Makalah PBL blok 16 (diare akut)

download Makalah PBL blok 16 (diare akut)

of 17

description

makalah

Transcript of Makalah PBL blok 16 (diare akut)

Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang pada Anak Evita Jodjana102013201Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, JakartaFK UKRIDA 2013Jalan Arjuna Utara No.16,Jakarta Barat [email protected] PendahuluanDiare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Akan tetapi kematian yang disebabkan oleh diare sering terjadi pada anak-anak. Diketahui diare pada anak merupakan penyebab tertinggi morbiditas dan mortalitas di dunia terutama di negara yang sedang berkembang. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki kesehatan masih rentan terhadap penyakit, juga bisa dikarenakan faktor lingkungan dan gizi yang kurang baik.1 Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang diare pada anak dan penyebabnya serta bagaimana mengatasinya, dengan begitu bisa mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia.

PembahasanDiare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.Berdasarkan lama dan waktu, diare dibagi menjadi tiga yaitu diare akut, diare persisten dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari; diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan diare akut menuju diare kronik); dan diare kronik adalah diare yang berlangsung 4 minggu atau lebih. Berdasarkan ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua yaitu diare infektif bila penyebabnya oleh infeksi, dan diare non infektif bila penyebabnya bukan karena infeksi. Diare masih dibagi lagi berdasarkan organik atau fungsional. Diare organik adalah diare yang penyebab kelainan anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik; sebaliknya disebut diare fungsional.2,3

AnamnesisAnamnesis merupakan hal utama yang harus dilakukan sebelum menentukan suatu diagnosis. Anamnesis ada dua jenis yaitu autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya sedangkan alloanamnesis adalah anamnesis yang tidak dilakukan langsung terhadapa pasiennya melainkan melalui kerabat/saudara/orang terdekat pasien. Pada anak-anak dilakukan anamnesis secara alloanamnesis. Pada anamnesis disini yang perlu ditanyakan mengenai onset, lama gejala, frekuensi, serta kuantitas dan karakteristik feses. Ditanyakan juga apakah disertai muntah atau demam. Adanya demam merupakan temuan diagnostik yang penting karena menandakan adanya infeksi bakteri invasif, berbagai virus enterik atau suatu patogen sitotoksik. Adanya feses yang berdarah mengarahkan kemugkinan infeksi patogen invasif dan yang melepaskan sitotoksin. Muntah sering terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau toksin bakteri.Selain itu untuk mengidentifikasi penyebab diare perlu juga data tambahan seperti riwayat perjalanan sebelumnya, riwayat mengonsumsi makanan-makanan tertentu, atau riwayat penggunaan obat sebelumnya. Riwayat makanan yang dikonsumsi juga dapat mengarahkan diagnosis. Konsumsi produk makanan yang tidak dipasteurisasi, daging atau ikan mentah/setengah matang, atau sayur mayur dihubungkan dengan patogen tertentu. Pentingnya menanyakan mengenai antibiotik yang baru saja digunakan atau obat-obat lainnya, dan riwayat penyakit sebelumnya secara lengkap. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi penjamu yang immunocompromise atau kemungkinan infeksi nosokomial.4

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai keadaan umum, kesadaran, berat badan, temperatur, frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, turgor kulit, kelopak mata, serta mukosa lidah. Namun, pemeriksaan fisik umumnya tidak khas. Pada pemeriksaan fisik perlu dicari tanda-tanda dehidrasi dan kontraksi volume ekstraseluler. Selain itu juga dicari tanda-tanda gizi buruk dan tanda-tanda peritonitis karena merupakan petunjuk adanya infeksi oleh patogen enterik invasif. Dilakukann pemeriksaan pada abdomen, apakah adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan pada abdomen.1

Pemeriksaan PenunjangTerdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mencari penyebab diare akut, yakni pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, serta pemeriksaan tinja dan pemeriksaan ELISA untuk mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.Pasien yang diarenya disebabkan oleh virus, biasanya memili jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan diare akibat bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri atau adanya telur cacing dan parasit dewasa. Selain pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan endoskopi (rektoskopi / sigmoidoskopi / kolonoskopi), ini dilakukan pada pasien dengan diare berdarah.2,3

Working Diagnosis (Diagnosis Utama)Diare Akut dan EtiologinyaDiare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Ada juga yang mendefinisikan diare akut sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah infeksi. Sisanya adalah akibat obat, bahan toksik, iskemia dan lain-lain. Diare oleh karena infeksi dibagi menjadi dua yaitu diare enterotoksigenik dan diare enterovasif.2Diare enterotoksigenik (diare karena bakteri non-invasif) merupakan diare yang bakterinya tidak merusak mukosa misalnya Vibrio cholerae, Enterotoxigenic E. Coli (ETEC) dan Clostridium perfringens. Bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus selama 15-30 menit. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Sedangakan diare enterovasif (diare karena bakteri/parasit invasif) merupakan diare yang bakterinya merusak mukosa usus misalnya Enteroinvansive E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, dan Yersinia. Kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Karena kerusakan ini menyebabkan terproduksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit dalam lumen. Hal ini membuat cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. 3Diare enterotoksik sering mengenai usus kecil bagian proksimal. Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi carian dan enzim, serta mengabsorpsi nutrients. Gangguan kedua proses tersebut akan menimbulkan diare berair dengan volume besar, disertai kram perut, rasa kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan. Demam jarang terjadi serta pada feses tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel radang.Pada diare enteroinvasif sering mengenai kolon atau usus kecil bagian distal. Kolon berfungsi sebagai organ penyimpanan. Terjadinya inflamasi pada kolon menyebabkan frekuensi diare lebih sering, lebih teratur tapi dengan volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan fese berdarah atau mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang ditemukan pada pemeriksaan tinja.2

Patofisiologi DiareMekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare, mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah sebagai berikut : a. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sahingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadilah diare. b. Gangguan Seksresi Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare juga.5

Differential Diagnosis (Diagnosis Banding)DisentriDisentri berasal dari bahasa Yunani, yaitudys(gangguan) danenteron(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.Penyebab Disentriyang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple memang untuk penyebabdisentrisebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.6

Intoksifikasi MakananKeracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah:7,8Bacillus cereus Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis). Gejala keracunan: - Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.- Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.

Clostridium botulinum Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis.Gejala keracunan: Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu.

Staphylococcus aureusStaphilococcus aureus merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang dapat tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. Gejala keracunan: Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.

Clostridium perfringenClostridium perfringens merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam usus. Gejala keracunan: Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu (terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia).Biasanya pada olahan daging serta saus yang terbuat dari kaldu seringkali disebut bakteri dapur karena banyak kejadian luar biasa terjadi karena sisa makanan tertinggal lama pada tempat pengolah atau suhu ruang.

PenatalakasanaannyaSalah satu komplikasi diare yang perlu diperhatikan adalah dehidrasi. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, ditetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit yaitu :91. Rehidrasi menggunakan oralit baruBerikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan karena adanya kejadian disentri, menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma , sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.Adapun kontraindikasi pemakaian TRO adalah syok, volume tinja lebih dari 10mL/kg/jam, ileus atau intoleransi monosakarida. Pada pasien dengan temuan-temuan ini, rehidrasi harus menggunakan cairan intravena. Pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau minum, larutan dapat diberikan melalui selang nasogastrik atau gastrostomi.2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turutZinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari kedepan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Zinc diberikan selama 10 14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau oralit. Untk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang / oralit. Untuk anak dibawah 6 bulan, pemberian 10mg (setengah tablet per hari). Untuk anak diatas 6 bulan pemberian 20 mg ( satu tablet per hari).

3. ASI dan makanan ASI dan makanan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau keadaan telah memungkinkan, sedapat mungkin dilakukan dalam 24 jam pertama. Pemberian makanan secara dini penting untuk mengurangi perubahan keseimbangan protein kalori sekecil mungkin.Memuasakan penderita diare (hanya memberi air teh) sudah tidak dilakukan lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan atau KKP. Sebagai pegangan dalam pengobatan diitetik, dipakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Simultaneously with Education. 4. Antibiotik selektifAntiboitik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus.5. Obat antidiareTidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. 6. Anti muntahTermasuk obat seperti ini seperti prochlorperazine dan cholorpromazine yang dapat menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah karena biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi.7. Nasihat kepada orangtua.Nasihat diberikan kepada orang tua untuk kembali segera jika demam, tinja berdarah dan berulang, ada gejala anoreksia, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam waktu 3 hari.

Berikut pembagian derajat dehidrasi dan terapinya menurut WHO:

Gambar 1. Derjat-derajat dehidrasi

Diare tanpa Dehidrasi9

Gambar 2. Rencana tipe A

Diare dengan Dehidrasi Ringan SedangYang pertama dilakukan pemantauan yaitu nilai kembali anak setiap 15-30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba.Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat.Selanjutnya, nilai kembali anaak dengan memeriksa turgir, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi.Mata yang cekung akan membaik lebih lambat.9Jika jumlah cairan intravena selurunya telah diberikan, nilai kembali status hidrasi anak, Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan IV seperti yang telah di uraikan sebelumnya.Dehidrasi berat yang menetap setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair selama dilakukan rehidrasi. Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam ( rencana terapi B).Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya. Jika tidak terdapat tanda dehidrasi (Rencana terapi A),Jika bisa, anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering.Lakukan observasi setidaknya 6 jam sebelum pulang dari RS. Semua anak harus mulai minum larutan oralit ( sekitar 5 ml/kgBB/jam) ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3-4 jam) untuk bayi atau 1-2 jam pada anak yang lebih besar).Hal ini memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus.Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, berri tablet zinc.

Tatalaksana:9 Pada 3 jam pertama,beri anak larutan oralit dengan perkiraan sesuai berat badan ama, jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.

Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, 1 sendok the setiap 1-2 menit (untuk bayi < 2 tahun) dan pada anak yang lebih besar (menggunakan cangkir) Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit, lalu diberi larutan oralit lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit) Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum air matang atau ASI. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat sebelumnya. Jika tidak dehidrasi, ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah Beri cairan tambahan Beri tablet zink selama 10 hari< 6 bln : tablet (10 mg) perhari> 6 bln : 1 tablet (20 mg) per hari Lanjutkan pemberian makan dan minum Kunjungan ulang jika terdapat tanda : anak tidak bisa atau malas minum atau menusu, kondisi anak memburuk, anak demam, terdapat darah dalam tinja. Jika anak tidak bisa minum oralit, berikan infus dengan cara: beri cairan intrvena secepatnya.Berikan 70 ml/kg BB cairan RL atau RA di bagi :UmurPemberian 70 ml/kgbb selama

Bayi ( dibawah umut 12 bulan)5 jam

Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 21/2 jam

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam Juga beri oralit kira-kira 5 ml.kg/jam) segera setela anak mau minum Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam,klasifikasikan dehidrasi

Diare dengan Dehidrasi BeratAnak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik.Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera,berikan pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera.10 Mulai berikan cairan intravena segera.pada saat infus disiapkan berikan oralit jika anak bisa minum. Catatan : larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer laktat (disebut juga larutan Hartman untuk penyuntikan).Tersedia juga larutan Ringer Asetat.Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (Nacl 0,9%) dapat digunakan.Larutan glukosa (dextrose) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan. Beri 100 mg/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai :Pertama, berikan 30 mg/kg dalam :Selanjutnya, berikan 70 ml/kg dalam:

Umur < 12 bulan1 jam*5 jam

Umur 12 bulan30 menit*21/2 jam

*ulangi kembali jika denyut nadi radial masih lemah atau tidak teraba.

Gambar 3. Rencana tipe C

Komplikasi DiarePada anak bila terkena diare, komplikasi utam yang harus diketahui dan diperhatikan adalah dehidrasi. Selain dehidrasi, komplikasi lain bisa terjadinya gangguan gizi dan gangguan sirkulasi. Pada gangguan gizi akan terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat disebabkan oleh karena asupan makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat dan makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. Dan gangguan sirkulasi sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.5

PencegahanHigiene yang baik dan edukasi dalam mengurangi penularan gastroenteritis virus, tetapi walaupun kebanyakan masyarakat higienis sebenarnya, kebanyakannya anak terinfeksi adalah dikarenakan efisiensi dari virus itu sendiri terutama rotavirus. Adabeberapa kiat pencegahan terjadinya diare antara lain :11,12a. Pemberian AS1 eksklusif4-6 bulan,b. Sterilisasi botol setiap sebelum pemberian susu formula, bila bayi karena sesuatu sebab tidak mendapat ASI.c. Persiapan dan penyimpanan makanan bayi/anak secara bersih (hygiene).d. Gunakan air bersih dan matang untuk minum.e. Kebiasaan mencuci tangan terutama sebelum menyiapkan dan memberi makan.f. Membuang tinja di jamban.g. Imunisasi.h. Pemberian makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik.

PenutupDengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortilitas yang minimal.Penderita dipulangkan apabila ibu sudah sanggup atau dapat memberikan oralit kepada anak dengan cukup, walaupun diare masih berlangsung dan diare bermasalah atau dengan penyakit penyerta sudah di ketahui dan di obati

Daftar Pustaka1. Eppy. Medicinus:Probiotics.2009 November.22(3).h.91-1002. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi.Jakarta:FK UKRIDA;2012.h. 39-433. Sudoyo A, Setiyohadi B dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid I.Edisi ke-5.Jakarta:Interna Publishing.2008.h.548-5554. Unknwon. Diare pada anak.2012.Diunduh dari http://www.ichrc.org/51-anak-dengan-diare, 17 Mei 20155. Muhammad F. Diare. Diunduh dari http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/10/jhptump-a-muhammadfa-453-2-babii.pdf, 17 Mei 20156. Unknwon.Disentri.Diunduh dari http://disentri.org/, 17 Mei 20157. Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM R. Keracunan pangan akibat bakteri patogen.2014 Diunduh dari http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf, 18 Mei 20158. WHO. Penyakit akibat keracunan makanan.2015Diunduh dari http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnesses-id_03272015.pdf?ua=1, 18 Mei 20159. IDAI. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2008.h. 13114510. Medicinesia.Diare akut pada anak (pedoman tatalaksana dari WHO).2014. Diunduh dari http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh-kembang/diare-akut-pada-anak-pedoman-tatalaksana-diare-akut-dari-who/, 17 Mei 201511. Suraatmaja S. Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung seto; 2005.h. 1-2412. Markum A H. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta Balai: Penerbit FKUI ; 1991 .h.448-6

15 | Page