pedsos

download pedsos

of 17

description

public health

Transcript of pedsos

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna sehingga paling tepat diberikan air susu ibu (ASI). ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif. Dengan adanya zat kekebalan ini, bayi ASI eksklusif akan terhindar dari berbagai macam infeksi atau penyakit (Widodo,2010).

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim serta dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan ( Roesli,2009).

Berdasarkan deklarasi Innocenti, Italia tahun 1990 oleh WHO/UNICEF yang juga ditandatangani oleh Indonesia memuat tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka, semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Pada tahun 1999, rekomendasi terbaru dari UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif menjadi selama 6 bulan (Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita sekaligus mempercepat penurunan angka kematian bayi sehingga Indonesia dapat mencapai target Millenium Development Goals 4 (MDGs 4) yaitu, menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Selain itu, ASI eksklusif juga dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% kematian balita di Indonesia. (UNICEF,2012)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menyusui

2.1.1 Pengertian Menyusui

Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, bahkan ibu yang buta pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini, melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui, dan dukungan dari lingkungan terutama suami. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan dengan cara yang paling sehat. Dengan menyusui tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (Hidajati,2012)

Menyusui secara eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja (exclusive breastfeeding) selama 4-6 bulan, atau paling tidak 4 bulan. Sejak lahir sampai bayi berusia 4 bulan bahkan 6 bulan, hanya ASI yang seharusnya diberikan. Bayi sebelum usia sampai dengan 6 bulan tidak dibenarkan memperoleh jenis makanan lain seperti buah, bubur susu, nasi lumat, gula merah, air gula, madu dan sebagainya. Sedangkan Ibu menyusui adalah seseorang wanita yang terkait penikahan dan telah melahirkan serta menyusui dengan proses alamiah (Roesli, 2009).2.1.2 Persiapan Menyusui

Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi (Suraatmaja, 1997). 2.1.3 Langkah-langkah Menyusui yang Benar

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. 2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara, ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan lengan bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja. 4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau, menyentuh sisi mulut bayi. 5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Roesli, 2009).

Gambar 2.1 Posisi mulut bayi saat menyusui (Roesli, 2009)

2.1.4 Posisi Menyusui

Posisi menyusui menurut Roesli (2009) ditinjau dari posisi badan ibu dan bayi :

1. Posisi cradle/madona

2. Posisi football/bawah lengan

3. Posisi double football/bawah lengan kanan dan kiri

4. Posisi cross cradle/transisi

5. Posisi Tidur miring

6. Posisi crisscross

Gambar 2.2 Posisi Badan Ibu dan Bayi (Roesli,2009)

2.1.5 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI (Pendamping Air Susu Ibu).2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya. 3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui. 4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (30-60 menit setelah lahir). 5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara). 6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman tambahan Iain sejak lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi. 8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng.10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan (Carlo,2011)2.1.6 Manfaat Menyusui

1. Manfaat Menyusui bagi bayi

a. Bayi ASI lebih cerdas karena menyusui memberikan banyak stimulasi secara bersamaan pada bayi.b. Menyusui meningkatkan kedekatan ibu dan bayi.c. Setiap kali menyusui, bagian payudara yang masuk ke mulut bayi cukup besar sehingga pertumbuhan rahang cenderung bulat dan melebar untuk menyediakan tempat yang cukup bagi pertumbuhan gigi tetap dan mencegah pertumbuhan gigi yang tidak teratur.d. Bagi Bayi asi berperan sebagai nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan (Handy,2010 ; Roesli,2010)2. Manfaat Menyusui bagi Ibua. Menyusui dapat membantu wanita mengurangi berat badan tambahan yang diperoleh sewaktu hamil.

b. Membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat.

c. Melindungi wanita dari kanker payudara kelak.

d. Menyusui juga dapat mengurangi risiko patah tulang pinggul dan kanker ovarium kelak.

e. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi pendarahan pasca persalinan, mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).

f. Memperpanjang kehamilan berikutnya.

g. Menghemat waktu (Handy,2010 ; Roesli,2010).

3. Manfaat Menyusui bagi Keluarga

a. Peningkatan status kesehatan, gizi ibu dan bayinya.

b. Penghematan biaya (Handy,2010).

4. Manfaat Menyusui bagi Masyarakat

a. Berkontribusi untuk mengembangkan ekonomi.

b. Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu, dan lain-lain)

c. Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan.

d. Berkontribusi dalam penghematan devisa negara (Handy,2010).

2.2 ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim dari mulai lahir sampai berusia 4-6 bulan (Roesli, 2009).

Berdasarkan deklarasi Innocenti, Italia tahun 1990 oleh WHO/UNICEF yang juga ditandatangani Indonesia memuat tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka, semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Pada tahun 1999 setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan rekomendasi bersma World Health Assembly (WHA) menetapkan ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan sebab pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Setelah 6 bulan, bayi dapat diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. Pada keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan, misalnya terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan dengan baik (Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita sekaligus mempercepat penurunan angka kematian bayi sehingga Indonesia dapat mencapai target Millenium Development Goals 4 (MDGs 4) yaitu, menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Selain itu, ASI eksklusif juga dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% kematian balita di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama di Indonesia menurun 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 2007 (UNICEF,2012).

2.2.2 Epidemiologi

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007, data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia 2-3 bulan dan pada bayi usia 7-9 bulan sebanyak 19%. Tahun 2007, angka cakupan ASI eksklusif pada usia 6 bulan di Indonesia hanya 32,3% yang jauh dari rata rata dunia yaitu 38% (Roesli,2010).

2.2.3 Tujuan Pemberian ASI

1. ASI nilai gizinya, baik dalam jumlah maupun macamnya, sesuai dengan kebutuhan bayi. 2. Tidak memberatkan kerja pencemaan dan ginjal bayi. 3. Terhindar dari pencemaran kuman.4. Memberikan kehangatan hubungan bayi dengan ibunya (Widodo, 2010). 2.2.4 ASI Memenuhi Kebutuhan Cairan Bayi

Rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak dibatasi (sesuai permintaan bayi, siang dan malam), karena dua sebab (Lingkages,2002) :

1. ASI terdiri dari 88% air

Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum cairan kental kekuningan), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat.

2. ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah

Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa.

2.2.5 Stadium ASI

1. ASI Stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat arang kolesterol lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum (Roesli,2009).

2. ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan.ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu (Roesli,2009).

3. ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI (Roesli,2009).

2.2.6 Kandungan Gizi ASI

Pemberian ASI secara penuh dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satu pun susu buatan manusia (formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI (Krisnatuti, 2003) adalah:

1. Lemak

Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) suatu asam lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk myelinisasi. Myelinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut syaraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak berikutnya adalah kolesterol. Kolesterol juga meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolesterol ASI tergolong tinggi. ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5%. Namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Selain itu ASI mengandung asam lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Alat pencernaan bayi akan lebih cepat menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh usus bayi dibandingkan lemak susu sapi.

2. Protein

Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan mutu cernanya. Berdasarkan hasil penelitian, protein susu, telur, daging, dan ikan memiliki nilai gizi yang paling tinggi. Protein susu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kasein (casein) dan whey (laktalbumin, laktogobulin, dll). Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1,8 gram per Kg berat badan. Susu sapi mengandung 3,3% protein sehingga dengan pemberian susu sapi sebanyak 150-175 ml per Kg berat badan, paling sedikit bayi akan memperoleh 5 gram protein per Kg berat badan. Jumlah ini jauh melampaui kebutuhan standar sehingga akan merugikan bayi. Sekitar 80% susu sapi terdiri atas kasein, dimana sifat kasein sangat mudah menggumpal di dalam lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase.

3. Karbohidrat

Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Laktosa merupakan salah satu sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi. ASI mengandung laktosa sekitar 7%, sedangkan kandungan laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 4,4%. Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan Lactobacillus dalam usus yang dapat mencegah terjadinya infeksi.

4. Mineral

Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibanding kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmolar, yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya bayi sering kencing. Selain itu, kadar mineral yang tinggi akan memberi beban berlebihan pada ginjal bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga keeimbangan air dalam tubuh akan terganggu.

5. Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi yang esensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit tertentu. Sebaliknya pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka panjang akan mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Apabila asupan makanan ibu cukup seimbang, kebutuhan vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama.

6. Nutrien

Nutrien dalam ASI merupakan nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien nutrien khusus diperlukan dalam otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien nutrien tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat dalam susu sapi, antara lain (Roesli,2009)

a. Taurin

yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI

b. Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dalam ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi.

c. Asam Lemak Ikatan Panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-6)

Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hranya terdapat sedikit dalam susu sapi.

Gambar 2. 3 Komposisi Kolostrum, ASI, dan Susu Sapi dalam 100 ml (Siregar, 2004)2.2.7 Volume ASI

Beberapa bulan terakhir dari masa kehamilan, kelenjar susu mulai memproduksi air susu. Air susu yang keluar pertama kali disebut kolostrum. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan, sangat baik dikosumsi oleh bayi karena mengandung zat-zat yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. Apabila seorang bayi mengisap puting susu ibunya, segera setelah melahirkan, maka suplai air susu akan meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100 ml air susu akan tersedia pada hari kedua setelah bayi dilahirkan. Selanjutnya akan terus meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua setelah melahirkan. Produksi ASI yang paling optimal akan tercapai pada hari ke 10-14 setelah bayi dilahirkan. Jumlah ASI yang dikonsumsi oleh setiap bayi bervariasi. Artinya kebutuhan ASI antara individu bayi yang satu dengan yang lain berbeda. Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500-700 ml per hari, 6 bulan kedua sekitar 400-600 ml per hari dan 300-500 ml per hari setelah bayi berusia satu tahun (Krisnatuti, 2003).

2.2.8 Kebaikan ASI Sebagai Makanan Bayi

Kebaikan-kebaikan dari ASI sebagai makanan bayi adalah (Haryati,2009):

1) ASI cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan bayi selama ASI keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup).

2) ASI mengandung antibodi yang berasal dari ibunya sehingga bayi dapat mempertahankan tubuhnya dari gangguan beberapa jenis penyakit.

3) ASI sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, maka kemungkinan masuknya bakteri sedikit sekali.

4) Temperatur ASI sesuai dengan temperature tubuh bayi.

5) Karena bayi sendiri yang mengatur jumlah susu yang akan diminum, maka bayi tidak mudah tersedak.

6) Dengan menyusu, maka rahang bayi terlatih menjadi kuat.

7) Menyusui bayi berarti memperat rasa kasih antara ibu dan anak.

8) ASI tidak usah dimasak atau diolah terlebih dulu, sehingga sangat memudahkan bagi ibu.

2.2.9 Imunologi pada ASI

Pengaruh imunologis berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T (Aldy,2009).

Di dalam ASI terdapat 2 macam pertahanan, yaitu :1. Pertahanan nonspesifik ASI

a. Sel Makrofag

Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri pada infeksi usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi (Aldy,2009).

b. LaktoferinMerupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan bakterisid. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 16 mg/ml dan tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat pertumbuhan kandida (Aldy,2009).

c. Lisozim

Suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E.coli dan beberapa Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume (Aldy,2009).

d. Komplemen

Berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%70% kadar serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing-masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL (Aldy,2009).e. Granulocyte Colony Stimulating Factor (G-CSF)

Merupakan sitokin spesifik yang dapat menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan ketahanan neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar meningkat pada dua hari post partum (Aldy,2009).

f. Oligosakarida

Oligosakarida menghadang bakteri dengan cara bekerja sebagai reseptor dan mengalihkan bakteri patogen atau toksin mendekat ke faring dan usus bayi (Aldy,2009).

g. Musin

Melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans. Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus virus. Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari infeksi Rotavirus (Aldy,2009).h. LipaseMembentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme, sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica (Aldy,2009).

i. Interferon dan FibronektinMempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari leukosit susu (Aldy,2009).

j. Protein Pengikat Vitamin B12 dan Asam Folat Menjadi antibakteri dengan menghalangi bakteri seperti E.coli dan bacteroides untuk mengikat vitamin bebas sebagai faktor pertumbuhan (Aldy,2009).

k. Probiotik Bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi, terutama Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan komponen ASI yang menstimulasi pertumbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi asam dalam cairan usus akan menghambat pertumbuhan E. Coli (Aldy,2009).l. Faktor Protektif Lainnya

Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-, karotin- juga merupakan faktor anti inflamasi. Air susu ibu mengandung faktor pertumbuhan epitel yang merangsang maturasi hambatan (barrier) gastrointestinal sehingga dapat menghambat penetrasi mikroorganisme maupun makromolekul. Fraksi asam ASI mempunyai aktifitas antiviral. Monogliserida dan asam lemak tak jenuh yang ada pada fraksi ini dapat merusak sampul virus. Dalam ASI terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus yang dinamakan faktor antistafilokokus dan komponen yang menyerupai gangliosid yang dapat menghambat E.coli dan mengikat toksin kolera dan endotoksin yang menyebabkan diare (Matondang, 2010).

2. Pertahanan Spesifik ASI

a. Limfosit T

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat pada ASI dan mempunyai fenotip CD4 dan CD8 dalam jumlah yang sama. Sel limfosit T ASI responsif terhadap antigen K1 yang ada pada kapsul E.coli. Sel limfosit T ASI, merupakan subpopulasi T unik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sistem imun lokal juga dapat mentransfer imunitas selular tuberkulin dari ibu ke bayi yang disusuinya.

b. Limfosit B

Sel limfosit B akan memproduksi IgA1. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu sIgA adalah faktor protektif penting terhadap infeksi. Fungsi utama sIgA adalah mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding mukosa usus halus dan menghambat proliferasi kuman di dalam usus (Matondang,2010).

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, Omar S, dkk. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri.

Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Diambil tanggal 13 desember 2014. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32726/1/fkm-arifin4.pdfCarlo,Waldemar.2011. The Fetus and The Neonatal Infant. Dalam : Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia:Elsevier SaundersHandy,Fransisca.2010. Panduan Menyusui & Makanan Sehat Bayi. Jakarta:Pustaka Bunda

Haryati, Aslis W. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta:EGC

Hidajati, Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta:Flashbooks.

Lingkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja: Satu Satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Available from : http://www.gizi.depkes.go.id/asi/download/linkages-asi1.pdf (accessed 13 desember 2014)

Krisnatuti, D., & Yenrina, R. ( 2003 ). Menyiapkan makanan pendamping ASI. Jakarta : Puspa Swara.

Matondang, Corry S, dkk. 2010. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. Dalam : Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Jakarta:IDAI

Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

2009. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda

2010. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka

Bunda

Suraatmaja,S; 1997. Aspek Gizi Air Susu Ibu. Dalam: ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:EGC.UNICEF.2012. Mari jadikan ASI eksklusif prioritas nasional, kata UNICEF. Available form : http://www.unicef.org/indonesia/id/media_19265.html (accessed 13 Desember 2014).Widodo, Rahayu. 2010. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat Pada Anak. Jakarta:EGC