PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA...

143
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010) TESIS Oleh ZUPRI NIM: 92614 Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

Transcript of PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA...

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI

OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010)

TESIS

Oleh

ZUPRI NIM: 92614

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

vii 

Persetujuan Akhir Tesis

Nama Mahasiswa : zupri NIM : 92614

Nama Tanda Tangan Tanggal

Prof. Dr. Syafruddin.M.Pd. ______________ ____________ Pembimbing I

Prof. Dr. Eddy Marheni.M.Pd. ______________ ____________

Pembimbing II

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi/Konsentrasi Universitas Negeri Padang

Prof. Dr. Mukhaiyar Prof. Dr. Eddy Marheni. M.Pd NIP. 130 526 501 NIP. 130. 805 469

viii 

Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Pendidikan

No. Nama Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Syafruddin.M.Pd. _________________

(Ketua) 2. Prof. Dr. Eddy Marheni.M.Pd. _________________

(Sekretaris) 3. Prof. Dr. Gusril, M.Pd. _________________

(Anggota) 4. Prof. Dr. Sayuti Syahara, M.S, AIFO. _________________

(Anggota) 5. Dr. Ramalis Hakim, M.Pd _________________

(Anggota)

Mahasiswa:

Nama : zupri

NIM : 92614

Tanggal Ujian :

 

ABSTRACT

Zupri, 2010. Professionalism of Sport Physical and Health Education Teacher with Qualitative study at state SMA Pekanbaru city in the year 2010. Thesis of Post Graduate Program. State University of Padang.

Professionalism is the ability of a sport physical and health education teachers in presenting teaching materials of sport well, by which the teachers are demanded to be able to master and design the learning of sport. The professional teachers of sport physical and health education have to be able to have pedagogic, personality social and professional competences.

This research is intended to know the professionalism sport physical and health education teachers in state SMA Pekanbaru city. The Population of this research is all sport physical and health education teachers in state SMA Pekanbaru city. The informants of this research are teachers who teach in the state SMA Pekanbaru city, they are sport physical and health education teachers and students. In addition, both headmasters and administration staffs of the schools are also included and used as the resources of information. The Information in this research uses the technique of Snow Ball, the theory of Spreadley, which later develops in a accordance with the requirement and it will end up if there is no more indication of appearance of new information accordingly. Questions Research which are proposed in this research are: a) how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to pedagogic competence? b) how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to the aspects of social competence? c)how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to personality competence?d) how is the professionalism of sport physical and health education teachers seen from professional competence in state SMA in Pekanbaru?

The result of the research has proved : a) professionalism of sport physical and health education teachers in terms of pedagogic competence is very good. b)how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to social competence is very good? c) how is the professionalism of sport physical and health education teachers seen from personality competence in state SMA in Pekanbaru ?is very good. d) Professionalism of sport physical and health education teachers with respects to professional competence in state SMA in Pekanbaru is not good enough.

It can be concluded that the professionalism sport physical and health education teachers seen from the pedagogic, social and personality competence is very good. However, it is still not good enough in terms of professional competence.

ii 

 

ABSTRAK

Zupri, 2010. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dengan Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Profesionalisme merupakan kemampuan seorang Guru Penjasorkes

dalam memberikan materi pembelajaran olahraga dengan baik serta guru di tuntut untuk mampu menguasai dan merancang pembelajaran olahraga. Guru Penjasorkes yang profesional harus memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.

Informan utama dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMA Negeri 3, 4, 8 dan12 Kota Pekanbaru, yaitu guru penjasorkes dan siswa, informasi lain adalah kepala sekolah, teman sejawat dan pegawai tata usaha. Informasi dalam penelitian ini menggunakan teknik snow ball teori Spradley, yang nantinya informasi dalam penelitian tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan dan berakhir jika tidak terdapat lagi indikasi munculnya informasi baru sesuai dengan kebutuhan.

Pertanyaan penelitian yang di ajukan dalam penelitian ini adalah a) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi paedagogik?. b) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi kepribadian?. c) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi Sosial ?. d) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi Profesional ?.

Hasil penelitian menunjukan a) Profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi paedagogik di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik b) profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi sosial di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik. c) profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi kepribadian di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik. Dan d) profesionalisme Guru Penjasorkes dilihat dari kompentensi profesional di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat kurang baik.

Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme Guru Penjasorkes sudah sangat baik dilihat dari asfek Kompetensi paedagogik, sosial dan kepribadian, namun masih kurang baik dalam hal kompetensi profesional.

iii 

 

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Tesis dengan judul; PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMA NEGERI KOTA PEKANBARU adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya Tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing.

3. Di dalam Karya Tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.

4. Pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apa bila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena Karya Tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku

Padang, Oktober 2010 Saya yang menyatakan

Z u p r i Nim: 92614

iv 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan tesis berjudul “Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani

Olaharaga dan Kesehatan SMA Negeri Kota Pekanbaru” dengan lancar.

Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam mendapatkan Gelar Magister

Pendidikan (M,Pd) pada program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Selama penulisan tesis ini, peneliti banyak menerima bantuan,

bimbingan dan koreksi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, maka

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada;

1. Bapak Prof. Dr. Syafruddin M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna mengarahkan,

mengkoreksi dan memotivasi peneliti untuk menyelesaikan penulisan

tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marheni M.Pd, sebagai ketua Kosentrasi

Manajemen Pendidikan Olahraga sekaligus sebagai pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang positif, untuk

penulisan tesis ini.

3. Prof. Dr. Gusril. M.Pd, selaku dosen penguji yang telah mamberikan

masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan

tesis ini.

 

4. Prof. Dr. Sayuti Syahara. M.Pd.AIFO, selaku dosen penguji yang telah

mamberikan masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam

penyempurnaan tesis ini

5. Dr.Ramalis Hakim. M.Pd selaku dosen penguji yang telah mamberikan

masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan

tesis ini.

6. Bapak Direktur Program Pascasarjana, Ketua Konsentrasi Manajemen

Pendidikan Olahraga, serta seluruh Dosen dan staf Tata Usaha

Pascasarjana yang telah memberikan bantuan, kemudahan, dan

dorongan kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan pada Program

Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

7. Bapak dan Ibu kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota

Pekanbaru beserta Bapak dan Ibu guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8

dan 12 Kota Pekanbaru, yang telah memberikan izin kepada peneliti

untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya dan

memberikan informasi yang peneliti perlukan serta memberikan

kemudahan yang diberikan selama penelitian di SMA Negeri 3, 4, 8 dan

12 Kota Pekanbaru.

8. Bapak Drs.H. Hermilus, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 12

Pekanbaru yang telah banyak memotivasi penulis dan memberikan izin

selama menyelesaikan perkuliahan S2.

9. Kedua orang tua penulis Ibu dan Ayah tercinta, Hj.Rohana dan Ahmad

yang selalu mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan

perkuliahan S2 ini.

vi 

 

11. Ayah dan Ibu mertua tercinta H.Syaraf dan Hj.Anggorani yang tak lupa

mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

12. Teristimewa buat Istri tercinta Dra.Hj.Sarpani beserta buah hati Ahsanuz

zikri, Amani Syahidah dan Muhammad Atif Maulidi yang selalu tabah dan

penuh pengorbanan baik materi maupun moril di dalam memberikan

semangat selama melaksanakan perkuliahan dan pada masa penulisan

tesis ini.

13. Rekan-rekan sesama S2 pada program studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Manajemen Olahraga, yang sama-sama berjuang

menyelesaikan perkuliahan yang selalu memberikan motivasi dalam

penulisan tesis ini.

Akhirnya tidak lupa juga peneliti ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan proposal

penelitian ini. Kepada mereka yang disebut, semoga Allah SWT memberi

imbalan dan limpahan rahmat-Nya, Amin.

Pekanbaru, Oktober 2010

ZUPRI NIM : 92614

vii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRACT……………………….........................................…………...… ABSTRAK .............................................……………...……………….…... SURAT PERNYATAAN…………………………………………………...... KATA PENGANTAR……………………………………………………..….. DAFTAR ISI ...……………………………………………………….............. DAFTAR TABEL………………………………………………..................... DAFTAR GAMBAR…………………………………………..……..……..… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….......... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................

B. Fokus Penelitian…..........................................................................

C. Pertanyaan Penelitian.....................................................................

D. Tujuan Penelitian…………………….……………............................

E. Manfaat Penelitian………………………………………..…………..

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritik...........................................................................

1. Profesionalisme Guru Penjasorkes………………………….....

a. Kompetensi Paedagogik……………....................................

b. Kompetensi Kepribadian………………………….……….....

c. Kompetensi Sosial………………………………….…………

d. Kompetensi Profesional…………………………….………..

2. Hakekat Guru Penjasorkes yang Profesional…………...……..

a. Keberadaan Guru Penjasorkes............................................

b. 10 Kompetensi Guru Penjasorkes…....................................

B. Kerangka Berpikir…........................................................................

I ii iii iv vii x xI XII

1

8

8

9

9

11

11

13

14

15

16

17

17

18

25

viii

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……………….……….………………..…………..

B. Informan Penelitian……………………………….…........................

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…..….....................................

1. Teknik Pengumpulan Data........................................................

2. Alat Pengumpulan Data …………………………........................

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data………..…………………..….....

1. Perpanjangan Keikutsertaan …………………………….….….

2. Ketekunan Pengamatan ……………………………….…..……

3. Triangulasi ……………………………………………….…..……

4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi …………….…

5. Pengecekan Anggota …………………………………….……...

E. Teknik Analisa Data…………………………….……………….…….

1. Menentukan Status Sosial……………………………………….

2. Melakukan Observasi Lapangan ………………………….……

3. Melakukan analisis kawasan ……………………………………

4. Melakukan Observasi Terfokus dengan pertanyaan terstruktur…………………………………………………….…….

5. Melaksanakan analisis Taksonomi ……………………….…....

6. Melakukan Observasi Terseleksi dengan pertanyaan kontras……………………………………………………………..

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum…..……….…….…………………….........................

1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian…………………

2. Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota

Pekanbaru………………………………………………………….

3. Sarana dan Prasarana………………………...............………….

B. Temuan Khusus Peneliti………......................................................

1. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Paedagogik……………………………………………………..….

2. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Kepribadian……………………………………………………….

27

29

30

30

33

33

33

34

34

34

35

36

36

36

37

38

38

38

40

40

40

41

42

43 48

ix

3. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Sosial ……………………………………………………………….

4. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Profesional……………………………………………………….…

C. Pembahasan Penelitian…...............................................................

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Temuan…………………………………………………..

B. Implikasi Hasil Penelitian.................................................................

C. Saran……….…................................................................................

DAFTAR RUJUKAN……………………………………….………………… LAMPIRAN…………………………………………………...........................

49 51

62

67

70

87

90

91

x  

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru... 41

2. Sarana dan prasarana olahraga SMA Negeri 3,4,8 dan 12

KotaPekanbaru………………………………………………………. 42

xi  

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

1. Photo lokasi SMA Negeri 3 KotaPekanbaru………………………….... 102

2. Siswa-siswi SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru melakukan aktivitas

olahraga……………………………………………………………………. 102

3. Photo lokasi SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru…………………………… 103

4. Siswa-siswi SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru melakukan aktivitas

olahraga…………………………………………………………………….. 103

5. Photo lokasi SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru…………………………… 104

6. Siwa-siswi SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru Melakukan aktivitas

olahraga….…………………………………………………………………. 104

7. Photo lokasi SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru…………………………. 105

8. Siswa-siswi SMA Negeri 12 Kota pekanbaru melakukan aktivitas

olahraga…………………………………………………………………….. 105

xii  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 91

2. Nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12

Kota Pekanbaru …………………………………………………. 99

3. Guru-guru Penjasorke SMA Negeri 3,4,8,dan 12 Kota Pekanbaru.. 100

4. Jumlah siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 kota Pekanbaru………. 101

5. Dukumentasi penelitian…………………………………………. 100

6. Surat Izin Penelitian…………………………………………….. 104

   

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Sektor pendidikan adalah salah satu bidang pembangunan

nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia.

Peningkatan kualitas manusia dapat melalui berbagai program

pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar sampai kejenjang

perguruan tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan

pendidikan harus dilaksanakan secara sistematis dan terarah

berdasarkan kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang ketentuan umum

pendidikan adalah;

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Serta pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”

Pendidikan Jasmani (Penjas), pada kurikulum sebelumnya dan

sekarang dinamai Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

(Penjasorkes) merupakan salah satu media pendidikan untuk

meningkatkan kesehatan jasmani di sekolah. Bidang studi ini dapat

 

 

2

dijadikan proses pendidikan di sekolah menjadi lengkap, utuh dan

mengantarkan siswa tumbuh total dalam dirinya.

Sebagai bagian integral dari upaya pendidikan secara

menyeluruh sekaligus juga merupakan bagian dari kegiatan olahraga

bangsa atau masyarakat, maka pendidikan jasmani bertujuan untuk

mempersiapkan siswa menuju taraf kedewasaan yang dapat

membedakan suatu hal yang baik dan hal buruk. Hal ini disebabkan

karena dalam materi pengajaran penjasorkes terdapat nilai-nilai antara

lain; kreativitas, disiplin, pengembangan jasmani, mental, spiritual,

emosional, sosial, moral, dan seni yang selaras, serasi dan seimbang.

Penjasorkes tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan dan

keterampilan motorik saja, tetapi juga dapat mengembangkan

kemampuan berpikir, perubahan sikap dan prilaku siswa.

Menurut Laurence Haskew dan Lendon dalam Uno (2007:15)

mengatakan bahwa “guru merupakan seorang yang mempunyai

kemampuan dalam menata dan mengelola kelas”. Artinya bahwa

seorang Guru Penjasorkes harus memiliki kemampuan untuk

menghidupkan suasana kelas sehingga proses pembelajaran kelas

terlaksana dengan baik. Demikian juga menurut Jean Grambs dan

Morris dalam Uno (2007: 15) menjelaskan “bahwa guru adalah

mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah

laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi pendidikan”. Jadi

guru merupakan orang dewasa yang secara sadar dan bertanggung

 

 

3

jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.

Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan

merancang program pembelajaran serta mampu menata dan

mengelola kelas agar peserta didiknya dapat belajar dan pada

akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari

proses pendidikan tersebut.

Guru Penjasorkes merupakan suatu profesi, hal ini berarti suatu

jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai Guru

Penjasorkes, profesi ini memerlukan keahlian khusus yang tidak bisa

dilakukan sembarangan orang di luar bidang pendidikan jasmani.

walaupun pada kenyataanya masih terdapat hal-hal yang bertentangan

dengan itu. Profesionalisme seorang Guru Penjasorkes merupakan

suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahun di

bidang pendidikan jasmani olahraga dan`kesehatan, yaitu memahami

tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia

termasuk strategi mengajar.

Guru Penjasorkes merupakan suatu elemen penting dalam

dunia pendidikan, karena pencapaian tujuan pendidikan jasmani tidak

terlepas dari peranan guru yang profesional. Artinya bahwa tercapai

atau tidak tercapainya tujuan pendidikan jasmani sangat tergantung

peran seorang Guru Penjasorkes. Terciptanya sumber daya manusia

yang berilmu pengetahuan dan memiliki kesegaran jasmani yang baik,

merupakan tugas dan tanggung jawab Guru Penjasorkes yang

 

 

4

profesional, yaitu seorang guru yang mampu membuat peserta

didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara

pengembangan ketrampilan yang ada pada diri peseta didik itu sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di

Indonesia, namun terlihat bahwa faktor guru sangat penting dan

menentukan, karena guru adalah manusia yang berpikir, yang dapat

berkarya sehingga dapat membantu mengatasi persoalan pendidikan

di sekolah.

Masyarakat ikut berperan dalam pendidikan formal, dalam

rangka membekali generasi muda dengan ilmu dan teknologi, nilai dan

sikap, serta keterampilan-keterampilan menjadi aktor untuk

menghadapi persaingan ke depan. Guru merupakan tokoh kunci dalam

proses pendidikan manusia Indonesia menjadi insan pancasila yang

inovatif dan kreatif.

Peningkatan mutu pembelajaran mutlak harus dilakukan para

guru, karena akan memberikan dampak terhadap mutu pendidikan

nasional. Kemampuan profesional Guru Penjasorkes di SMA perlu

dimiliki, karena ini merupakan dasar untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang handal. Keberhasilan Guru Penjasorkes yang

profesional sangat ditentukan oleh banyak hal, keterampilan dan

kemampuan mengajar perlu di miliki, pemahaman kurikulum dan

penguasaan materi menjadi prioritas utama, di samping mampu dan

terampil dalam metode pengajaran dan mendaya gunakan media

 

 

5

pembelajaran. Tak kalah pentingnya pemahaman yang sungguh-

sungguh terhadap teknik evaluasi, karena teknik evaluasi menjadi

faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Sebelum

melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru dituntut membuat

perencanaan pembelajaran guna untuk mempermudah guru dalam

melaksanakan tugas selanjutnya.

Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan

khusus yang dilaksanakan dengan prinsip keprofesionalan.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru atau pendidik harus

memiliki ketekunan dan keseriusan dalam mengembangkan

pendidikan jasmani di sekolah. Pada pelaksanaan pengajaran

penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru, bahwa Guru Penjasorkes

masih berkeinginan menjadikan siswanya berprestasi dalam satu

cabang olahraga. Padahal telah diketahui bahwa setiap individu siswa

mempunyai kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda,

sehingga siswa merasa tertekan dalam pelaksanaan pembelajaran,

karena guru pendidik lebih mengarahkan pada olahraga prestasi. Ini

menunjukkan bahwa Guru Penjasorkes belum memahami konsep

pembelajaran penjasorkes yang sebenarnya yaitu mendidik dan

 

 

6

menumbuh kembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan

pembelajaran penjasorkes

Prestasi siswa dalam cabang olahraga di SMA Negeri Kota

Pekanbaru cukup baik, sehingga para guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan termotivasi untuk megembangkan

ekstrakurikuler di setiap sekolah. Kendala yang dihadapi adalah

kurangnya sarana dan prasarana olahraga di sekolah sehingga hal ini

dirasakan langsung oleh Guru-guru Penjasorkes di sekolah. Jumlah

siswa tidak seimbang dengan jumlah alat olahraga di sekolah.

Dampaknya adalah pelaksanaan olahraga di lapangan terkesan bahwa

Guru Penjasorkes hanya melakukan kewajiban saja pada waktu

pembelajaran, sehingga pemberian umpan balik dari pengajaran

jarang dilaksanakan.

Satuan pembelajaran merupakan penjabaran tentang isi

kurikulum yang akan disajikan kepada siswa. Jika Guru Penjasorkes

tidak menyesuaikan dengan kebutuhan dari setiap siswa dari tahun ke

tahun maka tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai sesuai

dengan tuntutan kurikulum. Selain itu Guru Penjasorkes kurang

mendapat kesempatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

di bidangnya seperti melalui seminar, penataran, dan lain sebagainya.

Penjasorkes merupakan sub sistem pendidikan individu dalam

proses yang sistemik dan sistematik yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas individu siswa baik secara kognitif, afektif

 

 

7

maupun psikomotor. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari

proses pembelajaran penjasorkes dimana siswa dapat memiliki

pengetahuan jasmani, keterampilan dan sikap. Dalam proses ini ada

unsur-unsur penting yang selalu berorentasi pada setiap proses

pembelajaran penjasorkes diantaranya; tujuan, materi, metode,

kurikulum, sarana dan prasarana. Penelitian ini dilaksanakan di SMA

Negeri Kota Pekanbaru guna untuk melihat sejauh mana tingkat

keprofesionalan Guru Penjasorkes dalam pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan hasil grand tour menunjukan bahwa; (1) guru

membuat pembelajaran hanya untuk memenuhi administrasi sekolah.

(2) guru kurang serius dan terlihat kurang persiapan sehingga sikap

dan caranya tidak profesional dalam memberikan materi pelajaran

penjasorkes. (3) akibat guru kurang variasi dalam menyampaikan

materi pembelajaran, maka sering terlihat siswa kurang aktif dalam

melakukan aktifitas olahraga. (4) sarana dan prasarana olahraga

belum memadai, sehingga Guru Penjasorkes tidak dapat melakukan

tugas sesuai dengan tuntutan kurikulum. (5) waktu pembelajaran

penjasorkes terasa sangat kurang dan tidak sesuai dengan tuntutan

materi dalam kurikulum. (6) Guru Penjasorkes terkesan hanya

melaksanakan kewajiban mengajar saja dan setelah itu pulang

sebelum jam pembelajaran selesai. (7) Guru Penjasorkes terkadang

tidak membuat rancangan pembelajaran dan satuan pembelajaran

dengan baik sehingga apa yang diajarkan tidak sistematis.

 

 

8

Melihat fenomena yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik

dan merasa terpanggil untuk melakukan penelitian yang berkaitan

dengan profesionalisme Guru Penjasorkes dalam mencapai hasil

belajar yang baik pada bidang studi pendidikan jasmani dan olahraga

kesehatan di SMA Negeri Kota Pekanbaru.

B. Fokus Penelitian.

Fokus penelitian ini adalah profesionalisme Guru Penjasorkes

di SMA Negeri Kota Pekanbaru dilihat dari aspek kompetensi

paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional

C. Pertanyaan Penelitian.

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut;

1. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri

Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi paedagogik?

2. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri

Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi kepribadian?

3. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri

Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi sosial?

4. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri

Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi profesional?

 

 

9

D . Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus dan pertanyaan penelitian di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan

hal-hal yang berkaitan dengan:

1. Kompetensi paedagogik Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota

Pekanbaru.

2. Kompetensi kepribadian Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota

Pekanbaru.

3. Kompetensi sosial Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota

Pekanbaru.

4. Kompetensi professional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota

Pekanbaru.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a) Guru-guru bidang studi penjasorkes yang ada di SMA Negeri

Kota Pekanbaru, dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas

belajar, sehingga pembelajaran dapat membentuk dan

mengembangkan kepribadian siswa terutama fisiologis, mental,

sosial dan emosional.

b) Kepala sekolah sebagai supervisi dalam menentukan arah

kebijakan dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah.

 

 

10

c) Peneliti sendiri adalah untuk mengembangkan wawasan dan

kemampuan dalam pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri

Kota Pekanbaru.

d) Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar

Magister Pendidikan.

e) Peneliti lain yang bermaksud untuk melanjutkan dan

megembangkan penelitian yang berkaitan dengan

profesionalisme guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori.

1. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya “suatu

bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang”.

Menurut Westar dalam Kunandar (2007:45) Profesi juga di artikan

“sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang di peroleh dari

pendidikan akademisi yang intensif”. Jadi hal tersebut dapat

diartikankan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang

menuntut keahlian tertentu, artinya suatu pekerjaan atau jabatan

yang disebut profesi tidak dapat di pegang oleh sembarangan orang,

tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara

khusus.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi”. Hal ini menjelaskam bahwa seorang pendidik atau seorang

  

12  

guru harus memilik  keterampilan khusus dan pengetahuan khusus

untuk mengaplikasikan ilmunya terhadap peserta didik.

Menurut Nana Sudjana, Usman dalam Kunandar (2007:46)

pekerjaan yang bersifat profesional adalah “pekerjaan yang hanya

dapat di lakukan oleh mereka khusus di persiapkan untuk itu bukan

pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain”. Hal ini menjelaskan bahwa seorang guru bukanlah

seorang yang bekerja dikarenakan tidak ada pekerjaan lain melainkan

merupakan minat dan bakat untuk menjadi seorang pendidik.

Sehingga dapat disimpulkan suatu keahlian (skill) dan kewenangan

dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kopentensi

(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) tertentu secara khusus yang di

peroleh dari pendidikan akademis yang intensif.

Sementara itu profesionalisme menurut Kunandar (2007:46)

adalah “kondisi arah, nilai ,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan yang berkaitan dengan mata pencarian seseorang”.

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas

suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan

pengajaran merupakan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

pencarian. Sementara itu seorang guru yang profesional adalah guru

yang memiliki kompentensi yang dipersyaratkan untuk melakukan

tugas pendidikan dan pengajaran. Kompentensi yang dimaksud

  

13  

adalah meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional

baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.

Dari pendapat di atas Guru Penjasorkes harus memiliki

kompetensi sebagai mana menurut UU Nomor 15 tahun 2005 tentang

guru dan dosen dalam Sujanto (2007: 31) ada 4 kompetensi yang

harus di miliki seorang guru yang profesional yaitu ;

a) Kompetensi paedagogik.

Kompetensi paedagogik adalah kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang di milikinya. Hal ini

dimaksud agar pemahaman terhadap peserta didik di dasari oleh

kesadaran bahwa bakat minat dan tingkat kemampuan mereka

sangat berbeda-beda sehingga seorang guru harus memiliki kiat-

kiat tersendiri dalam melakukan bimbingan.

Sementara Wibowo (2007: 4) mengatakan bahwa kinerja

guru profesional adalah” merupakan implementasi dari rencana

yang telah disusun, implementasi kinerja dilakukan oleh sumber

daya manusia yang memiliki kemampuan kompetensi, motivasi

dan kepentingan. Implementasi yang di maksud merupakan suatu

aplikasi rencana yang sudah dikuasai oleh guru untuk diterapkan

dilapangan sehingga tersusun dan terencana dengan baik.

  

14  

Untuk itu seorang Guru Penjasorkes yang mempunyai

kemampuan dan profesional atau kompetensi, haruslah dapat

menyusun perencanaan pengajaran dengan menerapkan prioritas,

dengan tujuan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan selalu

mempertimbangkan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh

para siswa sebagai masukan untuk pelaksanaan pembelajaran

berikutnya. Dengan melihat kepada pencapaian tujuan

pembelajaran tersebut, dengan sendirinya Guru Penjasorkes dapat

menyusun kembali kurikulum yang telah ada untuk diterapkan dan

disesuaikan dengan situasi kondisi, daerah sekolah, siswa dan

menerapkan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang lalu.

b) Kompetensi kepribadian.

Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa

sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Bakat dan minat

untuk menjadi guru merupakan hal yang harus di miliki oleh

seorang guru terutama Guru Penjasorkes. Guru merupakan

teladan dan figur bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya.

Menurut Gusril (2008: 8) bahwa guru harus memiliki (a)

berakhlak mulia; (b) arif bijaksana; (c) berwibawa; (d) stabil; (e)

dewasa; (f) jujur; (g) menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat;

(h) mau mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan; (i)

mau mengevaluasi kinerja sendiri; (j) mantap.

  

15  

Dari kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa seorang guru

harus memiliki kepribadian yang mantap untuk menjadi pengayom

bagi siswa dan masyarakat sekitarnya, sehingga kinerja guru dapat

berjalan dengan baik dan lancar.

c) Kompetensi sosial.

Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua siswa dan masayarakat sekitarnya, yang

harus dijauhkan bagi seorang guru adalah egois serta

mengedepankan kepentingan pribadi.

Menurut Gusril (2008: 9) bahwa kompetensi sosial secara

umum harus mampu membangun; (1) menciptakan komunikasi

yang baik melalui tulisan, lisan dan isyarat; (2) menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul

secara efektif dengan siswa, serta pendidik, tenaga kependidikan,

pimpinan, satuan pendidikan, orang tua, siswa; (4) bergaul secara

santai dengan masyarakat sekitarnya dengan mengindahkan

norma-norma serta sistim nilai yang berlaku dan; (5) menghasilkan

prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat.

Guru yang profesional harus mampu memiliki kemampuan

bergaul dengan baik dan luas, ramah serta ceria terhadap peserta

didik serta orang tua peserta didik sehingga dapat mengenal

lingkungan lebih luas. Seorang guru profesional harus mamapu

  

16  

bergaul secara luwes sehingga mampu berkomunikasi kesegala

arah, hal ini dilakukan karena tugas seorang guru mengharuskan

untuk mengenal lebih jauh siswanya. Disamping itu seorang guru

juga harus mampu berkomunikasi baik dengan orang tua siswa

maupun terhadap atasannya. Jadi jelas bahwa seorang guru harus

memiliki kemampuan untuk berkomunikasi kesegala arah dan

segala lapisan masyarakat baik siswa, orang tua siswa, maupun

atasan dari guru tesebut.

d) Kompetensi profesional.

Menurut Gusril (2008: 11) kompetensi profesional adalah

kemampuan untuk dapat menguasai materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu

membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompentensi

minimal yang harus di kuasai oleh peserta didik. Sementara

Sagala Syaiful (2009: 39) guru merupakan faktor penting dalam

menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah, Guru

Penjasorkes mempunyai tanggung jawab dalam bentuk

keterampilan/ kemampuan mengajar yang dibagi dalam dua

bagian, yaitu: 1) Keterampilan managerial dan 2) Keterampilan

substansial.

Keterampilan managerial berhubungan dengan kemampuan

mengelola lingkungan belajar serta memelihara dan

  

17  

mengembangkan perilaku siswa, juga keterlibatan siswa dalam

pelaksanaan pembelajaran.

Keterampilan substansial berhubungan dengan kemampuan

mengenai materi, metode, sarana dan prasarana, tujuan

sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum. Kedua

keterampilan ini harus dipunyai Guru Penjasorkes dalam

meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan pembelajaran

penjasorkes, baik dalam pemberian materi yang bersifat teori

maupun praktek di lapangan olahraga.

Dari uraian di atas maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa guru yang profesional adalah guru yang dapat

mengembangkan dirinya untuk melaksanakan tugas sehari-harinya

sebagai guru untuk mencerdaskan siswa siswi di mana dia

mengajar, karena dari apa yang di laksanakannya akan menjadi

sumber penghasilan bagi dirinya dan keluarganya.

2. Hakekat Guru Penjasorkes Yang Profesional.

a) Keberadaan Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kasehatan.

Guru penjasorkes adalah seorang guru mata pelajaran yang

memberikan pelajaran Penjasorkes dalam arti kata guru dapat

mendesain program pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran

jasmani siswa siswi dan meningkatkan ketrampilan motorik dan

menimbulkan sikap sportivitas siswa siswi dalam belajar maupun

  

18  

dalam kehidupan sehari-hari. Maka guru mata pelajaran

penjasorkes dapat menjalankan pembelajaran dalam kelas

maupun di luar kelas seperti; di lapangan bola kaki, lapangan voli,

lapangan basket ball atau bagi sekolah yang tidak mempunyai

lapangan memanfaatkan apa yang ada di sekolah tersebut. Oleh

karena itu guru haruslah mempunyai kemampuan dalam

mengorganisir atau menyusun suatu manajemen dalam

pembelajaran secara efektif dan efisien, ini merupakan tugas inti

seorang Guru Penjasorkes di sekolah.

b) 10 Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.

Adapun tahap-tahap kemampuan dasar yang harus di

dipenuhi oleh guru profesional adalah dalam UU Guru dan Dosen

tahun 2007 yaitu; “(1) penguasaan bahan, (2) mengelola program

belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media

sumber, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola

interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk

kepentingan mengajar, (8) mengenal fungsi dan program

pelayanan BP, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip mentanfsirkan hasil-

hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran”.

1) Penguasaan Bahan.

Kemampuan dasar yang di miliki adalah manguasai bahan

mata pelajaran dan kurikulum sekolah hal yang harus di

  

19  

kembangkan oleh seorang guru yang profesional adalah

penguasaan materi pengajaran serta mengkaji bahan kurikulum

materi pembelajaran, sehingga setiap materi yang di berikan di

sesuaikan dengan materi yang ada. Mengkaji isi buku-buku teks

materi pembelajaran yang bersangkutan dan melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kegiatan kurikulum

materi pembelajaran yang bersangkutan.

Sementara itu penguasaan yang diperlukan adalah

penguasaan bahan pendalaman atau aplikasi pembelajaran yang

sesuai dengan materi ilmu yang relevan sehingga materi yang

diberikan dapat di cerna oleh peserta didik. Demikian halnya

dengan mempelajari aplikasi bidang ilmu kedalam bidang ilmu

lain, serta mempelajari cara menilai kurikulum materi

pembelajaran, sehingga kita sebagai guru dapat melakukan

evaluasi materi yang telah di tuangkan kedalam pembelajaran.

2) Mengelola Program Belajar Mengajar.

Dalam hal ini pengelolaan program belajar dan mengajar

mengenai rumusan tujuan instruksional adalah mengkaji

kurikulum materi pembelajaran, mempelajari ciri-ciri rumusan

tujuan instruksional, mempelajari tujuan instruksional materi

pembelajaran yang bersangkutan, merumuskan tujuan

instruksional materi pembelajaran yang bersangkutan.

  

20  

Sedangkan mengenai hal mengenal dan dapat

menggunakan metode mengajar, mempelajari bermacam-macam

metode pengajaran dan menggunakan macam-macam metode

pengajaran. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang

tepat yaitu dengan mempelajari kriteria pemilihan materi dan

prosedur mengajar. Menggunakan kriteria memilih materi dan

prosedur mengajar. Merencanakan program pelajaran dan

menyusun satuan pelajaran.

Berikut adalah melaksanakan program belajar mengajar

yaitu mempelajari fungsi dan peranan guru dalam instruksi belajar

mengajar, menggunakan alat bantu kriteria pemulihan materi

dan prosedur mengajar, menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar, memonitor proses belajar siswa, menyesuaikan

rencana program pengajaran dengan situasi kelas.

Berikut adalah mengenal kemampuan anak didik,

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian

prestasi belajar, mempelajari prosedur dan teknik mengidentifikasi

kemampuan siswa. menggunakan prosedur dan teknik

mengidentifikasi kemampuan siswa.

3) Mengelola Kelas.

Mengatur tata ruang kelas dengan mempelajari macam-

macam pengaturan tempat duduk dan setting ruang kelas sesuai

dengan tujuan instrusional yang hendak dicapai, mempelajari

  

21  

kriteria menggunakan macam-macam pengaturan tempat duduk

dan setting ruang. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi

mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar

mengajar yang serasi. Mempelajari strategi dan prosedur

pengelolaan kelas yang besifat preventif, menggunakan strategi

dan prosedur mengelola kelas yang bersifat preventif,

menggunakan prosedur kelas yang bersifat kuratif.

4) Menggunakan Media Sumber.

Mengenal, memilih dan menggunakan media yaitu,

mempelajari macam-macam media pendidikan, mempelajari

kriteria memilih media pendidikan, menggunakan media

pendidikan, merawat alat-alat bantu pengajaran. Membuat alat-

alat bantu pembelajaran sederhana yaitu, mengenali bahan-

bahan yang tersedia dilingkungan sekolah untuk membuat alat-

alat bantu, mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu

mengajar, menggunakan perkakas untuk membuat alat-alat bantu

mengajar.

Menggunakan dan menggelola laboratarium dalam rangka

proses belajar mengajar yaitu mempelajari cara-cara

menggunakan laboratorium, mempelajari cara-cara dan aturan

pengalaman bekerja di laboratorium, berlatih mengatur tata ruang

laboratorium, mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.

Mengembangkan laboratorium yaitu mempelajari fungsi

  

22  

laboratorium dalam proses belajar mengajar, mempelajari kriteria

pemilihan alat, Mempelajari berbagai desain laboratorium, menilai

keefektifan kegiatan laboratorium, mengembangkan eksperimen

baru.

Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar

mengajar yaitu mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam

proses belajar, mempelajari macam-macam sumber

perpustakaan, menggunakan macam-macam sumber

perpustakaan. Mempelajari kriteria pemilihan sumber macam-

macam sumber perpustakaan. Menilai sumber perpustakaan.

Menggunakan micro teaching dalam belajar mengajar yaitu

mempelajari fungsi micro teaching dalam proses belajar

mengajar, menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar

mengajar, menyusun program micro teching dengan atau tanpa

hardware, melaksanakan program micro teching dengan atau

tanpa hardware menilai program dan pelaksanaan micro teaching

menggunakan program baru.

5) Menguasai Landasan Kependidikan.

Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan

pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, fisiologis, historis,

dan psikologis. Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial

yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti

  

23  

luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dengan

masyarakat.

6) Mengelola Interaksi Belajar Mengajar.

Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar,

menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar.

Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan, menggunakan

macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat, mempelajari

beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah,

mengkaji faktor-faktor positif dan negativ dalam proses belajar.

Mencari cara-cara berkomunikasi antar pribadi, menggunakan

cara-cara berkomunikasi antar pribadi.

7) Menilai Prestasi Siswa Untuk Kepentingan Mengajar.

a) Mempelajari fungsi penilaian

b) Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur

penilaian.

c) Mempelajari kriteria dan prosedur penilaian.

d) Mempelajari kriteria penilaian teknik dan prosedur penilaian.

e) Menggunakan teknik dan prosedur penilaian.

f) Mengelola dan menginterprestasikan hasil penilaian.

g) Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar

mengajar.

h) menilai tehnik dan prosedur penilaian.

i) Menilai keefektifan program pengajaran.

  

24  

8) Mengenal Fungsi dan Program Pelayanan BP.

Mengenal fungsi dan program layanan BP di sekolah yaitu

mempelajari fungsi BP di sekolah, mempelajari program layanan

BP, mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan,

serta tanggung jawab antara guru di sekolah. Menyelenggarakan

program layanan BP disekolah yaitu mengidentifikasi kesulitan-

kesulitan yang di hadapi siswa, menyelengarakan program

layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar.

9) Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi Sekolah.

Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah yaitu

mempelajari struktur organisasi dan administrasi sekolah

mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala

sekolah, dan kantor wilayah Depdiknas, mempelajari peraturan-

peraturan kepegawaian pada umumnya dan peraturan

kepegawaian guru pada khusunya. Menyelenggarakan

administrasi sekolah, mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur

pengelolaan program akademik.

10) Memahami Prinsip-prinsip Menafsirkan Hasil-hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran.

a) Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam

penelitian pendidikan.

b) Mempelajari tehnik dan prosedur penelitian pendidikan,

terutama sebagai konsumen hasil-hasil penelitian

pendidikan.

  

25  

c) Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan

pengajaran.

Berdasarkan 10 kemampuan dasar profesionalisme seorang

guru maka hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk

mengembangkan profesionalisme seorang guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan di sekolah.

B. Kerangka Pemikiran.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan

kegiatan siswa untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai

nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor,

sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya

masing-masing.

Secara sistimatis berkaitan dengan profesionalisme guru

penjasorkes ada 4 kompetensi yang harus di miliki guru penjasorkes

sebagai guru profesional yaitu; (1) Kompetensi Paedagogik; (2)

Kompetensi Kepribadian; (3) Kopetensi Sosial; (4) Kompetensi

profesional.

Dari hal di atas bahwa proses belajar yang dilaksanakan oleh

seorang guru serta siswa akan lebih menarik dan apa bila guru dapat

menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan yang di capai

dan siswapun dapat menguasainya. Semua itu tentu tidak terlepas

dari cara guru dalam mempersiapkan rancangan pengajaran yang

  

26  

efektif dan efisien serta melaksanakan evaluasi dengan baik dan

benar selama dalam pelaksnaan pembelajaran, yang di sesuaikan

dengan kurikulum serta menggunakan metode dan media

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan

pembelajaran.

Selain dari itu yang lebih penting adalah guru yang profesional

harus dapat menghidupkan suasana dalam pembelajaran penjasorkes

agar menyenangkan dan terciptanya interaksi yang baik antara guru

dan siswa dan siswa dengan siswa lain selama pelajaran itu

berlangsung.

Apabila guru sudah memperhatikan dengan baik dan benar

diharapkan tujuan akan tercapainya lebih optimal. Untuk lebih jelasnya

tujuan tentang kerangka pemikiran dapat dilihat dengan gambar

berikut ini;

Bagan I. Kerangka Berpikir

Guru Penjasorkes yang

Profesional

Kompetensi Paedagogik 

Pembelajaran Penjasrkes

Kompetensi  Sosial 

Kompetensi Kepribadian 

Kompetensi Profesional 

  

27  

 

27

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri di Kota

Pekanbaru. Bertolak dari grand tour penelitian mengenai

profesionalisme Guru Penjasorkes dalam pembelajaran di SMA

Negeri Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Pada awal penelitian kualitatif ini, langkah pertama

peneliti lakukan adalah mengurus surat izin kepada Kantor Dinas

Pendidikan Kota Pekanbaru untuk bisa melakukan penelitian di

seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru.

Situasi sosial yang menjadi fokus penelitian ini adalah

profesionalisme guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di

lingkungan sosial yang dapat memudahkan peneliti dalam

memasuki lingkungan sosial tersebut untuk mengambil data secara

berkelanjutan dan berulang-ulang sebagai mana yang disarankan

oleh Spradley dalam Helmi (2001: 33) yakni sederhana, mudah

memasukinya tidak begitu ketara juga dilakukan penelitian

terhadap situasi sosial tersebut dan izin untuk melakukan penelitian

dapat dengan mudah di peroleh. Selain itu lokasi penelitian yang di

   

 

   

28

pilih bukan untuk mewakili semua sekolah yang ada di Kota

Pekabaru melainkan hanya di seluruh SMA Negeri di Kota

Pekanbaru. Kehadiran peneliti sudah diketahui dan diterima oleh

pihak SMA Negeri Kota Pekanbaru ketika melakukan grand tour

sebagai studi pendahuluan.

Setelah mendapatkan izin dari Diknas Pendidikan Kota

Pekanbaru dan kepala sekolah seluruh SMA Negeri di Kota

Pekanbaru sehingga peneliti mendapatkan kemudahan untuk terjun

kelapangan guna mendapatkan informasi yang dapat dijadikan data

penelitian.

Pada saat melakukan penelitian, peneliti akan menggunakan

bahasa Minang, Melayu, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar. Hal ini dilakukan karena di seluruh sivitas SMA Negeri

Kota Pekanbaru berasal dari latar belakang suku dan budaya yang

berbeda-beda, baik guru dan siswanya. Hal ini diharapkan dapat

terjalin hubungan yang akrab, sehingga peneliti mendapatkan

gambaran tentang informasi tentang profesionalisme guru

penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru.

Penelitian ini belum dapat di perkirakan waktu yang cukup

untuk mendapatkan informasi, agar informasi yang di dapat benar-

benar menunjukan hasil yang di inginkan. Kehadiran peneliti untuk

melihat dan mendapatkan gambaran secara umum dan untuk

menciptakan hubungan yang baik dengan subjek penelitian secara

   

 

   

29

menyeluruh terhadap situasi sosial yang berkaitan dengan

profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.

B. Informan Penelitian.

Aktor utama dalam penelitian ini adalah:

1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota

Pekanbaru.

2. Kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota

Pekanbaru.

3. Beberapa orang guru bidang studi yang mengajar di SMA

Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru.

4. Beberpa orang siswa yang di temui peneliti di SMA

Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru

Informasi dalam penelitian ini menggunakan perinsip snow ball

teori Spradley, yaitu jumlah imforman ibarat bola salju yang pada

mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses

penggelindingannya. Maksudnya adalah imformasi yang diperoleh

dari imforman terus dicari sampai diperoleh jawabannya yang di

butuhkan, dan akan dihentikan bila tidak muncul lagi indikasi

imformasi yang baru. Secara umum informan di dalam penelitian ini

adalah orang-orang yang ada di sekolah SMA Negeri Kota

Pekanbaru yang dapat memberikan imformasi yang dikehendaki.

   

 

   

30

C. Tehnik dan Alat Pengumpul Data.

1. Teknik Pengumpulan Data.

Setelah peneliti memperoleh surat izin penelitian, peneliti

segera menyiapkan kerangka kerja yang akan digunakan untuk

menggali data dilapangan dalam bentuk pedoman panduan

lapangan secara garis besar. Agar data lebih representative, baik

dari segi validitas dan riabilitasnya, ini didasar pada ketrampilan

metodologi yang digunakan kepekaan, dan integritas peneliti.

Dengan demikian perlu dibina keakraban hubungan yaitu

hubungan berupa rapport. Menurut Moleong (1989:96) ”rapport

adalah hubungan peneliti dan subjek yang sudah melebur,

sehingga tidak ada dinding pemisah diantara keduanya”.

Maksudnya adalah setelah pedoman panduan lapangan secara

garis besar dibuat, peneliti segera turun ke lapangan dan mulai

melakukan atau peneliti mulai kegiatan, pendekatan guna

membina hubungan antar pribadi. Hal ini sesuai dengan apa

yang dikemukakan oleh (Bog-Bog dan Biklen 1990:59 dalam

Sugiyono 2008;67) ditekankan harus terbina hubungan rapat

dengan subjek sebagai sahabat. Selanjutnya peneliti melakukan

observasi, wawancara, dokumentasi. Sehingga data yang

dikumpulkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

   

 

   

31

a. Observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan secara

langsung di lapangan, disini peneliti masuk, melihat secara

langsung dengan komunitas yang ada di lingkungan sekolah

SMA Negeri Kota Pekanbaru untuk menjalin hubungan yang

baik dengan para Guru Penjasorkes dalam kegiatan

pembelajaran.

Peneliti melakukan pengamatan dengan berada

dilapangan serta terlibat langsung mengikuti semua aktifitas

yang dilakukan oleh para aktor, masuk kedalam situasi sosial,

maupun kondisi sosial yang ada. Kegiatan ini dilakukan

secara berulang-ulang sampai diperoleh data penelitian

tentang aktor, peran pelaku dan kondisi sosial yang berkaitan

erat dengan kegiatan pembelajaran penjasorkes di SMA

Negeri Kota Pekanbaru.

b. Wawancara

Untuk mendapatkan data/informasi yang akurat, terutama

tentang konsep, ide, pemikiran yang berkaitan dengan

profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota

Pekanbaru. Peneliti menggunakan metode wawancara.

Wawancara digunakan oleh peneliti sebagai metode utama

penelitian dan sebagai pelengkap metode observasi.

   

 

   

32

Wawancara penelitian ini dilakukan pada Guru

Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Wawancara

dilakukan setelah pembelajaran selesai dilakukan dan diluar

jam penjasorkes. Pada saat dilakukan wawancara dengan

Guru Penjasorkes peneliti berusaha melakukan suasana yang

alamiah dan biasa.

Wawancara dilakukan dengan berperdemon pada

panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini

bertujuan agar dalam membicarakan permasalahan tidak

terjadi penyimpangan, namun demikian sewaktu diadakan

wawancara peneliti tidak memperlihatkan wawancara tetapi

cukup bertanya tentang permasalahan, ini berguna untuk

mengindari terjadinya kekacauan dalam berkomunikasi.

Ada tujuh langkah mengumpulkan data melalui teknik

wawancara yang peneliti lakukan seperti yang dikemukakan

oleh Lincoln dan Guba dalam Faisal (1990:62-63) yaitu: (1)

Menetapkan pada siapa wawancara dilakukan, (2)

menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara,

(4) melangsungkan wawancara, (5) mengkomfirmasikan

ikhtiar hasil wawancara dan melengkapinya, (6) menulis hasil

wawancara kedalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi

tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

   

 

   

33

2. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data menurut Faisal (1980:81)

merupakan komponen yang diperlukan dalam penelitian ini

berupa kamera, tape recorder, blangko-blangko catatan yang

dugunakan. Jadi instrumen kunci dalam penelitian kualitatif

adalah peneliti itu sendiri.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data, sebagaimana yang di

temukan oleh Moleong (1989:78:82) dilakukan teknik-teknik

pencermatan keabsahan data yaitu :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan penelitian dalam hal memahami situasi sosial

yang dilakukan dengan tidak tergesa-gesa sehingga data dan

informasi dapat di peroleh lebih mendalam. Dengan kata lain

untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang

dikumpulkan memerlukan pengujian kebenaran informasi dari

lapangan, sehingga pengumpulan data tentang semua aspek

yang berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes di

SMA Negeri Kota Pekanbaru akan dapat di peroleh secara

sempurna dan dipercaya kebenaranya.

   

 

   

34

2. Ketekunan Pengamatan.

Ketekunan pengamatan merupakan cara untuk

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan

dengan persoalan yang ditelusuri dan kemudian memusatkan

diri pada hal-hal tersebut secara mendalam. Dalam penelitian ini

yang perlu di cermati adalah profesionalisme Guru Penjasorkes

di SMA Negeri Kota Pekanbaru.

3. Triangulasi

Triangulasi yaitu mengecek keterpercayaan data dengan

memanfaatkan sumber-sumber informasi lainya. Hal ini

dilakukan dengan cara: (1) membandingkan hasil pengamatan

peneliti dan hasil wawancara dengan Guru Penjasorkes, (2)

membandingkan apa yang dikatakan Guru Penjasorkes secara

pribadi dengan yang dikatakan di depan umum, (3)

membandingkan apa yang dikatakan Guru Penjasorkes suatu

situasi sosial dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,

(4) membandingkan perspektif Guru Penjasorkes dengan

tanggapan informasi dari kepala sekolah, siswa dan guru lainya.

(5) membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengecekan

data dokumen.

4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil

sementara hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi

   

 

   

35

analistik dengan rekan-rekan sejawat yang berperan dalam

memberikan kritikan dan saran terhadap hasil penelitian.

Informasi yang telah dikumpulkan didiskusikan setelah data itu

dirapikan menjadi catatan lapangan. Selain dari itu ada juga

hasil penulisan ini didiskusikan dengan teman sejawat lainnya

juga, memperbaiki dalam hal-hal yang dirasa perlu, demi

menghasilkan tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan

tersebut.

5. Pengecekan Anggota

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses

menyimpulkan data sangat penting dalam memeriksa derajat

kepercayaan. Pengecekan dengan anggota yang terlihat

meliputi data, kategori analisis, menafsirkan, kesimpulan. Para

anggota yang terlibat mewakili rekan-rekan mereka yang di

manfaatkan untuk memberikan reaksi pandangan dan situasi

mereka sendiri terhadap data diorganisasikan oleh peneliti. Para

anggota yang di maksud disini adalah kepala sekolah, Guru

Penjasorkes, majelis guru lainya, di seluruh SMA Negeri Kota

Pekanbaru.

   

 

   

36

E. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah tehnik analisis data dalam penelitian

ini berdasarkan teori Spradley (1980) sebagai berikut (1) menentukan

situasi sosial, (2) melakukan observasi lapangan, (3) melakukan

analisis lapangan, (4) melakukan observasi terfokus dengan

pertanyaan terstruktur, (5) melakukan analisis taksonomi, (6)

melakukan observasi terseleksi dengan pertanyaan kontras, (7)

melakukan analisis komponensial, (8) melakukan analisis tema

budaya.

1. Menentukan Situasi Sosial

Situasi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

SMA Negeri Kota Pekanbaru, Objek penelitian ini didasarkan pada

kriteria (a) Sederhana, ruang lingkupnya terbatas, (b) mudah

memasukinya, (c) tidak ketara dalam melakukan penelitian, (d)

mudah memperoleh izin, (e) kegiatanya berulang-ulang. Situasi

sosial di sekolah itu sendiri dari guru bidang studi penjasorkes dan

didukung oleh informan lain seperti, kepala sekolah, majelis guru,

dan karyawan di lingkungan masing-masing sekolah di Kota

Pekanbaru.

2. Melakukan Observasi Lapangan

Dalam observasi lapangan ada dua hal yang harus

dilakukan yaitu: (1) Grand tour, melakukan observasi secara umum

dan luas, (2) Mini tour Observasi yang dilakukan secara terfokus

   

 

   

37

dan terbatas. Grand tour yang dilakukan di SMA Negeri Kota

Pekanbaru bertujuan untuk melihat kondisi sekolah secara umum,

baik kondisi fisik, maupun sosial, dan dalam kegiatan pembelajaran

maupun diluar kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti akan

melakukan mini tour yang lebih difokuskan pada profesionalisme

guru penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.

3. Melakukan Analisis Kawasan

Analisis kawasan merupakan suatu proses untuk

menentukan bagian-bagian atau unsur dari mana budaya yang

mencakub kategori yang lebih kecil. Kawasan sebagai ketegori

dalam tiga elemen yaitu, (1) nama dari sebuah kawasan budaya,

(2) kategori-kategori yang lebih kecil dari dalam suatu kawasan, (3)

hubungan semantik dari dua kategori diatas.

Analisis kawasan ini dilakukan untuk menggunakan

hubungan semantik yang universal sifatnya berdasarkan data yang

telah dikumpulkan, yakni jenis aktor yang terlibat, tempat

berlangsungnya aktifitas, cara-cara yang digunakan guru dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi didalam pembelajaran

penjasorkes dan prilaku guru siswa yang berkaitan dengan

keprofesionalan Guru Penjasorkes tersebut.

   

 

   

38

4. Melakukan Observasi Terfokus Dengan Pertanyaan Terstruktur

Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna

khusus dalam hubungan dengan makna yang lebih luas.

Setelah diperoleh gambaran mengenai kawasan-kawasan

budaya melalui analisis kawasan, kemudian di pilih kawasan-

kawasan yang berhubungan dekat dengan topik masalah

penelitian yang berkaitan dengan profesionalisme Guru

Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Pembatasan-

pembatasan terhadap kawasan tentu di lakukan untuk dapat

melaksanakan observasi lebih mendalam.

5. Melaksanakan Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi dilakukan untuk mencapai hubungan

antara komponen dari masing-masing kawasan dengan

pedoman kepada langkah-langkah yang di anjurkan oleh

Spradley bahwa diantara jenis-jenis aktor yang terlibat dalam

pembelajaran penjasorkes yang meliputi guru, siswa, bahan

ajar, metode, media, alat serta evaluasi pembelajaran. Analisis

taksonomi pada kawasan untuk mencari hubungan antar

komponen di dalam kawasan.

6. Melakukan Observasi Terseleksi dengan Pertanyaan Kontras.

Observasi terseleksi adalah untuk mengkaji secara lebih

rinci kawasan-kawasan yang telah dipilih. Dalam observasi yang

   

 

   

39

terseleksi ini di anjurkan satu bentuk pertanyaan pada masing-

masing kawasan budaya yang mucul dari perbedaan sebagai

mana hal nya dengan kesamaan antara kategori-kategori.

Observasi ini dimaksud untuk menentukan makna dari situasi

sosial yang diteliti, dengan mengajukan pertanyaan kontras

terhadap kawasan yang ditentukan dalam observasi terfokus

guna menemukan masa budaya dari situasi sosial diteliti.

40

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum.

1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian.

Kota Pekanbaru adalah salah satu kota di Provinsi Riau, Kota

pekanbaru merupakan ibu kota dari provinsi Riau dengan luas wilayah

632,26 km penduduknya 850.000 jiwa dengan berbagai macam suku

yang ada antara lain Melayu, Minang, Batak, Jawa dan lain-lain suku

bangsa yang ada di Indonesia. Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan

di bawah pemerintahan Wali kota Pekanbaru, dari 12 kecamatan

tersebut terdapat 14 SMA Negeri, dalam penelitian ini peneliti

membatasi hanya mengambil 4 sekolah yang di jadikan objek

penelitian antara lain:

1) SMA Negeri 3 Pekanbaru terletak di Kec. Rumbai.

2) SMA Negeri 4 Pekanbaru terletak di Kec. Marpoyan Damai.

3) SMA Negeri 8 Pekanbaru terletak di Kec. Sail.

4) SMA Negeri 12 Pekanbaru terletak di Kec. Tampan.

2. Guru Penjasorkes di SMA Negeri No: 3, 4, 8 dan 12 di Kota Pekanbaru.

Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu lembaga

pendidikan tingkat atas yang berada di bawah naungan Dinas

41

Pendidikan. Sebagai sebuah instansi pemerintah yang bergerak

dibidang pendidikan, selayaknya memiliki jumlah guru sesuai dengan

rombongan belajar, di sekolah-sekolah berdasarkan observasi dan

studi dokumentasi, penulis menemukan data-data Guru Penjaorkes

yang mengajar di masing-masing Sekolah Menengah Atas Negeri 3,

4, 8 dan 12, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan12 Kota Pekanbaru.

No Sekolah Guru Olahraga Pendidikan

1 SMA Negeri 3 1. Drs. Khairul Asbar

2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd

S1 S1

S1

2 SMA Negeri 4

1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting, S.Pd

S1 S1

S1

3 SMA Negeri 8 1. Drs. Erwan Martias

2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)

S1 S1

S1

4 SMA Negeri 12 1. Raja Setianis

2. Winda Asril S1 S1

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010

3. Sarana dan Prasarana

Dalam suatu media pendidikan adalah sarana dan prasarana

memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang

pencapaian tujuan pendidikan. Karena sarana dan prasarana yang

memadai akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk

42

melaksanakan proses belajar mengajar dan meraih tujuan yang telah

ditentukan.

Tabel 2. Sarana dan Prasarana Seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri 3, 4, 8 dan 12 kota Pekanbaru.

No Sekolah Fasilita

s Keadaan Fasilitas Yang Ada

1 SMA Negeri 3

2 Lap 2 Lap 1 Lap 1 Lap

Lapangan bola volley Lapangan bola basket Bak lompat atletik Lapangan sepak bola

2 SMA Negeri 4

3 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap

6 Ring1 Lap

Lapangan bola volley Sepak Takraw Bulu Tangkis Lapangan bola basket Sepak Bola Bak Lompat Ring Stock Tenis Meja

3 SMA Negeri 8

1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap

Lapangan bola volley Lapangan bola basket Lapangan sepak bola Bak lompat atletik Lapangan olahraga yang lain dilakukan di belakang sekolah atau disekitar lingkungan masyarakat.

4 SMA Negeri 12

1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap

Lapangan bola volley Lapangan bola basket Lapangan futsal Bak lompat atletik

Sumber: Hasil observasi kelapangan.

B. Temuan Khusus Peneliti.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi yang peneliti lakukan dari tanggal 01 Februari sampai

dengan 22 April 2010 berkaitan dengan profesionalisme Guru

Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru dapat di tambahkan hal-

hal sebagai berikut.

43

1. Profesionalisme Guru Penjasorkes Dalam Kompetensi

Paedagogik.

Bila ditinjau dari kompetensi yang harus di miliki seorang

guru salah satunya adalah kompetensi paedagogik. Seperti yang di

jelaskan oleh Slamet PH (2006;31-32) yang mengatakan

kompetensi paedagogik terdiri dari Sub- Kompetensi (1)

berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan

mata pelajaran yang di ajarkan; (2) mengembangkan selabus mata

pelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar;

(3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran

berdasarkan silabus yang telah di kembangkan; (4) merancang

menajemen pembelajaran; (5) melaksanakan pelajaran yang pro-

perubahan ; (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik;

(7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek ; dan (8)

mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru. Sesuai dengan

uraian di atas, dimana kompetensi ini yang harus dipenuhi oleh

seorang, khususnya Guru Penjasorkes adalah; guru harus memiliki

kemampuan dasar yang harus di kuasai seperti; kemampuan

menguasai bahan pelajaran yang disajikan, kemampuan mengelola

bahan pelajaran yang di sajikan, kemampuan mengelola kelas,

kemampuan menguasai landasan landasan kependidikan,

kemampuan mengelola interaksi belajar, kemampuan menilai hasil

belajar siswa, kemampuan mengelola metode pembelajaran,

44

kemampuan mengenal dan mengelola administrasi pembelajaran

seperti; program tahunan, program semester, silabus, Rencana

program pembelajaran (RPP).

Dari hasil penelitian langsung ke lokasi penelitian terlihat

bahwa guru di SMA Negeri kota Pekanbaru mampu menguasai

materi yang akan diajarkan sehingga guru terlihat siap untuk

menyajikan materi. Hal ini juga terlihat bahwa siswa mengerti dan

antusias untuk mengikuti dan mempelajari materi yang sedang

diikuti para siswa. Sementara itu Guru Penjasorkes terlihat kreatif

dan serius dengan mengkondisikan dan mengelola kelas saat

proses pembelajaran berlangsung. Dengan jumlah siswa relatif

banyak sehingga Guru Penjasorkes memiliki siasat tersendiri untuk

menghadapi peristiwa proses materi pembelajaran. Guru

Penjasorkes terlihat mampu mengemas materi dengan baik dan

mampu menciptakan rasa cinta terhadap pembelajaran olahraga di

sekolah.

Demikian juga dengan perencanaan semua ini terealisasi

dengan di bentuknya perencanaan yang baik oleh Guru

Penjasorkes. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses

untuk menentukan arah pembelajaran atau perencanaan

pembelajaran. Ini merupakan kegiatan guru penjasorkes di SMA

Negeri Kota Pekanbaru yang berfungsi sebagai acuan untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalam membuat

45

perencanaan guru dituntut untuk: a) merumuskan tujuan

instruksional, b) mendeskripsikan suatu bahasan, c) merancang

kegiatan pembelajaran, d) memilih media dan sumber belajar. Hal

ini dilakukan untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan pendidikan

dan kebutuhan peserta didik. Karena kemampuan yang di miliki

seorang siswa berbeda satu dengan yang lain.

Hasil dari obsevasi, wawancara dan studi dokumentasi

peneliti menemukan bahwa kualitas kerja dari Guru Penjasorkes

dalam ketepatan, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi Guru

Penjasorkes tergolong baik. Hal ini terlihat dari satuan

pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang dimiliki oleh guru

sebagai pegangan satuan pembelajaran dan rancangan

pembelajaran yang baru perencanaan ini di sesuaikan dengan

bakat, minat dan kemampuan yang berkembang pada siswa.

Kalau ditinjau dari konsep sederhana dalam hal

perencanaan adalah jika perencanaan yang dilakukan guru dengan

baik, maka akan menghasilkan hasil yang baik pula, dan tanpa

adanya perencanaan yang matang oleh seorang guru, maka akan

kecil kemungkinan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang

baik, efektif dan efisien sehingga memudahkan untuk melakukan

evaluasi kearah yang lebih baik.

Membuat perencanaan guru harus memperhatikan mulai

dari; tujuan, materi, siswa, metode, sarana prasarana serta

46

evaluasi. Perencanaan ini selalu mempertimbangkan aspek lain

seperti: keadaan siswa, bakat dan minat siswa.

Berdasarkan observasi, wawancara, dan hasilnya peneliti

menemukan bahwa Guru Penjasorkes yang mengajar, membuat

perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan keadaan

siswa, baik bakat dan minat siswa serta lingkungan sekitarnya dan

tidak lupa bahwa dengan perencanaan seorang guru dapat

melakukan evaluasi. Hal ini sudah berjalan dengan baik.

Hal ini dapat dilihat dari satuan pembelajaran dan rancangan

pembelajaran yang dimiliki oleh Guru Penjasorkes merupakan

satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang baru.

Menurut Kemp dalam Darman (2005:66) menyimpulkan bahwa

“keberhasilan dalam belajar akan dicapai oleh kebanyakan siswa

jika program pengajaran dirancang dengan cermat dan semua

faktor yang berkaitan dengan ciri perseorangan siswa

dipertimbangkan dengan matang” sehingga siswa mendapatkan

perhatian sehinga dapat tersalurkan bakat dan minatnya dengan

baik.

Apabila dikaitkan dengan konsep bahwa perencanaan

adalah acuan bagi guru sebelum melaksanakan pembelajaran

untuk pencapaian tujuan pembelajaran kearah yang lebih baik

maka jelas jika guru mempunyai perencanaan yang baik, tujuan

tersebut akan tercapai. Bila dilihat tujuan dari pembelajaran

47

penjasorkes adalah untuk menciptakan siswa yang sehat fisik dan

jasmani sehingga dapat menunjang aktifitas lainnya.

Di samping itu guru terlihat menguasai bahan ajar dengan

baik di saat pelaksanaan pembelajaran baik penguasaan metode

dan sarana yang di pergunakan di lapangan. Hal ini terungkap dari

hasil observasi langsung kelapangan. Demikian juga dengan

evaluasi yang dilakukan Guru Penjasorkes di sekolah. Sehingga

terlihat hasil dan kemajuan yang terpantau dengan baik bagi guru

maupun siswa.

Demikian halnya dengan perencanaan yang dievaluasi

setiap tahunnya. Mengenai Hal ini terungkap dari hasil wawancara

peneliti dengan Guru-guru Penjasorkes “Setiap tahun ajaran baru

saya selalu membuat perencanaan pembelajaran karena

perencanaan tersebut dikumpulkan kepada kepala Sekolah“.

Perhatian Guru Penjasorkes dalam pembuatan satuan

pembelajaran dan rancangan pembelajaran ini juga disebabkan

oleh pengontrolan yang baik dari kepala Sekolah terhadap satuan

pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh

guru.

Ini terungkap dari hasil wawancara dengan majelis guru

pada hari sabtu tanggal 25 febuari 2010 yang menyatakan bahwa: “

kepala sekolah selalu menghimbau guru pada setiap awal semester

untuk menyiapkan program pengajaran, bentuk evaluasi

48

pengajaran, revisi rancangan pengajaran. Kepala Sekolah selalu

melakukan pengecekan sesuai mata pelajaran.

2. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Kepribadian.

Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa

sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Bakat dan minat

untuk menjadi guru merupakan hal yang harus di miliki oleh

seorang guru terutama Guru Penjasorkes. Guru merupakan teladan

dan figur bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya.

Dari hasil temuan di SMA Negeri Kota Pekanbaru mengenai

kompetensi kepribadian Guru Penjasorkes demi tercapainya guru

yang profesional tergambar dengan baik bahwa guru tersebut dapat

memberikan contoh yang baik terhadap siswa, sementara itu Guru

Penjasorkes juga terlihat sangat arif bila mana siswanya tidak

mengikuti kegiatan pendidikan olahraga. Guru Penjasorkes di SMA

Negeri Kota Pekanbaru mampu untuk mengendalikan perasaan

dan emosinya dalam menghadapi siswa yang belum mandiri dan

kurang disiplin.

Guru Penjasorkes SMA Negeri kota Pekanbaru bahwa

kepribadian yang mantap dan bijaksana untuk menjadi pengayom

bagi siswanya dan masyarakat sekitarnya, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Terlihat guru

tidak hanya menguasai materi yang akan diajarkan melainkan bisa

49

menyiapkan diri untuk menguasai diri dari hal-hal yang dapat

mecemarkan nama baiknya sebagai guru. Kestabilan mental yang

dimiliki guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru tergolong baik

sehingga apapun kondisi yang terjadi dilapangan, seorang guru

mampu untuk sabar dan tenang dalam menghadapinya.

3. Profesionalisme Guru Penjasorkes Dalam Kompetensi Sosial.

Kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru

penjasorkes berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua siswa dan

masyarakat sekitarnya, yang harus dijauhkan bagi seorang guru

khususnya penjasorkes adalah egois serta mengedepankan

kepentingan pribadi.

Dari temuan penelitian di SMA Negeri Kota Pekanbaru

bahwa Guru Penjasorkes terlihat mampu bergaul dengan baik dan

luas, ramah serta ceria terhadap peserta didik serta orang tua

peserta didik sehingga dapat mengenal lingkungan lebih luas, hal

ini dapat meningkatkan hubungan dengan peserta didik dengan

guru dan wali siswa. Sementara itu Guru Penjasorkes dapat

berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, dan masyarakat

lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan karena tugas seorang guru

mengharuskan untuk mengenal lebih jauh siswanya. Disamping itu

seorang guru terlihat mampu berkomunikasi dengan baik dengan

orang tua siswa maupun terhadap atasannya. Jadi jelas bahwa

50

seorang guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi

kesegala arah dan segala lapisan masyarakat baik siswa, orang tua

siswa, maupun atasan dari guru tesebut.

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang bersifat praktik

seorang Guru Penjasorkes mampu mengkomunikasikan gerakan

sehingga dapat dengan mudah di terapkan oleh siswa disaat

proses pembelajaran berlangsung, hal ini membuat siswa lebih

cepat mengerti atau lebih cepat memahami gerakan yang di

demonstrasikan oleh guru. Pada setiap materi yang disampaikan

guru menggunakan media yang cocok dalam proses pembelajaran

tersebut sehingga guru lebih mudah menyampaikan kepada siswa,

dan siswa akan lebih cepat mengerti. Jika guru khususnya Guru

Penjasorkes menggunakan media dalam menyampaikan materi

pembelajaran maka siswa akan lebih cepat untuk dapat menerima

informasi, karena media merupakan perantara dalam

pembelajaran, secara umum media yang digunakan dapat

mengatasi hambatan-hambatan yang berhubungan dengan

penyampaian atau dalam komunikasi pada saat guru

menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Media yang

ada juga bermanfaat untuk membuat pembelajaran menjadi lebih

menarik dan interaktif. Oleh sebab itu Guru Penjasorkes perlu

menggunakan media pembelajaran dalam melakukan proses

pembelajaran di sekolah. Guru berfungsi memberikan informasi

51

kepada siswa. Fungsi ini dilaksanakan oleh guru yang profesional

di SMA Negeri Kota Pekanbaru dengan cara menggunakan dirinya

sendiri sebagai suatu media komunikasi. Ia menggunakan suara

bila dia berbicara, penglihatan dalam berkomunikasi, dan ia

membimbing gerakan siswa secara jasmani.

Media pengajaran berada di bawah pengawasan guru, dan

betapapun baiknya metode pengajaran apabila tidak dibarengi

dengan cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan tercapai

seperti yang diharapkan.

4. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Profesional.

Guru merupakan faktor penting di dalam proses

menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga harus meningkatkan

mutu guru yang profesional. Meningkatkan guru yang bermutu

bukan saja dari sisi kesejahteraan, tetapi juga keprofesionalan.

Undang-undang no 14 tahun 2005 mengatakan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang

profesional guru harus memiliki kompetensi profesional yang baik.

Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah, Guru Penjasorkes

mempunyai tanggung jawab dalam bentuk keterampilan/

52

kemampuan mengajar, yang dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1)

Keterampilan managerial dan 2) Keterampilan substansial.

Keterampilan managerial berhubungan dengan kemampuan

mengelola lingkungan belajar serta memelihara dan

mengembangkan perilaku siswa, juga keterlibatan siswa dalam

pelaksanaan pembelajaran.

Keterampilan substansial berhubungan dengan kemampuan

mengenai materi, metode, sarana dan prasarana, tujuan

sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum. Kedua

keterampilan ini harus dimiliki Guru Penjasorkes dalam

meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan pembelajaran

penjasorkes, baik dalam pemberian materi yang bersifat teori

maupun praktek di lapangan olahraga.

Dari hasil temuan di SMA Negeri Kota Pekanbaru bahwa

dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran Guru Penjasorkes terlihat

aktif dalam menciptakan kegiatan dan menumbuhkan minat siswa

dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang

telah disusun dalam perencanan. Hal ini terlaksana berkat guru

sudah menguasai lingkungan sekolah.

Situasi tersebut tidak terlepas dari perencanaan kurikulum

yang menjadi pedoman bagi Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota

Pekanbaru. Hal yang menjadi pedoman dalam penyampaian materi

pembelajaran bagi Guru Penjasorkes adalah tujuan pembelajaran,

53

materi pembelajaran, metode pembelajaran, siswa, sarana dan

prasarana yang tersedia dalam medukung proses pembelajaran.

Temuan ini terlihat bahwa guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru

antara perencanaan dengan pratek di lapangan sering tidak sesuai

dengan hasil rancangan sebelumnya. Sehingga sering terjadi

proses kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan rancangan

pembelajaran. Guru terlihat tidak menguasai di lapangan sehingga

guru sering malas untuk memberikan materi pembelajaran. Dan

juga sering di temukan Guru Penjasorkes duduk di bawah pohon

pinggir lapangan. Hal ini sering terjadi di karenakan sarana yang

kurang mendukung di sekolah. Peranan pimpinan di sekolah sangat

di harapkan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran

penjasorkes dengan baik di sekolah.

Dari apa yang di bicarakan peneliti dengan bapak AB guru

pejasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru pada tanggal 04 Februari

2010 pada jam 7.30 sebagai berikut: sebagai guru penjasorkes

apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ?

“Saya sebagai Guru Penjasorkes membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan saya juga memiliki absensi, daftar nilai. Yang dituntut untuk mempersiapkan pada awal tahun ajaran” Untuk mencari kebenaran dari guru AB peneliti

mewawancarai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru Ibu YM,

di ruangan kerjanya saya menanyakan kepada Kepala Sekolah,

54

Ibu, apakah bapak AB sebagai Guru Penjasorkes menyiapkan

perangkat pembelajaran ?

“Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester. Rincian mingguan efektif, silabus dan RPP, tidak kecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran itu sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. Belum puas sampai disitu peneliti mewawacarai wakil

kepala sekolah urusan kurikulum, Bapak MR, Pak apakah bapak

AB menyerahkan perangkat pembelajaran di awal tahun sebagai

mana yang dikompirmasikan kepala sekolah.

“Saya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikilum awal tahun minggu pertama tahun ajaran sudah mengumpulkan perangkat pembelajaran dari guru-guru mata pelajaran mulai dari: program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, selabus, RPP dan nilai ulangan harian di akhir bulan. Kalau bapak ingin melihat ini arsipnya”

Di tempat terpisah penulis juga mewawancarai seorang

siswa kelas XI 4 IPS yang diajar oleh bapak AB yaitu Erik

Febrian.Erik bagaimana bapak AB mengajar Penjasorkes menurut

Erik?

“Menurut saya bapak AB mengajar bagus, tidak membosankan banyak fariasi dan juga disiplin dalam waktu. Siswa dekat dengan bapak AB dan juga disegani”.

Tepatnya pada tanggal 11 Februari 2010 jam 16.00 peneliti

masuk ke SMA Negeri 8 Pekanbaru menenyakan kepada bapak IM

sebagai Guru Penjasorkes sebagai berikut: Bapak sebagai guru

penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ?

55

“Saya yang mengajar di sekolah bertaraf Internasional banyak tuntutan dari Sekolah mengenai perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan”. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan

bapak IM peneliti mengkompirmasikan langsung dengan kepala

Sekolah yang kebetulan sore itu berada di Sekolah, saya menuju

ke ruangan kerjanya dan penulis di persilakan masuk, saya

langsung duduk dan bapak NF menanyakan kepada peneliti apa

yang bisa saya bantu. Peneliti langsung kepada masalah tadi,

dilapangan saya mewawancarai bapak IM tentang perangkat

pembelajaran, kata bapak IM dia harus menyiapkan perangkat

seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus,

pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan

sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan.

Bagai mana menurut bapak apa yang disampaikan bapak IM,

sejauh mana kewajiban guru-guru membuat perangkat

pembelajaran.

“Segala apa yang disampaikan bapak IM tersebut itu adalah merupakan kewajiban seorang guru yang mengajar di Sekolah ini. Perangkat-perangkat tersebut jauh hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung, maksudnya pada awal tahun pembelajaran. Semua perangkat ini sudah di serahkan kapada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Kemudian disekolah ini tidak ada istilah guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran termasuk Guru Penjasorkes karena dia sama kewajibannya dengan guru mata pelajaran lainnya. Kalau bapak ingin tau tanyakan langsung ke bagian kurikulum”.

56

Keesokan harinya Rabu tanggal 25 Februari 2010 peneliti

datang ke SMA Negeri 8 Pekanbaru untuk mewawancarai salah

seorang ibu guru EW namanya, untuk memberikan tanggapan

mengenai bapak IM bagai mana dia mengajar dan peranannya

disekolah, dan peneliti memperkenalkan diri kepada ibu EW , saya

melakukan penelitian disekolah ini, jadi saya ingin mendapatkan

imformasi dari ibu tentang bapak IM ibu tahu dengan bapak IM ? oh

ya dia kan Guru Penjasorkes disini, menurut ibu bagai mana dia

melaksanakan tugas disini?

“Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya guru penjas dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”. Pada tanggal 04 Maret 2010 pukul 08.30 penulis pergi ke

SMA Negeri 4 yang jaraknya lebih kurang 5 km dari SMA 8,

melihat bapak AM yang `mengajar pada jam pelajaran 3-4 dan

penulis sampai disana jam 09.00 sedangkan bapak AM baru mulai

jam 09.45, penulis lansung mengamati bapak AM mengajarkan

permainan bola voli pada kelas X4 dengan 5 buah bola untuk murid

32 orang bapak AM mengajarkan service bawah itu dari

pengamatan saya, dari apa yang diajarkan bapak AM pada siang

hari yang mata hari sudah bersinar dengan teriknya, bapak AM

57

terus saja mengajar dengan bersemangat, murid mengikuti dengan

semangat juga. Dari cara bapak AM mengajar dia memberikan

pemanasan ( worming up ) dan latihan inti kemudian meng absen

siswa. Selesai mengajar peneliti lansung menjumpai bapak AM dan

menanyakan kepadanya bersedia untuk diwawancarai tentang

pembelajaran Penjasorkes? Dia menjawab bisa pak. Penulis

mengajukan pertanyaan seputar perangkap pembelajaran dan

materi yang diberikan tadi. Bapak sebagai Guru Penjasorkes di

sekolah ini apakah bapak membuat perangkat pembelajaran?

“Sabagai guru di sekolah ini saya selalu membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, rincian minggu efektif dan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat. Semuanya ini saya tidak tergantung kepada kepala sekolah, di minta atau tidak di minta tetap saya persiapkan, karena itu adalah tuigas pokok saya sebagai guru”. Setalah mewawancarai bapak AM peneliti minta di antarkan

untuk menjumpai bapak kepala sekolah keruangannya. Peneliti

masuk ke ruangan kepala sekolah dan bapak AZ mempersilakan

peneliti duduk di ruangannya. Bagai mana bapak AM mengajar

pak ? baik pak sesuai dengan programnya. Dalam hal ini saya mau

bertanya pak, apakah bapak AM membuat perangkat

pembelajaran, dan bagai mana sikap bapak AM di sekolah ini pak ?

“ Mengenai bapak AM saya sangat salut dengan nya karena bapak AM selalu membuat perangkat pembelajaran dan menyerahkan tepat waktu, dalam mengajar menurut pandangan saya bapak AM selalu dapat menguasai materi yang di ajarkan dan Masalah disiplin baik dengan waktu maupun tugas yang di berikan padanya. Hubungan dengan

58

pimpinan baik maupun rekan-rekan sejawat sesama guru tidak pernah punya masalah”.

Dan kemudian peneliti menanyakan kepada salah seorang

siswa, penulis menjumpai seorang siswa Rio saputra kelas XI IPA 2

Rio bapak ingin bertanya bagai mana menurut Rio bapak AM

mengajar di sekolah ini dan bagai mana sikap murid kepada nya ?

“Oo Bapak AM mengajar sangat menarik bagi siswa siswi di sekolah ini bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkannya, bahasanya mudah di mengerti kami tidak pernah merasa jenuh belajar dengannya. Bapak itu sangat disiplin tepat waktu, di segani siswa.” Pada hari ke empat tepatnya pada tanggal 18 Maret 2010

pada pukul 7.30 peneliti masuk ke SMA Negeri 12 Pekanbaru,

untuk menjumpai guru penjasorkes WA, langsung bertanya setelah

selesai memberikan pelajaran sebagai berikut: Ibuk sebagai Guru

Penjasorkes apakah Ibuk membuat perangkat pembelajaran ?

“Disini saya sebagai guru penjasorkes di wajibkan untuk membuat perangkat pembelajaran seperti; membuat program semester, program tahunan, RPP, selabus dan yang lainnya, karena di SMA 12 ini adalah salah satu tugas yang wajib di serahkan pada awal semester”.

Untuk mengetahui kebenarannya apa yang di sampaikan Ibu

WA tersebut, peneliti langsung menjumpai kepala Sekolah HM, di

ruang kerjanya pada hari itu juga, setelah bertemu dengan kepala

sekolah, pak bisa saya mewawancarai bapak sebentar? Ya! Boleh

silakan. Tadi saya mengamati ibu WA sedang mengajar di

lapangan permainan basket ball, kemudian saya mewawancarai ibu

WA masalah perangkat pembelajaran bagai mana menurut bapak

59

ibu WA, kata ibu tersebut dia membuat perangkat pembelajaran

untuk sekolah ini.

“Saya selaku kepala sekolah guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahraga pun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.

Ada satu lagi pertanyaan saya pak, berkenaan dengan ibu

WA yaitu bagai mana kepribadian, hubungan ibu WA dengan

sesama rekan sejawat dan profesionalismenya dalam mengajar ?

“Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, orangnya jujur,disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dan hubungannya baik dengan kepala sekolah, dengan rekan-rekan guru dan dengan siswa sangat baik itu menurut pandangan saya, kemudian saya pernah memperhatikan dia mengajar pelaksanaannya, baik, beraturan, penguasaan kelas bagus seperti apa yang di inginkan walaupun masih ada kekurangannya tapi itupun menurut saya tidak terlalu prinsip”.

Setelah menjumpai kepala sekolah peneliti menjumpai salah

seorang guru Ibu JM, kemudian penelti mewawan carai ibu JM.

Asslamualaikum Bu, boleh saya wawancarai dengan ibu sebentar,

apa masalahnya? Saya sudah mengamati dan mewawancarai ibu

WA berkenaan dengan pelakasanaan pembelajaran Penjasorkes,

oke silakan. Bagaimana menurut Ibu sikap, kepribadian dan

profesionalismenya dalam melaksanakan tugas di sekolah ini?

60

“Saya adalah salah seorang majelis guru di SMA 12 ini melihat dan bergaul sesama majelis guru Oo kalau WA dia bagus pergaulannya kebetulan dia alumni disini tentu pergaulannya dan rasa hormatnya dengan gurunya sangat baik namun saya menilainya bukan dari faktor tesebut, kepribadiannya juga baik orangnya sopan, suka menegur dan mudah senyum, siswa pun suka dengan dia. Namun kalau mengajar ya dari pandangan saya bagus, kan ada guru Penjas, maaf ya pak mengajar asalan saja kasih bola atau biarkan saja, siswa berserakan ada yang sudah sampai kekantin namun ibu WA tidak termasuk tipe itu rasanya dia menikmati tugas mengajarnya itu menurut saya ya pak”. Setelah menjumpai guru mata pelajaran, peneliti menjumpai

salah seorang siswa yang bernama Willi pada kelas XII IPA1,

peneliti mewawancarai siswa tersebut tentang Guru Penjasorkes.

Maaf Nak boleh bapak mewawancarai kamu, tentang apa pak ?

kamu kan siswa kelas XII IPA1 yang mengajar Penjasorkes adalah

ibu WA bagaimana menurut kamu ibu WA mengajar?

“Ibu WA mengajar kami sangat menyukainya karena ibu WA mengajar sering berpariasi membuat kami bergairah belajar, ibu WA sangat disiplin, tepat waktu, cara penyampaian meteri kami mudah untuk mengerti”

Dari apa yang telah disampaikan oleh guru penjasorkes WA

dan yang sudah dikompirmasikan dengan kepala sekolah HM, guru

mata pelajaran, dan siswa. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan

bahwa Guru Penjasorkes sudah memiliki kompetensi paedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional.

Pada tanggal 01 April 2010 peneliti kembali ke lokasi SMA

Negeri 4 pada jam 7.30 untuk mewawacarai salah seorang guru

61

mata pelajaran Fisika yaitu ibuk WT di ruangan majlis guru SMA

Negeri 4 Kota Pekanbaru. Selamat pagi bu, apa kabar pak saya

sedang melakukan penelitian Guru Penjasorkes di sekolah ini.

bagai mana menurut ibu bapak AM dalam melaksanakan tugas di

sekolah ini dan bagai mana hubungannya sesama guru.

“Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”. Terima kasih bu, atas imformasi yang ibu berikan kepada

saya dalam penelitian yang saya lakukan ini.

Pada tanggal 15 April 2010 peneliti kembali datang ke SMA

Negeri 3 Kota Pekanbaru yang berlokasi di Rumbai untuk

mewawancarai salah seorang majelis guru Ibu EZ. Selamat pagi

bu, pagi pak, ada apa pak ! saya sedang mengadakan penelitian di

sekolah Ibu yaitu meneliti salah seorang guru penjasorkes bapak

AB penelitian ini berkenaan dengan Kompetensi paedagogik,

sosial, kepribadian dan profesional guru. Bagai mana menurut Ibu

Bapak AB dalam melaksanakan tugas pembelajaran, sosial dan

kepribadian bapak AB?

“Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat diruangan majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing. Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, Sebab kepala sekolah kami

62

mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, ramah dan disiplin”. Setelah mewawancarai Ibuk EZ peneliti menjumpai seorang

siswa yang berpakaian olahraga kebetulan selesai olahraga.

Peneliti memanggilnya. Hai nak ! bapak ingin bertanya, ada apa

pak? Baru siap olahraga, ia pak, kalau boleh tau siapa namamu?

Iza pak, kamu kelas berapa? Kelas XII, bapak ingin mewawancarai

kamu sebentar, boleh pak. Menurut kamu bagai mana bapak AB

mengajar penjasorkes?

“Bapak AB orangnya disiplin waktu pak, kalau kami terlambat tidak boleh ikut belajar dengannya karena bapak AB tidak pernah terlambat, jadi kami takut terlambat malu kan pak ! bapak AB cara mengajarnya bagus kami tidak pernah bosan belajar penjasorkes dengannya. Ada lagi pak? Oke sekian terima kasi nak”. Dari apa yang di sampaikan oleh guru penjasorkes SMA

Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah, salah seorang guru dan

seorang siswa maka bisa di tarik suatu kesimpulan bahawa guru

penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, mempunyai

Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan kompetensi

professional.

C. Pembahasan Penelitian.

Adapun pembahasan dalam penelitian di SMA Negeri Kota

Pekanbaru mengenai profesionalisme guru penjasorkes adalah:

63

1. Kompetensi paedagogik.

Kompetensi paedagogik Guru Penjasorkes di SMA Negeri

Kota Pekanbaru yang menjadi objek peneliti yaitu SMA Negeri 3,

SMA Negeri 4, SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 12 Pekanbaru.

Ditinjau dari rancangan pembelajaran, serta evaluasi tahunan yang

dilaporkan setiap awal tahunnya dari guru penjasorkes di sekolah.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa keprofesionalan Guru Penjasorkes

dalam kompetensi paedagogik tergolong baik. Hal ini terbukti dari

hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3

Pekanbaru pada Tanggal 04 Februari 2010, Kepala SMA Negeri 3

Pekanbaru menyatakan

“Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus dan RPP, tidak terkecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. Senada dengan pendapat kepala SMA Negeri 3 Pekanbaru,

Kepala SMA Negeri 12 Pekanbaru mengungkapkan sebagai

berikut,

”Saya selaku kepala sekolah di sini guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahragapun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.

64

2. Kompetensi Kepribadian

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan baik

dengan rekan sejawat seperti dengan guru di SMA Negeri 8 dan

SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru mengenai kopetensi kepribadian

Guru Penjasorkes dapat disimpulkan kepribadian Guru Penjasorkes

tergolong baik, pernyataan ini dapat dari hasil wawancara peneliti

dengan salah seorang guru mata pelajaran Ibu EW, ia menyatakan

bahwa bapak IM,

“Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya guru penjas dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”. Demikian juga di SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, salah

seorang guru mata pelajaran yang peneliti wawancarai mengatakan

bahwa:

“Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat diruangan majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing, Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, sebab kepala sekolah kami mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, ramah dan disiplin”.

Bapak AB adalah rekan sejawat kami dalam pergaulan di

sekolah ini, mereka mengatakan bahwa guru penjasorkes mampu

65

untuk mengayomi, memahami serta mampu untuk memberikan

contoh teladan bagi siswa di lingkungan sekolah. Guru Penjasorkes

di SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru terlihat sangat mampu untuk

mempengaruhi tingkah laku siswa untuk mengikuti setiap proses

pembelajaran olahraga di sekolah.

3. Kompetensi Sosial

Profesionalisme guru penjasorkes di SMA Negeri 3,SMA

Negeri 8, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru dalam hal

kompentensi sosial tergolong baik, hal ini terungkap dari apa yang

di sampaikan oleh salah seorang guru SMA Negri 4 Pekanbaru

yaitu WT:

“Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”.

Dari ungkapan di atas apa yang di nyatakan oleh ibu WT

hubungan yang baik antara sesama guru dapat untuk

meningkatkan kualitas kerja, ketepatan, inisiatif, kemampuan dan

komunikasi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat

menyebabkan terjalinnya interaksi yang efektif dan efisien diantara

guru dengan siswa serta sesama guru dan masyarakat sekitarnya.

4. Kompetensi Profesional

Guru Penjasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru, SMA Negeri 8

Pekanbaru, SMA Negeri 12 Pekanbaru, SMA Negeri 4 Pekanbaru,

66

sabagai Guru Penjasorkes mereka membuat Program

Pembelajaran seperti: Program tahunan, program semester,

Rencana program pembelajaran, apa yang telah dibuat oleh Guru

Penjasorkes dari pengamatan peneliti sudah dilaksanakan baik

secara proses pelaksanaan pembelajaran telah dilaksanakan di

lapangan untuk pemyampaian materi pembelajaran kepada siswa.

Hal ini dapat dikatakan bahwa Guru Penjasorkes sudah

melaksanakan sebagai mana mestinya seorang guru yang

Profesional.

67

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan Temuan

Berdasarkan uraian-uraian dalam bab-bab terdahulu, dapat diambil

beberapa kesimpulan bahwa kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan

dan di Pekanbaru terdapat 14 SMA Negeri. Dari 14 SMA Negeri itu peneliti

hanya mengambil 4 sekolah saja antara lain SMA Negeri 3 Pekanbaru,

SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 Pekanbaru dan SMA Negeri 4

Pekanbaru. Dari 4 sekolah tersebut ada sekolah yang bertaraf

Internasional yaitu SMA Negeri 8 Pekanbaru, Sekolah Standar Nasional

adalah SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 12 Pekanbaru sedangkan SMA

Negeri 4 Pekanbaru adalah Sekolah binaan.

Oleh sebab itu dapat di tarik suatu kesimpulan yang secara umum

dapat mendiskripsikan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3

Pekanbaru, SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4

Pekanbaru, sebagai berikut :

a. Kompetensi Paedagogik.

Dilihat dari hasil oservasi bahwa Guru Penjasorkes mampu untuk

menguasai materi-materi yang akan di ajarkan, materi yang di maksud

adalah materi yang di sesuaikan dengan lingkungan sosial sekolah.

Guru Penjasorkes mampu untuk mengemas bahan dan materi

pengajaran dengan baik sehingga siswa terlihat senang dan

68

bersemangat. Guru yang profesional mampu untuk merancang

pembelajaran secara priodik, hal ini terlihat ada setiap tahunan

evaluasi terhadap kemajuan pembelajaran olahraga di sekolah.

b. Kompetensi Kepribadian.

Dari kompetensi ini guru di SMA Negeri tersebut terlihat mampu

untuk menjadi figur yang baik terhadap siswanya. Guru Penjasorkes

mampu untuk mengendalikan gejolak emosi sebagai manusia biasa

sehingga kesalahan kesalahan sekecil apapun harus mampu untuk di

kendalikan bagi Guru Penjasorkes di sekolah.

Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3,SMA Negeri 8 Pekanbaru,

SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru memiliki sikap dan

etika yang baik hal ini ditemukan informasi dari rekan sejawat dan

siswa bahwa Guru Penjasorkes mampu arif dan bijaksana dalam

segala hal. Ditemukan juga bahwa Guru Penjasorkes mampu untuk

memimpin dan memberikan perlindungan pada siswa bila mana siswa

menemukan kebuntuan dalam kesehariannya.

c. Kompetensi Sosial.

Hasil temuan yang di lakukan menunjukkan bahwa kompetensi

sosial yang di miliki Guru Penjasorkes tergolong sangat baik. Hal ini

dapat dilihat dari hubungan emosional guru dengan sesama guru

bidang studi lainnya di sekolah, hal ini ditunjukkan hubungan yang

sangat harmonis sehingga komunikasi guru untuk memecahkan

69

permasalahan siswa dapat terpecahkan dengan baik berkat

komunikasi Guru Penjasorkes.

Demikian juga ditemukan bawah Guru Penjasorkes mampu untuk

menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya terutama

masyarakat sekitar sekolah dan orang tua siswa. Sehingga dengan

adanya komunikasi yang baik tersebut Guru Penjasorkes merasa

terbantu untuk melakukan pembenahan-pembenahan terhadap

kemajuan etika dan motivasi siswa di sekolah.

d. Kompetensi Profesional.

Bila dilihat dari rancangan pembelajaran terlihat guru dapat

untuk mengimplementasikan di lapangan sehingga terlihat Guru

Penjasorkes dapat mengemas pembelajaran dengan baik. Hal ini

terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan, walaupun sarana

prasarana pembelajaran kurang mendukung.

Metode yang di berikan oleh Guru Penjasorkes sudah cukup baik

hal lain yang menjadi kendala adalah sarana untuk menunjang proses

pembelajaran olahraga di sekolah sehingga metode yang di berikan

hanya di sesuaikan dengan sarana yang ada di sekolah.

Hal ini dapat di disimpulkan bahwa Guru Penjasorkes di SMA

Negeri tersebut mampu untuk menjadi guru profesional bila di dukung

dengan sarana dan prasarana yang ada sehingga mampu untuk

mengimplementasikan semua kemampuannya untuk tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

70

B. Implikasi Hasil Penelitian

1. Kompetensi Paedagogik.

a. Dari kualitas kerja.

Dalam melaksanakan pembelajaran yang menjadi acuan

dasar bagi seorang guru adalah berupa perencanaan

pembelajaran. Dalam merencanakan pembelajaran seorang

guru hendaknya memperhatikan mulai dari tujuan, meteri,

siswa, metode, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Hasil

dari observasi, wawancara dan dokumentasi peneliti

menemukan bahwa perencanaan dilihat dari kualitas kerja Guru

Penjasorkes di 4 SMA Negeri Pekanbaru tersebut sudah

terlaksana dengan baik.

Hal Ini terlihat pada perencanaan yang dibuat oleh Guru

Penjasorkes. Guru Penjasorkes yang profesional tampak dalam

membuat perencanaan pembelajaran membuat perubahan dan

penambahan-penambahan pada tiap-tiap bagian dari suatu

perencanaan. Sehingga dari tahun ketahun dari hasil

pembelajaran terlihat ada kemajuan dan perkembangan

sehingga kualitas dari pembelajaran menampakkan hasil yang

positif baik dari segi guru maupun siswa, terhadap kualitas kerja

Guru Penjasorkes dalam mengajar.

Dalam pembuatan satuan pembelajaran dan rancangan

pembelajaran setiap awal tahun ajaran baru Guru Penjasorkes

71

selalu melakukan perubahan yang berpedoman pada satuan

pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang lama serta

menyesuaikannya dengan keadaan siswa pada setiap

tahunnya. Dalam melakukan perubahan guru selalu

mempertimbangkan unsur-unsur yang baru dalam satuan

pembelajaran dan rancangan pembelajaran berdasarkan

evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya.

Dari kelemahan tahun sebelumnya Guru Penjasorkes

melakukan perubahan atau memperbaiki agar tidak terulang

kembali pada semester atau tahun berikutnya. Kalau hal ini

dilakukan oleh semua Guru Penjasorkes yang telah di sertifikasi

maka dengan mudah ia mengetahui sudah berhasil atau

tercapaikah tujuan dari pembelajaran yang ia berikan kepada

siswa.

b. Ketepatan .

Ketepatan dalam membuat perencanaan pembelajaran

telah dilaksanakan dengan optimal, dimana Guru Penjasorkes

mempertimbangkan komponen-komponen yang ada dalam

perencanaan pembelajaran seperti: tujuan, materi, siswa,

metode, media, sarana dan prasarana. Guru Penjasorkes

dalam membuat perencanaan pembelajaran guru selalu

memasukkan komponen-komponen dan mengaplikasikannya

72

dalam pelaksanaan, baik teori maupun praktek secara efektif

dan efesien dilapangan.

Sehingga pembelajaran terlaksana dengan baik dan

sasaran serta tujuan dari pembelajaran itu akan tercapai

sebagai mana mestinya. Contohnya: ketepatan dalam

melaksanakan tujuan instruksional. Pada temuan di lapangan

terlihat disaat pembukaan pembelajaran Guru Penjasorkes

terlebih dahulu menerangkan sasaran dan tujuan apa yang

akan dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi

yang akan disampaikan kepada siswa. Baik tujuan umum dan

tujuan khusus mempelajari suatu materi baru dalam

pembelajaran penjasorkes. Sehingga siswa mengerti dan

memahami apa yang akan ia capai dalam pelaksanaan proses

pembelajaran yang akan diberikan oleh guru.

Berdasarkan hal diatas terlihat jelas bahwa guru

penjasorkes yang telah melaksanakan dan menciptakan

suasana pembelajaran yang kondusif, hal ini terlihat pada guru

mempersiapkan diri dalam mengantarkan siswa kearah

kesiapan mental dalam menghadapi sesuatu pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Seorang guru yang profesional dapat

memperhitungkan dan mengalokasikan waktu pada bagian-

bagian dan tahap dari suatu proses pembelajaran yang akan

dilaksanakannya.

73

c. Inisiatif.

Inisiatif dalam perencanaan pembelajaran ini

berhubungan dengan adanya suatu ide yang dilakukan guru

dalam mengambil tindakan yang berhubungan dengan

permasalahan yang dihadapi guru jika terdapat suatu kendala

di dalam perencanaan pembelajaran yang ia jalani, misalnya

dalam membuat perencanaan guru harus mempertimbangkan

dan menyesuaikan satuan pembelajaran dan rancangan

pembelajaran seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi

yang ada di SMA Negeri di Kota Pekanbaru sebelum

melakukan proses belajar mengajar, Guru Penjasorkes tampak

mempertimbangkan hal-hal yang menjadi kendala dalam

pembelajaran berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun

terdahulu.

Guru Penjasorkes bisa melaksanakan pembelajaran

tanpa mendapat suatu kendala yang berarti seperti perubahan

musim misalnya dari musim panas ke musim hujan. Dalam

membuat perencanaan pembelajaran, guru penjasorkes

tampak sudah mengambil inisiatif untuk merancang

pembelajaran yang disesuaikan dengan satuan pembelajaran

dan rancangan pembelajaran, tentang materi apa yang akan

diberikan.

74

Guru Penjasorkes dalam proses pembelajaran juga

memperhitungkan sarana dan prasarana yang memadai agar

proses pembelajaran yang dilakukan di di sekolah berlangsung

dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Dengan adanya inisiatif pembelajaran yang dilakukan

oleh guru dalam mempertimbangkan dan memperhitungkan

situasi dan kondisi Sekolah dalam membuat suatu

perencanaan pembelajaran maka akan kecil kemungkinan

Guru Penjasorkes mengalami kendala dalam pelaksanaan

pembelajaran pada situasi apapun baik secara mental dan

emosional guru sudah siap menghadapinya.

d. Kemampuan.

Kemampuan dalam perencanaan pembelajaran

berhungan dengan kemampuan guru suatu bahasan yang

secara langsung berhubungan dengan wawasan Guru

Penjasorkes dalam pengembangan pembuatan satuan

pembelajaran dan rancangan pembelajaran melalui pendidikan

informal seperti seminar, loka karya dan penataran-penataran,

serta Guru Penjasorkes dapat menambah wawasan tentang

teori mengenai mata pelajaran penjasorkes dengan menambah

buku-buku sumber yang berkenaan dengan materi

pembelajaran penjasorkes.

75

Jika hal tersebut di atas dilakunkan atau dilaksanakan

oleh Guru Penjasorkes maka dengan mudah untuk

mengantarkan siswa agar mengerti kepada pemahaman yang

ringkas dan tepat baik secara teori maupun secara praktek

e. Komunikasi.

Komunikasi dengan perencanaan pembelajaran yang

berhubungan dengan pemilihan media dan sumber belajar. Hal

ini dapat dilihat dari pembuatan perencanaan pembelajaran

yang dilakukan oleh Guru Perjasorkes dilihat dari aplikasi

perencanaan pembelajaran ini sudah terlaksana dengan baik

dan optimal.

Apabila seorang Guru Penjasorkes berkomunikasi

berarti siswa yang menerimapun akan salah menyerap

terhadap komunikasi yang disampaikan oleh guru yang

berhubungan dengan materi pembelajaran, sehingga dapat

mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dari proses

pembelajaran tersebut.

2. Kompetensi Kepribadian.

Dalam kompentensi kepribadian seorang Guru Penjasorkes

merupakan kompetensi yang menjadi sebuah gambaran terhadap

sosok seorang Guru Penjasorkes. Seorang pendidik harus memiliki

contoh yang baik bagi siswanya, baik komunikasi, interaksi, hal ini

dapat dilihat yaitu:

76

a. Kualitas Kerja.

Kualitas kerja dapat dilihat dalam keribadian seorang

Guru Penjasorkes. Pelaksanaan pembelajaran yang

berhubungan dengan kepemimpinan dan membimbing siswa

dalam proses pebelajaran, dimana Guru Penjasorkes

melaksanakan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Dan

setelah berakhirnya proses pembelajaran terlihat adanya

perubahan tingkah laku pada diri siswa.

Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah

membimbing siswa dan memberikan pembelajaran agar dapat

tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

Memberikan perhatian yang penuh terhadap pelaksanaan

pembelajaran, dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan, dan ini merupakan salah satu upaya bagi

seorang guru dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Sehingga

dalam proses pembelajaran tidak lagi di temui adanya siswa

yang merasa tertekan karena tidak menyenangi mata pelajaran

penjasorkes ini.

Memimpin berarti Guru Penjasorkes adalah sebagai

contoh yang akan ditiru oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Baik itu gerakan, ekspresi dan tingkah laku guru dalam

menyajikan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Sedangkan membimbing, guru berusaha untuk menuntun siswa

77

dalam melakukan atau melaksanakan pembelajaran

Penjasorkes dengan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan

tugas-tugas gerakan yang dilakukan. Semuanya ini mempunyai

hubungan timbal balik yang sangat mempengaruhi dari hasil

proses pembelajaran.

b. Ketepatan.

Disini yang dimaksud dengan ketepatan adalah

ketepatan menyesuaikan antara tingkah laku sebagai seorang

Guru Penjasorkes dengan materi serta mempertimbangkan

sarana dan prasarana yang tersedia. Dalam pembelajaran lebih

lanjut hendaknya Guru Penjasorkes menggunakan media atau

alat dalam pembelajaran sesuai materi yang diberikan sebagai

penambah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

Ketepatan antara metode mengajar dan materi pelajaran yang

diberikan kepada siswa akan memberikan suatu pemahaman

yang cukup baik bila guru penjasorkes memadukannya dengan

tepat dan benar. Bila dalam pembelajaran ada suatu materi

yang sulit, guru harus menggunakan materi yang disesuaikan

pada tingkat kesulitan yang ditemui dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Dengan pemakaian metode pembelajaran bagian, yang

dimulai dengan gerakan yang mudah ke yang sulit, tapi bila

dilihat secara keseluruhan siswa sudah dapat melakukannya

78

dan memahami maka metode pembelajaran itu diganti lagi

dengan metode menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk

memancing timbulnya kreatifitas siswa, dan siswa merasa

adanya tantangan dalam mencari suatu makna gerakan yang

akan guru capai dalam pelaksanaan pembelajaran.

Dengan kemampuan guru yang menggunakan

bermacam-macam metode pembelajaran dapat menimbulkan

suasana pembelajaran Penjaskes yang penuh tantangan dan

kreatifitas siswa meningkat, karena siswa merasa adanya

tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang guru sajikan.

Tentu ini tidak mengabaikan bahwa tidak semua siswa dapat

melakukannya sesuai dengan harapan Guru Penjasorkes .

Hal ini berhubungan dengan adanya keragaman dan

karakteristik siswa yang berbeda-beda tetapi kuncinya adalah

guru bisa menyesuaikan metode dan materi pelajaran yang

diberikan kepada siswa sesuai dengan karakteristiknya.

Dengan melihat masalah ini dengan cermat dan teliti Guru

Penjasorkes dapat meningkatkan kualitas kerjanya tanpa ada

kendala apapun.

c. Inisiatif.

Dalam pelaksanaan pembelajaran inisiatif berhubungan

dengan cara guru penjasorkes dalam mengatur dan mengubah

suasana pembelajaran. Guru penjasorkes tentu dapat melihat

79

gambaran dari suasana pembelajaran yang dilakukannya.

Inisiatif dalam pelaksanaan pembelajaran dimana Guru

Penjasorkes tidak terpaku dengan satu cara saja dalam

menghidupkan suasana pembelajaran. Guru Penjasorkes dapat

mengubah suasana pembelajaran sesuai dengan situasi dan

kondisi yang ada di lingkungan sekolah.

Kalau kita lihat pada saat ini banyak sekali sekolah yang

sarana dan prasarananya kurang memadai. Guru yang tidak

tergantung dengan kelengkapan sarana dan prasarana

tersebut, tetapi guru dapat memodifikasi dari suasana

pembelajaran kearah suasana yang lebih maju dengan

menggunakan inisiatif untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang lebih kondusif. Melalui penerapan dan

keterampilan yang dimiliki oleh Guru Penjasorkes yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah

tersebut.

Dalam pembelajaran Guru Penjasorkes dapat

menggunakan berbagai metode pembelajaran dengan berbagai

ketrampilan yang disesuaikan dengan tepat oleh guru dalam

proses pembelajaran. Guru Penjasorkes tentu sudah mampu

memperkirakan dan dapat memperhitungkan dengan

melakukan penilaian terhadap lingkungan dan situasi sekolah,

dan memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan unsur-

80

unsur yang ada secara optimal. Dan Guru Penjasorkes

menyiapkan perencanaan dalam proses pembelajaran yang

akan di sampaikan kepada siswa.

d. Kemampuan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan yaitu

bagaimana Guru Penjasorkes dalam menetapkan dan

mengubah urutan kegiatan belajar. Pada saat pelaksanaan

pembelajaran guru perlu menetapkan berbagai metode,

pendekatan serta strategi pembelajaran. Dan pada saat

praktek di lapangan penyajian guru terhadap suatu materi

pelajaran harus pula memperhitungkan kemampuan

keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh guru dalam

melaksanakannya pembelajaran tersebut. Pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan hendaknya pelaksanaan dapat

berjalan secara sistematis mulai dari pembukaan, pelaksanaan

dan evaluasi. Pada setiap pelaksanaan pembelajaran baik

untuk materi yang bersifat teori maupun praktik, guru dapat

memperhatikan kemampuan dan karakteristik siswa.

Dan dalam proses pembelajaran, Guru Penjasorkes

harus menata pembelajaran, agar siswa dapat bergerak dan

berpindah dari satu keterampilan ke keterampilan yang lain,

dari satu tingkat penampilan gerak kepada tingkat penampilan

gerak yang lain. Ini semua merupakan tahap dari proses

81

pembelajaran yang harus disiapkan oleh seorang Guru

Penjasorkes dalam menciptakan suasana pembelajaran yang

efektif dan efisien.

e. Komunikasi.

Pada saat pelaksanaan pembelajaran Guru Penjasorkes

sering dihadapkan dengan masalah, yaitu kurangnya perhatian

siswa terhadap materi yang akan disampaikan oleh guru pada

saat proses pembelajaran. Jika hal ini terjadi guru dapat

mengatasinya dengan salah satu cara yaitu pada saat proses

pembelajaran berlangsung guru dapat menyampaikan materi

pelajaran dengan singkat dan bisa saja dikemukakan diantara

kegiatan-kagiatan pelaksanaan pembelajaran. Jika hal ini

dilakukan atau di laksanakan salain menghemat waktu dapat

juga untuk mengurangi kebosanan siswa .

Komunikasi dalam pembelajaran memegang peranan

yang penting, karena disinilah guru dapat melihat pemahaman

siswa terhadap suatu materi pelajaran yang di sampaikannya.

Siswa akan lebih merasa mengerti apabila mereka tahu terlebih

dahulu tentang apa yang akan ia lakukan, dan apa yang akan

dia capai . Untuk itu Guru Penjasorkes yang telah di sertifikasi

haruslah serius dan memperhitungkan dalam menyampaikan

informasi kepada siswa yang berhubungan dengan materi

pembelajaran yang akan disajikan. Dengan mengurutkan

82

materi pelajaran secara sistematis dan logis akan memudahkan

komunikasi antar guru, materi atau bahan pelajaran dan siswa.

3. Kompetensi Sosial.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk

berkomunikasi dengan peserta didik. Hal ini dapat menjadi tolak

ukur untuk menilai kebarhasilan dari pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilakukan. Dari hasil observasi, dokumentasi dan

wawancara mengenai kompetensi sosial yang harus dikuasai oleh

Guru Penjasorkes.

Kompetensi sosial yang harus dikusai oleh Guru

Penjasorkes dalam pelaksanaan pengajaran dalam lima katagori:

a. Kualitas kerja.

Kualitas kerja yang akan dilihat dalam kompetensi sosial

sebagai seorang guru mampu untuk memberikan informasi

dengan baik sehingga dapat di mengerti bagi siswa. Seorang

guru harus memiliki penguasaan terhadap media sebuah

informasi dengan baik. Seperti halnya dalam menggunakan

media yang akan di pergunakaan terhadap pembelajaran

penjasorkes.

Hal ini dapat meningkatkan kualitas kerja seorang guru

olahraga contohnya untuk mengevaluasi bentuk tes

keterampilan dan tes tertulis ditambah dengan tugas. Dan dari

evaluasi yang dilakukan semuanya menampakkan hasil yang

83

maksimal. Karena guru yang menggunakan alat ukur yang

relevan dan tetap melaksanakan evaluasi dengan baik.

b. Kemampuan.

Dari segi kemampuan dapat dilihat dari cara

memberikan nilai yang dilaksanakan oleh guru dalam

pembelajaran. Memberikan nilai dalam evaluasi pembelajaran

merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap Guru

Penjasorkes dalam proses pembelajaran. Memberikan

penilaian sering dilakukan oleh Guru Penjasorkes apabila

sudah berakhirnya materi yang telah diajarkan. Dalam

memberikan nilai Penjasorkes, biasanya guru melakukan

pengukuran melalaui tiga tahap, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor.

Dengan kemampuan sosial yang dimiliki oleh seorang

Guru Penjaorkes akan mampu untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mudah untuk meningkatkan hasil

pembelajaran.

c. Inisiatif.

Dalam inisiatif untuk pembelajaran bahwa kemampuan

sosial dapat mengantarkan pembelajaran dengan baik kesiswa,

sehingga dapat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Guru harus sering inisiatif untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Guru sering melakukan pendekatan dan

84

sosialisasi dengan masyarakat sekitar untuk meningkatkan

proses pembelajaran di sekolah agar lebih baik.

d. Ketepatan.

Yang dimaksud dengan ketepatan dalam kompetensi

sosial yaitu: ketepatan guru dalam melaksanakan bentuk

komunikasi dengan baik. Dalam pembelajaran penjasorkes

dengan pendekatan kepada siswa. Guru harus mengenal

dengan baik status sosial dengan mempelajara dengan baik

latar belakang sosial siswa dan maysarakat agar tepat sasaran

dari pendidikan yang di laksanakan.

e. Komunikasi.

Pelaksanaan komunikasi pada saat pembelajaran

dimana guru dapat memberikan informasi kepada siswa dalam

bentuk nilai yang diberikan berdasarkan hasil dalam proses

pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan hal yang

penting untuk mensosialisasikan setiap makna dalam

pembelajaran pendidikan jasmani.

4. Kompetensi Profesional.

Profesional merupakan suatu kemampuan yang harus di

miliki oleh seorang Guru Penjasorkes. Hal ini merupakan suatu

pola dan metode untuk memberikan suatu informasi dan

pengetahuan yang harus di lakukan bagi seorang pendidik.

85

Profesional Guru Penjasorkes dapat dilihat dalam lima kategori

yaitu:

a. Kualitas kerja.

Kualitas kerja yang akan dilihat dalam profesional

seorang pendidik akan terlihat hasil yang baik. Guru tidak

akan terlihat ragu dan bingung dalam proses pembelajaran.

Seorang guru yang profesional akan menghasilkan hasil

yang baik. Mereka tidak akan merasa minder dalam

memberikan pembelajaran.

Guru yang frofesional siap menguasai materi baik

teori maupun praktek sehingga dapat di lihat dan diikuti oleh

siswa untuk proses pembelajaran.

b. Kemampuan.

Dari segi kinerja kemampuan dapat dilihat dari cara

memberikan materi pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru dalam proses pembelajaran. Kemampuan seorang

Guru Penjasorkes yang profesional akan terlihat di lapangan

dengan penguasaan materi yang di miliki oleh Guru

Penjasorkes.

c. Inisiatif.

Dalam kompentensi seorang guru yang profesional

sangat baik, guru tersebut akan dapat menemukan ide ide

pembelajaran dengan baik dan guru professional akan dapat

86

memberikan materi dengan gaya gaya inofatif yang kaya

dengan pengetahun yang baik.

Guru yang profesional akan menemukan ide ide baru

untuk menunjang pembelajaran di sekolah ia tidak akan

terpaku dengan metode yang sudah ada. Sehinga proses

pembelajaran di sekolah terlaksana dengan baik.

d. Ketepatan.

Yang dimaksud dengan ketepatan pada guru yang

profesional adalah ketepatan sasaran dalam penyampaian

informasi tentang materi pembelajaran pendidikan jasmani.

e. Komunikasi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran komunikasi pada

saat melakukan proses pengajaran sangat penting untuk

kelancaran proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Komunikasi sangat di perlukan karena dengan

mengkomunikasikan sebuah informasi merupakan hal yang

sangat penting untuk menunjang sebuah pembelajaran di

sekolah. Seorang guru olahraga yang profesional harus

mampu mengkomunikasikan ilmu kepada siswa agar proses

pembelajaran berjalan dengan baik.

87

C. Saran.

Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang telah dikemukakan

maka penulis mengemukakan beberapa saran untuk dijadikan bahan

pertimbangan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan

pendidikan di seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru, peneliti

mengajukan saran kepada:

1) Guru Penjasorkes agar:

a. Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran hendaknya

guru penjasorkes harus selalu merevisi ulang seluruh satuan

dan rancangan pembelajaran yang sudah lama dipakai,

dengan mengganti satuan dan rancangan pembelajaran yang

baru sesuai dengan kurikulum yang terbaru, dengan

mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa terhadap bakat

dan minat siswa.

b. Dalam melakukan aktifitas mengajar perlu menjaga hubungan

dengan masyarakat sekitarnya dan lingkungan sekolah agar

hubungan sosial terjaga dengan baik.

c. Dalam membuat isi perencanaan pembelajaran hendaknya

Guru Penjasorkes yang profesional juga memperhitungkan

situasi dan kondisi sekolah yang dalam segi iklim dan cuaca.

Ini dilakukan supaya guru dapat mengantisipasi kendala-

kendala yang datang pada saat pelaksanaan pembelajaran

dilaksanankan .

88

d. Dalam hal pelaksanaan pembelajaran , diharapkan Guru

Penjasorkes yang profesional lebih selektif dalam memilih

metode, media, model pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran itu dapat dicapai dengan baik dan sesuai

dengan apa yang di harapkan.

e. Perlu adanya inisiatif dari pihak Guru Penjasorkes yang

profesional untuk menambah wawasan tentang cara

pembuatan butir-butir evaluasi dengan membaca buku-buku

petunjuk atau buku-buku panduan yang telah diberikan yang

berhubungan dengan proses pembelajaran penjasorkes.

2) Kepala sekolah supaya:

a. Agar lebih memonitor dan membimbing serta mengarahkan

guru-guru. Khususnya guru mata pelajaran Penjasorkes yang,

dalam membuat perencanaan pengajaran dengan baik sesuai

dengan tuntunan yang ada, supaya dapat meningkatkan

kualitas kinerja Guru Penjasorkes yang profesional.

b. Memberikan kesempatan kepada Guru-guru Penjasorkes

khususnya untuk dapat mengikuti berbagai seminar, loka

karya. Penataran pelatihan olahraga yang selalu diadakan baik

dalam Propinsi Riau maupun diluar propinsi Riau.

c. Kepala sekolah diharapkan untuk sering mengadakan dialog

dengan guru penjasorkes tentang kesulitan dan permasalahan

yang ditemui mereka dan dapat mencarikan solusi dalam

89

memecahkan kesulitan tersebut dalam waktu yang singkat

sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

d. Memberikan guru penjaskes pelatihan keterampilan yang

berhubungan dengan bidang studi Penjasorkes, khusus

keterampilan teori dan praktek dilapangan dengan

mendatangkan instruktur yang lebih ahli, agar Guru

Penjasorkes dapat meningkatkan kualitas gerakan yang baik

dan benar.

  

 

 

90

Daftar Rujukan Ahmad Sanusi, dkk 1991, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional,

Tenaga Pendidikan Bandung : Depdikbud IKIP Aqib, Zainal 2002 Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran Surabaya: Insan

Cendikia Gusril, 2008, Model Pengembangan Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar, UNP,

UNP press Helmi, 2001 Tesis, Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah

Tshanawiyah Padang, Sumatera Barat Kunandar, 2007 Guru Profesional, Rajawali Pers, Jakarta Kunandar, 2004 Penilaian Berbasis Kompetensi dalam Kurikulum 2004

“Buletin LPMB DKI Jakarta, Volume 1 Nomor 1 Mei 2004 Lutan, Rusli 2002, Supervisi Pendidikan Jasmani, Jakarta, Depdikbud. Maizar, 1997 Meneliti Tentang Kemampuan Mengajar Guru STM: Suatu

Penelitian Kualitatif Di Sumatra Barat Menemukan Kemampuan Mengajar Guru

Sondang, Siagian 2000, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, Bukmi

Aksara Spadley, James. P 1980. Participant Of Observation, New York; Rinehear and

Winston Subhamis 2002, Kinerja Guru Sekolah Tingkat Pertama Negeri Bukittinggi

Dari Segi Motivasi Berprestasi dan Komunikasi antar Pribadi. Tesis Padang: Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Sudjana, Nana 2002, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah

Bandung, Sinar baru. Sujanto Bedjo, 2007 “Guru Indonesia dan Perubahan kurikulum” Jakarta,

Sagung Seto. Sagala, Syaiful, 2009 “Kemampuan professional Guru dan Tenaga

Kependidikan” Alfabeta , Bandung

  

 

 

91

Surya, Mahammad 1999, “Membangun Manusia Unggul Perlu Profesionalisme Dan Kesejahtraan Guru” PGRI DKI Jakarta.

Undang-undang RI no 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Bandung. Citra

Umbara Undang-undang RI no 74 tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, Bandung.Citra

Umbara Undang-Undang RI No 20 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta Uno, Hamrizal 2007. Tesis, Profesionalisme guru biologi di SMP Negeri

Batusangkar, UNP, Padang Wibowo, 2007 Manajemen Kerja, Jakarta, Raja Prapindo Persada

92

Lampiran 1

Pertanyaan Penelitian

1. Dari apa yang di bicarakan peneliti dengan bapak AB Guru Pejasorkes

SMA Negeri 3 Pekanbaru pada tanggal 04 Februari 2010 pada jam 7.30 sebagai berikut: sebagai Guru Penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ? “Saya sebagai Guru Penjasorkes membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan saya juga memiliki absensi, daftar nilai. Yang dituntut untuk mempersiapkan pada awal tahun ajaran”

2. Untuk mencari kebenaran dari guru AB peneliti mewawancarai Kepala

Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru Ibu YM, di ruangan kerjanya saya menanyakan kepada Kepala Sekolah, Ibu, apakah bapak AB sebagai Guru Penjasorkes menyiapkan perangkat pembelajaran? “Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester. Rincian mingguan efektif, silabus dan RPP, tidak kecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran itu sudah terkumpul minimal untuk satu semester”.

3. Belum puas sampai disitu peneliti mewawacarai wakil kepala sekolah

urusan kurikulum, Bapak MR, Pak apakah bapak AB menyerahkan perangkat pembelajaran di awal tahun sebagai mana yang dikompirmasikan kepala sekolah.

“Saya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikulum awal tahun minggu pertama tahun ajaran sudah mengumpulkan perangkat pembelajaran dari guru-guru mata pelajaran mulai dari: program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, selabus, RPP dan nilai ulangan harian di akhir bulan. Kalau bapak ingin melihat ini arsipnya”

4. Di tempat terpisah penulis juga mewawancarai seorang siswa kelas XI

4 IPS yang diajar oleh bapak AB yaitu Erik Febrian.Erik bagaimana bapak AB mengajar Penjasorkes menurut Erik?

93

“Menurut saya bapak AB mengajar bagus, tidak membosankan banyak fariasi dan juga disiplin dalam waktu. Siswa dekat dengan bapak AB namun juga disegani”.

5. Tepatnya pada tanggal 11 Februari 2010 jam 16.00 peneliti masuk ke

SMA Negeri 8 Pekanbaru menenyakan kepada bapak IM sebagai Guru Penjasorkes sebagai berikut: Bapak sebagai Guru Penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran. “Saya yang mengajar di sekolah bertaraf Internasional banyak tuntutan dari Sekolah mengenai perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan”.

6. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan bapak IM

peneliti mengkompirmasikan langsung dengan kepala Sekolah yang kebetulan sore itu berada di Sekolah, saya menuju ke ruangan kerjanya dan penulis di persilakan masuk, saya langsung duduk dan bapak NF menanyakan kepada peneliti apa yang bisa saya bantu. Peneliti langsung kepada masalah tadi, dilapangan saya mewawancarai bapak IM tentang perangkat pembelajaran, kata bapak IM dia harus menyiapkan perangkat seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan. Bagai mana menurut bapak apa yang disampaikan bapak IM, sejauh mana kewajiban guru-guru membuat perangkat pembelajaran.

“Segala apa yang disampaikan bapak IM tersebut itu adalah merupakan kewajiban seorang guru yang mengajar di Sekolah ini. Perangkat-perangkat tersebut jauh hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung, maksudnya pada awal tahun pembelajaran, semua perangkat ini sudah di serahkan kapada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Kemudian disekolah ini tidak ada istilah guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran termasuk guru penjasorkes karena dia sama kewajibannya dengan guru mata pelajaran lainnya. Kalau bapak ingin tau tanyakan langsung ke bagian kurikulum”.

7. Keesokan harinya Rabu tanggal 25 Februari 2010 peneliti datang ke

SMA Negeri 8 Pekanbaru untuk mewawancarai salah seorang ibu guru EW namanya, untuk memberikan tanggapan mengenai bapak IM bagai mana diri kepada ibu EW , saya melakukan penelitian disekolah ini, jadi saya ingin mendapatkan imformasi dari ibu tentang bapak IM ibu tahu

94

dengan bapak IM ? oh ya dia kan Guru Penjasorkes disini, menurut ibu sbagai mana dia melaksanakan tugas disini?

“Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya Guru Penjasorkes dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”

8. Pada tanggal 04 Maret 2010 pukul 08.30 penulis pergi ke SMA 4 yang

jaraknya lebih kurang 5 km dari SMA 8, melihat bapak AM yang mengajar pada jam pelajaran 3-4 dan penulis sampai disana jam 09.00 sedangkan bapak AM baru mulai jam 09.45, penulis lansung mengamati bapak AM mengajarkan permainan bola voli pada kelas X4 dengan 5 buah bola untuk murid 32 orang bapak AM mengajarkan service bawah itu dari pengamatan saya, dari apa yang diajarkan bapak AM pada siang hari yang mata hari sudah bersinar dengan teriknya, bapak AM terus saja mengajar dengan bersemangat, murid mengikuti dengan semangat juga. Dari cara bapak AM mengajar dia memberikan pemanasan (worming up) dan latihan inti kemudian meng absen siswa. Selesai mengajar peneliti lansung menjumpai bapak AM dan menanyakan kepadanya bersedia untuk diwawancarai tentang pembelajaran Penjasorkes? Dia menjawab bisa pak. Penulis mengajukan pertanyaan seputar perangkap pembelajaran dan materi yang diberikan tadi.

“Sabagai guru di sekolah ini saya selalu membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, rincian miggu efektif dan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran. Semuanya ini saya tidak tergantung kepada kepala sekolah di minta atau tidak di minta tetap saya persiapkan, karena itu adalah tuigas pokok saya sebagai guru”.

9. Setalah mewawancarai bapak AM peneliti minta di antarkan untuk

menjumpai Bapak Kepala sekolah keruangannya.Peneliti masuk ke ruangan kepala sekolah dan bapak AZ mempersilakan peneliti duduk di ruangannya. Bagai mana bapak AM mengajar pak ? baik pak sesuai dengan programnya. Dalam hal ini saya mau bertanya pak, apakah bapak AM membuat perangkat pembelajaran, dan bagai mana sikap bapak AM di sekolah ini pak ?

“ Mengenai bapak AM saya sangat salut dengan nya karena bapak AM selalu membuat perangkat pembelajaran dan menyerahkan tepat

95

waktu, dalam mengajar menurut pandangan saya bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkan dan masalah disiplin baik dengan waktu maupun tugas yang di berikan padanya. Hubungan dengan pimpinan baik maupun rekan-rekan sejawat sesama guru tidak pernah punya masalah”.

10.Dan kemudian peneliti menanyakan kepada salah seorang siswa,

penulis menjumpai seorang siswa Rio saputra kelas XI IPA 2 Rio bapak ingin bertanya bagai mana menurut Rio bapak AM mengajar di sekolah ini dan bagai mana sikap siswa kepada nya ?

“Oo Bapak AM mengajar sangat menarik bagi siswa siswi di sekolah ini bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkannya, bahasanya mudah di mengerti kami tidak pernah merasa jenuh belajar dengannya. Bapak itu sangat disiplin tepat waktu dan di segani siswa.”

11.Pada hari ke empat tepatnya pada tanggal 18 Maret 2010 pada pukul 7.30 peneliti masuk ke SMA Negeri 12 Pekanbaru, untuk menjumpai Guru Penjasorkes WA, langsung bertanya setelah selesai memberikan pelajaran sebagai berikut: Ibu sebagai Guru Penjasorkes apakah Ibu membuat perangkat pembelajaran ?

“Disini saya sebagai Guru Penjasorkes di wajibkan untuk membuat

perangkat pembelajaran seperti; membuat program semester, program tahunan,RPP, selabus dan yang lainnya, karena SMA 12 ini akan direncanakan untuk menjadi sekolah yang di sebut RSBI dan cara ini sudah lama yang diprogram oleh kepala sekolah”.

12. Untuk mengetahui kebenarannya apa yang di sampaikan Ibu WA

tersebut, peneliti langsung menjumpai kepala sekolah HM , di ruang kerjanya pada hari itu juga, setelah bertemu dengan kepala sekolah, pak bisa saya mewawancarai bapak sebentar? Ya! Boleh silakan. Tadi saya mengamati ibu WA sedang mengajar di lapangan permainan basket ball, kemudian saya mewawancarai ibu WA masalah perangkat pembelajaran bagaimana menurut bapak ibu WA, kata ibu tersebut dia membuat perangkat pembelajaran untuk sekolah ini.

“Saya selaku kepala sekolah guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahraga pun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru

96

yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.

13.Ada satu lagi pertanyaan saya pak, berkenaan dengan ibu WA yaitu

bagai mana kepribadian, hubungan ibu WA dengan sesama rekan sejawat dan profesional nya dalam mengajar ?

“Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, orangnya jujur, disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dan hubungannya baik dengan kepala sekolah, dengan rekan-rekan guru dan dengan siswa sangat baik itu menurut pandangan saya, kemudian saya pernah memperhatikan dia mengajar pelaksanaannya baik, beraturan, penguasaan kelas bagus seperti apa yang di inginkan walaupun masih ada kekurangannya tapi itupun menurut saya tidak terlalu prinsip”.

14 .Setelah menjumpai kepala sekolah peneliti menjumpai salah seorang

guru Ibu JM, kemudian peneliti mewawancarai ibu JM. Asslamualaikum bu, boleh saya wawancarai dengan ibu sebentar, apa masalahnya? Saya sudah mengamati dan mewawancarai ibu WA berkenaan dengan pelakasanaan pembelajaran penjasorkes, oke silakan. Bagai mana menurut Ibu sikap, kepribadian dan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas di sekolah ini?

“Saya adalah salah seorang majlis guru di SMA 12 ini melihat dan bergaul sesama majelis guru Oo kalau WA dia bagus pergaulannya kebetulan dia alumni disini tentu pergaulannya dan rasa hormatnya dengan gurunya sangat baik namun saya menilainya bukan dari faktor tesebut, keperibadiannya juga baik orangnya sopan, suka menegur dan mudah senyum, siswa punsuka dengan dia. Namun kalau mengajar ya dari pandangan saya bagus, kan ada guru Penjas, maaf ya pak mengajar asalan saja kasih bola atau biarkan saja, siswa berserakan ada yang sudah sampai kekantin namun ibu WA tidak termasuk tipe itu rasanya dia menikmati tugas mengajarnya itu menurut saya ya pak”.

15 .Setelah menjumpai guru mata pelajaran, peneliti menjumpai salah

seorang siswa yang bernama Willi pada kelas XII IPA1, peneliti mewawancarai siswa tersebut tentang guru penjasorkes. Maaf Nak boleh bapak mewawancarai kamu, tentang apa pak ? kamu kan siswa kelas XII IPA1 yang mengajar Penjasorkes adalah WA bagaimana menurut kamu ibu WA mengajar?

97

“Ibu WA mengajar kami sangat menyukainya karena ibu WA mengajar sering berpariasi membuat kami bergairah belajar, ibu WA sangat disiplin, tepat waktu, cara penyampaian meteri kami mudah untuk mengerti”

Dari apa yang telah disampaikan oleh guru penjasorkes WA dan yang sudah dikompirmasikan dengan kepala sekolah HM, guru mata pelajaran, dan siswa. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa guru penjasorkes sudah memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

16.Pada tanggal 01 April 2010 peneliti kembali ke lokasi SMA Negeri 4 pada jam 7.30 untuk mewawacarai salah seorang guru mata pelajaran Fisika yaitu ibu WT di ruangan majlis guru SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru. Selamat pagi buk, apa kabar pak saya sedang melakukan penelitian Guru Penjasorkes di sekolah ini. bagai mana menurut ibuk bapak AM dalam melaksanakan tugas di sekolah ini dan bagai mana hubungannya sesama guru.

“Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas

selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”.

Terima kasih bu, atas imformasi yang ibu berikan kepada saya dalam penelitian yang saya lakukan ini.

17. Pada tanggal 15 April 2010 peneliti kembali datang ke SMA Negeri 3

Kota Pekanbaru yang berlokasi di Rumbai untuk mewawancarai salah seorang majelis guru Ibu EZ. Selamat pagi bu, pagi pak, ada apa pak! saya sedang mengadakan penelitian di sekolah Ibu yaitu meneliti salah seorang Guru Penjasorkes bapak AB penelitian ini berkenaan dengan Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional guru. Bagai mana menurut Ibu Bapak AB dalam melaksanakan tugas pembelajaran, sosial dan kepribadian bapak AB?

“Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat di majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing. Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, sebab kepala

98

sekolah kami mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, humoris dan disiplin”.

18. Setelah mewawancarai Ibu EZ peneliti menjumpai seorang siswa

yang berpakaian olahraga kebetulan selesai olahraga. Peneliti memanggilnya. Hai nak ! bapak ingin bertanya, ada apa pak? Baru siap olahraga, ia pak, kalau boleh tau siapa namamu? Iza pak, kamu kelas berapa? Kelas XII, bapak ingin mewawancarai kamu sebentar, boleh pak. Menurut kamu bagai mana bapak AB mengajar penjasorkes?

“Bapak AB orangnya disiplin waktu pak, kalau kami terlambat tidak boleh ikut belajar dengannya karena bapak AB tidak pernah terlambat, jadi kami takut terlambat malu kan pak ! bapak AB cara mengajarnya bagus kami tidak pernah bosan belajar penjasorkes dengannya. Ada lagi pak? Oke sekian terima kasi nak”.

Dari apa yang di sampaikan oleh Guru Penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah, salah seorang guru dan seorang siswa maka bisa di tarik suatu kesimpulan bahawa guru penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, mempunyai Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan kompetensi profesional.

99

Lampiran 2 .

Nama-nama Kepela Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2010.

Nama Sekolah Kepala Sekolah Alamat

SMA Negeri 3 Kota Pekabaru Dra. Hj. Yusnimar, M.Pd Jl Yusudarso No 100 A

SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru Drs. Azwir Jl Adi Cucipto No 67

SMA Negeri 8 Kota pekanbaru Drs. H. Nurfaisal M.Pd Jl Abdul Muis No 14

SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru Drs. H. Hermilus, MM Jl Garuda Sakti Km 3

100

Lampiran 3

Nama-nama Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan Kota Pekanbaru.

No Sekolah Guru Olahraga Pendidikan

1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru

1. Drs. Khairul Asbar 2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd

S1 S1 S1

2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru

1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting, S.Pd

S1 S1 S1

3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru

1. Drs. Erwin Martias 2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)

S1 S1 S1

4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru

1. R.Setianis.S.Pd 2. Winda Asril S.Pd

S1 S1

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010.

101

Lampiran 4.

Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru

No Sekolah Kls Jenis Kelamin

JumlahLaki-Laki Perempuan

1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru

X XI XII

172 107 130

200 150 160

819

2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru

X XI XII

100 126 173

156 130 210

795

3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru

X XI XII

114 139 147

138 128 116

822

4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru

X XI XII

132 155 83

210 155 100

780

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010

Lampiran 2 .

Nama-nama Kepela Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2010.

Nama Sekolah Kepala Sekolah Alamat

SMA Negeri 3 Kota Pekabaru Dra. Hj. Yusnimar, M.Pd Jl Yusudarso No 100 A

SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru Drs. Azwir Jl Adi Cucipto No 67

SMA Negeri 8 Kota pekanbaru Drs. H. Nurfaisal M.Pd Jl Abdul Muis No 14

SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru Drs. H. Hermilus, MM Jl Garuda Sakti Km 3

Lampiran 3

Nama-nama Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan Kota Pekanbaru.

No Sekolah Guru Olahraga Pendidikan

1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru 1. Drs. Khairul Asbar 2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd

S1 S1 S1

2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru

1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting,

S.Pd

S1 S1 S1

3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru 1. Drs. Erwin Martias 2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)

S1 S1 S1

4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru 1. R.Setianis.S.Pd 2. Winda Asril S.Pd

S1 S1

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010.

Lampiran 4.

Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru

No Sekolah Kls Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru

X XI XII

172 107 130

200 150 160

819

2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru

X XI XII

100 126 173

156 130 210

795

3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru

X XI XII

114 139 147

138 128 116

822

4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru

X XI XII

132 155 83

210 155 100

780

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010

102

Lampiran 5 Photo Penelitian

Gambar 1. SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru

Gambar 2. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga

103

Gambar 3. SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru

Gambar 4. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga

104

Gambar 5. SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru

Gambar 6. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga

105

Gambar 7. SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru

Gambar 8. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga

106

107

87

LAMPIRAN 3.

84

85

86

87

88

889

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99