iipustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_ELDA_YULIANTI...mengungkapkan pikiran perasaan,...

173

Transcript of iipustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_ELDA_YULIANTI...mengungkapkan pikiran perasaan,...

i

ii

iii

iv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang memiliki

peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui sebuah tulisan seseorang

dapat mengungkapkan pikiran maupun perasaannya pada orang lain. Marahimin

(2008:16), menyatakan bahwa:

”Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.

Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi

mengungkapkan pikiran perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

tertulis. Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa menulis adalah

menjelmakan bahasa lisan, baik menyalin atau melahirkan pikiran atau

perasaan, seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan dan

sebagainya”.

Kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa menulis merupakan suatu

bentuk aktifitas komunikasi yang dilakukan secara tertulis untuk menuangkan

pikiran dan perasaan pada orang lain atau dapat juga dikatakan bahwa, dengan

menulis berarti mengupayakan suatu bahasa lisan menjadi bahasa tulisan dalam

berbagai bentuk pengungkapan.

Ada beberapa macam bentuk tulisan yang harus dipelajari siswa selama

menduduki bangku sekolah dasar. Salah satu bentuk tulisan itu adalah menulis

deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan menulis deskripsi menurut Alwasilah

(2008:114), bahwa:

”Deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek, penampilan,

pemandangan, atau kejadian. Cara penulis ini menggambarkan sesuatu

sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya, melihat, mendengar, atau mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh panca

indera, maka deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian

1

2

atau spesifikasi. Semua ini diniati demi terciptanya impresi dominan yang

menjadi tujuan menulis”.

Menulis deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan untuk memaparkan,

menggambarkan (melukiskan) suatu peristiwa atau kejadian yang dirasakan dan

dialami oleh pengarang (penulis). Menulis deskripsi merupakan salah satu

kompetensi dasar yang dipelajari siswa SD. Materi ini dirasa agak susah bagi guru

dalam menerapkannya karena guru merasa kesulitan dalam memikirkan alat

peraga yang akan digunakan, juga guru belum menguasai pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan .

Guru merasa kesulitan dalam memberikan materi menulis deskripsi ini.

karena guru juga tidak menguasai langkah – langkah pembelajaran menulis, yang

terdiri dari 3 tahap (1) tahap pra penulisan (2) tahap saat penulisan (3) tahap

pasca penulisan. Setiap proses/ pelaksanaan pembelajaran ini indikator yang

diharapkan tidak tercapai, siswa tidak dapat mengungkapkan ide – ide atau

perasaan yang ada dalam pikirannya, siswa hanya mengamati obyek tapi tidak

mampu untuk menuliskan hal yang diamatinya, siswa tidak terbiasa bekerja sama

dengan temannya,

Hasil belajar yang diharapkan dari kompetensi dasar tersebut adalah siswa

mampu mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana

dengan bahasa tulis. Pembelajaran menulis deskripsi ini merupakan sebuah

proses. Dalam proses ini siswa diajak untuk menuangkan ide/gagasan yang ada

dalam fikirannya menjadi karya kreatif. Tahapan yang harus dilalui dalam

menulis deskripsi ini yaitu : (1) pramenulis, (2) menulis, (3) pasca penulisan.

(Suparno, 2003: 1.14).

3

Pernyataan Suparno (2003) di atas menjelaskan bahwa sebelum siswa

melakukan kegiatan menulis, terlebih dahulu guru memberikan penjelasan

tentang tulisan deskripsi. Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan bimbingan

sesuai dengan tahapan –tahapan kegiatan menulis.

Pembelajaran ini akan dapat dicapai dengan baik apabila, guru melibatkan

para siswa dalam berbagai kesempatan untuk menulis dan berinteraksi dengan

teman-teman mereka. selama proses menulis berlangsung daripada hanya

mengevaluasi hasil akhir. Ini berarti, bahwa kegitan menulis lebih ditekankan

pada proses. Dengan penekanan pada proses menulis, pembelajaran akan berpusat

pada siswa, serta aktivitas siswa lebih terarah dan terbimbing untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil observasi di SDN 14 Olo selama ini, keterampilan siswa

untuk menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis deskripsi

mereka kesulitan untuk menuliskan kalimat menjadi sebuah paragraf. Hal ini

terjadi karena guru tidak memberikan penjelasan tentang cara menulis deskripsi,

dan guru hanya memerintahkan siswa untuk menulis karangan tanpa adanya

penjelasan. Dan juga guru memberikan pembelajaran hanya berada dalam kelas

saja, atau guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Agar

dapat menulis siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik dan media yang

menarik. Untuk itu guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik

agar siswa dapat menulis dengan baik.

Pembelajaran menulis yang baik sangat membutuhkan ketelitian,

kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain,

4

antara satu paragraf dengan paragraf berikutnya sehingga akan membentuk

sebuah karangan yang baik dan utuh. Pembelajaran menulis, khususnya menulis

paragraf deskripsi adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengajukan suatu

objek atau suatu hal yang sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada

di depan kepala pembaca.

Sampai saat ini pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah dasar masih

mengutamakan hasil dari pada proses. Dengan demikian, siswa berusaha menulis

tanpa mengetahui proses yang harus dilaluinya, sehingga bentuk tulisan yang

dihasilkannya pun tidak jelas. Kenyataan seperti ini, disampaikan oleh guru kelas

III Sekolah Dasar No. 14 Olo, Padang Barat. Guru tersebut menyampaikan

keluhan dan pengalamannya ketika mengajarkan materi menulis, khususnya

menulis deskripsi pada siswa kelas III bahwa: siswa kurang berminat menulis

sehingga mengalami kesulitan bila ditugasi menulis, bimbingan yang diberikan

kepada siswa sangat minim dan bimbingan itu pun adalah bimbingan yang masih

bersifat konvensional. Artinya, bimbingan yang diberikan oleh guru hanya berupa

petunjuk singkat berupa judul dari tulisan yang akan dibuat , yakni guru

memberikan sejumlah judul yang dapat dipilih oleh siswa serta memberikan

pokok-pokok pikiran dari setiap judul.

Strategi yang digunakan oleh guru SDN 14 Olo Padang Barat. Guru

cendrung menggunakan strategi yang sama dalam berbagai kondisi . Kondisi ini

terlihat dengan langkah-langkah mengajar guru. Pertama, guru memberikan judul,

kemudian memberikan garis besar ( out line) yang akan ditulis siswa . Sebagai

akibatnya siswa tidak berminat menulis karena tidak tahu yang akan mereka tulis,

5

karena tidak mempunyai gagasan apa yang akan ditulis , Guru jarang mengaitkan

hal yang telah diketahui siswa dengan pembelajaran.

Oleh sebab itu maka peranan guru juga harus berubah, yakni biasanya

menugasi siswa untuk menyusun sebuah tulisan dan menilai hasilnya, melainkan

bekerja bersama-sama dengan siswa dalam proses menulis. Guru harus mampu

menggali skemata siswa dengan melakukan Tanya jawab agar dapat mengetahui

seberapa jauh ilmu yang sudah dimiliki siswa, , guru juga harus mampu

menerapkan kerjasam diantara semua siswa dalam kerja kelompok , guru juga

harus mampu membangkitkan minat siswa untuk menanggapi dan memberikan

saran kepada orang lain. Langkah – langkah dari kegiatan di atas semuanya

termasuk karakteritik dari pendekatan CTL.

Kemampuan dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai

dengan karakteristik di atas menunjukkan bahwa CTL mampu untuk merubah

cara guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis deskripsi. Kemudian

Secara psikologis, perhatian dan bimbingan guru dapat menggairahkan siswa

untuk menulis tanpa ada perasaan tidak mampu dan perasaan takut salah, karena

guru selalu siap mendampingi siswa dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan uraian hasil observasi awal ,maka peneliti menyimpulkan

bahwa permasalahan yang dialami guru dan siswa SDN 14 Olo Padang Barat

akan dapat diatasi dengan melakukan pembaharuan untuk meningkatkan

keterampilan menulis deskripsi yaitu melalui sebuah pendekatan pembelajaran

yang berhubungan hal yang terdekat dengan kehidupan siswa yaitu pendekatan

kontekstual teaching and learning. Dalam hal ini siswa dibawa kedalam

6

kehidupan yang pernah dialami dan pernah dilihat sehingga diharapkan siswa

akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan

diharapkan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis

deskripsi. Untuk itu, peneliti merasa dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) mampu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis

deskkripsi. [Pendekatan CTL merupakan konsep belajar dengan mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata , sehingga siswa dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari]. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Baharudin dan Esa (2007:137) yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran lebih

bermakna bagi siswa, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke

siswa”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, pembelajaran dengan pendekatan CTL

memungkinkan siswa belajar dengan memperoleh makna. Pendekatan CTL

diharapkan dapat mendorong siswa agar menyadari dan menggunakan

pemahamannya untuk mengembangkan diri dan penyelesaian berbagai persoalan

yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendekatan CTL yang

demikian diharapkan siswa dapat mengerti makna belajar, manfaat belajar, status

mereka, serta bagaimana mereka mencapai semua itu. Mereka akan menyadari

bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.

Konsep pembelajaran dengan pendekatan CTL, yang mengaitkan antara

kehidupan nyata dengan materi yang diajarkan, dapat diaplikasikan dalam

7

pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan media objek nyata. Objek

nyata yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, bisa berupa benda-benda

yang terdapat di sekitar lingkungan sekolah, misalnya, menuliskan ciri-ciri bunga

mawar yang terdapat di halaman sekolah , menuliskan ciri-ciri salah seorang

siswa yang dijadikan objek, dan banyak hal lainnya yang bisa digunakan. Dalam

melakukan tanya jawab guru akan dapat menggiring siswa untuk membuktikan

kebesaran sang pencipta, dengan bukti hal yang diciptakannya, misalnya bunga

mawar mempunyai warna merah serta baunya sangat wangi sekali, batangnya

berduri membuat kita harus hati-hati dalam memetiknya. Bunga mawar sangat

berguna untuk obat-obatan. Allah telah menciptakan mawar untuk obat penyakit

campak dan juga dapat dibuat untuk bedak, dan minyak wangi. Contoh tersebut

sudah termasuk penerapan CTL dalam pembelajaran.

Pendekatan CTL dengan objek nyata diharapkan dapat mengenalkan atau

menunjukkan, memotivasi, dan menarik minat siswa kelas III SDN 14 Olo

Padang Barat dalam menulis paragraf deskripsi, dan diharapkan keterampilan

menulis paragraf deskripsi akan meningkat.

Zamel (1987) dalam Nunan (1991:98) menjelaskan bahwa keterampilan

menulis akan berkembang dengan cepat bila para siswa diberikan kesempatan

untuk menulis dan didorong untuk menjadi partisipan dalam masyarakat penulis.

Dalam hal ini, guru dan peneliti berkolaboratif berperan sebagai pembimbing

pada setiap tahapan menulis sesuai dengan kebutuhan anak, baik pada tahap

pramenulis, tahap menulis dan pasca menulis.

8

Dengan demikian deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan yang mana

dalam penulisannya pengarang (penulis) mencoba untuk memaparkan,

menggambarkan (melukiskan) apa yang dirasakan dan dialaminya dari suatu

peristiwa atau kejadian. Sehubungan dengan permasalahan yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini

dalam penelitian dengan mengangkat judul: “Peningkatan Keterampilan

Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) Pada Siswa Kelas III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, dapat

diidentifikasi masalah dalam pembelajaran menulis deskripsi adalah sebagai

berikut:

1. Keterampilan siswa untuk menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi

untuk dapat menulis paragraf deskripsi.

2. Pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah dasar masih mengutamakan

hasil daripada proses, siswa berusaha menulis tanpa mengetahui proses

yang harus dilaluinya, sehingga bentuk tulisan yang dihasilkannya pun

tidak jelas.

3. Guru mengatakan bahwa siswa kurang berminat menulis sehingga

mengalami kesulitan bila ditugasi menulis.

9

4. Guru mengakui bahwa bimbingan yang diberikan kepada siswa sangat

minim dan bimbingan itu pun adalah bimbingan yang masih bersifat

konvensional.

5. Guru kurang sekali dalam memberi contoh tentang tulisan atau karangan

yang baik yang dapat dijadikan pedoman ataupun motivasi bagi siswa.

6. Strategi yang digunakan oleh guru masih konvensional, ternyata kurang

mendorong siswa untuk aktif menulis dan kurang sesuai dengan minat dan

pengalaman sehari-hari siswa.

7. Guru kurang memperhatikan proses menulis yang dilakukan siswa , tetapi

lebih mengutamakan hasil yang telah dikerjakan siswa tanpa ada arahan

dan bimbingan yang diberikan, sehingga siswa bekerja hanya dengan

pengetahuannya sendiri .

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan yang disampaikan pada identifikasi masalah maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut di

bawah ini:

1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas

III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang setelah mendapatkan

pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) pada tahap pra menulis?

2. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas

III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap menulis?

10

3. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas

III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap pasca menulis?

Ketiga masalah di atas akan dibahas dalam perencanaan , pelaksanaan dan

evaluasi pembelajaran dengan tujuan agar dapat mengetahui kekurangan dan

kelemahan dalam proses pembelajaran menulis deskripsi

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan proses

pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa,

secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara:

1. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap pra menulis di kelas

III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang.

2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap menulis di kelas III

SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang.

3. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada tahap pasca menulis di

kelas III SDN 14 Olo Kec. Padang Barat Kota Padang.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat teoretis dan

manfaat praktis.

11

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis,

yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada

penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan

dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi

belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis deskripsi. Manfaat

teoretis lainnya adalah menambah khasanah pengembangan pengetahuan

mengenai pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu, juga mengembangkan

teori pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi

menjadi empat yaitu: bagi siswa, guru, sekolah dan bagi Dinas Pendidikan.

a. Manfaat bagi siswa

Dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pada

umumnya dan menulis deskripsi pada khususnya.

b. Manfaat bagi guru

Memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran

menulis, untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini

digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

menarik dan tidak membosankan, dan dapat mengembangkan

keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam

menerapkan pembelajaran menulis deskripsi.

12

c. Manfaat bagi sekolah

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memajukan

dan meningkatkan prestasi sekolah yang dapat disampaikan dalam

pembinaan guru ataupun kesempatan lain bahwa pembelajaran menulis

khususnya menulis deskripsi dapat menggunakan teknik objek langsung

sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

d. Manfaat bagi Dinas Pendidikan

Sebagai informasi sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam

merealisasikannya dalam bentuk lokakarya tujuan yang ingin dicapai

sebagaimana yang dikehendaki dalam ketentuan Undang-Undang

Pendidikan Nasional.

e. Manfaat bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dalam

mengembangkan inovasi dalam bidang pendidikan dan bahan

pertimbangan dalam mengadakan lokarya dan penataran bagi guru-

guru khususnya guru Sekolah Dasar.

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

Teori-teori yang akan dipaparkan dalam landasan teoretis ini berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan meliputi teori tentang menulis, menulis

deskripsi, pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang

mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) Kontruktivisme saat menggali

schemata anak (2) Inkuiri Penemuan sendiri (3) Modeling (pemodelan) (4)

Masyarakat belajar (5) Bertanya (6) Refleksi (7) Penilaian yang sebenarnya.

Tiga tahap pembelajaran menulis yaitu : (1) Tahap prapenulisan (2) saat

menulis (3) Pascapenulisan. Tiga tahap pembelajaran menulis ahrus dilaksanakan

sesuai dengan tahapnya tanpa diacak. Tahap dalam pembelajaran menulis itu akan

dikaitkan dengan Karakteristik dari CTL . Hal itu akan tampak jelas terkaitnya

dalam kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP dan dilaksanakan

dalam proses pembelajaran, Teori-teori yang berhubungan dengan menulis dan

CTL akan menjadi landasan dalam penelitian ini, juga karakteristik siswa kelas III

sekolah dasar.

1. Kemampuan Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan yang mencakup di segala bidang , baik

yang berhubungan dengan kehidupan dunia ataupun akhirat, baik yang

berhubungan ilmu eksakta maupun non eksakta.

13

14

Kemajuan dan perkembangan seorang anak akan dapat dilihat di sekolah

dengan pengamatan guru terhadap hasil tulisan yang dibuatnya. Untuk itu agar

kegiatan menulis lebih bermanfaat dalam menuangkan ide-ide dan dapat

menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaan perlu

mempelajari cara-cara penulisan yang baik.

Di sekolah dasar pembelajaran menulis merupakan salah satu bahagian dari

pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan pelajaran pokok yang sangat

menetukan keberhasilan dari semua mata pelajaran. Untuk itu perlu adanya

pemahaman tentang menulis yang akan dibahas di bawah ini.

1.1. Pengertian Menulis

Menulis ialah keterampilan mengeluarkan, mengekspresikan isi hati dalam

bentuk tulisan. Keterampilan ini erat sekali hubungannya dengan keterampilan

bahasa yang lain, yaitu keterampilan membaca, keterampilan menyimak dan

keterampilan berbicara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

(2002;1219), dijelaskan bahwa: ”Menulis” berasal dari kata “Tulis” mengandung

arti; membuat huruf; melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang).

Tulisan, berarti hasil menulis; cara menulis (tidak dengan lisan) melainkan

dengan tulisan.

Menulis merupakan proses menyampaikan informasi secara tertulis kepada

orang lain, sehingga orang lain lebih memahaminya. Seperti yang dikemukakan

oleh H.G.Tharigan dalam Suriamiharja (1996;1) bahwa menulis merupakan

proses menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

15

yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain juga dapat memahami

lambang–lambang tersebut.

Pengertian menulis juga diungkapkan oleh Irsyad (2004:3), yaitu

menuangkan gagasan dengan cara merangkai kata menjadi kalimat, dan kalimat

menjadi paragraf. Suatu paragraf adalah satu gagasan yang terurai. Rangkaian

paragraf-paragraf ini menjadi sebuah tulisan”. Bagi sebagian orang, menuangkan

gagasan dalam rangkaian kata-kata merupakan hal yang sulit.

Perlu suatu keterampilan untuk membuat suatu gagasan menjadi sebuah

tulisan. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya akan

berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan

kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan

merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis

meningkat dan berkembang secara cepat.

Menulis merupakan proses melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan

atau cara berkomunikasi untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak

kepada orang lain secara tertulis (Suriamiharja, 1985:2). Seseorang yang memiliki

keterbatasan dalam berbicara, bisa menjadikan kemampuan menulisnya sebagai

alat untuk berkomunikasi.

Kegiatan menulis dalam dunia pendidikan sangat penting dan berharga

sekali, sebab menulis akan lebih mempermudah seseorang untuk berpikir.

Menulis merupakan suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan

sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan

(Enre1988:6).

16

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang

lain. Selain itu, menulis juga diartikan sebagai kegiatan pelukisan lambang grafik

yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut.

Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan

ekspresi bahasa. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan

para pelajar berpikir. Menulis juga memudahkan kita merasakan daya tanggap

atau persepsi kita dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Hasil tulisan

merupakan satu-satunya media untuk menyampaikan pesan yang ingin kita

sampaikan.

1.2. Tujuan Menulis

Sesuatu yang akan dikerjakan akan mempunyai arti apabila ada tujuannya,

demikian juga halnya dengan menulis. Tujuan menulis adalah “Mengungkapkan

perasaan dalam berbagai gaya, cara dan tujuan. Ada yang bergaya sentimentil dan

pribadi. Ada tulisan yang dibuat untuk dinikmati sendiri atau ditujukan buat

seseorang. Ada yang bergaya formal dan objektif, yang ditulis untuk dibaca orang

banyak” Das (2004:9).

Tujuan menulis lainnya adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri

seseorang dengan tulisan yang mengandung nada yang serasi dengan maksud dan

tujuannya. Menulis tidak hanya mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan

17

yang cocok dan sesuai, tetapi juga harus menentukan siapa yang akan membaca

tulisan tersebut dan apa maksud tujuannya.

Keraf (1995:6) mengemukakan, tujuan umum menulis utuh dipengaruhi

oleh kebutuhan dasar manusia, yaitu (1) keinginan untuk memberi informasi

kepada orang lain dan memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal;

(2) keinginan untuk meyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran akan suatu

hal, dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain; (3) keinginan

untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu

barang atau objek, atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi;

dan (4) keinginan untuk menceritakan kepada orang lain tentang kejadian-

kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami maupun yang

didengar orang lain. Jadi, tujuan umum menulis terdapat keterkaitan antara

penulis dengan orang lain.

Penulis memberi dan memperoleh informasi, mempengaruhi sikap dan

pendapat, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu peristiwa baik yang

dialami atau didengar dari orang lain. Pembelajaran menulis bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas

wawasan. Selain itu juga diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa.

Siswa tidak hanya mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas

atau langsung,melainkan juga disampaikan secara terselubung atau tidak

langsung.

Berdasarkan pendapat pakar yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa menulis mempunyai tujuan yang khusus yaitu

18

menginformasikan, mendeskripsikan , dan menyarankan. Selanjutnya, dapat juga

disimpulkan bahwa, dalam penulisan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sehingga gagasan penulisan dapat mencapai efektivitas penulisan dan sesuai

dengan sasaran yang hendak dituju terhadap hasil tulisan, yang pada akhirnya

tulisan tersebut dapat menggambarkan sebuah tulisan yang informatif dan

komunikatif.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, tujuan menulis menyangkut

dengan sasaran yang hendak dituju oleh penulis dalam membuat suatu tulisan.

Oleh sebab itu, seseorang melakukan kegiatan menulis atau membuat suatu

tulisan, memiliki tujuan tertentu dari apa yang ditulisnya, dengan kata lain tulisan

tersebut dibuat untuk suatu sasaran tertentu sesuai maksud penulis.

1.3. Proses Menulis

Kemampuan seseorang dalam menulis ditentukan oleh keterampilannya

menggunakan bahasa yaitu bagaimana penulisan tersebut dapat memanfaatkan

struktur tata bahasa secara baik dan menarik bagi pembaca yang membaca hasil

tulisannya.

Penulis yang baik terampil dan selalu menyadari bahwa bahasa tulisan

tidak sama dengan bahasa tutur. Jadi tata bahasa yang digunakan dalam menulis

tidak dapat disamakan dengan bahasa tutur, walaupun menulis dan berbicara

sama-sama merupakan bagian dari keterampilan berbahasa.

19

Peranan tata bahasa dalam menulis menurut pendapat Nurhadi

(1990: 214) adalah:

“Dalam kegiatan menulis diperlukan keterampilan dalam

memanfaatkan struktur tata bahasa. Menulis merupakan kegiatan

yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa, yakni merupakan

bentuk performance yang tertulis. Menulis merupakan bagian

integral dari perkembangan bahasa. Sering terjadi bahwa seseorang

yang dapat berbicara belum tentu dapat menulis merupakan bagian

dari keterampilan berbahasa. Tata bahasa yang dipergunakan dalam

menulis berbeda dengan tata bahasa yang digunakan dalam

berbicara. Bagi anak-anak, belajar menulis merupakan latihan untuk

menyusun konstruksi kalimat yang jauh berbeda dengan kemampuan

mereka secara spontan dalam berbicara”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk

menulis yang baik diperlukan keterampilan penulisan yang memanfaatkan

struktur tata bahasa, karena dalam menulis merupakan kegiatan bagi pemerolehan

bahasa yang juga merupakan bentuk performance yang tertulis.

Untuk meningkatkan kemampuan bahasa tulis siswa, perlu suatu

pembinaan pendidikan kemampuan bahasa pokok siswa, di mana hal tersebut juga

berarti menambah pengetahuan komunikasi siswa. sebagaimana yang

dikemukakan G. Keraf, (1994:7), yang menyebutkan bahwa:

“Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan kontrol sosial,

oleh karena itu pembinaan keterampilan menggunakan bahasa akan

membantu memberikan dasar-dasar memperoleh kemahiran

berbahasa, baik dalam penggunaan bahasa secara lisan maupun

secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau diajak bicara

dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa, selain sebagai alat

komunikasi bahasa Indonesia juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan

berbahasa. Oleh sebab itu materi pelajaran menulis yang dipelajari siswa

merupakan proses pembentukan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa

20

Indonesia, yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi

dalam bahasa tulisan.

Depdiknas (2006:317) menyebutkan bahwa: “Pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

manusia Indonesia”.

1.4. Jenis Menulis

Ada beberapa bentuk jenis tulisan atau karangan yang dapat diajarkan

guru pada siswa, agar siswa lebih memahami cara menulis dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Menurut Finoza (2008:232), yaitu:

“Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya, karangan dapat

dibedakan atas enam jenis, yaitu: a) Deskripsi/ perian, b) Narasi/ kisahan, c)

Eksposisi/ paparan, d) Argumentasi/ bahasan, e) Persuasi/ ajakan, dan f)

Campuran/ kombinasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik dan

membimbing siswa menulis suatu karangan atau tulisan, guru dapat

menjelaskan dan membimbing siswa mengenalkan beberapa bentuk tulisan

antara lain: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan campuran.

Salah diantaranya akan dibahas di bawah ini yaitu menulis deskripsi.

21

2. Menulis Deskripsi

Menulis deskripsi merupakan kegiatan menulis dimana penulis atau

pembicara berkeinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana

bentuk atau wujud suatu barang atau objek sesuai dengan hal yang telah

diamatinya , atau mendeskripsikan cita rasa suatu makanan setelah ia mengecap

makanan tersebut, hal, atau bunyi sesuatu setelah ia mendengarnya.

2.1. Pengertian menulis Deskripsi

Pengertian menulis deskripsi menurut Lamuddin (2008:233), yaitu:

“Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris „Description‟, yang tentu saja

berhubungan dengan kata kerja to describe, yang berarti melukiskan

dengan bahasa”. Sedangkan menulis deskripsi menurut Ermanto & Emidar

(2009:164), yaitu:

”Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan atau

mendeskripsikan suatu objek, benda, atau alam. Objek tersebut

digambarkan dengan menggunakan kata-kata berdasarkan aspek

ruang dan aspek kebendaan”.

Selanjutnya, pengertian menulis deskripsi menurut Marahimin

(2008:45), yaitu:

”Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata

suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis

deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat

„melihat‟ apa yang dilihatnya, dapat „mendengar‟ apa yang

didengarnya, „mencium bau‟ yang diciumnya, „mencicipi‟ apa yang

dimakannya, „merasakan‟ apa yang dirasakannya, serta sampai

kepada „kesimpulan‟ yang sama dengannya. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari observasi melalui

panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata”.

22

Berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan

penulisnya, penulis menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya

khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan

sendiri apa yang dialami penulisnya. Kemudian tulisan deskripsi menurut Suparno

(2006:1.11), yaitu: ”Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau

menggambarkan”

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, deskripsi

merupakan suatu bentuk tulisan yang dalam penulisannya pengarang (penulis)

mencoba untuk memaparkan, menggambarkan (melukiskan) apa yang dirasakan

dan dialaminya dari suatu peristiwa atau kejadian.

2.2. Tujuan Menulis Deskripsi

Sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya bahwa menulis

mempunyai tujuan tertentu untuk dilaksanakan. Demikian juga halnya tujuan

menulis deskripsi adalah untuk memberikan beberapa pengalaman dan

kemampuan menulis bagi siswa yang membuat suatu tulisan deskripsi. Menurut

Marahimin (2008,45), yaitu:

“Penulis dapat menggambarkan hal yang diamati denga alat indranya

sehingga pembaca seolah-olah mengalami hal yang ada dalam

tulisan‟. Oleh karena itulah, untuk menuliskan sebuah deskripsi

perlulah kita mengamati dengan tajam dengan memanfaatkan semua

alat indra kita. Bukan hanya penglihatan saja, seperti yang banyak

dilakukan oleh sebagian penulis pemula”.

23

2.3. Ciri-Ciri Menulis Deskripsi

Untuk membedakan tulisan deskripsi dengan bentuk tulisan lainnya

maka perlu diketahui ciri-ciri dari tulisan deskripsi. Menurut Mukayat

(1998:13), bahwa:

“Ciri-ciri karangan deskriptif ialah: sebagian informatif sebagian

imaginative dan subjektif, misalnya pemakaian kata-kata: „saya

merasa‟, „saya menduga‟, „hal itu menyakinkan saya‟, dan

sebagainya, nampaknya dapat dipercaya dan tulus, berisi terutama

pendapat pribadinya dan cenderungnya, mengandung impresi

spesifik tentang sesuatu, bahasanya figuratif dan alami”.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam membuat tulisan

deskripsi, penulis (pengarang) harus memperhatikan ciri-ciri tulisan deskripsi,

agar tujuan yang hendak disampaikan dalam tulisan berbentuk deskripsi ini betul-

betul menggambarkan hal-hal yang sesungguhnya. Oleh sebab itu seorang penulis

deskripsi harus memiliki pengalaman yang tajam dengan semua alat indranya,

agar dapat menggambarkan sesuatu hal yang diungkapkannya melalui tulisan

dapat dirasakan oleh pembaca.

2.4. Proses Menulis Deskripsi

Menulis merupakan suatu proses kreatif. Sebagai suatu proses kreatif, ia

harus mengalami suatu proses yang secara sadar pula dilihat hubungan satu

dengan yang lain, sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Semi (2003:5)

menjelaskan bahwa dalam menulis dilaksanakan dengan tujuh langkah, yakni: 1)

pemilihan dan penetapan topik, 2) pengumpulan informasi, 3) penetapan tujuan,

24

4) perancangan tulisan, 5) penulisan, 6) penyuntingan atau revisi, 7)

penulisan naskah jadi. Tahap-tahap menulis menurut Akhadiah (1988:3) antara

lain:

1) Tahap prapenulisan yang merupakan tahap perencanaan atau

persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan,

2) Tahap penulisan yaitu tahap yang membahas setiap butir topik

yang ada di dalam kerangka yang disusun,

3) Tahap revisi artinya membaca kembali buram yang sudah selesai

ditulis, kemudian direvisi, diperbaiki, dikurangi, atau kalau perlu

diperluas.

Suparno (2002:1.13) menyatakan bahwa menulis merupakan serangkaian

aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu: 1) fase prapenulisan

(persiapan), 2) penulisan (pengembangan isi karangan), 3) tahap pascamenulis

(telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap

menulis deskripsi adalah: 1) tahap prapenulisan (persiapan), 2) tahap penulisan

(pengembangan isi karangan), dan 3) tahap pascamenulis (revisi atau

penyempurnaan tulisan). Selanjutnya, dalam tahap-tahap menulis deskripsi

terdapat beberapa kegiatan, menurut Suparno (2006:1.15), meliputi kegiatan

berikut:

a. Tahap Prapenulisan

Tahap prapenulisan merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat

kembali pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-

kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan

dengan baik.

25

Adapun aktivitas pada tahap prapenulisan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan topik

Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh

karangan. Begitu pentingnya menentukan topik karangan dikarenakan topik

merupakan inti persoalan yang menjiwai isi karangan, yang mempertautkan

seluruh bagian atau ide karangan menjadi suatu keutuhan. Tanpa topik yang jelas,

maka isi karangan pun akan kabur fokusnya.

2) Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan

Setelah mendapatkan topik yang baik, langkah selanjutnya adalah

menentukan maksud atau tujuan penulisan. Maksud dan tujuan menulis ini perlu

diperhatikan selama penulisan berlangsung agar misi karangan dapat

tersampaikan dengan baik, yang akan mempengaruhi corak (genre) dan bentuk

karangan, gaya penyampaian, serta tingkat kerincian isi karangan.

3) Memperhatikan sasaran karangan

Agar isi tulisan itu sampai kepada pembaca, penulis harus memperhatikan

siapa yang akan membaca karangan, bagaimana level pendidikan dan status

sosialnya, serta apa yang diperlukannya. Dengan kata lain penulis harus

memperhatikan dan menyesuaikan tulisannya dengan level sosial, tingkat

pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan pembaca.

4) Mengumpulkan informasi pendukung

Sebelum menulis penulis perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih

informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya

26

isi tulisan yang bersumber dari bacaan, pengamatan, wawancara, serta

pengetahuan dan pengalaman sendiri atau orang lain.

Pengumpulan informasi itu sendiri dapat dilakukan sebelum, sewaktu, atau

sesudah penulisan terjadi. Meskipun demikian, akan lebih baik jika informasi

yang relevan telah terkumpul secukupnya sebelum menulis sehingga proses

penulisan tidak terganggu.

5) Mengorganisasikan ide dan informasi

Tata gagasan atau informasi yang saling berkaitan atas bagian-bagian yang

tersusun secara sistematis, yang hasil pengorganisasian ide-ide itu disebut

kerangka karangan. Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat

garis-garis besar karangan yang akan ditulis. Dengan kata lain, kerangka karangan

adalah panduan seseorang dalam menulis ketika mengembangkan suatu karangan.

Sebagai panduan, kerangka karangan dapat membantu penulis untuk

mengumpulkan dan memilih bahan tulisan yang sesuai. Di samping itu, kerangka

karangan akan mempermudah pengembangan karangan sehingga dapat terarah,

teratur, dan runtut, serta tidak tumpang tindih.

b. Tahap Penulisan

Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan

berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus mengiring pembaca terhadap

pokok tulisan. Bagian ini sangat menentukan pembaca untuk melanjutkan

kegiatan bacanya. Karena itu awal karangan harus dibuat semenarik mungkin.

Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut

hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti ilustrasi, informasi,

27

bukti, atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada

ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.

Bagian ini berisi simpulan, dan dapat ditambah rekomendasi atau saran bila

dipelukan.

Apabila sewaktu menulis muncul ide-ide baru yang terasa lebih baik dan

menarik daripada ide semula yang telah dituangkan dalam kerangka karangan atau

tulisan, jangan langsung diperbaiki atau ditulis ulang sebaiknya biarkan saja dulu

karangan menjadi utuh, lalu sisipkan ide baru tersebut dengan mencatatnya pada

kerangka karangan atau bagian tulisan yang diinginkan.

c. Tahap Pascapenulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang

dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi), kegiatan

ini bisa terjadi beberapa kali. Pada tahap penyuntingan pemeriksaan dan

perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan,

pengalineaan, dan gaya bahasa. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah

pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan.

Penyuntingan di sini diartikan sebagai kegiatan membaca ulang suatu

buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik

unsur mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk menemukan atau

memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan.

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri.

Berdasarkan hasil penyuntingan itu maka kegiatan revisi atau perbaikan

karangan dilakukan. Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian,

28

penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan.

Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat kebutuhan dari siswa

berdasarkan tulisan yang telah dibuat siswa. Biasanya yang sangat penting sekali

dalam pembelajaran menulis untuk siswa di tingkat SD adalah pemakaian ejaan,

tanda baca serta pemakaian huruf capital.

3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Selanjutnya tentang pendekatan ini, Nurhadi (2003) menyebutkan “proses

pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja

dan memahami, guru bukan hanya sekedar menstranfer pengetahuannya kepada

siswa, tetapi lebih mementingkan strategi pembelajarannya daripada hasil.

Dengan demikian, melalui pendekatan ini pembelajaran tidak akan didominasi

oleh guru/berpusat pada guru, tetapi sebaliknya siswalah yang akan beraktivitas

lebih banyak dari guru. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, karena

merekalah yang mencari sumber belajar, informasi, serta menganalisis informasi-

29

informasi yang diperoleh, baik secara sendiri-sendiri maupun mendiskusikan

secara berkelompok.

Dengan pendekatan CTL, peran guru adalah membantu siswa mencapai

tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada

memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi

siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan „menemukan sendiri‟.

Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam pembelajaran

kontekstual seperti dikemukakan Nana (2008) sebagai berikut:

a. Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri,

mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar melalui

perbuatan.

b. Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan

kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja.

c. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan berarti bagi dirinya

maupun orang lain, membuat pilihan, memberikan hasil tampak maupun

tak tampak.

d. Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berpikir kritis, kreatif, melakukan

analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat keputusan menggunakan

logika dan fakta-fakta.

e. Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa

bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain,

berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi.

30

Menurut Blanchard dalam (Depdiknas, 2007) ciri-ciri kontekstual::

1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar

dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan

agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan

temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada

konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilitian otentik.

Memperhatikan pendapat-pendapat para ahli tentang pembelajaran

dengan pendekatan konstektual, menurut penulis pembelajaran ini menekankan

pada berpikir tingkat tinggi, pengaitan dan penggunaan antar lintas disiplin, serta

pengumpulan, penganalisisan informasi data dari berbagai sumber, sehingga

pembelajaran konstektual diduga akan meningkatkan kemampuan koneksi untuk

menemukan makna pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan keunggulan tersebut, peneliti akan mengembangkan perangkat

pembelajaran dengan pendekatan CTL.

Hakekatnya pembelajaran menurut aliran CTL merupakan suatu konsep

yang membantu guru mengaitkan suatu konsep dengan dunia nyata dalam

kehidupan sehari-hari dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka. CTL menekankan pada

berfikir tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, pengumpulan,

penganalisisan, pengsintesisan informasi dari berbagai sumber titik pandang.

Nurhadi (2003) mengungkapkan, pendekatan CTL adalah konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

31

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha mengkontruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Pembelajaran dengan CTL dapat dilakukan dengan mengaitkan konteks

lingkungan kehidupan siswa sehari-hari dengan proses yang dilakukan, sehingga

siswa lebih mudah memahami isi pelajaran, Mengaitkan isi pelajaran dengan

lingkungan sekitar siswa akan membuat pembelajaran lebih bermakna, karena

siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam

kehidupannya sehari-hari.

Pola pembelajaran CTL dengan berbagai kegiatannya membuat

pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Jika siswa termotivasi, diharapkan

mereka aktif untuk belajar, baik di kelas, di luar kelas, maupun di rumah. Dengan

demikian siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala kosong, tetapi sudah

mempunyai bekal awal yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan

dipelajarinya. Diharapkan semua ini memberi dampak positif terhadap hasil

belajar, sekaligus meningkatkan mutu belajar siswa.

Menurut Menteri Pendidikan Nasional (2007) untuk penerapan,

pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(Constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), masyarakat

Belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan

penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Adapun tujuh komponen

tersebut sebagai berikut:

32

a. Kontruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan

kontekstual dimana menurut pandangan ini pengetahuan didapat oleh manusia

sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui kontek yang terbatas atau

sempit. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna

melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan kemampuan untuk

bergelut dengan ide-ide yang dapat digeneralisasikan dalam kehidupan sehari-

hari. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan hal-hal

sebagai berikut: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-

idenya sendiri dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka

sendiri.

Menurut Romelia (2007), prosedur pembelajaran konstruktivisme meliputi

beberapa hal berikut:

1) Carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk

menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pelajaran.

2) Biarkan siswa mengemukakan gagasannya dulu.

3) Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi,

dan aktivitas siswa dengan hasil dari proses pembelajaran.

4) Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk

mengarahkan proses pembelajaran.

5) Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi baik

dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.

6) Carilah gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya

atau sebelum siswa mempelajarinya gagasan-gagasan yang ada

dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya.

7) Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan dan

reformulasi gagasan sesuai dengan pengetahuan baru yang

dipelajarinya.

33

8) Gunakanlah masalah yang didefenisikan oleh siswa sesuai

minatnya dan dampak yang ditimbulkannya.

9) Gunakanlah sumber lokal (manusia dan benda) sebagai sumber-

sumber informasi asli yang dapat digunakan dalam pemecahan

masalah.

10) Libatkan siswa dalam mencari dan memecahkan masalah yang

ada dalam kenyataannya.

b. Menemukan (Inquiri)

Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan konstektual yang

artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan

hasil menghafal materi yang sudah ada, tetapi dari menemukan sendiri. Guru

harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Untuk

kepentingan menemukan ini siswa dapat melakukan kegiatan: Observasi

(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan hipotesis,

pengumpulan data (data gathering) dan penyimpulan (conclussion). Langkah-

langkahnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami

suatu konsep.

2) Siklus yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki,

menganalisis dan merumuskan teori, baik secara individu maupun

bersama-sama teman lainnya.

3) Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir

kritis.

34

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”.

bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berorientasi CTL.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran guna

menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Dan sebuah

pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik

2) Mengecek pemahaman siswa

3) Membangkitkan respon pada siswa

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

6) Memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing

antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam

kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-

kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang belum tahu,

35

yang cepat mendorong temannya yang lambat. Masyarakat belajar bila terjadi

apabila ada proses komunikasi dua arah. Kegiatan saling belajar bila terjadi

apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi. Pembelajaran dengan

teknik “learning community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas.

1) Pembentukan kelompok kecil

2) Pembentukan kelompok besar

3) Mendatangkan ahli ke kelas

4) Bekerja dengan kelas sederajat

5) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya

6) Bekerja dengan masyarakat

e. Pemodelan (Modelling)

Kelompok CTL selanjutnya adalah pemodelan dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam

pendekatan CTL, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang

dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran CTL. Refleksi adalah

cara berfikir tentang apa yang baru di pelajaran atau berfikir ke belakang tentang

apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon

terhadap kepedulian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diberikan pada akhir

pembelajaran, guru mengsisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.

Realisasinya berupa:

36

1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari ini

2) Catatan atau jurnal dibuku siswa

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini

4) Hasil karya

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan

belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa

mengalami proses pembelajaran yang benar, karena assessment menekankan pada

proses pembelajaran, maka data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diambil

dari kegiatan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun

diluar kelas itulah yang disebut data authentic. Karakteristik authentic assessment

yaitu: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa

digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan dan performasi,

bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan

sebagai feed back

3.1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL :

a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai

dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif

dalam PBM.

b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,

memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih

kreatif

c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

37

d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan

oleh guru.

e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun

kelompok.

3.2. Kelemahan dari model pembelajaran CTL :

a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada

kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan

siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam

menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi

tidak sama

b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam

PBM

c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas

antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang

memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak

percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya

d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL

ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan,

karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung

dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik

mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan

menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan

mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan

model CTL ini.

f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki

kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya

dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih

38

mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada

kemampuan intelektualnya.

g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan

tidak merata.

h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini

peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih

menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi,

mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di

lapangan.

4. Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Langkah-langkah

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Berdasarkan uraian tentang pendekatan CTL di atas, peneliti berpendapat

pendekatan CTL sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis

deskripsi. Prinsip pendekatan CTL yang mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa, dapat diterapkan dengan mengajak siswa untuk

menuliskan gambaran mereka tentang benda-benda yang terdapat disekitar

lingkungan sekolah. Dalam pembelajaran CTL, belajar merupakan proses aktif

siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain.

Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman

atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa,

sehingga pengetahuannya berkembang.

Berdasarkan teori-teori yang menjelaskan tentang pendekatan CTL pada

sub bab sebelumnya, peneliti mengembangkan langkah-langkah menulis deskripsi

dengan menggunakan pendekatan CTL sebagai berikut:

39

a. Pra penulisan

1) Siswa di bawah bimbingan guru menentukan topik pembelajaran

(inkuiri).

2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan

guru.

3) Siswa mengamati gambar yang dipajangkan guru (pemodelan).

4) Siswa menyebutkan peristiwa-peristiwa yang terlihat pada gambar dan

menuliskannya di papan tulis (konstruktivisme).

5) Siswa menentukan judul karangan (inkuiri).

6) Siswa dibimbing guru membuat kerangka karangan (konstruktivisme).

b. Penulisan

1) Siswa mengembangkan ide pokok dan detail dalam bentuk kalimat,

paragraf sehingga menjadi karangan utuh (konstruktivisme).

2) Siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil menjadi 6

kelompok. Keanggotaan kelompok direncanakan heterogen

berdasarkan tingkat kemampuan akademik siswa dan gender yang

berbeda, masing- masing anak duduk sesuai dengan kelompoknya

masing- masing (masyarakat belajar).

3) Guru menginstruksikan siswa untuk menukarkan hasil karangan

dengan teman sebangkunya untuk memperbaiki kesalahan pada

struktur dan penempatan kata pada kalimat dan paragraf (masyarakat

belajar).

40

4) Siswa disuruh bertanya tentang penggunaan ejaan dan tanda baca

seperti; tanda baca titik, koma, huruf kapital dan tanda hubung

(bertanya).

5) Meminta siswa untuk mengoreksi penggunaan ejaan dan tanda hubung

pada karangan (konstruktivisme).

6) Siswa menyalin kembali karangannya yang sudah diperbaiki dan siap

untuk dibacakan ke depan kelas.

c. Pasca penulisan

a. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok berupa karangan deskripsi ke

depan kelas dan kelompok yang lain dibolehkan mengomentari hasil

kerja kelompok yang tampil ke depan kelas, dan guru berfungsi

sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam diskusi dan

membangun pengetahuan barunya (konstruktivisme, bertanya, dan

masyarakat belajar).

b. Siswa merefleksi diri dengan cara guru meminta siswa secara acak

untuk mengomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok

(refleksi).

c. Mengadakan penilaian dan siswa menyelesaikan lembar kerja yang

diberikan guru (penilaian yang sebenarnya).

Dalam pembelajaran menulis deskripsi siswa bukan lagi mengumpulkan

fakta, tapi siswa mulai mengembangkannya ke dalam sebuah karangan deskripsi.

Tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan

menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Pendekatan CTL

41

menuntut siswa untuk banyak latihan. Guru memberikan tahapan-tahapan

menulis, yang dimulai dari pramenulis, menulis, dan pasca menulis. Pada awalnya

dengan memberikan beberapa jenis karangan yang berbeda, siswa menentukan

masing-masing jenis karangan, dan menentukan ciri-ciri karangan deskripsi.

Siswa dibagikan konsep yang isinya tentang urutan peristiwa, yang tujuannya

untuk membangkitkan skemata siswa tentang karangan deskripsi.

Siswa kelas III akan mampu menulis deskripsi, apabila materi yang

diberikan tidak jauh dari pengalaman siswa dan berkaitan erat dengan

kehidupannya, sehingga siswa mampu curahkan pikirannya kedalam sebuah

tulisan deskripsi dengan adanya penggunaan pendekatan CTL. Kegiatan

selanjutnya siwa mengerjakan tugas dalam berkelompok yang bertujuan, agar

siswa mampu mengembangkan ide dan gagasannya dengan baik. Dalam hal ini

maka tugas guru adalah membantu, dan memberikan bimbingan pada siswa pada

saat proses pembelajaran berlangsung, dengan tujuan agar siswa memperoleh

kemudahan dalam pembelajaran menulis deskripsi. Untuk itu tugas guru

menyediakan sarana prasarana, memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa,

agar siswa dapat mengembangkan ide-de yang baik dalam menulis.

5. Karakterstik Siswa Kelas III

Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh J. Piaget

(dalam Russeffendi, 1999) Manusia itu tumbuh secara kronologis (menurut urutan

waktu) melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Anak yang ada pada tahap

tertentu menunjukkan kepandaian khusus tertentu pula. Untuk setiap manusia

urutan terjadinya tahap-tahap itu sama, tetapi umur manusia masuk ke dalam

42

tahap yang lebih tinggi itu berbeda- beda tergantung dari lingkungan dan

keturunannya.

Pada umumnya siswa di sekolah Dasar berumur 7–12 tahun. Hasil

penelitian Piaget yang diungkapkan oleh Suherman (2003:37) mengemukakan

bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang

berkembang secara kronologis (menurut usia kalender) yaitu: (1) tahap

sensorimotor, dari lahir sampai umur 2 tahun, (2) tahap pra-operasional, dari

umur 2 tahun sampai umur 7 tahun, (3) tahap operasional konkret, dari umur 7

tahun sampai umur 11 tahun dan (4) tahap operasional formal dari umur 11 tahun

sampai 15 tahun.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD berada

pada tahap operasional konkrit. Dalam menangkap ide mereka memerlukan

banyak bantuan manipulasi benda konkret. Guru di sekolah dasar perlu

memahami karakteristik siswanya dengan baik, karena dengan memahami

karakteristik siswa selain dapat membantu guru dalam menentukan strategi dan

alat bantu pembelajaran menulis dapat membantu guru dalam berkomunikasi

dengan siswanya dalam proses pembelajaran, atau dengan kata lain guru akan

lebih menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan siswa dalam proses

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menulis melibatkan siswa optimal dan

siswa membangun dan menemukan sendiri konsep dengan merekonstruksi

pengetahuan yang ada padanya kemudian memberi makna melalui pengalaman

nyata.

43

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilakukan didasarkan pada beberapa penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, antara lain:

1. Asrinur (2006) yang melakukan penelitian dengan judul “Upaya

Peningkatan Keberhasilan Mengarang Deskriptif Melalui Model

Pembelajaran Kontestual di kelas IV SDN 12 Koto Sani Kecamatan X

Koto Singkarak Kabupaten Solok”. Hasil penelitiannya mengungkapkan:

penggunaan model pembelajarn kontekstual teruji secara emperis,

sehingga efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran mengarang

deskriptif.

2. Elfia Sukma (2006) yang melakukan penelitian dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD Negeri

Sumber Sari Malang dengan strategi pemetaan pikiran” . Hasil

penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan strategi pemetaan

pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD

3. Zulni Endrita (2008) yang melakukan penelitian dengan judul

”PeningkatanKemampuan Menulis Paragraf Deskriptif melalui

pendekatan Kontekstual Siswa Kelas X SMAN 5 Bukittinggi” Hasil dari

penelitiannya mengungkapkan bahwa dengan penggunaan pendekatan

kontekstual dapat meningkatkan respon siswa sehingga kemampuan

menulis paragraf deskripsi semakin baik

4. Rahmatina (2009) dengan judul, “Penggunaan Strategi Mind Map dalam

Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas III SD Negeri

08 Tarok Dipo Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi”

44

mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas III

dapat meningkat dengan menggunakan strategi mint map

5. Asri Winahyu (2010) dengan judul, ” Peningkatan Kemampuan Menulis

Puisi Bebas Melalui Teknik Deskripsi Benda Konkrit Siswa Kelas V SD

Negeri Banjarsari 2 Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”,

mengungkapkan adanya peningkatan keterampilan menulis puisi bebas

melalui teknik deskripsi benda konkret.

6. Anjar Dwi Septiani (2011) dengan judul, “Peningkatan Keterampilan

Menulis Deskripsi Melalui Model Pembelajaran Terpadu dengan Media

Picture Hanger pada Siswa Kelas II B SDN Tawang Mas 01 Semarang”,

mengungkapkan bahwa, melalui model pembelajaran terpadu dengan

media Picture Hanger dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi

siswa dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

D. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia d sekolah

dasar khususnya pembelajaran menulis akan lebih menarik bagi siswa apabila

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan CTL. Dengan pendekatan

contextual teaching and learning (CTL) membuat pembelajaran lebih bermakna

dan menyenangkan bagi siswa. Dikatakan demikian karena pembelajaran dengan

pendekatan CTL melakukan kegiatan yang sesuai dengan komponennya .

Komponen –komponen tersebut akan melakukan kegiatan yang dapat memotivasi

siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini akan dapat memupuk rasa sebagai

berikut:

45

Tahap pra penulisan : siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam

mengemukakan ide-ide dan mengungkapkan perasaan melalui pembelajaran

menulis

Tahap menulis : Guru membimbing siswa dalam memunculkan ide-ide

dan gagasan yang ada dalam pikiran siswa, siswa bekerja dalam kelompok dan

berusaha membina kerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya

dalam proses pembelajaran, dan belajar berkomunikasi dengan teman dengan

bahasa yang disenangi orasng lain, dengan demikian guru secara efektif dan

efisien sudah menanamkan etika baik secara lisan maupun tulisan.

Tahap pasca penulisan: siswa merevisi tulisan temannya dengan

memahami pemakaian ejaan yang disempurnakan, dan penggunaan tanda baca.

siswa memahami pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan dapat

menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, selanjutnya.

Siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial baik dalam lingkungan sekolah

ataupun di rumah ataupun dimana ia berada, .

Dengan demikian maka kerangka konseptual penelitian tindakan kelas

pada materi pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

46

BAB III Gambar 1.Kerangka konseptual pembelajaran menulis deskripsi dengan

pendekatan CTL

Meningkatkan

keterampilan

menulis deskripsi

siswa pada tahap

pra menulis

Permasalahan di

Kelas III SDN 14 Olo

Keterampilan menulis

siswa masih rendah

Pembelajaran menulis

deskripsi dengan

pendekatan CTL

Meningkatkan

keterampilan

menulis deskripsi

siswa pada tahap

menulis

Meningkatkan

keterampilan

menulis deskripsi

siswa pada tahap

pasca menulis

47

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action),

yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses

pembelajaran. Jenis penelitian ini diharapkan dapat menawarkan cara dan

prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan prosfesional guru dalam

pembelajaran dengan melibatkan indikator keberhasilan dan peningkatan suatu

proses dari hasil pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan mengikuti model yang

dikembangkan oleh Kemis Mc (1988:47) suatu siklus spiral yang terdiri dari

empat komponen, yaitu :

1. Rencana ( Planning ), tahap awal yang harus dilakukan yaitu membuat

rencana tindakan untuk memperbaiki mutu atau pemecahan masalah

2. Tindakan ( Action ), mengimplementasikan tindakan sesuai dengan yang

telah direncanakan

3. Observasi ( Observation ), melakukan pengamatan terhadap efek dari

tindakan yang diberikan untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Hasil observasi

merupakan dasar untuk melakukan refleksi. Observasi menceritakan

keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam kelas.

4. Refleksi ( Reflection ) melakukan kegiatan menganalisis dan sintesis

penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Dari hasil refleksi diadakan

47

48

revisi terhadap perncanaan yang akan digunakan untuk memperbaiki pada

siklus berikutnya.

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 14 Olo Kecamatan Padang

Barat Kota Padang. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III

SDN 14 Olo yang terdaftar pada semester I tahun ajaran 2011/ 2012 dengan

jumlah 22 orang, terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa

perempuan.

Alasan lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan

sebagai berikut:

1. Guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional, tanpa

menekankan keterlibatan siswa.

2. Belum pernah dilaksanakannya pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual di SDN 14 Olo.

3. Siswa mengganggap bahwa pembelajaran menulis tidak menarik dan

membosankan,serta tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari–hari.

4. Siswa SDN 14 Olo masih kurang memahami hal–hal yang berkaitan

dengan menulis, khususnya yang berkaitan dengan cara menulis yang baik

dan benar.

5. Kurangnya pemahaman guru tentang cara membelajarkan siswa dengan

menggunakan pendekatan

49

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk siklus

berulang yang melalui empat tahap, yaitu : perencanaan ( planning), tindakan

(action), observasi (observation) dan refleksi (reflection), ditunjukkan pada

gambar berikut ini

50

Gambar : 2 RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENULISAN LAPORAN BELUM BERHASIL

BERHASIL

KESIMPULAN

REFLEKSI II

Siklus II Dilaksanakan Setelah Siklus I TINDAKAN DAN

PENGAMATAN

KESIMPULAN

SIKLUS 1

STUDI PENDAHULUAN OBSERVASI LATAR SD, GURU,

DAN PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI

RENCANA I RANCANGAN PEMBELAJARAN I

TINDAKAN DAN

PENGAMATAN

REFLEKSI I

BELUM BERHASIL

SIKLUS II

RENCANA TINDAKAN

SIKLUS KE-N

Tahap Menulis Deskripsi dengan pendekatan CTL:

1. Prapenulisan

1) Siswa di bawah bimbingan guru menentukan topik pembelajaran. (inkuiri) 2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru.

3) Siswa mengamati gambar yang dipajangkan guru. (pemodelan)

4) Siswa menyebutkan peristiwa-peristiwa yang terlihat pada gambar dan

menuliskannya di papan tulis. (konstruktivisme) 5) Siswa menentukan judul karangan. (ikuiri)

6) Siswa dibimbing guru membuat kerangka karangan. (konstruktivisme)

2. Penulisan 1) Siswa mengembangkan ide pokok dan detail dalam bentuk kalimat, paragraf

sehingga menjadi karangan utuh. (konstruktivisme)

2) Siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil menjadi 6 kelompok.

Keanggotaan kelompok direncanakan heterogen berdasarkan tingkat kemampuan akademik siswa dan gender yang berbeda, masing- masing anak

duduk sesuai dengan kelompoknya masing- masing (masyarakat belajar)

3) Guru menginstruksikan siswa untuk menukarkan hasil karangan dengan

teman sebangkunya untuk memperbaiki kesalahan pada struktur dan penempatan kata pada kalimat dan paragraf. (masyarakat belajar)

4) Siswa disuruh bertanya tentang penggunaan ejaan dan tanda baca seperti;

tanda baca titik, koma, huruf kapital dan tanda hubung. (bertanya) 5) Meminta siswa untuk mengoreksi penggunaan ejaan dan tanda hubung pada

karangan. (konstruktivisme)

6) Siswa menyalin kembali karangannya yang sudah diperbaiki dan siap untuk

dibacakan ke depan kelas.

3. Pascapenulisan

a. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok berupa karangan deskripsi ke depan

kelas dan kelompok yang lain dibolehkan mengomentari hasil kerja kelompok yang tampil ke depan kelas, dan guru berfungsi sebagai fasilitator

dan membimbing siswa dalam diskusi dan membangun pengetahuan barunya.

(konstruktivisme, bertanya, dan masyarakat belajar)

b. Siswa merefleksi diri dengan cara guru meminta siswa secara acak untuk mengomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok (refleksi)

c. Mengadakan penilaian dan siswa menyelesaikan lembar kerja yang diberikan

guru (penilaian yang sebenarnya)

RENCANA II RANCANGAN PEMBELAJARAN II

Siklus PTK diadopsi dari Arikunto (2006:4)

51

Dalam penelitian ini 4 tahapan penelitian yang dilaksanakan adalah

sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan penyusunan pembuatan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan untuk diskusi, soal kuis, soal ulangan di

akhir siklus, lembar observasi, lembar wawancara dan lembar catatan lapangan.

Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam bentuk RPP dengan pendekatan

kontekstual.

Tahap awal pembelajaran, guru menjelaskan standar kompetensi,

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran serta mengembangkan pemikiran dan

memotivasi siswa belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

Tahap kedua melaksanakan kegiatan inkuiri, yaitu memperoleh

pengetahuan dan keterampilan siswa dari hasil menemukan fakta yang

dihadapinya. Tahap ketiga mengembangkan sifat ingin tahu siswa dan penggalian

informasi lebih efektif dengan bertanya jawab. Tahap keempat menciptakan

masyarakat belajar dengan membentuk kelompok- kelompok kecil dikelas yang

beranggotakan 3 orang. Tahap kelima menghadirkan model sebagai contoh

pembelajaran, yaitu benda- benda disekitar siswa. Tahap keenam melakukan

refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa kalau mereka telah belajar sesuatu.

Tahap ketujuh melakukan penilaian yang sebenarnya dengan tes diakhir

pembelajaran.

52

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Tindakan yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang menggunakan

pendekatan CTL, dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

a. Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran serta mengembangkan pemikiran dan memotivasi siswa

belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Siswa memperhatikan cara menulis yang baik dan benar.

c. Guru menyajikan suatu bentuk permasalahan sehari-hari yang

berkaitan dengan materi pembelajaran.

d. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil menjadi 6

kelompok. Keanggotaan kelompok direncanakan heterogen

berdasarkan tingkat kemampuan siswa dan gender yang berbeda,

masing-masing anak duduk sesuai dengan kelompoknya masing-

masing

e. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing dengan

menggunakan pemodelan atau media yang tepat untuk menyelesaikan

masalah yang diberikan guru dan guru membimbing siswa dan

memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut.

f. Menyajikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan kelompok yang

lain dibolehkan mengomentari kelompok yang tampil ke depan kelas,

dan guru berfungsi sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam

diskusi dan membangun pengetahuan barunya.

53

g. Guru memberikan refleksi dengan cara meminta siswa secara acak

untuk mengomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok

h. Mengadakan penilaian dan siswa menyelesaikan lembar kerja yang

diberikan guru

i. Pada tahap penutup guru meminta siswa menyimpulkan pelajaran

dibawah bimbingan guru dan siswa diberi pekerjaan rumah (PR)

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran kontekstual dilakukan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan secara intensif,

objektif dan sistematis. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan teman sejawat

pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk

mengetahui perubahan siswa sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam kegiatan ini peneliti dan guru kelas berusaha mengenal dan

mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi,

baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam

pembelajaran pemecahan masalah berbasis kontekstual. Keseluruhan hasil

pengamatan disusun dalam bentuk lembaran observasi.

Pengamatan dilakukan di siklus I, berlanjut ke siklus II dan terus ke siklus

III. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat mempengaruhi

penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian

didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus

berikutnya.

54

4. Tahap Refleksi

Refleksi di adakan setiap satu kali tindakan berakhir. Dalam tahap ini

peneliti dan observer mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru dilakukan.

Hal–hal yang akan didiskusikan adalah menganalisa tindakan yang baru

dilaksanakan, mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan, serta melakukan intervensi, pemaknaan dan

penyimpulan yang diperoleh. Hasil refleksi bersama ini dimanfaatkan sebagai

masukan pada tindakan selanjutnya. Selain itu, hasil kegiatan refleksi setiap

tindakan digunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap hasil tindakan I, II, III.

Kesimpulan yang didapat pada siklus I merupakan pedoman untuk melanjutkan

siklus berikutnya.

D. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara dari pembelajaran

menulis pada siswa kelas III Sekolah Dasar, data tersebut berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang berupa informasi sebagai

berikut:

a. Evaluasi pembelajaran berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

b. Hasil tes siswa baik sebelum atau sesudah pelaksanaan tindakan

pembelajaran menulis.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajaran menulis

menggunakan pendekatan kontekstual yang meliputi perencanaan pembelajaran

55

dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi pembelajaran data diperoleh dari

subjek terteliti yaitu guru dan siswa kelas III SDN 14 Olo Kecamatan Padang

Barat Kota Padang.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pencatatan

lapangan, observasi, wawancara dan hasil tes. Untuk masing–masingnya

diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya

pembelajaran kontekstual. Dengan berpedoman pada lembaran observasi peneliti

mengamati apa yang terjadi selama proses pembelajaran. Unsur- unsur yang

menjadi sasaran pengamatan dalam proses pembelajaran ditandai dengan

memberikan ceklis dikolom yang ada pada lembaran observasi.

2. Pencatatan lapangan

Berupa paparan tentang data pengamatan terhadap praktisi suatu

pembelajaran pemecahan masalah kontekstual tentang menulis. Unsur–unsur yang

diamati dalam pelaksanaan tertera pada lembaran observasi.

3. Wawancara

Digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dikelas baik

unsur guru maupun siswa. Wawancara dilakukan pada siswa untuk memperoleh

data yang berkaitan pembelajaran menulis. Hal ini untuk memperjelas perilaku

belajar dan proses berfikir siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

56

4. Tes

Digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas

terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran dari unsur siswa.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan

analisis data kualitatif yaitu analisa data dimulai dengan menelaah sejak

pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Data tersebut direduksi

berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir

penyimpulan dan verifikasi. Tahap analisis yang demikian dilakukan berulang-

ulang sampai data selesai dikumpulkan. Tahap analisis dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan,

perekaman dengan melakukan proses penyalinan hasil pengamatan,

penyelesaian dan pemilahan data. Seperti mengelompokkan data pada

siklus I, siklus II, siklus III. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak

awal data dikumpulkan.

2. Reduksi data, mengikuti pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua

data yang telah terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokan sesuai

dengan fokus. Data yang telah dipisah–pisahkan tersebut lalu diseleksi

mana yang relevan. Data yang relevan dianalisis, yang tidak relevan

dibuang.

3. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi

yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah tetapi

57

setelah tindakan berakhir direduksi, keseluruhan data dirangkum dan

disajikan secara terpadu sehingga diperoleh sajian tunggal berdasarkan

fokus pembelajaran pemecahan masalah yang kontekstual.

4. Menyimpulkan hasil penelitian dan triangulasi. Kegiatan ini merupakan

penyimpulan akhir temuan penelitian, diikuti dengan kegiatan triangulasi

atau pengujian temuan hasil penelitian. Kegiatan triangulasi dilakukan

dengan cara peninjauan kembali catatan lapangan dan bertukar pikiran

dengan teman sejawat dan guru.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi, baik data

perencanaan, pelaksanaan maupun, data evaluasi. Analisis data dilakukan dengan

cara terpisah – pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai

informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung

pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian

pengembangan dan perbaikan dan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat

pada aspek yang bersangkutan.

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

pada siswa kelas III SDN 14 Olo Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Data

perencanaan adalah persiapan mengajar yang disebut dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data proses pembelajaran meliputi kegiatan

tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Data tentang hasil

pembelajaran berupa hasil tes menulis setelah proses pembelajaran.

Uraian data berpedoman pada data yang telah dikumpulkan melalui

pengamatan dan catatan lapangan pada saat pembelajaran berlangsung, serta tes

menulis. Berikut uraian data dan temuan penelitian pada masing-masing

pembelajaran setiap siklus tindakan.

A. Siklus I

1. Perencanaan

a. Waktu Siklus I

Pembelajaran pada siklus I direncanakan dua kali pertemuan, masing-

masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 3 x 30 menit. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Juli 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada

hari Kamis, 21 Juli 2011.

b. Kompetensi Dasar Siklus I

Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama dan kedua adalah menyusun

paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan

ejaan.

58

59

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dikembangkan dari KD pembelajaran kelas III SD.

Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1) Setelah mengamati

objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri objek yang diamati dengan

benar. 2) Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi

siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar. 3) Melalui penugasan

siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi paragraf yang padu dengan

benar.

d. Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Kegiatan dipilah dalam 3 tahap pembelajaran yakni: tahap prapenulisan,

penulisan, dan pascapenulisan. Tahap Prapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa

ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan, 2) Siswa dibimbing guru

menentukan topik yang akan ditulis, dan 3) Siswa menugaskan guru

mengembangkan pokok pikiran dengan satu atau beberapa pikiran penjelas

sehingga menjadi kerangka karangan.

Tahap Penulisan (Pengembangan draf) meliputi kegiatan: 1) Siswa

mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam bentuk kalimat,

2) Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga karangannya

menjadi sebuah wacana (karangan) utuh, 3) Siswa di bawah bawah bimbingan

guru memberi judul karangan deskripsi, dan 4) Siswa membantu guru

memperbaiki dan menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.

Tahap Pascapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa menata ulang kerincian

atau kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara

60

mengganti, menambah atau menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau

kurang cocok, 2) Siswa dibimbing guru bekerja secara berkelompok atau

berpasangan, 3) Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf

kapital, pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,

berdasarkan pada kaidah EYD, 4) Siswa menyalin kembali hasil karangannya

yang telah direvisi dan diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh, 5)

Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya dengan cara

membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang tepat ke depan kelas, dan

6) Siswa langsung dibimbing guru cara membaca yang baik dan benar.

e. Materi Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar Siklus I

Materi pembelajaran diambil dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III Sekolah Dasar.

Sedangkan media pembelajaran yaitu Teks Bacaan, Objek tempat atau orang, dan

Lingkungan sebagai sumber belajar.

f. Evaluasi Siklus I

Evaluasi pembelajaran mengikuti proses dan evaluasi hasil setelah akhir

siklus. Evaluasi proses yang dimaksud adalah pengamatan tentang aktifitas siswa

dalam tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan.

Evaluasi proses juga dimaksudkan untuk melihat kemajuan pembelajaran

siswa secara terus-menerus dan evaluasi hasil tes berupa tes formatif untuk

mengetahui pemahaman siswa yang dilaksanakan setelah pembelajaran.

61

2. Pelaksanaan

a. Pembelajaran Tahap Prapenulisan

Pada tahap Prapenulisan guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan

siswa agar tenang dan duduk di bangku masing-masing dan siap untuk mengikuti

proses pembelajaran dengan baik. Kemudian guru mengambil absen untuk

mengecek kehadiran siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran, dan

dilanjutkan dengan aktivitas do‟a bersama untuk memulai proses pembelajaran.

Selanjutnya guru mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan

siswa untuk belajar berupa teks bacaan, objek tempat atau orang, dan lingkungan

sebagai sumber belajar, dan dilanjutkan dengan memberi siswa tugas untuk

menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan kelasnya.

Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar), yaitu aktivitas yang

dilakukan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan topik pembelajaran.

Cuplikan proses tanya jawab sebagaimana tergambar pada sampel data berikut:

Data 1

(1) Guru : Anak-anak, coba perhatikan temanmu yang berdiri di depan kelas.

Coba sebutkan ciri-ciri temanmu !

Siswa : (Tampak beberapa siswa menunjuk tangan). Punya hidung,

mata, telinga, mulut, rambut, dan lain-lain.

Guru : Ya bagus, bagaimana dengan anak-anak Ibu yang lain ?

Siswa : Ada mulut, ada hidung, mata, tangan, kaki, dan lain-lain. (jawab

siswa yang lain)

62

Guru : Bagus, hari ini kita akan belajar menulis yaitu tentang menulis

deskripsi, sudah pernah kamu mendengar ?

Siswa : Sudah Buk.

Guru : Ya, apa itu menulis deskripsi....... !

Siswa : Saya Buk, deskripsi adalah kalimat yang menjelaskan sesuatu secara

rinci.....!

Guru : Ya bagus, coba lagi (siswa berebut mengangkat tangan)

Pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, nampaknya lebih

mudah dijawab oleh siswa. Mereka bisa menjawab dengan lancar. Kemudian guru

meminta siswa mengemukakan pengetahuan tentang menulis deskripsi dan

mengelompokan pengetahuan yang di dapat pada kolom, kegiatan dilanjutkan

dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

berdasarkan pengetahuan yang terhimpun dan menuliskan pada kolom.

Selanjutnya guru membagikan teks untuk membantu penemuan jawaban atas

pertanyaan yang muncul.

Selanjutnya aktivitas yang dilakukan guru adalah, menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai siswa, yang dalam kegiatan pembelajaran guru

melaksanakan dengan strategi tanya jawab disertai bantuan media pembelajaran

dan pemberian bimbingan kepada siswa.

b. Pembelajaran Tahap Penulisan

Pada tahap penulisan pembelajaran menulis deskripsi, guru mengawali

aktivitas dengan menyuruh siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan pokok

yang akan ditulis dan dilanjutkan dengan memberi penjelasan secara detail dalam

63

bentuk kalimat. Cuplikan proses pembelajaran tahap penulisan sebagaimana

tergambar pada sampel data berikut:

(2) Guru : Anak-anak coba kembangkan gagasan pokok berikut!

Pada saat menulis, anak-anak dapat mengajukan pertanyaan tentang materi

yang dipelajari. Anak-anak boleh membuat pertanyaan setiap paragaraf. Setelah

dilaksanakannya aktivitas mengembangkan ide atau gagasan pokok di atas,

dilanjutkan pada aktivitas untuk membuat kalimat menjadi paragraf, sehingga

tulisan yang telah dikerjakan siswa menjadi sebuah wacana (karangan) utuh,

disaat berlangsungnya aktivitas siswa menulis sebuah karangan peran guru sangat

penting sekali dalam membimbing siswa.

Melalui bimbingan guru, siswa disuruh dan diarahkan untuk memberi

judul karangan deskripsi dengan tepat dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa

mendapatkan pedoman dalam melanjutkan karangan yang sedang

dilaksanakannya.

Setelah menulis, guru membimbing siswa dengan memberi arahan untuk

memperbaiki dan menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.

Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai

berikut:

Data 2

(3) Guru : Anak-anak coba perhatikan, apakah karangan yang kamu buat sudah

benar ?

Siswa : Belum buk

64

Guru : Nah sekarang, apakah karangan itu sudah sesuai dengan tema

yangkalian inginkan ?

Siswa : belum (jawab siswa yang lain)

Guru : coba koreksi dahulu karangan kalian tersebut !

Guru memberi respon secara positif, ketika menanggapi jawaban siswa

dengan memberikan penguatan dengan mengatakan bagus, betul, pintar, dan

sebagainya. Namun guru kurang memberi tangapan, apabila ada jawaban siswa

yang tidak benar atau kurang tepat, sehingga akan terjadi siswa kurang

mengetahui kesalahan yang mereka buat, maupun jawaban yang diharapkan.

Berdasarkan kegiatan di atas, dapat diketahui proses pembelajaran menulis

deskripsi dalam kegiatan memperbaiki dan menyunting karangan yang dibimbing

guru melalui proses tanya jawab, kurang membantu siswa menjadi lebih baik

dalam memperbaiki karangannya sesuai dengan tema yang mereka ambil.

c. Pembelajaran Tahap Pascapenulisan

Setelah siswa selesai dalam membuat karangannya, guru melanjutkan

kegiatan pembelajaran dengan aktivitas mengecek kembali hasil karangan siswa

dan dilanjutkan dengan memberi bimbingan pada siswa yang belum mampu

memperbaki kesalahan penulisan dengan memberikan penjelasan terhadap

kesalahan yang dilakukan siswa dalam membuat karangan tersebut. Adapun

proses pembelajaran tahap perbaikan yang dilaksanakan dapat digambarkan

sebagai berikut:

65

Data 3

(4) Guru : Coba perhatikan Ibu, apakah karangan yang kamu buat sudah benar

penulisannya ?

Siswa : Sudah Buk

Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang, apakah karangan kamu ini sudah

sesuai dengan EYD yang ibu ajarkan ?

Siswa : belum (jawab siswa yang lain)

Guru : coba perbaiki kembali karangan kalian tersebut, sesuai yang Ibu

ajarkan !

Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk menata ulang kerincian atau

kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu,

perbaikan penulisan dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau

menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok, sehingga

menjadi kalimat yang benar.

Pelaksanaan tahap perbaikan atau perevisian, dilakukan dengan aktivitas

guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau berpasangan yang

dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam mengetahui kesalahan penulisan

dalam karangan sendiri dan temannya dalam membuat karangan.

Selanjutnya dalam aktivitas ini guru menugaskan siswa bekerja dalam

kelompok untuk menemukan jawaban pertanyaan yang belum terselesaikan, dan

meminta siswa mengemukakan tanggapannya tentang isi teks. Kemudian guru

meminta siswa menuliskan jawaban yang telah didiskusikan sebagai hasil belajar.

66

Pada tahap pengeditan guru membimbing siswa siswa dalam akivitas

memperbaiki tulisan yang telah dikerjakan untuk membantu siswa lebih

memahami beberapa aspek yang menyangkut huruf kapital, pemakaian tanda baca

seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya, berdasarkan pada kaidah EYD, hal

mana sangat penting diketahui siswa dalam membuat suatu tulisan yang lebih

baik. Dalam proses pembelajaran tahap pengeditan yang dilaksanakan dapat

digambarkan sebagai berikut:

Data 4

(5) Guru : Apakah kamu membuat kalimat dalam karangan telah menggunakan

bahasa yang baik dan benar, serta tanda baca ?

Siswa : belum bisa buk. (jawaban sebagian besar siswa)

Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang perhatikan apa yang Ibu terangkan !

Siswa : kami sudah mulai lebih mengerti buk...

Guru : Baik, coba kamu perhatikan kembali bahasa dan tanda baca yang kamu

gunakan dalam karangan !

Pelaksanaan pembelajaran pada tahap pengeditan ini, kesalahan yang

sering dibuat siswa biasanya banyak terlihat dalam pemakaian tanda baca,

karenanya aktivitas yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesalahan

tersebut adalah dengan cara memberi bimbingan untuk tujuan memberi petunjuk

pada siswa dalam memperbaiki karangan yang mereka kerjakan. Selanjutnya

siswa diperintahkan untuk menyalin kembali hasil karangannya yang telah

direvisi dan diedit bersama guru sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.

67

Pada pembelajaran tahap publikasi, guru membimbing siswa untuk

mempublikasikan karangannya dengan cara melakukan aktivitas membacakan

hasil karangan masing-masing, dalam pelaksanaan membaca hasil karangan ini

siswa dianjurkan membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat di depan kelas.

Dalam proses pembelajaran tahap publikasi yang dilaksanakan dapat digambarkan

sebagai berikut:

Data : 5

(6) Guru : Apakah kamu ingin menjadi seorang penulis ?

Siswa : Iya buk... (jawab sebagian siswa dengan semangat)

Guru : Untuk menjadi seorang penulis yang baik harus mendapatkan

pengakuan dari orang lain, karenanya kamu harus memperkenalkan

hasil karya kamu pada banyak orang...!

Siswa : Bagaimana caranya buk...? (tanya salah seorang siswa)

Guru : ada banyak cara untuk memperkenalkan hasil karya kalian, sekarang

salah satu caranya adalah dengan membacakan hasil karangan kalian

ke depan satu persatu.

Siswa : Baik buk...! (jawab siswa dengan bersemangat)

Untuk mengatasi siswa yang kurang mampu membaca dengan baik, guru

memberi bimbingan langsung bagaimana seharusnya membaca sebuah karangan

agar lebih baik dan benar, sehingga jelas dan enak didengar serta mudah dipahami

oleh siswa yang lain maksud yang tertera dalam karangan tersebut.

Kemudian aktivitas dilanjutkan dengan melaksanakan diskusi kelas, yang

dalam pelaksanaannya guru memimpin diskusi dengan mengajukan pertanyaan-

68

pertanyaan. Siswa menjawab pertanyaan, menanggapi, serta bertukar pendapat.

selanjutnya guru menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan tanggapan siswa.

Berdasarkan pengamatan, siswa kelihatan ragu-ragu menjawab ketika ditanya

tentang kesimpulan materi, dan siswa juga cenderung menjawab secara serentak.

3. Pengamatan Siklus I

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran menulis deskripsi dengan

menggunakan pendekatan CTL dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Hal ini dilaksanakan secara objektif dan sistematis.

Peneliti berusaha mengenal dan mendokumentasikan semua indikator dari

hasil perubahan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana

maupun dampak intervensi dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan

menggunakan pendekatan CTL. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam

bentuk lembar observasi.

Pengamatan dilakukan oleh guru kelas III, yang secara terus menerus

mulai dari tindakan pertama sampai dengan tindakan terakhir. Pengamatan yang

dilakukan pada satu tindakan dapat mempengaruhi tindakan berikutnya. Hasil

pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru kelas III, kemudian diadakan

refleksi untuk perencanan berikutnya. Selama pengamatan ini berlangsung aspek

kegiatan guru dan siswa yang diamati akan dipaparkan berdasarkan hasil

pengamatan berikut ini.

69

a. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Siklus I

Hasil pengamatan proses kegiatan guru pada siklus I meliputi hasil

pengamatan proses pembelajaran pada tahap Prapenulisan, tahap Penulisan, dan

tahap Pascapenulisan.

Tabel : 1 Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus I

Tahap

Pembelajaran

Aktivitas

Deskriptor

Ada

Tidak

Kualifikasi

A B C D

4 3 2 1

Tahap

Prapenulisan

1. Memajangkan

gambar

1. Gambar jelas, bagus, dan

menarik perhatian siswa.

2. Gambar sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

3. Gambar memiliki rangkaian

cerita.

4. Rangkaian cerita yang

terdapat pada gambar jelas

dan mudah dipahami anak.

√ √

2. Meminta siswa

mengamati gambar

1. Kalimat disampaikan jelas.

2. Permintaan direspon siswa.

3. Permintaan dipahami siswa.

4. Kalimat yang disampaikan

bisa menimbulkan rasa

keingintahuan siswa.

3. Menanyakan

peristiwa-peristiwa

yang terlihat pada

gambar

1. Pertanyaan yang

disampaikan jelas.

2. Pertanyaan dipahami oleh

siswa.

3. Pertanyaan tertuju tidak pada

siswa tertentu, tapi pada

semua siswa

4. Siswa merespon pertanyaan.

4. Menugasi siswa

menceritakan gambar

1. Perintah yang disampaikan

jelas.

70

2. Perintah yang disampaikan

dipahami siswa

3. Terciptanya suasana yang

kondusif

4. Perintah tertuju tidak pada

siswa tertentu, tapi pada

seluruh siswa.

5. Meminta siswa

memberi judul

karangan

1. Permintaan yang

disampaikan jelas.

2. Permintaan dipahami siswa.

3. Permintaan direspon siswa.

4. Menimbulkan pertanyaan

balik dari siswa dan jawaban

yang tepat dari guru.

6. Membimbing siswa

membuat kerangka

karangan

1. Menjelaskan cara membuat

kerangka karangan.

2. Bimbingan tidak hanya pada

siswa-siswa tertentu, tapi

tertuju pada seluruh siswa

yang ada dalam kelas.

3. Suasana kelas kondusif

4. Semua siswa serius dan

antusias membuat kerangka

karangan.

Tahap

Penulisan

1. Membimbing siswa

mengembangkan

kerangka karangan

menjadi karangan

deskripsi yang utuh

1. Bimbingan tidak hanya pada

siswa-siswa tertentu, tapi

tertuju pada seluruh siswa

yang ada dalam kelas.

2. Menimbulkan pertanyaan

dari siswa.

3. Siswa aktif dan serius

mengembangkan kerangka

karangan.

4. Suasana kelas kondusif.

2. Meminta siswa untuk

menukarkan hasil

karangannya dengan

1. Perintah yang disampaikan

jelas.

2. Perintah dilakukan oleh

71

teman sebangku siswa.

3. Suasana kelas tidak ribut.

4. Perintah dapat memfokuskan

perhatian siswa.

3. Menginstruksikan

siswa untuk membaca

hasil karangan teman

sebangkunya

1. Instruksi jelas.

2. Instruksi dipahami siswa.

3. Semua siswa membaca hasil

karangan teman

sebangkunya.

4. Suasana kelas kondusif

4. Membimbing siswa

memperbaiki

karangan teman

sebangkunya dengan

cara menukar atau

menambah

penggunaan kata dan

kalimat yang tidak

pada tempatnya

1. Penjelasan dapat dimengerti

oleh siswa.

2. Ada pertanyaan dari siswa.

3. Guru dapat menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

4. Bimbingan tidak hanya pada

siswa tertentu, tapi pada

semua siswa yang ada dalam

kelas.

5. Membimbing siswa

mengoreksi hasil

karangan dari segi

pemakaian huruf

kapital dan tanda titik

1. Penjelasan dapat dimengerti

oleh siswa.

2. Ada pertanyaan dari siswa.

3. Guru dapat menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

4. Bimbingan tidak hanya pada

siswa tertentu.

6. Menugasi siswa

menyalin kembali

hasil karangan yang

telah diperbaiki

1. Tugas disampaikan dengan

jelas.

2. Tugas dipahami siswa.

3. Tugas dikerjakan oleh siswa

dengan senang dan serius.

4. Suasana kelas yang kondusif

tetap terjaga.

Tahap

Pascapenulisan

1. Membimbing siswa

membaca hasil

1. Penjelasan yang diberikan

dimengerti oleh siswa.

72

karangan deskripsi

dengan lafal dan

intonasi yang tepat di

depan kelas.

2. Siswa antusias membaca

karangan ke depan kelas.

3. Guru mampu menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

4. Suasana kelas kondusif.

Skor guru : 30

----- X 100 % = 57,69 % (Kurang)

52

Penentuan Jumlah Deskriptor:

4 = Jika semua deskriptor ada

3 = Jika tiga deskriptor ada

2 = Jika dua deskriptor ada

1 = Jika satu deskriptor ada

Penentuan Skor:

100xSM

RNP

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

Total skor maksimal = 52

Tabel : 2 Pedoman Penilaian:

Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi

86 – 100 %

76 – 85 %

66 – 75 %

56 – 65 %

≥ 55 %

A

B

C

D

TL

4

3

2

1

0

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut

Ngalim Purwanto (2002:102).

73

Dari hasil observasi pada kegiatan yang dilakukan guru diketahui bahwa

dari 52 deskriptor , guru hanya dapat menyelesaikan 30 deskriptor, untuk proses

kegiatan guru pada siklus I. Dengan arti kata kegiatan yang seharusnya dilakukan

guru sebanyak 52 deskriptor hanya 30 deskriptor yang terselesaikan dengan

persentase kegiatan guru pada siklus I adalah sebanyak 57,69% , jadi kegiatan

untuk perbaikan harus dilanjutkan agar keterampilan guru dalam membelajarkan

siswa dapat ditingkatkan . Hasil pengamatan itu pada tahap kegiatan siklus I

masih dalam kategori kurang.

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Siklus I

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Pada Siklus I

a. Tahap Prapenulisan

Tabel 3. Data pengamatan tahap prapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Menjawab pertanyaan

tentang peristiwa pada

gambar

Mampu menjawab pertanyaan tentang

peristiwa sebagian kecil gambar.

2

Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa

yang kurang runtut, ceritanya panjang

tapi sesuai dengan gambar.

2

Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul

menggunakan ejaan yang kurang tepat,

tapi bervariasi

3

Skor Siswa: 7

----- X 100 % = 58,33 % (Kurang) . Tabel : 3

12.

74

1) Pengamatan terhadap kegiatan siswa pada tahap Prapenulisan menunjukkan

bahwa siswa tidak mampu untuk menjawab pertanyaan sesuai gambar , hanya

sebagian yang dapat dijawabnya. Dengan demikian harapan peneliti belum

tercapai karena, siswa hanya mendapat skor hanya 2. Begitu juga pada

deskriptor menceritakan siswa hanya memperoleh skor juga 2 Pada descriptor

membuat judul siswa hanya bias membuat judul dengankeadaan yang masih

kurang sempurna dengan skor yang didapat 3 karena ada pemakaian ejaan yang

masih kurang Dengan demikian untuk tahap prapenulisan skor yang diperoleh

hanya 7 dari yang diharapkan.

2) Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran pada

tahap Prapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap

Prapenulisan pada siklus I adalah sebanyak 58,33% atau berada dalam kategori

kurang.

b. Tahap Penulisan

Tabel 4. Data pengamatan tahap penulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Ide atau gagasan Sebahagian besar ide sesuai dengan

gambar.

3

Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat

tapi kurang wajar.

2

Tanda baca Sebahagianbesar kalimat sesuai dengan

penggunaan ejaan, huruf kapital, dan

tanda baca yang benar.

3

Skor Siswa: 8

----- X 100 % = 66,67 % (Cukup)

12

75

Pada saat penulisan untuk deskriptor mengemukakan ide atau gagasan

sebagian besar sudah sesuai dengan gambar, juga pemakaian tanda baca sebagian

besar sudah sesuai dengan skor 3, sedangkan untuk pembuatan paragraf masih

banyak kurangnya . Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam

pembelajaran pada tahap Penulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada

tahap Penulisan pada siklus I adalah sebanyak 66,67% atau berada dalam kategori

cukup.

c. Tahap Pascapenulisan

Tabel. 5 Data pengamatan tahap pascapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Penulisan judul Tepat 3

Urutan kalimat Kurang tepat 2

Keruntutan cerita Kurang tepat 2

Pada tahap Pascapenulisan siswa sudah mulai bisa menentukan judul

dengan skor yang didapatkan 3, sedangkan dalam pembuatan kalimat masih perlu

latihan karena skor yang didapat hanya 2 berarti masih kurang dan penulisan

karangan dengan urutan yang sedang sudah dicapai tapi masih perlu latihan.

Jadi skor yang diperoleh hanya 7 dari 12 yanh diharapkan

Skor Siswa: 7

----- X 100 % = 58,33 % (Kurang)

12

Keterangan:

deskriptor 1 nilainya 4

deskriptor 2 nilainya 3

deskriptor 3 nilainya 2

deskriptor 4 nilainya 1

Penentuan Skor:

100xSM

RNP

76

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

Total skor maksimal = 12

Pedoman Penilaian:

Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut

Ngalim Purwanto (2002:102).

Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran

pada tahap Pascapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap

Pascapenulisan pada siklus I adalah sebanyak 7 dari 12 deskriptor dengan

persentase 58,33% atau berada dalam kategori kurang.

4. Hasil Pembelajaran Siklus I

Hasil pembelajaran dalam kelompok dengan mengamati aktifitas siswa

secara pribadi dapat diamati pada table 6 berikut ini :

Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan

Pendekatan CTL pada Siklus I

Kelompok Inisial Nama P1 P2

I

FD

AR

CS

FHL

PD

RG

54

56

50

46

50

56

58

62

56

50

52

60

∑ 312 338

X 52 56,3

II

TY

SU

DI

PR

56

60

48

50

60

64

50

52

77

AS

WP

46

52

48

58

∑ 312 332

X 52 55,3

III

BY

HT

JP

TD

KL

58

62

50

54

54

58

66

52

58

60

∑ 278 294

X 55,6 58,8

IV

MZ

IO

TM

WOL

NN

52

50

52

56

58

56

52

58

60

62

∑ 268 288

X 53,6 57,6

Table : 6

Secara umum pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi pada siklus I

belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, ini terjadi pada semua kelompok.

Secara rinci hasil tes pada masing-masing kelompok dapat dijelaskan sebagai

berikut: Pada kelompok I, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 52 dan skor rata-

rata pertemuan ke-2 adalah 56,3 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai

siswa kelompok I adalah 54,15. Pada kelompok II, skor rata-rata pertemuan ke-1

adalah 52 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah 55,3 secara keseluruhan skor

rata-rata yang dicapai siswa kelompok II adalah 53,65. Pada kelompok III, skor

rata-rata pertemuan ke-1 adalah 55,6 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah

58,8 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa kelompok III adalah

78

57,2. Pada kelompok IV, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 53,6 dan skor rata-

rata pertemuan ke-2 adalah 57,6 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai

siswa kelompok IV adalah 55,6.

Naiknya nilai siswa pada pertemuan kedua ini disebabkan guru telah

menggunakan tindakan membangkitkan skemata siswa dengan menggunakan

media pembelajaran yang memudahkan siswa mengajukan pertanyaan, dan guru

juga menjelaskan prosedur membaca dan memodelkannya, membimbing siswa,

serta merespon positif pertanyaan siswa, namun demikian guru masih kurang

memberi bimbingan dan latihan mengajukan pertanyaan kepada siswa.

Kemudian untuk melihat hasil belajar siswa secara keseluruhan dimana

juga diadakan tes setelah siklus diketahui jumlah persentase siswa yang

memperoleh nilai ketuntasan individu 36,36% dengan jumlah 8 orang siswa dari

22 orang siswa yang hadir. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar

63,64% dengan jumlah 14 orang siswa dari 22 orang siswa.

5. Temuan Penelitian Siklus 1

Temuan penelitian ini meliputi pembelajaran tahap Prapenulisan,

Penulisan, dan Pascapenulisan.

a. Tindakan guru membangkitkan skemata dengan menggunakan media

pembelajaran memudahkan siswa mengajukan pertanyaan. Namun

demikian guru masih kurang memberi bimbingan dan latihan

mengajukan pertanyaan kepada siswa.

b. Sebahagian siswa dapat mengajukan pertanyaan, tetapi sebahagian lagi

belum.

79

c. Tingkat keberhasilan siswa mencapai 36,36%.

d. Tindakan guru menjelaskan prosedur menulis dan memodelkannya,

membimbing siswa, serta merespon positif pertanyaan siswa cukup

membantu proses menulis.

e. Tindakan guru mengajukan pertanyaan secara lisan terlihat

kecendrungan siswa menjawab serentak, yang kurang mendukung

proses menulis, karena itu perlu digunakan pertanyaan tertulis.

f. Tindakan guru mengajukan pertanyaan pemahaman membantu siswa

memahami isi karangan.

g. Guru kurang menjelaskan prosedur diskusi pada pertemuan pertama,

sehingga kegiatan diskusi belum dapat berjalan lancar, tetapi pada

pertemuan selanjutnya prosedur diskusi sudah berjalan lebih lancar.

Dengan demikian berarti hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I

belum memenuhi ketentuan yang diharapkan dalam penelitian yaitu 75 % siswa

dan kriteria ketuntasan minimal. Untuk masing-masing indikator diharapkan

siswa memiliki ketuntasan individu minimal 65 %, berarti perlu tindakan siklus II.

6. Refleksi Siklus I

Refleksi pembelajaran mencakup tahap prapenulisan, penulisan,

dan pascapenulisan.

a. Pertanyaan guru hendaknya tidak terlalu jauh menanyakan tentang isi

karangan. Untuk membangkitkan skemata, pertanyaan perlu dibatasi

pada pengalaman keseharian siswa, sehingga siswa lebih mudah

mengaitkan dengan topik yang akan dipelajari.

80

b. Guru hendaknya merespon pertanyaan yang diajukan siswa dengan

cara yang positif, jangan cepat menyalahkan. Kondisi ini akan

mengurangi spontanitas dan keberanian mengemukakan pendapat.

c. Dalam proses menulis, guru mendominasi kelas dengan mengajukan

pertanyaan dan memberi penjelasan. Untuk lebih mengaktifkan siswa,

guru perlu mengurangi dominasinya dan memberi kesempatan lebih

banyak kepada siswa untuk aktif dalam proses menulis. Menurut

Sudirman (1998:142) bahwa “Peranan guru dalam kegiatan

pembelajaran adalah sebagai motivator dan fasilitator, sehingga

memberi peluang bagi siswa agar lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran.”

d. Latihan dalam menulis karangan dengan kalimat sendiri perlu

ditingkatkan. Seharusnya guru dalam pembelajaran menulis lebih

banyak memberikan latihan-latihan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hidayat (1990:75), bahwa: “Jumlah latihan-latihan

tertulis yang dilaksanakan sebelum menulis/mengarang dapat berbeda

dari pelajaran-pelajaran yang lain. Dengan melakukan kegiatan

tersebut memudahkan siswa melakukan tugas tersebut untuk tahap

berikutnya”.

e. Penggunaan pertanyaan-pertanyaan detail yang keluar secara spontan

dari guru perlu dikurangi karena kurang mendukung proses menulis.

f. Pada tahap diskusi kelas, siswa kurang tahu cara berdiskusi. Interaksi

antara anggota kelompok kurang berjalan secara aktif, oleh sebab itu

81

untuk selanjutnya guru perlu menjelaskan cara berdiskusi yang efektif,

bagaimana cara menjawab, menunggu giliran bicara, dan cara

menanggapi yang baik.

g. Membuat ringkasan dan kesimpulan, serta menanggapi hasil karangan

yang dibuat perlu ditingkatkan melalui bimbingan guru secara efektif.

h. Hasil belajar menulis deskripsi siswa pada siklus I berada pada

kualifikasi kurang dan cukup pada setiap kelompok, maka diperlukan

bimbingan yang intensif dari guru.

Hasil refleksi yang dilakukan peneliti selama dan sesudah proses

pembelajaran disampaikan kepada guru. Kegiatan refleksi dilakukan setiap selesai

pembelajaran. Selanjutnya bersama-sama mendiskusikan kekurangan yang perlu

diperbaiki dan kelebihan yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran selanjutnya.

Pada akhir siklus tindakan dilakukan refleksi secara keseluruhan dan dilanjutkan

dengan pembuatan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran

pada siklus berikutnya.

B. Siklus II

1. Perencanaan

Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan refleksi yang

dilakukan pada siklus I. Kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang terjadi

belum optimal dan hasil belajar belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal

yang diharapkan. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan praktisi untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa kegiatan pembelajaran menulis deskripsi,

82

peneliti berkolaborasi dengan praktisi. Pelajaran dilaksanakan berdasarkan

rancangan pembelajaran yang sesuai dengan silabus dan RPP.

Pendekatan Contextual (CTL) dilakukan dengan sedikit perbaikan

pelaksanaan proses pembelajaran, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan

persiapan belajar yang lebih dekat dengan kehidupan siswa. Untuk meningkatkan

kemampuan dalam peningkatan prestasi belajar siswa, perencanaan lebih

ditingkatkan lagi.

a. Waktu Siklus II

Pembelajaran pada siklus II direncanakan dua kali pertemuan, masing-

masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 3 x 30 menit. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Senin, 14 September 2011. Pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Selasa, 21 September 2011.

b. Kompetensi Dasar Siklus II

Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama dan kedua adalah Menyusun

paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan

ejaan.

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dikembangkan dari KD pembelajaran kelas III SD.

Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1) Setelah mengamati

objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri objek yang diamati dengan

benar. 2) Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi

siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar. 3) Melalui penugasan

siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi paragraf yang padu dengan

benar.

83

d. Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Kegiatan dipilah dalam 3 tahap pembelajaran yakni: tahap prapenulisan,

penulisan, dan pascapenulisan. Tahap Prapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa

ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan, 2) Siswa dibimbing guru

menentukan topik yang akan ditulis, dan 3) Siswa ditugaskan guru

mengembangkan pokok pikiran dengan satu atau beberapa pikiran penjelas

sehingga menjadi kerangka karangan.

Tahap Penulisan (Pengembangan draf) meliputi kegiatan: 1) Siswa

mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam bentuk kalimat,

2) Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga karangannya

menjadi sebuah wacana (karangan) utuh, 3) Siswa di bawah bimbingan guru

memberi judul karangan deskripsi, dan 4) Siswa dibantu guru memperbaiki dan

menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.

Tahap Pascapenulisan meliputi kegiatan: 1) Siswa menata ulang kerincian

atau kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara

mengganti, menambah atau menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau

kurang cocok, 2) Siswa dibimbing guru bekerja secara berkelompok atau

berpasangan, 3) Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf

kapital, pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,

berdasarkan pada kaidah EYD, 4) Siswa menyalin kembali hasil karangannya

yang telah direvisi dan diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh, 5)

Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya dengan cara

84

membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang tepat ke depan kelas, dan

6) siswa langsung dibimbing guru cara membaca yang baik dan benar.

e. Materi Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar Siklus II

Materi pembelajaran diambil dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III Sekolah Dasar.

Sedangkan media pembelajaran yaitu Teks Bacaan, Objek tempat atau orang, dan

Lingkungan sebagai sumber belajar.

f. Evaluasi Siklus II

Evaluasi pembelajaran mengikuti proses dan evaluasi hasil setelah akhir

siklus. Evaluasi proses yang dimaksud adalah pengamatan tentang aktifitas siswa

dalam tahap prapenulisan, penulisan, perbaikan, pengeditan, dan publikasi.

Evaluasi proses juga dimaksudkan untuk melihat kemajuan pembelajaran

siswa secara terus-menerus dan evaluasi hasil tes berupa tes formatif untuk

mengetahui pemahaman siswa yang dilaksanakan setelah pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Pembelajaran Tahap Prapenulisan

Pada tahap prapenulisan guru mengkondisikan kelas untuk

mempersiapkan siswa agar tenang dan duduk di bangku masing-masing dan siap

untuk mengikuti proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan baik.

Kemudian guru mengambil absen untuk mengecek kehadiran siswa yang

dapat mengikuti proses pembelajaran, dan dilanjutkan dengan aktivitas do‟a

bersama untuk memulai proses pembelajaran.

85

Selanjutnya guru mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan

siswa untuk belajar berupa teks bacaan, objek tempat atau orang, dan lingkungan

sebagai sumber belajar, dan dilanjutkan dengan memberi siswa tugas untuk

menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan kelasnya.

Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar), yaitu aktivitas yang

dilakukan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan topik pembelajaran.

Cuplikan proses tanya jawab sebagaimana tergambar pada sampel data berikut:

Data: 7. Guru : Anak-anak, coba perhatikan temanmu yang berdiri di depan

kelas. Coba sebutkan ciri-ciri temanmu !

Siswa : (Tampak beberapa siswa menunjuk tangan). Punya hidung,

mata, telinga, mulut, rambut, dan lain-lain.

Guru : Ya bagus, bagaimana dengan anak-anak Ibu yang lain ?

Siswa : Ada mulut, ada hidung, mata, tangan, kaki, dan lain-lain. (jawab

siswa yang lain)

Guru : Bagus, hari ini kita akan belajar menulis yaitu tentang menulis

deskripsi, sudah pernah kamu mendengar ?

Siswa : Sudah Buk.

Guru : Ya, apa itu menulis deskripsi....... !

Siswa : Saya Buk, deskripsi adalah kalimat yang menjelaskan sesuatu secara

rinci.....!

Guru : Ya bagus, coba lagi (siswa berebut mengangkat tangan)

Pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, nampaknya lebih

mudah dijawab oleh siswa. Mereka bisa menjawab dengan lancar. Kemudian guru

86

meminta siswa mengemukakan pengetahuan tentang menulis deskripsi dan

mengelompokan pengetahuan yang di dapat pada kolom, kegiatan dilanjutkan

dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

berdasarkan pengetahuan yang terhimpun dan menuliskan pada kolom.

Selanjutnya guru membagikan teks untuk membantu penemuan jawaban atas

pertanyaan yang muncul.

Selanjutnya aktivitas yang dilakukan guru adalah, menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai siswa, yang dalam kegiatan pembelajaran guru

melaksanakan dengan strategi tanya jawab disertai bantuan media pembelajaran

dan pemberian bimbingan kepada siswa.

b. Pembelajaran Tahap Penulisan

Pada tahap penulisan pembelajaran menulis deskripsi, guru mengawali

aktivitas dengan menyuruh siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan pokok

yang akan ditulis dan dilanjutkan dengan memberi penjelasan secara detail dalam

bentuk kalimat. Cuplikan proses pembelajaran tahap penulisan sebagaimana

tergambar pada sampel data berikut:

Data :8 Guru : Anak-anak coba kembangkan gagasan pokok berikut.

Pada saat menulis, anak-anak dapat mengajukan pertanyaan tentang

materi yang dipelajari. Anak-anak boleh membuat pertanyaan setiap

paragaraf.

Setelah dilaksanakannya aktivitas mengembangkan ide atau gagasan

pokok di atas, dilanjutkan pada aktivitas untuk membuat kalimat menjadi

paragraf, sehingga tulisan yang telah dikerjakan siswa menjadi sebuah wacana

87

(karangan) utuh, disaat berlangsungnya aktivitas siswa menulis sebuah karangan

peran guru sangat penting sekali dalam membimbing siswa.

Melalui bimbingan guru, siswa disuruh dan diarahkan untuk memberi

judul karangan deskripsi dengan tepat dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa

mendapatkan pedoman dalam melanjutkan karangan yang sedang

dilaksanakannya.

Setelah menulis, guru membimbing siswa dengan memberi arahan untuk

memperbaiki dan menyunting karangan deskripsi melalui proses tanya jawab.

Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai

berikut:

Data : 9 Guru : Anak-anak coba perhatikan, apakah karangan yang kamu buat

sudah bagus ?

Siswa : Belum buk

Guru : Nah sekarang, apakah karangan itu sudah sesuai dengan tema yang

kalian inginkan ?

Siswa : Belum (jawab siswa yang lain)

Guru : Coba koreksi dahulu karangan kalian tersebut !

Guru memberi respon secara positif, ketika menanggapi jawaban siswa

dengan memberikan penguatan dengan mengatakan bagus, betul, pintar, dan

sebagainya. Namun guru kurang memberi tanggapan, apabila ada jawaban siswa

yang tidak benar atau kurang tepat, sehingga siswa kurang mengetahui kesalahan

yang mereka buat, maupun jawaban yang diharapkan.

88

Berdasarkan kegiatan di atas, dapat diketahui proses pembelajaran menulis

deskripsi dalam kegiatan memperbaiki dan menyunting karangan yang dibimbing

guru melalui proses tanya jawab, kurang membantu siswa menjadi lebih baik

dalam memperbaiki karangannya sesuai dengan tema yang mereka ambil.

c. Pembelajaran Tahap Pascapenulisan

Setelah siswa selesai dalam membuat karangannya, guru melanjutkan

kegiatan pembelajaran dengan aktivitas mengecek kembali hasil karangan siswa

dan dilanjutkan dengan memberi bimbingan pada siswa yang belum mampu

memperbaki kesalahan penulisan dengan memberikan penjelasan terhadap

kesalahan yang dilakukan siswa dalam membuat karangan tersebut. Adapun

proses pembelajaran tahap perbaikan yang dilaksanakan dapat digambarkan

sebagai berikut:

Data : 10

Guru : Coba perhatikan Ibu, apakah karangan yang kamu buat sudah benar

penulisannya ?

Siswa : Sudah Buk

Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang, apakah karangan kamu ini sudah

sesuai dengan EYD yang ibu ajarkan ?

Siswa : Belum (jawab siswa yang lain)

Guru : Coba perbaiki kembali karangan kalian tersebut, sesuai yang Ibu

ajarkan !

Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk menata ulang kerincian atau

kejelasan penggambaran objek yang ditulis dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu,

89

perbaikan penulisan dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau

menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok, sehingga

menjadi kalimat yang benar.

Pelaksanaan tahap perbaikan atau perevisian, dilakukan dengan aktivitas

guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau berpasangan yang

dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam mengetahui kesalahan penulisan

dalam karangan sendiri dan temannya dalam membuat karangan.

Selanjutnya dalam aktivitas ini guru menugaskan siswa bekerja dalam

kelompok untuk menemukan jawaban pertanyaan yang belum terselesaikan, dan

meminta siswa mengemukakan tanggapannya tentang isi teks. Kemudian guru

meminta siswa menuliskan jawaban yang telah didiskusikan sebagai hasil belajar.

Pada tahap pengeditan guru membimbing siswa siswa dalam akivitas

memperbaiki tulisan yang telah dikerjakan untuk membantu siswa lebih

memahami beberapa aspek yang menyangkut huruf kapital, pemakaian tanda baca

seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya, berdasarkan pada kaidah EYD, hal

mana sangat penting diketahui siswa dalam membuat suatu tulisan yang lebih

baik. Dalam proses pembelajaran tahap pengeditan yang dilaksanakan dapat

digambarkan sebagai berikut:

Data 11

Guru : Apakah kamu membuat kalimat dalam karangan telah menggunakan

bahasa yang baik dan benar, serta tanda baca ?

Siswa : Belum bisa buk. (jawaban sebagian besar siswa)

Guru : Coba ibu lihat. ! Nah sekarang perhatikan apa yang Ibu terangkan !

90

Siswa : Kami sudah mulai lebih mengerti buk...

Guru : Baik, coba kamu perhatikan kembali bahasa dan tanda baca yang

kamu gunakan dalam karangan !

Pelaksanaan pembelajaran pada tahap pengeditan ini, kesalahan yang

sering dibuat siswa biasanya banyak terlihat dalam pemakaian tanda baca,

karenanya aktivitas yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesalahan

tersebut adalah dengan cara memberi bimbingan untuk tujuan memberi petunjuk

pada siswa dalam memperbaiki karangan yang mereka kerjakan. Selanjutnya

siswa diperintahkan untuk menyalin kembali hasil karangannya yang telah

direvisi dan diedit bersama guru sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.

Pada pembelajaran tahap publikasi, guru membimbing siswa untuk

mempublikasikan karangannya dengan cara melakukan aktivitas membaca hasil

karangan masing-masing, yang dalam pelaksanaan membaca hasil karangan ini

siswa dianjurkan membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat di depan kelas.

Dalam proses pembelajaran tahap publikasi yang dilaksanakan dapat digambarkan

seperti contoh data berikut ini:

Data : 12

Guru : Apakah kamu ingin menjadi seorang penulis ?

Siswa : Iya buk... (jawab sebagian siswa dengan semangat)

Guru : Untuk menjadi seorang penulis yang baik harus mendapatkan

pengakuan dari orang lain, karenanya kamu harus memperkenalkan

hasil karya kamu pada banyak orang...!

Siswa : Bagaimana caranya buk...? (tanya salah seorang siswa)

91

Guru : ada banyak cara untuk memperkenalkan hasil karya kalian, sekarang

salah satu caranya adalah dengan membacakan hasil karangan kalian

ke depan satu persatu.

Siswa : Baik buk...! (jawab siswa dengan bersemangat)

Untuk mengatasi siswa yang kurang mampu membaca dengan baik, guru

memberi bimbingan langsung bagaimana seharusnya membaca sebuah karangan

agar lebih baik dan benar, sehingga jelas dan enak didengar serta mudah dipahami

oleh siswa yang lain maksud yang tertera dalam karangan tersebut.

Kemudian aktivitas dilanjutkan dengan melaksanakan diskusi kelas, yang

dalam pelaksanaannya guru memimpin diskusi dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan. Siswa menjawab pertanyaan, menanggapi, serta bertukar pendapat.

selanjutnya guru menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan tanggapan siswa.

Berdasarkan pengamatan, siswa kelihatan ragu-ragu menjawab ketika ditanya

tentang kesimpulan materi, dan siswa juga cenderung menjawab secara serentak.

3. Pengamatan Siklus II

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran menulis deskripsi dengan

menggunakan pendekatan CTL dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Hal ini dilaksanakan secara objektif dan sistematis.

Peneliti berusaha mengenal dan mendokumentasikan semua indikator dari

hasil perubahan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana

maupun dampak intervensi dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan

menggunakan pendekatan CTL. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam

bentuk lembar observasi.

92

Pengamatan dilakukan oleh guru kelas III, yang secara terus menerus

mulai dari tindakan pertama sampai dengan tindakan terakhir. Pengamatan yang

dilakukan pada satu tindakan dapat mempengaruhi tindakan berikutnya. Hasil

pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru kelas III, kemudian diadakan

refleksi untuk perencanan berikutnya. Selama pengamatan ini berlangsung aspek

kegiatan guru dan siswa yang diamati akan dipaparkan berdasarkan hasil

pengamatan berikut ini.

a. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Siklus II

Hasil pengamatan proses kegiatan guru pada siklus II meliputi hasil

pengamatan proses pembelajaran pada tahap Prapenulisan, tahap Penulisan, dan

tahap Pascapenulisan . Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada table berikut:.

Tabel : 7 Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus II

Tahap

Pembelajaran

Aktivitas

Deskriptor

Ada

Tidak

Kualifikasi

A B C D

4 3 2 1

Tahap

Prapenulisan

1. Memajangkan

gambar

1. Gambar jelas,

bagus, dan

menarik

perhatian siswa.

2. Gambar sesuai

dengan tingkat

perkembangan

anak.

3. Gambar

memiliki

rangkaian cerita.

4. Rangkaian cerita

yang terdapat

93

pada gambar

jelas dan mudah

dipahami anak.

2. Meminta siswa

mengamati

gambar

1. Kalimat

disampaikan

jelas.

2. Permintaan

direspon siswa.

3. Permintaan

dipahami siswa

4. Kalimat yang

disampaikan

bisa

menimbulkan

rasa

keingintahuan

siswa.

3. Menanyakan

peristiwa-

peristiwa yang

terlihat pada

gambar

1. Pertanyaan yang

disampaikan

jelas.

2. Pertanyaan

dipahami oleh

siswa.

3. Pertanyaan

tertuju tidak

pada siswa

tertentu, tapi

pada semua

siswa

4. Siswa merespon

pertanyaan.

94

4. Menugasi siswa

menceritakan

gambar

1. Perintah yang

disampaikan

jelas.

2. Perintah yang

disampaikan

dipahami siswa

3. Terciptanya

suasana yang

kondusif

4. Perintah tertuju

tidak pada siswa

tertentu, tapi

pada seluruh

siswa.

5. Meminta siswa

memberi judul

karangan

5. Permintaan yang

disampaikan jelas.

6. Permintaan

dipahami siswa.

7. Permintaan

direspon siswa.

8. Menimbulkan

pertanyaan balik

dari siswa dan

jawaban yang

tepat dari guru.

6. Membimbing

siswa membuat

kerangka

karangan

5. Menjelaskan cara

membuat

kerangka

karangan.

6. Bimbingan tidak

hanya pada siswa-

siswa tertentu,

tapi tertuju pada

seluruh siswa

yang ada dalam

kelas.

7. Suasana kelas

95

kondusif

8. Semua siswa

serius dan

antusias membuat

kerangka

karangan.

Tahap

Penulisan

1. Membimbing

siswa

mengembangkan

kerangka

karangan menjadi

karangan

deskripsi yang

utuh

1. Bimbingan tidak

hanya pada

siswa-siswa

tertentu, tapi

tertuju pada

seluruh siswa

yang ada dalam

kelas.

2. Menimbulkan

pertanyaan dari

siswa.

3. Siswa aktif dan

serius

mengembangkan

kerangka

karangan.

4. Suasana kelas

kondusif.

2. Meminta siswa

untuk

menukarkan hasil

karangannya

dengan teman

sebangku

1. Perintah yang

disampaikan

jelas.

2. Perintah

dilakukan oleh

siswa.

3. Suasana kelas

tidak ribut.

4. Perintah dapat

memfokuskan

perhatian siswa.

96

3. Menginstruksikan

siswa untuk

membaca hasil

karangan teman

sebangkunya

1. Instruksi jelas.

2. Instruksi

dipahami siswa.

3. Semua siswa

membaca hasil

karangan teman

sebangkunya.

4. Suasana kelas

kondusif

4. Membimbing

siswa

memperbaiki

karangan teman

sebangkunya

dengan cara

menukar atau

menambah

penggunaan kata

dan kalimat yang

tidak pada

tempatnya

1. Penjelasan dapat

dimengerti oleh

siswa.

2. Ada pertanyaan

dari siswa.

3. Guru dapat

menjawab

pertanyaan

siswa dengan

benar.

4. Bimbingan tidak

hanya pada

siswa tertentu,

tapi pada semua

siswa yang ada

dalam kelas.

5. Membimbing

siswa mengoreksi

hasil karangan

dari segi

pemakaian huruf

kapital dan tanda

titik

1. Penjelasan dapat

dimengerti oleh

siswa.

2. Ada pertanyaan

dari siswa.

3. Guru dapat

menjawab

pertanyaan

siswa dengan

benar.

4. Bimbingan tidak

hanya pada

97

siswa tertentu.

6. Menugasi siswa

menyalin kembali

hasil karangan

yang telah

diperbaiki

1. Tugas

disampaikan

dengan jelas.

2. Tugas dipahami

siswa.

3. Tugas

dikerjakan oleh

siswa dengan

senang dan

serius.

4. Suasana kelas

yang kondusif

tetap terjaga.

Tahap

Pascapenulisan

1. Membimbing

siswa membaca

hasil karangan

deskripsi dengan

lafal dan intonasi

yang tepat di

depan kelas.

1. Penjelasan yang

diberikan

dimengerti oleh

siswa.

2. Siswa antusias

membaca

karangan ke

depan kelas.

3. Guru mampu

menjawab

pertanyaan

siswa dengan

benar.

4. Suasana kelas

kondusif.

Padang, 2011

Observer

( ELDA YULIANTI )

98

Dari hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dalam

proses pembelajaran dapat diketahui bahwa proses kegiatan guru pada siklus II

sudah mulai menampakkan perubahan atau meningkat . Dengan persentase

sebanyak 84,61% atau berada dalam kategori baik.

2. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Siklus II

Hasil pengamatan proses kegiatan guru pada siklus II meliputi hasil pengamatan

proses pembelajaran pada tahap Prapenulisan, tahap Penulisan, dan tahap

Pascapenulisan.

1) Pengamatan Dalam Pembelajaran Tahap Prapenulisan

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Siklus II

Tabel : 8 Tahap Prapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Menjawab pertanyaan

peristiwa pada gambar

Mampu menjawab peristiwa sebagian

besar gambar.

3

Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa

yang runtut, tapi kurang panjang, dan

sesuai dengan gambar.

3

Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul

menggunakan ejaan yang tepat, dan

bervariasi.

4

Skor Siswa: 10

----- X 100 % = 83,33 % (Baik)

12

99

Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran

pada tahap Prapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap

Prapenulisan pada siklus II adalah sebanyak 83,33% atau berada dalam kategori

baik.

2) Pengamatan Dalam Pembelajaran Tahap Penulisan

Tabel : 9 Pengamatan tahap penulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Ide atau gagasan Sebahagian besar ide sesuai dengan

gambar.

4

Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat

tapi kurang wajar.

3

Tanda baca Sebahagianbesar kalimat sesuai dengan

penggunaan ejaan, huruf kapital, dan

tanda baca yang benar.

4

Skor Siswa: 10

----- X 100 % = 83,33 % (Baik)

12

Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran

pada tahap Penulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap Penulisan

pada siklus II adalah sebanyak 91,67% atau berada dalam kategori sangat baik.

3) Pengamatan Dalam Pembelajaran Tahap Pascapenulisan

a. Tahap Pascapenulisan

Tabel: 10 Data pengamatan tahap pascapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Penulisan judul Tepat 3

Urutan kalimat Kurang tepat 3

Keruntutan paragraf Kurang tepat 3

100

Skor Siswa: 9

----- X 100 % = 75 % (Baik)

12

Secara umum, pengamatan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran

pada tahap Pascapenulisan diketahui bahwa proses kegiatan siswa pada tahap

Pascapenulisan pada siklus II adalah sebanyak 75% atau berada dalam kategori

baik.

4. Hasil Pembelajaran Siklus II

Secara umum pelaksanaan pembelajaran menulis pada siklus II telah

memperlihatkan hasil yang memuaskan, ini terjadi pada semua kelompok. Secara

rinci hasil tes pada masing-masing kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada kelompok I, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 62,3 dan skor rata-rata

pertemuan ke-2 adalah 66,3 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa

kelompok I adalah 64,3. Pada kelompok II, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah

62 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah 67,6 secara keseluruhan skor rata-rata

yang dicapai siswa kelompok II adalah 64,8. Pada kelompok III, skor rata-rata

pertemuan ke-1 adalah 66 dan skor rata-rata pertemuan ke-2 adalah 70,4 secara

keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa kelompok III adalah 68,2. Pada

kelompok IV, skor rata-rata pertemuan ke-1 adalah 63,6 dan skor rata-rata

pertemuan ke-2 adalah 66,4 secara keseluruhan skor rata-rata yang dicapai siswa

kelompok IV adalah 65.

101

Naiknya nilai siswa pada pertemuan kedua pada siklus II ini dikarenakan

tindakan guru melatih mengajukan pertanyaan dengan media pembelajaran,

sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan secara lebih efektif dan lebih terarah

pada topik, serta lembaran contoh pertanyaan, bimbingan dan latihan yang

diberikan dapat meningkatkan kemampuan siswa yang terlihat dari pertanyaan

yang diajukan semua kelompok.

Kemudian untuk melihat hasil belajar siswa secara keseluruhan dimana

juga diadakan tes setelah siklus diketahui jumlah persentase siswa yang

memperoleh nilai ketuntasan individu 86,36 % dengan jumlah 19 orang siswa dari

22 orang siswa yang hadir. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar

13,64 % dengan jumlah 3 orang siswa dari 22 orang siswa.

5.Temuan Penelitian Siklus II

Temuan penelitian ini meliputi pembelajaran tahap prapenulisan,

penulisan, dan pascapenulisan.

a. Kemampuan siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan

menunjukkan peningkatan.

b. Pembangkitan skemata siswa dapat dilaksanakan secara efektif

terutama yang berkaitan dengan pengalaman dan berhubungan dengan

mata pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga memudahkan siswa

menyusun pertanyaan.

c. Tindakan guru melatih mengajukan pertanyaan dengan media

pembelajaran, siswa dapat mengajukan pertanyaan secara lebih efektif

dan lebih terarah pada topik.

102

d. Lembaran contoh pertanyaan, bimbingan dan latihan yang diberikan

dapat meningkatkan kemampuan siswa yang terlihat dari pertanyaan

yang diajukan semua kelompok.

e. Tingkat keberhasilan siswa mencapai 86,36 %.

f. Metode yang digunakan guru dengan membentuk kelompok ternyata

cukup efektif untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan menulis.

Kondisi ini terlihat dari kegiatan menulis bersama dalam kelompok,

mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.

g. Tindakan pembelajaran berupa menjelaskan prosedur, memodelkan

dan pemberian tuntunan menulis, memberi contoh mengajukan

pertanyaan, membimbing kelompok, dan membantu mengatasi

kesulitan dalam menulis secara nyata meningkatkan kemampuan

menulis siswa

h. Tindakan guru mengajukan pertanyaan pemahaman membantu siswa

memahami isi karangan.

i. Tindakan pembelajaran yang dilakukan guru adalah memberi

penjelasan prosedur diskusi secara jelas dan mengatur kesempatan

berpendapat secara merata. Tindakan ini terbukti meningkatkan proses

diskusi, sehingga diskusi berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan

rencana.

j. Guru memberi kesempatan dan membimbing siswa untuk

mengemukakan pendapat dan memberi tanggapan. Tindakan ini

meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat secara

103

berbeda dan menanggapi jawaban-jawaban temannya, serta menjawab

pertanyaan dengan kalimat sendiri.

k. Kemampuan memahami isi karangan cukup baik untuk semua

kelompok.

Dengan demikian berarti hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II

sudah memenuhi ketentuan yang diharapkan dalam penelitian yaitu 75 % siswa

dan kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator sesuai yang

diharapkan oleh NSP.

5. Refleksi Pembelajaran Siklus II

Refleksi pembelajaran mencakup tahap prapenulisan, penulisan, dan

pascapenulisan.

a. Pada pertemuan pertama, dilaksanakan agak memakan waktu yang

lama dalam kegiatan tanya jawab. Guru memberikan penjelasan

panjang lebar terhadap jawaban pertanyaan siswa. Namun pada

pertemuan ke dua, hal ini tidak terjadi lagi dan pembelajaran lebih

terfokus pada pengembangan skemata siswa.

b. Kegiatan pembangkitan skemata yang dilakukan dengan menanyakan

pengalaman dan pengetahuan siswa berkaitan dengan topik direspon

oleh siswa dengan antusias. Kondisi ini terlihat karena siswa lebih

mudah menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan topik.

c. Untuk melibatkan semua siswa, guru mendistribusikan pertanyaan

secara merata kepada siswa yang aktif maupun pasif. Siswa yang

jarang berbicara ternyata berani berbicara ketika diberi kesempatan.

104

d. Penggunaan media pembelajaran cukup efektif dalam membantu

proses pembelajaran.

e. Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan cukup baik, di samping itu

guru berusaha melatih siswa mengajukan pertanyaan secara intensif,

misalnya dengan memberi contoh, memberikan koreksi kesalahan

siswa, dan memberikan arahan dan bimbingan.

f. Kegiatan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan

contextual (CTL) cukup efektif dalam proses menulis, sehingga

kegiatan menulis deskripsi lebih terarah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hidayat (1990:76), bahwa: “Penyajian masalah menyangkut

masalah bagaimana kita harus menyampaikan bahan itu kepada murid-

murid agar bahan itu betul-betul menjadi milik kita”.

g. Pada waktu diskusi kelompok, pada umumnya siswa terlibat secara

aktif, mereka saling bertukar pedapat dan mendiskusikan jawaban

dengan antusias berdasarkan pertanyaan yang mereka susun sendiri.

Kegiatan diskusi terlihat berjalan secara efektif dan dinamis.

h. Pengarahan dari guru cukup jelas dengan memberikan penjelasan yang

lebih komunikatif. Guru selalu memonitor kegiatan kelompok pada

saat diskusi, membantu memecahkan masalah yang ditemui siswa

dalam diskusi kelompok serta membantu mengarahkan siswa dalam

menjawab pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pupuh

(2010:44) yang menyatakan bahwa: “Seorang guru dituntut menguasai

kompetensi dalam melaksanakan profesinya agar dapat menciptakan

105

lingkungan belajar yangbaik bagi siswa, sehingga tujuan pengajaran

dapat tercapai dengan optimal.”

i. Kegiatan diskusi yang dipimpin langsung oleh guru berjalan efektif

terutama pada pertemuan ke dua. Sebelum diskusi, guru sudah

mengarahkan siswa kembali untuk mengikuti prosedur diskusi dengan

jelas, mengatur jalan diskusi, dan lebih memberikan kesempatan pada

siswa mengemukakan pendapat mereka lebih merata.

j. Secara umum, siswa tampak lebih aktif dan berani mengemukakan

pendapat secara bervariasi. Peran guru terlihat mempengaruhi sikap

siswa. Sikap guru yang menghargai melalui pujian dan tidak langsung

menyalahkan siswa, mendorong siswa bersikap positif pada temannya.

Siswa lebih terbuka berani dalam menanggapi jawaban siswa lain.

Siswa sudah terbiasa menunggu gilirannya, belum mau berbicara

sebelum temannya selesai berbicara.

Hasil refleksi yang dilakukan peneliti tersebut dikomunikasikan kepada

guru dan dibahas bersama-sama. Peneliti dan guru selanjutnya menganalisis dan

membuat kesimpulan tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Setelah

melalui analisis dan refleksi yang dilakukan bersama antara peneliti dan guru,

pada siklus kedua ditemukan peningkatan-peningkatan baik dari aspek guru

maupun siswa, meskipun beberapa hal masih perlu ditingkatkan. Sesuai dengan

kriteria pencapaian tujuan penelitian, tindakan pembelajaran sampai siklus kedua

telah mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, disepakati bahwa penelitian

tindakan diselesaikan sampai siklus kedua.

106

C. PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan pembahasan hasil penelitian dikaitkan dengan

teori-teori yang menjadi acuan penelitian. Pada bagian pendahuluan telah

dijelaskan bahwa penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan

menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan CTL. Pembelajaran menulis

dilakukan sesuai dengan tahapan menulis yang meliputi tahap prapenulisan,

penulisan, dan pascapenulisan.

Sesuai dengan masalah penelitian, pembahasan hasil penelitian dilakukan

dengan melihat temuan penelitian mencakup (1) pembelajaran pada tahap

prapenulisan, (2) pembelajaran pada tahap penulisan, dan (3)

pembelajaran pada tahap pascapenulisan. Meskipun demikian, dalam pembahasan

temuan dimaksud, ada kemungkinan beberapa temuan dianggap sama,

pembahasannya dilakukan sekaligus. Di samping itu, dalam penelitian tindakan

ini, beberapa strategi pembelajaran dalam ketiga tahap tersebut memiliki

kesamaan, misalnya guru atau siswa mengajukan pertanyaan baik pada tahap

prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Oleh sebab itu dijumpai banyak

temuan yang relatif sama sehingga pembahasan temuan yang satu mungkin akan

memberikan penekanan saja atau memperkuat temuan lainnya.

1. Pembelajaran Pada Tahap Prapenulisan

Pada tahap prapenulisan, pembelajaran difokuskan pada melatih siswa

mengajukan pertanyaan sebelum menulis. Oleh sebab itu, pembelajaran

dilaksanakan dengan membangkitkan skemata siswa, membimbing siswa

merumuskan dan mengajukan pertanyaan, serta menjawab pertanyaan. Hasil

107

penelitian mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan guru

sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan bertanya mereka.

Strategi yang dimaksud yakni mengaitkan skemata dengan topik melalui

pertanyaan yang diajukan guru yang berhubungan dengan pengalaman siswa

sebelumnya, membimbing siswa mengajukan pertanyaan dengan menggunakan

media pembelajaran yang berkenaan dengan topik bacaan.

Temuan penelitian tentang pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru

untuk membangkitkan skemata siswa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa

dengan diberikan pertanyaan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa

mengingat kembali pengalaman mereka dan dapat menceritakannya. Kemampuan

ini penting untuk dikembangkan karena dimungkinkan siswa dapat

menghubungkan pengetahuan latar dengan apa yang dibaca dalam bacaan.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui antara pengalaman dan pengetahuan

yang telah dimiliki siswa dengan apa yang tertulis dalam karangan dalam rangka

memperoleh pemahaman.

Sejalan dengan pendapat Burns (1996) mengemukakan pertanyaan yang

digunakan guru pada tahap prapenulisan dapat membantu siswa merumuskan

tujuan menulis dan dapat membantu siswa merumuskan tujuan menulis dan dapat

membantu siswa memfokuskan perhatiannya pada informasi penting dalam

karangan. Pertanyaan prapenulisan dapat memprediksi isi bacaan dan

menghubungkan teks dengan pengetahuan latar siswa sehingga menumbuhkan

rasa keingintahuan siswa untuk mencari jawaban yang masih diragukannya.

108

Pertanyaan guru pada tahap prapenulisan juga terbukti dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa dan memusatkan perhatian siswa pada

proses pembelajaran. Siswa yang memiliki skemata yang cukup dapat

mengajukan pertanyaan sesuai dengan apa yang pernah dialami berkaitan dengan

topik pembelajaran, hal ini terjadi pada semua kelompok.

Menurut Usman (2005:74), bahwa “Dalam proses belajar mengajar,

bertanya memainkan peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan

baik dan teknik pelontaran yang tepat dari guru akan memberikan dampak positif

terhadap siswa”.

Pada tahap prapenulisan berkaitan dengan strategi pembelajaran melatih

siswa mengajukan pertanyaan sebelum menulis. Secara tidak langsung strategi ini

membimbing siswa untuk menyusun tujuan mereka sendiri. Dengan diberi

kesempatan oleh guru untuk mengajukan pertanyaan serta respon yang hangat dari

guru terhadap pertanyaan siswa, berakibat kepada siswa yang semula pasif dapat

mengajukan pertanyaan dengan baik.

Menurut Gill dalam Suparno (2006:1.16), yaitu: “Tahap ini merupakan

fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau

pengalamanyang diperoleh dan diperlukan. Tujuannya adalah untuk

mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis

sehingga tulisan dapat disajikan dengan baik”.

Berkenaan dengan media pembelajaran untuk membantu siswa dalam

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. Penggunaan media

pembelajaran yang berkaitan dengan materi pembelajaran dapat mempermudah

109

siswa menyusun pertanyaan secara spesifik dan terarah. Dalam kegiatan ini media

pembelajaran digunakan untuk membentuk dan mengembangkan skemata siswa

terutama untuk topik yang dikenali siswa. Temuan tersebut dapat diperjelas oleh

Burns (1996) menyatakan dengan bantuan media pembelajaran, siswa dapat

menggunakan kata-kata sendiri untuk mendiskripsikan peristiwa atau apa yang

ada, sehingga membentuk pengalaman siswa berkaitan dengan konsep-konsep

yang ada. Untuk mengembangkan kemampuan bertanya, siswa perlu didorong

untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan awal yang didasarkan pada judul sebelum

kegiatan menulis dilakukan. Dalam kegiatan ini siswa diminta memprediksikan

pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan terjawab dalam karangan.

2. Pembelajaran Pada Tahap Penulisan

Hasil penelitian pada tahap penulisan dapat dilihat dari siswa maupun

guru. Dari siswa berkenaan dengan kegiatan menulis berdasarkan pertanyaan dari

guru, kemampuan menanyakan pertanyaan tentang karangan, berdiskusi dan

menjawab pertanyaan. Dari guru berkenaan dengan kegiatan menjelaskan

prosedur menulis, memodelkan cara menulis dengan menggunakan pendekatan

CTL, membimbing proses menulis dan merespon jawaban siswa.

Temuan penelitian berkaitan dengan kemampuan siswa, berkenaan dengan

kegiatan menulis deskripsi dengan pertanyaan penuntun dari guru. Pelaksanaan

tindakan mulai dari siklus pertama, guru secara aktif membimbing proses menulis

siswa dengan pendekatan CTL. Sebelumnya guru memberikan penjelasan cara

menulis dan pemodelan menulis. Selanjutnya guru membimbing siswa menulis

karangan. Tindakan ini dimaksudkan agar siswa dapat menemukan isi paragraf

110

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pertanyaan-pertanyaan

yang disampaikan guru dapat mengarahkan kegiatan menulis siswa dalam rangka

mencari isi paragraf dan menyimpulkan isi teks.

Menurut Suparno (2006:1.22), bahwa: “Dalam Kegiatan penulisan kita

mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan,

dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilij dan kumpulkan”.

Berkaitan dengan kegiatan siswa mengajukan pertanyaan adalah

meningkatkan keaktifan siswa. Pada pembelajaran sebelumnya, guru hanya

menugasi siswa membaca pasif, dengan diberi tugas mengajukan pertanyaan

sendiri, siswa menjadi pasif. Mereka sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan

memiliki tujuan yang mereka susun sendiri dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan,

sehingga kegiatan menulis mereka menjadi lebih bermakna dan efektif.

Menurut Sagala (2009:170), bahwa: “Jika siswa hanya mendengarkan

paparan dari gurunya, tidak mencobanya melalui sejumlah praktek sebagai

pengalaman belajar, maka kualitas perolehannya menjadi rendah. Dalam

mempelajari suatu pembelajaran, informasi yang kompleks sekalipun dapat

diserap dan diingat, jika peserta didik benar-benar terlibat pada berbagai pelatihan

dalam proses pembelajaran”.

Dengan memberikan latihan-latihan untuk mengajukan pertanyaan perlu

dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini akan membiasakan siswa untuk

bersikap kritis terhadap karangan yang dibuatnya. Untuk itu perlu diciptakan

suasana pembelajaran yang kondusif dalam artian memberikan kebebasan kepada

siswa untuk mengajukan pertanyaan tanpa adanya ketegangan dan rasa takut. Jika

111

guru mematikan pertanyaan siswa, maka ia kehilangan motivasi atau

keingintahuan yang mendorong siswa belajar.

Menurut Saud (2009:62), bahwa: “Keterampilan bertanya dibedakan atas

keterampilan yang diajarkan. Keterampilan bertanya perlu diterapkan dalam

mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan mendorong mereka mengambil

inisiatif sendiri.”

Berkaitan dengan penggunaan pertanyaan yang memancing siswa

bertanya. Dalam pelaksanaan tindakan, guru membimbing siswa mengajukan

pertanyaan dengan cara memberikan pertanyaan yang menuntut jawaban siswa

berupa pertanyaan. Pertanyaan seperti “pertanyaan apa yang dapat kamu ajukan

terhadap paragraf ini”. Dengan demikian, siswa terpacu untuk mengajukan

pertanyaan setiap paragaraf dari suatu teks bacaan. Temuan penelitian juga

menunjukkan bahwa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun

siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Dengan tindakan

ini mengindikasikan bahwa setelah menulis siswa dapat mengungkapkan isi

paragaraf-paragraf dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teks yang

mereka baca. Burns (1996) mengemukakan dalam pembelajaran membaca, guru

harus mendorong siswa terampil mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab sesuai dengan teks bacaan.

3. Pembelajaran Tahap Pascapenulisan

Berkaitan dengan penerapan strategi diskusi kelompok dalam proses

menulis. Dalam pelaksanaan tindakan guru membentuk kelompok. Dalam proses

112

pembelajaran menulis dengan menggunakan diskusi, mengindikasikan bahwa

siswa berintegrasi untuk membahas jawaban pertanyaan yang mereka susun

sendiri dan dijawab oleh kelompok lain menjadikan siswa lebih antusias mencari

jawaban dalam kerangka karangan yang mereka buat. Dinamika kelompok lebih

bervariasi sehingga interaksi lebih meningkat.

Melalui bimbingan guru, siswa berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan

dengan baik, serta memperbaiki rumusan pertanyaan siswa yang kurang baik.

Dengan diberikan tindakan tersebut secara terus menerus, temuan penelitian

mengindikasikan secara berangsur-angsur siswa dapat merumuskan dan

menjawab pertanyaan terhadap materi dengan baik.

Temuan penelitian ini relevan dengan yang dikemukakan oleh Burns

(1996), bahwa diskusi dapat mengembangkan pemahaman siswa dalam menulis.

Dengan diskusi siswa dapat mengembangkan kemampuan menanggapi jawaban

pertanyaan anggota kelompok diskusi dan meningkatkan kemampuan bertanya

dengan membahas pertanyaan-pertanyaan.

Berkenaan dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru. Dalam

menjawab pertanyaan guru, siswa menjawab dengan kalimat-kalimat pendek. Ini

terjadi pada pembelajaran siklus I, pertanyaan guru lebih banyak bersifat spontan

yang disampaikan secara lisan. Secara berangsur-angsur siswa dilatih menjawab

pertanyaan dengan kalimat lengkap.

Berkaitan dengan strategi guru dalam merespon jawaban siswa. Dalam

pelaksanaan tindakan ditemukan bahwa respon yang hangat dan menerima apa

adanya jawaban atau pertanyaan siswa cenderung membuat siswa percaya diri

113

sehingga meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat. Hal ini dapat

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk mengembangkan sikap

berani bertanya.

Menurut Saud (2009:64), bahwa: “Peningkatan partisipasi siswa dalam

proses pembelajaran, guru perlu menunjukkan sikap, baik pada waktu

mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban dari siswa. Sikap dan

gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan

menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.

Berkaitan dengan strategi pembelajaran yang digunakan guru. Tindakan

pembelajaran tahap pengeditan menggunakan proses pembelajaran dalam bentuk

diskusi kelas. Dalam pelaksanaan tindakan, guru bertindak sebagai pemimpin

diskusi yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian menampung pendapat

atau jawaban siswa, menyimpulkan, dan memberikan pemantapan.

Selama proses pelaksanaan tindakan, kegiatan pembelajaran tahap

pengeditan dengan diskusi walaupun pada awalnya siswa sedikit ribut. Siswa

cenderung menjawab pertanyaan guru secara serentak dan spontan. Kondisi ini

menyebabkan kelas menjadi gaduh dan sulit untuk menyuruh mereka tenang.

Pada pembelajaran selanjutnya, dengan pembenahan dan perbaikan

strategi guru dalam memimpin diskusi, seperti menjelaskan prosedur diskusi,

menjelaskan tata cara mengajukan pendapat atau menanggapi pendapat teman,

menunggu giliran untuk berbicara. Pada siklus II, siswa mulai dapat menunggu

giliran sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan tertib.

114

Temuan dalam pembelajaran tahap Publikasi berkaitan dengan pertanyaan

guru. Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran tahap publikasi, pertanyaan pada

tahap ini terutama dimaksudkan untuk memantapkan dan meningkatkan

pemahaman siswa berkenaan dengan isi karangan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan setelah menulis dapat menjadi alat

untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap gagasan-gagasan yang ada dalam

bacaan. Siswa dapat diingatkan dan disadarkan tentang fakta-fakta atau gagasan

penting karangan.

Temuan tersebut sesuai dengan Burns (1996) bahwa pertanyaan pascabaca

dapat mempermudah siswa mempelajari semua informasi dalam teks. Siswa

memperoleh pemahaman yang lebih baik dari pertanyaan-pertanyaan, bila mereka

diberi balikan-balikan atas jawaban yang disampaikan terutama untuk jawaban

yang kurang tepat. Pertanyaan yang diajukan setelah membaca juga dapat

membantu siswa mengevaluasi dan memperkuat konsep-konsep dan gagasan

penting dalam bacaan.

Dilihat dari segi kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

terhadap hasil karangan yang dibacakan temannya, ditemukan bahwa siswa dapat

menjawab dengan baik. Pada siklus II, siswa sudah bisa memberikan pendapatnya

secara bergiliran sehingga interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan

guru, guru dengan siswa lebih meningkat. Bila dikaitkan dengan hasil tes yang

telah dilakukan setelah menulis, kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan

menunjukkan peningkatan. Hasil tes menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa

115

pada setiap kelompok berada pada kualifikasi baik setelah diberikan tindakan

sampai pada siklus II.

116

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan tentang simpulan, implikasi dan saran. Simpulan

hasil penelitian berkaitan dengan pendekatan contextual (CTL) dalam

meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Saran berisi sumbangan pemikiran

peneliti berkaitan dengan hasil penelitian.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penggunaan pendekatan contextual (CTL) dapat meningkatkan

keterampilan menulis deskripsi pada tahap pra penulisan. Temuan

penelitian menunjukkan bahwa dengan diberikan pertanyaan berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari, siswa mengingat kembali pengalaman

mereka dan dapat menceritakannya. Kemampuan ini penting untuk

dikembangkan karena dimungkinkan siswa dapat menghubungkan

pengetahuan latar dengan apa yang dibaca dalam bacaan.

2. Penggunaan pendekatan contextual (CTL) dapat meningkatkan

keterampilan menulis deskripsi pada tahap penulisan. Hasil penelitian

pada tahap penulisan dapat dilihat dari siswa maupun guru. Dari siswa

berkenaan dengan kegiatan menulis berdasarkan pertanyaan dari guru,

kemampuan menanyakan pertanyaan tentang karangan, berdiskusi dan

menjawab pertanyaan. Dari guru berkenaan dengan kegiatan menjelaskan

prosedur menulis, memodelkan cara menulis dengan menggunakan objek

116

117

pengamatan langsung, membimbing proses menulis dan merespon

jawaban siswa.

3. Penggunaan pendekatan contextual (CTL) dapat meningkatkan

keterampilan menulis deskripsi pada tahap pascapenulisan. Hasil

penelitian pada tahap pascapenulisan yaitu melalui bimbingan guru, siswa

berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan dengan baik, serta memperbaiki

rumusan pertanyaan siswa yang kurang baik. Dengan diberikan tindakan

tersebut secara terus menerus, temuan penelitian mengindikasikan siswa

merumuskan dan menjawab pertanyaan terhadap materi dengan baik.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa dengan pembenahan dan

perbaikan strategi guru dalam memimpin diskusi, seperti menjelaskan

prosedur diskusi, menjelaskan tata cara mengajukan pendapat atau

menanggapi pendapat teman, menunggu giliran untuk berbicara, siswa

mulai dapat menunggu giliran sehingga proses pembelajaran berlangsung

dengan tertib. Dilihat dari segi kemampuan siswa dalam mengemukakan

pendapat terhadap hasil karangan yang dibacakan temannya, ditemukan

bahwa siswa dapat menjawab dengan baik, siswa sudah bisa memberikan

pendapatnya secara bergiliran sehingga interaksi antara siswa dengan

siswa, atau guru dengan siswa lebih meningkat.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, ada beberapa temuan

yang diperoleh, baik menyangkut pembelajaran pada tahap prapenulisan, saat

penulisan maupun pascapenulisan dengan menggunakan pendekatan CTL.

118

Implikasi dari temuan ini dalam pembelajaran menulis deskripsi mencakup, (1)

perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian

pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran

Guru perlu menyusun rencana pembelajaran sebelum melaksanakan

pembelajaran di kelas. Untuk merancang suatu pembelajaran menulis khususnya

menulis deskripsi, guru dapat memfokuskan pada penggunaan pendekatan CTL

untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa. Perencanaan

pembelajaran yang baik harus menggambarkan indicator yang akan dicapai dan

kegiatan yang rinci.Perencanaan yang baik dapat membantu guru melaksanakan

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dalam merencanakan pembelajaran menulis deskripsi, KTSP 2006, silabus

mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pedoman utama bagi guru untuk

menyusun indicator, mengembangkan materi, merumuskan kegiatan

pembelajaran, memilih media dan merumuskan penilaian.

Perencanaan kegiatan pembelajaran dapat dirinci berdasarkan kegiatan

yang dilakukan siswa dan kegiatan yang dilakukan guru sesuai dengan tahapan

pembelajaran menulis. Ini diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat terarah

dan sesuai dengan tujuan dalam setiap tahapan menulis. Rencana kegiatan tahap

prapenulisan, pembelajaran dimulai dengan pembangkitan skemata siswa tentang

topik, menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran, menjelaskan pembelajaran

dengan pendekatan CTL dan membimbing siswa dalam menulis deskripsi.

119

Pada tahap penulisan meliputi kegiatan: membuka schemata siswa,

menjelaskan tentang tujuan dan kegiatan pembelajaran, menjelaskan cara menulis

deskripsi sesuai dengan pendekatan CTL, memodelkan cara menulis deskripsi,

membimbing siswa menulis deskripsi. Tahap pasca penulisan meliputi kegiatan:

membuka skemata siswa, menjelaskan cara merevisi pembelajaran di awali

dengan kegiatan menulis karangan yang dilakukan secara individual oleh siswa.

Kegiatan dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman terhadap karangan secara

keseluruhan. Selanjutnya kegiatan diteruskan dengan kegiatan menulis deskripsi

dengan dipandu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut disampaikan secara lisan ataupun tertulis. Dengan panduan pertanyaan,

siswa menulis dan mencari jawabannya berdasarkan karangan yang dibuatnya.

Kegiatan ini dilaksanakan secara individu atau melalui diskusi kelompok.

Dalam proses menulis guru dapat meningkatkan proses menulis siswa

dengan membimbing siswa menyusun pertanyaan sendiri. Guru dapat melatih

siswa dengan mempertanyakan materi yang ditulis. Pada tahap ini guru

menggunakan pendekatan CTL dalam proses pembelajaran.

Respon positif guru terhadap apa yang dikemukakan siswa berupa kata-

kata pujian, keramahan, wajah yang penuh senyum, penerimaan yang ditunjukkan

melalui bahasa gerak dapat menciptakan lingkungan yang mendukung daya kritis

siswa. Kegiatan yang dilakukan guru seperti itu juga menciptakan lingkungan

belajar yang kondusif dan menyenangkan.

Pada tahap pascapenulisan, pembelajaran dilakukan dengan kegiatan

diskusi kelas yang dipimpin langsung oleh guru. Diskusi ini dilaksanakan dengan

120

menggunakan pertanyaan pemahaman sebagai dasar pemahaman isi bacaan.

Fokus utama pembelajaran tahap penulisan adalah meningkatkan pemahaman

terhadap isi karangan sebagai sebagai tujuan akhir dari kegiatan menulis. Pada

pembelajaran tahap ini, guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan penuntun

atau mengembangkannya sebagai bahan diskusi. Setelah siswa diberikan

kesempatan mengemukakan pendapat berdasarkan pertanyaan yang diajukan,

pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan pemantapan dengan

memberi penegasan dan kesimpulan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Sesuai dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

menulis dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap menulis, yaitu tahap

prapenulisan, saat penulisan, dan pascapenulisan. Pada tahap pra penulisan siswa

dibawa keluar kelas sambil menyanyikan lagu irama menanam jagung untuk

mengamati lingkungan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

juga mengingatkan akan Kebesaran Allah dengan ciptaanNya, Guru memberi

penjelasan dengan adanya contoh indahnya susunan bunga mawar beserta duri

yang diberi Allah berguna untuk melindungi dirinya dari musuh, daunnya yang

hijaunya dapat menyumbangkan oksigen untuk manusia, Jadi tumbuhan mawar

adalah salah satu dermawan yang selalu menyumbangkan kecantikannya dan

oksigen . Kegiatan ini termasuk pada tahap pemodelan sekaligus kegiatan

mengaktifkan skemata siswa, dapat dilakukan dengan memberikan berbagai

pertanyaan berdasarkan pengamatannya ke lingkungan, siswa menuliskan kalimat

121

sesuai dengan pengamatannya dengan maksud untuk memunculkan ide pokok.

Ide pokok tersebut ditulis oleh guru di papan tulis. Dengan adanya arahan guru

siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran.

Pada saat penulisan, mengembangkan ide pokok yang didapatkan dari

hasil pengamatan ke lapangan. Guru membagi siswa atas beberapa kelompok agar

kelompok dapat menemukan ide pokok, dilanjutkan dengan menuliskan ide pokok

di papan tulis sehingga semua siswa dapat melihat ide pokok dari karangan yang

akan dibuat.

Pada tahap pasca penulisan ide pokok dikembangkan dengan memberi

kalimat penjelas sehingga menjadi sebuah paragraf. Kegiatan ini dilakukan dalam

kelompok. Tulisan yang telah dibuat dibaca dan direvisi bersama dalam hal

pemakaian ejaan yang benar dan struktur kalimat. Kegiatan kelompok dilanjutkan

dengan menukarkan tulisan ke kelompok lain. Masing-masing kelompok merevisi

tulisan kelompok lain, hasil revisi dikembalikan ke pemiliknya, dengan segera

masing-masing kelompok memperbaiki tulisan yang telah direvisi tersebut.

Kegiatan saat pasca penulisan adalah mempublikasikan masing-masing karangan

kelompok atau pribadi dengan membacakan ke depan kelas dan memajangkan

hasil karya kelompok atupun pribadi di papan tulis, kegiatan terakhir kelompok

atau pribadi yaitu refleksi bersama siswa .

3. Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran mencakup penilaian proses dan penilaian hasil.

Penilaian proses menyangkut dengan pengamatan atas prilaku siswa saat proses

122

pembelajaran berlangsung. Penilaian proses meliputi kegiatan mengamati dan

memonitor aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, meliputi tahap

prapenulisan, penulisan dan pascapenulisan.Penilaian juga dilakukan dengan

mencatat hal-hal pentingberkaitan dengan kemampuan menulis deskrips siswa

maupun dalam hal interaksi antara siswa dengan siswa. Kegiatan penilaian proses

ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pada tahap prapenulisan, guru dapat mengamati bagaimana keaktifan

kemampuan siswa dalam menjawab menceritakan pengalaman yang berkaitan

dengan topik/tema serta mengajukan pertanyaan menyangkut dengan langkah

langkah dari pembuatan karangan. Kegiatan penilaian juga juga difokuskan pada

keaktifan siswa dalam bekerja kelompok, dan penilaian juga difokuskan pada

proses pembuatan karangan deskripsi. Dalam hal ini guru dapat mencatat

kemampuan siswa dalam mengembangkan ide/gagasan, pemilihan kata struktur

kalimat dan penggunaan tanda baca. Pada tahap pascapenulisan penilaian dapat

difokuskan pada pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan revisi dan

publikasi. Dalam kegiatan revisi, guru dapat mengamati dan mencatat partisipasi

siswa dalam proses revisi baik baik secara berpasangan maupun diskusi

kelompok. Sedangkan dalam kegiatan publikasi hal yang diamati meliputi

partisipasi siswa dalam membaca tulisan deskripsi dan memajang tulisan deskripsi

di papan tulis.

Penilaian hasil sejalan dengan tahapan pembelajaran menuls deskripsi

dengan menggunakan panduan penilaian menulis deskripsi. Tahap prapenulisan

penilaian difokuskan pada mengemukakan ide dan gagasan pokok. Tahap

123

penulisan penilaian difokuskan pada kemampuan siswa menulis deskripsi dengan

menggunakan ejaan, struktur kalimat dan pemilihan kata yang tepat. Tahap

pascapenulisan penilaian difocuskan pada hasil revisi dari tulisan deskripsi siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan saran dalam

peningkatan prestasi pembelajaran menulis sebagai berikut:

1. Agar guru membuat rancangan pembelajaran yang jelas dan rinci sesuai

dengan komponen perencanaan yang disesuaikan dengan strategi

pembelajaran yang relevan. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat

berlangsung secara efisien dan efektif dengan mempertimbangkan

kompetensi dasar dan kebutuhan siswa.

2. Disarankan kepada guru kelas III agar dapat membangkitkan skemata

siswa, terkait dengan tema dan konsep menulis yang akan dibicarakan

pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.

3. Agar guru melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan langkah-

langkah dari pembelajaran yang memudahkan guru dalam mencapai

peningkatan prestasi belajar.

4. Bagi sekolah agar diberikan motivasi kepada guru-guru untuk memberikan

pembelajaran yang bermakna dengan menggunakan media pembelajaran

yang menarik dan dekat dengan siswa sehingga pembelajaran bermakna

bagi siswa.

5. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan referensi dan tetap

melakukan inovasi dalam pembelajaran serta berusaha memberikan

124

pembelajaran dengan mencoba menggunakan pendekatan CTL untuk

dikembangkan lebih kreatif dan inovatif.

125

DAFTAR RUJUKAN

-A. Chaedar Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku

Utama

Agus Suriamiharja. 1996 Petunjuk Praktis Menulis : Depdikbud

Burns, P.C, Betty, D dan Ross, E.P. 1996. Teaching Reading In Today‟s

Elementary School. Chigago: Rand Mc. Nally.

Cochran, Judith. Everithing You Need To Know.

-Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

-_______. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

-Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Erman Suherman. 1993. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA

UPI

Ermanto dan Emidar. 2009. Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press

Farika. 2008 Cara Asyik Belajar Ejaan: Nuansa Citra Grafika

Hasri Salfen. 2002, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, Makasar: Yayasan

Pendidikan Makasar (YPMA)

Hidayat, Kosadi. 1990. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:

Bina Cipta

-Ihat Hatimah. 2007, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta:

Penerbit Universitas Terbuka.

Irsyad Das. 2004. Belajar Untuk Belajar, Bukittinggi: Usaha Ikhlas

-Ismail Marahimin. 2008. Menulis Secara Populer, Jakarta: Pustaka jaya

-JJ Hasibuan dan Moedjiono, 2006, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Kemmis, Stephen & Mc Taggart Robin, 1992. The Action Research Planner. The deaken University Press, Melbourne

126

Keraf, Gorys. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa

_______. 1994. Komposisi, Flores: Nusa Indah

Lamuddin Finoza. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulia

-Masnur Muslich. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Mukayat D. Brotowidjoyo. 1998. Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta:

Akademika Pressindo

-Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

_______. 1990. Dimensi-Dimensi Dalam Belajar Bahasa Kedua, Bandung: Sinar

Baru

-Oemar Hamalik. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

-Pupuh, Fathurrohman. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika

Aditama

Russeffendi. 1999 . Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Depdikbud

-Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta

-Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

-Saud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta

-Sudirman, 1998. Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

Suhendar.1993. Efektivitas Metode Pengajaran Bahasa Indonesia : CV Pionir

Jaya Bandung.

-Suparno. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

-Udin S Winataputra. 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

127

-Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

-Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi , Jakarta : Kencana Prenada Media Group

-_______. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media

Yeti Mulyati. 2008, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Universitas Terbuka

128

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

(Siklus I Pertemuan 1)

Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat

Tema : Lingkungan

Kelas/Semester : III/ I

Tahun Pelajaran : 2011/ 2012

Waktu : 3 x 35 menit

Hari/ Tanggal :

I. Standar Kompetensi

Bahasa Indonesia

Menulis

4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan

puisi

IPA

2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan

upaya menjaga kesehatan lingkungan.

IPS

1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan

sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-

hari

II. Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia

4.1 Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan

memperhatikan penggunaan ejaan.

IPA

1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

IPS

1.2 Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah

LAMPIRAN 1

129

III. Indikator

Bahasa Indonesia

4.1.1 Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan

sekitar (kognitif)

4.1.2 Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di

lingkungan (psikomotor)

4.1.3 Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan

penggunaan EYD yang benar (psikomotor)

IPA

1.1.1 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup

1.1.2 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup

1.1.3 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup

1.1.4 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup

IPS

1.1.1 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di

lingkungan sekitar

1.1.2 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan

1.1.3 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan

IV. Tujuan Pembelajaran

A. Bahasa Indonesia

4.1.1.1 Dengan mengamati benda langsung siswa dapat menyebutkan

ciri-ciri objek yang diamati dengan benar.

4.1.1.2 Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat

deskripsi siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.

4.1.1.3 Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi

menjadi paragraf yang padu dengan benar.

V. Materi Pokok

a. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)

b. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)

c. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)

130

VI. Metode Pembelajaran

a. Pengamatan

b. Penugasan

c. Tanya Jawab

d. Ceramah

e. CTL (Contextual Teaching and Learning)

VII. Langkah-Langkah Pembelajaran

a. Kegiatan Awal (10 menit)

Eksloprasi

1. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,

berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.

Bertanya

2. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.

b. Kegiatan Inti

Prapenulisan

Elaborasi

Pemodelan

1. Siswa dibawa keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekolah serta

mencatat hal-hal yang diamati, baik tumbuhan ataupun hewan degan

teliti dan tulisan yang rapi.

2. Siswa masuk keruangan belajar kembali dan memperhatikan tulisan

yang dibuatnya.

Inkuiri

3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu

atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.

Penulisan (Pengembangan draf)

4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam

bentuk kalimat,

Konstruktivisme

131

5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga

karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.

6. Siswa di bawah bawah bimbingan guru memberi judul karangan

deskripsi.

7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan

deskripsi melalui proses tanya jawab.

PascaPenulisan

8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek

yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau

menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.

Masyarakat belajar

9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau

berpasangan.

10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,

pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,

berdasarkan pada kaidah EYD.

11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan

diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.

12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya

dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang

tepat ke depan kelas.

Refleksi

13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan

benar.

c. Kegiatan Akhir

Konfirmasi

1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.

Penilaian yang sebenarnya

2. Guru memberi latihan

3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di

pembelajaran selanjutnya.

132

4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.

VIII. SUMBER DAN MEDIA

a. Sumber

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga

3. IPA Kelas III, PT Erlangga

4. IPS Kelas III, PT Erlangga

b. Media

1. Teks Bacaan

2. Objek tempat atau orang

3. Lingkungan sebagai sumber belajar

IX. PENILAIAN

1. Instrumen penilaian proses dan hasil

a. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu

proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada

tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)

b. Instrumen penilaian hasil

Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah

penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

133

Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi

No

Nama

Siswa

Aspek Yang Dinilai

Skor

Keseluruhan

Rata

rata

nilai

Detail

perincian

tentang

objek

Ketepatan

ejaan

Ketepatan

pemakaian

kata

Kefektifan

kalimat

Kepaduan

paragraf

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1 diberikan

jika tingkat ketepatan (0-20% ); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan ( 21-40%);

nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60% ); nilai 4 diberikan jika tingkat

ketepatan (61-80% ); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100% ).

LAMPIRAN 2

134

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

(Siklus I Pertemuan 2)

Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat

Tema : Lingkungan

Kelas/Semester : III/ I

Tahun Pelajaran : 2011/ 2012

Waktu : 3 x 35 menit

Hari/ Tanggal :

X. Standar Kompetensi

Bahasa Indonesia

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan puisi

IPA

Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan

upaya menjaga kesehatan lingkungan.

IPS

Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan

sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari

XI. Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia

Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan

penggunaan ejaan.

LAMPIRAN 3

135

IPA

Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

IPS

Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah

XII. Indikator

Bahasa Indonesia

a. Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan sekitar

(kognitif)

b. Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di

lingkungan (psikomotor)

c. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan

penggunaan EYD yang benar (psikomotor)

IPA

1.1.5 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup

1.1.6 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup

1.1.7 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup

1.1.8 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup

IPS

1.1.4 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di

lingkungan sekitar

1.1.5 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan

1.1.6 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan

XIII. Tujuan Pembelajaran

136

a. Setelah mengamati objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri

objek yang diamati dengan benar.

b. Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi

siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.

c. Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi

paragraf yang padu dengan benar.

XIV. Materi Pokok

d. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)

e. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)

f. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)

XV. Metode Pembelajaran

a. Pengamatan

b. Penugasan

c. Tanya Jawab

d. Ceramah

e. CTL (Contextual Teaching and Learning)

XVI. Langkah-Langkah Pembelajaran

d. Kegiatan Awal (10 menit)

Eksplorasi

4. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,

berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.

Bertanya

5. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)

137

6. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.

e. Kegiatan Inti

PraPenulisan

Elaborasi

Pemodelan

1. Siswa ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan.

2. Guru membimbing siswa menentukan topik yang akan ditulis,

Inkuiri

3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu

atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.

Penulisan (Pengembangan draf)

4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam

bentuk kalimat,

Konstruktivisme

5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga

karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.

6. Siswa di bawah bimbingan guru memberi judul karangan deskripsi.

7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan

deskripsi melalui proses tanya jawab.

PascaPenulisan

8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek

yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau

menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.

138

Masyarakat Belajar

9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau

berpasangan.

10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,

pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,

berdasarkan pada kaidah EYD.

11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan

diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.

12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya

dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang

tepat ke depan kelas.

Konfirmasi

13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan

benar.

f. Kegiatan Akhir

Refleksi

1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.

Penilaian yang sebenarnya

2. Guru memberi latihan

3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di

pembelajaran selanjutnya.

4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.

139

XVII. SUMBER DAN MEDIA

c. Sumber

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

6. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga

7. IPA Kelas III, PT Erlangga

8. IPS Kelas III, PT Erlangga

d. Media

4. Teks Bacaan

5. Objek tempat atau orang

6. Lingkungan sebagai sumber belajar

XVIII. PENILAIAN

2. Instrumen penilaian proses dan hasil

c. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu

proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada

tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)

d. Instrumen penilaian hasil

Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah

penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

140

Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi

No Nama

Siswa

Aspek Yang Dinilai

Skor

Keseluruhan

Rata

rata

nilai

Detail

perincian

tentang

objek

Ketepatan

ejaan

Ketepatan

pemakaian

kata

Kefektifan

kalimat

Kepaduan

paragraf

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1

diberikan jika tingkat ketepatan (0-20%); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan

(21-40%); nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60%); nilai 4 diberikan jika

tingkat ketepatan (61-80%); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100% ).

Tabel penilaian karangan deskripsi ini bersumber dari Abdurrahman dan Eliya

Ratna (2003:265)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

LAMPIRAN 4

141

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus I

Tahap

Pembelajaran

Aktivitas

Deskriptor

Ada

Tidak

Kualifikasi

A B C D

4 3 2 1

Tahap

Prapenulisan

7. Memajangkan

gambar

5. Gambar jelas, bagus, dan

menarik perhatian siswa.

6. Gambar sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

7. Gambar memiliki rangkaian

cerita.

8. Rangkaian cerita yang

terdapat pada gambar jelas

dan mudah dipahami anak.

√ √

8. Meminta siswa

mengamati gambar

5. Kalimat disampaikan jelas.

6. Permintaan direspon siswa.

7. Permintaan dipahami siswa.

8. Kalimat yang disampaikan

bisa menimbulkan rasa

keingintahuan siswa.

9. Menanyakan

peristiwa-peristiwa

yang terlihat pada

gambar

5. Pertanyaan yang

disampaikan jelas.

6. Pertanyaan dipahami oleh

siswa.

7. Pertanyaan tertuju tidak pada

siswa tertentu, tapi pada

semua siswa

8. Siswa merespon pertanyaan.

10. Menugasi siswa

menceritakan gambar

5. Perintah yang disampaikan

jelas.

6. Perintah yang disampaikan

dipahami siswa

7. Terciptanya suasana yang

kondusif

8. Perintah tertuju tidak pada

siswa tertentu, tapi pada

seluruh siswa.

11. Meminta siswa

memberi judul

karangan

9. Permintaan yang

disampaikan jelas.

10. Permintaan dipahami

siswa.

LAMPIRAN 5

142

11. Permintaan direspon

siswa.

12. Menimbulkan

pertanyaan balik dari siswa

dan jawaban yang tepat dari

guru.

12. Membimbing siswa

membuat kerangka

karangan

9. Menjelaskan cara membuat

kerangka karangan.

10. Bimbingan tidak hanya

pada siswa-siswa tertentu,

tapi tertuju pada seluruh

siswa yang ada dalam kelas.

11. Suasana kelas kondusif

12. Semua siswa serius

dan antusias membuat

kerangka karangan.

Tahap

Penulisan

7. Membimbing siswa

mengembangkan

kerangka karangan

menjadi karangan

deskripsi yang utuh

5. Bimbingan tidak hanya pada

siswa-siswa tertentu, tapi

tertuju pada seluruh siswa

yang ada dalam kelas.

6. Menimbulkan pertanyaan

dari siswa.

7. Siswa aktif dan serius

mengembangkan kerangka

karangan.

8. Suasana kelas kondusif.

8. Meminta siswa untuk

menukarkan hasil

karangannya dengan

teman sebangku

5. Perintah yang disampaikan

jelas.

6. Perintah dilakukan oleh

siswa.

7. Suasana kelas tidak ribut.

8. Perintah dapat memfokuskan

perhatian siswa.

9. Menginstruksikan

siswa untuk membaca

hasil karangan teman

sebangkunya

5. Instruksi jelas.

6. Instruksi dipahami siswa.

7. Semua siswa membaca hasil

karangan teman

sebangkunya.

8. Suasana kelas kondusif

10.Membimbing siswa

memperbaiki

karangan teman

sebangkunya dengan

cara menukar atau

menambah

penggunaan kata dan

kalimat yang tidak

pada tempatnya

5. Penjelasan dapat dimengerti

oleh siswa.

6. Ada pertanyaan dari siswa.

7. Guru dapat menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

8. Bimbingan tidak hanya pada

siswa tertentu, tapi pada

semua siswa yang ada dalam

kelas.

11.Membimbing siswa

mengoreksi hasil

karangan dari segi

pemakaian huruf

kapital dan tanda titik

5. Penjelasan dapat dimengerti

oleh siswa.

6. Ada pertanyaan dari siswa.

7. Guru dapat menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

143

8. Bimbingan tidak hanya pada

siswa tertentu.

12.Menugasi siswa

menyalin kembali

hasil karangan yang

telah diperbaiki

5. Tugas disampaikan dengan

jelas.

6. Tugas dipahami siswa.

7. Tugas dikerjakan oleh siswa

dengan senang dan serius.

8. Suasana kelas yang kondusif

tetap terjaga.

Tahap

Pascapenulisan

7. Membimbing

siswa membaca hasil

karangan deskripsi

dengan lafal dan

intonasi yang tepat di

depan kelas.

5. Penjelasan yang diberikan

dimengerti oleh siswa.

6. Siswa antusias membaca

karangan ke depan kelas.

7. Guru mampu menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

8. Suasana kelas kondusif.

Skor guru : 30

----- X 100 % = 57,69 % (Kurang)

52

Penentuan Jumlah Deskriptor:

4 = Jika semua deskriptor ada

3 = Jika tiga deskriptor ada

2 = Jika dua deskriptor ada

1 = Jika satu deskriptor ada

Penentuan Skor:

100xSM

RNP

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

Total skor maksimal = 52

144

Pedoman Penilaian:

Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi

86 – 100 %

76 – 85 %

66 – 75 %

56 – 65 %

≥ 55 %

A

B

C

D

TL

4

3

2

1

0

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut

Ngalim Purwanto (2002:102).

Padang, 2011

Observer

( )

145

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Pada Siklus I

a. Tahap Prapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Menjawab peristiwa pada

gambar

Mampu menjawab peristiwa sebagian

kecil gambar.

2

Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa

yang kurang runtut, ceritanya panjang

tapi sesuai dengan gambar.

2

Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul

menggunakan ejaan yang kurang tepat,

tapi bervariasi

3

Skor Siswa: 7

----- X 100 % = 58,33 % (Kurang)

12

b. Tahap Penulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Ide atau gagasan Sebahagian besar ide sesuai dengan

gambar.

3

Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat

tapi kurang wajar.

2

Tanda baca Sebahagian kecil kalimat sesuai dengan

penggunaan ejaan, huruf kapital, dan

tanda baca yang benar.

3

Skor Siswa: 8

----- X 100 % = 66,67 % (Cukup)

12

LAMPIRAN 6

146

c. Tahap Pascapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskriptor

Kualifikasi

Penulisan judul Tepat 3

Urutan kalimat Kurang tepat 2

Keruntutan cerita Kurang tepat 2

Skor Siswa: 7

----- X 100 % = 58,33 % (Kurang)

12

Keterangan:

deskriptor 1 nilainya 4

deskriptor 2 nilainya 3

deskriptor 3 nilainya 2

deskriptor 4 nilainya 1

Penentuan Skor:

100xSM

RNP

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

Total skor maksimal = 12

Pedoman Penilaian:

Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi

86 – 100 %

76 – 85 %

66 – 75 %

56 – 65 %

≥ 55 %

A

B

C

D

TL

4

3

2

1

0

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut

Ngalim Purwanto (2002:102).

Padang, 2011

Observer

( )

147

Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan

Pendekatan CTL pada Siklus I

Kelompok Inisial Nama P1 P2

I

FD

AR

CS

FHL

PD

RG

54

56

50

46

50

56

58

62

56

50

52

60

∑ 312 338

X 52 56,3

II

TY

SU

DI

PR

AS

WP

56

60

48

50

46

52

60

64

50

52

48

58

∑ 312 332

X 52 55,3

III

BY

HT

JP

TD

KL

58

62

50

54

54

58

66

52

58

60

∑ 278 294

X 55,6 58,8

IV

MZ

IO

TM

WOL

NN

52

50

52

56

58

56

52

58

60

62

∑ 268 288

X 53,6 57,6

LAMPIRAN 7

148

Kriteria Penilaian Pelaksanaan Prestasi Belajar Menggunakan

Pendekatan CTL pada Siklus I

Kriteria Perolehan Nilai Siswa

Jumlah Persentase

Nilai di atas KKM 60-100 8 36,36

Nilai di bawah KKM 0-59 14 63,64

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

(Siklus II Pertemuan 1)

Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat

Tema : Lingkungan

Kelas/Semester : III/ I

Tahun Pelajaran : 2011/ 2012

Waktu : 3 x 35 menit

Hari/ Tanggal :

I. Standar Kompetensi

Bahasa Indonesia

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan puisi

IPA

Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan

upaya menjaga kesehatan lingkungan.

IPS

LAMPIRAN 8

LAMPIRAN 9

149

Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan

sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari

II. Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia

Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan

penggunaan ejaan.

IPA

Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

IPS

Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah

III. Indikator

Bahasa Indonesia

a. Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan sekitar

(kognitif)

b. Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di

lingkungan (psikomotor)

c. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan

penggunaan EYD yang benar (psikomotor)

IPA

1.1.1 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup

1.1.2 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup

1.1.3 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup

1.1.4 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup

150

IPS

1.1.1 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di

lingkungan sekitar

1.1.2 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan

1.1.3 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan

IV. Tujuan Pembelajaran

a. Setelah mengamati objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri

objek yang diamati dengan benar.

b. Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi

siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.

c. Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi

paragraf yang padu dengan benar.

V. Materi Pokok

a. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)

b. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)

c. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)

VI. Metode Pembelajaran

a. Pengamatan

b. Penugasan

c. Tanya Jawab

d. Ceramah

e. CTL (Contextual Teaching and Learning)

151

VII. Langkah-Langkah Pembelajaran

a. Kegiatan Awal (10 menit)

Eksloprasi

1. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,

berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.

Bertanya

2. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.

b. Kegiatan Inti

PraPenulisan

Elaborasi

Pemodelan

1. Siswa ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan.

2. Guru membimbing siswa menentukan topik yang akan ditulis,

Inkuiri

3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu

atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.

Penulisan (Pengembangan draf)

4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam

bentuk kalimat,

Konstruktivisme

5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga

karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.

152

6. Siswa di bawah bawah bimbingan guru memberi judul karangan

deskripsi.

7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan

deskripsi melalui proses tanya jawab.

PascaPenulisan

8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek

yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau

menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.

Masyarakat Belajar

9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau

berpasangan.

10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,

pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,

berdasarkan pada kaidah EYD

11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan

diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.

12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya

dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang

tepat ke depan kelas.

Refleksi

13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan

benar.

153

c. Kegiatan Akhir

Konfirmasi

1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.

Penilaian yang sebenarnya

2. Guru memberi latihan

3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di

pembelajaran selanjutnya.

4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.

VIII. SUMBER DAN MEDIA

a. Sumber

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga

3. IPA Kelas III, PT Erlangga

4. IPS Kelas III, PT Erlangga

b. Media

1. Teks Bacaan

2. Objek tempat atau orang

3. Lingkungan sebagai sumber belajar

154

IX. PENILAIAN

1. Instrumen penilaian proses dan hasil

a. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu

proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada

tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)

b. Instrumen penilaian hasil

Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah

penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

155

Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi

No

Nama

Siswa

Aspek Yang Dinilai

Skor

Keseluruhan

Rata

rata

nilai

Detail

perincian

tentang

objek

Ketepatan

ejaan

Ketepatan

pemakaian

kata

Kefektifan

kalimat

Kepaduan

paragraf

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1

diberikan jika tingkat ketepatan (0-20%); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan

(21-40%); nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60%); nilai 4 diberikan jika

tingkat ketepatan (61-80% ); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100%).

Tabel penilaian karangan deskripsi ini bersumber dari Abdurrahman dan Eliya

Ratna (2003:265)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

LAMPIRAN 10

156

Lampiran 11. (Siklus II Pertemuan 2)

Sekolah : SDN 14 Olo Kec. Padang Barat

Tema : Lingkungan

Kelas/ Semester : III/ I

Tahun Pelajaran : 2011/ 2012

Waktu : 3 x 35 menit

Hari/ Tanggal :

X. Standar Kompetensi

Bahasa Indonesia

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam bentuk paragraf dan puisi

IPA

Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan

upaya menjaga kesehatan lingkungan.

IPS

Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah dan

sekolah peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari

XI. Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia

Menyusun paragaraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan

penggunaan ejaan.

IPA

Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

157

IPS

Menceritakan lingkungan alam dan buatan disekitar rumah

XII. Indikator

Bahasa Indonesia

a. Menyebutkan ciri-ciri objek pengamatan yang ada di lingkungan sekitar

(kognitif)

b. Menuliskan kalimat deskripsi tentang objek pengamatan yang ada di

lingkungan (psikomotor)

c. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang padu dengan memperhatikan

penggunaan EYD yang benar (psikomotor)

IPA

1.1.5 Menyebutkan nama-nama makhluk hidup

1.1.6 Menyebutkan nama-nama makhluk tidak hidup

1.1.7 Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup

1.1.8 Menjelaskan ciri-ciri makhluk tidak hidup

IPS

1.1.4 Mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan alam buatan di

lingkungan sekitar

1.1.5 Menjelaskan manfaat kenampakan alam bagi kehidupan

1.1.6 Menjelaskan manfaat kenampakan buatan bagi kehidupan

XIII. Tujuan Pembelajaran

d. Setelah mengamati objek langsung siswa dapat menyebutkan ciri-ciri

objek yang diamati dengan benar.

158

e. Melalui contoh yang diberikan guru tentang membuat kalimat deskripsi

siswa dapat menuliskan kalimat deskripsi dengan benar.

f. Melalui penugasan siswa dapat menyusun kalimat deskripsi menjadi

paragraf yang padu dengan benar.

XIV. Materi Pokok

d. Bahasa Indonesia (menulis deskripsi)

e. IPA (ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup)

f. IPS (kenampakan alam dan kenampakan buatan)

XV. Metode Pembelajaran

f. Pengamatan

g. Penugasan

h. Tanya Jawab

i. Ceramah

j. CTL (Contextual Teaching and Learning)

XVI. Langkah-Langkah Pembelajaran

d. Kegiatan Awal (10 menit)

Eksplorasi

4. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, absen,

berdo‟a bersama untuk memulai pembelajaran.

Bertanya

5. Appersepsi (tanya jawab tentang lingkungan sekitar)

6. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.

159

e. Kegiatan Inti

PraPenulisan

Elaborasi

Pemodelan

1. Siswa ditugaskan oleh guru untuk mengamati lingkungan.

2. Guru membimbing siswa menentukan topik yang akan ditulis,

Inkuiri

3. Guru menugaskan siswa mengembangkan pokok pikiran dengan satu

atau beberapa pikiran penjelas sehingga menjadi kerangka karangan.

Penulisan (Pengembangan draf)

4. Siswa mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasannya dalam

bentuk kalimat,

Konstruktivisme

5. Selanjutnya siswa membuat kalimat menjadi paragraf sehingga

karangannya menjadi sebuah wacana (karangan) utuh.

6. Siswa di bawah bawah bimbingan guru memberi judul karangan

deskripsi.

7. Guru membantu siswa memperbaiki dan menyunting karangan

deskripsi melalui proses tanya jawab.

PascaPenulisan

8. Siswa menata ulang kerincian atau kejelasan penggambaran objek

yang ditulis dalam bentuk draf dengan cara mengganti, menambah atau

menukar kata dan kalimat yang tidak sempurna atau kurang cocok.

160

Masyarakat Belajar

9. Guru membimbing siswa bekerja secara berkelompok atau

berpasangan.

10. Siswa memperbaiki tulisannya yang menyangkut aspek huruf kapital,

pemakaian tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya,

berdasarkan pada kaidah EYD.

11. Siswa menyalin kembali hasil karangannya yang telah direvisi dan

diedit sehingga menjadi karangan yang baik dan utuh.

12. Siswa di bawah bimbingan guru mempublikasikan karangannya

dengan cara membaca hasil karangan dengan lafal dan intonasi yang

tepat ke depan kelas.

Refleksi

13. Guru langsung membimbing siswa cara membaca yang baik dan

benar.

f. Kegiatan Akhir

Konfirmasi

1. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran.

Penilaian Yang sebenarnya

2. Guru memberi latihan dan penilaian

3. Siswa diberi motivasi atas hasil tulisannya agar lebih baik lagi di

pembelajaran selanjutnya.

4. Siswa bernyanyi bersama untuk menutup pelajaran.

XVII. SUMBER DAN MEDIA

161

c. Sumber

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

6. Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas III, PT. Erlangga

7. IPA Kelas III, PT Erlangga

8. IPS Kelas III, PT Erlangga

d. Media

4. Teks Bacaan

5. Objek tempat atau orang

6. Lingkungan sebagai sumber belajar

XVIII. PENILAIAN

2. Instrumen penilaian proses dan hasil

c. Instrumen penilaian proses dilihat dari hasil pengamatan sewaktu

proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari penilaian pada

tahap prapenulisan dan pascapenulisan. (Terlampir)

d. Instrumen penilaian hasil

Hasil karangan deskripsi siswa, aspek yang dinilai pada hasil adalah

penilaian pada tahap penulisan. (Terlampir)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

Format Penilaian Hasil Karangan Deskripsi

162

No

Nama

Siswa

Aspek Yang Dinilai

Skor

Keseluruhan

Rata

rata

nilai

Detail

perincian

tentang

objek

Ketepatan

ejaan

Ketepatan

pemakaian

kata

Kefektifan

kalimat

Kepaduan

paragraf

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Setiap aspek berpeluang/diberi skala penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5, Nilai 1

diberikan jika tingkat ketepatan (0-20% ); nilai 2 diberikan jika tingkat ketepatan (

21-40% ); nilai 3 diberikan jika tingkat ketepatan (41-60% ); nilai 4 diberikan jika

tingkat ketepatan (61-80% ); nilai 5 diberikan jika tingkat ketepatan (81-100% ).

Tabel penilaian karangan deskripsi ini bersumber dari Abdurrahman dan Eliya

Ratna (2003:265)

Padang, 2011

Peneliti

(Elda Yulianti)

LAMPIRAN 12

163

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Guru Pada Siklus II

Tahap

Pembelajaran

Aktivitas

Deskripsi

Ada

Tidak

Kualifikasi

A B C D

4 3 2 1

Tahap

Prapenulisan

7. Memajangkan

gambar

5. Gambar jelas, bagus, dan

menarik perhatian siswa.

6. Gambar sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

7. Gambar memiliki rangkaian

cerita.

8. Rangkaian cerita yang terdapat

pada gambar jelas dan mudah

dipahami anak.

8. Meminta siswa

mengamati gambar

5. Kalimat disampaikan jelas.

6. Permintaan direspon siswa.

7. Permintaan dipahami siswa

8. Kalimat yang disampaikan

bisa menimbulkan rasa

keingintahuan siswa.

9. Menanyakan

peristiwa-peristiwa

yang terlihat pada

gambar

5. Pertanyaan yang disampaikan

jelas.

6. Pertanyaan dipahami oleh

siswa.

7. Pertanyaan tertuju tidak pada

siswa tertentu, tapi pada

semua siswa

8. Siswa merespon pertanyaan.

10. Menugasi siswa

menceritakan

gambar

5. Perintah yang disampaikan

jelas.

6. Perintah yang disampaikan

dipahami siswa

7. Terciptanya suasana yang

kondusif

8. Perintah tertuju tidak pada

siswa tertentu, tapi pada

seluruh siswa.

LAMPIRAN 13

164

11. Meminta siswa

memberi judul

karangan

13. Permintaan yang

disampaikan jelas.

14. Permintaan dipahami

siswa.

15. Permintaan direspon

siswa.

16. Menimbulkan pertanyaan

balik dari siswa dan jawaban

yang tepat dari guru.

12. Membimbing siswa

membuat kerangka

karangan

13. Menjelaskan cara

membuat kerangka karangan.

14. Bimbingan tidak hanya

pada siswa-siswa tertentu, tapi

tertuju pada seluruh siswa yang

ada dalam kelas.

15. Suasana kelas kondusif

16. Semua siswa serius dan

antusias membuat kerangka

karangan.

Tahap

Penulisan

7. Membimbing siswa

mengembangkan

kerangka karangan

menjadi karangan

deskripsi yang utuh

5. Bimbingan tidak hanya pada

siswa-siswa tertentu, tapi

tertuju pada seluruh siswa

yang ada dalam kelas.

6. Menimbulkan pertanyaan dari

siswa.

7. Siswa aktif dan serius

mengembangkan kerangka

karangan.

8. Suasana kelas kondusif.

8. Meminta siswa

untuk menukarkan

hasil karangannya

dengan teman

sebangku

5. Perintah yang disampaikan

jelas.

6. Perintah dilakukan oleh siswa.

7. Suasana kelas tidak ribut.

8. Perintah dapat memfokuskan

perhatian siswa.

165

9. Menginstruksikan

siswa untuk

membaca hasil

karangan teman

sebangkunya

5. Instruksi jelas.

6. Instruksi dipahami siswa.

7. Semua siswa membaca hasil

karangan teman sebangkunya.

8. Suasana kelas kondusif

10. Membimbing siswa

memperbaiki

karangan teman

sebangkunya dengan

cara menukar atau

menambah

penggunaan kata

dan kalimat yang

tidak pada

tempatnya

5. Penjelasan dapat dimengerti

oleh siswa.

6. Ada pertanyaan dari siswa.

7. Guru dapat menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

8. Bimbingan tidak hanya pada

siswa tertentu, tapi pada

semua siswa yang ada dalam

kelas.

11. Membimbing siswa

mengoreksi hasil

karangan dari segi

pemakaian huruf

kapital dan tanda

titik

5. Penjelasan dapat dimengerti

oleh siswa.

6. Ada pertanyaan dari siswa.

7. Guru dapat menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

8. Bimbingan tidak hanya pada

siswa tertentu.

12. Menugasi siswa

menyalin kembali

hasil karangan yang

telah diperbaiki

5. Tugas disampaikan dengan

jelas.

6. Tugas dipahami siswa.

7. Tugas dikerjakan oleh siswa

dengan senang dan serius.

8. Suasana kelas yang kondusif

tetap terjaga.

Tahap

Pascapenulisan

2. Membimbing siswa

membaca hasil

karangan deskripsi

dengan lafal dan

intonasi yang tepat

di depan kelas.

5. Penjelasan yang diberikan

dimengerti oleh siswa.

6. Siswa antusias membaca

karangan ke depan kelas.

7. Guru mampu menjawab

pertanyaan siswa dengan

benar.

166

8. Suasana kelas kondusif. √

Skor guru : 44

----- X 100 % = 84,61 % (Baik)

52

Penentuan Jumlah Deskriptor:

4 = Jika semua deskriptor ada

3 = Jika tiga deskriptor ada

2 = Jika dua deskriptor ada

1 = Jika satu deskriptor ada

Penentuan Skor:

100xSM

RNP

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

Total skor maksimal = 52

Pedoman Penilaian:

Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi

86 – 100 %

76 – 85 %

66 – 75 %

56 – 65 %

≥ 55 %

A

B

C

D

TL

4

3

2

1

0

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut

Ngalim Purwanto (2002:102).

Padang, 2011

Observer

(ELDA YULIANTI)

167

Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Siswa Pada Pada Siklus II

d. Tahap Prapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskripsi

Kualifikasi

Menjawab peristiwa pada

gambar

Mampu menjawab peristiwa sebagian

besar gambar.

3

Menceritakan gambar Menceritakan gambar dengan bahasa

yang runtut, dan sesuai dengan gambar.

3

Membuat judul karangan Judul sesuai gambar, penulisan judul

menggunakan ejaan yang tepat, dan

bervariasi.

4

Skor Siswa: 10

----- X 100 % = 83,33 % (Baik)

12

e. Tahap Penulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskripsi

Kualifikasi

Ide atau gagasan Semua ide sesuai dengan gambar. 4

Paragraf Menggunakan pola paragraf yang tepat

tapi kurang wajar.

3

Tanda baca Semua kalimat sudah sesuai dengan

penggunaan ejaan, huruf kapital dan

tanda baca yang benar

4

Skor Siswa: 11

----- X 100 % = 91,67 % (Sangat Baik)

12

LAMPIRAN 14

168

Tahap Pascapenulisan

Kemampuan Yang Dinilai

Deskripsi

Kualifikasi

Penulisan judul Tepat 3

Urutan Kalimat Tepat 3

Keruntutan paragrag Tepat 3

Skor Siswa: 9

----- X 100 % = 75 % (Baik)

12

Keterangan:

deskripsi 1 nilainya 4

deskripsi 2 nilainya 3

deskripsi 3 nilainya 2

deskripsi 4 nilainya 1

Penentuan Skor:

100xSM

RNP

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

Total skor maksimal = 12

Pedoman Penilaian:

Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Kualifikasi

86 – 100 %

76 – 85 %

66 – 75 %

56 – 65 %

≥ 55 %

A

B

C

D

TL

4

3

2

1

0

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

Teknik penentuan skor sesuai dengan teknik penilaian dengan persen menurut

Ngalim Purwanto (2002:102).

Padang, 2011

Observer

( ELDA YULIANTI )