PBL dislokasi

23
Dislokasi Fransiska 102013369 B6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694- 2061, fax : (021) 563-1731 Email: [email protected] Abstrak Mandibula adalah tulang tidak teratur yang membentuk tulang rahang bawah dan berfungsi dalam proses pengunyahan, penelanan, dan untuk berbicara. Sendi pada mandibula ini adalah sendi temporomandibula. Sendi temporomandibula, sebagaimana sendi-sendi lainnya pada tubuh, merupakan sasaran dari artritis, baik atritis rheumatoid maupun penyakit degenerasi sendi (osteoarthritis). Gerak rotasi yang membuka dan menutup mulut dibentuk oleh otot depressor dan elevator sedangkan gerak translasi dibentuk oleh otot protaktor dan retractor. Meskipun demikian perlu ditegaskan kembali disini bahwa semua gerakan mandibula melibatkan semua ototnya, baik waktu berkontraksi maupun relaksasi. Kata kunci: mandibula, kontraksi dan relaksasi Abstract The mandible is irregular bones that form the lower jaw bone and functions in the process of chewing, swallowing, and to speak. The joints of the mandible is the temporomandibular 1

Transcript of PBL dislokasi

Page 1: PBL dislokasi

Dislokasi

Fransiska

102013369

B6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Email: [email protected]

Abstrak

Mandibula adalah tulang tidak teratur yang membentuk tulang rahang bawah dan berfungsi

dalam proses pengunyahan, penelanan, dan untuk berbicara. Sendi pada mandibula ini adalah

sendi temporomandibula. Sendi temporomandibula, sebagaimana sendi-sendi lainnya pada

tubuh, merupakan sasaran dari artritis, baik atritis rheumatoid maupun penyakit degenerasi

sendi (osteoarthritis). Gerak rotasi yang membuka dan menutup mulut dibentuk oleh otot

depressor dan elevator sedangkan gerak translasi dibentuk oleh otot protaktor dan retractor.

Meskipun demikian perlu ditegaskan kembali disini bahwa semua gerakan mandibula

melibatkan semua ototnya, baik waktu berkontraksi maupun relaksasi.

Kata kunci: mandibula, kontraksi dan relaksasi

Abstract

The mandible is irregular bones that form the lower jaw bone and functions in the process of

chewing, swallowing, and to speak. The joints of the mandible is the temporomandibular joint.

Temporomandibular joints, as well as other joints in the body, is the target of arthritis, rheumatoid

arthritis or both joint degeneration disease (osteoarthritis). The rotational motion of opening and

closing the mouth is formed by the depressor and elevator muscles while the translational motion is

formed by protaktor and retractor muscles. Nevertheless it needs to be reiterated here that all

mandibular movements involving all muscles, both contraction and relaxation time.

Keywords: mandible, contraction and relaxation.

1

Page 2: PBL dislokasi

Pendahuluan

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia. Anatomi

dibagi menjadi dua bagian yaitu anatomi makroskopikdan mikroskopik. Salah satu bagian

dari anatomi makroskopik adalah tulang. Di dalam makalah ini akan membahas struktur

tulang pada bagian wajah dimana pada bagian mandibula terjadi dislokasi. Mandibula adalah

tulang yang tidak teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak.

Tulang ini membentuk rahang bawah dan membentuk tempat untuk geligi bawah yang

tertanam di bagian alveolaris. Mandibula berfungsi dalam proses pengunyahan, penelanan,

serta untuk berbicara. Meskipun mandibula merupakan tulang rahang yang kuat, tetapi pada

tulang ini juga sering mengalami cidera yang disebabkan karena posisinya yang menonjol

pada tulang wajah, salah satu cideranya adalah dislokasi.

Dislokasi ialah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya. Seorang yang

tidak dapat mengatup mulut kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi

rahangnya terlepas dari tempatnya. Disebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,

ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang

mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula oleh patah tulang,

pembentulannya harus dikerjakan di rumah sakit.1-3

Pembahasan

Struktur Tulang Tengkorak

Tengkorak

Tengkorak terdiri atas 22 tulang, 14 diantaranya bagian muka. Struktur tulang ini

berfungsi sebagai penunjang dan pelindung bagi jaringan yang lebih lunak di dalamnya.

Rangka muka terdiri atas tulang mandibula, maksila, nasal, palatine, lakrimal, dan vomer.

Mandibula yang tunggal membentuk rahang bawah. Mandibula merupakan satu-satunya

tulang yang dapat bergerak. Mandibula tersusun atas bagian badan, yang membentuk dagu

dan berisi gigi bawah dan atas dua bagian tegak yang disebut ramus yaitu sebelah kiri dan

kanan dan bersatu pada badan rahang pada angulus mandibulae atau sudut rahang. Disebelah

atas ramus berakhir menjadi dua prossesus koronoideus di depan dan prossesus kondiloideus

yang biasa sering sebut sebagai caput mandibula. Kepala mandibula membentuk sendi

2

Page 3: PBL dislokasi

dengan tulang temporal dan menjadi sendi mandibula Maksila adalah tulang tidak beraturan

dan membentuk rahang atas pada masing-masing sisi. (Lihat gambar 1)

Tulang-tulang utama dari rangka kranial adalah tulang frontal, temporal, parietal, dan

oksipital. Tulang frontal membentuk dahi. Tulang temporal membentuk dinding anterolateral

dari otak. Tulang parietal membentuk atap dan bagian posterolateral dari tengkorak. Tulang

oksipital membentuk bagian posterior tengkorak. Tulang-tulang muka dan tengkorak

dilukiskan dalam gambar. (Lihat gambar 2)

Otot utama dari mulut adalah orbicularis oris. Otot tunggal ini mengelilingi bibir,

dengan banyak otot muka berinsersi padanya. Fungsi orbicularis oris ialah untuk menutup

bibir. Muskulus orbicularis okuli mengelilingi mata fungsinya untuk menutup kelopak mata.

Platisma adalah otot superficial leher yang tipis,menyilang batas luar mandibular dan meluas

sampai bagian anterior muka. Fungsi utama platisma adalah untuk menarik mandibular ke

bawah dan belakang, menghasilkan ekspresi wajah sedih.

3

Gambar 2. Ossa Cranium

Gambar 1. Ossa Mandibula

Page 4: PBL dislokasi

Otot pengunyah terdiri atas masseter, pterigoseus, dan temporalis. Otot-otot berisersi

pada mandibula dan berfungsi untuk mengunyah. Masseter adalah otot tebal dan kuat untuk

menutup rahang dengan cara mengangkat dan menarik mandibula ke belakang. Ketegangan

pada masseter dapat diraba dengan mengatup rahang dengan kencang.

Perjalanan M. masseter dari arcus zygomaticus ke Angulusmandibulae dapat dipalpasi

dengan mudah melalui kulit. Pada saat merapatkan gigi, M. temporalis dapat diraba di fossa

temporalis. M. Pterygoideus medialis berinsersio pada permukaan dalam angulus

mandibulae. M. pterygoideus lateralis berjalan kearah dalam dari articulatio

temporomandibularis.2,3 Berikut tabel otot-otot pengunyah. (Lihat tabel 1)

Tabel 1. Otot-otot pengunyah4

Otot Origo Insertio Pergerakan

M. Temporalis

Nn. Temporalis profundi

(N. mandibularis [V/3])

Os temporale

dibawah Linea

temporalis inferior,

lapisan dalam Fascia

temporalis

Proc. Coronoideus

mandibulae

Mengatup rahang (otot pengunyah

yang paling kuat)

Bagian anterior: menarik mandibular

kedepan (=protusi)

Bagian posterior: menarik mandibular

ke belakang (=retrusi)

M. Masseter

N. masseter (N.

mandibularis [V/3])

Pars

superficialis:

margo inferior Arcus

zygomatici (tendo)

Pars superficialis:

Angulus mandibulae

(Tuberositas masseterica)

Pars profunda: margo

inferior mandibulae

Mengatup rahang

Pars superficialis: menarik

mandibular ke depan (=protrusi)

M. Pterygoideus

medialis

N. pterygoideus medialis

(N. mandibularis [V/3])

Fosa pterygoidea Margo inferior mandibulae

(Tuberositas pterygoidea)

Mengatupkan rahang, menarik

mandibulake depan (=protrusi)

M. Pterygoideus

lateralis

N. Pterygoideus lateralis

(N. Mandibularis [V/3])

Caput superius:

crista infra

temporalis ossis

sphenoidalis

Caput inferius:

lamina lateralis Proc.

pterygoidei

Caput superius: discus

dan kapsul articulatio

temporomandibularis

Caput inferius: proc.

Condylaris mandibulae

(Fovea pterygoidea)

Caput superius: mengawali

pembukaan rahang dengan menarik

discus articularis ke depan.

Caput inferius: menarik mandibular

kea rah dalam (=protrusi)

Aksi unilateral: ekskrusi kontra

lateral

4

Page 5: PBL dislokasi

Persendian

Persendian yaitu suatu artikulasi yang terjadi pada saat permukaan dari dua tulang

bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya. Persendian dapat

diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga persendian di antara

tulang-tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan persendian

tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin

dilakukan pada persendian).1

Sendi Temporomandibula

Kelainan bentuk kepala processus condylaris jenis kongenital ataupun perkembangan

dapat menimbulkan gangguan fungsi dan gangguan pertumbuhan serta perkembangan

mandibula yang parah. Sendi temporomandibula, sebagaimana sendi-sendi lainnya pada

tubuh, merupakan sasaran dari artritis, baik atritis rheumatoid maupun penyakit degenerasi

sendi (osteoarthritis). Region sendi temporomandibula seringkali menanggung akibat trauma

pada mandibula, yang menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur processus condylaris dan

processus subcondylaris. Dan terakhir, karena pada sendi temporomandibula terdapat discus

intraarticularis, maka fungsi sendi bisa berjalan dengan baik apabila terdapat keserasian

antara unsur-unsur tulang dan discus dari sendi. Pergerakan yang harmonis antara sendi

bilateral juga penting untuk berfungsinya mandibular secara normal.

Artikulasi Tulang dan Discus

Sendi temporomandibula terdiri atas artikulasi yang dibentuk oleh tulang, yang terdiri

dari fossa glenoidalis ossis temporalis dan processus condylaris mandibule. Processus

condylaris ini berbentuk elips yang tidak rata pada potongan melintang, dengan lebar

mediolateral duka kali lebar anteroposterior. Permukaan articular persendian dilapisi oleh

jaringan fibrus avascular (fibrokartilago) yang lebih banyak daripada jaringan kartilago

hialin. Permukaan articular yang cekung dari temporal dibatasi di bagian anterior oleh

eminentia articularis yang cembung, dan bagian posterior dibatasi oleh labrum articular. Di

antara struktur tulang tersebut terdapat meniscus artikularis (discus articularis) yang terbentuk

dari jaringan ikat fibrus yang tak berpembuluh dan tak bersyaraf.

5

Page 6: PBL dislokasi

Discus dan Perlekatannya

Discus tersusun dari tiga bagian, yaitu pita posterior dengan ketebalan 3 mm, zona

intermedial yang tipis, dan pita anterior dengan ketebalan 2 mm. Bagian paling tipis terdapat

pada bagian tengah (I mm) dan menebal pada bagian tepi, sementara tonjolan terbesar

terdapat pada persendian lekatan posterior, yaitu zona bilaminar. Zona bilaminar ini sangat

menonjol karena terdiri atas dua lapis serabut yang dipisahkan oleh jaringan ikat renggang

areolar, yaitu bagian atas (superior) terbentuk terutama dari serabut elastis dan bagian bawah

(inferior) terbentuk terutama dari jaringan fibrus. Jaringan pelekat bagian posterior mendapat

banyak persarafan dari N. auriculotemporalis. Permukaan superior discus berbentuk cekung-

cembung, sementara permukaan bawah berbentuk cekung anteposterior. Meniscus melekat

erat pada kutub lateral dan medial processus condylaris, sementara bagian posterior dari

perlekatan tersebut bersifat elastis untuk memungkinkan pergeseran ke depan bersama

processus condylaris. Pada ke depan bersama dengan processus condyaris dan anterior dari

zona bilaminar, meniscus mengandung banyak pembuluh darah, sehingga disebut tonjolan

pembuluh (vaskuler knee). Daerah perlekatan m. pterygoideus lateralis superior di anterior

dari meniscus juga bersifat vascular (mengandung banyak pembuluh darah).

Kapsula

Kapsula merupakan struktur ligamen tipis yang memanjang dari bagian temporal

fossa glenoidalis di bagian atas, bergabung dengan tepi meniscus, dan mencapai bawah leher

processus condylaris untuk mengelilingi seluruh sendi. Kapsula ini di bagian lateral diperkuat

oleh ligamentum temporomandibularis, yang berfungsi membatasi pergerakkan processus

condilaris ke anterior dan posterior. Rongga sendi superior dan inferior, yang dipisahkan oleh

discus dan berada dalam kapsula dilapisi oleh jaringan sinovial yang menghasilkan cairan

yang dibutuhkan untuk pelumasan permukaan persendian. Rongga sebelah atas lebih lebar,

dengan kapasitas sekitar 1 mm, sementara rongga bagian bawah besarnya kurang lebih

setengah dari rongga bagian atas. Jika kapsula bagian anterior tidak memadai, maka

peranannya akan digantikan oleh jaringan ikat renggang areolar didekatnya.

Ligamen

Sendi temporamandibula ini berdekatan dengan meatus auditorius externus dan

dengan telinga tengah serta telinga bagian dalam. Ligamen malleolar anterior melekat pada

processus anterior dari malleolus di bagian superior, sementara bagian inferior menyatu

6

Page 7: PBL dislokasi

dengan kapsula sendi dan ligamentum sphenomandibular, yang melekat pada lingula

mandibular.

Fungsi Normal

Interfase antara processus kondilaris dan discus merupakan tempat gerak engsel, yang

dimungkinkan terutama oleh perlekatan discus pada processus kondilaris melalui ligamen

discus. Stabilitas tambahan dari discus diberikan oleh gerakan resiprokal (berbalasan) lapisan

superior zona bilaminar (serabut elastis) yang melawan tarikan dari m.pterygoideus lateralis

superior. M. pterygoideus laterais superior ini pada prinsipnya bersifat pasif, dan berkontraksi

hanya pada penutupan paksa saja. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis inferior terjadi

selama pergerakkan membuka mulut, dan mengakibatkan pergeseran processus kondilaris ke

anterior. Komponen procesus kondilaris atau discus bergerak berlawanan dengan tonjolan

fossa sebagai suatu sendi dengan pergerakan bebas atau translasi. Kerja sama antara sendi

pada kedua sisi memungkinkan di perolehnya rentang gerakan mandibula yang menyeluruh.

Dislokasi

Dislokasi misalnya luksasi, terjadi bila kapsula (lig. Kolateral) dan lig.

Temporomandibula mengalami gangguan sehingga memungkinkan processus kondilaris

untuk bergerak lebih kedepan dari eminentia artikularis dan ke superior pada saat membuka

mulut. Kontraksi otot dan spasme yang terjadi selanjutnya akan mengunci processus

condylaris dalam posisi ini, sehingga menyebabkan terhalangnya gerakan menutup. Dislokasi

dapat terjadi satu sisi (unilateral) atau dua sisi(bilateral), dari kadang terjadi secara spontan

bila mulut dibuka lebar, misalnya pada saat makan, menguap, dan tertawa terlalu lebar.

Dislokasi dapat juga ditimbulkan oleh trauma saat penahanan mandibula waktu dilakukan

anastesi umum atau akibat pukulan.(Lihat gambar 3) 5,7

7

Gambar 3. Dislokasi

Page 8: PBL dislokasi

Gerakan Mandibula

Pada dasarnya ada dua gerakan kondilus yang menyebabkan terjadinya variasi dan

gerak tiga dimensi dari mandibula. Keduanya adalah rotasi dan translasi dari sumbu kondilus.

Gerak rotasi yang membuka dan menutup mulut dibentuk oleh otot depressor dan elevator

sedangkan gerak translasi dibentuk oleh otot protaktor dan retractor. Meskipun demikian

perlu ditegaskan kembali disini bahwa semua gerakan mandibula melibatkan semua ototnya,

baik waktu berkontraksi maupun relaksasi.

Gerak Membuka dan Menutup

Pada saat membuka, mandibula berotasi disekitar sumbu transversal yang melintas

kira-kira melalui pertengahan kedua kondilus; gerak ini dihasilkan oleh aksi otot digastrikus

anterior dan gheniohiodeus. Pada saat bersamaan, kondilus di protaksi oleh otot pterygoideus

lateralis dan kedua gerakan ini akan terus berlangsung bersamaan sampai mencapai lebar

pembukaan yang diperlukan. Besar gerak rotasi membuka umumnya sedang dan pada rongga

mulut yang sehat tiga buah jari dapat masuk diantara gigi-gigi insisivus pada saat mulut

dibuka lebar. Setelah menerima impuls menutup mulut, otot depressor dan retractor akan

relaks dan elevator akan mulai berkontraksi. Kondillus bergerak kebelakang dengan cepat

ketika otot temporalis berkontraksi. Ketika mulut hampir menutup, gerak diperlambat oleh

resiprokasi otot pterygoideus lateralis dan temporalis saat rotasi kondilus sempurna. Kedua

otot elevator berperan penting pada gerakan ini tetapi adaptasi terhadap gerak menutup yang

akurat atau terhadap gerak menghindari oklusi pada siklus mengunyah tetap dilakukan oleh

otot postural horizontal.

Gerak membuka dan menutup dari mandibula baik untuk mastikasi, bicara, atau

aktivitas lain berlangsung dalam ruang yang dibatasi oleh ligamen yang berjalan diantara

mandibula dan maksila dan oleh bentuk tulang itu sendiri.

Gerak Retrusi Menutup dan Membuka

Dengan kesabaran dan upaya, mandibula dapat didorong ke belakang dan dirotasikan

di sekitar sumbunya melintasi kondilus yang berotasi dan tidak bertranslasi. Tarikan

kebelakang diperoleh dari aksi serabut temporalis posterior dan venter sebelah dalam otot

maseter, dengan bantuan otot digastrikus dan geniolhoideus. Kedua otot terakhir ini akan

memberikan aksi membuka pada lengkung retruksi dan menarik dagu ke bawah dan ke

belakang sejauh kurang lebih 20 mm. Gerak menutup berbentuk kurva diperoleh dari aksi

8

Page 9: PBL dislokasi

otot elevator tetapi dengan serabut posterior otot temporalis dan serabut dalam otot masseter

memberikan efek tarikan ke belakang.

Luncuran Lateral (gerak Bennett)

Ketika mandibula bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain, baik waktu membuka atau

menutup mulut, kondilus pada sisi tempat mandibula bergerak akan berotasi minimal dan

bergerak sedikit ke depan, ke bawah, dan ke lateral. Misalnya mandibula bergerak ke kanan,

kondilus kiri akan bergerak ke bawah, ke depan dan ke dalam, seraya berkontrak dengan

meniscus dan eminensia. Kondilus kanan hanya sedikit berotasi karena kutup lateralnya

dibatasi oleh ligamen temporomandibula dan tidak dapat bergerak kebelakang lebih dari 1

mm. oleh karena itu, kondilus akan bergerak ke lateral dan sedikit ke depan serta ke bawah

karena aksi kombinasi dari otot pterigoideus lateralis kiri dan pterigoideus medialis dan juga

karena kontak yang terjadi antara kondilus, meniscus, dan fossa antagonis. Sicher

menyebutkan keadaan ini sebagai gerak evasif dan kondilus disebutnya dalam keadaan

istirahat. Tentu saja, gaya yang menimbulkan gerakan berasal dari sisi kiri dan kondilus

kanan bergerak sebisa mungkin dalam batasan ligamen.8-10

Kontraksi Otot

Otot memiliki mekanisme khusus untuk berkontraksi. Kontraksi pada otot akan

memunculkan suatu gerakan. Otot akan berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot

dikenal dengan nama “model pergeseran filamen” (sliding filament mode). Kontraksi otot

diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, sinaps atau daerah hubungan

antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan

ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ketika konsentrasi kalsium di bagian dalam sel

meningkat, kalsium berikatan dengan troponin sehingga menyebabkan posisi troponin pada

molekul tropomiosin bergeser, sehingga membuka tempat pengikatan untuk miosin, yang

disebut jembatan silang (cross bridge). Saat tempat pengikatan pada aktin terbuka, kepala

miosin (filamen tebal) segera berikatan dengan aktin (filamen tipis) dan melepaskan energi

yang disimpannya dan menyampaikan energi tersebut ke arah filamen tipis, sehingga filamen

bergeser satu sama lain dan otot berkontraksi. Semakin banyak jumlah jembatan silang yang

berhubungan dan terayun pada satu waktu, semakin besar tegangan yang dihasilkan oleh otot.

Setelah setiap kontraksi, molekul ATP yang baru berikatan dengan molekul miosin

(ADP dan Pi lama telah dilepaskan). Hal ini menyebabkan jembatan silang miosin terpisah

dari aktin dan serabut mengalami relaksasi. Saat mengalami relaksasi, molekul ATP baru

9

Page 10: PBL dislokasi

terpecah, dan energinya kembali disimpan dalam kepala miosin. Apabila kalsium intrasel

tetap tinggi, jembatan silang miosin akan kembali mengikat aktin, dan energi ini akan

dilepaskan sehingga menimbulkan kontraksi kedua. Dengan tropomiosin tersingkir, aktin dan

miosin dapat berikatan dan berinteraksi di jembatan silang, menyebabkan kontraksi otot.

Kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada

rangsangan, maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin

tidak memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.

Otot tidak pernah beristirahat dengan benar, meskipun kelihatannya demikian. Pada

hakekatnya otot-otot tersebut selalu berada dalam keadaan tonus otot, yang berarti siap untuk

bereaksi terhadap rangsangan.1

Relaksasi Otot

Setelah otot mengalami kontraksi, harus diikuti dengan adanya relaksasi. Serabut otot

mengalami relaksasi ketika kalsium dipompa keluar dari sitoplasma kembali ke dalam

retikulum sarkoplasma. Pemompaan kalsium adalah proses aktif yang terjadi di membran

retikulum sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari pemecahan molekul

ATP yang berbeda. Ketika kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7 molar, troponin kembali

ke posisinya semula pada molekul tropomiosin dan tropomiosin kembali menghambat

pengikatan aktin dan miosin, yang menyebabkan kontraksi otot berhenti (relaksasi).1,8

Energi untuk Kontraksi Otot

Energi pada kontraksi otot didapati dari perubahan adenosine trifosfat (ATP) menjadi

adenosine difosfat (ADP). Kemudian ADP segera berubah kembali menjadi ATP oleh tenaga

yang tersedia dari pemecahan glikogen. Dengan adanya tambahan persediaan oksigen, maka

pemecahan ini berlangsung aerobik dan menghasilkan karbon dioksida dan air. Jika tidak

tersedia cukup oksigen, maka glikogen hanya dipecahkan menjadi asam laktat (glikogen

anaerobik) dan kadar asam laktat dalam darah bertambah. Ini kejadian yang biasa pada atlit-

atlit. Tetapi pada penderita yang jantung atau aliran darahnya tidak sanggup mengantarkan

darah dalam jumlah memadai kepada otot-otot yang sedang bekerja, hal ini terlalu cepat

terjadi.

ATP atau adenosine trifosfat merupakan sumber energi bagi otot. Akan tetapi, jumlah

yang tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam waktu beberapa detik saja. Otot

vertebrata mengandung lebih banyak cadangan energi fosfat yang tinggi berupa keratin fosfat

sehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang segera dipakai untuk membentuk ATP dari

ADP. Persedian keratin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi

dengan cara oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat di dalam otot adalah glikogen.

10

Page 11: PBL dislokasi

Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-fosfat. Perubahan tersebut

merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel yang berlangsung dalam mitokondria

yang menghasilkan ATP.

Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau tidak terus-menerus, glukosa dapat

dioksidasi sempurna menghasilkan CO2 dan H2O dengan respirasi aerob. Apabila kontraksi

otot cukup intensif dan terus-menerus maka suplai oksigen oleh darah ke dalam otot tersebut

tidak cepat dan banyak untuk mengoksidasikan glukosa. Oleh karena itu, penyediaan energi

bagi kontraksi otot didapatkan dari proses respirasi anaerob, suatu proses yang tidak

memerlukan oksigen. Keuntungan proses ini dapat menyediakan energi bagi kontraksi otot

dengan segera, walaupun jumlah energi yang diberikan relatif sedikit dibandingkan proses

aerob.

Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi asam laktat dengan sejumlah energi.

Energi ini digunakan untuk membentuk kembali keratin fosfat, yang nantinya dapat

menghasilkan energi dan membentuk ATP dari ADP. Asam laktat yang tertimbun di dalam

otot akan segera berdifusi pada sistem peredaran darah. Apabila penggunaan otot terus-

menerus, pembentukan asam laktat yang banyak akan menghambat kerja enzim dan

menyebabkan kelelahan (fatigue).1

Jaringan Penyambung/Jaringan Ikat

Fungsi dari jaringan ikat adalah : (1) Memberi bentuk dan penunjang bagi tubuh. Tanpa

substansi interselular dari jaringan ikat, tubuh akan tampak seperti massa-jelly. (2) Mengikat

berbagai jaringan agar tetap menyatu dan menyediakan materi pembungkus antar bagian-

bagian tubuh, menyimpan lemak, dan membantu dalam poerbaikan jaringan. (3) Substansi

dasar dari jaringan yang renggang memberikan jalur untuk pembuluh darah dan saraf,

nutrien, gas, dan sisa metabolisme ditranspor dari kapilar ke sel (dan sebaliknya) melalui

substansi dasar. (4) Substansi dasar merupakan suatu barier terhadap penyebaran bakteri yang

berbahaya dan juga menjadi tempat berlangsungnya perang melawan bakteri.

Jenis-Jenis Jaringan Ikat

1.      Jaringan ikat areolar terdiri dari beberapa jenis sel yang tertanam dalam matriks pada

susunan serat kolagen dan serat elastik yang renggang. Serat ini halus dan fleksibel, memiliki

pembuluh darah yang banyak dan tahan terhadap tekanan.

(1)   Sel

Fibroblast adalah sel yang paling lazim ditemukan pada jaringan ikat renggang.

Fibroblast muda memiliki prosessus sitoplasmik bercabang irreguler dan memiliki

11

Page 12: PBL dislokasi

nukleus berbentuk oval yang besar. Fibroblast bertanggung jawab untuk melakukan

sintesis pada serat jaringan dan substansi dasar.

Makrofag (histiosit) hampir selazim fibroblast. Sel ini berasal dari sel darah putih

(monosit) yang bersirkulasi dalam darah dan bermigrasi ke dalam jaringan ikat tempatnya

berkontribusi dalam pertahanan melawan agen infeksius. Sel tersebut memiliki

karakteristik berikut ini :

·         Ukuran sel besar, bentuknya ireguler dengan nukleus berbentuk oval yang terkadang

identik dan lebih kecil dari nukleus fibroblast.

·         Sel ini fagositik, artinya bahwa sel ini memliki kemampuan untuk mencerna bakteri, sel

yang mati, dan benda asing.

Sel mast ditemukan dalam area yang kaya pembuluh darah terbentuk dari sejenis sel

darah putih yang disebut basofil

·         Sel mast berukuran besar, berbentuk oval, dan berisi granula sitoplasma.

·         Sel ini memproduksi histamin, zat yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah, dna

heparin, suatu antikoagulan yang mencegah pembekuan darah

Sel plasma pada jaringan ikat relatif jarang, kecuali pada area yang terinvasi bakteri.

·         Sel plasma berbentuk bulat dengan sebuah nukleus yang sering dikatakan memiliki

penampakan serupa jam dinding.

·         Sek ini menyintesis antibodi.

Sel adiposa adalah sel jaringan ikat yang mengalami spesialisasi untuk menyimpan

lemak.

Leukosit (sel darah putih) seringkali ditemukan pada jaringan ikat setelah bermigrasi dari

pembuluh darah.

(2)   Distribusi

-          Jaringan ikat areolar sangat banyak didalam tuuh dan ditemukan di bawah jaringan

membran epitel dan disekitar kelenjar serta duktus

-          Jaringan ini memenuhi ruang dalam organ epitel dan otot, serta saraf, dan pembuluh darah

serta pembuluh limfe yang tidak terbungkus.

2.      Jaringan ikat rapat memiliki komponen yang sama dengan jaringan ikat areolar,

walaupun demikian, serat kolagen dan serat elastik memiliki susunan yang lebih rapat.

Jaringan ikat dapat dibagi menjadi 2, yaitu reguler dan ireguler.

a.      Jaringan ikat padat reguler

(1)   Struktur, serat kolagen (putih) tersusun dalam berkas paralel, dimaksudkan untuk

membentuk suatu pola untuk menagan tekanan yang datang dengan arah paralel.

12

Page 13: PBL dislokasi

(2)   Distribusi

-          Tendon mengikat otot pada tulang

-          Ligamen melekatkan tulang ke tulang pada sendi

-          Aponeurosis adalah tendon datar yang lebar, berfungsi untuk mengikatkan otot lebar ke

tulang

b.      Jaringan ikat padat ireguler

(1)   Struktur, serat kolagen predominan tersusun dalam berkas ireguler, dengan demikian,

jaringan dapat emnahan tekanan yang berasal dari berbagai arah.

(2)   Distribusi, jaringan membentuk pelapis otot (fasia dalam), tulang (periosteum), kartilago

(perikondrium) dan kapsul pembungkus organ.

3.      Jaringan ikat elastik

(1)   Struktur, jaringan ikat elastik mengandung serat elastis yang bercabang bebas (berwarna

kuning), tersusun dalam serat paralel atau dalam bentuk jaring. Serat kolagen dan

fibroblasmengisi ruang anatar serat elastik.

(2)   Distibusi, jaringan ikat elastik ditemukan dalam ligamen elastis (diantara bertebrata yang

berdekatan, ligamen penahan penis, pita suara asli), dan pada dinding arteri dan jalan udara

terbesar.

4.      Jaringan adiposa adalah jenis jaringan ikat khusus tempat jaringan adiposa menyimpan

lemak dalam bentuk droplet intraselular yang besar.

(1)   Struktur

-          droplet lemak memperbesar sel sehingga sitoplasma berkurang menjadi lingkaran tipis di

sekitar tepi sel. Nukleus yang terdorong droplet lemak juga menjadi gepeng dan tipis.

-          Suatu potongan melintang mikroskopik memperlihatkan sebuha sel lemak dnegan satu

nukleus yang memiliki penampakan “cincin signet”

-          Sel lemak ditemukan tersebar dalam jaringan ikat renggang. Jika banyak sel lemak yang

tersusun dalam suatu massa yang dikelililngi jaring-jaring, maka massa itu disebut jaringan

adiposa.

(2)   Distribusi, jaringan adiposa berada di setiap persambungan dengan jaringan ikat areolar,

misalnya :

-          Di bawah kulit

-          Dalam mesentrium dan mediastinum

-          Di sekitar ginjal dan kelenjar adrenal

-          Pada permukaaan jantung

-          Dalam sumsum tulang

13

Page 14: PBL dislokasi

5.      Jaringan ikat retikular tersusun dari serat-serat tipis yang bercabang banyak dan bersatu

membentuk jaringan kerja yang halus untuk menyokong organ-organ lunak. Dalam proses

penyembuhan luka yang pertama terrbentuk adalah serat retikular, kemudian menebal

menjadi serta kolagen.11

Penutup

Kesimpulan

Terjadinya dislokasi pada sendi temporomandibularis dikarenakan sendi ini terlepas dari

mandibula. Tertawa lebar tersebut mengakibatkan gangguan fungsi gerak membuka dan menutup

dari mandibula baik untuk bicara, atau aktivitas lain.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;

2004.h.50, 74-8, 94, 113, 122, 126.

2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologis untuk paramedic. Jakarta: Gramedia; 2009.h.44-9, 61.

3. Mohamad K. Pertolongan pertama. Jakarta: Gramedia;2008.h.31.

4. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia buku tabel ed.23. Jakarta: Penerbit

buku kedokteran EGC; 2013.h.9.

5. Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;

1995.h.306.

6. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC;

1996.h.293-6.

7. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1995.h.79.

8. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat ed.10. Jakarta: Penerbit buku kedokteran

EGC; 2002.h.184-185, 196.

9. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat ed.2. Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC; 2003.h. 16-20.

10. Thomson H. Oklusi ed.2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2007.h.22-24.

11. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi ed.12. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;

2002.h.145-6.

14