pbl-25

20
Menopause pada Wanita 50 Tahun Sisilia Dina Mariana FK UKRIDA Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 102009147 [email protected] Pendahuluan Setiap manusia akan mengalami proses degenerasi dan mengalami beberapa perubahan. Begitu pun dengan wanita pada usia lanjut akan mengalami suatu proses degenerasi pada sistem reproduksinya, yang disebut dengan menopause. Menopause merupakan suatu perubahan yang alamiah dimana siklus menstruasinya berhenti yang dialami setiap wanita yang berusia lanjut. Menopause adalah periode penting dalam kehidupan seorang perempuan. Dikatakan penting karena pada periode ini terjadi berbagai perubahan dalam tubuhnya. Perempuan menghabiskan sepertiga hidupnya pada periode ini. Umur rata-rata perempuan mengalami menopause adalah 51 tahun. Perubahan fisiologis banyak terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause. Perubahan hormonal yang terjadi pada periode ini melibatkan berbagai sistem dan organ. Anamnesis Secara umum anamnesa pada pasien ginekologi sama dengan anamnesa lain dalam ilmu kedokteran 1. Identitas - Nama pasien - Nama suami atau keluarga terdekat 1

description

blok 25

Transcript of pbl-25

Menopause pada Wanita 50 TahunSisilia Dina MarianaFK UKRIDAJalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta [email protected]

PendahuluanSetiap manusia akan mengalami proses degenerasi dan mengalami beberapa perubahan. Begitu pun dengan wanita pada usia lanjut akan mengalami suatu proses degenerasi pada sistem reproduksinya, yang disebut dengan menopause. Menopause merupakan suatu perubahan yang alamiah dimana siklus menstruasinya berhenti yang dialami setiap wanita yang berusia lanjut.Menopause adalah periode penting dalam kehidupan seorang perempuan. Dikatakan penting karena pada periode ini terjadi berbagai perubahan dalam tubuhnya. Perempuan menghabiskan sepertiga hidupnya pada periode ini. Umur rata-rata perempuan mengalami menopause adalah 51 tahun. Perubahan fisiologis banyak terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause. Perubahan hormonal yang terjadi pada periode ini melibatkan berbagai sistem dan organ. AnamnesisSecara umum anamnesa pada pasien ginekologi sama dengan anamnesa lain dalam ilmu kedokteran 1. Identitas 1. Nama pasien1. Nama suami atau keluarga terdekat1. Alamat1. Agama1. Pendidikan teakhir1. Suku bangsa 1. Keluhan utama1. Adakah keluar cairan dari vagina1. Kalau ada apa warnanya, darah?1. Berapa banyak1. Adakah gatal pada vulva1. Keluhan di daerah abdomen: pembesaran, lokasi, rasa tidak enak atau rasa nyeri1. Tentang haid1. Kapan hari pertama haid terakhir1. Menarche umur berapa1. Apakah haid teratur1. Siklus haid 1. Berapa lama1. Nyeri haid1. Perdarahan antara haid1. Tentang kehamilan1. Berapa kali hamil1. Adakah komplikasi pada kehamilanterdahulu1. Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan1. Riwayat perkawinan1. Berapa kali menikah1. Pernikahan sekarang sudah berapa lama1. Riwayat penyakit pasien 1. Penyakit berat yang pernah diderita pasien1. Operasi di daerah perut dan alat kandungan1. Riwayat penyakit keluarga1. Penyakit pada anggota keluarga yang berhubungan dnegan penyakit herediter1. System lain 1. Apakah BAK dan BAB lancar1. Keluhan system lainPemeriksaan FisikPemeriksaan fisik diawali dengan penilaian keadaan umum, dan tingkat kesadaran pasien. Setelah itu, dilakukan pengukuran terhadap tanda-tanda vital pasien, yang mencakup tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. Dari pemeriksaan, didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 72 kali/menit, dan frekuensi pernapasan 20 kali/menit.Pemeriksaan pada sistem reproduksi dilakukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan luar, dilakukan inspeksi genitalia eksterna pasien. Inspeksi dilakukan untuk memeriksa mons pubis, labia, serta perineum. Pisahkan kedua labia dan lakukan inspeksi terhadap labia mayora, klitoris, meatus uretra, dan introitus vagina. Periksa apakah ada tanda-tanda inflamasi, ulserasi, pengeluaran sekret, pembengkakan, ataupun nodulus. Jika terdapat lesi, lakukan palpasi untuk merabanya.1Jika terdapat riwayat atau terlihat pembengkakan pada labia, periksa keadaan glandula Bartholininya. Masukkan jari telunjuk anda ke dalam vagina dekat ujung posterior labium mayor. Secara bergantian, lakukan palpasi pada setiap sisi di antara jari tangan dan ibu jari untuk meraba pembengkakan atau nyeri tekan. Perhatikan setiap sekret yang merembas keluar dari muara (orifisium) duktus kelenjar tersebut. Jika terdapat sekret, lakukan pemeriksaan kulturnya.1Pada pemeriksaan dalam, dinilai bagaimana penyangga dinding vagina. Saat kedua labia dipisahkan oleh jari tengah dan telunjuk anda, minta pasien untuk mengejan. Dilihat apakah ada tonjolan yang terlihat pada dinding vagina. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dengan pemasangan spekulum. Pilih spekulum dengan ukuran dan bentuk yang tepat, basahi dahulu dengan air hangat (pemakaian bahan pelumas lain dapat menganggu pemeriksaan sitologi dan kultur bakteri atau virus). Dapat juga dilakukan tindakan pelebaran introitus vagina dengan membasahi salah satu jari tangan dengan air dan kemudian menekan tepi bawah introitus tersebut ke bawah. Tindakan ini akan sangat memudahkan pemasangan spekulum dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan tangan lain (biasanya yang kiri), masukkan spekulum yang masih dalam posisi menutup melewati jari-jari tangan dengan sudut yang sedikit ke arah bawah. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai menarik rambut pubis atau menjepit labia dengan spekulum. Hal ini dapat dihindarkan dengan memisahkan labia mayora dengan tangan lainnya.1Sesudah spekulum masuk ke dalam vagina, keluarkan jari tangan dari dalam introitus. Putar spekulum ke posisi horizontal dengan mempertahankan tekanan pada bagian posteriornya dan kemudian masukkan hingga keseluruhan panjangnya berada di dalam vagina. Lakukan tindakan ini dengan hati-hati agar jangan sampai daun spekulum tersebut terbuka sebelum waktunya.1Buka daun spekulum dengan hati-hati. Putar dan atur posisinya sampai ujung spekulum mencakup bagian serviks serta membuat terlihat seperti penuh. Atur posisi cahaya sampai serviks dapat terlihat dengan jelas. Jika uterus berada dalam posisi retroversi, serviks akan lebih mengarah ke anterior. Jika teradapat kesulitan dalam menemukan serviks, tarik sedikit spekulum tersebut dan atur kembali posisinya pada sudut yang berbeda. Jika terdapat sekret yang menyamarkan penglihatan, hapus sekret tersebut dengan hati-hati memakai kapas yang besar.1Lakukan ispeksi pada servix dan os servisis. Perhatikan bagaimana warna serviks, posisi, karakteristik permukaan dan apakah ada ulserasi, nodulus, massa, perdarahan, dan pengeluaran sekret. Pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan cara mengencangkan skrup pada ibu jari.1Tarik spekulum keluar dengan perlahan sementara dilakukan pengamatan terhadap vagina. Ketika spekulum sudah tidak mencakup serviks lagi, kedurkan sekrup pada ibu jari dan pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan ibu jari tangan. Tutup daun spekulum pada saat spekulum ditarik keluar dari dalam introitus untuk menghindari peregangan mukosa yang berlebihan maupun penjepitan mukosa. Pada saat menarik keluar spekulum, lakukan inspeksi terhadap mukosa vagina dengan memperhatikan warnanya dan apakah ada tanda-tanda inflamasi, sekret, ulkus, atau massa.1Setelah itu, jari telunjuk dan jari tengah salah satu tangan yang sudah mengenakan sarung tangan karet dilumasi ,dan dari posisi berdiri, dimasukkan ke dalam vagina dengan sekali lagi memberikan tekanan yang mula-mula ke arah posterior. Ibu jari harus berada dalam posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking difleksikan ke arah permukaan palmaris tangan. Penekanan perineum ke dalam dengan jari-jari tangan yang difleksikan hanya akan menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman dan memungkinkan mengatur jari tangan yang melakukan palpasi tersebut dalam posisi yang benar. Perhatikan setiap nodularitas atau nyeri tekan pada dinding vagina termasuk daerah uretra dan kandung kemih di sebelah anterior. Kemudian dilakukan palpasi seviks dengan memperhatikan posisi, bentuk, konsistensi, regularitas mobilitas dan nyeri. Normalnya serviks dapat sedikit digerakkan tanpa menimbulkan rasa nyeri.1Tempatkan salah satu tangan pada abdomen di sekitar pertengahan garis yang menghubungkan umbilikus dengan simfisis pubis. Saat mengangkat serviks dan uterus dengan tangan yang ada di dalam pelvis, tekankan tangan yang berada di abdomen ke dalam dan ke bawah dengan mencoba memegang uterus di antara kedua tangan tersebut. Perhatikan ukuran uterus, bentuk, konsistensi, serta mobilitasnya, dan temukan setiap nyeri tekan atau massa yang ada.1Setelah itu, dorong jari tangan yang ada di dalam pelvis ke dalam forniks anterior dan lakukan palpasi korpus uteri di antara kedua tangan. Pada posisi ini, jari-jari tangan yang ada dalam pelvis dapat meraba permukaan anterior uterus sementara jari-jari tangan yang diletakkan pada abdomen dapat meraba sebagian permukaan posterior uterus.1Jika uterus tidak dapat teraba dengan salah satu dari kedua manuver ini, mungkin uterus tersebut terjungkit ke arah posterior (posisi bergeser ke belakang). Dorong jari tangan yang ada dalam pelvis itu ke dalam forniks posterior dan raba tonjolan uterus dengan ujung jari-jari tangan. Dinding abdomen yang tebal atau tidak berada dalam keadaan relaksasi yang baik dapat pula membuat uterus tidak dapat teraba walaupun lokasinya di sebelah anterior.1Kemudian tempatkan tangan yang berada di abdomen pada kuadran kanan bawah sementara tangan yang berada dalam pelvis ditempatkan di forniks lateral kanan. Tekanlah tangan yang di abdomen ke dalam dan ke bawah, mencoba mendorong struktur adneksa ke arah tangan. Coba kenali ovarium yang kanan atau setiap masa adneksa yang ada di dekatnya. Dengan sedikit menggerakkan kedua tangan, biarkan struktur adneksa menggelincir di antara jari-jari tangan anda jika mungkin dan perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, serta gejala nyeri tekan. Ulangi prosedur ini pada sisi yang kiri.1Ovarium yang normal memberi sedikit rasa nyeri ketika ditekan. Biasanya kedua ovarium dapat diraba pada wnaita ramping dan rileks, tetapi sulit atau tidak mungkin diraba pada wanita gemuk dan relaksasinya buruk.1Tarik sedikit kedua jari tangan sampai terlepas dari serviks dan kemudian regangkan keduanya untuk menyentuh kedua sisi dinding vagina. Minta pasien untuk mengontraksikan otot-ototnya sekuat dan selama mungkin agar menjepit jari-jari tangan. Jepitan yang menekan jari tangan dengan kuat, menggerakkannya ke atas serta ke dalam, dan berlangsung selama 3 menit atau lebih, menandakan kekuatan otot yang penuh.1Tarik jari tangan keluar. Lumasi sarung tangan sekali lagi jika diperlukan. Kemudian dengan hati-hati, masukkan kembali jari telunjuk ke dalam vagina, sementara jari tengah di masukkan ke dalam rektum. Minta pasien untuk mengejan ketika melakukan tindakan ini agar sfingter aninya melemas. Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksaan ini dapat membuatnya merasa ingin buang air besar tetapi sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi. Ulangi manuver pemeriksaan bimanual tersebut dengan memberikan perhatian pada bagian di belakang serviks yang hanya bisa di akses oleh jari tangan yang ada di dalam rektum. Palpasi rektovaginal sangat berguna dalam memeriksa uterus yang mengalami pergeseran ke belakang (retroversi).1Pada pemeriksaan pelvis, dapat ditemukan tanda-tanda seperti epitel vagina menjadi lebih merah sebagai akibat lapisan epitel yang menebal, dan kapiler kecil di bawah permukaan menjadi lebih terlihat karena berkurangnya estrogen. Kemudian, epitel vagina menjadi atrofi dan permukaannya menjadi pucat oleh karena jumlah kapiler yang berkurang, Ruggae menghilang, dan dinding vagina menjadi halus. Ovarium menjadi kecil dan tidak lagi terpalpasi pada pemeriksaan ginekologi. Uterus menjadi lebih kecil. Pada wanita yang lebih tua, tonus otot pelvis mulai berkurang, sehingga kadang-kadang bermanifestasi sebagai prolaps organ-organ traktur reproduksi atau urinarius.2

Gambar 1. Perubahan Sistem Reproduksi Usia Lanjut1Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan mammogram, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pasien pascamenopause, tidak harus diperiksa pap smear, tetapi 2-4 tahun sekali jika hasil pap smear normal. American Cancer Society mereekomendasikan pada pasien menopause untuk melakukan pemeriksaan mammogram setiap 2 tahun dimulai dari usia 40 tahun dan setiap tahu mulai usia 50 tahun.2,3Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pengukuran FSH, pengukuran LH, estradiol, inhibin, serta kadar HDL, LDL, TG untuk mengetahui risiko terhadap jantung. Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih banyak.2,3 Pada pascamenopause kadar LH 30-120 IU/ml. Rasio FSH:LH lebih dari 1. Pada penelitian, dilaporkan bahwa kadar estradiol wanita dengan perimenopause awal (perubahan dalam frekuensi siklus) masih terjaga, sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine, dan saliva.3Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, memiliki mekanisme umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada penuaan ovarium. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel berkurang karena umur.3Working DiagnosisWorking diagnosis yang dipilih adalah menopause. Menopause merupakan perubahan alami yang dialami seorang wanita saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut change of life. Menopause biasa terjadi antara usia 45-55 tahun. Menopause prematur diartikan sebagai periode menstruasi terakhir, yang terjadi pada wanita dengan usia kurang dari 45 tahun. Selama menopause, produksi hormon estrogen dan progesterom secara perlahan berkurang. Gejala-gejala yang dapat timbul adalah hot flashes (kemerahan di wajah), kulit kemerahan, berat badan bertambah, kembung, perubahan mood, depresi, menstruasi yang tidak teratur, terasa panas, dan berkeringat serta gangguan tidur. Gejala-gejala ini dapat timbul 6 tahun sebelum periode menstruasi terakhir dan berlanjut beberapa tahun setelah periode menstruasi terakhir.1,2Differential DiagnosisMonometroragiaMenometroragia adalah pendarahan dari vagina pada seorang wanita tanpa ada hubungan dengan suatu siklus haid. Pendarahan ovulataoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endrometrium, karsinoma endrometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional, serta penggunaan estrogen eksogen. Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.4Kanker endometriumFaktor predisposisi penyakit ini adalah obesitas, rangsangan estrogen yang terus menerus, menopause yang terlambat (lebih dari 52 tahun), nulipara, siklus anovulasi, obat tamoxifen dan hyperplasia endometrium, sedangkan factor yang melindungi terhadap kanker endometrium adalah pil kontrasepsi (resiko relative = 0,5) yang dipergunakan sekurang-kurangnya 12 bulan; proteksi dapat berlangsung sampai 10 tahun, merokok (resiko relative 0,7), khususnya perempuan obesitas. Gejala yang paling sering dijumpai adalah perdarahan uterus abnormal yang berupa metroragia atau perdarahan pascamenopause dan/atau keputihan. Diagnosis dibuat melalui biopsy endometrium atau kuretase diagnostic. Hasil negative dari biopsy endometrium pada kasus dengan keluhan simtomatis perlu dilanjutkan dengan kuretase bertingkat dengan kawalan histeroskopik, sebab biopsy endometrium mempunyai false negative rate 5-10%. Diagnosis pasti dibuat dengan sampel histopatologik. Kuretase bertingkat diperlukan bila dicurigai adanya infiltrasi ke endoserviks.

EtiologiMenopause disebabkan oleh hilangnya folikel sejalan pertambahan usia karena atresia dan ovulasi bulanan. Kehilangan folikel mengakibatkan berkurangnya sekresi estrogen dan progesteron. Penurunan kadar estrogen dan progesterone menggangu aksis hormone hipotalamus-hipofisis-ovarium dan mekanisme umpan balik masih disekresi oleh kelenjar adrenal dan stroma ovarium. Karena kadar FSH dan LH hipofisis tidak dihambat oleh mekanisme umpan balik negaif hormon ovarium, kadarnya saat menopause tetap tinggi. Sumber gonadotropin manusia yang dipergunakan untuk kebutuhan klinis adalah urine dari wanita menopause.6Hal-hal yang dapat menyebabkan menopause prematur adalah merokok, histerektomi, ooforektomi, kelainan autoimun, tinggal di dataran tinggi, dan riwayat kemoterapi, atau sedang dalam kemoterapi.2EpidemiologiUmur median pada menopause berkisar antara 45-55 tahun di seluruh dunia, 50-52 tahun pada perempuan kulit putih di negara industri. Umur menopause tidak sama pada bangsa atau etnis yang berbeda, umumnya ditemukan sedikit lebih dini pada perempuan yang tinggal di negara berkembang dibandingkan di negara maju.7PatofisiologiMenopause disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi hormon gonadotropin. Ovarium wanita memiliki jumlah oosit terbesar selama bulan kelima kehamilan dan memiliki sekitar 1.000.000-2.000.000 oosit saat lahir. Pada saat masa penuaan, proses atresia mengurangi jumlah oosit, sehingga di masa menopause seorang wanita mungkin hanya memiliki beberapa ratus hingga beberapa ribu oosit saja yang tertinggal. Ovarium tersebut memproduksi 3 hormon penting yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.2,3,7Estrogen secara endogen memproduksi Estrone (E1), estradiol (E2) dan estriol (E3). Estradiol (E2) diproduksi oleh folikel ovarium dominan selama siklus menstruasi bulanan dan merupakan estrogen alami yang paling ampuh. Estrone (E1) adalah bentuk dominan estrogen selama menopause. Ini diproduksi dalam jumlah kecil oleh ovarium dan kelenjar adrenal, dan terutama diturunkan oleh konversi perifer androstenedion dalam jaringan adiposa.3,7Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan menyebabkan penebalan endometrium dalam persiapan untuk penempelan ovum yang telah dibuahi. Progesteron juga menghambat tindakan estrogen pada jaringan tertentu. Pada wanita yang anovulatori, tidak ada korpus luteum terbentuk. Oleh karena itu, estrogen sering tidak terhalangi. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan pada endometrium, menyebabkan perdarahan menstruasi yang tidak teratur pada fase perimenopause.3,7Pembentukan korpus luteum mengawali fase sekretori di mana estrogen, progesteron, dan androgen juga dikeluarkan. Estrogen menyebabkan proliferasi seluler, sedangkan progesteron menyebabkan penebalan dan peningkatan sekresi pada endometrium. Jika kehamilan tidak terjadi, kadar estrogen dan progesteron turun bertahap. Penurunan hormon ini memberi tanda bagi penebalan lapisan dalam rahim untuk dikeluarkan, menyebabkan perdarahan menstruasi dan memberi tanda bagi ovarium untuk memulai proses kembali lagi dengan mulai menumbuhkan lebih banyak folikel untuk ovum baru dan siklus baru.3,7Ovarium pada saat menopause tidak lagi menghasilkan estradiol (E2) atau inhibin dan progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil. Oleh karena itu, FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) tidak lagi dihambat oleh mekanisme umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang telah menurun dan sekresi FSH dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat yang tinggi. Fluktuasi FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen menyebabkan munculnya tanda dan gejala menopause, antara lain rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah (hot flashes), gangguan tidur, keringat di malam hari, perubahan urogenital, osteopenia/ kepadatan tulang rendah, dan lain-lain.3,7

Gambar 2. Patofisiologi Menopause7

PenatalaksanaanTerapi Progestin-EstrogenRekomendasi sekarang ini memasukkan terapi progestin bersama dengan terapi estrogen karena penelitian menunjukkan bahwa risiko karsinoma endometrium berkurang jika jaringan endometrium yang terpapar estrogen secara berkala dilawan oleh progestin. Lamanya terapi progestin penting untuk memberikan efek ini, karena pemberian selama 7 hari/bulan tidak efektif sedangkan 13 hari akan protektif. Terapi penggantian estrogen jangka panjang diperlukan untuk mencegah osteoporosis (misalnya 4 tahun saja tidak cukup). Efek terapi progestin jangka panjang tidak diketahui tapi tampaknya terbatas pada perdarahan vagina yang timbul periodic. Jika pasien tidak mempunyai uterus, progestin tidak dianjurkan.Meskipun hormone dapat diberikan per oral atau dengan suntikan, jelas bahwa pemberian per oral lebih nyaman. Dosis awal estrogen adalah 0,625 mg/hari berupa estrogen ekuin terkonjugasi atau estropinat yang diberikan per oral selama 25 hari, dan hari-hari selanjutnya dalam bulan tersebut tidak diberikan terapi. Jika dosis rendah tidak mencegah timbulnya rasa panas kemerahan, dapat diberikan dosis yang lebih tinggi dan diturunkan secara bertahap secepat mungkin. Noretindron (Norlutate) harus dihindari karena sediaan ini menghambat efek menguntungkan dari estrogen terhadap metabolisme lipid. Jika terdapat uterus, sebaiknya diberikan medroksiprogesteron asetat 10 mg/hari selama 13-15 hari terakhir terapi penggantian estrogen setiap bulannya.Jika terapi estrogen merupakan kontraindikasi atau ditolak pasien, rasa panas dan kemerahan dapat 90% berkurang dengan medroksiprogesteron 150 mg/bulan IM atau 10-40 mg/hari PO. Norgestrel 250 g/hari PO kurang efektif dibanding estrogen. Krim vagina berisi estrogen terkonjugasi 1 g setiap 2 hari sekali dapat mengurangi gejala atrofi vagina. 51. Antidepresan Dosis RendahVenlafaxine (Effexor), obat antidepresi yang terkait dengan kelas obat yang disebut Inhibitor Reuptake Selektif Serotonin (SSRI), telah terbukti menurunkan hot flashes. Selain SSRI antidepresan lainnya yang dapat meringankan gejala yaitu, termasuk fluoxetine (Prozac, Sarafem), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa) dan sertraline (Zoloft). 1. Gabapentin Obat ini disetujui untuk mengobati kejang, tetapi juga telah terbukti secara signifikan mengurangi hot flashes.1. Clonidine (Catapres, orang lain)Clonidine pil atau patch biasanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, secara signifikan dapat mengurangi frekuensi hot flashes, tapi efek samping yang tidak menyenangkan yang umum.1. Modulator Reseptor Estrogen Selektif (SERM)SERM adalah kelompok obat yang mencakup raloxifene (Evista) diberikan 60mg/hari oral dengan beberapa efek samping yang bersifat ringan seperti hot flushes dan kejang tungkai. Keuntungan klinis dari raloxifen ialah memberikan perlindungan terhadap tulang tanpa merangsang endometrium atau payudara.

Nonmedikamentosa1. Olahraga telah terbukti menghasilkan perbaikan dalam perasaan kepanasan, suasana hati, kekuatan otot, densitas mineral tulang, dan kualitas hidup keseluruhan sementara mengurangi risiko jantung pascamenopause. Usahakan setidaknya 30 menit untuk olahraga 1. Berhenti merokok dapat menghasilkan perbaikan efek estrogen dan menurunkan risiko kardiovaskular.1. Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari stimulus yang mencetuskan luapan gejala vasomotor, termasuk alcohol, kafein, dan makanan berbumbu pedas; pakaian berlapis dapat membantu mengontrol suhu.1. Makan diet seimbang yang mencakup berbagai buah-buahan, sayuran dan biji-bijian dan yang membatasi lemak jenuh, minyak dan gula. Asupan 1.200 sampai 1.500 mg kalsium dan 800 IU vitamin D sehari.1. Memperkuat Otot Panggul. Senam lantai yang dapat melatih otot panggul yang disebut latihan kegel dapat memperbaiki beberapa bentuk inkontinensia.KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi akibat dari menopause adalah osteoporosis, penyakit jantung koroner, Alzheimer, dan penurunan kognitif. Osteoporosis adalah masalah tulang yang paling menonjol, berkurangnya massa tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal, menyebabkan peningkatan kejadian fraktur, dan kejadiannya 4 kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.2,8Risiko fraktur akibat osteoporosis akan tergantung pada massa tulang saat menopause dan kecepatan hilangnya tulang pascamenopause. Setelah menopause kehilangnan massa tulang trabekuler serta kehilangan massa tulang total 1-1,5% per tahun. Percepatan kehilangan ini berlangsung menurun selama 5 tahun, tetapi tetap berlanjut sesuai dengan penuaan. Selama 20 tahun pertama setelah menopause reduksi tulang trabekuler 50% dan reduksi tulang kortikal 30%.2,8Tanda dan gejala osteoporosis pascamenopause meliputi nyeri punggung; penurunan tinggi badan dan mobilitas; fraktur pada korpus vertebra, humerus, femur atas, lengan atas sebelah distal, dan iga. Nyeri punggung adalah gejala klinis mayor dari fraktur-fraktur kompresi vertebra, nyeri pada fraktur bersifat akut, dan kemudian mereda setelah 2-3 bulan. Namun berlanjut sebagai nyeri punggung kronis, karena meningkatnya lordosi lumbal. Nyeri mereda dalam waktu 6 bulan, kecuali bila ada fraktur multipel yang menyebabkan nyeri permanen.2,8Penyakit jantung koroner dapat diatasi dengan pemberian esterogen yang memiliki efek langsung ke metabolisme lemak dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Dalam hal ini telah diketahui bahwa trigliserida, HDL, dan lipoprotein merupakan petanda signifikan penyakit jantung koroner pada wanita.2,8Estrogen memiliki efek yang menguntungkan pada kognisi khususnya pada memori verbal. Estrogen mampu melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai mekanisme. Estrogen memberi perlindungan terhadap toksisitas neuron yang diinduksi oksidasi, menurunkan konsentrasi komponen amiloid P serum (glikoprotein pada pengerutan neurofibriler penderita Alzheimer), menigkatkan pertumbuhan sinaps dan neuron khusunya densitas spina dendritik, melindungi terhadap toksisitas serebrovaskuler yang dipicu oleh peptida-peptida aminoid, memicu pembentukan sinaps serta pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron.2,8PencegahanMenopause tidak dapat dicegah, tapi tidak merokok atau berhenti merokok dapat menunda usia di mana mulai menopause. Selain itu, seorang wanita dapat mempertahankan gaya hidup sehat berolahraga, penurunan stres, dan mengkonsumsi makanan diet sehat dapat membantu meminimalkan dampak gejala menopause. Hal ini juga penting untuk diingat bahwa dalam waktu kurang lebih lima tahun setelah menopause hot flashes telah diselesaikan dalam 85-90% wanita.2PrognosisGejala menopause dapat berlangsung 1-2 tahun setelah itu gejalanya berkurang tetapi pada beberapa wanita dapat terjadi lebih lama. Pada wanita yang menjalani operasi ginekologis atau kemoterapi mengalami gejala menopause seperti hot flashes yang lebih parah.2KesimpulanNyonya HY, 50 tahun, haid tidak teratur sejak 2 bulan dan pendarahan irregular diakibatkan terjadinya menopause. Menopause merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh hilangnya folikel sejalan pertambahan usia karena atresia dan ovulasi bulanan.

Daftar Pustaka

1. Bickley L. Buku ajar pemeriksaan & riwayat kesehatan Bates. Ed 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. h 392-407.2. Coney P. Menopause. 7 April 2014. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/264088-overview#aw2aab6b2, 27 Mei 2014.3. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi: panduan praktis. Ed.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. h 96-106.4. Anwar M. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. h 106-10.5. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. h 624-6.6. Sloane E. Anatomi & fisiologi untuk semula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. h 361.7. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2008. h 56-7.8. Edmonds DK. Dewhursts textbook of obstetrics and gynaecology, ed 7th. United States: Blackwell Publishing; 2007.h.479-93.

6