Preskes Pedsos 07

23
PRESENTASI KASUS SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 11 BULAN DENGAN GLOBAL DELAYED DEVELOPMENT Oleh : Nur Izah Ameta G99141143/A02-2015 Dhyani Rahma Sari G99141144/A03- 2015 Ayu Wening Tyas P G99141037/B06- 2015 Pembimbing :

description

njnjnjnjnjnj

Transcript of Preskes Pedsos 07

Page 1: Preskes Pedsos 07

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 11 BULAN DENGAN GLOBAL

DELAYED DEVELOPMENT

Oleh :

Nur Izah Ameta G99141143/A02-2015

Dhyani Rahma Sari G99141144/A03-2015

Ayu Wening Tyas P G99141037/B06- 2015

Pembimbing :

Dra. Suci Murti Karini, M. Si

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

Page 2: Preskes Pedsos 07

BAB I

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. AR

Umur : 11 Bulan

Tanggal Lahir : 03 April 2014

Berat Badan : 7kg

Panjang Badan : 72,7 cm

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Sawahan Ngemplak Boyolali

Pemeriksaan : 03 Maret 2015

II. ANAMNESIS

Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap orang tua pasien.

A. Keluhan Utama

Perkembangan lebih lambat dibandingkan anak seusianya

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Orangtua pasien mengeluh bahwa pasien perkembangannya lebih

lambat dibandingkan dengan anak seusianya. Pasien belum dapat

mengangkat kepalanya sendiri, belum dapat tengkurap adan duduk, belum

dapat beriteraksi social dengan keluarganya. Pasien hanya bisa menatap

muka dan membalas senyum kepada pemeriksa.

Sehari-hari untuk makan dan mandi pasien dibantu oleh ibu pasien.

Pasien belum bisa minum dengan gelas sehingga masih menggunakan dot

atau dibantu oleh ibu pasien menggunakan sendok. Saat ini sudah dapat

mengucapkan 1-2 kata.

Saat dilakukan pemeriksaan rutin, didapatkan BAB (+) 1x dalam

sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, lendir dan

2

Page 3: Preskes Pedsos 07

darah (-), muntah (-), rasa haus (-), sadar, BAK terakhir tidak ada keluhan,

demam (-), sesak (-), kejang (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat alergi obat / makanan : disangkal

Riwayat kejang sebelumnya : disangkal

Riwayat perkembangan keterlambatan : (+), keterlambatan bahasa,

personal sosial, motorik

kasar, dan motorik halus

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat alergi obat / makanan : disangkal

Riwayat kejang pada keluarga : disangkal

E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Faringitis (-)

Bronkitis (-)

Morbili (-)

Pertusis (-)

Difteri (-)

Varicella (-)

Malaria (-)

Polio (-)

Thypus abdominalis (-)

Cacingan (-)

Gegar otak (-)

Fraktur (-)

Kolera (-)

TB paru (-)

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara Anggota

keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 1 orang kakak laki-laki, dan pasien

sendiri.

3

Page 4: Preskes Pedsos 07

G. Riwayat Makan Minum Anak

1. Usia 0-10 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi

menangis atau minta minum, sehari biasanya 8 kali per hari dan lama

menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.

2. Usia 10-11 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan

sayur hijau/bayam, telur, tahu, tempe, dengan diselingi dengan ASI

dan susu buatan jika bayi masih lapar. Frekuensi minum susu buatan 2

kali per hari dengan takaran ½ cangkir kecil.

H. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat.

Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada

trimester III 4 kali tiap bulan. Penyakit kehamilan (-). Riwayat minum

jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan

tablet penambah darah dari bidan.

I. Riwayat Kelahiran

Penderita lahir di RS.DR Moewardi, partus normal, pada usia

kehamilan 9 bulan, bayi langsung menangis segera setelah lahir. Berat

waktu lahir 3300 gram, panjang badan saat lahir 48 cm.

J. Riwayat Pemeriksaan Post Natal

Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di bidan.

4

Page 5: Preskes Pedsos 07

K. Riwayat Imunisasi

III.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : baik

Derajat Kesadaran : compos mentis

Status gizi : gizi kesan baik

2. Tanda vital

S : 36,7oC

N : 100 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.

RR : 28 x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler.

BB : 7 kg

TB : 72,2 cm

3. Kulit : warna kuning langsat, kelembaban baik, turgor baik.

4. Kepala : bentuk mesocephal, sutura sudah menutup, rambut hitam tidak

mudah rontok dan sukar dicabut.

5. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-)

6. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok, conjunctiva anemis

(-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-), bercak bitot’s (-), oedem palpebra (-/-)

7. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-), darah (-/-),

deformitas(-).

8. Mulut : sianosis (+), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),

mukosa basah (+), susunan gigi normal.

9. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 –T1, faring hiperemis (-),

pseudomembran (-), post nasal drip (-).

5

Jenis I II III IV

1. BCG

2. DPT

3. Polio

4. Campak

5. Hepatitis B

1 bulan

2 bulan

1 bulan

9 bulan

Lahir

-

3 bulan

2 bulan

-

2 bulan

-

4 bulan

3 bulan

-

3 bulan

-

-

4 bulan

-

4 bulan

Page 6: Preskes Pedsos 07

10. Telinga : bentuk aurikula dx et sn normal, kelainan MAE (-), serumen

(-/-), membrana timpani sde, prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus

pain (-), sekret (-).

11. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar.

12. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,

suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.

13. Thorax : bentuk normochest, retraksi (+) interkostal dan sub sternal, iga

gambang (-), gerakan simetris ka = ki

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Kiri atas : SIC II LPSS

Kiri bawah : SIC IV LMCS

Kanan atas : SIC II LPSD

Kanan bawah: SIC IV LPSD

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising

sistolik (+)

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar : SIC V kanan

Batas paru-lambung : SIC VI kiri

Redup relatif di : SIC V kanan

Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi : SD bronchovesikuler (+/+), RBK (+/+)

14. Abdomen : Inspeksi : dinding dada sejajar dinding perut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,

lien tidak teraba.

15. Urogenital : dalam batas normal

16. Gluteus : Baggy pants (-)

6

Page 7: Preskes Pedsos 07

- ---

- ---

- ---

17. Ekstremitas :

akral dingin sianosis oedem

CRT < 2 detik

18. Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)

IV. STATUS GIZI

BB/U : 7/9,2 x100 % = 76,0% (-3 SD< Z Score <-2SD)

TB/U : 72,2/74 x 100% = 97,56% (-2SD< Z Score < -2SD)

BB/TB : 7/9 x 100 = 77,8 % (-3 SD≤ Z Score)

Kesimpulan status gizi : gizi kesan kurang menurut antropometri

V. DENVER DEVELOPMENTAL SCREEENING TEST

Hasil tes perkembangan Denver yaitu, personal sosial setara dengan

anak usia 2 bulan, adaptif-motorik halus setara dengan anak usia 0 bulan, dan

bahasa setara dengan anak usia 2 bulan, serta motorik kasar setara dengan

anak usia 2 bulan. Ditemukan keterlambatan pada aspek personal sosial,

adaptif-motorik-halus, bahasa, dan motorik kasar. Anak tersangka global

delay development.

VI. RESUME

Orangtua pasien mengeluh bahwa pasien perkembangannya lebih

lambat dibandingkan dengan anak seusianya. Pasien belum dapat mengangkat

kepalanya sendiri, belum dapat tengkurap adan duduk, belum dapat

beriteraksi social dengan keluarganya. Pasien hanya bisa menatap muka dan

membalas senyum kepada pemeriksa.

Sehari-hari untuk makan dan mandi pasien dibantu oleh ibu pasien.

Pasien belum bisa minum dengan gelas sehingga masih menggunakan dot

atau dibantu oleh ibu pasien menggunakan sendok. Saat ini sudah dapat

mengucapkan 1-2 kata.

Hasil tes perkembangan Denver, personal sosial setara dengan anak usia

2 bulan, adaptif-motorik halus setara dengan anak usia 4 bulan, dan bahasa

7

Page 8: Preskes Pedsos 07

setara dengan anak usia 4 bulan, serta motorik kasar setara dengan anak usia

2 bulan. Ditemukan keterlambatan pada aspek personal sosial, adaptif-

motorik-halus, bahasa, dan motorik kasar. Anak tersangka global delay

development.

VII. ASSESMENT

1. Global Delayed Development

2. Keterlambatan perkembangan personal sosial setara usia 2 bulan

3. Keterlambatan perkembangan adatif – motorik halus setara usia 4 bulan

4. Keterlambatan perkembangan bahasa setara usia 4 bulan

5. Keterlambatan perkembangan motorik kasar setara usia 2 bulan

VIII.PENATALAKSANAAN

1. Motivasi orang tua pasien tentang penyakitnya

2. Beri asupan makanan yang cukup

3. Stimulasi

4. Konseling

IX. PLANNING

1. Konsul THT untuk tes pendengaran

2. Konsul Rehabilitasi Medik

3. Konsul Bagian Mata

4. Terapi :

a. Terapi Wicara

b. Okupasi Terapi

c. Fisioterapi

X. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanam : malam

Ad fungsionam : malam

8

Page 9: Preskes Pedsos 07

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa

kemampuan penting (misalnya berbicara, bergaul dengan lingkungannya, serta

berjalan) menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan

motivasi, pengajaran dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuan-

kemampuan tersebut dikenal sebagai tahapan perkembangan.1

Terlambatnya perkembangan pada anak dibawah usia 6 tahun seringkali

merupakan gejala awal dari retardasi mental. Perkembangan anak dinyatakan

terlambat apabila pada skrining terdapat keterlambatan pada salah satu atau

beberapa dari aspek perkembangan (motorik kasar, motorik halus, berbicara,

perilaku sosial). Adanya perbedaan standard edukasi 20% antara usia khronologis

(C.A.) dan usia mental (M.A). Perkembangan yang terlambat (developmental

delay) adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif,

perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan

anak normal seusianya.2 Seorang anak dengan Global Developmental Delay

(GDD) adalah anak yang tertunda dalam mencapai sebagian besar hingga semua

tahapan perkembangan pada usianya. Prevalensi GDD diperkirakan 5-10 persen

dari populasi anak di dunia dan sebagian besar anak dengan GDD memiliki

kelemahan pada semua tahapan kemampuannya.1

Global developmental delay (GDD) atau keterlambatan perkembangan

global (KPG), merupakan suatu keadaan ditemukannya keterlambatan yang

bermakna lebih atau sama dengan 2 domain perkembangan, antara lain: motorik

halus, motorik kasar, bahasa/berbicara, personal sosial/interaksi sosial.3

Keterlambatan bermakna artinya pencapaian kemampuuan pasien kurang dari 2

standar deviasi (SD) dibandingkan dengan rata-rata populasi pada umur yang

sesuai. Istilah KPG dipakai untuk anak umur kurang dari 5 tahun. Pada anak

berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang

akurat, istilah yang dipakai adalah retardasi mental.3,5Angka kejadian

keterlambatan perkembangan secara umum sekitar 10% anak-anak di seluruh

9

Page 10: Preskes Pedsos 07

dunia. Sedangkan angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% anak-anak berumur

<5 tahun. Etiologi KPG dapat dibedakan menjadi kejadian prenatal, perinatal,

pasca natal, dan idiopatik.

Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik

atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan  saraf

seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko

tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang

mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan

intensif  dan lainnya.

Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan

perkembangan umum, perlu data / laporan atau keluhan orang tua dan

pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak. Pemeriksaan

skrining perkembangan penting dilakukan dan harus dilakukan dengan

menggunakan alat skrining perkembangan yang benar. Dengan mengetahui secara

dini, maka dapat dicari penyebab keterlambatannya dan segera dilakukan

intervensi yang tepat.

II. Epidemiologi

Sekitar 8 persen dari seluruh anak usia lahir hingga 6 tahun di dunia

memiliki masalah perkembangan dan keterlambatan pada satu atau lebih area

perkembangan.2 Sekitar 1-3 % anak usia 0-5 tahun di dunia mengalami GDD.5

Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi

Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SSDIDTK). Hasilnya, dari

476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan

kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh kembang yang

paling banyak dijumpai adalah, Delayed Development (tumbuh kembang yang

terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayed Development sebanyak 4 anak, gizi

kurang sebayak 10 anak, Mikrochepali sebanyak 7 anak dan anak yang tidak

mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir sebanyak 7 anak.4

10

Page 11: Preskes Pedsos 07

III. Etiologi

Perkembangan terlambat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi

dan menghambat proses tumbuh kembang terjadi pada :

1. Masa sebelum lahir (antenatal) : Adanya kelainan genetik (Sindroma Down,

Turner), gizi ibu hamil yang tidak adekuat kekurangan makronutrien dan atau

mikronutrien, dan infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes)

3. Masa persalinan (natal) : Asfiksia yang terjadi karena gangguan pada plasenta

dan tali pusat, kesukaran persalinan, infeksi, trauma lahir, dan tindakan pada

persalinan patologik.

4. Masa pasca persalinan (post natal) : Pola asuh yang salah dan infeksi,

gangguan syaraf dan perilaku karena pengaruh lingkungan yang tidak

optimal.

Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global Delayed

Development dan beberapa penyebab dapat diterapi. Oleh karena itu, pengenalan

dini dan diagnosis dini merupakan hal yang penting. Penyebab yang paling sering

adalah abnormalitas kromosom dan malformasi otak. Hal lain yang dapat

berhubungan dengan penyebab GDD adalah keadaan ketika perkembangan janin

dalam kandungan. Beberapa penyebab lain adalah infeksi dan kelahiran

prematur.4

 

IV. Perkembangan Anak dengan Global Developmental Delay

Komponen perkembangan yang diperiksa pada anak dengan GDD3:

1. Komponen motorik (kemampuan motorik kasar seperti bangkit berdiri,

berguling, danmotorik halus seperti memilih benda kecil).

2. Kemampuan berbicara dan bahasa(berbisik, meniru kata, menebak suara

yang didengar, berkomunikasi non verbal misalnya gesture, ekspresi

wajah, kontak mata).

11

Page 12: Preskes Pedsos 07

3. Kemampuan motorik halus (kemampuan untuk mempelajari hal baru,

menyaring dan mengolah informasi, mengingat dan menyebutkan kembali,

serta memberikan alasan).

4. Kemampuan sosial dan emosi (interaksi dengan orang lain dan

perkembangan sifat dan perasaan seseorang).

V. Gejala Klinis

Sebagian besar pemeriksaan pada anak dengan delay development

difokuskan pada keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus,

motorik kasar, atau bahasa. Gejala yang terdapat biasanya4:

-     Keterlambatan perkembangan sesuai tahap perkembangan pada

usianya: anak terlambat untuk bias duduk, berdiri, berjalan.

-     Keterlambatan kemampuan motorik halus/kasar

-     Rendahnya kemampuan sosial

-     Perilaku agresif

-     Masalah dalam berkomunikasi

VI. Cara Pemeriksaan

1. Anamnesis 

a. Riwayat prenatal dan perinatal, penyakit-penyakit ibu, infeksi

yang pernah diderita.

b. Retardasi mental, kesukaran belajar, pertumbuhan, status gizi,

masalah-masalah sosial. Penyakit-penyakit bawaan (jantung, CNS,

ginjal), kejang-kejang, adanya kemunduran perkembangan.

c. Kepedulian orang tua terhadap anaknya. 

2. Pemeriksaan

a. Menetapkan umur anak

b. Pengukuran anthropometri (BB, PB, TB, LK)

c. Penilaian pertumbuhan dan status gizi.

d. Pemeriksaan fisik : bentuk muka, badan, kelainan neurologik, kulit

(cafe au lait kulit, neuro fibromatosis).

12

Page 13: Preskes Pedsos 07

e. Pemeriksaan genitalia (gonad, infertility dsb)

3. Patokan tanda-tanda perkembangan terdapat dalam :

a. Buku KIA dan KMS (Kartu Menuju Sehat) : Perkembangan anak

tidak sesuai(terlambat) dengan gambar perkembangan pada

usianya.

b. Buku DDTK – 2006 : Pengisian formulirKuesioner Pra Skrining :

Perkembangan (KPSP) untuk usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,

36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. 

c. Denver II. Untuk usia 1 bulan - 6 tahun (formulir terlampir)

d. Penunjang : Laboratorik apabila diperlukan (infeksi), TORCH,

CT Scan atas indikasi apabila didapatkan microcephaly,

Hydrocephalus.

e. Rujukan : THT, Mata, Psikiatri/Psikologi, Rehabilitasi Medik,

Bedah, Orthopedi.

VII. Diagnosis

Beberapa pedoman memberikan rekomendasi diagnosis4:

a. Pemeriksaan sitogenik

b. Pemeriksaan fragile X molecular genetic.

c. Pemeriksaan metabolic

d. Pemeriksaan neurologis: EEG, MRI

 

VIII. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi khusus bagi penderita GDD, tetapi untuk beberapa

keadaan dapat dilakukan penatalaksanaan. Jika ditemukan masalah dalam

pendengaran atau penglihatan, dapat dilakukan koreksi. Perlu mengingat bahwa

penyebab GDD dapat saja tidak diketahui. Tatalaksan GDD merupakan kerjasama

beberapa tim, yaitu bagian anak, rehabilitasi medik, THT, maupun ortopedi.2

IX. Prognosis

13

Page 14: Preskes Pedsos 07

Global Developmen Delay memiliki kemungkinan penyebab yang

beraneka ragam. Keterlambatan perkembangan dapat terjadi pada otak anak saat

otak terbentuk pada masa gestasi. Penyebab yang mungkin antara lain: lahir

premature, kelainan genetic dan herediter, infeksi, tetapi seringkali penyebab

GDD tidak dapat ditentukan. Secara umum, perjalanan penyakit GDD tidak

memburuk seiring dengan waktu pertumbuhan anak.5

 

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Preskes Pedsos 07

1. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

2. Camp Bonnie W., Headley Roxan : Developmental Delay Under 6 years of

age, in Pediatric Decision Making, edited by Berman, 2nd edition, B.C.

Decker Inc., Philadelphia, 1991, pp. 360-363.

3. Lissauer Tom, Clayden Graham : Emotions and behaviour, in Paediatrics,

llustrated Textbook, 2 nd edition, Mosby,.B. Saunders., 2001, pp. 313.

4. Goldson Edward, Reynolds Ann : Child Development & Behaviour, in Lange

Current Pediatric Diagnosis Treatment edited by Hay William, Levin Myron

J.,sondheimer Judith M, Deterding Robin R.; 7th International Edition, Mc

Graw-Hill, New York, 2005, pp. 66-101.

5. Departemen Kesehatan R.I. : Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan

intervensi Dini Tumbuh kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan

Dasar, 2005.

15