PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI...
Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI...
PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI
TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA N 1 PERANAP
KECAMATAN PERANAP
TESIS
OLEH:
YULIATIN NIM : 51946
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar magister pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
i
ABSTRACT
YULIATIN, 2011, The influence of modul and motivation learning to the geography learning result of students’s class X in SMAN 1 Peranap of Peranap Subdistrick.
This study aims to reveal: (1) The difference learning outcomes of students
using the modules and non-modules on the subjects of Geography, (2) difference in learning outcomes of students with high learning motivation and learning by using a non-module module on the subjects of Geography, (3) Differences learning outcomes of students with low motivation to learn and use the module that uses a non-module on the subjects of Geography, (4) interaction with a module of learning strategies and motivation towards learning outcomes.
This research was conducted using a quasi experimental methods, the population in this study is the class X SMA N 1 Peranap. Sample class is a class X5 as classroom learning modules and classroom learning X2 as a non-module class. One class is designed as an experimental class that will implement the learning system and a class module as a control class that will use non-module learning system. While the motivation variables obtained by using a prepared questionnaire motivation more advance by the researcher.
The results of analysis after the study of Geography students studied the results obtained are taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non-module, while the learning outcomes of Geography with a high motivation to learn is taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non- module, learning outcomes Geography students with low motivation to learn is taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non-module. In addition, there is no interaction between learning modules and non-modules on the Study abroad. From these date, we can conclude that learning by using the better than the non learning modules.
ii
ABSTRAK
YULIATIN. 2011. Pengaruh Pembelajaran Modul dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMA N I Pranap Kecamatan Pranap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan modul dan non modul pada mata pelajaran Geografi, (2) Perbedaan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan menggunakan modul dan pembelajaran non modul pada mata pelajaran Geografi, (3) Perbedaan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul dan yang menggunakan non modul pada mata pelajaran Geografi, (4) interaksi strategi pembelajaran dengan modul dan motivasi belajar terhadap hasil belajar.
Penelitian ini dilakukan mengunakan metode quasi eksperimen, populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Peranap. Kelas sampel adalah kelas X5 sebagai kelas pembelajaran modul dan kelas X2 sebagai kelas pembelajaran non modul. Satu kelas didesain sebagai kelas eksperimen yang akan menerapkan sistem pembelajaran modul dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang akan mengunakan sistem pembelajaran non-modul. Sedangkan variabel motivasi didapatkan dengan mengunakan angket motivasi yang dipersiapkan terlabih dahulu oleh peneliti.
Hasil analisa setelah penelitian didapatkan hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan menggunakan Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non-modul, sedangkan hasil belajar Geografi dengan motivasi belajar tinggi yang diajarkan dengan menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non modul, hasil belajar Geografi siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajarkan menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non modul. Selain itu, tidak terdapat interaksi anatara pembelajaran modul dan non modul terhadap hasil balajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mengunakan modul lebih baik dari pada pembelajaran non modul.
iii
Persetujuan Akhir Tesis
Nama mahasiswa : Yuliatin NIM. : 51946
Nama Tanda Tangan Tanggal Prof. Dr. Ungsi A. O. M, M.Ed. _________ ________ Pembimbing I Dr. Jasrial, M.Pd _________ ________ Pembimbing II Direktur Program Pascasarjana KetuaProgram Studi/konsentrasi Prof. Dr. H. Mukhaiyar Dr. Jasrial, M.Pd NIP. 130 526 501
iv
Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Kependidikan
No Nama Tand Tangan
1. Prof. Dr. Ungsi A.O.M, M.Ed ______________ (Ketua)
2. Dr. Jasrial, M.Pd ______________ (Sekretaris) 3. Prof. Dr. H. Abizar, M.Pd ______________ (Anggota) 4. Dr. Darmansyah Nabar, M.Pd ______________ (Anggota) 5. Prof. Dr. H. Mukhaiyar ______________ (Anggota) Mahasiswa: Nama : Yuliatin NIM : 51946 Tanggal Ujian : Agustus 2011
v
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Modul dan
Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMA
Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap” adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapat gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang
maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing yaitu
Bapak Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai M.Ed dan Bapak Dr. Jasrial
M.Pd.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan
jelas dan dicantum sebagai acuan didalam naskah saya dengan disebutkan
nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 10 Agustus 2011 YULIATIN NIM. 51946
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal tesis ini dengan judul “Pengaruh pembelajaran Modul
dan motivasi terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X di SMAN 1
Peranap Kab. Indragiri Hulu, Provinsi. Riau”. Sholawat beriring salam penulis
juga berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk untuk
keselamatan umat di dunia dan di akhirat.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Padang. Penulis menyadari dan merasa sepenuhnya, bahwa dalam
menyelesaikan thesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Padang yang telah memberikan kesempatan
dalam melanjutkan pendidikan dan mendukung pada melancaran proses
pembelajaran dan arahan dalam pembelajaran.
2. Bapak Prof. Dr. H. Mukhyar, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Gusril, selaku direktur
dan assisten direktur pasca sarjana UNP, yang telah memberikan kesempatan
serta arahan selama pendidikan, penelitian dan penulisan thesis ini.
3. Dr. Jasrial, M.Pd selaku Ketua program Studi Teknologi Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang memberikan fasilitas, arahan
dan persetujuan dalam penyelesaian akhir kuliah
4. Bapak Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai, M. Ed, dan Dr. Jasrial, M.Pd
Selaku pembimbing I dan II yang ditengah-tengah kesibukan telah
memberikan bimbingan yang mendalam dengan sabar dan kritis terhadap
permasalahan, selalu memberikan motivasi mulai dari awal sampai akhir.
vii
5. Prof Dr Abizar, M.Pd, Prof. Dr. H. Mukhaiyar, dan Dr. Darmansyah, M.Pd
selaku nara sumber dan tim penguji yang telah memberikan saran yang
kontribusi dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
6. Drs. Sri Widodo, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Peranap, Guru-guru
serta pegawai SMAN 1 Peranap yang telah memberikan izin dan dukungan
serta kesempatan kepada penulis melakukan riset
7. Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang telah memberikan dana baik proses
perkuliahan maupun penelitian thesis ini
8. Segenap keluarga, terutama ibunda (Lismar) dan ayahanda (Rustam) yang
telah banyak memberikan dorongan, semangat dan doa untuk terus maju guna
mencapai gelar Magister Pendidikan.
9. Rekan-rekan mahasiswa program studi teknologi pendidikan angkatan
2009/2010 Pascasarjana UNP, atas segala dukungan yang telah memberikan
semangat dan motivasi dalam merampungkan tesis ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan nama satu persatu.
Semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan kepada
penulis demi kelancaran penyelesaian tesis ini, mendapatkan balasan karunia dan
nikmat dari Allah SWT.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak sangat diharapkan. Terakhir, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pendidikan di sekolah.
Peranap, 10 Agustus 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ………………………………………………………………… i ABSTRAK ………………………………………………………………….. ii SURAT PERNYATAAN …………………………………………………… iii PERSETUJUAN AKHIR ………………………………………………….. iv PERSETUJUAN KOMISI …………………………………………………. v KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 8 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian. ......................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ........................................................................... 11
1. Pembelajaran Modul .............................................................. 11 2. Pembelajaran Non Modul ..................................................... 16 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi .................. 20
a. Pengertian belajar ............................................................ 20 b. Hasil belajar ..................................................................... 22 c. Karakteristik pembelajaran geografi ............................... 24 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ............. 26
4. Motivasi belajar ...................................................................... 27 B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 35 C. Kerangka berfiikir ..................................................................... 37 D. Hipotesis ..................................................................................... 39
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ......................................................................... 40 B. Populasi dan Sampel ................................................................. 40 C. Definisi Operasional ................................................................ 41 D. Pengembangan instrumen ......................................................... 42 E. Teknik pengumpulan data ......................................................... 48 F. Teknik analisa data ................................................................... 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................ 54
ix
1. Deskripsi data motivasi kelas eksperimen ............................. 55 2. Deskripsi data motivasi tinggi kelas eksperimen (A1B1) ..... 56 3. Deskripsi data motivasi rendah kelas eksperimen (A2BI) .... 57 4. Deskripsi data motivasi belajar kelas kontrol ....................... 58 5. Deskripsi data motivasi tinggi kelas kontrol (AIB2) ............. 59 6. Deskripsi data motivasi rendah kelas kontrol (A2B2) ........... 60 7. Deskripsi data hasil belajar kelas eksperimen ........................ 61 8. Deskripsi data hasil belajar tinggi kelas eksperimen ............. 63 9. Deskripsi data hasil belajar rendah kelas eksperimen ............ 64
10. Deskripsi data hasil belajar kelas kontrol............................... 65 11. Deskripsi data hasil belajar tinggi kelas kontrol .................... 67 12. Deskripsi data hasil belajar rendah kelas kontrol ................... 68
B. Uji persyaratan analisis .............................................................. 69 C. Pembahasan ............................................................................... 78
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 82 B. Implikasi ..................................................................................... 83 C. Saran ........................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Nilai rata-rata geografi siswa kelas X SMA N I Peranap ............................ 4 2. Perbedaan belajar dengan modul dan non-modul ..................................... 17 3. Desain penelitian ....................................................................................... 47 4. Deskripsi data hasil penelitian secara keseluruhan .................................... 54 5. Deskripsi data motivasi kelas eksprimen .................................................. 55 6. Deskripsi data motivasi tinggi kelas eksperimen ...................................... 56 7. Distribusi frekwensi motivasi rendah kelas ekseperimen ......................... 57 8. Distribusi frekwensi motivasi belajar kelas kontrol .................................. 58 9. Distribusi frekwensi motivasi tinggi kelas kontrol ................................... 60 10. Distribusi frekwensi motivasi rendah kelas kontrol ................................ 61 11. Hasil belajar siswa kelas eksperimen ...................................................... 63 12. Distribusi hasil belajar tinggi kelas eksperimen ..................................... 64 13. Distribusi hasil belajar rendah kelas eksperimen .................................... 65 14. Distribusi frekwensi hasil belajar siswa kelas kontrol ............................ 66 15. Distribusi frekwensi hasil belajar tinggi kelas kontrol ............................ 67 16. Distribusi frekwensi hasil belajar rendah kels kontrol ............................ 68 17. Rangkuman uji normalitas motivasi dan hasil belajar ............................. 69 18. Ringkasan motivasi tinggi dan rendah kelas eksperimen ....................... 70 19. Rangkuman hasil belajar tinggi dan rendah kelas kontrol ....................... 71 20. Rangkuman hasil uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar........................................................................................ 72 21. Kesimpulan uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar ................ 73 22. Hasil uji t untuk hipotesis I ...................................................................... 73 23. Uji t motivasi tinggi siswa pada hipotesis II ........................................... 74 24. Uji t motivasi rendah siswa dalam penelitian ......................................... 75 25. Perhitungan interaksi siswa ..................................................................... 76 26. Rekapitulasi rata-rata hasil belajar .......................................................... 76
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 39 2. Histigram motivasi siswa kelas eksperimen ............................................. 55 3. Histogram data pengetahuan tinggi kelas eksperimen ............................... 57 4. Histogram motivasi rendah kelas eksperimen............................................ 58 5. Histogram motivasi belajar kelas kontrol ................................................. 59 6. Histogram motivasi tinggi kelas kontrol ................................................... 60 7. Histogram motivasi rendah kelas kontrol ................................................. 62 8. Histogram data hasil belajar kelas eksperimen ......................................... 63 9. Histogram hasil belajar tinggi kelas eksperimen ...................................... 64 10. Histogram hasil belajar rendah kelas eksperimen ................................... 65 11. Histogram hasil belajar siswa kelas kontrol ............................................ 66 12. Histogram hasil belajar tinggi kelas kontrol ........................................... 67 13. Hasil belajar rendah kelas kontrol ........................................................... 68 14. Diagram interaksi ordinali ....................................................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa, berahlak mulia, sehat berilmu, kreatif dan menjadi warga negara yang
demokratis serta tanggungjawab. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional
tersebut pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan mutu
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Tujuan pendidikan dapat terwujud
melalui pembentukan watak mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah pada berbagai
jenjang.
Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dari segala unit, Kunandar
(2007: 6) menjelaskan:
Peningkatan mutu pemerataan pendidikan dapat ditempuh melalui program dan kebijakan, yaitu (1) meningkatkan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun yang bermutu; (2) memberi akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang terjangkau oleh layanan pendidikan; (3) meningkatan penyediaan pendidikan ketrampilan dan kewirausahaan atau pendidikan non formal yang bermutu; (4) meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana dan prasarana pendidikan; (5) meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan;
1
2
(6) meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan; (7) penyempurnaan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi dalam proses perbaikan mutu pendidikan; (8) meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksanaan yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup (life skill), sehingga peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadikan manusia yang inovatif serta produktif.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat penyempurnaan manajemen pendidikan
dan meningkatkan partisipasi dalam perbaikan mutu pendidikan, meningkatkan
profesional guru merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan. Walau
bagaimanapun dalam proses pembelajaran di kelas guru merupakan pengajar,
pendidikan, pembimbing, ilmuan, fasilitator sekaligus motivator sehingga peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan
mengembangkan konsep keilmuan, maupun tata nilai yang dibelajarkan di kelas
secara mandiri.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, guru berada pada garis
depan melalui interaksi dengan peserta didik di kelas maupun di luar kelas. Guru
sebagai pameran utama untuk merealisasikan program operasional pendidikan
serta tumpuan harapan mewujudkan agenda pendidikan nasional, seperti:
peningkatan mutu dan relevansi, pemerataan dan perluasan kesempatan belajar
serta peningkatan efesiensi.
Pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan atas adanya
interaksi antar guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mencapai
3
tujuan tersebut maka dalam sistem pelaksanaan pengajaran di sekolah, guru perlu
meningkatkan kreativitasnya dalam pembelajaran.
Mata pelajaran Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan
dalam segala perwujudan makna, sepanjang hayat dan dorongan peningkatan
kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh
jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek-aspek
spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya dan
tempat hidup. Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang
membentuknya, hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pertalian antara
manusia dan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi
memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, dalam menelaah
manusia, tempat-tempat dan lingkungannya.
Ada beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru
dalam melakukan proses pembelajaran. Masalah pokok yang dialami dalam
proses pembelajaran di kecamatan Peranap kabupaten Indragiri Hulu adalah
sangat rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran IPS dan khususnya
pada mata pelajaran Geografi. Proses pembelajaran yang didominasi oleh guru
(teacher centered) menyebabkan siswa pasif dan hanya menerima apa yang
diberikan guru. Dalam proses pembelajaran teacher centered yang dilaksanakan
menunjukkan kurang berkualitasnya hasil yang dicapai. Padahal penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai dapat menumbuhkan partisipasi siswa dalam
4
proses belajar mengajar di kelas, dengan demikian akan dapat menumbuhkan
minat, motivasi, maupun kreatifitas belajar siswa dalam pembelajaran geografi.
Di lapangan pada umumnya permasalahan bagi guru mata pelajaran
geografi di kelas X pada umumnya waktu yang sedikit dengan materi ajar yang
banyak, sulitnya bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat
menimbulkan aktivitas dan motivasi siswa. Guru menggunakan pembelajaran
yang bersifat konvensional dengan pendekatan klasikal dalam proses
pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran konvensional lebih disenangi oleh
guru dalam proses pembelajaran, karena proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan alat dan media yang terbatas (apa adanya). Guru hanya menjelaskan
konsep-konsep yang ada pada buku paket serta memberikan soal-soal jawaban
singkat, sehingga jarang sekali memberikan soal dalam bentuk penalaran,
sehingga tidak menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar.
Tabel 1. Nilai rata-rata Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.
No
Kelas
SKBM Rata-rata Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Tahun ajaran 2007/2008
Tahun ajaran 2008/2009
Tahun ajaran 2009/2010
I II I II I II 1 X.1 70 69,45 68,90 68,50 67,90 66,20 68,88 2 X.2 70 68,28 65,00 59,50 63,00 64,58 67,25 3 X.3 70 66,50 67,10 65,50 64,20 65,26 68,08 4 X.4 70 62,18 65,80 59,90 64,40 64,80 66,80 5 X.5 70 67,70 64,30 59,80 63,20 64,28 66,90
5
Untuk mengetahui kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran geografi di
SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu maka dapat kita lihat gambaran
data yang tertera pada tabel 1 dibawah ini. Data pada tabel 1 terlihat bahwa hasil
belajar geografi kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu masih
begitu rendah dan di bawah standar KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, setelah
dikaji dari hasil tabel 1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola 3
tahun terakhir ini belum terkelola dengan baik sehingga hasil belajar belum
memuaskan.
Mastery Learning adalah pembelajaran individual dengan ciri-ciri
terciptanya pembelajaran yang terfokus pada siswa (student centered learning)
dan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat terlaksana di sekolah. Perubahan
paradigma ini sesungguhnya dimaksudkan agar guru tidak lagi menjadi satu-
satunya sumber belajar bagi siswa yang memiliki ilmu dan mengajarkanya
kepada siswa yang masih kosong tidak tahu apa-apa. Siswa secara aktif
melakukan kegiatan belajar mengambil tanggungjawab untuk membelajarkan
dirinya.
Kenyataan menunjukkan bahwa para guru tidak mudah untuk merubah
paradigma pembelajaran. Guru terbiasa menjelaskan dan proses pembelajaran
lebih bersifat teacher centered. Guru sebagai pihak yang menentukan bagaimana
siswa belajar dan guru yang menentukan batas materi yang akan diberikan kepada
siswa. Umumnya guru “mengajar” bukan membelajarkan siswa.
6
Motivasi siswa juga merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi hasil belajar. Motivasi merupakan daya pengerak psikis dalam diri
siswa untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan
pengalaman. Motivasi juga dapat mendorong dan mengarahkan minat belajar
siswa untuk mendapatkan tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena
termotivasi dengan keinginan-keinginan yang akan dicapai untuk memecahkan
suatu masalah.
Dengan memotivasi siswa, guru dapat memberikan batasan ruang lingkup
materi pengetahuan yang akan dipelajari siswa. Untuk mengetahui tingginya
motivasi siswa dalam belajar, guru harus memberikan motivasi sebelum
pembelajaran dimulai, namun ada kenyataan di lapangan banyak guru yang belum
melakukannya sehingga perlakuan yang diterapkan guru belum sesuai dengan
kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Penggunaan Modul berarti siswa belajar sendiri sesuai dengan dengan
kemampuannya. Selain itu, siswa juga dapat menilai kemampuannya sendiri
dengan langkah kegiatan yang di kontrol sendiri. Dengan demikian maka hasil
belajar siswa pun dapat selalu diketahui. Apabila hasil belajar siswa telah dapat
diketahui maka siswa pun akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Kemudian
siswa pun akan terhindar dari kegiatan yang tidak berguna, sebab materi dalam
modul mempunyai petunjuk kegiatan dan langkah kegiatan yang terarah, sehingga
pihak siswa juga belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing tanpa
harus menunggu teman-temannya yang kurang mampu. Berdasarkan fakta ini
7
peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang “Pengaruh
pembelajaran modul dan motivasi terhadap hasil belajar geografi kelas X di SMA
Negeri 1 Peranap kabupaten Indragiri Hulu”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka
beberapa masalah dalam pembelajaran Geografi dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Pada umumnya guru belum menggunakan strategi belajar siswa aktif dalam
menyampaikan materi pelajaran, karena kegiatan pembelajaran masih
bersifat teacher centered learning.
2. Pembelajaran dengan non modul belum dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa karena banyaknya siswa yang tidak bersemangat belajar
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada.
3. Keterbatasan alat bantu dalam pembelajaran juga menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran
geografi seperti peta, atlas, globe atau menggunakan charta. Namun
keterbatasan alat bantu tersebut bisa menyebabkan guru-guru melaksanakan
pembelajaran metode konvensional pada pembelajaran klasikal.
4. Anggapan siswa terhadap pembelajaran geografi yang sulit, membosankan
dan tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini juga menyebabkan guru kurang
berhasil menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
8
sehingga perlu menciptakan suatu strategi untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam pembelajaran Geografi.
5. Kurangnya kesesuaian antara metode yang dipakai dengan yang dipelajari
sehingga hasil belajar geografi siswa belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal.
6. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar seharusnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, namun ditemukan masih banyak nilai
siswa di bawah standar akibat sulit memahami konsep pembelajaran yang
diberikan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah terlihat bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, baik yang bersumber dari diri siswa maupun
faktor lingkungan. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
maka penelitian ini hanya dibatasi pada pembelajaran dengan menggunakan
modul. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan modul
diharapkan akan membantu guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
mencapai tingkat pemahaman materi yang lebih tinggi dan hasil belajar yang baik.
9
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan permasalahanya yaitu:
1. Apakah hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi
dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul?
2. Apakah hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa bermotivasi
tinggi yang menggunakan non modul?
3. Apakah hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan
motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul
dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar geografi siswa yang diajarkan dengan
menggunakan modul dan hasil belajar geografi siswa dengan
menggunakan non modul
10
2. Perbedaan hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang
menggunakan modul dan hasil belajar siswa bermotivasi tinggi yang
menggunakan non modul.
3. Perbedaan hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang
menggunakan modul dan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar
rendah yang menggunakan non modul
4. Interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non
modul terhadap hasil belajar geografi siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dan dapat memberikan
sumbangan kepada dunia pendidikan pada umumnya, dan disamping itu
mempunyai nilai praktis antara lain:
1. Bagi siswa, siswa dapat meningkatkan hasil belajar geografi mereka
khususnya pada materi Kelas X di SMA Negeri 1 Peranap.
2. Bagi guru, dapat menjadi salah satu alternatif penggunaan metode dalam
pembelajaran.
3. Bagi kepala sekolah, menjadi acuan untuk memotivasi dalam mengarahkan
guru dalam memilih metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah.
4. Untuk peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan
memperluas cakrawala berpikir penulis dalam meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa dengan pembelajaran modul.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoretis
1. Pembelajaran Modul
Rusman (2010:375) menyatakan Modul adalah suatu paket program
yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan rancang sedemikian rupa
guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki
komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa,
kunci lembaran kerja, lembaran tes dan kunci lembaran tes.
B. Suryosubroto (1983:9) menyatakan sistem pengajaran dengan
modul adalah suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam usaha
pengembangan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif.
Sehingga prinsip utama dari sistem pengajaran dengan modul adalah
meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar di sekolah dalam
hal penggunaan waktu dana, fasilitas dan tenaga secara tepat.
Prinsip yang mendukung bahwa sistem pembelajaran modul lebih baik
menurut B. suryosubroto (1983:15) adalah sebagai berikut:
1. Murid memiliki motif yang besar untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional (tujuan pelajaran) yang sudah ditetapkan dan dirumuskan dalam modul.
2. Dalam sistem pengajaran dengan modul, siswa yang cepat belajarnya tidak boleh ditahan untuk menunggu murid-murid lain yang lambat.
3. Belajar dengan menggunakan modul mengakibatkan siswa lebih aktif dalam proses belajarnya itu.
11
12
4. Guru mempunyai waktu untuk membantu siswa secara perseorangan dalam menghadapi kesulitan atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul selagi belajar.
5. Dengan sistem modul siswa selalu memperoleh informasi tentang kemajuan belajarnya masing-masing.
6. Dengan menggunakan modul guru lebih memahami tentang metode-metode belajar yang paling efisien dan mereka mempunyai ketrampilan dan fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan metode-metode itu.
Beberapa keunggulan pembelajaran dengan sistem modul dapat
dikemukakan Hamid Darmadi (2009:164) sebagai berikut:
1. Berfokus pada kemampuan individu peserta didik, karena pada hakikatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggungjawab atas tindakannya.
2. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik.
3. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dengan hasil yang akan diperolehnya. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis
untuk membantu peserta didik dalam belajar. Modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik,
disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Sebuah modul
adalah pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, pretes
aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai dari hasil pretes, dan
mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar.
13
Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling
baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran
individual lainnya. Suatu modul ialah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap
yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiris telah
terbukti memberi hasil belajar efektif, untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan secara jelas dan spesifik. Pengajaran modul adalah pengajaran
yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas modul. Modul itu dapat
mengandung berbagai macam kegiatan-kegiatan belajar seperti membaca
buku pelajaran atau karangan-karangan, memperhatikan gambar atau foto
serta diagram, menyelidiki berbagai alat demontrasi, turut serta dalam
proyek dan eskperimen (Nasution, 2008:65).
Selain memberi kesempatan kepada murid untuk maju menurut
kecepatan masing-masing, modul mempunyai juga tujuan lain yang perlu
mendapat perhatian, yakni: (a) memberikan kesempatan untuk memilih
diantara sekian banyak topik dalam rangka suatu program, (b) mengadakan
penilaian yang sering tentang kemajuan dan kelemahan siswa, dan (c)
memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang
telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulangi bahan
pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan menggunakan cara-cara lain
daripada modul semula, sehingga lebih mempermudahkan pemahaman oleh
murid (Nasution, 2008,66).
Dengan demikian Modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan
tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
14
bimbingan guru, sehingga modul berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi
yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar kerja dan
evaluasi.
Dapat dikatakan bahwa buku (bahan) ajar adalah buku yang
memberikan ajaran dalam suatu bidang studi seperti modul. Ia merupakan
salah satu sarana yang mutlak dibutuhkan atau diperlukan dalam proses
belajar mengajar di semua jenjang pendidikan. Jika tujuan pembelajaran
adalah untuk menjadikan siswa memiliki berbagai kompetensi, siswa perlu
menempuh pengalaman dan latihan serta mencari informasi yang
berkualitas.
Tersedianya bahan ajar yang memadai dan berkualitas bagi proses
pembelajaran saat ini menjadi tantangan bagi kreativitas guru untuk
mewujudkannya. Salah satu upaya tersebut adalah membuat Modul
pembelajaran atau Student Worksheet. Berkenaan dengan hal tersebut maka
penyusuan Modul ini disusun dan dapat digunakan sebagai referensi tertulis
bagi seluruh jajaran terkait dalam penyediaan bahan ajar bagi peserta didik
atau siswa. Modul ini merupakan rambu-rambu bagi guru dalam merancang
Modul untuk memperlancar pembelajaran di sekolah. Sebagai rambu-rambu,
pedoman ini tidak harus diikuti secara kaku, tetapi dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan, kekhususan, dan karakteristik kompetensi yang
dikembangkan. Modul merupakan lembaran yang dirancang untuk siswa
yang didasarkan pada bahan ajar yang telah diberikan oleh guru. Modul
dipergunakan dalam proses pembelajaran, dimaksudkan untuk mengecek
15
tingkat pemahaman siswa atas materi yang disajikan. Tugas-tugas yang
diberikan kepada peserta didik dapat berupa pengetahuan teoritis dan atau
tugas-tugas praktis yang dikerjakan di luar kelas.
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis
sehingga penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator
(guru). Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah
bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru memiliki fungsi
menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan
bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya.
Pembelajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk
belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan
teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan
latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing. Pembelajaran
modul (PM) yang baik memberikan aneka ragam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran modul juga dikatakan pembelajaran individual atau
pembelajaran perseorangan adalah pembelajaran yang diberikan kepada
anak sendiri-sendiri. Dengan bentuk pengajaran ini tiap-tiap anak dimajukan
menurut kecepatannya masing-masing, artinya pembelajaran disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesanggupan anak-anak itu masing-masing.
Vembriarto (1981:27) menyatakan pembelajaran individu adalah
pembelajaran yang diselenggarakan sedemikian rupa sehingga tiap-tiap
sehingga terlibat setiap saat dalam proses belajarnya itu dengan hal-hal yang
16
paling berharga bagi dirinya sebagai individu. Pembelajaran individu
merupakan usaha yang menyajikan kondisi-kondisi belajar yang optimum
bagi masing-masing individu.
Dalam pengertian yang kedua itu yang dimaksud dalam pembelajaran
individual bukanlah semata-mata pembelajaran yang hanya ditujukan
kepada seorang-seorang saja, melainkan pembelajaran itu dapat saja
ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas) namun dengan mengakui dan
melayani perbedan-perbedaan perseorangan siswa sedemikian rupa sehingga
pembelajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi-potensi masing-
masing siswa secara optimal.
Ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan modul menurut
Vembriarto (1981:27) adalah sebagai berikut:
1. Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self-instructional. 2. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual. 3. Memuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit. 4. Partisifasi aktif pada siswa. 5. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa. 6. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya.
Pembelajaran modul menggunakan paket pembelajaran yang memuat
satu konsep daripada bahan pelajaran. Pendekatan dalam modul
menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam
penginderaan, melalui pengalaman dimana siswa terlibat secara aktif dalam
proses belajar itu. Pada pembelajaran klasikal, perbedaan-perbedaan
individual itu tidak mungkin mendapatkan pelayanan yang semestinya dari
guru, pembelajaran cenderung bersifat menyamaratakan. Perbedaan-
17
perbedaan perorangan mempunyai pengaruh penting terhadap proses belajar
yaitu perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, perbedaan dalam latar
belakang akademik, dan perbedaan dalam gaya belajar.
Vembriarto (1981:36) bahwa:
Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap; modul itu membuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik; modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik; modul memungkinkan siswa belajar sendiri, modul memuat bahan yang bersifat self intruksional; modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual.
Mengunakan modul, anak dapat belajar tanpa terikat oleh tempat
maupun waktunya. Lebih jauh lagi dengan menggunakan modul dapat
memupuk sikap dinamis dan aktif, karena siswa dituntut lebih giat untuk
memecahkan masalah-masalah dan penemuan-penemuan. Suryosubroto
(1983:9) menyatakan bahwa: “sistem pengajaran dengan modul adalah
suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam usaha pengembangan
sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip
utama dari sistem pengajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi
dan efektivitas belajar mengajar di sekolah dalam hal penggunaan waktu,
dana, dan tenaga secara tepat”.
Modul sebagai sistem penyampaian dalam proses belajar mengajar
telah dijadikan tumpuan harapan untuk mengubah keadaan tersebut menjadi
situasi pembelajaran yang merangsang, lebih mengaktifkan untuk membaca
dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan guru yang
selalu siap menolong siswa yang mempunyai kesulitan.
18
2. Pembelajaran non modul
Pembelajaran klasikal adalah pengajaran yang diberikan kepada
kepada sekelas murid secara bersama-sama. Pengajaran klasikal biasanya
dipertentangkan dengan pengajaran individual, yaitu pembelajaran kepada
seorang-seorang. Pembelajaran klasikal adalah pembelajaran menggunakan
metode klasikal. Metode klasikal adalah “prosedures designed for use in
teaching more than one person at a time”. Ciri-ciri pembelajaran klasikal
itu antara lain sebagai berikut:
1) Seseorang atau beberapa orang guru yang menghadapi kelas yang terdiri atas sejumlah siswa.
2) Siswa-siswa yang sebaya usianya 3) Pada waktu yang sama guru memberikan pelajaran yang sama kepada
siswa-siswa tersebut, dan mereka mengerjakan tugas-tugas pembelajaran bersama-sama.
4) Pada awal tahun pelajaran kelas itu memulai program pembelajaran secara bersama-sama, dan pada akhir tahun pelajaran sebagian besar diantara mereka naik kelas secara bersama-sama pula kecuali beberapa siswa yang dianggap “gagal” harus tetap tinggal kelas.
Dasar fikiran sistem pembelajaran klasikal itu sebagai berikut: oleh
karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, padahal anak-anak yang
sebaya itu relatif memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan taraf
kepandaian yang sama pula, maka kepada mereka dapat diberikan program
pembelajaran yang sama dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula,
Vembriarto. (1981:8).
Pembelajaran klasikal merupakan konsekwensi pelaksanaan
demokratisasi pendidikan. Dengan pembelajaran klasikal itu seorang guru
dapat melayani sejumlah siswa. Dengan demikian, dengan pembelajaran
19
klasikal itu dimungkinkan penyelenggaraan secara meluas kepada rakyat.
Vembriarto (1981:8) menjelaskan pembelajaran klasikal mengandung
kelemahan-kelemahan.
1. Pembelajaran klasikal mengabaikan perbedaan individual. Beberapa siswa dalam suatu kelas belajar lebih cepat daripada teman-temannya.
2. Pembelajaran klasikal potensi-potensi dalam siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal. Ini merupakan konsekwensi kelemahan pertama.
3. Pembelajaran klasikal siswa cenderung bersikap pasif dan reseptif, sedangkan guru cenderung berperan dominan.
Diantara siswa-siswa dalam kelas terdapat perbedaan-perbedaan
dalam hal ability, kebutuhan, minat, dan pengalaman yang berasal dari
lingkungan sosial mereka masing-masing. Sebab itu dalam proses
belajarnya masing-masing siswa memperlihatkan arah dan iramanya sendiri.
Dalam pembelajaran klasikal perbedaan-perbedaan itu diabaikan atau tidak
diberi peranan. Siswa-siswa yang cerdas sebenarnya dapat belajar lebih
cepat dan lebih banyak daripada program yang disediakan sekolah. Oleh
karena pembelajaran klasikal tidak mampu melayani kebutuhan dan minat
perseorangan siswa, maka potensi-potensi yang ada pada masing-masing
siswa tidak dikembangkan sebaik-baiknya. Kegiatan-kegiatan belajar yang
seragam cenderung lebih banyak diberikan oleh guru karena cara itu
merupakan cara yang paling mudah untuk memelihara ketertiban kelas.
Pembelajaran non modul atau pembelajaran konvensional adalah
serangkaian kegiatan pembelajaran yang tidak menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajaran
20
klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi semua
siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka
karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan
memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu
memberi kesempatan bagi pembelajaran individual.
Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Modul dengan Pembelajaran Non Modul/Klasikal
No Pembelajaran Modul Pembelajaran Non Modul/ Pembelajaran Klasikal
1 Tujuan dirumuskan dalam bentuk kelakuan murid, apa yang diharapkan dapat dilakukan setelah menjalani pelajaran.
Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati
2 Bahan pelajaran disajikan secara individual. Tiap siswa dapat mempelajari sebagian atau seluruh bahan pelajaran menurut waktu yang diinginkan masing-masing.
Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual.
3 Menggunakan aneka ragam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan proses belajar. Media yang digunakan berdasarkan efektifitas yang ternyata melalui percobaan pada siswa
Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru.
4 Berorientasi pada kegiatan siswa dengan pengajaran kepada siswa secara individual dengan tekanan pada proses belajar
Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar
5 Para siswa selalu aktif belajar dengan melakukan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
Siswa siswa kebanyakan bersikap “pasif”, karena terutama harus mendengarkan uraian guru
6 Tiap siswa maju menurut kecepatan masing-masing
Siswa semua harus belajar menurut kecepatan yang
(Bersambung Tabel 2)
(Lanjutan Tabel 1)
21
kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.
7 Penguatan sering diberikan yakni segera setelah dipelajari sebagian kecil dari bahan pelajaran itu.
Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian. Itupun jika ulangan itu kemudian dibicarakan
8 Dengan adanya tujuan yang jelas dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur maka keberhasilan belajar dapat dinilai secara objektif berdasarkan hasil belajar murid.
Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subyektif
9 Bila diberikan waktu yang cukup, maka semua siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sepenuhnya
Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai untuk sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal.
10 Pengajar memegang berbagai peranan sekaligus, sebagai pendiagnosis kekurangan murid, pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai manusia sumber.
Pengajaran terutama berfungsi sebagai penyebar atau menyalur pengetahuan. Ialah sumber pengetahuan utama.
11 Test diadakan untuk mengukur keberhasilan belajar mengenai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan pada awal pelajaran
Siswa biasanya menempuh beberapa test atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka rapornya untuk semester itu.
Sumber: Nasution (2008)
3. Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Geografi
a. Pengertian belajar
22
Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian
individu, baik segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah
sasaran ini sering dirumuskan dalam tujuan pelajaran, tujuan instruksional.
Tujuan-tujuan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan yang
lebih luas yaitu tujuan kurikuler, yang juga merupakan penjabaran dari
tujuan institusional atau tujuan sesuatu lembaga pendidikan.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan
mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena
itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya
tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan
menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing).
Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang
lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif).
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
23
akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar,
yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar
adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan
seterusnya. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang
belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks,
sebagai tindakan hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono
dalam Sagala (2010:13) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadi proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapai tujuan
pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami
siswa pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan
keluarganya sendiri.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu
menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2010:17) belajar merupakan kegiatan
yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas
disebabkan: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses
kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki
ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian dapat
ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif, yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan dan menjadi kapabilitas baru.
24
b. Hasil Belajar
Syaiful dan Djamarah (1994:84) menyatakan bahwa: “Hasil belajar
siswa adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang
berkenaan dengan bahan pelajaran yang disajikan dalam bentuk angka-
angka/skor nilai. Zaenal Arifin (2009:27) menyatakan indikator hasil belajar
dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam
mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar
meripakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai
ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang sudah
mereka kembangkan selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang sudah ditentukan.
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang
ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai setelah menjalani proses
pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang
yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang menetap.
Apabila hasil belajar peserta didik telah direfleksikan dalam kebiasaan dan
bertindak, maka peserta didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi.
Dengan demikian, penilaian harus mengacu pada ketercapaian standar
nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar.
25
Oemar Hamalik (2005:42) menyimpulkan “Hasil belajar adalah
keseluruhan kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil
belajar menunjukkan pada prestasi sedangkan prestasi belajar itu merupakan
indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Kunandar
(2007:406) juga menyimpulkan: “hasil belajar adalah suatu kompetensi
yang telah berhasil dikuasai siswa yang mengacu kepada indikator yang
telah ditentukan”.
Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang
ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses
pembelajaran yang diikuti dengan perubahan tingkah laku dan prestasi
belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah mengikuti
proses pembelajaran. Perubahan itu muncul menyangkut perubahan
pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, kemampuan dan pertumbuhan
jasmaniah. Pola perubahan tingkah laku, nilai-nilai ideal, pengertian, fakta-
fakta kemampuan dan pengetahuan yang dicapai merupakan hasil yang
diperoleh setelah terjadinya proses belajar.
c. Karakteristik Pembelajaran Geografi
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala
perwujudan makna hidup sepanjang hayat dan dorongan peningkatan
kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang
26
menenkankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia memahami
karakteristik dunia dan tempat hidupnya.
Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang
membentuknya, hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pertalian
antara manusia dan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif,
geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, menelaah
manusia, tempat-tempat dan lingkungannya.
Geografi adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang fenomena
permukaan bumi atau geosfer. Apabila geografi sebagai pohon ilmu maka
akar-akarnya adalah atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan biosfer, sedangkan
cabang-cabangnya adalah geografi fisik dan geografi manusia. pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan keruangan, kelingkungan, dan
kewilayahan. Depdiknas, 2006 mengatakan bahwa karakteristik mata
pelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a) Geografi terutama merupakan kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan manusia di permukaan bumi.
b) Geografi mempelajari fenomena geosfer, yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer.
c) Pendekatan yang digunakan dalam geografi adalah pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan maupun analisis kompleks wilayah.
d) Tema-tema esensial dalam geografi dipilih dan bersumber serta merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu alam dan ilmu sosial. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan peristiwa alam dan sosial sehari-hari seperti bencana gempa bumi, gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan kekeringan.
e) Dalam teknik penyajiannya menggunakan cara identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis, klasifikasi dan evaluasi dengan bantuan peta, teknologi pengindraan jauh dan sistem informasi geografi.
27
Mata pelajaran geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang
organisasi sosial, masyarakat, tempat-tempat dan lingkungan pada muka
bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang
membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial
ekologis di muka bumi sehingga diharapkan siswa dapat memahami bahwa
manusia menciptakan wilayah (region) untuk menyederhanakan
kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif menelaah
bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia
tentang tempat-tempat dan wilayah. Dengan demikian, siswa diharapkan
bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian pada keadilan
sosial dan kelestarian ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya dapat masa
sekarang dan masa depan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya.
Namun secara garis besar, hasil belajar seorang siswa, menurut Depdiknas
(2003) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal, yang meliputi
kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, dan faktor eksternal, yang meliputi
faktor-faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Slameto (1995) menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di
sekolah, faktor sekolah seperti kurikulum, proses pembelajaran, guru, sarana
28
pendidikan, pelayanan sekolah, pengelolaan kesiswaan, dan iklim sekolah
merupakan variabel-variabel yang dominan mempengaruhi terhadap
pencapaian prestasi para siswa dalam belajar.
Berdasarkan uraian tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan
bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa.
hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang
ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai setelah menjalani proses
pembelajaran. Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan
pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah
terjadi proses pembelajaran yang diikuti dengan perubahan tingkah laku
dan prestasi belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah
mengikuti proses pembelajaran. Perubahan itu muncul menyangkut
perubahan pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, kemampuan dan
pertumbuhan jasmaniah. Pola perubahan tingkah laku, nilai-nilai ideal,
pengertian, fakta-fakta kemampuan dan pengetahuan yang dicapai
merupakan hasil yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar.
4. Motivasi Belajar
Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar
yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung
prestasinya pun akan tinggi pula; sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya
rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Sebab motivasi merupakan
penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Tinggi
rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau
29
semangat seseorang untuk beraktivitas, dan tentu saja tinggi rendahnya
semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.
Nana Syaodih Sukmadinata (2009:265) Motivasi memegang peranan
penting dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya
ditentukan oleh kemampuan intelektual, tetapi juga oleh segi-segi afektif
terutama motivasi. Dalam membangkitkan motivasi belajar para siswa guru
perlu memperhatikan beberapa hal: 1) lebih banyak memberikan
penghargaan atau pujian daripada hukuman, 2) terhadap pekerjaan-
pekerjaan siswa sebaiknya guru memberikan komentar tertulis, 3) pendapat
dari teman-teman sekelas lebih memberikan motivasi yang kuat daripada
hanya pendapat dari guru, 4) strategi atau metode mengajar yang sesuai
dengan minat siswa akan lebih membangkitkan motivasi belajar, 5) guru
hendaknya banyak menekankan pelajaran kepada kenyataan, 6) penggunaan
metode atau strategi mengajar yang bervariasi dapat membangkitkan
motivasi belajar, 7) kegiatan belajar yang banyak memberikan tantangan,
lebih mengaktifkan dan memberikan dorongan belajar.
Wina Sanjaya (2009:257) Terdapat hubungan yang erat antara
kepuasan seseorang yang dicapai dengan motivasi, artinya semakin
seseorang merasa puas dengan pencapaian sesuatu, maka semakin tinggi
motivasi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian, maka kepuasan yang diperoleh siswa dari proses
belajar yang telah dilakukannya dapat menimbulkan unjuk kerja yang lebih
baik.
30
Sardiman (2010:75) Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
menidakkan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu
dapat diransang oleh motivator dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh
didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki dapat dicapai.
Oemar Hamalik (2008:86) Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu. Hasibuan, (2007:95) Motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan.
American Encyclopedia, dalam Hasibuan, (2007:96). Motivation: that
predisposition (it self the subject of much controvency) within the individual
wich arouses sustain and direct his behavior. Motivation in volve such
factor as biological and emotional needs that can only be inferred from
observation behavior.
31
Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok
pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkit topangan dan
mengarahkan tindak tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan
biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah-
laku manusia.
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi
bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi
dikarenakan tidaknya adanya motivasinya untuk belajar sehingga ia tidak
berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Dalam proses pembelajaran tradisional yang merupakan ekspositori
sebagai strategi pembelajaran utama, kadang-kadang motivasi ini terlupakan
guru. Guru sering memaksakan agar siswa menerima materi pelajaran yang
disampaikannya. Pentingnya materi pelajaran yang diberikan sering hanya
dipandang dari sudut guru, bukan dari sudut siswa sebagai subjek belajar.
Akibatnya, siswa belajar seadanya, tanpa adanya motivasi. Cara yang
demikian tentu tidak menguntungkan, sebab siswa belajar tidak akan
optimal yang berarti pencapaian tujuan pembelajaran pun tidak akan optimal
pula. Oleh sebab itu, pandangan modern tentang proses pembelajaran
menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting. Guru harus
membangkitkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat berupa
mengerahkan segala kemampuan dalam proses belajar.
32
Perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi pada diri
siswa. Siswa mungkin dapat dipaksa untuk melakukan suatu perbuatan,
tetapi ia tak mungkin dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana
mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi tak
mungkin memaksakannya untuk belajar dalam arti sebenarnya. Ini berarti,
tugas guru yang paling berat ialah berupaya agar siswa mau belajar dan
memiliki keinginan belajar terus menerus.
Motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang
digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu dalam organisme, yang
membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah
laku menuju suatu sasaran. Dalam konsep pembelajaran motivasi berarti
seni mendorong peserta didik untuk mendorong melakukan kegiatan belajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Motivasi adalah syarat mutlak dalam
belajar, hal ini berarti dalam proses pembelajaran (Syaiful Sagala,
2010:104).
Dimyati dan Mudjiono (2006:85) menyatakan bahwa Motivasi belajar
juga penting diketahui oleh guru, karena pemahaman dan pengetahuan
motivasi belajar siswa bermanfaat bagi guru untuk: (1) membangkitkan,
meningkatkan, dan memelihara semangat belajar siswa untuk belajar sampai
berhasil, membangkitkan jika belajar siswa tidak bersemangat,
meningkatkan bila semangat belajar siswa timbul tenggelam, memelihara
bila semangat belajar siswa telah kuat mencapai tujuan belajar; (2)
mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-
33
macam; (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu
diantara bermacam-macam peran dan pendekatan belajar yang sesuai
dengan mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya; dan (4) memberi
peluang bagi guru untuk memantapkan unjuk kerja dalam konteks rekayasa
pedagogis sehingga guru membuat siswa berhasil dalam belajar.
Syaiful Sagala (2010:113) mengungkapkan bahwa Motivasi dalam
belajar dilakukan dengan mengatur situasi atau atmosfir pembelajaran yang
kondusif. Kondisi yang diciptakan ini dapat menjadi penguatan
(reinforcement). Karena itu motivasi belajar penting bagi siswa yang
dimaksudkan untuk: (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan
hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila
dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah
pembelajaran yang lebih berkualitas, dan (4) membesarkan semangat belajar
bagi para siswa, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus
ditempuh dalam proses belajar dan sebagainya.
Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang
dilakukan oleh guru dan juga siswanya dengan peruntukannya, maka akan
menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan yang
bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi
tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyarat agar guru bertindak taktis
dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar
dihayati dialami dan perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar
optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan
34
program belajar sepanjang hayat sebagai perwujudan emansipasi
kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa,
kemampuan siswa, kondisi, kemampuan siswa, mengatasi kondisi
lingkungan negatif, dinamika siswa dalam belajar.
Sardiman (2010: 83) juga mengemukan bahwa ciri-ciri motivasi yang
ada pada diri seseorang adalah :
a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama
b) Ulet menghadapi kesulitan dan tak mudah putus asa c) Tidak terlalu cepat puas atas prestasi yang diperoleh d) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah
belajar e) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung pada orang lain f) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin g) Dapat mempertahankan pendapatnya h) Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini i) Senang mencari dan memecahkan masalah
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip hukum pertama dalam keingginan
atau dorongan untuk belajar kegiatan pendidikan dalam pengajaran.
Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan
motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) Mengetahui akan
dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Dengan berpijak pada ke dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan
yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang
akan dipelajari dan memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan
belajar mengajar sulit untuk berhasil (sardiman, 2010:40).
35
Motivasi sebagai proses pengantar siswa kepada pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Hasil belajar akan
menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sebagai proses motivasi mempunyai
fungsi antara lain: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi, atau memberi semangat dan
mengaktifkan siswa agar tetap berminat dan siaga. (2) menentukan arah
perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, atau memusatkan
pehatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan belajar. (3) menyeleksi perbuatan manusia, yang
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi
guna mencapai tujuan itu, dengan mengenyampingkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu atau membantu memenuhi kebutuhan
akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang (Sardiman:2010:85).
Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar.
menurut Winkels motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi adalah “keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar itu dalam mencapai satu tujuan.” (winkels,
1987:46). Jadi, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai oleh munculnya perasaaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian, maka munculnya motivasi ditandai oleh
adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang mungkin disadari atau
36
tidak. Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam
belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan
salah satu tugas dan tanggungjawab guru. Guru yang baik dalam mengajar
selamanya akan mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan
pembelajaran.
Terdapat hubungan yang erat antara kepuasan seseorang yang diacapai
dengan motivasi. Artinya semakin seseorang merasa puas dengan
pencapaian sesuatu, maka semakin tinggi motivasi seseorang untuk
berperilaku sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Semakin jelas tujuan
yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh
sebab itu sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru
menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian, dapat disimpulkan motivasi belajar adalah
dorongan yang diberikan oleh guru kepada siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang dapat diamati melalui minat belajar,
relevansi dengan kebutuhan siswa, harapan untuk berhasil demi kepuasan
dalam mencapai tujuan.
B. Hasil Penelitian yang relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti ini, ada beberapa hasil
penelitian yang relevan. Beberapa penelitian tentang penggunaan modul sebagai
bahan ajar antara lain, Khairil Andri (2004) meneliti tentang perbedaan pengaruh
metode mengajar modul berbasis komputer dan metode pengajaran modul
37
berbasis komputer dengan metode pengajaran konvensional terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui modul
berbasis komputer lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui
metode konvensional.
Ellizar (2005) Disertasi dari Universitas Negeri Padang dengan judul
Model Pembelajaran Konstruksivisme Menggunakan Modul (Studi
Pengembangan Kimia). Hasil penelitian menunjukkan pendekatan
konstruktivisme dengan menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar
lebih baik, siswa sekolah tidak unggul bahkan mampu menyamai hasil belajar
sekolah unggul.
Mahdalena (2009) meneliti tentang pengaruh pembelajaran modul dan
minat terhadap hasil belajar kewirausahaan Siswa SMKN 1 Pangkalan Kerinci.
Hasil penelitian menunjukkan (1). Siswa yang belajar dengan memperoleh hasil
belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan non modul. (2).
Siswa yang memiliki minat tinggi yang belajar dengan modul memperoleh hasil
belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki minat tinggi yang belajar
dengan non modul. (3). Siswa yang memiliki minat yang belajar dengan modul
memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat
rendah yang belajar dengan non modul.
Retha Gusdiana (2010) meneliti tentang pembelajaran sistem modul
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas VII SMPN 2 kuala
Cenaku Indragiri Hulu. Hasil penelitian menunjukkan (1) Terjadi peningkatan
aktivitas siswa setelah melaksanakan pembelajaran sistem modul. (2) Hasil belajar
38
IPS setelah menggunakan modul lebih baik dari hasil belajar IPS sebelum
menggunakan modul. (3) Faktor yang berperan dalam mengoptimalkan hasil
belajar melalui sistem modul adalah perancangan modul dari segi isi materi
lembaran kegiatan siswa bahasa lebih disederhanakan, dipilih materi pokok lebih
penting sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran.
Dari beberapa penelitian pembelajaran dengan menggunakan modul di
atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul dapat
meningkatkan hasil belajar. Namun dari penelusuran literatur ternyata penelitian
diatas pada umumnya yang memanfaatkan bahan ajar modul dalam penelitian
quasi eksperimen. Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
merancang pembelajaran sistem modul dalam pembelajaran. Memperhatikan hal
diatas, dirancanglah Penelitian quasi eksperimen dengan Pengaruh Pembelajaran
dengan Modul dan motivasi terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X di SMA
Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.
C. Kerangka berpikir
Pandangan yang diberikan guru maupun siswa lain merupakan tanggapan
yang sangat mempengaruhi konsep diri siswa. Tanggapan yang positif akan
sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar, mengajar dapat diartikan
sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar yang sangat menyenangkan dan siswa dapat memahami
materi pembalajaran dengan sebaik-baiknya.
39
Guru memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif sehingga menciptakan suasana pembelajaran dapat membuat siswa
memahami materi pembelajaran dengan baik. Pemahaman materi belajar dengan
baik oleh siswa dapat memungkinkan peningkatan hasil belajar siswa. salah satu
cara yang dapat dilakukan ialah dengan menerapkan sebuah metode mengajar
termasuk perangkat pembelajaran yang merupakan komponen dari lingkungan
belajar.
Berdasarkan uraian metode belajar dengan mengunakan modul, dimana
dengan adanya modul siswa dapat melakukan pembelajaran mandiri selain belajar
bersama dengan guru di sekolah. Jika belum memahami akan materi yang
disampaikan oleh guru, siswa dapat belajar secara mandiri di rumah atau
dimanapun. Dengan adanya pembelajaran di manapun siswa belajar maka materi
pelajaran dapat dipahami oleh siswa. Modul yang dirancang dengan baik dan di
ikutsertakan gambar-gambar yang dapat mendukung pemahaman siswa dalam
belajar dapat dijadikan alternatif utama untuk tidak membosankan siswa dalam
belajar lebih lama dengan modul yang dimilikinya.
Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran, secara
umum hasil belajar dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa
sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Adanya hasil belajar pada diri
seseorang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu dalam
penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa setelah
terjadi proses belajar. Lebih kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dilihat dari gambar kerangka konseptual dibawah ini:
40
Gambar : Kerangka Pemikiran Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi
dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul.
2. Hasil Belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa
bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul.
3. Hasil Belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan
motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul.
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan
modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa.
Pembelajaran Geografi di SMAN 1
Peranap
Motivasi belajar siswa tinggi dan rendah rendah
Pembelajaran dengan modul
Pembelajaran dengan non modul
Hasil belajar siswa
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi
eksperimen), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi
yang dapat diperoleh dari eksperimen berdasarkan perlakuan (treatment)
terhadap suatu unit percobaan dalam batas-batas desain yang ditetapkan
pada kelas eksperimen sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa
yang diharapkan. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas
eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan
modul dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran tidak
menggunakan modul. Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Negeri 1
Peranap. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran
2010/2011, waktu penelitian yang disesuaikan dengan jadwal pembelajaran
di sekolah.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun
ajaran 2010/2011 yang berjumlah 155 siswa. Siswa tersebut, terdiri
41
42
dari kelas X1 32 siswa, X2 32 siswa, X3 31 siswa, X4 32 siswa, X5 32
siswa (data dari SMA Negeri 1 Peranap)
b. Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang
diduga nilai geografinya tergolong rendah. Dengan menggunakan
kelas X5 terpilih kelompok yang diajarkan pembelajaran dengan
Modul (kelompok eksperimen) yang berjumlah 32 orang dan kelas X2
sebagai kelompok siswa yang diajakan dengan pembelajaran non
modul (kelompok kontrol) yang berjumlah 32 orang. Dengan
demikian, jumlah sampel kelompok eksperimen 32 orang dan
kelompok kontrol 32 orang.
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini dikemukan istilah-istilah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan Modul adalah sistem
penyampaian dalam proses belajar mengajar telah dijadikan tumpuan
harapan untuk mengubah keadaan tersebut menjadi situasi
pembelajaran yang merangsang, lebih mengaktifkan untuk membaca
dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan guru
yang selalu siap menolong siswa yang mempunyai kesulitan.
2. Pembelajaran dengan Non Modul atau klasikal adalah pengajaran
yang diberikan kepada sekelas murid secara bersama-sama. Rangkaian
43
kegiatan pembelajaran yang tidak menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh. Siswa ditempat sebagai objek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
3. Motivasi belajar siswa adalah dorongan yang diberikan oleh guru
kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat
diamati melalui minat belajar, relevansi dengan kebutuhan siswa,
harapan untuk berhasil demi kepuasan dalam mencapai tujuan.
4. Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang
ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses
pembelajaran yang diikuti dengan perubahan tingkah laku dan
prestasi belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah skor postes yang diperoleh siswa setelah pembelajaran
berlangsung baik yang menggunakan dengan modul maupun
pembelajaran dengan menggunakan non modul. bahwa hasil belajar
adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah
melakukan aktivitas belajar. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian
terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-
angka atau nilai setelah menjalani proses pembelajaran.
44
D. Pengembangan Instrumen.
1. Rencana Pembelajaran
Untuk pembelajaran yang akan dieksprimenkan dalam mata pelajaran
Geografi melalui pembelajaran Modul adalah materi pelajaran lithosfer dan
pedosfer.
Materi tersebut dirancang penyampaiannya dalam pembelajaran
melalui pembelajaran Modul untuk di laksanakan di kelas.
Rencana pembelajaran ini dilaksanakan 7 x pertemuan dengan alokasi
waktu 1 x pertemuan 2 x 45 menit.
Pertemuan pertama - ketiga = materi lithosfer
Pertemuan keempat - ketujuh = materi pedosfer
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner dan
tes hasil belajar. Kuisioner digunakan untuk mengambil data tentang
motivasi belajar sedang tes untuk melihat hasil belajar siswa. Alternatif
respon siswa pada kuisioner untuk motivasi siswa, penskorannya
menggunakan skala Likert dengan 5 kategori: sangat sering (SS), sering (S),
kadang-kadang (KDG), jarang (JR), tidak pernah (TP). Penyataan terdiri
dari dua jenis yaitu positif dan negatif. Untuk pernyataan positif diberi skor
sangat sering (SS) dengan skor 5, sering (S) dengan skor 4, kadang-kadang
(KDG) dengan skor 3, jarang (JR) dengan skor 2, tidak pernah (TP) dengan
skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif sangat sering (SS) dengan skor
45
1, sering (S) dengan skor 2, kadang-kadang (KDG) dengan skor 3, jarang
(JR) dengan skor 4, tidak pernah (TP) dengan skor 5.
Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, dengan
jenis tes pilihan ganda. Setiap siswa yang menjawab benar diberi skor 1 dan
siswa yang menjawab salah diberi skor 0.
a. Motivasi Belajar Siswa
Instrumen untuk motivasi belajar disajikan dalam bentuk angket, baik
untuk kelas eksperimen maupun untuk siswa kelas kontrol. Motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran geografi berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari oleh siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol
sebelum pembelajaran modul yang dieksperimenkan tersebut dilaksanakan.
b. Tes Hasil Belajar
Instrumen tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi
disajikan dalam bentuk pilihan ganda, baik untuk siswa kelompok
eksperimen maupun untuk siswa dalam kelompok kontrol. Tes hasil belajar
siswa ini dilaksanakan setelah siswa kelompok eksperimen dan siswa
kelompok kontrol mempelajari materi pelajaran yang akan
dieksperimenkan. Penentuan skor yaitu dengan ketentuan setiap jawaban
yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah akan diberi skor 0.
Soal yang disajikan pada tes hasil belajar sama dengan tes pada motivasi
belajar siswa.
46
3. Prosedur Pembelajaran dengan Modul
Peranan guru dalam sistem ini bukannya sebagai penyampaian
informasi tetapi sebagai pengelola keras yang ditinjau dari langkah-langkah
belajar modul sebagai berikut:
1. Pada saat dimulainya sesuatu modul
Sebelum modul digunakan di kelas, guru harus mempelajari pedoman
guru dan bahan modul yang digunakan oleh siswa. Disamping itu guru
harus mempelajari alat-alat dan sumber apakah yang harus disediakan atau
dimiliki oleh para siswa agar modul tersebut dapat digunakan secara
maksimal.
2. Pada saat berlangsungnya proses belajar
Peodman guru tidak memberikan petunjuk secara terperinci mengenai
peranan guru dari waktu ke waktu pada saat berjalannya proses belajar
dengan modul. Dalam hubungan ini guru harus kreatif sesuai dengan
hakekat proses belajar dengan modul. Namun demikian ada garis besar
ketentuan yang merupakan beberapa petunjuk yaitu:
1) Guru hendaknya melaksanakan tugas yang digariskan dalam pedoman
guru
2) Guru harus menegaskan kepada siswa hal-hal khusus terdapat dalam
modul tertentu
47
3) Guru hendaknya menegaskan kepada para siswa agar tidak perlu
tergesa-gesa dalam menyelesaikan modul, tetapi secepatnya
menguasai bahan modul itu (tidak banyak waktu terbuang)
4) Guru hendaknya menekankan kepada siswa bahwa mereka boleh
bertanya baik kepada guru maupun teman yang dianggap lebih tahu
tentang hal-hal yang belum jelas.
5) Guru hendaknya mengadakan pengecekan keliling untuk mengetahui:
a) Seberapa jauh para siswa memahami petunjuk-petunjuk yang
tertulis dalam modul, seperti terlihat dalam kemampuannya
mengisi lembaran kerja
b) Seberapa jauh para siswa mengerjakan tugas-tugas seperti yang
telah digariskan dalam modul
c) Kesulitan-kesulitan yang secara umum dihadapi oleh siswa
6) Guru boleh berperan menghentikan kelas secara khusus menjelaskan
hal yang sulit bila ternyata semua siswa dalam kelas menghadapi
kesulitan yang sama.
3. Pada saat siswa selesai mengerjakan seluruh lembaran kegiatan siswa
dan lembaran kerja
Secara umum dapat dikemukakan bahwa seorang siswa baru boleh
mengambil tes apabila dia sudah benar-benar menguasai modul yang
dipelajarinya seperti terbukti dari lembaran kerja yang telah diisinya.
48
Atas dasar ini seorang guru hendaknya:
1) Mengecek sampai berapa jauh siswa telah benar-benar menguasai
modul tersebut dengan jalan memeriksa lembaran kerjanya
2) Segera memberikan tes kalau ternyata seseorang siswa benar-benar
telah menyelesaikan lembaran kegiatan dan lembaran kerja dengan
baik, secara kualitatif maupun kuantitatif.
4. Pada saat siswa telah menyelesaikan lembaran tes
1) Bagi siswa yang telah mencapai skor 70% guru harus segera:
a) Memberikan tugas-tugas pengayaan
b) Memberikan modul baru sebagai kelanjutan modul yang
diteskan
2) Bagi siswa yang belum mencapai skor 70% guru harus segera
mengadakan indentifikasi terhadap item-item yang masih dibuat
salah serta menunjukkan bagian-bagian yang relevan dengan
item-item tersebut. Terhadap siswa yang perlu mendapatkan
bimbingan khusus maka:
a) Guru memberikan bimbingan khusus kepada yang
bersangkutan
b) Berdiskusi kepada pihak bimbingan dan penyuluhan untuk
mempelajari latar belakang kesulitan siswa tersebut
sebelum mengambil suatu keputusan.
49
4. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan desain faktorial 2x2. Desain penelitian ditunjukkan dalam gambar
sebagai berikut:
MetodePembelajaran
Motivasi belajar
Pembelajaran dengan
Modul
Pembelajaran dengan
Non Modul
Motivasi Belajar Tinggi
A1 B1 A1 B2
Motivasi Belajar Rendah
A2 B1 A2 B2
Bagan 3. Desain Penelitian
Keterangan: A1B1 : Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam kelompok eksperimen A1B2 : Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam kelompok kontrol A2B1 : Siswa dengan motivasi belajar rendah dalam kelompok eksperimen A2B2 : Siswa dengan motivasi belajar rendah dalam kelompok kontrol
E. Teknik Pengumpul Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing kelas objek
penelitian dengan memberikan tes terbentuk pilihan ganda kepada responden
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menemui responden secara langsung, dan soal tes diisi oleh yang
bersangkutan pada saat jam belajar berlangsung dan tidak boleh dibawa pulang.
1. Uji Coba Instrumen Motivasi dan Hasil Belajar
50
Sebelum tes diberikan pada siswa, sampel penelitian, maka dilakukan uji
coba. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas tes.
Setelah dilakukan uji coba akan direvisi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
validitas tes. Uji coba tes motivasi dan tes hasil belajar dilakukan oleh siswa kelas
X SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.
a. Validitas Soal
Validitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan. Derajat validitas suatu
soal sangat bergantung pada karakteristik butir soal tersebut. Untuk mendapatkan
butir soal yang baik, maka dilakukan analisis butir yang meliputi daya pembeda,
taraf kesukaran, dan keberfungsian distraktor.
1) Daya pembeda soal
Daya pembeda soal merupakan ukuran kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
berkemampuan rendah. Dengan daya beda soal adalah proporsi siswa
kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok siswa yang kurang
pandai atau kelompok bawah yang menjawab betul pada suatu soal. Untuk
memenuhi syarat soal yang baik adalah soal-soal yang dapat membedakan
kelompok atas dengan kelompok bawah.
2) Tingkat kesukaran
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk melihat suatu soal itu mudah
atau sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0. Indeks
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks
51
kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, dan sebaliknya
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu murah.
Indeks kesukaran diberi symbol P (proposisi) menurut Suharsimi
(2009:208) dihitung dengan rumus:
B P = --- JS Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P : 0,00 – 0,30 : sukar P : 0,31 – 0,70 : Sedang P : 0,71 - 1,00 : Mudah
3) Keberfungsian distraktor
Suharsimi (2009: 220) mengatakan, suatu distraktor dapat dikatakan
berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.
b. Reliabilitas
Reabilitas tes berhubungan dengan maslah tetapan. Tes dikatakan reliabel
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mencari reabilitas tes
maka digunakan rumus Kuder dan Richarson (K-R.20).
Adapun rumus K-R.20 menurut Suharsimi (2009:100) adalah:
∑
Keterangan:
reabilitas tes secara keseluruhan proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
52
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis rata-rata.
Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi: 1) membuat deskripsi
data, 2) melakukan pengujian persyaratan analisis, 3) melakukan pengujian
hipotesis penelitian.
1. Deskripsi Data
Deskripsi data ini menyajikan keadaan data masing-masing kelompok data
penelitian, seperti skor rata-rata (mean), standar deviasi, tabel distribusi frekuensi,
histogram, dan kategori tingkat pencapaian rata-rata responden masing-masing
variabel penelitian.
Klasifikasi nilai yang dicapai oleh responden dalam menggunakan
klasifikasi menurut Suharsimi (2009:245) sebagai berikut:
Angka Keterangan/Kategori 80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 2. Pengujian Persyaratan Analisis 39 –39 Gagal
53
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan rata-rata.
Sudjana (1984) mengatakan bahwa dalam menggunakan uji perbedaan rata-rata,
data harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan data kelompok
varians yang homogen.
Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tujuan
uji normalitas ini adalah untuk memeriksa (mengetahui) apakah data populasi
berdistribusi normal. Menurut Wahana (2004:161) pedoman dalam pengambilan
keputusan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai Sig atau Signifikansi atau nilai porbabilitas (p)<0,05 disimpulkan
populasi tidak berdistribusi normal.
2) Jika nilai Sig atau Signifikansi atau nilai porbabilitas (p)>0,05 disimpulkan
populasi tidak berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians populasi ditujukan terhadap kelompok populasi
yaitu hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan hasil belajar siswa
kelompok kontrol. Uji ini dilakukan untuk melibatkan kesamaan keragaman
kemampuan siswa kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Hipotesis untuk
menguji kesamaan ini dinyatakan dengan:
Sudjana (1984) menjelaskan, bahwa jika Fhitung < Fa maka dapat dikatakan
data berasal dari varians populasi yang homogen, dan sebaliknya maka dapat
dikatakan bahwa data berasal dari varians populasi yang tidak homogen.
: :
54
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Data dalam penelitian ini dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian yang
dinyatakan pada Bab II. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t,
yaitu statistik uji kesamaan rata-rata dua kelompok populasi, baik hipotesis
pertama, hipotesis kedua, maupun hipotesis ketiga. Statistik ini dapat digunakan
jika asumsi normalitas dan homogenitas variansi dipenuhi. Secara matematis, uji-t
ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjana, 1984:236):
Pengujian ini dilakukan dengan membanding nilai thitung yang didapat
dengan ttabel yang diketahui dari tabel distribusi t pada taraf nyata α yang dipilih.
Kriteria pengujian ini ditolak H0. Jika nilai thitung yang didapat lebih kecil daripada
ttabel artinya perbedaan yang terjadi tidak berarti atau tidak signifikan, dan jika
1 1
1 1
Jumlah subyek/sampel dalam kelompok 1
Jumlah subyek/sampel dalam kelompok 2
Nilai standar deviasi kelompok 1
Nilai standar deviasi kelompok 2
Keterangan :
Nilai rata rata skor kelompok 1
Nilai rata rata skor kelompok 2
55
nilai thitung yang didapat besar dari ttabel artinya perbedaan yang terjadi berarti atau
signifikan, maka H0 diterima. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran
siswa yang menggunakan modul dan non modul dilakukan dengan analisis
Varians (ANAVA).
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Deskrisi data penelitian variabel motivasi dan hasil belajar secara
keseluruhan akan mengungkapkan informasi tentang total skor, skor tertinggi,
skor terendah, rata-rata, standard deviasi, modus, dan median. Deskripsi secara
keseluruhan terlihat seperti pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian Secara Keseluruhan
No Statistik Motivasi kelas
eksperimen
motivasi kelas kontrol
hasil belajar kelas
eksperimen
hasil belajar kelas kontrol
1 Total skor 2053 1963 2573,29 2415,53 2 Skor tertinggi 78 75 93,33 88,893 Skor terendah 56 51 64,44 64,44 4 Rata‐rata 64,16 61,34 80,42 75,49 5 Standard deviasi 8,01 7,83 8,97 8,69 6 Modus 63,69 63,32 79,16 74,68 7 Median 64 62 80 75,55
Dari tebal 4 di atas diketahui hasil secara keseluruhan pada penelitian ini.
Total skor yang didapat pada motivasi belajar kelas eksperimen (pembelajaran
dengan modul) adalah 2053, dengan skor tertinggi 78, skor terendah 56, dengan
rata-rata skor yang didapatkan siswa adalah 64,16. Sedangkan total skor motivasi
untuk kelas kontrol adalah 1963, dengan skor tertinggi yang diperoleh siswa
adalah 75 dan skor terendah 51, dengan rata-rata skor yang didapat siswa adalah
61,34. Secara lengkap akan dijabarkan sebagai berikut:
56
57
1. Deskripsi Data Motivasi Kelas Eksperimen (Belajar dengan Modul)
Tabel 5. Deskripsi Data Motivasi Kelas Eksperimen
kelas interval Fo Fk %fo
56 – 60 8 8 25,00 61 – 65 11 19 34,38 66 – 70 8 27 25,00 71 – 75 2 29 6,25 76 – 80 3 32 9,38
32 100,00
Motivasi belajar di ukur dengan mengunakan angket yang diisi oleh siswa
yang ada pada kelas eksperimen. Pembelajaran kelas eksperimen dilakukan
dengan menggunakan modul, sehingga selain belajar dengan pendidik, peserta
didik dapat belajar secara mandiri baik di sekolah maupun di rumah. Pada
awalnya angket berjumlah 30 item tetapi setelah dilakukan uji coba terdapat satu
item yang tidak valid. Maka dalam mengukur motivasi angket berjumlah 29 item.
Motivasi siswa dalam belajar yang didapatkan tercantum pada kelas interval data
motivasi kelas ekseperimen diatas yang tergambar dari histogram di bawah ini.
Gambar 2. Histogram Motivasi Siswa Kelas Eksperimen
0
2
4
6
8
10
12
Frekwen
si
interval Kelas
Motivasi kelas eksperimen
56 ‐60 61‐65 66‐70 71‐75 76‐80
8
11
2 23
58
Dari distribusi frekwensi di atas terlihat range motivasi terbesar terdapat
pada kelas interval 61-65. Interval tertinggi berada pada nilai 76-80 dengan
banyaknya siswa yang berada pada rentang tersebut adalah 3 orang siswa. Dari
Tabel motivasi belajar kelas eksperimen di atas dapat diketahui total skor secara
keseluruhan adalah 2053, sedangkan skor tertinggi 78 dan skor terrendah 56,
sedang rata-rata skor 64,16 sebanyak 8 siswa dengan standar deviasi 8,01 dan
modus 63,69 serta nilai tengahnya adalah 64.
2. Deskripasi Data Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen (A1 B1)
Motivasi tinggi kelas eksperimen didapatkan dari nilai tertinggi motivasi
siswa dari hasil angket yang telah di isinya, nilai tersebut kemudian di ranking
dari tertinggi hingga terendah untuk mendapatkan dua batasan antara motivasi
tinggi dan motivasi rendah kelas eksperimen. Dari 32 jumlah responden
didapatkan dua belahan rentang dengan jumlah 16 siswa yang menempati nilai
tertinggi masuk kedalam motivasi tinggi kelas eksperimen dan 16 sampai 32
menempati motivasi terendah kelas eksperimen.
Dari data penelitian diperoleh skor tertinggi kelas eksperimen tergambar
pada tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6. Deskripsi Data Motivasi Tertinggi Kelas Eksperimen
kelas interval Fo Fk %fo
61 – 65 4 4 25,00 66 – 70 8 12 50,00 71 – 75 4 16 25,00
16 100,00
59
Gambar 3. Histogram Data Pengetahuan Tinggi Kelas Eksperimen
Dari tebel 6 distribusi frekwensi diatas diketahui rentang nilai tertinggi pada
skor motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 66–70 dengan jumlah 8 orang
sebanyak 50%. Tabel distribusi frekwensi diatas juga dapat menjelaskan total skor
dari motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 1091, dengan nilai tertinggi 78 dan
nilai tertendah 64. Sedangkan rata-rata skor motivasi siswa adalah 68,19 dengan
standar deviasi 8,26. Median pada motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 67,
dengan modus 64,625.
3. Deskripsi Data Motivasi Rendah Kelas Eksperimen (A2 B1)
Tabel 7. Distribusi Frekwensi Data Motivasi Rendah Kelas Eksperimen
kelas interval Fo Fk %fo
55 – 56 1 1 6,25
57 – 58 2 3 12,50
59 – 60 5 8 31,25
61 – 62 7 15 43,75
63 – 64 1 16 6,25
16 100,00
0123456789
Frekwen
si
Kelas Interval
Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen
61 ‐ 65 66 ‐ 70 71 ‐ 75
4 4
8
60
Gambar 4. Histogram Motivasi Rendah Kelas Eksperimen
Dari tabel 7 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui motivasi rendah
kelas eksperimen berada pada rentang 56-60 adalah 8 siswa dengan presentase
motivasi rendah kelas eksperimen 50%. Sedangkan jumlah siswa yang berada
pada rentang 61-65 juga sebanyak 50% siswa dengan presentase motivasi rendah
kelas eksperimen 50%. Dari tabel 6 distribusi frekwesi juga diketahui total skor
motivasi rendah kelas eksperimen adalah 962, dengan rata-rata perolehan skor
siswa 60,13 dan standar deviasi 7,75, median 61 serta modus 62,75.
4. Deskripsi Data Motivasi Belajar Kelas Kontrol
Kelas kontrol pada penelitian ini terdiri dari 32 siswa dengan metode belajar
seperti biasa yang diterapkan di sekolah, yaitu belajar dengan guru sebagai
sumber utama pembelajaran dan tidak menggunakan modul didalam
pembelajarannya. Guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa memberikan
pertanyaan bila ada materi pelajaran yang mereka belum pahami. Secara lengkap
motivasi belajar kelas kontrol terlihat pada tabel di bawah ini:
012345678
Frekwen
si
Interval kelas
Motivasi Rendah Kelas Eksperimen
51‐56 57‐58 59‐60 61‐62 51‐56
1
2
5
7
1
61
Tabel 8. Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Kelas Kontrol
kelas interval Fo fk %fo
51 – 55 9 9 28,13 56 – 60 5 14 15,63 61 – 65 9 23 28,13 66 – 70 6 29 18,75 71 – 75 3 32 9,38
32 100,00
Dari tabel 8 distribusi frekwensi motivasi belajar kelas kontrol diatas dapat
diketahui frekwensi terbesar berada pada interval kelas 51-55 dan 61-69 sebanyak
9 siswa, dengan presentase 28,13% distribusi frekwensi untuk motivasi belajar
kelas kontrol. Untuk lebih jelas perbandingan interval kelas motivasi belajar kelas
kontrol dapat diperhatikan pada gambar 5 histogram di bawah ini.
Gambar 5. Histogram Motivasi Belajar Kelas Kontrol
Dari Tabel 8 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui total skor sebanyak
1963 dengan skor tertinggi 75 dan skor terrendah 51, sedangkan rata-rata kelas
adalah 61,34. Standar deviasi data motivasi kelas kontrol adalah 7,83 dengan
modus 63,31 dan median 62.
0
2
4
6
8
10
Frekwen
si
Interval Kelas
Motivasi Kelas Kontrol
51‐55 56‐60 61‐65 66‐70 71‐75
9 9
56
3
62
5. Deskripsi Data Motivasi Tinggi Kelas Kontrol (A1 B2)
Tabel 9. Distribusi Frekwensi Motivasi Tinggi Kelas Kontrol
kelas interval fo Fk %fo 61 – 65 7 7 43,75 66 – 70 6 13 37,5 71 – 75 3 16 18,75
16 100
Gambar 6. Histogram Motivasi Tinggi Kelas Kontrol
Motivasi tinggi kelas kelas kontol terdiri dari 16 siswa yang menempati
urutan teratas berdasarkan hasil pengisian angket motivasi yang telah mereka
lakukan, hasil motivasi tinggi kelas kontrol terlihat pada tabel 9 dibawah di atas.
Dari data diatas diketahui nilai motivasi tertinggi pada 71 dan nilai motivasi
tertendah adalah 62. Jumlah motivasi tertinggi kelas kontrol berada pada interval
kelas 61 – 65 dengan jumlah 7 siswa dengan presentasi 43,75 sedangkan motivasi
tertinggi pada interval 71–75 siswa hanya terdiri dari 5 siswa. secara lebih jelas
dapat diperhatikan pada gambar 6 histogram diatas. Dari tabel 9 distribusi
frekwensi motivasi belajar tinggi kelas kontrol didapatkan total skor 1067, dengan
012345678
Frekwen
si
Interval kelas
Motivasi Tinggi Kelas Kontrol
61 ‐ 65 66 ‐ 70 71 ‐ 75
76
3
63
rata-rata kelas 66,69 dan standar deviasi 8,17 dengan modus 64,625 sedangkan
median 66.
6. Deskripsi Data Motivasi Rendah Kelas Kontrol (A2 B2)
Pada motivasi rendah kelas kontrol terdiri dari 16 siswa yang menempati
uratan terakhir hasil pencapaian skor dari angket motivasi yang telah di isi oleh
siswa. kemudian di masukkan kedalam peringkat dari nomer 16 sampai 32.
Urutan 16 adalah urutan pertama dari motivasi rendah kelas kontrol dan 32 adalah
urutan motivasi rendah terakhir pada kelas kontrol, secara lengkap dapat
diperhatikan pada tabel 9 distribusi frekwensi dibawah ini:
Tabel 10. Distribusi Frekwensi Motivasi Rendah Kelas Kontrol kelas interval fo Fk %fo
51 ‐ 55 9 9 56,25 56 – 60 5 14 31,25 61 – 65 2 16 12,5
16 100
Gambar 7. Histogram Motivasi Rendah Kelas Kontrol
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Frekwen
si
Kelas interval
Motivasi Rendah Kelas Kontrol
51‐55 56‐60 61 ‐ 65
9
5
2
64
Dari distribusi frekwensi motivasi rendah kelas kontrol diketahui jumlah
siswa yang berada pada rentang kelas 51–55 sebanyak 9 siswa dengan presentasi
56,25%. Dari tabel frekwensi diketahui total skor 896, dengan rata-rata kelas
56,00 sedangkan standar deviasi 7,48 dengan modus 83 dan median 65.
7. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan modul pada
kelas eksperimen dilakukan ujian untuk mengukur hasil belajar yang didapatkan
siswa sekaligus untuk mengetahui keberhasilan diterapkannya metode belajar
dengan modul pada kelas eksperimen. Semula test hasil belajar di ambil dengan
menggunakan soal sebanyak 50 item, tetapi setelah dilakukan uji coba angket
didapatkan 5 item yang gugur, sehingga hasil belajar di ukur dengan
menggunakan 45 item. Hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas eksperimen
terangkum pada tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Interval kelas F Fo %f
61 ‐65 1 1 3,13 66 – 70 4 5 12,50 71 – 75 6 11 18,75 76 – 80 6 17 18,75 81 – 85 3 20 9,38 86 – 90 3 23 9,38 91 – 95 9 32 28,13
32 100
65
Gambar 8. Histogram Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Dari distribusi frekwensi diatas diketahui total skor yang di capai oleh siswa
adalah 2573,29 dengan rata-rata kelas hasil belajar 80,42, sedangkan hasil
tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 93,33 dan hasil terendah 64,44 dengan
standard deviasi 8,97 dengan modus 79,17 dan median 80,00. Nilai skor tertinggi
yang dicapai siswa pada interval 91–95 didapatkan sebanyak 9 orang siswa
dengan presentase kelas 28,17%.
8. Deskripsi Data Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen
Skor hasil belajar tertinggi kelas eksperimen didapatkan dari jumlah siswa
yang berada pada skor tertinggi (No. 1) sampai siswa berada pada skor tengah
(No. 16), adapun data hasil belajar tinggi kelas eksperimen seperti terlihat pada
tabel 12 distribusi frekwensi dibawah ini:
Tabel 12. Distribusi Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen
Interval kelas F Fo %f 80 – 85 4 4 25,00 86 – 90 3 7 18,75 91 – 95 9 16 56,25
16 100,00
0
2
4
6
8
10
Frekwen
si
Interval Kelas
Hasil Belajar kelas Eksperimen
61‐65 66‐70 71‐75 76‐80 81‐85 86‐90 91‐95
1
4
6 6
3 3
9
66
Gambar 9. Histogram Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen
Dari tabel 12 distribusi hasil belajar tinggi kelas eksperimen diatas diketahui
total skor yang diperoleh siswa adalah 1426,64 dengan skor rata-rata 89,78 serta
standard deviasi 9,44 dan modus 87,12 dengan median 88,89.
9. Deskripsi Data Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
Data hasil belajar rendah kelas eksperimen didapatkan dari hasil belajar
siswa yang berada pada tingkat pertengahan (No.16) sampai siswa yang
mendapatkan hasil belajar paling akhir (No. 32). Secara lengkap hasil belajar
siswa rendah kelas eksperimen tertuang pada tabel 13 distribusi frekwensi sebagai
berikut:
Tabel 13. Distribusi Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
interval kelas F Fo %f 61 – 65 1 1 6,25 66 – 70 4 5 25,00 71 – 75 6 11 37,50 75 – 80 5 16 31,25
16 100,00
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10Frekwen
si
Interval Kelas
Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen
80‐85 86‐90 91‐95
43
9
67
Gambar 10. Histogram Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
Dari tabel 13 distribusi frekwensi tersebut dapat diketahui total skor yang
dapat dicapai siswa adalah 1146,65 dengan rata-rata skor 72,15 serta standard
deviasi 8,47 dan modus 69,04 dengan median 71,11. Nilai tertinggi siswa hasil
belajar rendah kelas eksperimen adalah 77,78 dan skor terendah adalah 64,44.
10. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol
Setelah siswa belajar dengan metode belajar tanpa perlakuan didalam kelas,
siswa kelas kontrol juga diadakan pengujian hasil belajar untuk mengetahui
seberapa tingkat keberhasilan siswa dengan soal yang sama. Adapun hasil belajar
yang mempu dicapai siswa kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
interval kelas F Fo %f
61 ‐65 2 2 6,25 66 – 70 11 13 34,38 71 – 75 3 16 9,38 76 – 80 4 20 12,50 81 – 85 9 29 28,13 86 – 90 3 32 9,38
32 100
0
1
2
3
4
5
6
7
Frekwen
si
Interval Kelas
Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
61‐65 66 ‐ 70 71 ‐ 75 76 ‐ 80
1
4
6
5
68
Gambar 11. Histogram Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Dari distribusi hasil belajar kelas kontrol di atas dapat diketahui total skor
yang dicapai oleh siswa adalah 2415,53 dengan rata-rata skor 75,49 dan skor
tertinggi yang mampu dicapai siswa adalah 88,89, sedangkan skor terendah yang
dicapai siswa 64,44 dengan standar deviasi 8,69 dan median 75,55 serta modus
75,68. Rentang terbanyak hasil belajar yang dicapai siswa adalah 66–70 sebanyak
11 siswa dengan presentase kelas 34,38%.
11. Deskripsi Data Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol
Data hasil belajar tinggi kelas kontrol didapat dengan cara merankingkan
siswa dari skor tertinggi sampai terendah, sehingga didapatkan siswa ranking 1
sampai 16 adalah siswa dengan hasil belajar tinggi kelas kontrol. Secara lengkap
dapat dilihat seperti pada tabel 15 dibawah ini:
Tabel 15. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol
interval kelas F Fo %f 75 – 80 4 4 25,00 81 – 85 9 13 56,25 86 – 90 3 16 18,75
16 100,00
0
2
4
6
8
10
12
Frekwen
si
Interval Kelas
Hasil Belajar Kelas Kontrol
61‐65 66‐70 71‐75 76‐80 81‐85 86‐90
2
11
34
9
3
69
Gambar 12. Histogram Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol
Dari distribusi frekwensi hasil belajar tinggi yang mampu diraih siswa dapat
diketahui total skor yang mampu di raih siswa adalah 1322,19 dengan rata-rata
kelas 83,11 dengan standar deviasi 9,09 dengan median 84,44 dan modus 87,10.
Jumlah skor terbanyak yang mampu diraih siswa berada pada interval 81–85
sebanyak 9 siswa dengan presentasi kelas 56,25%.
12. Deskripsi Data Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol
Data hasil belajar rendah kelas kontrol di dapat dengan cara merankingkan
siswa dari skor tengah yang tidak masuk pada skor tinggi kelas kontrol sampai
terendah, sehingga didapatkan siswa ranking 16 sampai 32 adalah siswa dengan
hasil belajar rendah kelas kontrol. Secara lengkap dapat dilihat seperti pada tabel
16 dibawah ini:
Tabel 16. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol
Interval kelas F Fo %f 61 – 65 2 1 12,50 66 – 70 11 13 68,75 71 – 75 3 16 18,75
16 100,00
0
2
4
6
8
10Frekwen
si
Kelas Interval
Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol
75‐80 81‐85 86‐90
4
9
4
70
Gambar 13. Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol
Dari tabel 16 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui total skor yang
mampu diraih siswa adalah 1093,34 dengan rata-rata 68,59, serta standar deviasi
8,27 dan median 68,89 serta modus 69,48. Rentang skor yang banyak diraih siswa
antara 66–70 sebanyak 11 orang dengan presentase kelas 66,75%.
B. Uji Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji lilifors. Pengujian ini dilakukan
pada masing-masing variabel penelitian yang menyangkut motivasi belajar
siswa, hasil belajar siswa, baik untuk kelas dengan metode belajar dengan
mengunakan modul (kelas eksperimen) maupun kelas yang belajar tidak
mengunakan modul (kelas kontrol). Secara lengkap data penelitian tersebut
adalah seperti terlihat pada tabel 17 dibawah ini:
0
2
4
6
8
10
12
Frekwen
si
Kelas Interval
Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol
61‐65 66‐70 71‐75
2
9
3
71
Tabel 17. Rangkuman Uji Normalitas Motivasi dan Hasil Belajar
Kelompok Siswa N L hitung L tabel Kesimpulan Motivasi Kelas Eksperimen
32 0,11 1,8223 Normal
Motivasi Kelas Kontrol
32 0,16 1,8223 Normal
Hasil Belajar Kelas Eksperimen
32 0,16 1,8223 Normal
Hasil Belajar Kelas Kontrol
32 0,22 1,8223 Normal
Dari tabel 17 rangkaian uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa
variabel motivasi belajar siswa normal jika Lhitung < Ltabel, pada motivasi
kelas eksperimen didapatkan hasil Lhitung 0,11 dan Ltabel 1,8223 dengan taraf
alpha 0,05 sehingg hasil uji normalitas membuktikan bahwa variabel
motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi dengan normal.
Sedangkan untuk motivasi kelas kontrol didapatkan hasil Lhitung 0,16 dan
Ltabel 1,8223 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan bahwa motivasi belajar
kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Sedangkan untuk hasil belajar
kelas eksperimen dari uji normalitas didapatkan hasil Lhitung 0,16 dan Ltabel
1,8223 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan Lhitung < Ltabel menunjukkan hasil
belajar siswa eksperimen berdistribusi dengan normal. Sedangkan hasil
belajar kelas kontrol dari uji normalitas didapatkan Lhitung 0,22 dan Ltabel
1,8223 dengan taraf alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
kelas kontrol berdistribusi dengan normal.
Sedangkan motivasi tinggi dan rendah untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol ditunjukkan pada rangkuman tabel 18 dibawah ini:
72
Tabel 18. Ringkasan Motivasi Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok Siswa N L hitung L tabel kesimpulan Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen
16 0,23 0,25 Normal
Motivasi Rendah Kelas Eksperimen
16 0,17 0,25 Normal
Motivasi Tinggi Kelas Kontrol
16 0,23 0,25 Normal
Motivasi Rendah Kelas Kontrol
16 0,24 0,25 Normal
Dari tabel 18 diatas dapat diketahui motivasi tinggi kelas ekseperimen
menunjukan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 dengan taraf alpha 0,05 menunjukkan
bahwa motivasi tinggi kelas eksperimen berdistribusi dengan normal.
Sedangkan motivasi rendah untuk kelas eksperimen, dari hasil analisa
didapatkan Lhitung 0,17 dan Ltabel 0,25 dengan taraf alpha 0,05, hasil tersebut
menunjukkan motivasi rendah kelas eksperimen berdistribusi dengan
normal. Motivasi tinggi kelas kontrol didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25
pada taraf alpha 0,05, hal ini menunjukkan motivasi tinggi kelas kontrol
berdistribusi dengan normal. Motivasi rendah kelas kontrol dari hasil uji
normalitas didapatkan Ltabel 0,24 dan Ltabel 0,25 pada alpha
0,05menunjukkan variabel motivasi rendah kelas kontrol berdistribusi
dengan normal.
Sedangkan rangkuman untuk hasil belajar tinggi dan hasil belajar
rendah kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
73
Tabel 19. Rangkuman Hasil Belajar Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok Siswa N L hitung L tabel Kesimpulan Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen
16 0,21 0,25 Normal
Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
16 0,23 0,25 Normal
Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol
16 0,24 0,25 Normal
Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol
16 0,23 0,25 Normal
Dari tebel 19 diatas dapat diketahui hasil uji normalitas untuk hasil
belajar tinggi kelas eksperimen didapatkan Lhitung 0,21 dan Ltabel 0,25 pada
taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar belajar tinggi kelas
eksperimen berdistribusi dengan normal. Uji normalitas untuk hasil belajar
rendah kelas eksperimen didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 pada taraf
alpha 0,05 menunjukkan bahwa variabel hasil belajar rendah pada kelas
eksperimen berdistribusi dengan normal. Untuk variabel hasil belajar tinggi
pada kelas kontrol dari hasil uji normalitas, didapatkan Ltabel 0,24 dan Ltabel
0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar tinggi pada
kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Variabel hasil belajar rendah
untuk kelas kontrol dari hasil uji normalitas didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel
0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar rendah kelas
eksperimen berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada penelitian ini dengan mengunakan uji F.
Kriteria untuk sebuah variabel yang homeogen pada uji homogenitas disini
74
adalah saat Fhitung < Ftabel, secara lengkap disajikan pada tabel 20 rangkuman
hasil uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar dibawah ini:
Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas untuk Motivasi dan Hasil Belajar
Data Uji F
Kesimpulan Hitung Tabel α 0,05
Motivasi Belajar 1,0227 2,07 Homogen Hasil Belajar 1,0321 2,07 Homogen
Dari tebel 20 di atas diketahui variabel motivasi didapatkan Fhitung
1,0227 dan Ftabel 2,07 pada alpha 0,05, dengan demikian diketahui Fhitung <
Ftabel menunjukkan variabel homogen. Sedangkan variabel hasil belajar juga
didapatkan Fhitung < Ftabel menunjukkan hasil belajar siswa adalah homogen.
Tabel 21. Kesimpulan Uji Homogenitas untuk Motivasi dan Hasil Belajar
Data Uji F
Kesimpulan Hitung Tabel
Motivasi siswa
Tinggi 1,0112 2,86 Homogen Rendah 1,0362 2,86 Homogen
Hasil belajar
Tinggi 1,0387 2,86 Homogen Rendah 1,10241 2,86 Homogen
Dari tebal 21 di atas diketahui semua variabel yang berhubungan
dengan motivasi baik tinggi maupun rendah dan hasil belajar baik tinggi
maupun rendah homogen, karena hasil Fhitung < Ftabel.
3. Uji Hipotesis
1) Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah Hasil belajar
Geografi siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Modul lebih
tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan
75
pembelajaran non-modul, untuk menjawab maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan uji t-test. Dari hasil uji t diketahui hasilnya seperti
terjabarkan pada tabel 22 dibawah ini:
Tabel 22. Hasil Uji t untuk Hipotesis Pertama
Data
Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N1 = 32 N2 = 32 X1 = 80,42 X2 = 75,49 S1 = 8,97 S2 = 8,69
t hitung 5,4689
t tabel 1,697 Kesimpulan berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh
thitung 5,4689 dan ttabel 1,697 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian
dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi dari
pada hasil belajar kelompok siswa yang belajar dengan non modul.
Artinya hipotesis penelitian pertama terjawab dan benar.
2) Hipotesis Kedua
Hopotesis penelitian yang kedua adalah Hasil Belajar Geografi
dengan motivasi belajar tinggi yang diajarkan dengan pembelajaran
Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran non Modul, untuk menjawab hipotesis
tersebut dilakukan dengan uji t yang hasilnya terangkum pada tabel 23
dibawah ini:
76
Tabel 23. Uji t Motivasi Tinggi Siswa pada Hipotesis Kedua
Data
Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N1 = 16 N2 = 16 X1 = 68,19 X2 = 66,69 S1 = 8,26 S2 = 8,17
t hitung 3,1132
t tabel 1,753 Kesimpulan berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh
thitung 3,1132 dan ttabel 1,753 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian
dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan
bahwa motivasi tinggi siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi
dari pada motivasi tinggi siswa yang belajar dengan non modul.
Artinya hipotesis penelitian kedua terjawab dan benar.
3) Hipotesis Ketiga
Hipotesis penelitian yang ke tiga adalah Hasil Belajar Geografi
siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajarkan pembelajaran
modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran Non Modul. Untuk menjawab
hipotesis tersebut dilakukan dengan uji t yang hasilnya seperti yang
terlihat pada tabel 24 di bawah ini:
77
Tabel 24. Uji t Motivasi Rendah Siswa dalam Penelitian
Data
Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N1 = 16 N2 = 16 X1 = 60,13 X2 = 56,00 S1 = 7,75 S2 = 7,48
t hitung 4,763
t tabel 1,753 Kesimpulan berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh
thitung 4,63 dan ttabel 1,753 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian
dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan
bahwa motivasi belajar rendah siswa yang belajar dengan modul lebih
tinggi dari pada motivasi rendah siswa yang belajar dengan non
modul. Artinya hipotesis penelitian kedua terjawab dan benar.
4) Hipotesis ke Empat
Hipotesis ke empat menyatakan tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran dengan menggunakan modul dan pembelajaran non
modul. Hasil perhitungan interaksi antara siswa yang belajar
menggunakan modul dan modul dapat disajikan pada tabel di bawah
ini:
Tabel 25. Perhitungan Interaksi Siswa
Sumber variansi Dk JK RJK Fhitung Ftabel Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Dalam sel
1 1 1 61
2933,441850,5243250,786812940,42
2933,441850,5243250,7868212,318
46,563 4,009 1,182
F (0,05)(1,64) = 3,99 F (0,05)(1,64) = 3,99 F (0,05)(1,64) = 3,99
Jumlah 64 16975,17 Kesimpulan Tidak terdapat interaksi
78
Dari tabel di atas pada taraf alpha 0,05 dengan dk pembilang =1
dan dk penyebut = 64, Fhitung interaksi sebesar 1,182 < Ftabel sebesar
3,99. Maka dari kondisi tersebut dinyatakan tidak ada interaksi antara
siswa yang belajar dengan modul dan pembelajaran non modul.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 26. Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar
Strategi Pembelajaran Motivasi
Pembelajaran dengan Mengunakan Modul
Pembelajaran dengan
Non Modul
Tinggi 80,42 75,49
Rendah 68,19 66,69
Rata-rata 74,31 71,09
Dari pengujian semua hipotesis di atas dapat diketahui bahwa
secara keseluruhan, strategi pembelajaran dengan modul efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa baik yang memiliki motivasi tinggi
maupun yang memiliki motivasi rendah. Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan modul sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel di 26 di atas.
79
Gambar 14. Diagram Interaksi Ordinal antara Metode Modul dengan Hasil
Belajar
Berdasarkan hasil perhitungan dengan anava, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar
dan pembelajaran modul terhadap hasil belajar siswa. Siswa dengan
motivasi tinggi dan diajar dengan mengunakan modul dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang
memiliki motivasi rendah dan diajarkan dengan menggunakan modul
dapat meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi modul dan non modul
seirama dalam menentukan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa,
pembelajaran modul sangat efektif di gunakan dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode belajar dengan modul dapat
meningkatkan hasil belajar geografi siswa. Rata-rata hasil belajar siswa setelah
menerapkan metode diskusi secara keseluruhan lebih tinggi dari pada siswa yang
80
belajar tidak mengunakan modul. Hal ini terlihat dari rata-rata yang dicapai kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Gambaran di atas sejalan dengan pengamatan yang penulis lakukan selama
pembelajaran, bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki semangat yang
tinggi, terlihat dari cara belajar dan cara menelaah modul dalam upaya menguasai
materi pembelajaran bila dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa yang belajar dengan modul merasa memiliki
sebuah alat bantu untuk memahami materi pembelajaran selain dapat bersama-
sama belajar dengan guru dalam upaya menguasai materi pembelajaran.
Dari pengujian hipotesis pertama bahwa hasil belajar siswa dengan
mengunakan modul lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang
mengunakan pembelajaran non modul. Hal ini disebabkan karena pada penerapan
metode pembelajaran dengan modul dapat memberikan motivasi tambahan
dengan alat bantu modul dan dilengkapi dengan gambar berwarna yang
mengilustarikan materi pembelajaran yang sedang di bahas. Adanya ilustrasi
tersebut menunjukkan akan kondisi nyata materi yang sedang dibahas dalam
pembelajaran. Dari kondisi ini siswa terlihat lebih bersemangat dalam belajar dan
lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Suasana partisipasi lebih lebih
menonjol pada kelas eksperimen, terlihat dari siswa yang bersemangat untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin.
Suatu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk saling berpacu
dalam menguasai materi pembelajaran yang telah disajikan oleh guru agar
nantinya siswa dapat menjawab dan sekaligus dapat menjawab pada waktu ujian
dilakukan, dengan demikian akan tertanam pada diri siswa untuk menunjukkan
kemampuan terbaik dalam dirinya. Dengan demikian jelas bahwa metode
pembelajaran dengan modul lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar bila
dibanding dengan pembelajaran non modul.
81
Pada pengujian hipotesis ke dua hasil belajar geografi siswa dengan
motivasi tinggi yang menggunaan modul lebih tinggi dari pada siswa dengan
motivasi tinggi dalam pembelajaran non modul. Motivasi belajar seperti yang
dikemukakan pada kajian teori merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran motivasi belajar
sangat perlu diperhatikan, sebab jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka
sulit bagi siswa untuk menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru dikelas.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar siswa yang
memiliki motivasi tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki motivasi rendah. Pada kelas eksperimen siswa yang memiliki motivasi
tinggi memperoleh hasil belajar lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki
motivasi rendah, begitu juga kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada metode
pembelajaran dengan modul siswa di tuntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam
memecahkan tugas yang diberikan oleh guru dengan bantuan modul. Adanya sifat
aktif dan kreaktif tersebut dapat menciptakan kerjasama yang baik antara siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu, pada pembelajaran modul juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menilai langsung kemampuan
dan penguasaan konsep pada setiap pertanyaan yang di ajukan oleh guru.
Pada hipotesis ke tiga hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah
yang menggunakan modul lebih tinggi dari pada siswa yang motivasi rendah pada
kelas kontrol yang tidak menggunakan modul. Terlihat dari rata-rata hasil belajar
yang mampu diraih oleh siswa dalam pembelajaran, siswa yang memiliki motivasi
rendah pada pembelajaran modul memiliki rata-rata hasil belajar lebih tinggi dari
siswa bermotivasi rendah pada kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan nilai tamhan
sistem pembelajaran dengan modul. Dengan adanya modul siswa memiliki
tambahan referensi untuk menguasai pembelajaran. Selain itu gambar-gambar
82
yang disajikan dalam modul juga memberikan variasi tersendiri dalam upaya
pemahaman siswa dalam pembelajaran.
Pada pengujian hipotesis ke empat antara pembelajaran yang menggunakan
modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa. interaksi merupakan
hubungan ketergantungan antara satu variabel pada taraf tertentu terhadap variabel
lain. Berdasarkan hasil analisis pengujian interaksi siswa, dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi pada pembelajaran dengan menggunakan modul
dan non modul. Pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode
pembelajaran dengan modul cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
sebagaimana motivasi mereka. Namun demikian kesimpulan penelitian terutama
pada hipotesis kedua kurang tajam, sebab dari awal rata-rata motivasi kedua
kelompok eksperimen (68,19 hal 76) lebih tinggi dari rata-rata kelompok kontrol
(60,13 hal 59).
83
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian hipotesis, hasil pengujian menunjukkan
bahwa:
1. Hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi
dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul.
2. Hasil Belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa
bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul.
3. Hasil Belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan
motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul.
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan
modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan penerapan
pembelajaran yang menggunakan modul berpengaruh positif terhadap hasil
belajar geografi siswa. Pembelajaran dengan menggunakan modul dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan merancang modul dari segi isi
materi lembaran kegiatan siswa dengan bahasa yang lebih disederhanakan,
dipilih materi yang lebih penting sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran,
dan hal yang berperan juga adalah adanya bimbingan guru, arahan guru
83
84
terhadap pemahaman siswa yang mengadakan tanya jawab dan membuat
kesimpulan pelajaran.
B. Implikasi
Hasil temuan dalam penelitian ini memberikan gambaran dan
masukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul cukup baik
untuk meningkatkan hasil belajar geografi. Keuntungan menggunakan
metode belajar dengan modul adalah dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran dan siswa dapat belajar secara mandiri setelah belajar
dengan guru di sekolah. Adanya modul merupakan panduan pembelajaran
kedua setelah guru. Jika siswa lupa akan sebuah materi pelajaran siswa
langsung dapat membaca kembali modul yang telah mereka miliki di rumah,
sehingga siswa mampu memahami materi dengan mudah tanpa harus selalu
berdiskusi dengan guru.
Setiap pendidik perlu menggunakan metode belajar dengan modul ini
untuk meningkatkan keaktifan siswa dan keterlibatan siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran dalam mengapai prestasi lebih tinggi. Melalui hasil
penelitian ini dapat dijadikan solusi tambahan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yang melibatkan siswa secara lebih banyak dalam
pembelajaran. Selain itu saat siswa mendapatkan tugas di rumah, siswa
dapat membaca dan memahami modul yang diberikan pada mereka untuk
memecahkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka.
Dengan pemberian modul dalam proses pembelajaran guru dapat
selalu berupaya untuk menemukan inovasi pembelajaran untuk mendukung
85
proses pembelajaran didalam kelas sesuai dengan tata pelaksanaan
pembelajaran dengan modul di kelas. Begitu juga dengan siswa, dengan
adanya panduan bacaan materi siswa dapat lebih aktif, antusias, semangat
dan bekerja keras baik dalam pembelajaran maupun dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Adanya semangat dan kerja keras dalam
pembelajaran dapat meningkatkan rasa kompetisi secara akademis. Dengan
demikian metode pembelajaran dengan modul ini merupakan metode
pembelajaran yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
aktifitas guru selama pembelajaran di kelas.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tindakan ini
dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
1) Sebaiknya dalam pembelajaran agar dapat menerapkan
pembelajaran dengan mengunakan modul di sekolah. Penerapan
tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain, memberikan
kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran secara aktif dalam menyerap materi-materi pada
sebuah mata pelajaran, sedangkan guru dapat secara aktif
mengali inovasi yang dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas secara lebih aktif dan menarik.
86
2) Guru dapat memperhatikan perbedaan karakteristik dalam
pembelajaran, sehingga memerlukan sebuah metode yang dapat
meningkatkan dan memacu hasil belajar dan motivasi siswa.
3) Guru disarankan untuk merancang materi pembelajaran dalam
sebuah modul yang dapat mendukung siswa dalam
pembelajaran, sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dan
termotivasi untuk menemukan konsep-konsep secara mandiri
dalam sebuah materi pembelajaran.
2. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dalam
jumlah sampel yang lebih besar dan metode tambahan lain dalam
belajar untuk melibatkan siswa secara lebih aktif sesuai dengan
karakteristik kecocokan penerapan dan karakteristik siswa dengan
metode belajar menggunakan modul.
GEOGRAFI
KELAS
Penyusun
YULIATIN, S.Pd
BIDANG STUDI GEOGRAFI SMA NEGERI 1 PERANAP
KABUPATEN INDRAGIRI HULU 2010
1
KATA PENGANTAR
Salah satu implikasi penerapan pendidikan yang berbasis kompetensi adalah perlunya
pengembangan silabus dan dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu
mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai standar yang ditetapkan dengan
pengintegrasian life skill. Modul adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Adapun sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen penilaiannya yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai
bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sedangkan bentuk
instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Untuk mengakomodasi hal-hal tersebut, perlu disusun sebuah petunjuk yang dapat
dijadikan acuan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Salah
satu buku yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah modul atau buku petunjuk bagi guru
mata pelajaran geografi. Sehingga hasil belajar siswa di sekolah ditentukan oleh proses
pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan modul. Proses pembelajaran akan terasa lebih
bermakna dan efektif jika guru membuat perencanaan yang tepat.
Geografi dalam hal ini mengkaji ruang dan tempat pada berbagai skala dibumi.
Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk serta
tempat-tempat dan lingkungan dunia. Gejala alam dan kehidupan itu dapat di pandang sebagai
hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberikan
dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi. Untuk menjelaskan pola-
pola geografis yang terbentuk dan mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi,
peta dan tampilan geografis lainnya.
Fungsi pelajaran geografi adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan
2. Mengembangkan ketrampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,
mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.
3. Menumbuhkan sikap, dan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan
sumber daya toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat.
2
Semoga modul ini dapat meningkatkan hasil dalam proses belajar mengajar yang maksimal dan
upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui sekolah menengah atas akan benar-benar
mencapai sasaran.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
PETUNJUK BELAJAR.................................................................................. 4
BAB III DINAMIKA LITOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN........................................................................... 7
A. Struktur perlapisan bumi.................................................... 8
B. Batuan pembentuklapisan kulit bumi................................. 9
C. Proses perubahan bentuk muka bumi................................ 18
D. Evaluasi............................................................................ 34
BAB IV. DINAMIKA PEDOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN.............................................................................. 42
E. Dinamika perubahan pedosfer dan dampaknya
Terhadap kehidupan di muka bumi................................... 43
F. Mengidentifikasi degradasi lahan dan dampaknya
terhadap kehidupan.......................................................... 55
G. Evaluasi............................................................................ 60
4
A. Deskripsi
Modul tentang pembelajaran lithosfer, pedosfer, atmosfer dan hidrosfer ini ditujukan
untuk siswa kelas X SMA pada semester genap, berisikan kegiatan belajar yang mencakup
materi konsep dari struktur lapisan lithosfer, bentuk muka bumi, faktor pembentuk tanah,
rusakan pada tanah dan upaya penanggulangan yang disertai dengan evaluasi serta
Lembaran Kerja Siswa pada Modul yang diberikan pada peserta didik.
Didalam modul ini terdapat beberapa pokok bahasan di dalam setiap kegiatan
belajar, sebaiknya siswa mempelajari pokok-pokok materi pertama langsung mengerjakan
tugas setelah itu lanjutkan pada pokok materi berikut. Jika sudah selesai mengerjakan tugas
bandingkan hasil kerja antara siswa dengan kunci jawaban. Agar siswa dapat mengukur
sendiri tingkat pencapaian belajar yang diharapkan, lebih baik siswa mengulang kegiatan
belajarnya. Jika sudah memenuhi tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat melanjutkan
kegiatan selanjutnya. Cepat atau lambat penyelesaian kegiatan-kegiatan belajar tersebut
sangat tergantung pada kesungguhan dan kerajinan anda mempelajarinya.
B. Cara Belajar
Cara belajar siswa akan menentukan penguasaan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Ikutilah petunjuk belajar ini agar siswa dapat memahami isi modul ini dengan baik. Agar dapat
memahami isi modul dengan baik, ikutilah petunjuk berikut:
1. Pahami deskripsi modul sehingga siswa dapat mengetahui secara garis besar isi modul
2. Pahami indikator pembelajaran dan pokok-pokok uraian materi dengan seksama
3. Pahami setiap gambar / ilustrasi yang mempermudah mempelajari materi
4. Bacalah rangkuman modul untuk mengingatkan kembali isi pokok modul
5. Kerjakanlah soal-soal evaluasi dengan baik
PETUNJUK BELAJAR
5
Sebelum belajar
1. Yakinkan diri siswa bahwa siswa untuk belajar
2. Tenangkan pikiran siswa dan pusatkan pikiran siswa pada modul yang akan siswa pelajari.
3. Usahakan tempat belajar cukup tenang dan nyaman karena akan mempengaruhi siswa
dalam belajar tetapi jika siswa lebih merasa bersemangat belajar dengan diiringi musik
maka lakukanlah.
4. Percaya pada diri siswa sendiri bahwa apa yang akan siswa pelajari itu bermanfaat bagi
peningkatan pengetahuan dan keberhasilan siswa sebagai siswa SMA kelas X
5. Siapkan alat-alat tulis
6. Berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan
Saat belajar
1. Bacalah sekilas daftar isi dari modul
2. Pahami deskripsi dari isi setiap modul agar siswa dapat mengetahui apa yang harus di
pelajari dari keseluruhan isi modul
3. Baca dan pahami tujuan belajar dan pokok-pokok materi setiap kegiatan belajar
4. Baca dan pahami urai materi secara seksama. Tandailah kalimat dan kata-kata yang
dianggap penting dengan pencil. Dan catat pula materi belajar yang belum siswa pahami.
5. Tanyakanlah kepada guru pembimbing atau teman-teman mengenai materi yang belum
siswa pahami.
6. Jangan lewatkan siswa memahami setiap gambar, bagan, peta, atau ilustrasi yang ada
didalam buku karena akan lebih memudahkan siswa pada materi yang diuraikan.
7. Bacalah kata-kata penting pada setiap akhir kegiatan belajar.
8. Setelah sebuah materi siswa pahami jawablah latihan dan cocokkan jawabannya pada
bagian akhir modul ini.
9. Jika nilai siswa belum memuaskan jangan putus asa cobalah lebih giat lagi untuk belajar.
Sesudah belajar
1. Sebagai bahan pengayaan materi yang sedang siswa pelajari jika ada tugas-tugas yang pada
akhir belajar. Kerjakanlah dan sampaikan hasilnya pada guru pembimbing atau diskusikan
pada teman-teman.
6
2. Hapalkan pengertian atau kata-kata yang penting
3. Semakin sering siswa belajar dan menghapal akan menghantarkan siswa sukses belajar.
C. Pengukuran Kemampuan Belajar
1. Jawablah pertanyaan pada latihan setiap akhir kegiatan belajar
2. Cocokkanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban pada akhir modul ini.
3. Hitunglah jawaban siswa yang benar kemudian gunakan rumus dibawah ini.
Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, hitunglah jawaban yang benar untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi dengan rumus :
Tingkat Penguasaan :
Tingkat penguasaan yang dicapai :
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = Cukup
< 69% = Kurang
Jika siswa mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka siswa dapat
melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya tetapi jika nilai siswa bawah 80%
sebaiknya mengulangi kegiatan belajar tersebut terutama pada bagian yang belum
dikuasi siswa.
4. Setelah siswa mempelajari seluruh kegiatan belajar pada modul ini cobalah siswa
sekali lagi mengerjakan latihan pada setiap kegiatan belajar dan hitunglah
jawabannya dengan menggunakan rumus diatas
5. Jika secara keseluruhan siswa telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih
maka anda sudah siap menempuh ujian.
Jumlah jawaban benar Jumlah soal seluruhnya X 100 %
7
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompertensi : 3. Menganalisis Geosfer
Kompetensi Dasar : 3.1. Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan
litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan
di muka bumi
Materi pokok : Lithosfer
Struktur lapisan kulit bumi
Tenaga Endogen
Tenaga Eksogen
I. Petunjuk Belajar
Siswa mengerjakan modul bersama kelompok yang telah dibagi oleh guru, dan menjawab lembar
kerja selama 2 X 45 menit (2 jam pelajaran)
II. Pendahuluan
Lithosfer adalah lapisan kerak bumi paling luas dan terdiri dari batuan. Kandungan
senyawa kimia yang paling banyak dalam lithosfer yaitu oksida silikon (SiO2). Lithosfer terdiri
atas dua lapisan yaitu lapisan sial dan lapisan sima. Bentuk lithosfer didorong oleh tenaga yang
berasal dari dalam maupun luar bumi. Dari dalam bumi (endogen) seperti mekanisme,
tektonisme dan gempa bumi sedangkan dari luar seperti pengikisan, pelapukan, dan
pengendapan. Batuan kulit bumi di bedakan menjadi tiga yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Persebaran tanah di permukaan bumi hampir kita jumpai di mana-mana
kepentingan tiap-tiap orang terhadap tanah berbeda-beda.
MODUL
LITHOSFER
8
A. Struktur lapisan kulit bumi
Litosfer berasal dari kata Lithos artinya batuan dan sphaira artinya lapisan-
lapisan. Lithosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri dari batuan.
Batuan yang membentuk lithosfer mengandung beberapa senyawa kimia. Kandungan
senyawa kimia yang paling banyak dalam lithosfer yaitu oksida silikon (SiO2). Oleh
karena itu, lithosfer dinamakan lapisan silikat.
Susunan lapisan bumi terdiri dari:
Gambar 1. Lapisan bumi.
1. Bariesfer (inti bumi)
yaitu lapisan inti bumi, berupa bahan padat yang tersusun dari lapisan nife. Jari-
jarinya ±2.900km di bawah permukaan bumi.
Yang terdiri dari inti dalam dan inti luar, pada posisi 1 pada gambar gambar
menunjukkan inti dalam dan posisi 2 menunjukkan inti luar.
2. Lapisan pengantara (astenosfer/mantel)
yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife, tebalnya ±1.700km. berat jenis
rata-rata nya 5. Lapisan pengantar disebut juga asthenosfer (mantle) merupakan
bahan cair yang bersuhu tinggi dan pijar pada gambar ditunjukkan posisi 3.
3. Lithosfer
Materi Pembelajaran
12
34
9
yaitu yang terletak di atas lapisan pengantara atau mantel. Pada gambar
ditunjukkan posisi no 4.
Lithosfer (kulit bumi) terdiri atas dua bagian.
a. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
aluminum
b. Lapisan sima yaitu lapisan kulit yang tersusun dari logam silisium dan
magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO
B. Batuan pembentuk lapisan kulit bumi
1. Batuan Beku
Adalah batuan yang terbentuk karena pembekuan lava
1. Batuan beku Dalam
Ciri utama batuan beku dalam adalah besrtuktur holokristalin (semua
mengkristal) atau granitis. Semua bagian dari batuan terdiri dari kristal-
kristal. Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhu berjalan sangat
lambat sehingga terjadi pengkristalan yang sempurna. Ukuran kristalnya
besar-besar dan kasar.
BATUAN BEKU
BATUAN BEKU DALAM
BATUAN BEKU GANG
BATUAN BEKU LUAR
10
Contohnya batuan beku dalam adalah batu granit, diorit, gabro, dan
pedorit.
Gambar 2. Jenis batuan
2. Batuan beku gang/celah
Magma yang bergerak naik ke permukaan bumi mengalami proses
pendinginan yang lebih cepat. Akibatnya terjadi pembekuan magma pada
sela-sela lapisan batuan atau corong diatrema (saluran magma). Inilah
yang disebut batuan beku gang, karena proses pendinginan lebih cepat,
akibatnya sebagian kristal berukuran besar dan ada kristal yang berukuran
kecil.
Contoh batuan beku gang adalah porfir granit, porfirit, porfir syenit, dan
porfir gabro.
3. Batuan beku Luar
Magma yang telah keluar di permukaan bumi disebut lava. Setelah sampai
di permukaan bumi proses pendinginan berjalan sangat cepat sehingga
tidak ada kesempatan untuk berlangsungnya proses kristalisasi. Kalau
masih terdapat kristal, itu sangat halus dan sukar sekali dibeda-bedakan.
Batuan beku yang tidak berkristal disebut berstruktur amorf (tidak
berbentuk).
11
Contoh batuan beku luar adalah rhyolit, andesit, trachit, basalt, obsidian,
dan batu apung.
Gambar 3. Contoh batuan beku luar
Macam-macam batuan beku: Basalt, Obsidian, Granit dan Apung.
Perbedaan Basalt Obsidian Granit Apung Cara terjadinya
Lava panas dengan pendinginan cepat yang disertai penggunaan gas
Lava panas yang mendingin dengan cepat dipermukaan bumi
Pembekuan magma secara lambat yang terjadi dibawah permukaan bumi
Pendinginan lava sangat cepat yang banyak mengandung gas-gas dan mineral
Kegunaan Bahan bangunan Alat pemotong/ujung tombak
Hiasan taman
Menggosok kayu
2. Batuan Sedimen atau Endapan
Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi menjadi batuan
sedimen klastis/mekanis, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organis
12
Gambar 4. Batuan Sedimen.
1. Batuan sedimen Mekanik/Klastis
Batuan sedimen klastis yaitu batuan sedimen yang terdiri dari kelompok
batuan. Bahan asal dari batuan tersebut (fragmen-fragmennya) terlepas dari
batuan induknya karena pengaruh pelapukan mekanis. Fragmen-fragmen
yang telah mengendap di suatu tempat mengalami sedimentasi dan kompaksi
sehingga terikat satu sama lain, mengeras dan membentuk batuan baru,
seperti konglomerat, breksi, batu pasir, dan batuan lempeng.
BATUAN SEDIMEN
BATUAN SEDIMEN KLASTIS/MEKANIK
BATUAN SEDIMEN KIMIAWI
BATUAN SEDIMEN ORGANIS
13
Besar kecilnya fragmen yang membentuk batuan sedimen dapat dibedakan
menjadi:
Bongkah-bongkah, dengan diameter 2000 – 200 mm
Kerikil besar(kerakal), dengan diameter 200 – 20 mm
Kerikil halus, dengan diameter 20 – 2mm
Pasir kasar, dengan diameter 2- 0,2 mm
Pasir halus, dengan diameter 0,2 – 0,02 mm
Geluh/lanau, dengan diameter 0,02 -0,002 mm
Lempung, dengan diameter < 0,002 mm
2. Batuan Sedimen Kimiawi
Bahan asal batuan sedimen kimiawi adalah uraian hasil pelapukan batuan
beku yang larut dalam air. Kebanyakan terjadi karena pengikisan air yang
kaya akan garam dn konsentrasi –konsentrasi pengendapan.
Umumnya batuan sedimen kimiawi tersusun atas garam-garaman yang larut
dalam air larut, seperti NaCl, KCl, MgSO4, CaCO4, dan CaCO3
Gambar 5. Contoh batuan sedimen kimiawi
3. Batuan Sedimen Organis
Batuan sedimen organis berasal dari larutan-larutan yang terbentuk
karena pemisahan oleh organisme. Semua batuan sedimen organis terdiri atas
14
gamping atau dolomit. Batuan ini terbentuk oleh onggokan bagian-bagian
rangka jasad tumbuh-tumbuhan atau binatang.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal, bahan sedimen dibedakan
menjadi:
Batuan sedimen aquatis yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh air
Gambar 6. Batuan sedimen aquatis
Batuan sedimen aeris atau aeolis yaitu batuan sedimen yang diendapkan
oleh angin
Gambar 7. Batuan sedimen aeris atau aeolis
Batuan sedimen glasial yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh
gletser atau es.
Berdasarkan tempat terjadinya pengendapan batuan sedimen di golongkan
menjadi:
15
Batuan sedimen teristris, diendapkan di daratan
Gambar 8. Batuan sedimen teristris
Batuan sedimen marine, diendapkan di dasar laut
Gambar 9. Batuan sedimen marine
16
Batuan sedimen fluvial, diendapkan di dasar sungai
Gambar 10. Sedimen fluvial
Batuan sedimen limnis, diendapkan di dasar danau
Gambar 11. Sedimen limnis
17
Batuan sedimen glasial, diendapkan di daerah yang pernah mengalami
erosi glasial
Gambar 12. Sedimen glasial
3. Batuan Metamorf atau Malihan
Bahan asal batuan metamorf adalah batuan beku dan batuan sedimen, karena
pengaruh tenaga alam (suhu dan tekanan dalam jangka waktu lama), sifat batuan
beku dan batuan sedimen dapat berubah.
1. Dinamo Metamerfosa
Yaitu proses perubahan sifat batuan karena mengalami tekanan. Tekanan ini
dapat berasal dari gerakan magma ke permukaan bumi, gerakan, lipatan, dan
patahan pada kulit bumi disebut metamorf kinetis.
Contohnya batu sabak, antrosit, dan schist.
METAMERFOSA BATUAN
DINAMO METAMERFOSA
KONTAK METAMERFOSA
18
Gambar 13. Contoh batuan dinamo metamerfosa
2. Kontak Metamerfosa
Yaitu proses perubahan sifat batuan karena mendapat pengaruh dari
pemanasan. Biasanya terjadi dari batuan yang sudah ada, kemudian mendapat
pemanasan (kontak) dari magma terjadi akibat suhu yang sangat tinggi
karena terletak dekat dapur magma.
Contohnya marmer dan batu bara yang terdapat di bukit asam.
Gambar 14. Gambar batuan kontak metamerfosa
C. Proses perubahan bentuk Muka Bumi.
Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh tenaga geologi. Tenaga geologi dibedakan
menjadi dua bagian yaitu,
19
1. Tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat
membangun, yang berupa tenaga:
1. Tektonisme adalah perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan tenaga
endogen dengan arah horizontal dan vertikal.
Gambar 15. Salah satu patahan akibat tenaga tektonisme
Secara garis besar tektonisme dapat dibedakan menjadi:
a. Epirogenesis
Merupakan suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang
luas.
b. Orogenesis(gerak pembentukan pegunungan)
Gerakannya cepat tetapi hanya meliputi daerah yang terbatas atau relatif
sempit.
Gambar 16. Macam-macam Lipatan
20
Gambar 17. Bentuk patahan
Gerakan orogenesis meliputi:
1. Pelengkungan (warping)
2. Pelipatan (folding)
3. Patahan (faulting)
4. Retakan/diaklas (jointing)
2. Vulkanisme adalah gerakan magma dari dalam bumi.
Gambar 18. Akibat tenaga vulkanisme
Vulkanisme terdari dari dua macam yaitu;
1) Instrusi magma (plutonisme) adalah aktivitas magma yang tidak sampai ke
permukaan bumi.
Akibat adanya instrusi magma, terjadi benrmacam-macam bentukan
seperti berikut:
21
Gambar 19. Gambar proses vulkanisme
Batolit
Lakolit
Sill
Intrusi korok (gang)
Apofisis
Diatrema
2). Erupsi/ekstrusi magma adalah aktivitas magma yang sampai ke
permukaan bumi menghasilkan gunung api atau vulkan. Hasil ekstrusi
magma yaitu erupsi.
Gambar 20. Salah satu erupsi magma
Klasifikasi ekstrusi magma berdasarkan kekuatan tekanan gas:
1. Erupsi ekplosif, bila disertai tekanan gas yang kuat, sihingga
menimbulkan suatu letusan atau ledakan.
22
2. Erupsi efusif, bila tekanan gas berkurang (kecil), sehingga tidak
menghasilkan letusan, tetapi mengeluarkan suatu lelehan.
3. Erupsi campuran, menghasilkan erupsi eksplosif dan erupsi efusif
secara bergantian.
Klasifikasi erupsi berdasarkan tipe letusan dan bahan hasil letusan:
1. Erupsi magmatik, terjadi semata-mata oleh kegiatan magma yang
mnerobos ke permukaan bumi.
2. Erupsi freatik, terjadi karena uap sebagai akibat adanya air yang
bersentuhan secara langsung dan tidak langsung dengan magma.
3. Erupsi freatomagmatik, merupakan gabungan antara erupsi freatik dan
magmatik
Klasifikasi erupsi menurut terjadinya:
1. Erupsi sentral yaitu erupsi gunung api yang terpusat di suatu tempat di
muka bumi
2. Erupsi linier yaitu erupsi gunung api yang terjadi melalui suatu
rekahan memanjang.
Erupsi sentral dapat menghasilkan bentuk gunung api:
1. Strato (campuran), terjadi ari pergantian perlapisan lelehan lava cair
hasil dari erupsi efusif dengan perlapisan bahan lepas hasil erupsi
eksplosif.
2. Perisai, terjadi terutama di lapisan lelehan atau aliran lava encer oleh
erupsi efusif berulang kali sehingga menghasilkan kubah landai
3. Maar, terjadi oleh adanya satu kali erupsi eksplosif yang berlangsung
dalam waktu yang relatif singkat
4. Kaldera, terjadi sebagai akibat dari suatu erupsi eksplosif yang
dahsyat sehingga puncak dari kerucut gunung api runtuh dan
23
terbentuk kawah raksasa dengan tebing terjal yang mempunyai garis
tengah kaldera antara 2 – 10 km.
3. Gempa bumi (seisme) adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari
dalam bumi.
Berdasarkan peristiwa yang menyebabkan, gempa bumi digolongkan menjadi 3
jenis.
Gambar 21. Akibat gempa bumi
1. Gempa tektonik yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran kerak bumi
(peristiwa tektonisme) atau patahan /sesaran.
2. Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi karena aktivitas vulkanisme, baik
sebelum, sedang atau sesudah letusan.
3. Gempa runtuhan (terban) yaitu gempa yang disebabkan oleh adanya
reruntuhan, termasuk di dalamnya adalah longsoran, akibat runtuhnya atap gua
bawah tanah dan reruntuhan di dalam lubang pertambangan.
24
Gambar 22. Salah satu gempa runtuhan
Berdasarkan bentuk episentrumnya, ada dua macam gempa yaitu ;
1. Gempa linier. Episentrum gempa ini berbentuk garis (linier)
2. Gempa sentral. Episentrumnya berbentuk titik.
Berdasarkan letak atau kedalaman hiposentrumnya, terdapat tiga macam gempa
yaitu:
1. Gempa dalam, jika letak hiposentrum 300 – 700 km
2. Gempa intermidier (menengah), jika hiposentrumnya terletak antara 100 km
sampai 300 km
3. Gempa dangkal, jika kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100km
Berdasarkan jarak episentrumnya, dibedakan dua macam dua macam gempa
yaitu;
1. Gempa dekat (lokal), jarak episentrumnya kurang dari 10.000 m
2. Gempa jauh, jarak episentrumnya lebih dari 10.000 m.
2. Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi Tenaga ini bersifat merusak
berupa;
25
1. Pelapukan
Pelapukan adalah proses penghancuran massa batuan yang dipengaruhi oleh
keadaan, struktur batuan, iklim, topografi, dan faktor biologis (hewan,
tumbuhan dan manusia)
Klasifikasi pelapukan:
Pelapukan mekanik/phisis yaitu pelapukan yang terjadi karena pengaruh
suhu/sinar matahari dan curah hujan berlangsung berulang-ulang dan
dalam kurun waktu tertentu.
Gambar 23. Contoh pelapukan mekanis
Pelapukan biologis/organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh
tumbuhan, hewan dan manusia
26
Gambar 24. Contoh pelapukan biologis
Pelapukan kimiawi/chemis yaitu pelapukan yang terjadi karena proses
kimiawi, contoh pelapukan di daerah karst.
Gambar 25. Contoh pelapukan kimiawi
2. Erosi/pengikisan
27
Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pemindahan masa batuan , secara
alamiah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh suatu zat pengangkut.
Gambar 26. Contoh bentukan pengikisan
a) Mekanisme terjadinya erosi
Pelepasan masa batuan
Proses pengangkutan masa batuan
Proses pengendapan masa batuan
Gambar 27. Contoh pengikisan mekanisme
28
b) Bentuk-bentuk erosi
Erosi lembar: pengangkatan tanah yang tebalnya merata dari suatu
permukaan bidang tanah
Gambar 28. Contoh : erosi lembar.
Erosi percikan: proses pengikisan tanah yang terjadi akibat
percikan air
Gambar 29. Contoh : erosi percikan.
Erosi alur: erosi yang menghasilkan alur-alur searah dengan
kemiringan lereng
29
Gambar 30. Contoh : erosi alur.
Erosi parit: erosi yang saluran-saluran terbentuk sudah dalam,
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Gambar 31. Contoh : erosi parit.
c) Berdasarkan tenaga-tenaga pengikis
Abrasi: erosi yang tenaganya oleh air laut
Gambar 32. Contoh akibat abrasi.
Ablasi: erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir
30
Gambar 33. Contoh akibat ablasi.
Deflasi: erosi yang disebabkan oleh tenaga angin
Gambar 34. Contoh akibat deflasi.
Eksarasi: erosi hasil pengerjaan es.
Gambar 35. Contoh akibat eksarasi.
31
3. Masswating
Masswating adalah pemindahan massa batuan atau tanah berat (secara besar-
besaran) ke tempat yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi.
Gambar 36. Contoh pemindahan massa batuan/masswasting.
Jenis-jenis masswating:;
Land slide (tanah longsor)
32
Gambar 37. Contoh tanah longsor.
Subsidence (tanah amblas/ambruk)
Gambar 38. Contoh tanah amblas/ambruk.
Slumping (tanah nendat)
Gambar 39. Contoh tanah nendat/slumping.
Earth flow (tanah mengalir)
33
Gambar 40. Contoh tanah mengalir.
Mud flow (lumpur mengalir)
Gambar 41. Contoh lumpur mengalir.
Soil creep (rayapan tanah)
Gambar 42. Contoh: tanah rayapan atau Soil creep
4. Sedimentasi/pengendapan
Sedimentasi adalah proses pengendapan massa batuan atau tanah.
Jenis-jenis sedimentasi
34
Sedimentasi fluvial yaitu sedimentasi yang terjadi di sepanjang aliran
sungai atau dasar tanah.
Gambar 43. Contoh sedimentasi fluvial
III. Alat dan Sumber
Alat : Alat-alat tulis
Sumber : Buku Geografi yang relevan
IV. Tugas Siswa
A. Berikanlah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e, pada jawaban yang paling benar
1. Unsur kimia yang paling banyak kandungannya lithosfer yaitu...
a. SiO2 d. K2O
b. FeO3 e. MnO
c. CaO
2. Lapisan kerak bumi paling luar dan terdiri dari batuan disebut...
a. Nife d. lithosfer
b. Atmosfer e. hidrosfer
c. bariesfer
3. Lithosfer atau kulit bumi terdiri atas dua bagian yaitu...
a. lapisan sial dan lapisan barisfer
b. lapisan sial dan lapisan pengantara
c. lapisan sima dan lapisan barisfer
d. lapisan sima dan lapisan sial
35
e. lapisan barisfer dan lapisan pengantara
4. Lempeng lithosfer dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a. lempeng dasar laut dan lempeng perairan
b. lempeng daratan dan lempeng pegunungan
c. lempeng benua dan lempeng benua
d. lempeng benua dan lempeng samudera
e. lempeng dasar laut dan permukaan
5. Dilihat dari tempat pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi...
a. sedimen marines, sedimen aeolis, dan sedimen glasial
b. sedimen lakustre, sedimen akualis, dan sedimen glasial
c. sedimen lakustre, sedimen teristris, dan sedimen marine
d. sedimen aeolis, sedimen teristris, dan sedimen akualis
e. sedimen aeolis, sedimen glasial, dan sedimen akualis
6. Yang dimaksud dengan tenaga endogen adalah...
a. tenaga yang berasal dari luar dan bersifat membangun
b. tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak permukaan bumi
c. tenaga yang berasal dari luar bumi
d. tenaga yang berasal dari dalam bumi
e. tenaga yang bersifat merusak permukaan bumi
7. Batuan beku yang berasal dari resapan magma di antara dua lithosfer yang bentuknya
seperti cermin cembung adalah...
a. lakolit d. apofisa
b. silis e. batolit
c. gang
8. Lapisan lithosfer yang memiliki ketebalan ± 60 km terdiri dari lapisan...
a. sial dan sima d. nife dan astenosfer
b. sial dan barisfer e. sima dan barisfer
c. nife dan sial
9. Batas antara mantel dengan kerak bumi adalah lapisan...
36
a. nife d. astenosfer
b. feridatit e. moko
c. barisfer
10. Pelapukan batuan yang disebabkan oleh organisme, baik tumbuhan maupun hewan
disebut...
a. pelapukan mekanik d. pelapukan organisme
b. pelapukan kimiawi e. pelapukan
c. pelapukan insolasi
11. Batuan granit, diarit, sienit, dan grato termasuk jenis batuan...
a. beku luar d. beku hipoabisis
b. beku dalam e. beku effusive
c. beku gang
12. Berikut ini yang bukan merupakan pengendapan batuan sedimen, yaitu...
a. sedimen teristris di danau
b. sedimen marine di laut
c. sedimen fluvial di sungai
d. sedimen limnis di danau
e. sedimen glasial di daerah es
13. Batuan metamorf dinamo terjadi akibat...
a. persinggungan antara batuan asal dan magma
b. adanya tekanan dari lapisan di atasnya dalam waktu yang lama
c. disusupi unsur-unsur batuan lain
d. tenaga endogen yang bergerak secara cepat
e. tenaga endogen yang bergerak secara lambat
14. Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya pergeseran
(diskolasi), lipatan (fold), sesar atau patokan (fault) pada kulit dan batuan disebut...
a. vulkanisme d. gempa bumi
b. tektonisme e. epirogenesa
c. seisme
37
15. Lapisan magma tipis yang menyusup diantara lapisan dan bentuknya pipih disebut...
a. sill d. batolit
b. diatrema e. gang
c. lakolit
B. Lengkapilah pernyataan berikut dengan pilihan jawaban di bawah ini!
1. Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang disebabkan oleh gerakan magma
disebut...
2. Perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen dengan arah
horizontal dan vertikal disebut...
a. Lithosfer
b. Tektonisme
c. Breksi
d. Epirogenesa
e. Endogen
f. Horst
g. Batuan beku
h. Oksida silikon
i. Tekanan yang tinggi
j. Limnis
38
3. Batuan sedimen yang terdiri dari batu-batu yang bersudut-sudut tajam yang sudah
direkat satu sama lain disebut...
4. Perubahan letak lapisan kulit bumi yang gerakannya lambat pada wilayah yang luas
disebut...
5. Batuan sedimen yang diendapkan dirawa disebut..
C. Isilah dengan benar titik-titik di bawah ini
1. Lapisan lithosfer yang mempunyai berat jenis lebih besar karena mengandung besi
dan magnesium yaitu mineral fero magnesium dan batuan basalt disebut...
2. Mantel (astenosfer) merupakan bahan cairan yang bersuhu tinggi dan pijar. Lapisan
tersebut juga dinamakam lapisan...
3. Suatu gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi wilayah yang relatif
sempit disebut...
4. Peristiwa merendahnya atau menjadi ratanya kenampakan relatif permukaan bumi
karena pengikisan dari suatu tempat ke tempat lain disebut...
5. Batuan yang terbentuk jauh di dalam kulit bumi dan hanya terdiri atas kristal
disebut...
6. Jawablah dengan benar pertanyaaan-pernyataan di bawah ini!
7. Jelaskan susunan lapisan lithosfer dengan ketebalannya!
8. Berdasarkan tenaga yang menyangkutnya, batuan sedimen terbagi menjadi tiga,
sebutkan dengan memberikan contoh!
9. Apa yang menyebabkan perubahan bentuk pada batuan metamorf
10. Jelaskan tentang tenaga-tenaga endogen (berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat
membangun)
39
A. Deskripsi
Modul tentang pembelajaran lithosfer, pedosfer, atmosfer dan hidrosfer ini
ditujukan untuk siswa kelas X SMA pada semester genap, berisikan kegiatan belajar yang
mencakup materi konsep dari struktur lapisan lithosfer, bentuk muka bumi, faktor
pembentuk tanah, rusakan pada tanah dan upaya penanggulangan yang disertai dengan
evaluasi serta Lembaran Kerja Siswa pada Modul yang diberikan pada peserta didik.
Didalam modul ini terdapat beberapa pokok bahasan di dalam setiap kegiatan
belajar, sebaiknya siswa mempelajari pokok-pokok materi pertama langsung mengerjakan
tugas setelah itu lanjutkan pada pokok materi berikut. Jika sudah selesai mengerjakan tugas
bandingkan hasil kerja antara siswa dengan kunci jawaban. Agar siswa dapat mengukur
sendiri tingkat pencapaian belajar yang diharapkan, lebih baik siswa mengulang kegiatan
belajarnya. Jika sudah memenuhi tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat melanjutkan
kegiatan selanjutnya. Cepat atau lambat penyelesaian kegiatan-kegiatan belajar tersebut
sangat tergantung pada kesungguhan dan kerajinan anda mempelajarinya.
PETUNJUK BELAJAR
40
B. Cara Belajar
Cara belajar siswa akan menentukan penguasaan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Ikutilah petunjuk belajar ini agar siswa dapat memahami isi modul ini dengan baik. Agar dapat
memahami isi modul dengan baik, ikutilah petunjuk berikut:
1. Pahami deskripsi modul sehingga siswa dapat mengetahui secara garis besar isi modul
2. Pahami indikator pembelajaran dan pokok-pokok uraian materi dengan seksama
3. Pahami setiap gambar / ilustrasi yang mempermudah mempelajari materi
4. Bacalah rangkuman modul untuk mengingatkan kembali isi pokok modul
5. Kerjakanlah soal-soal evaluasi dengan baik
Sebelum belajar
1. Yakinkan diri siswa bahwa siswa untuk belajar
2. Tenangkan pikiran siswa dan pusatkan pikiran siswa pada modul yang akan siswa pelajari.
3. Usahakan tempat belajar cukup tenang dan nyaman karena akan mempengaruhi siswa
dalam belajar tetapi jika siswa lebih merasa bersemangat belajar dengan diiringi musik
maka lakukanlah.
4. Percaya pada diri siswa sendiri bahwa apa yang akan siswa pelajari itu bermanfaat bagi
peningkatan pengetahuan dan keberhasilan siswa sebagai siswa SMA kelas X
5. Siapkan alat-alat tulis
6. Berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan
Saat belajar
1. Bacalah sekilas daftar isi dari modul
2. Pahami deskripsi dari isi setiap modul agar siswa dapat mengetahui apa yang harus di
pelajari dari keseluruhan isi modul
3. Baca dan pahami tujuan belajar dan pokok-pokok materi setiap kegiatan belajar
4. Baca dan pahami urai materi secara seksama. Tandailah kalimat dan kata-kata yang
dianggap penting dengan pencil. Dan catat pula materi belajar yang belum siswa pahami.
41
5. Tanyakanlah kepada guru pembimbing atau teman-teman mengenai materi yang belum
siswa pahami.
6. Jangan lewatkan siswa memahami setiap gambar, bagan, peta, atau ilustrasi yang ada
didalam buku karena akan lebih memudahkan siswa pada materi yang diuraikan.
7. Bacalah kata-kata penting pada setiap akhir kegiatan belajar.
8. Setelah sebuah materi siswa pahami jawablah latihan dan cocokkan jawabannya pada
bagian akhir modul ini.
9. Jika nilai siswa belum memuaskan jangan putus asa cobalah lebih giat lagi untuk belajar.
Sesudah belajar
1. Sebagai bahan pengayaan materi yang sedang siswa pelajari jika ada tugas-tugas yang pada
akhir belajar. Kerjakanlah dan sampaikan hasilnya pada guru pembimbing atau diskusikan
pada teman-teman.
2. Hapalkan pengertian atau kata-kata yang penting
3. Semakin sering siswa belajar dan menghapal akan menghantarkan siswa sukses belajar.
C. Pengukuran Kemampuan Belajar
1. Jawablah pertanyaan pada latihan setiap akhir kegiatan belajar
2. Cocokkanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban pada akhir modul ini.
3. Hitunglah jawaban siswa yang benar kemudian gunakan rumus dibawah ini.
Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, hitunglah jawaban yang benar untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi dengan rumus :
Tingkat Penguasaan :
Tingkat penguasaan yang dicapai :
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = Cukup
< 69% = Kurang
Jumlah jawaban benar Jumlah soal seluruhnya X 100 %
42
Jika siswa mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka siswa dapat
melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya tetapi jika nilai siswa bawah 80%
sebaiknya mengulangi kegiatan belajar tersebut terutama pada bagian yang belum
dikuasi siswa.
4. Setelah siswa mempelajari seluruh kegiatan belajar pada modul ini cobalah siswa
sekali lagi mengerjakan latihan pada setiap kegiatan belajar dan hitunglah
jawabannya dengan menggunakan rumus diatas
5. Jika secara keseluruhan siswa telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih
maka anda sudah siap menempuh ujian.
Mata Pelajaraan : Geografi
Kelas : X
Semester : GENAP
Standar Kompertensi : 3. Menganalisis unsur-unsur Geosfer
Kompetensi Dasar : 3.1. Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan
litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di
muka bumi
Materi pokok : Pedosfer
Konsep dasar tanah
Proses pembentukan tanah
Jenis dan ciri tanah di Indonesia
Jenis dan persebaran tanah pada Indonesia
Erosi tanah
MODUL
43
I. Petunjuk Belajar
Siswa mengerjakan modul bersama kelompok yang telah dibagi oleh guru, dan menjawab
lembar kerja selama 2 X 45 menit (2 jam pelajaran)
II. Pendahuluan
Pedosfer adalah lapisan kulit yang tipis, terletak di bagian paling atas di permukaan
bumi. Pedosfer kita kenal sehari-hari sebagai tanah (soil). Tanah terbentuk dari hasil
pelapukan, erosi, atau pengendapan batuam dari bahan organik maupun anorganik. Proses
pembentukan itu berlangsung bersama-sama antara bahan induk (batuan), tumbuhan, dan
hewan dengan bantuan topografi, cuaca, dan iklim. Materi yang akan dikembangkan
dalam hal ini adalah ciri dan proses pembentukan tanah di Indonesia, penyebab terjadinya
erosi tanah dan kerusakan tanah yang lain serta dampaknya terhadap kehidupan, serta
usaha mengurangi erosi tanah. Manfaat mengenal tanah kita akan mampu memprediksi
perubahan yang terjadi pada tanah tempat tinggal kita dan melakukan hal-hal yang dapat
mengurangi erosi tanah.
E. Dinamika perubahan pedosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.
1. Proses pembentukan tanah di indonesia
Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organik, air, udara dan
merupakan media tumbuhnya tanaman.
Pada dasarnya, tanah berasal dari batuan atau zat organik lainnya yang mengalami
pelapukan. Berubahnya batuan atau zat organik menjadi butir-butir tanah
dikarenakan beberapa faktor,
PEDOSFER
MATERI PELAJARAN
44
a. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari
Gambar 44. Akibat pemanasan matahari
b. Batuan yang sudah retak pelapukan dipercepat oleh air
Gambar 45. Akibat pelapukan batuan
c. Akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan memecahkan batu-batuan
hinggga hancur
d. Binatang-binatang seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya selalu membuat
lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan
e. Proses pemadatan atau tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat
terjadinya tanah.
45
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
a. Iklim. Faktor iklim yang berupa curah hujan dan temperatur merupakan faktor
yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Tingkat cuarah hujan
dan suhu yang tinggi di daerah tropis menyebabkan reaksi kimia berjalan
dengan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan dengan cepat.
b. Organisme. Peranan organisme dalam proses pembentukan tanah sangat besar.
Akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah
yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah.
c. Bahan induk. Jenis batuan yang merupakan bahan induk pembentuk tanah
meliputi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf
d. Topografi. Faktor topografi berpengaruh terhadap prosese pembentukan tanah
dengan cara sebagai berikut:
Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap
Mempengaruhi dalamnya air tanah
Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.
Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain:
Tebal solum
Kandungan bahan organik dalam horizon A
Kandungan air tanah
Warna tanah
Tingkat perkembangan horizon
Reaksi PH tanah
Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.
e. Waktu. Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah. Akibat
pelapukan dan pencucian tanah yang terus menerus maka tanah makin tua.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk tanah
berubah menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
46
3. Komponen-komponen pembentukan tanah
Komponen tersebut meliputi bahan mineral, bahan organik, air dan udara.
4. Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna
tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam
tanah yaitu:
Gambar 46. Contoh warna tanah
a. Persenyawaan besi dalam tanah
b. Kandungan bahan organik
c. Persenyawaan unsur ruangan.
5. Profil tanah dan PH tanah
a. Profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan
horizon.
b. PH tanah yaitu derajat keasaman tanah
47
Gambar 47. Salah satu bentuk profil tanah
Untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, perhatikan
uraian berikut ini.
a. Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap
b. Pada PH tanah masam, unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena di ikat
oleh aluminum
c. Pada PH tanah basa(alkali), unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena
diikat oleh Ca
Cara mengubah PH tanah adalah sebagai berikut
a. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan PH-nya dengan menambah kapur
b. Tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkann PH-nya dengan menambah
belerang.
6. Tekstur dan kesuburan tanah
Tekstrur tanah menunjukkan proporsi relatif dari ukuran partikel-partikel tanah
dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara praksi-fraksi pasir,debu,
dan lempung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur tanah, yaitu komposisi
mineral dan batuan (bahan induk), sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah
lokal, serta umur relatif tanah.
48
Gambar 48. Tekstur tanah
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
a. Curah hujan
b. Sifat tanah
Sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah...
1) Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir yang
sangat halus.
2) Bentuk dan kemanfaatan struktur tanah. Tanah-tanah yang mempunyai
struktur tanah yang mantap sangat mudah hancur oleh pukulan hujan,
menjadi butir-butir halus sehingga menutupi pori-pori tanah.
3) Daya infiltrasi tanah dipengaruhi oleh porositas dan kenampakan struktur
tanah.
4) Kandungan bahan organik. Tanah dengan kandungan bahan organik
kurang dari 2% umumnya peka terhadap erosi.
c. Lereng. Erosi akan meningkatkan apabila lereng makin curam sehingga
kecepatan aliran permukaan meningkat.
d. Vegetasi. Pengaruh vegetasi terhadap erosi tanah adalah
1) Mengalangi air hujan tidak jatuh langsung di permukaan tanah.
49
2) Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi air.
e. Manusia. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan
pengaruh baik bagi manusia karena dapat mengurangi erosi.
8. Dampak erosi terhadap kehidupan
a. Kerusakan di tempat terjadinya erosi.
Gambar 49. Akibat kerusakan di tempat erosi
b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
50
Gambar 50. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
9. Usaha-usaha untuk mengurangi erosi tanah
a. Untuk menjaga kesuburan tanah
1) Pemupukan diusahakan dengan pupuk hijau
2) Sistem irigasi yang baik, misalnya membuat bendungan-bendungan
3) Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan cadangan
4) Menanami lereng-lereng yang gundul
5) Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar
b. Usaha mengatasi erosi tanah pada lahan pertanian di daerah miring
1) Terasering
Gambar 51. Salah satu contoh terasering
51
2) Contour farming
Gambar 52. Salah satu bentuk contour farming
3) Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan erosi
Gambar 53. Salah satu bentuk pembuatan tanggul
4) Contour plowing, yaitu membajak searah garis contour sehingga terjadilah
alur horizontal
Gambar 54. Salah satu bentuk contour plowing
5) Contour strip croping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi
bidang-bidang tanah dalam bentuk sempit dan memanjang dengan
52
mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok, masing-
masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenis secara berselang seling
(tumpang sari)
Gambar 55. Salah satu bentuk contour strip croping
6) Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak
kehabisan salah satu unsur hara akibat di hisap terus oleh salah satu jenis
tanaman.
Gambar 56. Salah satu bentuk crop rotation
10. Persebaran beberapa jenis tanah di Indonesia
a. Tanah Aluvial yaitu tanah endapan di dasar sungai, subur.
Terdapat di pantai timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, sepanjang sungai
Barito, Mahakam, Musi, Bengawan Solo.
53
Gambar 57. Salah satu bentuk tanah aluvial
b. Tanah Andosol yaitu tanah halus dari gunung berapi, subur.
Terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok.
Gambar 58. Salah satu bentuk tanah andosol
c. Tanah Kapur yaitu tanah hasil endapan kapur, tidak subur.
Terdapat di pantai selatan Jawa, Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan.
Gambar 59. Salah satu bentuk tanah kapur
54
d. Tanah Regosol yaitu tanah kasar dari gunung berapi, kurang subur.
Terdapat di Bengkulu, NTB, pantai barat Sumatera.
Gambar 60. Salah satu bentuk tanah regosol
e. Tanah Latosol yaitu tanah merah kaya zat besi dan aluminium.
Terdapat di Bali, Lampung, Kalimantan Tengah.
Gambar 61. Salah satu bentuk tanah latosol
f. Tanah Litosol yaitu tanah kasar hasil pelapukan tidak sempurna.
Gambar 62. Salah satu bentuk tanah litosol
g. Tanah Argosol/Gambut yaitu tanah sisa tumbuhan yang mengalami
pembusukan. Terdapat di Kalimantan, Papua, Sumatera.
55
Gambar 63. Salah satu bentuk tanah argosol/gambut
h. Tanah Grumosol yaitu tanah halus berlempung berwarna merah.
Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Selatan dan
Tenggara.
Gambar 64. Salah satu bentuk tanah grumosol
56
F. Mengidentifikasi degredasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan.
1. Yang dimaksud dengan lahan adalah permukaan dengan kekayaan berupa tanah,
batuan, mineral benda cair, dan gas yang terkandung didalamnya.
a. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis di berbagai belahan bumi
Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media
pengatur tata air dan undur pertanian yang baik.
Penyebab meluasnya lahan kritis atau degradasi lahan dipermukaan bumi
yaitu akibat proses alam dan perilaku manusia dalam memanfaatkan
lingkungan
a. Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat proses alam yaitu erosi,
tanah longsor, dan pencucian tanah.
b. Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat perilaku manusia misalnya
perusakan hutan, pertanian berpindah, dll.
b. Upaya pencegahan dan penanggulangan lahan kritis
1. Reboisasi, adalah penghutanan kembali tanah-tanah hutan yang
gundul dengan ditanami-tanaman keras
Gambar 65. Salah satu bentuk reboisasi
2. Penghijauan, adalah penanaman kembali tanah gundul
3. sistem penanaman searah garis kontur adalah penanaman tanaman
yang searah atau sejajar dengan garis kontur
4. sistem terasering atau sengkedan. Cara terasering ini digunakan
untuk mengurangi laju air yang mengalir di permukaan bumi.
57
Gambar 66. Salah satu bentuk sistem terasering
5. lahan dengan kemiringan > 45° harus dijadikan areal hutan lindung
6. pengiliran tanaman adalah suatu sistem bercocok tanam pada
sebidang tanah yang terdiri dari beberapa macam tanaman yang
ditanam secara berturut-turut pada waktu tertentu.
7. pemulsaan (mulching) adalah menutupi permukaan tanah dengan
sisa-sisa tanaman, yang biasanya digunakan untuk pemulsaan yaitu
jerami.
Klasifikasi kemampuan lahan
a. Kelas I
1. Topografi hampir datar
2. Ancaman erosi kecil
3. Mempunyai kedalaman efektif (solum) yang dalam
4. Drainase baik
5. Tidak terancam banjir
b. Kelas II
1. Lereng landai
2. Ancaman erosi lebih besar
3. Struktur tanah kurang baik
4. Terancam banjir
c. Kelas III
58
1. Lereng miring dan bergelombang
2. Peka terhadap erosi
3. Drainase kurang baik
4. Kapasitas menahan air rendah
d. Kelas IV
1. Lereng miring atau berbukit
2. Peka terhadap erosi
e. Kelas V
1. Topografi relatif rendah
2. Tergenang air
3. Biasanya tanah berbatu
4. Tidak sesuai untuk lahan pertanian
f. Kelas VI
1. Lereng agak curam
2. Ancaman erosi berat
3. Tanah berbatu-batu
g. Kelas VII
1. Terletak pada lereng curam
2. Erosi sangat kuat
3. Solum dangkal
4. Untuk padang rumput atau hutan produksi terbatas
h. Kelas VIII
1. Lereng sangat curam
2. Berbatu-batu
3. Kapasitas menahan air rendah
4. Harus dihutankan
Persebaran lahan kritis di permukaan bumi
a. Didaerah pantai
1. Hutan bakau yang rusak
59
2. Pantai rawa
3. Dataran rendah yang tererosi
Gambar 67. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah pantai
b. Di daerah dataran rendah
1. Rawa
2. Lahan Tidur
3. Dataran rendah yang tererosi
Gambar 68. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah dataran rendah
c. Di daerah pegunungan
1. Pegunungan kapur
60
Gambar 69. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah pegunungan
2. Lahan pegunungan yang gundul
Gambar 70. Salah satu persebaran lahan pengunungan yang gundul
Dampak degredasi lahan terhadap kehidupan
a. Akibat proses erosi, lahan menjadi tidak subur dan lapisan top soil hilang
b. Produktifitas pertanian menurun sehingga pendapatan petani kurang
c. Terjadi banjir
d. Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah
e. Terganggunya ekosistem mahluk hidup
III. Alat dan Sumber
Alat : Alat-alat tulis
Sumber : Buku Geografi yang relevan
IV. Tugas Siswa
A. Berikanlah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e, pada jawaban yang paling
benar
61
1. Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang terdiri dari bahan organik
disebut...
a. region d. horizon
b. tanah e. solum
c. lahan
2. Berikut ini yang bukan merupakan faktor-faktor topografi yang berpengaruh terhadap
cara pembentukan tanah adalah...
a. ketebalan tanah
b. mempengaruhi dalamnya air tanah
c. memengaruhi tinggi rendahnya erosi
d. memengaruhi jumlah air hujan yang meresap
e. mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya
3. Jenis batuan induk yang merupakan bahan pembentuk tanah tidak meliputi...
a. batuan beku d. batuan metamorf
b. solum tanah e. batuan konglomerat
c. batuan sedimen
4. Berikut ini yang bukan merupakan faktor pembentukan tanah adalah...
a. topografi d. organisme bahan induk tanah
b. waktu e. iklim
c. PH tanah
5. Salah satu hal yang menyebabkan lahan atau tanah di permukaan bumi mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda ialah...
a. jenis tanah d. permiabelitas tanah
b. profil tanah e. solum tanah
c. partikel zarah tanah
6. Lapisan tanah atas yang merupakan bagian optimal bagi kehidupan tumbuh-
tumbuhan disebut...
a. sub soil d. bedrock
b. top soil e. rotation
62
c. regolith
7. Tanah aluvial adalah..
a. tanah yang berasal dari bahan induk organik
b. endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai
c. batu kapur yang terdapat didaerah pegunungan
d. tanah yang berasal dari batuan vulkanis
e. pelapukan batu-batuan yang mengandung kuarsa
8. Berubahnya batu-batuan menjadi butir-butir tanah tidak disebabkan oleh faktor...
a. organisme dalam tanah d. air hujan
b. pemanasan matahari e. erosi
c. akar tumbuh-tumbuhan
9. Tekstur tanah merupakan perbandingan...
a. berbagai jenis tanah
b. tanah atas dengan tanah bawah
c. permiabelitas tanah
d. relatif ukuran partikel-partikel tanah
e. solum (ketebalan) tanah
10. Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik.
Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin...
a. terang d. cokelat
b. cerah e. merah
c. gelap
11. Yang dimaksud PH tanah adalah...
a. bahan induk tanah
b. bahan mineral campur dengan humus
c. kandungan bahan organik
d. persenyawaan besi dalam tanah
e. derajat keasaman tanah
12. Warna dalam tanah tidak dipengaruhi oleh..
63
a. persenyawaan besi dalam tanah
b. kandungan bahan organik
c. persenyawaan kuarsa
d. bahan induk tanah
e. persenyawaan unsur mangan
13. Usaha untuk menjaga pelestarian tanah ialah...
a. diversifikasi tanaman
b. membuka lahan baru
c. menanami lereng-lereng yang gundul
d. pergantian teknik pengolahan lahan
e. penanaman lahan secara optimal
14. Komposisi tanah pada umumnya terdiri dari...
a. 90% bahan mineral, 60% bahan organik, 0,5% udara dan air
b. 90% bahan mineral, 65% bahan organik, 0,5% udara dan air
c. 90% bahan mineral, 1-5% bahan organik, 0,9% udara dan air
d. 90% bahan mineral, 1-15% bahan organik, 0,10% udara dan air
e. 90% bahan mineral, 1-15% bahan organik, 0,15% udara dan air
15. Tanah dengan kemiringan 45°-65° merupakan daerah dengan topografi yang...
a. berbukit d. sangat curam
b. curam e. bergelombang
c. datar
B. Lengkapilah pernyataan berikut dengan pilihan jawaban di bawah ini!
1. Bahan mineral dalam tanah bersalah dari...
2. Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah....
3. Pada lapisan tanah bagian bawah, kandungan bahan organik rendah sehingga warna
tanah dipengaruhi oleh banyaknya...
4. Cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah, baik ke
arah horizon maupun ke arah vertikal disebut...
64
5. Bila tanah banyak mengandung bahan-bahan organik yang telah terurai, maka warna
tanah berupa...
6. Salah satu cara untuk mengatasi erosi tanah pada daerah miring ialah dengan
menanami lahan menurut garis kontur sehingga perakaran dapat tanah disebut...
7. Pegunungan di Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, Maluku dan jawa barat memiliki
jenis tanah...
8. Tanah laterit ialah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminum. Karena
tua, maka tanah ini tidak subur. Tanah laterit berwarna...
9. Tanah-tanah yang secara kualitatif sangat memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan
dalam pemenuhan kabutuhan manusia disebut...
10. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan PH-nya dengan menambah...
C. Isilah dengan benar titik-titik di bawah ini
1. Tempat tumbuhnya berbagai tanaman atau akumulasi tumbuh-tumbuhan alam yang
bebas dan menduduki sebagian besar permukaan bumi disebut...
2. Ketebalan tanah yang menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai
batuan induk disebut...
3. Bila tanah banyak mengandung bahan-nahan organis asam yang lapuk maka warna
tanahnya adalah...
4. Menanam tanaman di daerah yang miring dengan sistem berteras-teras untuk
mencegah erosi disebut...
5. Usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara
akibat terus diisap oleh salah satu jenis tanaman disebut...
D. Jawablah dengan benar pertanyaaan-pernyataan di bawah ini!
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah dan komponen
pembentukan tanah!
2. Jelaskan perbedaan tanah dengan lahan!
3. Sebutkan empat hal yang dapat mempengaruhi warna tanah!
65
4. Sebutkan dua cara mengubah PH tanah!
5. Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah. Sebutkan tekstur tanah lempung!
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani, 2008. Geografi SMA Kelas X. Grafindo Media Pratama. Bandung.
Bagja Waluya, 2007. Geografi SMA/MA 1. Armico. Bandung
Gatot Harmanto, 2008. Geografi SMA Kelas X. Penerbit Yrama Widya. Bandung.
Hendra Wisesa, 2010. Serba-serbi Bumi. Penerbit Garailmu. Jogjakarta
Khosim, A dan Lubis, M. 2007. Geografi untuk SMA kelas X. Grasindo. Jakarta
Mulyadi, A. Geografi untuk SMA dan MA kelas X. Esis. Jakarta.
Samadi, 2007. Geografi SMA/MA 1. Yudistira. Bogor
Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA kelas X. Erlangga. Jakarta.
Winarno, 2008. Seribu Pena Geografi SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta
Zamroni, 2010. Buku kantong Geografi SMA IPS. Pustaka Widyatama. Yogyakarta