal ini dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk mengembangkan sikap
berani bertanya.
Menurut Saud (2009:64), bahwa: “Peningkatan partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran, guru perlu menunjukkan sikap, baik pada waktu
mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban dari siswa. Sikap dan
gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan
menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
Berkaitan dengan strategi pembelajaran yang digunakan guru. Tindakan
pembelajaran tahap pengeditan menggunakan proses pembelajaran dalam bentuk
diskusi kelas. Dalam pelaksanaan tindakan, guru bertindak sebagai pemimpin
diskusi yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian menampung pendapat
atau jawaban siswa, menyimpulkan, dan memberikan pemantapan.
Selama proses pelaksanaan tindakan, kegiatan pembelajaran tahap
pengeditan dengan diskusi walaupun pada awalnya siswa sedikit ribut. Siswa
cenderung menjawab pertanyaan guru secara serentak dan spontan. Kondisi ini
menyebabkan kelas menjadi gaduh dan sulit untuk menyuruh mereka tenang.
Pada pembelajaran selanjutnya, dengan pembenahan dan perbaikan
strategi guru dalam memimpin diskusi, seperti menjelaskan prosedur diskusi,
menjelaskan tata cara mengajukan pendapat atau menanggapi pendapat teman,
menunggu giliran untuk berbicara. Pada siklus II, siswa mulai dapat menunggu
giliran sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan tertib.
114
Temuan dalam pembelajaran tahap Publikasi berkaitan dengan pertanyaan
guru. Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran tahap publikasi, pertanyaan pada
tahap ini terutama dimaksudkan untuk memantapkan dan meningkatkan
pemahaman siswa berkenaan dengan isi karangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan setelah menulis dapat menjadi alat
untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap gagasan-gagasan yang ada dalam
bacaan. Siswa dapat diingatkan dan disadarkan tentang fakta-fakta atau gagasan
penting karangan.
Temuan tersebut sesuai dengan Burns (1996) bahwa pertanyaan pascabaca
dapat mempermudah siswa mempelajari semua informasi dalam teks. Siswa
memperoleh pemahaman yang lebih baik dari pertanyaan-pertanyaan, bila mereka
diberi balikan-balikan atas jawaban yang disampaikan terutama untuk jawaban
yang kurang tepat. Pertanyaan yang diajukan setelah membaca juga dapat
membantu siswa mengevaluasi dan memperkuat konsep-konsep dan gagasan
penting dalam bacaan.
Dilihat dari segi kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
terhadap hasil karangan yang dibacakan temannya, ditemukan bahwa siswa dapat
menjawab dengan baik. Pada siklus II, siswa sudah bisa memberikan pendapatnya
secara bergiliran sehingga interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan
guru, guru dengan siswa lebih meningkat. Bila dikaitkan dengan hasil tes yang
telah dilakukan setelah menulis, kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan
menunjukkan peningkatan. Hasil tes menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
115
pada setiap kelompok berada pada kualifikasi baik setelah diberikan tindakan
sampai pada siklus II.
116
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan tentang simpulan, implikasi dan saran. Simpulan
hasil penelitian berkaitan dengan pendekatan contextual (CTL) dalam
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Saran berisi sumbangan pemikiran
peneliti berkaitan dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penggunaan pendekatan contextual (CTL) dapat meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi pada tahap pra penulisan. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa dengan diberikan pertanyaan berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari, siswa mengingat kembali pengalaman
mereka dan dapat menceritakannya. Kemampuan ini penting untuk
dikembangkan karena dimungkinkan siswa dapat menghubungkan
pengetahuan latar dengan apa yang dibaca dalam bacaan.
2. Penggunaan pendekatan contextual (CTL) dapat meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi pada tahap penulisan. Hasil penelitian
pada tahap penulisan dapat dilihat dari siswa maupun guru. Dari siswa
berkenaan dengan kegiatan menulis berdasarkan pertanyaan dari guru,
kemampuan menanyakan pertanyaan tentang karangan, berdiskusi dan
menjawab pertanyaan. Dari guru berkenaan dengan kegiatan menjelaskan
prosedur menulis, memodelkan cara menulis dengan menggunakan objek
116
117
pengamatan langsung, membimbing proses menulis dan merespon
jawaban siswa.
3. Penggunaan pendekatan contextual (CTL) dapat meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi pada tahap pascapenulisan. Hasil
penelitian pada tahap pascapenulisan yaitu melalui bimbingan guru, siswa
berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan dengan baik, serta memperbaiki
rumusan pertanyaan siswa yang kurang baik. Dengan diberikan tindakan
tersebut secara terus menerus, temuan penelitian mengindikasikan siswa
merumuskan dan menjawab pertanyaan terhadap materi dengan baik.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa dengan pembenahan dan
perbaikan strategi guru dalam memimpin diskusi, seperti menjelaskan
prosedur diskusi, menjelaskan tata cara mengajukan pendapat atau
menanggapi pendapat teman, menunggu giliran untuk berbicara, siswa
mulai dapat menunggu giliran sehingga proses pembelajaran berlangsung
dengan tertib. Dilihat dari segi kemampuan siswa dalam mengemukakan
pendapat terhadap hasil karangan yang dibacakan temannya, ditemukan
bahwa siswa dapat menjawab dengan baik, siswa sudah bisa memberikan
pendapatnya secara bergiliran sehingga interaksi antara siswa dengan
siswa, atau guru dengan siswa lebih meningkat.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, ada beberapa temuan
yang diperoleh, baik menyangkut pembelajaran pada tahap prapenulisan, saat
penulisan maupun pascapenulisan dengan menggunakan pendekatan CTL.
118
Implikasi dari temuan ini dalam pembelajaran menulis deskripsi mencakup, (1)
perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian
pembelajaran.
1. Perencanaan Pembelajaran
Guru perlu menyusun rencana pembelajaran sebelum melaksanakan
pembelajaran di kelas. Untuk merancang suatu pembelajaran menulis khususnya
menulis deskripsi, guru dapat memfokuskan pada penggunaan pendekatan CTL
untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa. Perencanaan
pembelajaran yang baik harus menggambarkan indicator yang akan dicapai dan
kegiatan yang rinci.Perencanaan yang baik dapat membantu guru melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dalam merencanakan pembelajaran menulis deskripsi, KTSP 2006, silabus
mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pedoman utama bagi guru untuk
menyusun indicator, mengembangkan materi, merumuskan kegiatan
pembelajaran, memilih media dan merumuskan penilaian.
Perencanaan kegiatan pembelajaran dapat dirinci berdasarkan kegiatan
yang dilakukan siswa dan kegiatan yang dilakukan guru sesuai dengan tahapan
pembelajaran menulis. Ini diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat terarah
dan sesuai dengan tujuan dalam setiap tahapan menulis. Rencana kegiatan tahap
prapenulisan, pembelajaran dimulai dengan pembangkitan skemata siswa tentang
topik, menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran, menjelaskan pembelajaran
dengan pendekatan CTL dan membimbing siswa dalam menulis deskripsi.
119
Pada tahap penulisan meliputi kegiatan: membuka schemata siswa,
menjelaskan tentang tujuan dan kegiatan pembelajaran, menjelaskan cara menulis
deskripsi sesuai dengan pendekatan CTL, memodelkan cara menulis deskripsi,
membimbing siswa menulis deskripsi. Tahap pasca penulisan meliputi kegiatan:
membuka skemata siswa, menjelaskan cara merevisi pembelajaran di awali
dengan kegiatan menulis karangan yang dilakukan secara individual oleh siswa.
Kegiatan dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman terhadap karangan secara
keseluruhan. Selanjutnya kegiatan diteruskan dengan kegiatan menulis deskripsi
dengan dipandu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut disampaikan secara lisan ataupun tertulis. Dengan panduan pertanyaan,
siswa menulis dan mencari jawabannya berdasarkan karangan yang dibuatnya.
Kegiatan ini dilaksanakan secara individu atau melalui diskusi kelompok.
Dalam proses menulis guru dapat meningkatkan proses menulis siswa
dengan membimbing siswa menyusun pertanyaan sendiri. Guru dapat melatih
siswa dengan mempertanyakan materi yang ditulis. Pada tahap ini guru
menggunakan pendekatan CTL dalam proses pembelajaran.
Respon positif guru terhadap apa yang dikemukakan siswa berupa kata-
kata pujian, keramahan, wajah yang penuh senyum, penerimaan yang ditunjukkan
melalui bahasa gerak dapat menciptakan lingkungan yang mendukung daya kritis
siswa. Kegiatan yang dilakukan guru seperti itu juga menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Pada tahap pascapenulisan, pembelajaran dilakukan dengan kegiatan
diskusi kelas yang dipimpin langsung oleh guru. Diskusi ini dilaksanakan dengan
120
menggunakan pertanyaan pemahaman sebagai dasar pemahaman isi bacaan.
Fokus utama pembelajaran tahap penulisan adalah meningkatkan pemahaman
terhadap isi karangan sebagai sebagai tujuan akhir dari kegiatan menulis. Pada
pembelajaran tahap ini, guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan penuntun
atau mengembangkannya sebagai bahan diskusi. Setelah siswa diberikan
kesempatan mengemukakan pendapat berdasarkan pertanyaan yang diajukan,
pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan pemantapan dengan
memberi penegasan dan kesimpulan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Sesuai dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
menulis dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap menulis, yaitu tahap
prapenulisan, saat penulisan, dan pascapenulisan. Pada tahap pra penulisan siswa
dibawa keluar kelas sambil menyanyikan lagu irama menanam jagung untuk
mengamati lingkungan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
juga mengingatkan akan Kebesaran Allah dengan ciptaanNya, Guru memberi
penjelasan dengan adanya contoh indahnya susunan bunga mawar beserta duri
yang diberi Allah berguna untuk melindungi dirinya dari musuh, daunnya yang
hijaunya dapat menyumbangkan oksigen untuk manusia, Jadi tumbuhan mawar
adalah salah satu dermawan yang selalu menyumbangkan kecantikannya dan
oksigen . Kegiatan ini termasuk pada tahap pemodelan sekaligus kegiatan
mengaktifkan skemata siswa, dapat dilakukan dengan memberikan berbagai
pertanyaan berdasarkan pengamatannya ke lingkungan, siswa menuliskan kalimat
121
sesuai dengan pengamatannya dengan maksud untuk memunculkan ide pokok.
Ide pokok tersebut ditulis oleh guru di papan tulis. Dengan adanya arahan guru
siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.
Pada saat penulisan, mengembangkan ide pokok yang didapatkan dari
hasil pengamatan ke lapangan. Guru membagi siswa atas beberapa kelompok agar
kelompok dapat menemukan ide pokok, dilanjutkan dengan menuliskan ide pokok
di papan tulis sehingga semua siswa dapat melihat ide pokok dari karangan yang
akan dibuat.
Pada tahap pasca penulisan ide pokok dikembangkan dengan memberi
kalimat penjelas sehingga menjadi sebuah paragraf. Kegiatan ini dilakukan dalam
kelompok. Tulisan yang telah dibuat dibaca dan direvisi bersama dalam hal
pemakaian ejaan yang benar dan struktur kalimat. Kegiatan kelompok dilanjutkan
dengan menukarkan tulisan ke kelompok lain. Masing-masing kelompok merevisi
tulisan kelompok lain, hasil revisi dikembalikan ke pemiliknya, dengan segera
masing-masing kelompok memperbaiki tulisan yang telah direvisi tersebut.
Kegiatan saat pasca penulisan adalah mempublikasikan masing-masing karangan
kelompok atau pribadi dengan membacakan ke depan kelas dan memajangkan
hasil karya kelompok atupun pribadi di papan tulis, kegiatan terakhir kelompok
atau pribadi yaitu refleksi bersama siswa .
3. Penilaian Pembelajaran
Penilaian pembelajaran mencakup penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses menyangkut dengan pengamatan atas prilaku siswa saat proses
122
pembelajaran berlangsung. Penilaian proses meliputi kegiatan mengamati dan
memonitor aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, meliputi tahap
prapenulisan, penulisan dan pascapenulisan.Penilaian juga dilakukan dengan
mencatat hal-hal pentingberkaitan dengan kemampuan menulis deskrips siswa
maupun dalam hal interaksi antara siswa dengan siswa. Kegiatan penilaian proses
ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pada tahap prapenulisan, guru dapat mengamati bagaimana keaktifan
kemampuan siswa dalam menjawab menceritakan pengalaman yang berkaitan
dengan topik/tema serta mengajukan pertanyaan menyangkut dengan langkah
langkah dari pembuatan karangan. Kegiatan penilaian juga juga difokuskan pada
keaktifan siswa dalam bekerja kelompok, dan penilaian juga difokuskan pada
proses pembuatan karangan deskripsi. Dalam hal ini guru dapat mencatat
kemampuan siswa dalam mengembangkan ide/gagasan, pemilihan kata struktur
kalimat dan penggunaan tanda baca. Pada tahap pascapenulisan penilaian dapat
difokuskan pada pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan revisi dan
publikasi. Dalam kegiatan revisi, guru dapat mengamati dan mencatat partisipasi
siswa dalam proses revisi baik baik secara berpasangan maupun diskusi
kelompok. Sedangkan dalam kegiatan publikasi hal yang diamati meliputi
partisipasi siswa dalam membaca tulisan deskripsi dan memajang tulisan deskripsi
di papan tulis.
Penilaian hasil sejalan dengan tahapan pembelajaran menuls deskripsi
dengan menggunakan panduan penilaian menulis deskripsi. Tahap prapenulisan
penilaian difokuskan pada mengemukakan ide dan gagasan pokok. Tahap
123
penulisan penilaian difokuskan pada kemampuan siswa menulis deskripsi dengan
menggunakan ejaan, struktur kalimat dan pemilihan kata yang tepat. Tahap
pascapenulisan penilaian difocuskan pada hasil revisi dari tulisan deskripsi siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan saran dalam
peningkatan prestasi pembelajaran menulis sebagai berikut:
1. Agar guru membuat rancangan pembelajaran yang jelas dan rinci sesuai
dengan komponen perencanaan yang disesuaikan dengan strategi
pembelajaran yang relevan. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat
berlangsung secara efisien dan efektif dengan mempertimbangkan
kompetensi dasar dan kebutuhan siswa.
2. Disarankan kepada guru kelas III agar dapat membangkitkan skemata
siswa, terkait dengan tema dan konsep menulis yang akan dibicarakan
pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
3. Agar guru melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan langkah-
langkah dari pembelajaran yang memudahkan guru dalam mencapai
peningkatan prestasi belajar.
4. Bagi sekolah agar diberikan motivasi kepada guru-guru untuk memberikan
pembelajaran yang bermakna dengan menggunakan media pembelajaran
yang menarik dan dekat dengan siswa sehingga pembelajaran bermakna
bagi siswa.
5. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan referensi dan tetap
melakukan inovasi dalam pembelajaran serta berusaha memberikan
124
pembelajaran dengan mencoba menggunakan pendekatan CTL untuk
dikembangkan lebih kreatif dan inovatif.
125
DAFTAR RUJUKAN
-A. Chaedar Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku
Utama
Agus Suriamiharja. 1996 Petunjuk Praktis Menulis : Depdikbud
Burns, P.C, Betty, D dan Ross, E.P. 1996. Teaching Reading In Today‟s
Elementary School. Chigago: Rand Mc. Nally.
Cochran, Judith. Everithing You Need To Know.
-Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
-_______. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
-Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Erman Suherman. 1993. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA
UPI
Ermanto dan Emidar. 2009. Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press
Farika. 2008 Cara Asyik Belajar Ejaan: Nuansa Citra Grafika
Hasri Salfen. 2002, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, Makasar: Yayasan
Pendidikan Makasar (YPMA)
Hidayat, Kosadi. 1990. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Bina Cipta
-Ihat Hatimah. 2007, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.
Irsyad Das. 2004. Belajar Untuk Belajar, Bukittinggi: Usaha Ikhlas
-Ismail Marahimin. 2008. Menulis Secara Populer, Jakarta: Pustaka jaya
-JJ Hasibuan dan Moedjiono, 2006, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Kemmis, Stephen & Mc Taggart Robin, 1992. The Action Research Planner. The deaken University Press, Melbourne
126
Keraf, Gorys. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
_______. 1994. Komposisi, Flores: Nusa Indah
Lamuddin Finoza. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulia
-Masnur Muslich. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Mukayat D. Brotowidjoyo. 1998. Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta:
Akademika Pressindo
-Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas
_______. 1990. Dimensi-Dimensi Dalam Belajar Bahasa Kedua, Bandung: Sinar
Baru
-Oemar Hamalik. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
-Pupuh, Fathurrohman. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika
Aditama
Russeffendi. 1999 . Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Depdikbud
-Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta
-Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
-Saud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
-Sudirman, 1998. Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Suhendar.1993. Efektivitas Metode Pengajaran Bahasa Indonesia : CV Pionir
Jaya Bandung.
-Suparno. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka
-Udin S Winataputra. 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
127
-Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
-Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi , Jakarta : Kencana Prenada Media Group
-_______. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Yeti Mulyati. 2008, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Universitas Terbuka
128
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
(Siklus I Pertemuan 1)
Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat
Tema : Lingkungan
Kelas/Semester : III/ I
Tahun Pelajaran : 2011/ 2012
Waktu : 3 x 35 menit
Hari/ Tanggal :
I. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
Menulis
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan
puisi
IPA
2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan
upaya menjaga kesehatan lingkungan.
IPS
1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan
sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-
hari
II. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
4.1 Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan
memperhatikan penggunaan ejaan.
IPA
1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup
IPS
1.2 Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah
LAMPIRAN 1
129
III. Indikator
Bahasa Indonesia
4.1.1 Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan
sekitar (kognitif)
4.1.2 Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di
lingkungan (psikomotor)
4.1.3 Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan
penggunaan EYD yang benar (psikomotor)
IPA
1.1.1 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup
1.1.2 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup
1.1.3 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
1.1.4 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup
IPS
1.1.1 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di
lingkungan sekitar
1.1.2 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan
1.1.3 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan
IV. Tujuan Pembelajaran
A. Bahasa Indonesia
4.1.1.1 Dengan mengamati benda langsung siswa dapat menyebutkan
ciri-ciri objek yang diamati dengan benar.
4.1.1.2 Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat
deskripsi siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.
4.1.1.3 Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi
menjadi paragraf yang padu dengan benar.
V. Materi Pokok
a. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)
b. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)
c. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)
130
VI. Metode Pembelajaran
a. Pengamatan
b. Penugasan
c. Tanya Jawab
d. Ceramah
e. CTL (Contextual Teaching and Learning)
VII. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Eksloprasi
1. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,
berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.
Bertanya
2. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.
b. Kegiatan Inti
Prapenulisan
Elaborasi
Pemodelan
1. Siswa dibawa keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekolah serta
mencatat hal-hal yang diamati, baik tumbuhan ataupun hewan degan
teliti dan tulisan yang rapi.
2. Siswa masuk keruangan belajar kembali dan memperhatikan tulisan
yang dibuatnya.
Inkuiri
3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu
atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.
Penulisan (Pengembangan draf)
4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam
bentuk kalimat,
Konstruktivisme
131
5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga
karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.
6. Siswa di bawah bawah bimbingan guru memberi judul karangan
deskripsi.
7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan
deskripsi melalui proses tanya jawab.
PascaPenulisan
8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek
yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau
menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.
Masyarakat belajar
9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau
berpasangan.
10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,
pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,
berdasarkan pada kaidah EYD.
11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan
diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.
12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya
dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang
tepat ke depan kelas.
Refleksi
13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan
benar.
c. Kegiatan Akhir
Konfirmasi
1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.
Penilaian yang sebenarnya
2. Guru memberi latihan
3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di
pembelajaran selanjutnya.
132
4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.
VIII. SUMBER DAN MEDIA
a. Sumber
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga
3. IPA Kelas III, PT Erlangga
4. IPS Kelas III, PT Erlangga
b. Media
1. Teks Bacaan
2. Objek tempat atau orang
3. Lingkungan sebagai sumber belajar
IX. PENILAIAN
1. Instrumen penilaian proses dan hasil
a. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu
proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada
tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)
b. Instrumen penilaian hasil
Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah
penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
133
Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi
No
Nama
Siswa
Aspek Yang Dinilai
Skor
Keseluruhan
Rata
rata
nilai
Detail
perincian
tentang
objek
Ketepatan
ejaan
Ketepatan
pemakaian
kata
Kefektifan
kalimat
Kepaduan
paragraf
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1 diberikan
jika tingkat ketepatan (0-20% ); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan ( 21-40%);
nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60% ); nilai 4 diberikan jika tingkat
ketepatan (61-80% ); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100% ).
LAMPIRAN 2
134
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
(Siklus I Pertemuan 2)
Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat
Tema : Lingkungan
Kelas/Semester : III/ I
Tahun Pelajaran : 2011/ 2012
Waktu : 3 x 35 menit
Hari/ Tanggal :
X. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan puisi
IPA
Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan
upaya menjaga kesehatan lingkungan.
IPS
Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan
sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari
XI. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
LAMPIRAN 3
135
IPA
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup
IPS
Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah
XII. Indikator
Bahasa Indonesia
a. Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan sekitar
(kognitif)
b. Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di
lingkungan (psikomotor)
c. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan
penggunaan EYD yang benar (psikomotor)
IPA
1.1.5 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup
1.1.6 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup
1.1.7 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
1.1.8 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup
IPS
1.1.4 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di
lingkungan sekitar
1.1.5 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan
1.1.6 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan
XIII. Tujuan Pembelajaran
136
a. Setelah mengamati objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri
objek yang diamati dengan benar.
b. Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi
siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.
c. Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi
paragraf yang padu dengan benar.
XIV. Materi Pokok
d. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)
e. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)
f. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)
XV. Metode Pembelajaran
a. Pengamatan
b. Penugasan
c. Tanya Jawab
d. Ceramah
e. CTL (Contextual Teaching and Learning)
XVI. Langkah-Langkah Pembelajaran
d. Kegiatan Awal (10 menit)
Eksplorasi
4. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,
berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.
Bertanya
5. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)
137
6. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.
e. Kegiatan Inti
PraPenulisan
Elaborasi
Pemodelan
1. Siswa ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan.
2. Guru membimbing siswa menentukan topik yang akan ditulis,
Inkuiri
3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu
atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.
Penulisan (Pengembangan draf)
4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam
bentuk kalimat,
Konstruktivisme
5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga
karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.
6. Siswa di bawah bimbingan guru memberi judul karangan deskripsi.
7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan
deskripsi melalui proses tanya jawab.
PascaPenulisan
8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek
yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau
menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.
138
Masyarakat Belajar
9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau
berpasangan.
10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,
pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,
berdasarkan pada kaidah EYD.
11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan
diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.
12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya
dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang
tepat ke depan kelas.
Konfirmasi
13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan
benar.
f. Kegiatan Akhir
Refleksi
1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.
Penilaian yang sebenarnya
2. Guru memberi latihan
3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di
pembelajaran selanjutnya.
4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.
139
XVII. SUMBER DAN MEDIA
c. Sumber
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
6. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga
7. IPA Kelas III, PT Erlangga
8. IPS Kelas III, PT Erlangga
d. Media
4. Teks Bacaan
5. Objek tempat atau orang
6. Lingkungan sebagai sumber belajar
XVIII. PENILAIAN
2. Instrumen penilaian proses dan hasil
c. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu
proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada
tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)
d. Instrumen penilaian hasil
Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah
penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
140
Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi
No Nama
Siswa
Aspek Yang Dinilai
Skor
Keseluruhan
Rata
rata
nilai
Detail
perincian
tentang
objek
Ketepatan
ejaan
Ketepatan
pemakaian
kata
Kefektifan
kalimat
Kepaduan
paragraf
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1
diberikan jika tingkat ketepatan (0-20%); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan
(21-40%); nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60%); nilai 4 diberikan jika
tingkat ketepatan (61-80%); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100% ).
Tabel penilaian karangan deskripsi ini bersumber dari Abdurrahman dan Eliya
Ratna (2003:265)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
LAMPIRAN 4
141
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus I
Tahap
Pembelajaran
Aktivitas
Deskriptor
Ada
Tidak
Kualifikasi
A B C D
4 3 2 1
Tahap
Prapenulisan
7. Memajangkan
gambar
5. Gambar jelas, bagus, dan
menarik perhatian siswa.
6. Gambar sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
7. Gambar memiliki rangkaian
cerita.
8. Rangkaian cerita yang
terdapat pada gambar jelas
dan mudah dipahami anak.
√
√
√
√ √
8. Meminta siswa
mengamati gambar
5. Kalimat disampaikan jelas.
6. Permintaan direspon siswa.
7. Permintaan dipahami siswa.
8. Kalimat yang disampaikan
bisa menimbulkan rasa
keingintahuan siswa.
√
√
√
√
√
9. Menanyakan
peristiwa-peristiwa
yang terlihat pada
gambar
5. Pertanyaan yang
disampaikan jelas.
6. Pertanyaan dipahami oleh
siswa.
7. Pertanyaan tertuju tidak pada
siswa tertentu, tapi pada
semua siswa
8. Siswa merespon pertanyaan.
√
√
√
√
√
10. Menugasi siswa
menceritakan gambar
5. Perintah yang disampaikan
jelas.
6. Perintah yang disampaikan
dipahami siswa
7. Terciptanya suasana yang
kondusif
8. Perintah tertuju tidak pada
siswa tertentu, tapi pada
seluruh siswa.
√
√
√
√
√
11. Meminta siswa
memberi judul
karangan
9. Permintaan yang
disampaikan jelas.
10. Permintaan dipahami
siswa.
√
√
√
√
LAMPIRAN 5
142
11. Permintaan direspon
siswa.
12. Menimbulkan
pertanyaan balik dari siswa
dan jawaban yang tepat dari
guru.
√
12. Membimbing siswa
membuat kerangka
karangan
9. Menjelaskan cara membuat
kerangka karangan.
10. Bimbingan tidak hanya
pada siswa-siswa tertentu,
tapi tertuju pada seluruh
siswa yang ada dalam kelas.
11. Suasana kelas kondusif
12. Semua siswa serius
dan antusias membuat
kerangka karangan.
√
√
√
√
√
Tahap
Penulisan
7. Membimbing siswa
mengembangkan
kerangka karangan
menjadi karangan
deskripsi yang utuh
5. Bimbingan tidak hanya pada
siswa-siswa tertentu, tapi
tertuju pada seluruh siswa
yang ada dalam kelas.
6. Menimbulkan pertanyaan
dari siswa.
7. Siswa aktif dan serius
mengembangkan kerangka
karangan.
8. Suasana kelas kondusif.
√
√
√
√
√
8. Meminta siswa untuk
menukarkan hasil
karangannya dengan
teman sebangku
5. Perintah yang disampaikan
jelas.
6. Perintah dilakukan oleh
siswa.
7. Suasana kelas tidak ribut.
8. Perintah dapat memfokuskan
perhatian siswa.
√
√
√
√
√
9. Menginstruksikan
siswa untuk membaca
hasil karangan teman
sebangkunya
5. Instruksi jelas.
6. Instruksi dipahami siswa.
7. Semua siswa membaca hasil
karangan teman
sebangkunya.
8. Suasana kelas kondusif
√
√
√
√
√
10.Membimbing siswa
memperbaiki
karangan teman
sebangkunya dengan
cara menukar atau
menambah
penggunaan kata dan
kalimat yang tidak
pada tempatnya
5. Penjelasan dapat dimengerti
oleh siswa.
6. Ada pertanyaan dari siswa.
7. Guru dapat menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
8. Bimbingan tidak hanya pada
siswa tertentu, tapi pada
semua siswa yang ada dalam
kelas.
√
√
√
√
√
11.Membimbing siswa
mengoreksi hasil
karangan dari segi
pemakaian huruf
kapital dan tanda titik
5. Penjelasan dapat dimengerti
oleh siswa.
6. Ada pertanyaan dari siswa.
7. Guru dapat menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
√
√
√
√
143
8. Bimbingan tidak hanya pada
siswa tertentu.
√
12.Menugasi siswa
menyalin kembali
hasil karangan yang
telah diperbaiki
5. Tugas disampaikan dengan
jelas.
6. Tugas dipahami siswa.
7. Tugas dikerjakan oleh siswa
dengan senang dan serius.
8. Suasana kelas yang kondusif
tetap terjaga.
√
√
√
√
√
Tahap
Pascapenulisan
7. Membimbing
siswa membaca hasil
karangan deskripsi
dengan lafal dan
intonasi yang tepat di
depan kelas.
5. Penjelasan yang diberikan
dimengerti oleh siswa.
6. Siswa antusias membaca
karangan ke depan kelas.
7. Guru mampu menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
8. Suasana kelas kondusif.
√
√
√
√
√
Skor guru : 30
----- X 100 % = 57,69 % (Kurang)
52
Penentuan Jumlah Deskriptor:
4 = Jika semua deskriptor ada
3 = Jika tiga deskriptor ada
2 = Jika dua deskriptor ada
1 = Jika satu deskriptor ada
Penentuan Skor:
100xSM
RNP
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Total skor maksimal = 52
144
Pedoman Penilaian:
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi
86 – 100 %
76 – 85 %
66 – 75 %
56 – 65 %
≥ 55 %
A
B
C
D
TL
4
3
2
1
0
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut
Ngalim Purwanto (2002:102).
Padang, 2011
Observer
( )
145
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Pada Siklus I
a. Tahap Prapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Menjawab peristiwa pada
gambar
Mampu menjawab peristiwa sebagian
kecil gambar.
2
Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa
yang kurang runtut, ceritanya panjang
tapi sesuai dengan gambar.
2
Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul
menggunakan ejaan yang kurang tepat,
tapi bervariasi
3
Skor Siswa: 7
----- X 100 % = 58,33 % (Kurang)
12
b. Tahap Penulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Ide atau gagasan Sebahagian besar ide sesuai dengan
gambar.
3
Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat
tapi kurang wajar.
2
Tanda baca Sebahagian kecil kalimat sesuai dengan
penggunaan ejaan, huruf kapital, dan
tanda baca yang benar.
3
Skor Siswa: 8
----- X 100 % = 66,67 % (Cukup)
12
LAMPIRAN 6
146
c. Tahap Pascapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskriptor
Kualifikasi
Penulisan judul Tepat 3
Urutan kalimat Kurang tepat 2
Keruntutan cerita Kurang tepat 2
Skor Siswa: 7
----- X 100 % = 58,33 % (Kurang)
12
Keterangan:
deskriptor 1 nilainya 4
deskriptor 2 nilainya 3
deskriptor 3 nilainya 2
deskriptor 4 nilainya 1
Penentuan Skor:
100xSM
RNP
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Total skor maksimal = 12
Pedoman Penilaian:
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi
86 – 100 %
76 – 85 %
66 – 75 %
56 – 65 %
≥ 55 %
A
B
C
D
TL
4
3
2
1
0
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut
Ngalim Purwanto (2002:102).
Padang, 2011
Observer
( )
147
Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan
Pendekatan CTL pada Siklus I
Kelompok Inisial Nama P1 P2
I
FD
AR
CS
FHL
PD
RG
54
56
50
46
50
56
58
62
56
50
52
60
∑ 312 338
X 52 56,3
II
TY
SU
DI
PR
AS
WP
56
60
48
50
46
52
60
64
50
52
48
58
∑ 312 332
X 52 55,3
III
BY
HT
JP
TD
KL
58
62
50
54
54
58
66
52
58
60
∑ 278 294
X 55,6 58,8
IV
MZ
IO
TM
WOL
NN
52
50
52
56
58
56
52
58
60
62
∑ 268 288
X 53,6 57,6
LAMPIRAN 7
148
Kriteria Penilaian Pelaksanaan Prestasi Belajar Menggunakan
Pendekatan CTL pada Siklus I
Kriteria Perolehan Nilai Siswa
Jumlah Persentase
Nilai di atas KKM 60-100 8 36,36
Nilai di bawah KKM 0-59 14 63,64
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
(Siklus II Pertemuan 1)
Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat
Tema : Lingkungan
Kelas/Semester : III/ I
Tahun Pelajaran : 2011/ 2012
Waktu : 3 x 35 menit
Hari/ Tanggal :
I. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan puisi
IPA
Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan
upaya menjaga kesehatan lingkungan.
IPS
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
149
Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan
sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari
II. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
IPA
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup
IPS
Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah
III. Indikator
Bahasa Indonesia
a. Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan sekitar
(kognitif)
b. Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di
lingkungan (psikomotor)
c. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan
penggunaan EYD yang benar (psikomotor)
IPA
1.1.1 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup
1.1.2 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup
1.1.3 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
1.1.4 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup
150
IPS
1.1.1 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di
lingkungan sekitar
1.1.2 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan
1.1.3 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan
IV. Tujuan Pembelajaran
a. Setelah mengamati objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri
objek yang diamati dengan benar.
b. Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi
siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.
c. Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi
paragraf yang padu dengan benar.
V. Materi Pokok
a. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)
b. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)
c. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)
VI. Metode Pembelajaran
a. Pengamatan
b. Penugasan
c. Tanya Jawab
d. Ceramah
e. CTL (Contextual Teaching and Learning)
151
VII. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Eksloprasi
1. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,
berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.
Bertanya
2. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.
b. Kegiatan Inti
PraPenulisan
Elaborasi
Pemodelan
1. Siswa ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan.
2. Guru membimbing siswa menentukan topik yang akan ditulis,
Inkuiri
3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu
atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.
Penulisan (Pengembangan draf)
4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam
bentuk kalimat,
Konstruktivisme
5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga
karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.
152
6. Siswa di bawah bawah bimbingan guru memberi judul karangan
deskripsi.
7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan
deskripsi melalui proses tanya jawab.
PascaPenulisan
8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek
yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau
menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.
Masyarakat Belajar
9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau
berpasangan.
10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,
pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,
berdasarkan pada kaidah EYD
11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan
diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.
12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya
dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang
tepat ke depan kelas.
Refleksi
13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan
benar.
153
c. Kegiatan Akhir
Konfirmasi
1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.
Penilaian yang sebenarnya
2. Guru memberi latihan
3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di
pembelajaran selanjutnya.
4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.
VIII. SUMBER DAN MEDIA
a. Sumber
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga
3. IPA Kelas III, PT Erlangga
4. IPS Kelas III, PT Erlangga
b. Media
1. Teks Bacaan
2. Objek tempat atau orang
3. Lingkungan sebagai sumber belajar
154
IX. PENILAIAN
1. Instrumen penilaian proses dan hasil
a. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu
proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada
tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)
b. Instrumen penilaian hasil
Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah
penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
155
Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi
No
Nama
Siswa
Aspek Yang Dinilai
Skor
Keseluruhan
Rata
rata
nilai
Detail
perincian
tentang
objek
Ketepatan
ejaan
Ketepatan
pemakaian
kata
Kefektifan
kalimat
Kepaduan
paragraf
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1
diberikan jika tingkat ketepatan (0-20%); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan
(21-40%); nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60%); nilai 4 diberikan jika
tingkat ketepatan (61-80% ); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100%).
Tabel penilaian karangan deskripsi ini bersumber dari Abdurrahman dan Eliya
Ratna (2003:265)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
LAMPIRAN 10
156
Lampiran 11. (Siklus II Pertemuan 2)
Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat
Tema : Lingkungan
Kelas/ Semester : III/ I
Tahun Pelajaran : 2011/ 2012
Waktu : 3 x 35 menit
Hari/ Tanggal :
X. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan puisi
IPA
Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan
upaya menjaga kesehatan lingkungan.
IPS
Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan
sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari
XI. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
IPA
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup
157
IPS
Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah
XII. Indikator
Bahasa Indonesia
a. Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan sekitar
(kognitif)
b. Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di
lingkungan (psikomotor)
c. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan
penggunaan EYD yang benar (psikomotor)
IPA
1.1.5 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup
1.1.6 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup
1.1.7 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
1.1.8 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup
IPS
1.1.4 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di
lingkungan sekitar
1.1.5 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan
1.1.6 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan
XIII. Tujuan Pembelajaran
d. Setelah mengamati objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri
objek yang diamati dengan benar.
158
e. Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi
siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.
f. Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi
paragraf yang padu dengan benar.
XIV. Materi Pokok
d. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)
e. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)
f. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)
XV. Metode Pembelajaran
f. Pengamatan
g. Penugasan
h. Tanya Jawab
i. Ceramah
j. CTL (Contextual Teaching and Learning)
XVI. Langkah-Langkah Pembelajaran
d. Kegiatan Awal (10 menit)
Eksplorasi
4. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,
berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.
Bertanya
5. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)
6. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.
159
e. Kegiatan Inti
PraPenulisan
Elaborasi
Pemodelan
1. Siswa ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan.
2. Guru membimbing siswa menentukan topik yang akan ditulis,
Inkuiri
3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu
atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.
Penulisan (Pengembangan draf)
4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam
bentuk kalimat,
Konstruktivisme
5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga
karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.
6. Siswa di bawah bawah bimbingan guru memberi judul karangan
deskripsi.
7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan
deskripsi melalui proses tanya jawab.
PascaPenulisan
8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek
yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau
menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.
160
Masyarakat Belajar
9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau
berpasangan.
10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,
pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,
berdasarkan pada kaidah EYD.
11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan
diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.
12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya
dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang
tepat ke depan kelas.
Refleksi
13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan
benar.
f. Kegiatan Akhir
Konfirmasi
1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.
Penilaian Yang sebenarnya
2. Guru memberi latihan dan penilaian
3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di
pembelajaran selanjutnya.
4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.
XVII. SUMBER DAN MEDIA
161
c. Sumber
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
6. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga
7. IPA Kelas III, PT Erlangga
8. IPS Kelas III, PT Erlangga
d. Media
4. Teks Bacaan
5. Objek tempat atau orang
6. Lingkungan sebagai sumber belajar
XVIII. PENILAIAN
2. Instrumen penilaian proses dan hasil
c. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu
proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada
tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)
d. Instrumen penilaian hasil
Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah
penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi
162
No
Nama
Siswa
Aspek Yang Dinilai
Skor
Keseluruhan
Rata
rata
nilai
Detail
perincian
tentang
objek
Ketepatan
ejaan
Ketepatan
pemakaian
kata
Kefektifan
kalimat
Kepaduan
paragraf
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1
diberikan jika tingkat ketepatan (0-20% ); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan (
21-40% ); nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60% ); nilai 4 diberikan jika
tingkat ketepatan (61-80% ); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100% ).
Tabel penilaian karangan deskripsi ini bersumber dari Abdurrahman dan Eliya
Ratna (2003:265)
Padang, 2011
Peneliti
(Elda Yulianti)
LAMPIRAN 12
163
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus II
Tahap
Pembelajaran
Aktivitas
Deskripsi
Ada
Tidak
Kualifikasi
A B C D
4 3 2 1
Tahap
Prapenulisan
7. Memajangkan
gambar
5. Gambar jelas, bagus, dan
menarik perhatian siswa.
6. Gambar sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
7. Gambar memiliki rangkaian
cerita.
8. Rangkaian cerita yang terdapat
pada gambar jelas dan mudah
dipahami anak.
√
√
√
√
√
8. Meminta siswa
mengamati gambar
5. Kalimat disampaikan jelas.
6. Permintaan direspon siswa.
7. Permintaan dipahami siswa
8. Kalimat yang disampaikan
bisa menimbulkan rasa
keingintahuan siswa.
√
√
√
√
√
9. Menanyakan
peristiwa-peristiwa
yang terlihat pada
gambar
5. Pertanyaan yang disampaikan
jelas.
6. Pertanyaan dipahami oleh
siswa.
7. Pertanyaan tertuju tidak pada
siswa tertentu, tapi pada
semua siswa
8. Siswa merespon pertanyaan.
√
√
√
√
√
10. Menugasi siswa
menceritakan
gambar
5. Perintah yang disampaikan
jelas.
6. Perintah yang disampaikan
dipahami siswa
7. Terciptanya suasana yang
kondusif
8. Perintah tertuju tidak pada
siswa tertentu, tapi pada
seluruh siswa.
√
√
√
√
√
LAMPIRAN 13
164
11. Meminta siswa
memberi judul
karangan
13. Permintaan yang
disampaikan jelas.
14. Permintaan dipahami
siswa.
15. Permintaan direspon
siswa.
16. Menimbulkan pertanyaan
balik dari siswa dan jawaban
yang tepat dari guru.
√
√
√
√
√
12. Membimbing siswa
membuat kerangka
karangan
13. Menjelaskan cara
membuat kerangka karangan.
14. Bimbingan tidak hanya
pada siswa-siswa tertentu, tapi
tertuju pada seluruh siswa yang
ada dalam kelas.
15. Suasana kelas kondusif
16. Semua siswa serius dan
antusias membuat kerangka
karangan.
√
√
√
√
√
Tahap
Penulisan
7. Membimbing siswa
mengembangkan
kerangka karangan
menjadi karangan
deskripsi yang utuh
5. Bimbingan tidak hanya pada
siswa-siswa tertentu, tapi
tertuju pada seluruh siswa
yang ada dalam kelas.
6. Menimbulkan pertanyaan dari
siswa.
7. Siswa aktif dan serius
mengembangkan kerangka
karangan.
8. Suasana kelas kondusif.
√
√
√
√
√
8. Meminta siswa
untuk menukarkan
hasil karangannya
dengan teman
sebangku
5. Perintah yang disampaikan
jelas.
6. Perintah dilakukan oleh siswa.
7. Suasana kelas tidak ribut.
8. Perintah dapat memfokuskan
perhatian siswa.
√
√
√
√
√
165
9. Menginstruksikan
siswa untuk
membaca hasil
karangan teman
sebangkunya
5. Instruksi jelas.
6. Instruksi dipahami siswa.
7. Semua siswa membaca hasil
karangan teman sebangkunya.
8. Suasana kelas kondusif
√
√
√
√
√
10. Membimbing siswa
memperbaiki
karangan teman
sebangkunya dengan
cara menukar atau
menambah
penggunaan kata
dan kalimat yang
tidak pada
tempatnya
5. Penjelasan dapat dimengerti
oleh siswa.
6. Ada pertanyaan dari siswa.
7. Guru dapat menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
8. Bimbingan tidak hanya pada
siswa tertentu, tapi pada
semua siswa yang ada dalam
kelas.
√
√
√
√
√
11. Membimbing siswa
mengoreksi hasil
karangan dari segi
pemakaian huruf
kapital dan tanda
titik
5. Penjelasan dapat dimengerti
oleh siswa.
6. Ada pertanyaan dari siswa.
7. Guru dapat menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
8. Bimbingan tidak hanya pada
siswa tertentu.
√
√
√
√
√
12. Menugasi siswa
menyalin kembali
hasil karangan yang
telah diperbaiki
5. Tugas disampaikan dengan
jelas.
6. Tugas dipahami siswa.
7. Tugas dikerjakan oleh siswa
dengan senang dan serius.
8. Suasana kelas yang kondusif
tetap terjaga.
√
√
√
√
√
Tahap
Pascapenulisan
2. Membimbing siswa
membaca hasil
karangan deskripsi
dengan lafal dan
intonasi yang tepat
di depan kelas.
5. Penjelasan yang diberikan
dimengerti oleh siswa.
6. Siswa antusias membaca
karangan ke depan kelas.
7. Guru mampu menjawab
pertanyaan siswa dengan
benar.
√
√
√
√
166
8. Suasana kelas kondusif. √
Skor guru : 44
----- X 100 % = 84,61 % (Baik)
52
Penentuan Jumlah Deskriptor:
4 = Jika semua deskriptor ada
3 = Jika tiga deskriptor ada
2 = Jika dua deskriptor ada
1 = Jika satu deskriptor ada
Penentuan Skor:
100xSM
RNP
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Total skor maksimal = 52
Pedoman Penilaian:
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi
86 – 100 %
76 – 85 %
66 – 75 %
56 – 65 %
≥ 55 %
A
B
C
D
TL
4
3
2
1
0
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut
Ngalim Purwanto (2002:102).
Padang, 2011
Observer
(ELDA YULIANTI)
167
Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Pada Siklus II
d. Tahap Prapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskripsi
Kualifikasi
Menjawab peristiwa pada
gambar
Mampu menjawab peristiwa sebagian
besar gambar.
3
Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa
yang runtut, dan sesuai dengan gambar.
3
Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul
menggunakan ejaan yang tepat, dan
bervariasi.
4
Skor Siswa: 10
----- X 100 % = 83,33 % (Baik)
12
e. Tahap Penulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskripsi
Kualifikasi
Ide atau gagasan Semua ide sesuai dengan gambar. 4
Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat
tapi kurang wajar.
3
Tanda baca Semua kalimat sudah sesuai dengan
penggunaan ejaan, huruf kapital dan
tanda baca yang benar
4
Skor Siswa: 11
----- X 100 % = 91,67 % (Sangat Baik)
12
LAMPIRAN 14
168
Tahap Pascapenulisan
Kemampuan Yang Dinilai
Deskripsi
Kualifikasi
Penulisan judul Tepat 3
Urutan Kalimat Tepat 3
Keruntutan paragrag Tepat 3
Skor Siswa: 9
----- X 100 % = 75 % (Baik)
12
Keterangan:
deskripsi 1 nilainya 4
deskripsi 2 nilainya 3
deskripsi 3 nilainya 2
deskripsi 4 nilainya 1
Penentuan Skor:
100xSM
RNP
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Total skor maksimal = 12
Pedoman Penilaian:
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi
86 – 100 %
76 – 85 %
66 – 75 %
56 – 65 %
≥ 55 %
A
B
C
D
TL
4
3
2
1
0
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut
Ngalim Purwanto (2002:102).
Padang, 2011
Observer
( ELDA YULIANTI )