Pbl Blok 10 - Skenario 5

43
PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Dalam system urinaria, organ yang paling penting adalah ginjal. Ginjal Adalah organ yang memproduksi dan mengeluarkan urin dari dalam tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system utama untuk mempertahankan homeostatis. Ginjal melakukan fungsi yang paling penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal akan membuang zat yang tidak diinginkan dengan cara filtrasi darah dan maneksresikannya melalui urine, sementara zat yang dibutuhkan akan kembali ke dalam darah. Untuk mempertahankan homeostasis, eksresi air dan elektrolit pada asupan harus melebihi ekresi karena sebagian dari jumlah air dan elektrolit tersebut akan diikat dalam tubuh. Jika asupan kurang dari eksresi, maka jumlah zat dalam tubuh akan berkurang. Kapasitas ginjal untuk mengubah eksresi natruim sebagai respon terhadap perubahan asupan natrium akan sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa pada manusia normal, natrium dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai untuk air dan kebanyakan elektrolit lainnya, seperti klorida, kalium, kalsium, hydrogen, magnesium dan fosfat. Oleh sebab itu ginjal sangatlah penting, teritama dalamsistem urinaris.

Transcript of Pbl Blok 10 - Skenario 5

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Dalam system urinaria, organ yang paling penting adalah ginjal. Ginjal Adalah

organ yang memproduksi dan mengeluarkan urin dari dalam tubuh. Sistem ini

merupakan salah satu system utama untuk mempertahankan homeostatis. Ginjal

melakukan fungsi yang paling penting dengan menyaring plasma dan memindahkan

zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung kebutuhan tubuh. Akhirnya

ginjal akan membuang zat yang tidak diinginkan dengan cara filtrasi darah dan

maneksresikannya melalui urine, sementara zat yang dibutuhkan akan kembali ke

dalam darah.

Untuk mempertahankan homeostasis, eksresi air dan elektrolit pada asupan

harus melebihi ekresi karena sebagian dari jumlah air dan elektrolit tersebut akan

diikat dalam tubuh. Jika asupan kurang dari eksresi, maka jumlah zat dalam tubuh

akan berkurang. Kapasitas ginjal untuk mengubah eksresi natruim sebagai respon

terhadap perubahan asupan natrium akan sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa

pada manusia normal, natrium dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai untuk air dan

kebanyakan elektrolit lainnya, seperti klorida, kalium, kalsium, hydrogen, magnesium

dan fosfat. Oleh sebab itu ginjal sangatlah penting, teritama dalamsistem urinaris.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah:

1. Untuk mengetahui mekanisme serta fungsi ginjal,

2. Membantu mahasiswa kedokteran dan masyarakat untuk lebih memahami tentang

fungsi ginjal secara menyeluruh.

ISI

2.1 Sistem Urinaria

Sistem urinaria merupakan salah satu system dalam tubuh manusia yang sangat

penting untuk menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem ini merupakan salah satu

system yang kerja utamanya ialah sebagai tempat pembuangan zat-zat sisa metabolisme

tubuh, yang tidak terpakai. Yang kalau tidak segera dibuang akan menjadi racun bagi tubuh

manusia itu sendiri dan akan mengganggu homeostasis tubuh. Sistem ini melibatkan beberapa

organ-organ tubuh dan juga memiliki mekanisme tersendiri. Organ yang terlibat dalam

system urin ini adalah sepasang ginjal, sepasang ureter, satu kandung kemih dan satu uretra.1

Organ yang akan di bahas dalam makalah ini adalah ginjal dan vesica urinaria baik secara

makrosopik maupun mikroskopik.

2.2 Struktur Makrokopik dan Mikroskopik Ren (Ginjal)

A. Struktur Makroskopik Ren (Ginjal)

Deskripsi dan Letak

Ginjal atau ren merupakan organ rongga abdomen yang termasuk dalam

sistem urinaria atau sistem kemih, yang terletak di belakang peritoneum

(retroperitoneal) pada bagian belakang rongga abdomen, di antara peritoneum

parietale dan fascia transversa andominis. Ginjal kanan terletak setinggi iga 12

sampai lumbal 3-4, dan ginjak kiri terletak setinggi iga 11 sampai lumbal 2-3. Ginjal

kanan lebih rendah dari yang kiri karena adanya hati (hepar). Ginjal berbentuk seperti

kacang, dan mempunyai dua polus/ ekstremitas yaitu ekstremitas superior dan

inferior, dua margo yaitu margo medialis dan lateralis, dan dua facies yaitu facies

anterior dan posterior. Pada ekstremitas superior ginjal kanan maupun kiri ditempati

oleh glandula suprarenalis atau anak ginjal, yang dipisahkan oleh lemak perirenalis.

Pada margo medialis ginjal, terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis, yang

merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, limfe, saraf, dan ureter.2

Selubung

Setiap ginjal mempunyai pembungkus, yaitu :

1. Capsula Fibrosa

Hanya melekat pada ginjal dan hanya menyelubungi ginjal (tidak

membungkus glandula suprarenalis). Lapisan ini melekat dengan erat

pada permukaan luar ginjal.

2. Capsula Adiposa

Mengandung banyak jaringan lemak perirenalis dan membungkus baik

ginjal maupun anak ginjal. Capsula adipose juga berfungsi untuk

mempertahankan ginjal pada tempatnya.3

3. Fascia Renalis

Merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula

adipose serta meliputi ginjal dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia

ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis. Dapat dikatan lapisan

ini terdiri dari fascia prerenalis dan fascia retrorenalis yang keduanya

bersatu ke arah cranial

4. Corpus Adiposum Pararenale

Terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam jumlah

besar. Corpus Adiposum ini membentuk sebagian lemak

retroperitoneal.

Struktur

Ginjal terdiri atas korteks renis dan medulla renis. Korteks renis merupakan

zona luar ginjal yang terdiri dari glomerolus dan pembuluh darah. Medulla renis

merupakan zona dalam ginjal yang terdiri dari piramida-piramida ginjal (pyramid

renalis). Puncak dari pyramid renalis disebut papila renalis, dan dasarnya yang

berbatasan dengan korteks disebut basis renalis. Di antara pyramid renalis terdapat

columna renalis (Bertini) ynag masih merupakan bagian dari korteks renis. Pada

korteks renis terdapat garis-garis yang berasal dari medula renis yang disebut

processus medularis (Ferheini). Papila renalis ditembusi oleh saluran-saluran yang

disebut ductus papilaris (Bellini). Papila renalis menonjol ke dalam calyx minor.

Beberapa calyx minor akan membentuk calyx mayor. Beberapa calyx mayor akan

membentuk pelvis renis yang kemudian menjadi ureter.

Gambar 1. Ginjal4

Pendarahan

Ginjal dipendarahi oleh A. Renalis cabang aorta abdominalis setinggi vertebra

lumbal 1-2. A. Renalis kanan lebih panjang daripada yang kiri karena harus

menyilang V. Cava inferior di belakangnya. A. Renalis masuk ke dalam ginjal melalui

hilus renalis dan bercabang ke bagian depan dan belakang ginjal, yang akan bertemu

pada bagian lateral ginjal pada garis Broedel. A. Renalis bercabang dan berjalan di

antara lobus ginjal yang disebut A. Interlobaris. Pada perbatasan korteks dan medula

renis, A. Interlobaris bercabang menjadi A. Arcuata atau A. Arciformis yang

mengelilingi korteks dan medula renis. A. Arcuata mempercabangkan A.

Interlobularis yang berjalan samapai tepi ginjal (korteks renis). Pembuluh balik ginjal

mengikuti jalannya arteri. Darah di alirkan dari V. Interlobularis atau Vv. Stellatae

(Verheyeni) menuju V. Arcuata, lalu menuju V. Interlobaris, V. Renalis, dan

bermuara ke dalam V. Cava inferior. Berikut adalah gambar alirannya yang dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Aliran Pembuluh Darah dan Pembuluh Balik5

Aliran Limfe

Aliran getah bening yang berasal dari jaringan ginjal dan subcapsularis

mengikuti V. Renalis menuju Nnll. Aorticus, sedangkan getah bening dalam jaringan

lemak perirenalis akan langsung bermuara ke Nnll. Aorticus. Pembuluh-pembuluh

darah ginjal sampai nefron dipersarafi oleh saraf simpatis yang derabut aferensnya

memasuki korda spinalis pada vertebra thoracalis 10-12.2,3

Glandula Suprarenalis

Glandula suprarenalis atau glandula adrenal atau anak ginjal merupakan

kelenjar endokrin yang terletak superomedial terhadap ginjal. Glandula Suprarenalis

kanan berbentuk piramid, sedangkan Glandula Suprarenalis kiri lebih pipih dan

berbentuk semiulnar (bulan sabit). Glandula Suprarenalis terdiri atas korteks dan

medula. Glandula suprarenalis mendapat vaskularisasi dari A. Suprarenalis superior

cabang A. Phrenica inferior, A. Suprarenalis cabang aorta abdominalis, dan A.

Suprarenalis inferior cabang A. Renalis. Pembuluh baliknya melalui V. Suprarenalis

dextra yang selanjtnya bermuara pada V. Cava inferior, dan V. Suprarenalis sinistra

yang bermuara pada V. Renalis sinistra yang biasanya membentuk suatu saluran

bersama dengan V. Phrenica inferior.

Getah bening korteks Glandula Suprarenalis lebih sedikit daripada medulanya.

Aliran getah bening pada Glandula Suprarenalis mengikuti aliran limfe menuju ke

Nnll. Lumbales atau Nnll. Aortica. Glandula suprarenalis mendapat persarafan dari

plexus coeliacus dan plexus hypogastricus.

B. Struktur Mikroskopik Ren (Ginjal)

Irisan sagital ginjal menampakan bagian korteks yang lebhih gelap di bagian

luar, dan bagian medula yang lebih pucat di bagian dalam yang terdiri atas piramid

renal berbentuk kerucut. Juluran menurun korteks di antara piramid membentuk

kolumna renali. Dasar setiap piramid, disebut papila renalis, dikelilingi kaliks minor

berbentuk corong. Kaliks minor bergabung membentuk kaliks major yang pada

gilirannya bergabung membentuk pelvis renalis.

Susunan fungsional ginjal disebut nefron. Ginjal tersusun atas banyak nefron,

yang berfungsi untuk filtrasi dan pembentukan urin. Satu unit nefron terdiri dari :6

Glomerulus

Merupakan suatu gulungan kapiler. Dikelilingi oleh sel – sel epitel

lapis ganda atau biasa disebut Kapsul Bowman. Bertindak seperti

saringan, menyaring darah yang datang dari Arteriol Aferen.

Membentuk urin primer yang berupa cairan pekat, kental, dan masih

seperti darah, tapi protein dan glukosa, sudah tidak ditemukan

Tubulus Kontortus Proksimal

Suatu saluran mikro yang amat berliku dan panjang. Mempunyai

mikrovilus untuk memperluas area permukaan lumen.

Ansa Henle

Suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku, terdiri dari bagian

yang tipis dan yang tebal. Bagian tebal terdiri atas Tubulus rectus

proximal dan tubulus rectus distal. Pada bagian yang tipis, didominasi

oleh reabsorpsi air. Sedangkan pada bagian yang tebal, didominasi

oleh reabsorpsi elektrolit, seperti NaCl. Dan pada ansa henle ini lah

nantinya akan terjadi mekanisme counter current, yaitu salah satu

mekanisme dalam pembentukan urine.

Tubulus Kontortus Distal

Suatu saluram mikro yang juga panjang dan berliku. Disini, sedikit

dilakukan reabsorpsi air.

Ductus Coligentus

Suatu saluran lurus dimana berkumpulnya hasil urin setelah melewati

Tubulus Kontortus Distal. Bermuara ke Calix Minor Renalis. Yang

selanjutnya akan dibawa ke Calix Mayor Renalis, lalu ke Pelvis

Renalis

Gambar 3. Nefron7

Nefron dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian antara lain;

a.  Berdasarkan letak korpuskel dalam korteks

1) Kapsular atau superfisial

2) Korteks tengah atau Yukstamedular

b.  Berdasarkan panjangnya ansa henle

1) Nefron pendek (korteks)

Nefron ini meluas sampai ke zona luar medula

2) Nefron panjang (Yukstamedular)

Nefron ini meluas sampai zona dalam medula, bahkan dekat puncak

papila.

Nefron pendek lebih banyak daripada nefron panjang.

Berikut ini merupakan pembahasan secara mikroskopis sel-sel yang ada dalam nefron;

1. Glomerolus, terdiri atas:

Kutub vaskular, merupakan masuknya arteriol afferen dan keluarnya

arteriol efferen

Kutub urinarius , merupakan mulainya Tubulus Kontortus Proksimal

(TKP)

Lamina basal tebal, bekerja sebagai barir filtrasi

Sel2-sel mesangial, melekat ke kapiler

2. Kapsula glomerulus, terdiri atas:

selapis epitel membran

Lapisan parietal luar, yang membentuk dinding korpuskel luar

Lapisan parietal dalam melapisi kapiler2

Lap viseral tdr dr podosit

Perluasan kaki-pedikel yg membentuk celah filtrasi/filtration slits

3. Apparatus jukstaglomerular, terdiri atas:

Di atas badan malpighi ada aparatus/ kompleks juxtaglomerulus, terdiri

dari:

1) Sel-sel juxtaglomerulus

Sel ini menghsilkan renin

2) Sel-sel mesangial ekstraglomerular ( sel polkisen atau sel lacis)

Fungsinya mungkin menghasilkan eritropoetin

3) Makula densa

Berfungsi sebagai sensor osmolaritas cairan di dalam tubulus distal

4. Tubulus Kontortus Proximal (TKP), terdiri atas:

epitel kuboid rendah, inti bulat

bersifat asidofil

inti sel dgn jarak berjauhan

lumen tdk jelas krn tdp brush border

5. Tubulus Kontortus Distalis (TKD), terdiri atas:

epitel selapis kuboid rendah

bersifat basofil

inti sel dgn jarak berdekatan

lumen jelas, tidak tdp brush border

Lumen lebih lebar drpd T.K.P

Makula densa menempel di T.K.D dekat glomerulus

6. Duktus Koligens, terdiri atas:

Diameter 40 um: ep kuboid/torak, menjadi lebih torak pada tubulus

pengumpul distal (sampai diameter 200 um)

Sitoplasma pucat

Batas selnya jelas

7. Duktus Papilaris, terdiri atas:

Duktus koligens berjalan dlm berkas medula menuju ke medula

Di bagian medula yg ke tengah bbrrp duktus koligens bersatu utk

membentuk duktus yg besar, bermuara ke apeks papila à disebut

duktus papilaris (bellini)

8. Sawar Ginjal, terdiri atas:

Memisahkan darah kapiler glomerulus dari filtrat dalam rongga kapsula

bowman.1,6

Sawar meliputi:

- Endotel bertingkat

- Lamina basal

- Pedikel Podosit yg dihubkan dgn membran celah

Lamina basal dianggap sebagai saringan utama yang mencegah

masuknya molekul besar

2.3 Struktur Makrokopik dan Mikroskopik Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

A. Struktur Makroskopik Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

Lokasi dan Deskripsi

Vesica urinaria terletak tepat dibelakang pubis didalam cavitas pelvis. Vesica

Urinaria cukup baik untuk menyimpan urine dan pada orang dewasa kapasitas

maksimumnya kurang lebih 500ml. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang

kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urine didalam

nya. Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terletak didalam

pelvis,bila vesica urinaria terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk region

hypogastricum. Pada anak kecil , vesica urinaria yang kosong menonjol diatas

aperture pelvis superior , kemudian bila cavitas pelvis membesar, vesica urinaria

terbenam didalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa.

Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid ,mempunyai apex, basis, dan

sebuah facies superior serta dua buah fascies inferolateralis, juga mempunyai

collum.1,2

Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak dibelakang pinggir atas

symphysis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh lig. Umbilicale

medianum (sisa Urachus) .Basis atau facies posterior vesicae , menghadap ke

posterior dan berbentuk segitiga . Sudut superolateral merupakan tempat muara ureter

dan sudut inferior merupakan tempat asal urethrae. Kedua ductus deferens terletak

berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis yang

satu dengan yang lain . Bagian atas facies posterior vesicae diliputi oleh peritoneum ,

yang membentuk dinding anterior excavation rectovesicalis. Bagian bawah facies

posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens , vesicular seminalis , dan fascia

rectovesicalis.

Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung

ileum atau colon sigmoideum . Sepanjang pinggir lateral permukaan ini , peritoneum

melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urin terisi, bentuknya menjadi lonjong,

facies superior nya membesar dan menonjol ke atas , ke dalam cavitas abdominalis .

Peritoneum yang meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen

sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen.

Facies inferolateralis dibagian depan berbatasan dengan bantalan lemak

retropubica dan pubis. Lebih ke posterior , facies tersebut berbatasan diatas dengan

musculus obturatorius internus dan dibawah dengan musculus levator ani. Collum

vesicae berada diinferior dan terletak difacies superior prostatae. Disini ,serabut otot

polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostate. Collum

vesica dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-

laki dan ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligament ini merupakan

penebalan fascia pelvis.

Tunica mukosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong

dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica ueinaria terisi penuh. Area

tunica mukosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan

trigonum vesicae liutaudi. Disini ,tunica mucosa selalu licin , walaupun dalam

keadaan kosong karena membrane mukosa pada trigonum ini melekat dengan erat

pada lapisan otot yang ada dibawahnya.

Trigonum vesica dibatasi disebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari

muara ureter yang satu ke muara ureter lain dan disebut sebagai plica interureterica .

Uvula vesica merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat dibelakang ostium urethrae

yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada dibawahnya. Tunica

muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan

yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae . Pada

collum vesicae , komponen sirkuler dari lapisan otot ini menebal untuk membentuk

musculus sphincter vesicae.

Gambar 4. Vesica Urinaria8

Pendarahan

Arteriae

Arteri vesicalis superior dan inferior ,cabang arteri iliaca interna.

Venae

Venae membentuk plexus venosus vesicalis, dibawah berhubungan dengan plexus

venosus prostaticus dan bermuara ke vena iliaca interna.

Aliran limfe

Pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaci interni dan externi.

Persarafan

Persarafan Vesica urinaria Berasal dari plexus hypogastrica inferior . Serabut

pascaganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua lalu

berjalan kebawah turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut

preganglionik parasimpaticus yang muncul sebagai nervi spancnici pelvic berasal dari

nervus sacrales kedua, ketiga dan ke empat ,berjalan melalui plexus hypogastrica

kebawah menuju vesica urinaria.

B. Struktur Mikroskopik Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

Gambar 5. Mikroskopis Vesica Urinaria (Atas : Vesica Urinaria. Bawah : Saat Kosong (kiri) dan Saat Terisi Penuh (kanan)8

Lapisan otot polos dinding vesica urinaria serupa dengan lapisan otot di ureter,

kecuali ketebalannya. Dinding vesica urinaria terdiri atas mukosa, muskularis, dan

serosa pada permukaan superior vesica urinaria, permukaan inferior nya ditutupi oleh

adventisia yang menyatu dengan jaringan ikat struktur-struktur dekatnya.

Mukosa vesika yang kosong tampak berlipat-lipat, dilapisi oleh epitel

transisional yang membentuk lamina propia di bawahnya.9 Epitel transisional

mengandung lebih banyak lapisan sel dan lamina propria lebih lebar daripada yang di

ureter. Jaringan ikat di dalamnya mengandung lebih banyak serat elastin.6

Muskularisnya tebal dan ketiga lapisan di bagian leher vesika urinaria tersusun

dalam berkas yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat longgar di antaranya.

Pada vesika kosong, sel-sel superfisial epitel transisional berbentuk kuboid atau

silindris rendah. Bila vesika penuh dan epitel transisionalnya diregangkan, sel-selnya

menjadi gepeng. Membran permukaan asidofilik sel-sel superfisial tampak jelas.

2.4 Fungsi Ginjal

Sebelum mengetahui mekanisme kerja ginjal, disini akan dibahas terlebih dahulu

beberapa fungsi ginjal, antara lain :10

1. Mengatur volum air (cairan) dalam tubuh

2. Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion

3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh

4. Eksresi sisa-sisa hasil metabolism

5. Fungsi hormonal dan metabolism

6. Pengaturan tekanan darah

7. Pengeluaran zat beracun

2.5 Mekanisme Kerja Ginjal

Urine yang keluar dari tubuh merupakan hasil proses penyaringan plasma darah oleh

ginjal, yang melalui beberapa proses yang rumit. Kemudian hasil tersebut dikeluarkan oleh

organ-organ pengeluaran urine atau bisa kita sebut tractus urinarius. Berikut ini merupakan

pembahasan dari system pembentukan urine dan pengeluaran urine yang akan dijelaskan

secara terpisah.11

Pembentukan Urine

Secara garis besar, proses pembentukan urine terdiri atas proses filtrasi, reabsorbsi,

dan juga sekresi. Namun proses tersebut nantinya masih dtambah dengan proses-proses

tambahan lainnya. Berikut ini pembahasannya :

1. Penyaringan ( Filtrasi )

Bersamaan dengan masuknya darah kedalam glomerulus, filtrasi plasma yang

tidak diikuti dengan filtrasi protein terjadi melalui kapiler glomerulus menuju capsula

bowman. Normalnya, sekitar 20% plasma yang masuk kedalam glomerulus di filtrasi.

Umumnya, 125ml filtrate glomerulus terbentuk dari semua filtrasi glomerulus dalam

satu menit. Jadi setiap harinya terbentuk 180 liter filtrate glomerulus. Dinding kapiler

glomerulus terdiri dari sel endothelial selapis gepeng. Di dinding tersebut terdapat

banyak pori yang besar yang membuat dinding tersebut 100 kali lebih permaeabel

terhadap air dan zat lain disbanding kapiler tubuh lainnya. Dinding glomerulus, dapat

menyaring zat – zat yang ada di plasma darah. Diantaranya adalah protein. Protein

plasma mempunyai ukuran yang besar sehingga, tidak dapat masuk melalui pori

kapiler tersebut. Namun, albumin yang merupakan protein terkecil mempunyai

ukuran yang hampir sama dengan ukuran pori tersebur. Jadi ada kemungkinan dapat

masuk kedalam.

Untuk menyelesaikan proses filtrasi glomerulus, diperlukan tekanan yang

dapat meyebabkan plasma melewati membrane glomerulus. Terdapat tiga tekanan

yang berperan dalam filtrasi glomerulus: tekanan darah kapiler glomerulus, tekanan

onkotik plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula bowman. Penjelasan dari masing-

masing tekanan adalah sebagai berikut :

1) Tekanan hidrostatik kapiler darah, merupakan tekanan utama yang

mendorong terjadinya filtrasi, tekanan ini diperkirakan sekitar 55

mmHg. Tekanan ini bersifat mendorong plasma dari kapiler glomerulus

ke ruang bowman.

2) Tekanan onkotik kapiler, yang merupakan tekanan yang ditimbulkan

oleh kepekatan protein, tekanan ini sifatnya menarik air, besarnya

sekitar 30 mmHg. Sehingga menarik plasma dari ruang bowman ke

kapiler glomerulus. Tekanan onkotik tidak ada pada kapsula bowman

karena di dalam ruang bowman tidak terdapat protein. Sebab protein

tidak dapat menembus kapiler glomerulus ketika difiltrasi.

3) Tekanan hidrostatik kapsula bowman, merupakan tekanan yang sama

seperti tekanan hidrostatik kapiler, namun sifatnya mendorong plasma

dari kapsula bowman ke kapiler glomerulus. Tekanan ini berkisar

sebesar 15 mmHg.

Maka resultan dari ketiga tekanan tersebut sebesar 10 mmHg yang jalannya

menuju ke kapsula bowman. Ini merupakan Tekanan yang menimbulkan adanya

filtrasi, dan laju filtrasi ini biasa disebut sebagai GFR (Glomerulus Filtration Rate)

atau laju filtrate glomerulus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR antara lain:12

a) Tekanan arteri, bila tekanan arteri meningkat, ini jelas meningkatkan tekanan

di dalam glomerulus, sehingga laju glomerulus meningkat, tetapi peningakatan

filtrasi masih di atur oleh autoregulasi untuk menjaga tekanan glomerulus

yang meningkat drastic.

b) Efek kontriksi arteriol aferen, pada laju filtrasi glomerulus kontriksi arteriol

aferen menurunkan kecepatan aliran darah ke dalam glomerulus dan juga

menurunkan tekanan glomerulus, akibatnya terjadi penurunan terjadi

penurunan glomerulus.

c) Efek kontriksi arteri eferen, kontriksi ateriol eferen meningkatan tahanan

terhadap aliran keluar dari glomerulus dan ini akan meningatkan laju

glomerulus dan filtrasinya, tetapi bila penyempitan arteri terlalu besar dan

aliran darah sangat terhalang maka laju filtrasi juga akan menurun.

d) Efek aliran darah glomerulus atau laju filtrasi glomerulus, bila arteiol eferen

dan eferen berkontraksi, maka jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap

mnitnya akan menurun. Kemudian karena cairan filtrasi dari glomerulus maka

konsentrasi protein plasma dan tekanan osmotic koloid plasma dalam

glomerulus akan meningkat. Sebaliknya ini akan melawan filtrasi, sehingga

bila aliran darah glomerulus turun secara bermakna di bawah normal, maka

laju filtrasi mungkin menjadi tertekan secara serius walaupun tekanan

glomerulus tinggi.

Pada umumnya molekul dengan radius 4 nm atau lebih tidak tersaring,

sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun

karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk

menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged) dari setiap molekul

juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive) lebih mudah tersaring dari pada anion.

Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,

natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan

menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat

glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak

mengandung protein. Hasil penyaringan tersebut kemudian terus berjalan kearah

tubulus kontortus proksimal.

2. Penyerapan ( Absorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari

filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal

tidak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk

mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60%

kandungan air, 67% Na, 50% urea serta bahan-bahan lain yang tersaring, di reabsorbsi

sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan

mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari

komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur

transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical

membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel,

melewati basolateral membrane plasma.

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler

bergerak dari cairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur

permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler

transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui

Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam

cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel

berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K

melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na

melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane.

Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam

satu pimpinan sebagai Na (contransport) atau berlawanan pimpinan

(countertransport).

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini

(secondary active transport) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan

organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler

dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui

pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga

di pengaruhi gradient Na.

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%

filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan

terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi

yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa

sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap

hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g

glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang

komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang

masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa

metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin

primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini

melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan

air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan

tubulus distal.

3. Pengeluaran ( Sekresi)

Tubulus ginjal mampu secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam

cairan filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan

ekskresinya dalam urine. Sistem sekresi yang terpenting adalah untuk;

1) H+, yang penting untuk mengatur keseimbangan asam-basa.

2) K+, yang menjaga konsentrasi K+ plasma pada tingkat yang sesuai untuk

mempertahankan eksitabilitas normal membrane sel otot dan saraf

3) Anion dan kation organic, yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa

organic asing dari tubuh.

Sekresi juga terkadang dapat disebut sebagai proses augmentasi, yaitu proses

penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.

Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5%

urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm

dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan

yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa

metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat

makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut

tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun

sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.

Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai

pelarut.

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang

beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun

demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak

menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah

sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada

kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna

memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang

mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah

dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urin

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine

1. Hormon

a) ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat

mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus

yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas

dan menurunkan cairan ekstrasel ( Frandson,2003 )

b) Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di

tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan

konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin ( Frandson, 2003)

c) Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons

radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan

gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal

( Frandson, 2003)

d) Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson,

2003)

2. Renin

Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus

jukstaglomerularis pada :

Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )

Innervasi ginjal dihilangkan

3. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan

mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan

aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi

angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah.

4. Zat - zat diuretik

Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat

diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.

5. Suhu internal atau eksternal

Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi

volume urin.

6. Konsentrasi Darah

Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi

air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.

7. Emosi

Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

2.7 Tes Fungsi Ginjal

Seperti yang telah kita ketahui bahwa ginjal adalah organ yang berperan penting

dalam mengatur keseimbangan tubuh dan juga sebagai organ pembuangan zat-zat yang tidak

berguna dan bersifat racum.Fungsi ginjal akan menurun seiring dengan makin tuanya

seseorang dan juga karna adanya penyakit-penyakit. Kemunduran fungsi ginjal tersebut dapat

bersifat akut maupun kronis. Oleh karena itu ada beberapa tes fungsi ginjal yng dilakukan.

Fungsi dari tes ini adalah untuk mengetahui adanya penurunan fungsi ginjal dimana terdapat

peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah. Dibawah ini adalah beberapa tes fungsi

ginjal :

1. Urinalis1

Tes ini terdiri dari pemeriksaan makroskopis (warna, bau, kejernihan, berat jenis, pH

dan bau) dan mikroskopis atau sedimen urin (eritrosit, leukosit,bakteri).

Pembahasannya adalah sebagai berikut :

a. Volume urin

Manfaat dari pemeriksaan volume urin adalah untuk menilai

keseimbangan cairan tubuh, bersama-sama dengan pemeriksaan berat jenis

urin, merupkan salah satu tes faal ginjal, menafsirkan hasil pemeriksaan

kuantitatif atau semikuantitatif suatu zat, dan membantu menegakan diagnosis

penyakit.

b. Warna urin

Dipengaruhi oleh jumlah diuresis, kepekatan urin, obat yang dimakan,

makanan dan minuman tertentu.

c. Kejernihan urin,

Memiliki penilaian jernih, agak keruh, keruh, dan sangat keruh.

Kekeruhan urin normal dapat disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf dan

karbonat, peningkatan jumlah sel epitel dalam sedimen urin, dan kontaminasi

bakteri. Kekeruhan urin yang abnormal dapat disebabkan oleh eritrosit,

leukosit, khilus, bakteriuria, dan benda-benda koloid.

d. Warna urin

Dipengaruhi oleh jumlah diuresis, kepekatan urin, obat yang dimakan,

makanan dan minuman tertentu.

e. Kejernihan urin

Memiliki penilaian jernih, agak keruh, keruh, dan sangat keruh.

Kekeruhan urin normal dapat disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf dan

karbonat, peningkatan jumlah sel epitel dalam sedimen urin, dan kontaminasi

bakteri. Kekeruhan urin yang abnormal dapat disebabkan oleh eritrosit,

leukosit, khilus, bakteriuria, dan benda-benda koloid.

f. Berat jenis urine

Bervariasi dari waktu ke waktu. Pemeriksaan ini menggambarkan tes faal

pemekatan ginjal. Berat jenis urin 24 jam adalah 1016-1022, sedangkan berat

jenis urin sewaktu adalah 1003-1030. Hiperstenuria adalah berat jenis urin

yang meningkat. Dapat terjadi pada demam, dehidrasi, proteinuria, glukosuria,

hiperhidrosis, dan insufisiensi kelenjar adrenal. Hipostenuria adalah berat jenis

urin yang menurun, dapat terjadi pada overhidrasi, diabetes insipidus, dan

glomerulonefristis menahun.

g. Bau urin

disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau urin

yang abhormal adalah amoniak, aseton, dan bau busuk.

h. pH urin memberikan gambaran keadaan pH tbuh. pH urin normal berkisar 4.8-

7.4. cara pemeriksaannya adalah carik celup dan pH meter. pH urin

dipengaruhi oleh status asam basa tubuh, diet, dan infeksi traktus urinarius.

2. Glomerular Filtration Rate (GFR) berdasarkan ukuran kreatinin

GFR adalah hitungan yang menandai tingkat efisiensi penyaringan bahan

ampas dari darah oleh ginjal. Hitungan GFR yang umum membutuhkan suntikan zat

pada aliran darah yang kemudian diukur pada pengambilan air seni 24 jam. Baru-baru

ini, para ilmuwan menemukan bahwa GFR dapat dihitung tanpa suntikan atau

pengambilan air seni. Hitungan baru ini hanya membutuhkan pengukuran tingkat

kreatinin dalam contoh darah.

Kreatinin adalah bahan ampas dalam darah yang dihasilkan oleh penguraian

sel otot secara normal selama kegiatan. Ginjal yang sehat menghilangkan kreatinin

dari darah dan memasukkannya pada air seni untuk dikeluarkan dari tubuh. Bila ginjal

tidak bekerja sebagaimana mestinya, kreatinin bertumpuk dalam darah.

Dalam laboratorium, darah akan dites untuk menentukan ada berapa miligram

kreatinin dalam satu desiliter darah (mg/dL). Tingkat kreatinin dalam darah dapat

berubah-ubah, dan setiap laboratorium mempunyai nilai normal sendiri, umumnya

0,6-1,2mg/dL. Bila tingkat kreatinin sedikit di atas batas atas nilai normal ini, kita

kemungkinan tidak akan merasa sakit, tetapi tingkat yang lebih tinggi ini adalah tanda

bahwa ginjal kita tidak bekerja dengan kekuatan penuh. Satu rumusan untuk

mengestimasikan fungsi ginjal adalah menyamakan tingkat kreatinin 1,7mg/dL untuk

kebanyakan laki-laki dan 1,4mg/dL untuk kebanyakan perempuan sebagai 50% fungsi

ginjal normal. Tetapi karena tingkat kreatinin begitu berubah-ubah, dan dapat

dipengaruhi oleh makanan, hitungan GFR adalah lebih tepat untuk menentukan

apakah kita mempunyai fungsi ginjal yang rendah.1,10

Hitungan GFR baru memakai ukuran kreatinin kita bersamaan dengan berat

badan, usia, dan nilai ditentukan untuk jenis kelamin dan ras. Beberapa laboratorium

dapat menghitung GFR saat tingkat kreatinin diukur, dan memasukkannya pada

laporan.

3. Tekanan Darah

Tekanan darah yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit ginjal. Tekanan

darah yang tinggi juga dapat menjadi tanda bahwa ginjal kita sudah mulai rusak. Satu-

satunya cara untuk mengetahui apakah tekanan darah kita ternyata tinggi adalah untuk

minta tekanan diukur oleh petugas kesehatan yang profesional dengan alat khusus.

Hasilnya dicatat dalam dua angka. Angka atas, yang disebut tekanan sistolik,

menandai tekanan saat jantung kita berdenyut. Angka bawah, yang disebut tekanan

diastolik, menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat antardenyut. Tekanan darah

kita dianggap normal bila tetap di bawah 120/80 (disebut sebagai “120 di atas 80”).

NHLBI mengusulkan bahwa orang dengan penyakit ginjal memakai semua terapi

yang dibutuhkan, termasuk perubahan pada pola hidup dan pengobatan, agar tekanan

darah tidak melebihi 130/80.

4. Tes Uji Mikroalbuminuria dan Proteinuria

Ginjal yang sehat menghilangkan bahan ampas dari darah tetapi protein tetap

ditinggalkan. Ginjal yang rusak dapat gagal memisahkan protein darah yang disebut

albumin dari bahan ampas. Pada awal, hanya sedikit albumin mungkin bocor sampai

ke air seni, kondisi yang disebut mikroalbuminuria, sebuah tanda bahwa fungsi ginjal

memburuk. Sebagaimana fungsi ginjal semakin rusak, jumlah albumin dan protein

lain dalam air seni semakin meningkat, kondisi yang disebut proteinuria. Dokter

mungkin akan memakai dipstik sebagai tes untuk protein dalam contoh air seni yang

diambil di klinik. Warna dipstik menunjukkan keberadaan atau ketidakberadaan

proteinuria.

Sebuah tes untuk protein atau albumin dalam air seni yang lebih peka

mencakup tes laboratorium dan hitungan rasio protein:kreatinin atau

albumin:kreatinin. Tes ini harus dipakai untuk mendeteksikan penyakit ginjal pada

orang berisiko tinggi, terutama dengan diabetes. Bila tes laboratorium kita

menunjukkan tingkat protein yang tinggi, sebaiknya dilakukan tes ulang 1-2 minggu

kemudian. Bila tes kedua juga menunjukkan tingkat protein yang tinggi, kita

mempunyai proteinuria persisten, dan membutuhkan tes lanjutan untuk mengukur

fungsi ginjal.

5. Blood Urea Nitrogen (BUN)

Darah kita mengangkat protein pada sel di seluruh tubuh kita. Setelah sel

memakai protein, sisa bahan ampas dikembalikan ke darah sebagai urea, sebuah

senyawa yang mengandung nitrogen. Ginjal yang sehat menghilangkan urea dari

darah dan memasukkannya ke air seni. Bila ginjal kita tidak bekerja dengan baik, urea

itu akan tetap dalam darah.

Satu desiliter darah normal mengandung 7-20mg urea. Bila BUN kita lebih

dari 20mg/dL, ginjal kita mungkin tidak bekerja dengan kekuatan penuh. Penyebab

lain BUN tinggi yang mungkin termasuk dehidrasi dan kegagalan jantung.

6. Tes Tambahan untuk Uji Fungsi Ginjal

Ada beberapa tes yang sering digunakan sebagai tes tambahan untuk mengetahui

fungsi ginjal, tes tersebut antara lain :

Gambar ginjal (renal imaging). Menggambarkan ginjal dapat dilakukan

dengan ultrasound, CT scan, atau MRI scan. Alat ini paling membantu untuk

mencari pertumbuhan yang abnormal atau tersumbatnya aliran air seni.

Biopsi ginjal. Dokter mungkin ingin memeriksa sepotong kecil jaringan ginjal

kita dengan mikroskop. Untuk mengambil contoh jaringan ini, harus dilakukan

biopsi ginjal – tindakan yang dilakukan di rumah sakit. Sebuah jarum kecil

dimasukkan melalui kulit kita di belakang ginjal. Jarum itu mengambil serat

jaringan berukuran 1-2cm. Untuk tindakan ini, kita harus tengkurap pada meja

dan menerima pembiusan lokal untuk mematirasakan kulit. Contoh jaringan

akan membantu dokter menentukan masalah di tingkat sel.

Fungsi ginjal yang rendah mempunyai penyakit ginjal yang akan menjadi semakin buruk.

Bila kita mempunyai fungsi ginjal di bawah 25%, kita akan mengalami masalah kesehatan

yang berat. Bila fungsi ginjal menurun di bawah 10-15%, kita tidak dapat bertahan hidup

secara lama kecuali mendapatkan suatu bentuk terapi pengganti ginjal – dialisis atau

pencangkokan.

2.8. Urin Normal

Urin normal terdiri dari :

Urea

Komposisi urea didalam urin adalag ½ total solid

Mineral

Mineral yang terbanyak dalam urin adalah NaCl, dimana komposisinya adalah ¼

total solid

Zat Organik dan Anorganik lain

Total zat organic dan organic di dalam urin adalah sebanyak ¼ total solid

Ciri-Ciri urin normal :

1. Volume

Urine rata-rata jumlahnya 1-1,5 liter setiap hari. Volume urin tergantung luas

permukaan tubuh dan intake cairan.

2. Warna

Urin memiliki warna kuning bening, hal ini disebabkan oleh adanya urokhrom.

Secara normal warna urin dapat berubah, dimana perubahan warna tersebut

tergantung jenis bahan atau obat yang dimakan. Banyak carotein, warna kuning

banyak melanin, warna coklat kehitam-hitaman, Banyak darah, warna merah tua

( hematuria ) banyak nanah, warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh

( proteinuri )

3. Bau

Urine baru, bau khas sebab adanya asam-asam yang mudah menguap. Urine lama,

bau tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam urine. Bau busuk, adanya

nanah dan kuman-kuman. Bau manis, adanya aseton.

4. Berat Jenis

Normalnya urin memiliki berat jenis : 1,003-1,030

5. pH Urine

Kurang lebih urin memiliki ph = 6 atau sekitar 4,8-7,5 Px dgn kertas lakmus (reaksi) :

Urine asam, warna merah. Urine basa, berwarna biru.

KESIMPULAN

Ginjal merupakan organ yang sangat penting, dimana fungsinya adalah memproduksi

dan mengeluarkan urin dari dalam tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system utama

untuk mempertahankan homeostatis. Ginjal melakukan fungsi yang paling penting dengan

menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi

tergantung kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal akan membuang zat yang tidak diinginkan

dengan cara filtrasi darah dan maneksresikannya melalui urine, sementara zat yang

dibutuhkan akan kembali ke dalam darah. Tanpa adanya organ ginjal maka tidak akan terjadi

kehidupan dalam tubuh. Ginjal berperanan penting dalam keberlangsungan hidup serta fungsi

sel secara normal bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan juga elektrolit

didalam cairan internal sel tersebut. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada

pengeluaran sisa-sisa metabolisme yang dihasilkan oleh sel itu sendiri yang tentunya diatur

oleh ginjal. Proses ginjal dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh meliputi tiga

proses utama yaitu filtrsai, reabsorpsi, dan sekresi.

Oleh karena itu jika ada kerusakan pada salah satu bagian dari ginjal akan

menyebabkan terganggunya proses homeostasis dalam tubuh. Seperti dalam kasus ini

dimana penderita sering kencing namun ketika dilakukan tes, hailnya adalah reduksi 3+

dengan hasil glukosa darahnya normal. Pada kasus ini penderita mengalami diabetes renal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Parker S. Sistem Urin. Dalam : Ensiklopedia Tubuh Manusia. Jakarta : Penerbit

Erlangga. 2007.h.194-9.

2. SnelL RS. Tractus Urinarius. Dalam : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.

Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. h.250- 348.

3. Callaghan C. Pendahuluan Ren. Dalam : At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Kedua.

Jakarta : Erlangga Medical Series. 2009. h. 13-27.

4. Ginjal. Diunduh dari www.biology.com, 23 September 2011.

5. Aliran Pembuluh Darah dan Pembuluh Balik. Diunduh dari www.biology.com, 23

September 2011.

6. Eroschenko VP. Sistem Urinaria. Dalam : Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi

Fungsional. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003. h.247-260.

7. Nefron. Diunduh dari www.google.com, 23 September 2011.

8. Vesica Urinaria. Diunduh dari www.biology.com, 23 September 2011.

9. Gunawijaya FA, katrawiguna E. Hepar, Pankreas, Vesika Fellea. Dalam : Penuntun

Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik Histology. Jakarta : Universitas Trisakti.

2007.h.148-157.

10. Syaifuddin. Fisiologi Sistem Perkemihan. Dalam : Fisiologi Tubuh Manusia untuk

Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. 2009.h.254.

11. Sloane, Ethel. Sistem Urinaria. Dalam : Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula .

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.h. 321-2.

12. Sherwood L. Sistem Kemih. Dalam : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.h.560-2.