Makalah PBL blok 16
-
Upload
dessywidjaya -
Category
Documents
-
view
114 -
download
4
description
Transcript of Makalah PBL blok 16
Infeksi Parasit Taenia saginata
Makalah PBL
Blok 16 – Sistem Digestivus 2
Dessy
10-2010-081 , C4
14 Mei 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat
Email : [email protected]
Pendahuluan1
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing. Berdasarkan
taksonomi, helmin dibagi menjadi Nemathelminthes (cacing gilik) dan Platyhelminthes (cacing
pipih). Cacing dewasa yang termasuk Platyhelminthes mempunyai badan pipih, tidak
mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat hermafrodit.
Platyhelminthes dibagi menjadi kelas Trematoda (cacing daun) dan kelas Cestoda (cacing
pita). Beberapa spesies dari cacing Cestoda lah yang akan saya bahas di makalah ini. Cacing
Cestoda mempunyai badan berbentuk pita dan terdiri atas skoleks, leher dan badan (strobila) dan
bersegmen (proglotid). Makanan diserap melalui kulit (kutikulum) badan. Di makalah ini akan
dibahas bagaimana penularannya, perkembangan daur hidupnya, sampai ke penanganannya.
Isi
2
Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea , filum Platyhelminthes. Cacing
dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan
invertebrata.
Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral,
tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen
yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang
dilengkapi dengan alat hisap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan
pada manusia umumnya adalah : Taenia saginata dan Taenia solium, Diphyllobothrium latum,
Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis.
Manusia merupakan bentuk hospes Cestoda ini dalam bentuk :
1. Cacing dewasa, untuk spesies Taenia saginata dan Taenia solium, Diphyllobothrium latum,
Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
2. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana, Echinococcus
granulosus, Multiceps.
Sifat-Sifat umum
Badan cacing dewasa terdiri atas :
1. Skoleks, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan batil isap atau
dengan lekuk isap.
2. Leher, yaitu tempat pertumbuhan badan.
3. Strobila, yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Tiap proglotid
dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap (hermafrodit).
Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus. Embrio di dalam
telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh menjadi bentuk infektif dalam
hospes perantara.1
Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada Cestoda
dikenal 2 ordo : Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea.1
Anamnesis
3
Dalam anamnesis, perlu ditanyakan :
1. Berasal dari daerah endemis taeniasis atau sistiserkosis.
2. Gejala taeniasis
3. Riwayat mengeluarkan proglotid
4. Benjolan (nodul subkutan) pada satu atau lebih bagian tubuh
5. Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis lainnya (±)
6. Riwayat / gejala epilepsi (-)
7. Gejala peninggian tekanan intra cranial (-)
8. Gejala neurologis lainnya (-) 2
Pemeriksaan Fisik
- Teraba benjolan / nodul subkutan atau intra muscular satu atau lebih.
- Kelainan mata (oscular cysticercosis) dan kelainan lainnya yang disebabkan oleh sistiserkosis
(±)
- Kelainan neurologis (-)
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan tinja secara makroskopis : Proglotid (+)
- Pemeriksaan apus tinja secara mikroskopis (metode apus tebal Kato) : telur cacing Taenia sp
(±)
- Pemeriksaan serologis (ELISA) : sistiserkosis (+)
- Pemeriksaan biopsy pada nodul subkutan. Gambaran menunjukkan patologi anatomi yang
khas untuk sistiserkosis (+).
- Endoskopi
- Pengiriman spesimen serum menggunakan tabung / botol steril dan es batu (suhu ± 10C).2,3
Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang. Terdiri
atas kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas
proglotid, sebanyak 1000-2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter atau lebih. Skoleks hanya
berukuran 1-2 milimeter, bentuk piriform, mempunyai 4 batil isap dengan otot-otot yang kuat,
tanpa kait-kait (rostelum).
4
Gambar 1. Skoleks Taenia saginata.
Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu.
Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur) dan
mengandung telur (gravid),
Pada proglotid yang belum dewasa, belum terlihat struktur alat kelamin yang jelas. Pada
proglotid dewasa terlihat struktur alat kelamin seperti folikel testis yang berjumlah 300-400
buah, tersebar di bidang dorsal. Vasa eferensnya bergabung untuk masuk ke rongga kelamin
(genital atrium) yang berakhir di lubang kelamin (genital pore).
Lubang kelamin letaknya selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila. Di bagian
posterior lubang kelamin, dekat vas deferens, terdapat tabung vagina yang berpangkal pada
ootip.
Ovarium terdiri atas 2 lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak ovarium di
sepertiga bagian posterior proglotid. Vitelaria letaknya di belakang ovarium dan merupakan
kumpulan folikel yang eliptik.
Uterus tumbuh dari bagian anterior ootip dan menjulur ke bagian anterior proglotid.
Setelah uterus ini penuh dengan telur, maka cabang-cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15-
30 buah pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus (porus uterinus). Proglotid yang
sudah gravid letaknya terminal dan sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak
aktif, keluar dengan tinja atau keluar sendiri dari lubang dubur (spontan).
Gambar 2. Proglotid Gravid Taenia saginata.
Setiap harinya kira-kira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid bentuknya lebih panjang
daripada lebar. Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x 20-30
mikron, berisi embrio heksakan atau onkosfer. Telur yang baru keluar dari uterus masih diliputi
5
selaput tipis yang disebut lapisan luar telur. Telur Taenia saginata tidak dapat dibedakan dengan
telur Taenia soleum.1,4
Gambar 3. Telur Taenia saginata.
Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak; cairan putih susu yang
mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila
proglotid berkontraksi waktu gerak. Dengan demikian, pengeluaran sejumlah 100.000 telur dari
proglotid itu tidak seluruhnya tergantung pada desintegrasi.1,5
Gambar 4. Hasil Endoskopi
Working Diagnosis
Diagnosis dalam kasus ini adalah taeniasis saginata, yang disebabkan oleh cacing Taenia
saginata. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya proglotid yang aktif bergerak dalam tinja,
atau keluar spontan. Juga dengan ditemukannya telur dalam tinja atau usap anus.
Proglotid kemudian diidentifikasi dengan merendamnya dalam cairan laktofenol sampai
jernih. Setelah uterus dengan cabang-cabangnya terlihat jelas, jumlah cabang-cabang dapat
dihitung. 1
6
Differential Diagnosis
Diphyllobothrium latum (Taenia lata, Dibothriocephalus latus, broad tapeworm, fish tapeworm)
- Hospes dan nama penyakit
Manusia adalah hospes definitive, hospes reservoarnya adalah anjing, kucing dan lebih
jarang 22 mamalia lainnya, antara lain walrus, singa laut, beruang, babi dan serigala. Parasit
ini menimbulkan penyakit yang disebut difilobotriasis.
- Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania,
Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia.
- Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjangnya dapat
sampai10 m dan terdiri atas 3000-4000 proglotid ; tiap proglotid mempunyai alat kelamin
betina dan jantan yang lengkap.
Gambar 5. Proglotid (kiri) dan Proglotid Gravid (kanan) Diphyllobothrium latum.
Telur mempunyai operculum. Berukuran 70 x 45 mikron, dikeluarkan melalui lubang
uterus proglotid gravid dan ditemukan dalam tinja. Telur menetas dalam air.
7
Gambar 6. Telur Diphyllobothrium latum.
Larva disebut korasidium dan dimakan oleh HP 1, yaitu binatang yang termasuk
Copepoda seperti Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes ini larba tumbuh menjadi
proserkoid, kemudian Cyclops dimakan HP 2 yaitu ikan salem dan proserkoid berubah
menjadi larva pleroserkoid atau sparganum.
Bila ikan tersebut dimakan hospes definitif, misalnya manusia, sedangkan ikan itu tidak
dimasak dengan baik, maka sparganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa.
Gambar 7. Daur hidup Diphyllobothrium latum
- Patologi dan Gejala Klinis
8
Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala saluran cerna seperti diare, tidak nafsu
makan dan tidak enak diperut.
Bila cacing hidup di permukaan usus halus, dapat timbul anemia hiperkromakrositer,
karena cacing itu banyak menyerap vitamin B12 , sehingga timbul gejala defisiensi vitamin
tersebut. Bila jumlah cacing banyak, mungkin terjadi sumbatan usus secara mekanik atau
terjadi obstruksi usus, karena cacing-cacing itu menjadi seperti benang kusut.
- Diagnosis
Cara menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid
yang dikeluarkan dalam tinja. 1
Taenia solium
- Hospes dan nama penyakit
Manusia adalah hospes definitif, sedangkan HP nya adalah babi. Manusia yang
dihinggapi cacing dewasa Taenia solium, juga menjadi HP cacing ini, nama penyakit yang
disebabkan oleh cacing dewasa adalah taeniasis solium dan yang disebabkan stadium larva
adalah sistiserkosis.
- Distribusi geografik
Parasit ini adalah kosmopolit. Cacing tersebut banyak ditemukan di Negara yang
mempunyai banyak peternakan babi dan di tempat daging bagi banyak disantap seperti
Eropa, Amerika Latin, Cina, India, Amerika Utara dan juga beberapa daerah di Indonesia
seperti Papua, Bali dan Sumatera Utara.
- Morfologi dan daur hidup
Berukuran panjang 2-4 m dan kadang-kadang sampai 8 m. cacing ini seperti Taenia
saginata, terdiri dari skoleks, leher dan strobila, yang terdiri atas 800-1000 ruas proglotid.
Skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan
rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah. Strobila
terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur) dan
mengandung telur (gravid).
9
Gambar 8. Proglotid Taenia solium.
Gambaran alat kelamin pada proglotid matur sama dengan Taenia saginata, kecuali
jumlah folikel testis nya lebih sedikit, yaitu 150-200 buah. Bentuk proglotid gravid
mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Jumlah cabang uterus pada
proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi.
Lubang kelamin letaknya bergantian selang seling pada sisi kanan atau kiri strobila secara
tidak beraturan.
Proglotid gravid berisi 30.000-50.000 buah telur. Telurnya keluar melalui celah robekkan
pada proglotid. Telur tersebut bila termakan oleh HP yang sesuai, maka dindingnya dicerna
dan embrio heksakan keluar dari telur, menembus dinding usus dan masuk ke saluran getah
bening atau darah.
Embrio heksakan kemudian ikut aliran darah dan menyangkut di jaringan otot babi.
Embrio heksakan cacing gelembung (sistiserkus babi), dapat dibedakan dari cacing
gelembung sapi, dengan adanya kait-kait di skoleks yang tunggal. Cacing gelembung yang
disebut sistiserkus selulose biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung dan pundak babi.
HP lainnya selain babi adalah monyet, unta,anjing, babi hutan, domba, tikus dan manusia.
Larva tersebut berukuran 0,6-1,8cm. bila daging babi yang mengandung larva sistiserkus
dimakan setengah matang atau mentah oleh manusia, dinding kista dicerna, skoleks
mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus halus seperti yeyunum.
Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan
telur. 1
10
Gambar 9. Daur Hidup Taenia solium.
- Patologi dan Gejala Klinis
Cacing dewasa, yang biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang
berarti. Bila ada banyak, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit
kepala. Darah tepi dapat menunjukkan eosinofilia.
Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita, disebabkan oleh larva yang disebut
sistiserkosis.
Infeksi ringan biasanya tidak menunjukkan gejala, kecuali bila alat yang dihinggapi
adalah alat tubuh yang penting.
Pada manusia, sistiserkus atau larva Taenia solium sering menghinggapi jaringan
subkutis, mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru, dan rongga perut. Walaupun
sering dijumpai, kalsifikasi (pengkapuran) pada sistiserkus tidak menimbulkan gejala, akan
tetapi sewaktu-waktu terdapat pseudohipertrofi otot, disertai gejala miositis, demam tinggi
dan eosinofilia.
Pada jaringan otak atau medula spinalis , sistiserkus jarang mengalami kalsifikasi.
Keadaan ini sering menimbulkan reaksi jaringan dan dapat mengakibatkan serangan ayan
(epilepsi), meningoensefalitis, gejala yang disebabkan oleh tekanan intracranial yang tinggi
11
seperti nyeri kepala dan kadang-kadang kelainan jiwa. Hidrosefalus internus dapat terjadi,
bila timbul sumbatan aliran cairan serebrospinal. Sebuah sistiserkus tunggal yang ditemukan
dalam ventrikel IV otak, dapat menyebabkan kematian.
- Diagnosis
Diagnosis teniasis solium dilakukan dengan menemukan telur dan proglotid. Telur sukar
dibedakan dengan telur Taenia saginata.1
Gambar 10. Perbedaan antara Taenia saginata dengan Taenia solium.
Patofisiologi
Hospes definitif cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan
memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah hospes
perantaranya. Nama penyakitnya teniasis saginata.
Tiap hari kira-kira proglotid dilepas dan aktif keluar anus. Tiap proglotid dapat berisi 80-
100.000 telur. Telur mengandung onkosfer. Telur infektif waktu dikeluarkan bersama tinja, oleh
HP.
Telur melekat di rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput, atau
karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir. Ternak yang makan rumput yang
terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung. Menetasnya telur memerlukan pengolahan terlebih
dahulu oleh cairan lambung sebelum cairan usus dapat menimbulkan desintegrasi pada
embriofor dan aktivitas pada embryo. Embrio heksakan meninggalkan kulit telurnya, menembus
usus dalam waktu 10-40 menit, lalu masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan
aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut
sistiserkus bovis, yaitu larva Tania saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu.
12
Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha
belakang dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat di hinggapi. Setelah 1 tahun cacing
gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3 tahun.
Bila cacing gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang
termakan oleh manusia, skoleks nya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi dan
melekat pada mukosa usus halus, biasanya yeyunum. Cacing gelembung tersebut dalam waktu 8-
10 minggu menjadi dewasa. 1
Cacing dewasa hidup di bagian atas yeyunum. Röntgenogram menunjukkan bahwa
lokalisasi cacing biasanya adalah yeyunum bagian atas di bawah batas 40-50cm dari sambungan
duodenum dengan yeyunum, dan bahwa hanya kira-kira 6% dari cacing-cacing berada di bagian
bawah yeyunum. Cacing ini dapat hidup selama 25 tahun.4
Gambar 11.Daur hidup Taenia saginata.
13
Manifestasi Klinis
Cacing dewasa Taenia saginata, biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti
sakit ulu hati , perut merasa tidak enak, mual, muntah, diare, pusing atau gugup. Gejala tersebut
disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak – gerak lewat dubur bersama
dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid masuk
appendix, Proglotid gravid yang menempati rongga appendix dapat menyebabkan lesi ringan
pada mukosa dan menyebabkan appendicitis sekunder. Jarang sekali terjadi obstruksi usus yang
akut disebabkan oleh satu kelompok strobila yang kusut, atau cacing menembus ke dalam ductus
Wirsungi dan mengakibatkan nekrosis pada pankreas.
Proglotid gravid yang berotot dan aktif bermigrasi keluar dari anus, memberi perasaan
pada penderita bahwa dia mengeluarkan tinja yang tidak diinginkan, sehingga menyebabkan
kebingungan bukan kepalang. Menemukan proglotid yang bergerak aktif di pakaian dalam, di
tempat tidur, atau di tinja yang baru dikeluarkan, juga mengganggu. Berat badan tidak jelas
menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi. 1,4
Etiologi
Cacing pita dari sapi, telah dikenal sejak dahulu ; akan tetapi identifikasi cacing tersebut
baru menjadi jelas setelah tahun 1782, karena karya Goeze dan Leuckart. Sejak itu, diketahui
adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva sistiserkus bovis, yang
ditemukan pada daging sapi. Bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia
saginata, maka dagingnya akan ditemukan sistiserkus bovis. 1
Penatalaksanaan
Obat yang dapat digunakan untuk mengobati teniasis saginata:
1. Obat tradisional = biji labu merah, biji pinang.
2. Kuinakrin (Atabrine) dosis tunggal 35 mg/kgBB diberikan dalam keadaan perut kosong pada
pagi hari disusul pencahar 15-20 gram Sulfas Magnesicus 2 jam setelah obat diminum. Tinja
dikumpulkan 3 x 24 jam untuk menemukan skoleks.
3. Amodiakuin (Camoquine), niklosamid (Yomesan).
4. Prazikuantel (Biltricide) tablet 500 mg, dosis 50 mg/kgBB disusul pencahar 2 jam setelah
obat diminum.
14
5. Bitionol (Bitin)
6. Mebendazol (Vermox) tablet 500 mg, 3 kali sehari selama 3 hari
7. Albendazol 400-1200 mg selama 3 hari berturut-turut. 1,5,6
Prognosis
Prognosis umumnya baik, kadang-kadang sulit untuk menemukan skoleksnya dalam tinja
setelah pengobatan. Kemungkinan cysticercosis (bila ada) sangat kecil.1
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan :
1. Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati orang yang mengandung parasit ini, dan
mencegah kontaminasi tanah dengan tinja manusia.
2. Pemeriksaan daging sapi akan adanya cysticercus.
3. Mendinginkan daging sampai -100 C.
4. Memasak daging sampai matang. 1,4
Cysticercus dapat dirusak dengan pendinginan sampai -100C selama 5 hari, pemanasan di
atas titik suhu kematian pada 570C, mengasinkan di dalam larutan garam 25% selama 5 hari.
Penjagaan yang paling praktis adalah memasak daging sapi baik-baik sampai warna merahnya
hilang. 4
Epidemiologi
Penyebaran cacing adalah kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia,
Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia dan juga Indonesia, yaitu Bali, Jakarta, dan lain-lain.
Taenia saginata sering ditemukan di Negara yang penduduknya banyak makan daging
sapi / kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut yaitu matang (well done), setengah
matang (medium) atau mentah (rare). Dan cara memelihara ternak memainkan peranan. Ternak
yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung, daripada ternak yang
dipelihara dan dirawat dengan baik di kandang.1 Di padang rumput ini telur cacing dapat hidup
selama 8 minggu atau lebih.
Manusia mendapat infeksi karena makan rumput yang terkontaminasi dengan tinja
manusia, melalui tinja sebagai pupuk atau air yang mengandung tinja. 1,4
15
Kesimpulan
Cacing pita merupakan salah satu jenis cacing yang paling mengerikan daripada jenis
yang lain. Karena cacing ini mempunyai leher yang bisa terus menambahkan badan (strobila)nya
dan skoleks yang menempel di mukosa usus. Skoleksnya lah yang harus di keluarkan dari tubuh
agar bisa terbebas dari parasit ini. Dan cacing pita (Cestoda) ada beberapa jenis spesies. Dan
dapat dibedakan berdasarkan skoleksnya, telurnya, cara infeksi, dan gejala kliniknya. Dan jika
tidak sampai terjadi komplikasi, biasanya prognosis nya baik.
Daftar Pustaka
1. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Ed.4.
Jakarta;FKUI;2008.h.73-85.
2. Hartono A. Penyakit bawaan makanan. Jakarta; EGC;2006.h.206-8.
3. Wahab SA. Ilmu kesehatan anak. Ed.15. Vol.2. Jakarta;EGC;2002.h.1221-4.
4. Safar R. Parasitologi kedokteran. Jakarta;Yrama Widya;2010.h.194-202.
5. Hadidjaja P, Gandahusada S. Atlas parasitologi kedokteran. Jakarta;Ikrar Mandiriabadi;2010.h.70-7.
6. Magdalena LJ, Hadidjaja P. Pengobatan penyakit parasitik. Jakarta;Ikrar Mandiriabadi;2005.h.31-2.
Daftar Pustaka Gambar
Gambar 1,2,3,5,6,8 : Hadidjaja P, Gandahusada S. Atlas parasitologi kedokteran. Jakarta;Ikrar
Mandiriabadi;2010.h.70-7.
Gambar 4 : http://dongants.wordpress.com/2010/09/02/kanker-kolorektal/
Gambar 7,9,11 : Safar R. Parasitologi kedokteran. Jakarta;Yrama Widya;2010.h.194-202.
Gambar 10 : http://www.seomoz.org/dp/euclidean-taeniasis-of-galapagos
16