Makalah Pbl Blok 10
-
Upload
gitapuspitasari -
Category
Documents
-
view
68 -
download
22
description
Transcript of Makalah Pbl Blok 10
Struktur dan Mekanisme Kerja Ginjal
Gita Puspitasari
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Setiap senyawa yang masuk kedalam tubuh akan dikeluarkan kembali. Jumlah yang masuk sama dengan jumlah yang dikeluarkan. Ginjal salah satu organ yang memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup karena di didalam ginjal terdapat nephron yang menjalankan proses filtrasi, reabsorbsi, sekresi dan eksresi. Dalam ginjal terdapat sistem autoregulasi bertujuan untuk mengkompensasikan terhadap perubahan tekanan darah. Apabila ginjal mengalami gangguan maka fungsi dari ginjal akan terjadi gangguan juga, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan senyawa lainnya.Kata kunci : ginjal, nephron, tekanan darah
Structure and Mechanism of Kidney Action
Gita puspitasari Student of Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University
Abstrac
Any compound that enters the body will be release again. Number of compounds enter same as compounds exit. Kidney is one of important organ whish takes role in life survival since nephron in the kidney runs process of filtration, reabsorption, secretion, and excretion. Kidney has auto-regulation system that aims to compensate for changes in blood pressure. Impaired kidney will cause kidney’s units dysfunction causing of fluids, electrolytes, and other compounds. Keywords: kidney, nephron, blood pressure
Alamat korespondensi:Gita Puspitasari, 102011327, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, Jalan Arjuna Barat No. 6, Jakarta Barat 11510, e-mail: [email protected]
1
Pendahuluan
Ginjal merupakan salah satu sistem urinaria yaitu suatu sistem saluran dalam tubuh
manusia yang meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan
tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan. Ginjal berperanan penting dalam mempertahankan
homeostasis dengan mengatur banyak konstituen plasma terutama elektrolit, air dan
mengeiliminasi semua zat sisa metabolisme.
Di dalam ginjal terjadi proses penting untuk kelangsungan hidup dan berfungsi secara
normal bergantung pada pemeliharan konsentrasi elektrolit, air di lingkungan cairan internal.
Kemampuan ginjal untuk menjalankan fungsinya dalam membuang zat sisa metabolisme
bergantung pada unit fungsional dari ginjal yang disebut nephron. Pada nephron terdiri dari
beberapa bagian dan memiliki peranannya tersendiri seperti filtrasi, reabsorbsi, sekresi dan
eksresi.
Struktur Makroskopis
Ren atau ginjal terletak retroperitoneal yaitu diantara parietal dan fascia transversa
abdominis, pada sebelah dextra dan sinistra collumna vertebralis. Ren sisnitra bagian anterior
terletak setinggi costa XI dan dibagian posterior setinggi vertebra lumbal 2-3. Sedangkan ren
dexter bagian anterior terletak setinggi costa XI dan bagian posterior setinggi vertebra lumbal
3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7cm, sedangkan jarak
pada extremitas inferion ren dextra dan sinistra adalah 11cm, dan jarak dari extremitas
inferior ke crista iliaca adalah 3cm pada dextra dan 5cm pada sinistra.1
Gambar 1. Letak anatomi ginjal (sumber: 911medical.blogspot.com)
Pada extremitas superior terdapat glandula suprarenalis yang dipisahkan dari ginjal
oleh perinealis. Sisi daripada ginjal ada margo medialis dan margo lateralis, pada bagian
margo medialis berbentuk konkaf sedangkan margo lateralis berbentuk konveks. Pada margo
2
medialis terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis yaitu pintu masuknya pembuluh
darah, limfe, saraf, dan ureter. Hilus renalis ini di kelilingi oleh sinus renalis yang terdapat
pembuluh darah, saraf, limfe dan pelvis renis. Pada ginjal terdiri dari dua permukaan facies
anterior dan posterior. Facies anterior berbentuk cembung dan facies posterior sedikit datar.
Facies anterior dan posterior merupakan bagian yang berhubungan dengan organ sekitarnya
sehingga masig-masing facies anterior ren memiliki karakteristik masing-masing1 :
Facies anterior ren dextra
Facies anterior ren dextra berhubungan dengan affixa hepatis. Pada margo medialis
berhubungan dengan pars descendens duodeni yang dipisahkan oleh fascia renalis. Mendekati
extremitas inferior berhubungan dengan colon ascendens atau flexura coli dextra. Sebagian
besar facies anterior dan margo lateralis berhubungan dengan facies inferior hepar.
Mendekati extremitas inferior berhubungan dengan lengkung-lengkung ileum yang
dipisahkan oleh peritoneum.
Facies anterior ren sinistra
Facies anterior ren sinistra berhubungan dengan organ sekitarnya di bagian craniolateral
menghadap facies posteroinferior gaster yang dipisahkan oleh peritoneum. Margo lateralinya
berhubungan dengan impressio renalis dan cauda pancreatic, dan margo medialis, caudal
hilus renalis berhubungan dengan lengkung jejunum atau disebut dengan facies jejunalis.
Margomedialis dan cranial facies jejunalis bethubungan dengan corpus pancreatis dan
v.lienalis. mendekati extremitas inferior renalis berhubungan dengan flexura coli sinistra atau
colon descendens.
Facies posterior sinistra
Bagain cranialnya berhadapana dengan diaphragma dan costa XII dan sedikir costa XI.
Disebelah medial facies diaphragmatica berhadapan dengan crus diaphragmatica dan
processus transversus vertebra lumbal 1, sedangkan sebelah lateral berhadapan dengan arcus
lumbocostalis medialis dan lateralis. Daerah yang terletak cranial arcus lumbocostalis disebut
trigonum lumbocostale. Pada daerah segitiga ini sering tidak lengkap pertumbuhannya
sehingga facies posterior ginjal hanya dipisahkan oleh jaringan lemak dari pleura. Caudal
facies diaphrgamatica berhubungan berturut-turut dari medial ke lateral : M. Psoas major, M.
quadratus lumborum, Aponeurosis m. Tranversus abdominis.
Facies posterior dextra
Facies posterior dextra menyerupai facies posterior ren sinistra tapi hanya berhubungan
dengan costa XII saja karena letak ginjal kiri lebih rendah. Extremitas superior ren dextra
lebih tebal dan membulat dibandingkan extremitas inferior. Juga lebih dekat bidang median
3
karena letak extremitas superior dan extremitas inferior berbeda letaknya dengan bidang
median maka axis memanjang ginjal terbentang dari mediocranial ke laterocaudal atau sesuai
dengan arah M. psoas major.
Ginjal dilapisi oleh tiga lapisan yaitu : capsula fibrosa, capsula adiposa dan fascia renalis1
Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas, tetapi capsula fibrosa hanya
melekat pada ginjal tidak termasuk glandula supra renalis.
Capsula adiposa mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal beserta glandula
suprarenalis. Capsula adiposa dibagian depan relatif lebin tipis dibandingkan di
bagian belakang. Posisi ginjal dipertahankan oleh fascia adiposa. Pada keadaan
tertentu capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan
capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal turun yang disebut
nephroptosis. Nephroptosis sering terjadi pada gran multipara (ibu sering melahirkan).
Fascia renalis terletak diluar capsula fibrosa dan terdiri dari dua lembar : fascia
prerenalis dibagian depar dan fascia retrorenalis di bagian belakang. Kedua lembar
fascia renalis ke caudal tetap terpisah, sedangkan ke cranial bersatu sehingga kantong
ginjal terbuka ke bawah oleh karena itu sering terjdi ascending infection.
Secara antomis ginjal dibagi menjadi dua bagian korteks dan medula ginjal. Kerteks
ginjal terletak lebih superfisial dan didalmnya terdapat berjuta-juta nephron. Nephron
merupaakn unit fungsional terkecil ginjal. Cortex renis terdiri dari glomelurus dan pembuluh
darah. Di dalam glomeluruss darah disaring dan disalurkan ke dalam medula. Pada medlua
saluran tersebut akan bermuara pada papila renalis sehingga tampak garis-garis pada medulla
yang disebut processus medullaris (ferheini). Medula ginjal terletak lebih profundus banyak
terdapat duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urine. Pada
medula renis dapat dijumpai papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga
disebut sebagai pyramid renalis. Saluran yang menembus papila disebut ductuli papillares
yaitu tempat tembus berupa ayakan yang disebut area cribriformis. Papilla renalis nantinya
akakna menonjol ke calyx minor, diantara pyiramis terdapat collumna renalis. Pada beberapa
calyx minor (2-4) membentuk calyx major. Beberapa calyx major bergabung menjadi pyleum
atau pelvis renis kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calyx disebut sinus renalis. 1
Pendarahan ginjal
4
Arteri renalis
Arteri renalis dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1 dan 2. A.
renalis kanan lebih panjang dari A. renalis kiri karena harus menyilangh V. cava inferior
dibelakangnya. A. renalis masuk kedalam ginjal melaluui hillius renalis dan
mempercabangkan dua cabang besar. Cabang pertama berjalan ke deoan ginjal yang
memperdarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabagng yang kedua berjalan ke belakang
ginjal dan mendarahi ginjal bagian belakang. Kedua cabang a. renalis bagian depan dan
bagian belakang akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal atau yang biasa disebut garis
broedle. Pembedahan ginjal dilakukan pada garis broedel karena perdarahannya minimal. A.
renalis berjalan diantara libus ginjal dan bercanga lagi menjadi a.interlobaris. 1
Arteri interlobaris
Arteri interlobaris pada perbatasan cortex dan medula akan bercabang menjadi arteri arcuata
yang akan mengelilingi cortex dan medula sehingga disebut a. arciformis. 1
Arteri arcuata
Arteri arcuata atau arteri arciformis mempercabangkan a.interlobularis dan berjalan samapai
tepi ginjal (cortex) kemudian mempercabangkan vasa afferens pada glomerolus. Dalam
glomerolus membentuk anyaman atau pembuluh kapiler sebagai vasa efferens. 1
Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler
dan kemudian berkumpul ke dalam v.interobularis atau Vv.stellatae (Verheyeni). Dari v.
Interlobularis v. Arcuta v. Interlobaris v. Renalis v. cava inferior. 1
Ginjal mendapatkan persarafan melalui plexus renalis, yang serata berjalan bersama
dengan arteri renalis. Input dari sistem simpatik menyebabkan vasokontriksi yang
menghambat aliran darah ke ginjal. Ginjal diduga tidak mendapat persarapan parasimpatik.
Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen thoracal 10-11 dan
memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya. 1
5
Gambar 2. Bagian ginjal (sumber: okyishida.multiply.com)
Struktur mikroskopis
Pembagian ginjal sama seperti halnya pada struktur makroskopis terdiri dari dua
bagian korteks dan medula ginjal. Dalam jaringan korteks ginjal terdapat2 :
Glomerolus ginjal (korteks marpighi), bangunan ini bentuknya khas, bulat dengan
warna yang lebih gelap daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat.
Permukaan luarnya diliputi epitel selapis gepeng yang disebut kapsula bowman pars parietal.
Kadang ditemukannya tautan antara kapsula bowman pars parietal dengan tubulus kontortus
proksimal yang membentuk polus tubularis. Dibawah kapsula bowman pars parietal terdapat
ruangan kosong yang dalam keadaan hidup terisi cairan ultrafiltrat (urine primer). Pada sisi
berlawan dengan polus tubularis terdapat polus vaskularis, tempat masuk dan keluarnya
arteriol pada glomerolus. Arteriol yang masuk disebut arteri afferen, yang kemudian
bercabang menjadi sebuah kapiler bergelung-gelung membentuk glomerolus. Pembuluh
kapiler tadi sebenarnya diliputi oleh podosit yang merupakan sel endotel kapiler bowman
pasr viseralis. Dengan mikroskop cahaya biasanya sulit membedakan sel endotel kapiler dari
podosit. Semua pembuluh kapiler tadi kemudian menjadi satu lagi membentuk arteri yang
selanjutnya keluar dari glomerolus dan disebut arteri efferen. 2
6
Gambar 3. korteks ginjal (sumber: penuntun praktikum histologi ukrida)
Pada beberapa glomerolus dapat dibedakan arteri afferen dari arteri efferen karena
kebetulan terpotong pada apparatus yuxtaglomerularis. Bangunan ini terdiri atas makula
densa dan sel yuxtaglomerularis. Arteri afferen ikut membentuk bangunan ini karena sel
yuxtaglomerularis sebenarnya merupakan sel otot polos dinging arteri afferen didekat
glomerolus yang bersifat menjadi sel epiteloid. Sel-sel tersebut tampak jernih dan kadang-
kadang didalam sitoplasmanya terdapat granula. Ditempat ini, arteriol tidak mempunyai
tunika elastika interna. Sisa luar sel yuxtaglomerular berhimpit dengan sel yang menyusun
makula densa yang merupakan epitel dinidng tubulus kontortus distalis. Pada bagian ini sel
dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel makula densa dan sel
yuxtaglomerular bersama-sama membentuk apparatus yuxtaglomerularis dan tempat
keluarnya arteri efferen glomeroluss terdapat kelompokan sel-ssel kecil yang jernih yaitu sel
mesangial atau sel polkisen.2
Tubulus kontortus proksimal. Saluran ini selalu terpotong dibagian bidang karena
jalannya berkelok-kelok. Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas
sel yang sukar dilihat. Intinya bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dengan
initi disebelahnya. Sitoplasma berwarna asidofil. Dinidng lateral sel tidak jelas dan
permukaan sel menghadap lumen mempunyai brus border. 2
Tubulus kontortus distal. Seperti yang proksimal, dinidngnya terdiri atas selapis sel
kuboid yang batas antar selnya agak lebih jelas dibanding yang proksimal. Inti sel
bulat berwarna biru tetapi bila diperhatikan jarak antara inti sel disebelahnya agak
berdekatan satu samalain. Sitoplasmanya berwarna basofil dan permukaan sel yang
menghadap lumen tidak mempunyai brush border. 2
7
Arteri dan vena interlobularis. Pembuluh ini disebut juga arteri atau vena kortikalis
radiata. Kedua pembuluh ini sering terlihat berjalan berdampingan dan tergolong
arteriol dan venula. Bergantung pada arah potonganya, kedua pembuluh ini dapat
terpotong melintang atau memanjang tetapi selalu berada didalam jaringan korteks
ginjal. Pada daerah yang berbatasan dengan jaringan medula (pyramid) pada beberapa
sajian dapat ditemukan arteri atau vena arcuata yang tergolong arteriol dan venula
yang lebih besar daripada arteri atau vena interlobulaaris. 2
Kolumna renalis bertini. Jaringan kortek ginnjal sebagian kecil menjorok kedaerah
medula membentuk kolom mengisi celah diantasa pyramid. Jaringan medula sepertri
itulah yang disebut kolumna enalis bertini. Pada beberapa sajian di sinipun dapat
ditemukan pembuluh darah yang juga tergolong arteriol atau venula dan disebut arteri
atau vena interlobaris. 2
Medula ginjal
Jaringan medula ginjal hanya teerdiri atas saluran-saluran kurang lebih berjalan lurus.
Jaringan medula ada juga yang menjorok masuk kedalam daerah korteks, didalam korteks
ginjal jaringan medula ini membentuk berkas-berkas yang disebut processus ferreini.
Didalam berkas ini terdapat sekelompok saluran yang gambaranya berbeda dari saluran yang
ada didalam jaringan korteks. Jika berkas itu terpotong melintang biasanya tampak sejumlah
saluran lumennya lebih kecil dan dindingnyapun lebih tipis. Didalam jaringan medula ginjal,
yang terdapat pada processus ferreini maupun pada pyramid.2
Gambar 4. Medula ginjal (sumber: penuntun praktikum histologi ukrida)
8
Ansa henle segmen tipis (pars ascendends) atau tubulus rectus distal gambarnya mirip
tubulus kontortus distal tetapi garis tengahnya lebih kecil
Ansa henle segmen tipis. Gambaranya mirip pembuluh kapiler darah tetapi epitelnya
hanya terdiri dari selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih
jelas terlihat selain itu lumennya tampak kosong
Ansa henle segmen tebal (pars descendens) atau tubulus rectus proksimal.
Gambaranya mirip dengan tubulus kontortus proksimal tetapi diameternya lebih kecil.
Ductus koligens. Gambarnya mirip tubulus kontortus distal tetapi dinidng sel
epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Jaringan medula yang
terdapat di dalam pyramid ga,barnnya sam dengan yang terdapat iddalam processus
ferreini. Tetapi makin dekat ke papilla renis saluran-saluran yang ada didalmnya
tampak berdiameter lebih besar, dindingnya dilapisi epitel kubis tinggi selapis torak
dan disebut ductus papilaris bellini. Saluran terakhir ini bermuara kedalam calyx
minor.
Mekanisme kerja ginjal
Ginjal memiliki tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorbsi tubulus, sekresi tubulus. Pada saat darah mengalir melalui glomerulus,
terjadi filtrasi plasma ke dalam kapsula bowman. Proses ini yang dikenal sebagai filtrasi
glomerulus, yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Pada saat filtrasi
mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler
peritubulus. Perpindahan bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus ke
dalam darah ini disebut reabsorbsi tubulus. Zat-zat yang direabsorbsi tidak keluar dari
tubulus melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke
jantung untuk kembali diedarkan.3
Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat
darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah
untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Eksresi utin mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh
di urin. Proses ini bukan suatu proses terpisah tetapi merupakan hasil dari ketiga proses
utama. 3
9
Gambar 5. Nephron dan aktivitas ginjal (sumber: manashsubhaditya.blogspot.com)
Filtrasi Glomerulus
Cairan yang difiltrasi dari dari glomerulus ke dalam kapsula bowman harus melewati
tiga lapisan yang membentuk membrana glomerulus : dinidng kapiler glomerulus, membrana
basalis, dan lapisan dalam kapsula bowman. Ketiga lapisan tersebut berfungsi sebagai
saringan molekul halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma tetapi melewatkan
air dan zat terlarut lain yang ukuran molekulnya cukup kecil. Pada glomerulus terdapat celah
sempit yang membentuk jalan bagi cairan untuk keluar dari kapiler glomerulus dan masuk ke
lumen kapsula bowma. Dengan demikian rute yang diambil oleh glomerulus seharusnya
bersifat ekstrasel peryama melalui pori-pori kapiler kemudian membrana basalis aseluler dan
terahir melalui celah filtrasi kapsular. 3
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya mendorong
sebagain plasma dalam glomerulus menembus lubang membaran glomerulus. Filtrasi
glomerulus disebakan oleh adanya gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya yang terdapat di
kapiler bagian tubuh lainnya. Kapiler glomerulus memiliki sifat permeabilitas yang tinggi,
sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang difiltrasi dan
keseimbangan gaya di kedua sisi membran glomerulus adalah sedemikian rupa, sehingga
filtrasi berlangsung di keseluruhan kapiler. Pada filtrasi terdapat tiga gaya fisik yang terkibat
dalam filtrasi glomerulus3 :
10
Tekanan hidrostatik kapiler glomerolus
Tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerolus. Tekanan ini
akhirnya bergantung pada kontraksi jantung dan resistensi arteriol afferen dan efferen
terhadap aliran darah. Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong
filtrasi.
Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Tekanan ini, cenderung mendorong cairan keluar dari kapsula bowman, melawan
filtrasi cairan dari glomerulus ke kapsula bowman.
Tekanan osmotik osmotik koloid plasma
Ditimbulkan oleh distribusi protein plasma yang tidak seimbang di kedua sisi
membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein plasma yang terdapat di
kapiler glomerulus tetapi tidak di temukan pada kapsula bowman. Dengan demikian
konsentrasi air di kapsula bowman lebih tinggi daripada kapiler glomerulus.
Akibatnya adalah kecenderungan air untuk berpindah secara osmostis mengikuti
penurunan gradien konsentrasi dari kapsula bowman ke kapiler glomerulus yang
melawan arah filtrasi glomerolus.
Reabsorbsi tubulus
Reabsorbsi adalah suatu proses yang sangat selektif. Di dalam filtrat glomerulus, semua
konstituen kecuali protein plasma, berada dalam konsentrasi yang sama dengan konsentrasi
plasma. Umumnya jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan komposisi dan volume
lingkungan cairan internal yang sesuai. Di sepanjang tubulus yang dilaluinya, beberapa zat
dari filtral direabsorbsi kembali secara selektif dari tubulus dan kembali ke darah sedangkan
yang lain disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus. Meresapnya zat-zat pada tubulus
terjadi dengan dua cara. Gula dan asam amino melalui proses difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tuulus distal. 3
a. Reabsorbsi tubulus proksimal
Banyak zat yang diperoleh melalui mikropunksi ternyata masa isoosmotik sampai ke ujung
tubulus proksimal. Pada tubuls proksimal ini, air akan keluar dari tubulus secara pasif akibat
perbedaan osmotik yang dihasilkan oleh transport aktif zat terlarut sehingga keadaan isotonik
bisa dipertahankan. Zat organik terlarut sepeerti glukosa, asam amino dan bikarbonat lebih
banyak di reabsorbsi dari pada air sehingga konsentrasi zat tersebut menurun secara nyata. 3
11
Reabsorbsi glukosa
Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorbsi bersamaan dengan natrium di
bagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, natrium akan direabsorbsi
bersamaan dengan klorida. Glukosa direabsorbsi melalu transport aktif sekunder.
Ambang ginjal untuk glukosa ialah kadar plasma yang pertama kali menyebabkan
glukosa di temukan dalam urin dengan jumlah kecil yang biasa diekresikan, ambang
ginjal untuk glukosa adalah 375% mg/menit.4
Reabsorbsi ion natrium
Ion-ion natrium di transport secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan carrier)
dari lumen tubulus kontortus proksimal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang
konsentrasi ion natriumnya lebih rendah. Ion natrium yang ditransport secara aktif
dengan pompa natrium kalium akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke cairan
interstsial di dekat kapiler peritubular. 4
Gambar 6. Reabsorbsi natrium (sumber: medicalmusic.wordpress)
Reabsorbsi klorida
Reabsorbsi klorida dapat bersifat aktif atau pasif dan hampir selalu bersamaan dengan
transport natrium. Proses ini dipengaruhi oleh gradien listrik di tubulus. Seperti
natrium, sebagaian besar reabsorbsi klorida (65%) terjadi di tubulus di lengkung
proksimal, sedikit di lengkung henle (25%) dan sisanya (10%) diatara tubulus
lengkung distal dan siste, duktus pengumpul. 4
Reabsorbsi kalium
12
Sebagian besar kalium di dalam tubuh ter;etak diintrasel. Dengan demikian, walupun
kalium plasma difiltrasi secara bebas di glomerolus, konsentrasi di kapsula bowman
rendah. Sebagian besar kalium yang difiltrasi akan direabsorbsi 50% di tubulus
proksimal, 40% di pars ascendens tebal, dan 10% dibagian akhir nefron duktus
pengumpul di medula. Sebagian besar reabsorbsi kalium adalah difusi pasif. Kalium
juga disekresikan kedalam tubulus melalui transport aktif di sel-sel tubulus proksimal,
pars descendens lengkung henle dan duktus pengumpul. Jumlah kalium yang
disekresikan bervariasi dan bergantung pada jumlah kalium yang masuk melalui
makanan. Individu yang melakukan diet rendah kalium hanya melakukan filtrasi dan
reabsorbsi, dan tidak melakukan sekresi kalium. Sekresi kalium oleh duktrus
pengumpul dirangsang oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan oleh korteks
adrenal.4
Reabsorbsi asam amino
Asam amino difiltrasi di glomerolus secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal.
Semua reabsorbsi asam amino diperantarai oleh pembawa. Tm untuk pembawa
berada jauh di atas jumlah asama mino yang difiltrasi secara normal, sehingga tidak
terdapat dalam urine normal. 4
Reabsorbsi protein plasma
Hanya sedikit sekali asam amino yang difiltrasi menembus glomerolus. Protein yang
difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal. Karena GFR sangat
tinggi, walaupun hanya sedikit molekul protein plasma, misalnya albumin yang
difiltrasi, pengeluaran protein harian akan tinggi apabila tidak dilakukan reabsorbsi.
Sebagian kecil protein yang difiltrasi di glomerolus tidak direabsorbsi. Protien
tersebut diuraikan oleh sel tubulus dan diekresikan diurine. 4
Reabsorbsi urea
Urea dibentuk di hati sebagai suatu prosuk akhir metabolisme protein. Urea difiltrasi
secara bebas di glomerolus. Karena sangat permeabel menembus sebagian besar
nefron, urea berdifusi kembali ke kapiler peritubulus. Urea mengikuti air sewaktu air
direabsorbsi dari filtrat urine yang bergerak menembus nefron. Di ujung tubulus
proksimal, sekitas 50% urea yang difiltrasi telah direabsorbsi. Dari ujung tubulus
proksimal ke duktus pengumpul di medula, tubulus proksimal bersifat tidak
permeabel terhadap urea. Disepanjang rute ini, beberapa bagian tubulus mulai
mensekresikan urea ke dalam filtrat. Dengan demikian, pada saat mencapai duktus
pengumpul di medula, konsentrasi urea telah kembali mencapai konsentrasi seperti di
13
filtrat glomerulus. Di duktus pengumpul medula, urea kembali menjadi permeabel dan
kembali mengikuti reabsorbsi air keluar tubulus. Sewaktu filtrat meninggalkan ginjal,
sekitar 40% urea yang semula difiltrasi menetap dalam filtrat dan dieksresikan. Harus
ditekankan bahwa reabsorbsi urea bergantung pada reabsorbsi air. Apabila reabsorbsi
air rendah, maka semakin banyak urea yang dieksresikan dan demikian sebaliknya. 4
Reabsorbsi bikarbonat
Reabsorbsi bikarbonat adalah suatu proses aktif yang terjadi terutama di tubulus
proksimal. Reabsorbsi berlangsung sewaktu sebuah molekul air terurai di sel tubulus
proksimal menjadi hidrogen (H+) dan sebuah molekul hidroksil (OH-). Hidrogen (H+)
secara aktif disekresikan ke dalam lumen tubulus dan bergabung dengan molekul
bikarbonat yang telah difiltrasi di glomerolus. Hidrogen (H+) ditambah bikarbonat
akan menghasilkan asam bikarbonat (H2CO3) yang, dengan adanya enzim karbonat
anhidrase, terurai menjadi karbon diaksida dan air. Keduanya berdifusi kembalu ke
dalam sel tubulus proksimal unutk digunakan kembali sewaktu siklus tersebut
berulang. Melalui proses ini, bikarbonat yang telah difiltrasi disimpan dan tidak
terjadi diekresikan melalui urine. Reaksi hidrogen (H+) dengan bikarbonat bersifat
reversibel. 4
CO2+H2O H2CO3H++HCO3-
Gambar 7. reabsorbsi bikarbonat (sumber: ivan-atjeh.blogspot.com)
Hidroksil (OH-) yang dihasilkan disel tubulus proksimal berikatan dengan molekul
karbon dioksida intasel. Dengan adanya enzim karbonat anhidrase, molekul tersebut
14
juga bereaksi menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat ini juga kembali ke dalam kapiler
peritubulus, dan enzim karbonat anhidrase mudah didaptkan. 4
b. Reabsorbsi ansa henle
Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda : segmen tipis descendens,
segmen tipis asncendens dan segmen tebal asncendens. Bagian segmen tipis ascendens sangat
impermeabel terhadap kebanyakan zat terlarut termasuk ureum dan natrium termasuk air.
Sektar 20% dari air yang difiltrasi akan direabsorbsi di ansa henle, dan hampir semua terjadi
di lengkung tipis descendens karena lengkung tipis dan tebal ascendens impermeabel
terhadap air. Segmen tebal ansa henle, yang mereabsorbsi secara aktif natrium, klorida, dan
kalium. Segmen tipis lengkung ascendens mempunyai kemapuan reabsorbsi yang lebih
rendah daripada segmen tebal, dan lengkung tipis descendens tidak mereabsorbsi zat terlarut
ini dalam jumlah bermakna.3
c. Reabsorbsi tubulus distal
Segmen tebal ascendens ansa henle berlanjut ke dalam tubulus distal. Bagian tubulus ini
mempunyai kesamaan aktivitas reabsorbsi seperti segmen tebal ansa henle, artinya
mereabsorbis natrium, klorida, dan kalium, impermeabel terhadap air dan ureum. Oleh karena
itu, segmen ini disebut segmen pengencer. 3
d. Reabsorbsi duktus koligens
Duktus ini bagian akhir dalam pemrosesan urin sehingga memainkan peranan penting dalam
menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dari uyrin. Permeabilitas duktus koligen
bagian medula terhadap air di kontrol oleh kadar ADH. Dengan kadar ADH yang tinggi, air
banyak direabsorbsi ke dalam intestinum medula. Duktus koligen pada bagian medula
permeabel terhadap ureum. 3
Sekresi
Sekresi tibulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan epitel reabsorbsi
tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorbsi, sekresi rubulus dapat
aktif dan pasif. Bahan yang paling penting di sekreesikan adalah ion hidrogen dan ion kalium,
anion dan kation organik, serta senyawa-senyawa asing bagi tubuh. 3
Ion hidrogen
Sekresi ion hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam
basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi
di tubulus proksimal, distal, dan koligens. Tingkat konsentrasi hidrogen bergantung
pada kesamaan tubuh. 3
15
Ion kalium
Ion kalium adalah zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan sebagai
bagian tubulus. Zat ini secara aktif direabsirbsi di tubulus proksimal dan secara aktif
diseksresikan di tubulus distal dan koligens. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan
pengumpul digabungkan dengan reabsorbsi natrium melalui pompa NA+ K-
basolateral yang bergantung energi. Pompa ini tidak saja memindahkan natrium
keluat ke ruang lateral, tetapi juga memindahkan kalium ke dalam tubulus.
Konsentrasi kalium intrasel yang meningkat mendorong difusi kalium dari sel ke
dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara
pasif melalui sejumlah besar kalium di sawar tersebut. Dengan menjaga kalium di
cairan interstium rendah yaitu memindahkan kalium ke dalam sel tubulus. Dari cairan
intesrstium disekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasik kalium keluar
dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstium. Kalium yang keliuar
melalui cara ini kemudian di pompakan ke dalam sel, dan dari tempat ini kalium
berdifusi ke dala lumen. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi
sekresi netto kalium dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. 3
Anion dan kation organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu
untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. 3
Gambar 8. Sekresi amonia (sumber : ivan-atjeh.blogspot.com)
Fungsi dari jalur ini :
16
a. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus
yang sudah mengandung bahan yang bersnagkutan melalui proses filtrasi, jaur
sekretorik organik mempermudah eksresi bahan-bahan tersebut.
b. Mempermudah eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat difilltrasi
c. Mengeliminasi senyawa asing dari tubuh
Amonia (NH3), hasil pembongkaran atau pemecahan protein. Merupakan zat yang
beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun
demikian, jika unutk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan di rombak
menjadi zat yang kurang beracun yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah
sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hari dan disimpan pada
kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen tang berguna
memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun rendah
dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah. 3
Eksresi
Dari 125 ml/menit cairan yang difiltrasi di glomerulus dalam keadaan normal hanya 1 ml/
menit yang tertinggal di tubulus dan diekresikan sebagai urin. Hanya zat-zat sisa dan
kelebihan elektrolit yang tidak diperlukan oleh tubuh dibiarkan didalam tubulus. Ginjal
mampu mengeksresikan urin dengan volume dan konsentrasi yang berbeda-beda baik untuk
menahan atau mengeluarkan H2O, masing-masing bergantung pada apakah tubuh mengalami
kelebihan H2O. 3
Sistem counter current multipilier
Terdapat di lengkung henle, suatu bagian nefron yang panjang dan melengkung dan terletak
diantara tubulus proksimal dan distal. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah
dasar dan bergantung pada trasnport aktif natrium (dan klorida) keluar dari pars ascendens
lengkung tersebut. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilitas relatif bagian
lengkung ini terhadap ait yang menjaga air tidak keluar mengikuti natrium.4 Akhirnya sistem
ini mengandalkan permeabilitas duktus pengumpul terhadap air. Langkah-langkah pada
counter current multiplier :
a) Tungkai descendens ansa henle sangat permeabel terhadap air dan relatif impermeabel
terhadap zat terlarut seperti NaCl. Tungkai ini tidak secara aktif mentrasnport setiap
zat.5
17
b) Tungkai ascendens impermeabel terhadap air, tetapi permeabel terhadap NaCl. Ion
klorida secara aktif memompa filtrat keluar tungkai ascendens menuju cairan
interstisial pertibular yang diikuti dengan aliran ion natrium katena tarikan listrik ion
klorida negatif, hal ini meningkatkan konsentrasi osmotin NaCl dalam cairan
interstisial. 5
c) Akibat penigkatan osmolaritas cairan interstisial, air bergerak keluar tungkai
descendens dan lengkung menuju cairan interstisial tubular melalui proses osmosis.
Hal ini menyebabkan konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubular lebih besar karena
zat tersebut berbalik pada lengkungan jepit ansa henle. Osmolaritas cairan ini
meningkat samapo mencapai konsentrasi maksimum 1.200 miliosmol/l. Empat kali
lebih banyak dibandingkan konsentrasi cairan normal. 5
d) Karena filtrat bergerak di sepanjang tungkai ascendens, kandungan ion natriumnya
pun semakin berkurang. NaCl berdifusi secara pasif keluar lengkung henle di awal
tungkai ascendens dan secara aktif di transport ke luar saat filtrat melewati tungkai
ascendens. Karena tungkai ascendens impermeabel terhadap air, maka air tidak ikut
keluar dan cairan tubular kemudian memnjadi lebih encer (hipoosmotik) saat
menanjak menuju korteks. 5
e) Sebagian NaCl yang keluar dari tungkai ascendens ke cairan interstisial berdifusi ke
dalam tungksi descendens. Juga NaCl baru dalam filtrat glomerolus terus bergerak ke
dalam inflow tubulus unutk dikeluarkan dari tungkai ascendens ke cairan interstisial
oeritubulat. Dengan demikian mekanisme daur ulang ini menggandakan konsentrasi
NaCl. 5
f) Akibatnya adalah cairan interstisial yang menyelubungi ansa genle mengandung
garam berkonsentrasi tinggi. Seperti halnya filtrar dalam ansa henle. Gradien
konsentrasi vertikel dari korteks (isoosmotik) ke medula (hiperosmotik) dapat
dipertahankan. 5
18
Gambar 9 . sistem counter current (sumber: jw1.nwnu.edu.cn)
Sitem counter currernt exchager
Dalam pembuluh darah dan tubulus ginjal embantu mekanisme arus bolak balik ganda jika
sirkulasi darah mengeluarkan zat terlarut dari cairan ektraselular medular. Gradien
konsentrasi tidak terganggu dengan sirkulasi darah karena alasan berikut :
a) Kapiler vasa recta berfungsi sebagai penukar arus bolak balik karena arah aliran darah
disekita ansa henle berlawanan dengan arah aliran filtrat di sekita lengkung tersebut. 5
b) Dinding vasa recta permeabel terhadap NaCl dan air. Saat darah mengalir menuruni
pembuluh descendens vasa recta yang paralel terhadap tungkai ascendens tubulus,
darah menjadi hiperosmotik karena darah menarik ion natrium dan klorida serta
kehilangan sebagian air. Di dasar lengkung kapiler, osmolaritas plasma identik
dengan osmolaritas yang menyelubungi cairan interstisial. 5
c) Ketika darah mengalir balik ke pembuluh ascendens vasa recta yang paralel dengan
tungkai descendens tubulus, garam berdifusi kembali ke kapiler dan air juga ikut
masuk kembali ke pembuluh. Osmolaritas darah menurun karena darh mengalir
menuju korteks. 5
d) Karena pertukaran pasif garam dan air diantara vasa recta dan cairan interstisial
medula serta fakta yang menunjukan aliran darah dalam vasa recta relatif lambat,
darah yang meninggalkan medula hanya sedikit hiperosmotk terhadap darah arteri.
Gradien konsentrasi dalam cairan ektraselular medular dipertahankan. 5
19
Autoregulasi
Perubahan GFR yang spontansebgaian besar dicegah oleh mekanisme pengaturan intrinsik
yang dicetuskan oelh ginjal itu sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai “autoregulasi”
(auto = sendiri). Ginjal dapat, dalam batas-batas tertentu memeprtahankan aliran darah
kapiler glomerolus yang konstan (sehingga GFR mengikuti konstan) walaupun terjadi
perubahan tekanan arteri. Ginjal melakukannya dengan mengubah-ubah kaliber arteriol
afferen sehingga resistensi terhadap aliran darah melalui pembuluh ini dapat disesuaikan.
Autoregulasi dipengaruhi oleh faktor internal : mekanisme miogenik yang berespon terhadap
perubahan dan mekansime umpan balik tubuloglomerolus, yang mendeteksi perubahan aliran
melalui komponen tubulus nefron.3
a. Mekanisme miogenik
Sifat umumnya otot polos vaskular. Otot polos vaskular arteriol berkontraksisecara
inheren sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai peningkatan di dalam
oembuluh. Dengan demikian, arteriol afferen secara otomatis berkontraksi sendiri,
jika teregang karena tekanan arteri meningkat. Respon ini membantu membatasi
aliran darah ke dalam glomerolus ke tingkat normal walaupun tekanan arteri
meningkat. Sebaliknya, arteriol afferen yang tidak teregang (karena tekanan didalam
pembuluh menurun) akan secara inheren melemas, sehingga aliran darah ke dalam
glomerulus meningkat walaupun terjadi penurunan tekanan arteri. 3
b. Mekanisme umpan baliik tubuloglomelorus
Melibatkan aparatus jukstaglomerolus. Yaitu kombinasi khusus sel-sel tubulus
dan vaskular didaerah nefron tempat tubulus, setelah melengkung terhadap dirinya,
berjalan melewati sudut yang dibentuk oleh arteriol afferen dan efferen sewaktu
keduanya menyatu menjadi glomerulus. Didalam dinding arteriol pada titik kontak
dengan tubulus, sel-sel otot polos secara khusus membentuk sel granuler, yang
disebut demikian karena sel-sel tersebut mengandung banyak granula sekrektorik.
Sel-sel tubulus khusus di daerah ini secara kolektif disebut sebagai makula densa. Sel-
sel makula densa mendeteksi perubahan kecepatan aliran cairan di dalam tubulus
yang melewati mereka, hingga akan mengaktifasi sistem RAA. Pada sistem RAA,
ginjal akan mengeksresikan hormon renin sebagai respon terhadap penurunan NaCl
atau tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan angiotensinogen yang merupakan suatu
protein plasma yang diprosuksi oleh hati, menjadi angiotensin I . angiotensisn I
diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzyme yang diproduksi
20
oleh paru. Angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan hormon
aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium oleh ginjal. Retensi natrium
menimbulkan osmotik yang menahan lebih banyak air. Retensi natrium dan air
bersama-sama membantu mengkoreksi rangsangan semula yang mengaktifkan sistem
renin angiotensin aldosteron (RAA) ini. Angiotensin II juga menimbulkan efek lain
yang membantu menghilangkan rangsangan semula. 3
Gambar 10: sistem renin angiotensin aldosteron (sumber: doctorology.net)
Apabila GFR meningkat akibat peningkatan tekanan arteri , cairan yang
difiltrasi dan mencapi tubulus distal lebih banyak dari pada normal. Sebagai respon
sel-sel makula densa memicu pengeluaran zat-zat kimia vasoaktif dari aparatus
jukstaglomerulus, yang kemudian menyebabkan konstriksi arteriol afferen dan
menurunkan aliran darah glomerulus serta memu.ihkan GFR ke normal. Pada situasi
yang berlawanan pada saat sel-sel makula densa mendeteksi bahwa aliran cairan
melintasi tubulus rendah maka penurunan GFR spontan akibat penururnan tekanan
arteri, sel-sel ini menginduksi vasodilatasi arteriol afferen dengan mengubah tingkat
sekresi zat-zat kimia vasoaktif yang relevan. Peningkatan aliran glomerolus
memulihkan GFR ke normal. Dengan demikian, melalui aparatus jukstaglomerulus,
tubulus nefron mampu memantau laju perpindahan cairan didalamnya dan
menyesuaikan GFR ke seperlunya. Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus ini
dimulai oleh tubulus unutk membantuk setiap nephron mengatur kecepatan filtrasi
melalui glomerulus masing-masing.3
21
Gambar 11. mekanisme umpan balik tubuloglomerulus (sumber: sherwood L)
Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus dan miogenik bekerja sama unutk
melakukan autoregulasi atas GFR di dalam rentang tekanan arteri yang berkisaran antara 80
samapi 180 mmHg. Di dalam rentang yang lebar ini, penyesuaian-penyesuaian autoregulasi
intrinsik resistensi arteriol afferen dapat mengkompensasikan perubahan tekanan arteri,
sehingga tidak terjadi fluktasi GFR yang tidak sesuai, walaupun tekanan glomerulus
cenderung berubah mengikuti tekanan arteri. 3
Autoregulasi sangat penting karena pergeseran GFR yang tidak di sengaja dapat
meneybabkan ketidakseimbangan caira, elektrolit, dan zat-zat sisa yang dapat membahayakan
tubuh. Karena paling tidak sebagian cairan yang dfiltrasi pastri dieksresikan, jumlah cairan
yang diekresikan pasti meningkat apabila GFR meningkat. Apabila tidak terdapat
autoregulasi, GFR akan meningkat dan air serta zat-zat terlarut akan terbuang sia-sia akibat
peningkatan tekanan darah. Dipihak lain bila tekanan darah rendah, ginjal tidak akan
mampusecara adekuat mengeliminasi zat-zat sisa, kelebihan elektrolit, dan bahan lain yang
seharusnya dieksresikan. Dengan demikian autoregulasi memperkecil efek langsung
perubahan-perubahan tekanan arteri yang seharusnya terjadi pada GFR, dan selanjutnya pada
eksresi air, dan zar terlarut, dan zat sisa. 3
Pembahasan
Skenario A : seorang laki-laki usia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak
pada kedua kaki sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Sejak 2 minggu terakhir bengkak yang
dirasakan semakin parah, dan perutnya mulai membuncit. Pada pemeriksaan didapatkan
tekanan darah 150/190 mmHg, pitting oedem dan asites.
22
Tekanan darah meningkat peningkatan tekanan kapiler glomerolus
GFR meningkat arus filtrasi meningkat stimulasi sel makula
densa aktivasi RAA penurunan aliran darah ke glomerolus
penurunan tekanan kapiler glomerolus penurunan GFR menjadi
normal
Oedem yang disebabkan oleh penurunan eksresi garam dan air oleh ginjal
Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, sebagian besar natrium-klorida yang
ditambahkan ke dalam darah tetap berada di kompartemen ekstrasel, dan hanya sejumlah
kecil saja yang memasuki sel. Karenanya, pada penyakit ginjal yang menurunkan eksresi
natrium klorida dan air dalam urin, sejumlah besar natrium klorida dan air akan ditambahkan
ke ekstrasel. Sebagian besar garam dan air ini bocor dari darah masuk ke dalam rongga
interstisial, tapi sebagian masik tetap berada dalam darah. Efek utama kejadian ini adalah
menyebabkan peningkatan volume cairan intrastisial yang besar (oedem ektrasel) dan
hipertensi akibat peningkatan volume darah. Misalnya anak yang menderita
glomerulonefritis akut, dengan cedera glomerulus ginjal akiabt inflamsi berakibat gagalnya
penyaringan cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami oedem cairan ektrasel yang
serius di seluruh tubuh, bersama dengan oedem, anak ini biasanya menderita hipertensi
berat.6
Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari, ginjal mempunyai berbagai fungsi. Salah satunya untuk
mengeluarkan sisa metabolisme. Dan sebenarnya ginjal memiliki fungsi jauh lebih banyak.
Ginjal penting untuk mempertahankan keseimbangan air, garam dan elektrolit dan
merupakan suatu kelenjar endokrin yang mengeluarkan paling sedikit tiga hormon. Dalam
ginjal terdapat unit fungsional ginjal yang didalamnya terjadi proses penting yaitu filtrasi,
reabsorbsi, sekresi dan eksresi. Ginjal membantu dalam mengontrol tekanan darah dan sangat
rentan mengalami kerusakan bila tekanan darah terlalu tinggi atau rendah.
Daftar Pustaka
1. Inggriani YK. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi 2. Jakarta: Fakultas kedokteran
Universita Kristen Krida Wacana; 2012 .h. 20- 5.
2. Junqueria LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2007. h. 369-73.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.h. 468- 79.
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.h. 694-8.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h. 325-6.
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.h.
320.
23