Pbl Blok 10

23
Sistem Urinaria dalam Peranannya sebagai Homeostasis Jelita Septiwati Sitanggang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana NIM : 102011385. E-mail : [email protected]. Kelompok : B7 1. Pendahuluan Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal. Oleh sebab itu, fungsi homeostasis ini berkaitan erat dalam sistem kemih yang akan dibahas dalam makalah ini. 2. Isi 2.1 Skenario Seorang laki-laki usia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak pada kedua kaki sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Sejak 2 minggu terakhir bengkak dirasakan semakin Page | 1

description

urogenital

Transcript of Pbl Blok 10

Page 1: Pbl Blok 10

Sistem Urinaria dalam Peranannya sebagai Homeostasis

Jelita Septiwati Sitanggang

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

NIM : 102011385. E-mail : [email protected]. Kelompok : B7

1. Pendahuluan

Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis,

yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu

tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Mengingat bahwa

organisme hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi homeostatis penting adalah

eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat

menjaga keseimbangan internal. Oleh sebab itu, fungsi homeostasis ini berkaitan erat dalam

sistem kemih yang akan dibahas dalam makalah ini.

2. Isi

2.1 Skenario

Seorang laki-laki usia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak pada

kedua kaki sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Sejak 2 minggu terakhir bengkak dirasakan semakin

parah dan perutnya mulai membuncit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah

150/90mmHg, pitting oedem dan asites.

2.2 Identifikasi istilah

Pitting Oedem

Merupakan cara pemeriksaan oedem dimana oedem akan tetap cekung setelah penekanan

ringan, dengan ujung jari, dan akan jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan minimal sebanyak

4,5kg.1

Asites

Merupakan penimbunan cairan serosa (mirip serum) di rongga peritoneum.2

2.3 Hipotesis

Kaki bengkak, perut buncit dan hipertensi terjadi karena ada gangguan mekanisme kerja

ginjal.

Page | 1

Page 2: Pbl Blok 10

3. Pembahasan

Sistem Kemih

Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses

penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan

menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh

tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).3

Sistem perkemihan (urinaria) terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.

Namun proses pembentukan urin terjadi di ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih dan uretra

hanya sebagai struktur saluran kemih saja.3

GINJAL

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya

sekitar 12,5cm dan tebalnya 2,5cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal

memiliki berat antara 125 - 175 gram pada laki-laki dan 115 – 155 gram pada perempuan.4

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua

kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas

mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah

posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior

dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.4

Setiap ginjal diselubungi oleh tiga lapisan jaringan ikat yaitu4 :

1. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada

struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.

2. Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini

membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.

3. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang lansung membungkus ginjal dan

dapat dengan mudah lepas.

A. Struktur internal ginjal4

1. Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.

2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini

membentuk perlengketan untuk jalan masuk dan keluar ureter , vena dan arteri renalis,

saraf dan limfatik.

Page | 2

Page 3: Pbl Blok 10

3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua

sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine

pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang mejadi beberapa (8-18) kaliks minor.

4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.

Jaringan ini terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Medula yang terdiri dari massa massa triangular yang disebut piramida ginjal.

Ujung yang sempit dari setiap piramida, papila, masuk dengan pas dalam callyx

minor dan ditembus mulur duktus pengumpul urine.

b. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefronyang merupakan unit

struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di antara-antara piramida medula

yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-

tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.

5. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida

ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.

B. Struktur Nefron4

Satu ginjal menmgandung jutaan nefron yang merupakan unit pembentuk urine. Setiap

nefron memiliki satu komponen vascular (kapiler) dan satu komponen tubular.

a. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda

disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman bersama-sama membentuk

sebuah korpuskel ginjal.

b. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada

permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelia kuboid yang

kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen.

c. Ansa henle, Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle

yang masuk kedalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan) dan

membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.

d. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan

membentuk segmen terakhir nefron.

e. Tubulus dan duktus pengumpul. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul

besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang

mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal

Page | 3

Page 4: Pbl Blok 10

melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke

kandung kemih.

C. Peranan Ginjal5

1. Homeostasis

- Mempertahankan keseimbangan air

- Mempertahankan osmolaritas dari cairan tubuh

- Mengatur jumlah dan konsentrasi elektrolit cairan tubuh

- Mempertahankan volume plasma dan keseimbangan asam basa

2. Ekskresi

- Mengekskresikan sisa sisa metabolisme (urea, asam urat, dan kreatinin)

- Mengeluarkan komponen asing lain (obat, food additives dan materi non nutrisi

eksogen)

3. Hormonal

- Memproduksi eritropoetin (hormon yang menstimulasi produksi sel darah merah)

- Memproduksi renin (suatu enzimatik hormon yang mentriger suatu rangkaian reaksi

yang penting pada konservasi garam oleh ginjal)

4. Metabolisme

- Mengubah vitamin D dalam bentuk aktif (Calcitriol)

Mekanisme Kerja Ginjal

A. Filtrasi Glomerulus6

Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju

glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi

sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan

filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari

tubulus masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter,

vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri

khas yang berbeda dengan lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel

kapiler, membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman.

Page | 4

Page 5: Pbl Blok 10

Permeabilitas membarana glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan

permiabilitas kapiler pada jaringan lain.

Laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan

menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu

direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan

waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.5 Faktor-

faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut6:

a. Tekanan glomerulus : semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju

filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi,

dan semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.

b. Aliran darah ginjal : semakin cepat aliran daran ke glomerulus semakin meningkat

laju filtrasi.

c. Perubahan arteriol aferen : apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan

menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabkan

laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.

d. Perubahan arteriol efferen : pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi

peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.

e. Pengaruh perangsangan simpatis : rangsangan simpatis ringan dan sedang akan

menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju

filtrasi glomerulus.

f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan

menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan

penurunan laju filtrasi glomerulus.

Dalam cairan filtrat tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200

protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat

dalam cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrat

glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar

99% cairan filtrate tersebut direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.6

Page | 5

Page 6: Pbl Blok 10

B. Reabsorbsi Tubulus6

Bila suatu zat akan direabsorbsi, pertama zat tersebut harus ditranspor melintasi membran

epitel tubulus ke dalam cairan interstisiil ginjal dan kemudian melalui membran kapiler

peritubulus kembali ke dalam darah. Reabsorbsi melalui epitel tubulus ke dalam cairan

interstisial meliputi transport aktif atau pasif dengan mekanisme dasar yang sama. Transpor

aktif dapat mendorong suatu zat terlarutmelawan gradien elektrokimia dan membutuhkan

energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu

sumber energi, seperti hidrolisis ATP, disebut sebagai transport aktif primer.6

Sebagai contoh adalah pompa natrium kalium ATPase yang berfungsi pada hampir

semua bagian tubulus ginjal. Pada sisi basolateral sel ± sel epitel tubulus membrane sel

mempunyai system natrium kalium ATPase ekstensif yang menghidrolisis ATP dan

menggunakan energy yang dilepaskan untuk mentranspor ion natrium keluar dari sel masuk

ke dalam interstisium. Pada waktu yang bersamaan, kalium ditranspor dari interstisium ke

dalam sel. Cara kerja pompa ion ini mempertahankan konsentrasi natrium intrasel tetap

rendah dan kalium intrasel tetap tinggi serta menciptakan suatu muatan negative akhir kira-

kira -70 milivolt didalam sel. Reabsorbsi akhir ion natrium dari lumen tubulus kembali ke

dalam darah melibatkan setidaknya tiga tahap6 :

1. Natrium berdifusi melalui membrane luminal ke dalam sel mengikuti suatu gradient

elektrokimia yang terbentuk oleh pompa natrium ± kalium ATPase pada sisi

basolateral membran.

2. Natrium di transport melalui membrane basolateral melawan suatu gradient

elektrokimia yang ditimbulkan oleh pompa natrium ± kalium ATPase.

3. Natrium, air, dan zat ± zat lain direabsorbsi dari cairan interstisiil kedalam kapiler

peritubulus dengan cara ultrafiltrasi, yaitu suatu proses pasif yang digerakkan oleh

gradient tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic.6

Akibat yang ditimbulkan dari reabsorbsi natrium, ada proses solvent drag yaitu proses

reabsorbsi natrium yang diikuti oleh reabsorbsi air. Selain Air, sewaktu natrium

direabsorbsi melalui sel epitel tubulus, ion negative seperti klorida ditranspor bersama

Page | 6

Page 7: Pbl Blok 10

dengan natrium karena adanya potensial listrik. Dengan demikian, transport ion natrium

bermuatan positif keluar dari lumen menjadi bermuatan negative, dibandingkan dengan

cairan interstisiil. Hal ini menyebabkan ion klorida berdifusi secara pasif melalui jalur

paraselular. Reabsorbsi tambahan ion klorida timbul karena terjadinya gradient konsentrasi

klorida ketika air direabsorbsi dari tubulus dengan cara osmosis, sehingga

mengkonsentrasikan ion klorida dalam lumen tubulus. Jadi reabsorbsi aktif natrium

berpasangan erat dengan reabsorbsi pasif klorida melalui potensial listrik dan gradient

konsentrasi klorida. Ureum juga direabsorbsi secara pasif dari tubulus tetapi jauh lebih

sedikit daripada ion klorida. Ketika air direabsorbsi dari tubulus , konsentrasi ureum dalam

lumen tubulus meningkat. Hal ini menimbulkan gradient konsentrasi yang menyebabkan

reabsorbsi ureum. Akan tetapi ureum tidak bisa memasuki tubulus semudah air, kira ± kira

hanya satu setengah ureum yang difiltrasi melalui glomerulus, akan direabsorbsi dari

tubulus. Ureum yang masih tersisa akan masuk ke dalam urin.6

1. Reabsorbsi Tubulus Proksimal6

Secara normal sekitar 65 % dari muatan natrium dan air yang difiltrasi, dan nilai persentase

yang lebih rendah dari klorida, akan direabsorbsi oleh tubulus proksimal sebelum mencapai

ansa Henle. Tubulus proksimal mempunyai kapasitas yang besar untuk reabsorpsi aktif dan

pasif. Kapasitas reabsorpsi yang besar dari tubulus proksimal adalah hasil dari sifat- sifat

selularnya yang khusus. Sel epitel tubulus proksimal bersifat sangat metabolic dan

mempunyai sejumlah besar mitokondria untuk mendukung proses transport aktif yang kuat.

Selain itu, sel tubulus proksimal mempunyai banyak brush border pada sisi lumen

membrane, dan juga labirin interselular serta kanalis basalis yang luas: semuanya ini

menghasilkan area permukaan membrane yang luas pada sisi lumen dan sisi basolateral

dari epitel untuk mentranspor ion natrium dan zat lain dengan cepat. Pada pertengahan

pertama tubulus proksimal, natrium direabsorbsi dengan cara ko transport bersama sama

dengan glukosa, asam amino dan zat terlarut lainnya. Ko transport ini dibantu oleh adanya

protein di dinding lumen tubulus. Tetapi pada pertengahan kedua dari tubulus proksimal,

hanya sedikit glukosa dan asam amino yang direabsorbsi. Pertengahan kedua tubulus

proksimal memiliki konsentrasi klorida yang relative tinggi ( 140 mEq/L) dibandingkan

dengan bagian awal tubulus proksimal(105 mEq/L) karena saat natrium direabsorbsi,

Page | 7

Page 8: Pbl Blok 10

natrium membawa glukosa, bikarbonat dan ion organic pada bagian awal tubulus

proksimal, meninggalkan suatu larutan yang mempunyai konsentrasi klorida yang sangat

tinggi. Zat terlarut organic tertentu seperti glukosa , asam amino, dan bikarbonat lebih

banyak direabsorbsi daripada air, sehingga konsentrasi zat-zat tersebut menurun dengan

nyata disepanjang tubulus proksimal. Zat - zat terlarut organic yang lain yang kurang

permeable dan tidak direabsorbsi secara aktif seperti, kreatinin konsentrasinya meningkat

disepanjang tubulus.

2. Reabsorbsi di Lengkung Henle6

Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda, antara lain segmen tipis

desenden, segmen tipis asenden, dan segmen tabal asenden. Bagian segmen desenden tipis

sangat permeable terhadap air dan sedikit permeable terhadap sebagaian zat terlarut

termasuk ureum dan kreatinin. Sekitar 20 % dari air yang difiltrasi akan direabsorbsi di

ansa henle dan hampir semuanya terjadi di lengkung tipis asenden. Lengkung asenden

termasuk bagian tipis dan bagian tebal sebenarnya tidak permeable terhadap air, suatu

karakteristik yang penting untuk memekatkan urin. Segmen tebal dari ansa henle yang

dimulai dari asenden mempunyai aktivitas metabolic tinggi dan mampu melakukan

reabsorbsi aktif natrium, klorida dan kalium. Sekitar 25 % dari muatan natrium, klorida,

dan kalium yang difiltrasi akan direabsorbsi di ansa henle, kebanyakan dilengkung tebal

asenden. Pada segmen tebal asenden juga terjadi reabsorbsi paraselular yang bermakna dari

kation, seperti Mg2+, Ca++,Na+, dan K+ yang disebabkan oleh muatan lumen tubulus yang

lebih positif dibandingkan cairan interstisiil.

3. Reabsorbsi di Tubulus distal6

Segmen tebal ascendens ansa Henle berlanjut ke dalam tubulus distal. Bagian paling

pertama dari tubulus distal membentuk bagian kompleks jugstaglomerulus yang

menimbulkan kontrol umpan balik GFR dan aliran darah dalam nefron yang sama.Tubulus

distal banyak mereabsorpsi ion-ion, termasuk natrium, kalium, dan klorida, tetapi

sesungguhnya tidak permeabel terhadap air dan ureum. Karena alasan itu, bagian ini sering

disebut segmen pengencer. Reabsorbsi yang terjadi di tubulus ini merupakan reabsorbsi

Page | 8

Page 9: Pbl Blok 10

fakultatif, dimana zat yang direabsorbsi sesuai dengan kebutuhan tubuh saja. Berbeda

dengan di tubulus proksimal, yang berdasarkan proporsinya tiap zat (reabsorbsi obligat).

4. Reabsorbsi di Duktus koligentes6

Duktus ini adalah bagian terakhir dari pemrosesan urin dan karena itu memainkan peranan

sangat penting dalam menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dalam urin. Ciri-

ciri khusus segemen tubulus ini :

a. Permeabilitas duktus koligentes dikontrol oleh kadar ADH. Dengan kadar ADH yang

tinggi, air banyak direabsorpsi, sehingga mengurangi volume urin dan memekatkan

urin.

b. Duktus koligentes ini bersifat permeabel terhadap ureum, sehingga turut berperan

dalam kemampuan ginjal untuk memekatkan urin.

c. Duktus koligentes ini mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradient

konsentrasi yang besar untuk mengatur keseimbangan asam basa.

C. Sekresi Tubulus5

Seperti reabsorbsi di tubulus, sekresi tubulus juga melibatkan transport transepitel. Dengan

menyediakan rute pemasukan kedua ke dalam tubulus untuk bahan-bahan tertentu, sekresi

tubulus, pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus,

menjadi mekanisme pelengkap yang meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini dari tubuh.

Setiap bahan yang masuk ke dalam cairan tubuh, baik melalui filtrasi glomerulus maupun

sekresi tubulus, dan tidak direabsorbsi, akan dieliminasi oleh urin.

Bahan- bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen, ion kalium,

serta anion dan kation anorganik, yang banyak di antaranya adalah senyawa yang asing bagi

tubuh.

1. Ion Hidrogen

Sekresi H+ ginjal penting dalam mengatur keseimbangan asam basa di tubuh. Ion hidrogen

disekresikan ke dalam cairan tubulus dieleminasi dari tubuh melalui urin. Ion hidrogen

Page | 9

Page 10: Pbl Blok 10

dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan tingkat sekresi

H+ meningkat. Sebaliknya sekresi H+ berkurang jika H+ di cairan tubuh terlalu rendah.

2. Ion Kalium

Ion ini secara selektif berpindah dalam arah berlawanan di berbagi tubulus. Ion ini secara

aktif direabsorbsi di tulubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan

duktus koligentes. Di awal tubulus, ion ini direabsorbsi secara konstan dan tanpa

dikendalikan, sementara sekresi K+ di tubulus distal bervariasi dan di bawah kontrol,

karena dikendalikan oleh aldosteron. Hormon inilah yang merangsang sekresi K+ dan

sekaligus meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh sel sel tubulus.

3. Ion bikarbonat

Ion bikarbonat terutama direabsorpsi dalam bentuk karbon dioksida, bukan dalam bentuk

ion bikarbonat itu sendiri. Pertama-tama ion bikarbonat bergabung dengan ion hidrogen

yang disekresikan ke dalam cairan tubulus oleh sel epitel. Reaksi tersebut membentuk asam

karbonat yang kemudian berdisosiasi menjadi air dan karbondioksida. Karbon dioksida

tersebut, karena sangat larut dalam lemak, berdifusi dengan cepat melalui membran tubulus

ke dalam darah kapiler kapiler peritubulus. Bila ada lebih banyak ion bikarbonat dari pada

ion hidrogen yang tersedia, hampir semua ion bikarbonat berlebihan mengalir ke dalam

urin karena tubulus tersebut hanya sediki permeabel terhadap ion bikarbonat.

4. Ureum, Kreatinin, asam urat (Ion organik)6

Jumlah ureum yang direabsorpsi adalah kira-kira 50% dari jumlah total yang direabsorpsi

selama seluruh perjalanan melalui sistem tubulus tersebut. Kreatinin sama sekali tidak

direabsorpsi di dalam tubulus, sejumlah kecil kreatinin benar-benar disekresikan ke dalam

tubulus oleh tubulus proksimal sehingga jumlah total kreatinin meningkat kira-kira 20%.

Ion urat diabsorpsi jauh lebih banyak kira-kira 86% direabsorpsi. Tetapi meskipun

demikian, sejumlah besar urat tetap berada di dalam cairan yang akhirnya dikeluarkan ke

dalam urin. Beberapa produk akhir lain seperti sulfat, fosfat, dan nitrat, diangkut dengan

cara yang banyak persamaannya dengan pengangkutan ion urat. Semua zat ini biasanya

direabsorpsi dalam jumlah yang lebih sedikit daripada air sehingga konsentrasinya menjadi

Page | 10

Page 11: Pbl Blok 10

sangat meningkat ketika mereka mengalir sepanjang tubulus tersebut. Namun dalam

tingkat tertentu masing-masing zat tersebut direabsorpsi secara aktif, sehingga

mempertahankan konsentrasi mereka di dalam cairan ekstrasel agar tidak turun terlalu

rendah.

D. Autoregulasi5

Laju filtarasi glomerolus ( LFG) meningkat jika disebabkan peningkatan arteri maka

cairan yang difiltrasi dan mengalir melalui ubulus distal lebih besar dari pada normal.Jika

terjadi perubahan tekanan draah sistemik, maka akan terjadi perubahan pula pada tonus

arteiol aferen. Akan tetapi tekanan hidrostatik kapiler tetap. Itu disebabkan adanya

pengaturan yang disebut autoregulasi.

1. Mempertahankan aliran darah ginjal dan GFR agar relatif konstan, walaupun terjadi

perubahan tekanan arteri dalam batas tertentu

2. Mempertahankan pengiriman oksigen dan bahan nutrisi lain ke jaringan dan membuang

sisa metabolisme

3. Memungkinkan terjadinya kontrol yang tepat terhadap ekskresi air dan zat terlarut

Autoregulasi sangat penting karena pergeseran LFG yang tidak diinginkan dapat

menyebabkan ketidakseimbangan cairan elektrolit, dan zat sisa. Mekanismenya meliputi

umpan balik tubulus glomerolus dan miogenik yang bekerja sama untuk melakukan

autoegulasi terhadap LFG dalam kisaran tekanan darah arteri rata-rata 80-180 mmHg.5

E. Counter Current5

Counter current merupakan mekanisme 2 buah pembuluh yang berjalan berdekatan dan

sejajar namun memiliki arah yang berlawanan. Dimana kedua pambuluh itu adalah ansa

henle pars ascenden dan ansa henle pars descenden. Counter current dibagi atas dua jenis,

yaitu :

1. Counter current multiplier, dimana pada jenis ini cairan interstisiel medullanya

hiperosmolar, air dapat keluar dari ansa henle dan terjadi pemekatan urin.

Page | 11

Page 12: Pbl Blok 10

2. Counter current exchanger ( vasa recta ), pada jenis ini sangat permeabel terhadap solute

dan air. Fungsinya yaitu agar dapat mempertahankan hiperosmolaritas medulla serta

mengangkut nutrient dan O2 ke tubulus.

Hormon yang Berperan dalam Pengaturan Keseimbangan Cairan Tubuh7

• Hormon antidiuretik (ADH) adalah hormone yang dihasilkan oleh hipotalamus, disimpan dan

dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis sebagai respons terhadap perubahan dalam osmolalitas

plasma. Osmolalitas adalah konsentrasi ion dalam suatu larutan. Dalam hal ini, larutannya

adalah darah. Apabila asupan air menjadi kurang atau banyak air yang hilang, ADH akan

dikeluarkan sehingga membuat ginjal menahan air. ADH memengaruhi nefron bagian distal

untuk memperlancar permebilitas air sehingga lebih banyak air yang direabsorpsi dan

dikembalikan ke dalam sirkulasi darah.

• Eritropoietin. Ginjal mempunyai peranan yang sangat penting dalam produksi eritrosit. Ginjal

memproduksi enzim yang disebut faktor eritropoietin yang mengaktifkan eritropoietin,

hormone yang dihasilkan hepar. Fungsi eritropoietin adalah menstimulasi sumsum tulang untuk

memproduksi sel darah, terutama sel darah merah. Tanpa eritropoietin, sumsum tulang pasien

penyakit hepar atau ginjal tidak dapat memproduksi sel darah merah.

• 1,25-dihidrovitamin D3. Salah satu fungsi penting ginjal adalah mengatur kalsium dan fosfor.

Kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang, pertumbuhan sel, pembekuan darah,

respons hormone, dan aktivitas listrik selular. Ginjal adalah pengatur utama keseimbangan

kalsium-fosfor. Ginjal melakukan hal ini dengan mengubah vitamin D dalam usus (dari

makanan) ke bentuk yang lebih aktif, yaitu 1,25-dihidrovitamin D3. Ginjal meningkatkan

kecepatan konversi vitamin D jika kadar kalsium atau fosforus serum menurun. Vitamin D

molekul yang aktif (1,25-dihidrovitamin D3), bersama hormone paratiroid dapat meningkatkan

absorpsi kalsium dan fosfor oleh usus.

• Aldosteron. Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan darah, terutama

dengan mengatur volume plasma dan tonus vaskular. Volume plasma dipertahankan melalui

reabsorpsi air dan pengendalian komposisi cairan ekstraseluler (misalnya terjadi dehidrasi).

Page | 12

Page 13: Pbl Blok 10

Korteks adrenal mengeluarkan aldosteron. Aldosteron membuat ginjal menahan natrium yang

dapat mengakibatkan reabsorpsi air.

• Renin. Modifikasi tonus vaskular oleh ginjal dapat juga mengatur tekanan darah. Hal ini

terutama dilakukan oleh sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah hormon yang

dikeluarkan oleh juksta glomeruli dari nefron sebagai respons terhadap berkurangnya natrium

waktu tekanan darah menurun. Renin menstimulasi konversi angiotensinogen (zat yang

dikeluarkan hepar) ke angiotensin I. Konversi angiotensin I ke angiotensin II oleh enzim

pengubah angiotensin dari paru-paru (Angiotensin Converting Enzyme), menghasilkan

vasokontriksi yang kuat.

• Prostaglandin dan Bradikinin. Kedua hormon ini merupakan hormon yang dihasilkan ginjal,

juga membantu meningkatkan tekanan darah. Kedua hormone ini dikeluarkan sebagai respons

terhadap iskemia ginjal, adanya ADH dan angiotensin II, serta stimulasi simpatis.

Hubungan Skenario dengan Pembahasan

Pada kasus skenario menyebutkan bahwa laki-laki usia 58 tahun mengalami kaki bengkak di

kedua kakinya, lalu perut membuncit, dan pada saat pemeriksaan fisik, diduga menderita

hipertensi. Kaki bengkak disebabkan karena penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel

tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh, sehingga sering dikenal dengan Edema. Sedangkan

perut membuncit pada pasien dikenal dengan nama asites karena terjadinya penimbunan cairan di

rongga perut, sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi.2 Faktor-faktor fisiologis yang

menyebabkan edema adalah5 :

1. Peningkatan tekanan hidrostatik

2. Penurunan tekanan onkotik plasma

3. Obstruksi saluran limfe

4. Peningkatan permeabilitas kapiler

5. Gangguan pertukaran natrium/keseimbangan elektrolit

Page | 13

Page 14: Pbl Blok 10

Ketika terjadinya edema pada jaringan subkutan yang berdekatan dengan rongga potensial,

cairan edema biasanya juga akan terkumpul di rongga potensial, yang disebut efusi. Rongga

abdominal merupakan tempat paling mudah untuk terjadinya penggumpalan cairan efusi, dan pada

keadaan ini, efusi disebut asites.8 Faktor-faktor tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya

gangguan keseimbangan cairan ditubuh sehingga menderita edema, asites dan hipertensi. Selain

itu, bisa juga pengaruh faktor usia pasien, karena jika umur lansia, organ-organ tubuh yang ikut

terlibat dalam keseimbangan cairan tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik lagi akibat

degenerasi.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ginjal penting dalam tubuh untuk

menyeimbangkan cairan elektrolit di dalam tubuh. Oleh sebab itu, proses ginjal seperti filtrasi,

reabsorbsi, sekresi, autoregulasi dan counter current sangat berperan dalam fungsi homeostasis

tersebut. Jadi, jika ada gangguan dalam mekanisme kerja ginjal dapat menyebabkan cairan tubuh

tidak seimbang sehingga mengakibatkan seseorang mengalami edema, asites dan hipertensi.

Daftar Pustaka

1. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009. h.100.

2. Corwin EJ. Subekti NB, editor. Patofisilogi : buku saku. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009.

3. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2002. h.30.

4. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h. 318-321.

5. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.

6. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.9. Jakarta: EGC; 1997.h.397-502.

7. Tamsuri A. Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Jakarta:EGC;

2008.h.33-4.

8. Harrison, Asdie AH, editor. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC; 1993.

h.217.

Page | 14