pbl 25 obgyn
-
Upload
maria-priscilla-siboe -
Category
Documents
-
view
26 -
download
4
description
Transcript of pbl 25 obgyn
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
Maria Priscilla
102011352-A1
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
PENDAHULUAN
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir
rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah. Masa
gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir
mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini akan
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya.1
Anamnesis
Secara umum anamnesis pada pasien hamil sama dengan anamnesa lain pada ilmu
kedokteran. Pertama kali tanyakan identitas : nama pasien, nama suami atau keluarga
terdekat,alamat, agama , pendidikan terakhir, suku bangsa.
Untuk pasien hamil kita tanyakan tentang haid yaitu kapan hari pertama haid terakhir,
menarche umur berapa, berapa lama, nyeri haid. Kemudian kita tanyakan tentang kehamilan
yaitu berapa kali hamil, adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu, apakah pernah
keguguran, berapa kali, umur kehamilan.
Selanjutnya kita tanyakan tentang persalinan:
Berapa kali bersalin
1
Bagaimana persalinan terdahulu
Kalau persalinan dengan section caesarea apa alasannya
Pregnancy outcome
Hasil atau diagnosa persalinan (mengenai keterangan bayi, meliputi BB, TB,Panjang ,
lingkar ,dll )
Riwayat perkawinan:
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama
Riwayat penyakit pasien
Adakah penyakit berat atau kronis yang pernah dialami
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat anak kembar dalam keluarga
Adakah penyakit keturunan (misal : thalasemia)
Adakah riwayat cacat dalam keluarga.2
Pemeriksaan Fisik
Berikut ini adalah pemeriksaan yang merupakan pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir,
antara lain:
Mata : periksa dengan oftalmoskop untuk melihat refleks merah dan bagian luar mata
seperti kornea, sklera, dan konjungtiva, iris, bilik mata depan, dan pupil.
Plethora atau pucat : jika dicurigai, periksa hematokrit.
Telinga : liat letak meatus akustikus eksternus dengan senter untuk melihat patensinya.
Tangan : periksa jari tambahan, garis tangan palmar.
Mulut : bibir harus berwarna merah muda dan berbentuk melengkung, merasakan bagian
dalam mulut anak dengan satu jari, mulut anak harus lembap dan hangat, serta meraba
atap mulut untuk memeriksa palatum mole dan palatum durum, melihat warna membran
mukosa yaitu merah muda.
Leher : leher harus diangkat untuk melihat dan memalpasi daerah bawah dagu guna
memeriksan adanya jala-jala serta menyingkirkan diagnosis tortikolis. Raba kelenjar
dan nodus limfe di sekitar dan di dalam lipatan kulit untuk menentukan ada tidaknya
2
kelainan. Raba denyut arteri karotis, pastikan tidak teraba getaran bising. Tulang bayi
baru lahir terasa lunak, sebagian besar tersusun atas kartilago dan hanya sedikit
mengandung kalsium. Otot bayi baru lahir harus terasa kuat, bentuknya mulus, tidak
bengkak atau mengecil.
Ekstremitas atas : raba klavikula untuk menyingkirkan dugaan fraktur, ekstremitas atas
dimulai dari sendi bahu; humerus dan sendi siku; radius dan ulna; gerakan sendi putar di
pergelangan tangan dengan lembut ke belakang dan ke depan. Periksa adanya
akrosianosis. Jari biasanya fleksi menjadi kepalan dengan ibu jari berada di bawah jari-
jari tersebut. Inspeksi dan palpasi daerah bawah lengan (aksila) untuk memeriksa ada
tidaknya pembesaran kelenjar atau massa.
Hidung : hidung harus terletak di tengah dan paten (tidak tersumbat).
Ikterus: jika terjadi dalam 24 jam pertama, perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Jantung : auskultasi. Denyut jantung normal110-160 kali/menit namun dapat menurun
sampai 80 kali/menit selama tidur. Murmur jantung.
Punggung & Tulang belakang : periksa dari atas sampai bawah. Kerutan sakral di
bawah garis celah natal – umum dijumpai dan jinak. Jika terletak proksimal dari celah
natal maka memerlukan ultrasonografi untuk mengidentifikasi jika terdapat jalur ke
medula spinalis, walaupun jarang. Periksa punggung untuk pertumbuhan rambut,
pembengkakan, nervus, atau lesi lain di atas tulang belakang yang dapat menunjukkan
kelainan vertebra atau medula spinalis, misalnya spina bifida okulta atau penyatuan
medula. Jika ditemukan maka rencanakan ultrasonografi, dan MRI mungkin diperlukan.
Nadi femoralisc: menurun pada koarktasio aorta. Jika dicurigai maka periksalah dengan
mengukur tekanan darah di keempat ekstremitas. Perbedaan > 15 mmHg dianggap
signifikan. Menguat pada duktus arteriosus paten.
Tonus otot : amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketikamenggendong (jaga
kepala ketika mengangkat bayi). Pada posisi telungkup, bayi aterm (cukup bulan) akan
mengangkat kepalanya ke posisi horizontal.
Tampilan umum, postur, : apakah normal ? pergerakan ?
Fontanel : Ukuran normal diameter fontanel anterior bervariasi antara 1,5 dan 5 cm.
Ubun-ubun besar berbentuk berlian dan seharusnya tidak cekung atau cembung.
Penutupan fonticulus terjadi sekitar 12-18 bulan. Palpasi hingga melewati suturan
koronalis, kemudian susuru sutura sagitalis dari depan ke belakang menuju fontanel
posterior. Ubun-ubun kecil sukar diraba karena ukurannya hanya sekitar 0,5 cm. Periksa
ada tidaknya rambut serta rasakan teksturnya, rambut seharusnya lembut.
3
Wajah: setiap gambaran dismorfik misalnya trisomi 21 (sindrom down).
Langit-langit/palatum : inspeksi dan palpasi untuk mengidentifikasi celah langit-langit.
Sianosis Lidah : jika ragu periksa saturasi oksigen dengan oksimeter nadi.
Pernapasan dan pergerakan : amati adanya gawat napas. Peningkatan laju
dinding dada pernapasan, napas cuping hidung, grunting (napas berbunyi), retraksi dada
(sternal dan interkostal).
Abdomen : hati normal 1-2 cm di bawah tepi kosta, ujung limpa dan ginjal kiri mungkin
dapat teraba. Setiap masa – periksa lebih lanjut dengan ultrasonografi.
Kulit : warna kulit, perfusi, tekstur, tonus dan turgor kulit dan kemunculan tanda lahir
Panggul : periksa displasia perkembangan panggul.
Punggung : telungkupkan bayi untuk melihat dan meraba tonus. Lihat pergerakan kepala
dan pastikan bahwa garis rambut sesuai, harus ada dua bahu yang simetris disertai tulang
belakang yang lurus, tidak tampak kelengkungan yang berlebihan, tidak ada sumbing atau
rambut. Perlahan, rabalah keseluruhan tulang belakang untuk memastikan tidak ada
kelengkungan yang abnormal, tidak ada sumbing, lesung atau sinus. Dengarkan sistem
pernapasan ketika bayi telentang.
Genitalia : periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada bayi laki-laki serta
anatomi normal pada bayi perempuan.
Anus : anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya mekonium untuk
menyingkirkan dugaan diagnosis anomali anorektal. Pemeriksaan dengan jari tidak boleh
dilakukan secara rutin pada bayi baru lahir.
Kaki : pastikan terdapat dua tungkai yang bergerak bebas.
Refleks : uji refleks bertujuan memastikan bahwa perkembangan neurologi berjalan
normal atau guna mengidentifikasi setiap masalah. Refleks moro biasanya diperiksa
terakhir. Refleks ini dicetuskan dengan mengangkat bayi ke depan hingga dagunya
menempel di dada. Dengan satu tangan menopang kepala bayi, biarkan kepala bayi jatuh
ke belakang di atas tangan kedua. Ketika bayi jatuh ke belakang, reaksi yang normalnya
mereka buat adalah melambai-lambaikan lengan ke arah luar lalu membawanya ke depan
menuju garis tengah. Selain menilai tonus bayi dan kemampuannya menyokong kepala,
refleks menggenggam dapat dinilai pula dari pemeriksaan ini.3
Pertumbuhan (Pemeriksaan antropometri)
Pengukuran pada : berat badan, panjang badan, lingkar kepala dimana :1-3
Berat badan
4
Berat badan normal pada bayi baru lahir rata-rata adalah 3,5kg.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur untuk memeriksa keadaan patologi
dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contohnya hidrosefalus dan
mikrosefalus. Lingkar kepala bayi baru lahir normalnya 31-36 cm.
Panjang Badan
Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan
bayi/anak terlentang di atas papn ukuran, tanpa sepatu, atau topi. Diusahakan agar
tubuh bayi lurus. Panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi pada
kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi.
Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak akurat hasilnya, kecuali ada
asistent yang memegang kaki bayi agar tidak bergerak dengan panggul dan lutut
lurus. Berkurangnya kurva pertumbuhan badan memperlihatkan adanya kondisi
kronik dan kelainan endokrin. Membandingkan kurva ini dengan srandard normal
adalah sangat penting. Panjang badan normal bayi baru lahir adalah 44-53 cm.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk menyingkirkan different diagnosis yang ada:1
Pemeriksaan Labroratorium
Bilirubin indirect dan direct, bayi baru lahir pada minggu pertama >2mg/dL dan
mengalami penigkatan setelah mendapat ASI (7-14mg/dL),tetapi untuk bayi kurang
bulan yang mendapat susu formula, akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dan
lebih lama
Darah lengkap, terutama yang diperiksa leukosit,untuk mengetahui apakah anak
terkena infeksi atau tidak ( karena ketuban ibu berwarna keruh)
Amnioskopi
Pada kehamilan lanjut dapat dilakukan amnioskopi untuk dapat melihat kutub bawah
janin. Selain itu dapat dilihat pula cairan amnion. Bila cairan amnion mengandung
mekonium pada bayi dengan letak kepala, hal ini merupakan suatu tanda gawat janin
dan bayi harus segera diselamatkan.
Amniosentesis
5
Tindakan ini dilakukan dengan mengerjakan pungsi melalui abdomen ke dalam
rongga amnion. Cairan yang diperoleh dapat dianalisis dan dari hasilnya dapat dinilai
maturasi bayi. Pada inkompatibilitas rhesus, hasil pemeriksaan ini dapat menentukan
apakah perlu dilakukan suatu transfusi intrauterin. Gluck melakukan pemeriksaan
perbandingan kadar lesitin dan sfingomielin dalam cairan amnion (rasio L/S).
Pemeriksaan ini disebut uji Gluck Bila rasio L/S antara 1 dan 2, berarti bayi akan
menderita sindrom gangguan pernafasan idiopatik ringan.
Elektrokardiografi janin
Hasil pemeriksaan EKG janin sangat dipengaruhi interferensi dari pihak ibu.
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat dinilai pertumbuhan dan kelainan morfologik serta
fungsional bayi.
Pemeriksaan laboratoris ini mahal dan tidak selamanya hasil pemeriksaan tersebut
memberi informasi yang diharapkan. Kombinasi pemeriksan klinis dan laboratoris dapat
membantu dalam penilaian keadaan yang.sebenarnya.
Fisiologis Normal pada Neonatus
Pada neonates yang baru lahir akan mengalami beberapa perubahan fisiologis, dimana
neonates harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Tiga
faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.
Maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
Ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat
badan lahir. Adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan
baru yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang menyenangkan.
Toleransi dimiliki oieh neonatus. Hipoksia, kadar gula darah yang rendah, perubahan pH
darah yang drastis bagi orang dewasa mungkin sudah fatal, tetapi bagi neonatus belum
berakibat buruk. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila dibandingkan dengan
maturasi. Makin matur neonatus, makin baik adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya.
Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan,
6
neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada
kelanjutan metabolisme anaerobik. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah (1)
tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir, (2) penurunan pa02 dan kenaikan
paC02 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus, (3) rangsangan dingin di
daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan, (4) refleks deflasi Hering
Breur. Selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu 'inspiratory
gasp'. Respirasi pada masa neonatus terutama di- afrakmatik dan abdominal dan biasanya
masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan. Setelah paru berfungsi,
pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi oleh karena bronkiolus
relatif kecil, mudah terjadi 'air trapping'.
Jantung dan sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian
langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah
dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru
dan sebagian melalui ductus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang
mengakibatkan tekanan arteri dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan, yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam
pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan pula karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus arteriosus ber-
obliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5
Iiter/menit/m2 (Gessner, 1965). Aliran darah sistemik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96
liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/menit/m2) karena
penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah
yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian
naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
Traktus digestivus
Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopoli-sakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk
dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus,
7
kecuali amilase pankreas. Aktifitas enzim proteolitik pada neonatus dengan berat badan
lahir 4.000 gram besarnya 6 kali aktifitas enzim tersebut pada neonatus dengan berat badan
lahir 1.000 gram. Aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7-8 bulan (Anom, 1941). Pada
bayi prematur, aktifitas lipase masih kurang bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
Hati
Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu kenaikan
kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai
berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu
bayi baru lahir, misalnya enzim dehidrogenase UDPG dan transferase glukoronil sering
kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Daya detoksifikasi hati
pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis
lebih dari 50 mg/kgbb/hari dapat menimbulkan 'gray baby syndrome'.
Metabolisme
Luas permukaan neonatus relatif lebih besar daripada orang dewasa, sehingga
metabolisme basal per-kgbb lebih besar. Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari
pembakaran karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60% didapatkan dari lemak dan 40%
dari karbohidrat
Produksi panas
Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu (1) aktifitas otot,
(2) 'shivering' dan (3) 'non shivering thermogenesis' (NST). Pada neonatus cara untuk
meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran 'brown fat' yang
memberikan lebih banyak energi per-gram daripada lemak biasa.
Keseimbangan asam-basa
pH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus
telah mengkompensasi asidosis ini.
Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih
besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena (1) jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, (2) ada
8
ketidak-seimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, (3)
'renal blood flow' pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu. Pada waktu bayi baru lahir,
kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi, misalnya dapat dilihat pembesaran
kelenjar air susu pada bayi laki-laki atau pun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat gejala
'withdrawal', misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi
perempuan. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
orang dewasa (0,2% dari berat badan dibandingkan dengan 0,1% dari berat badan pada orang
dewasa). Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi
sejak beberapa bulan sebelum lahir.
Susunan saraf pusat
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikal. Setelah lahir jumlah cairan otak
berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah. Mielinisasi terjadi setelah bayi benunur
2 bulan. Dari perubahan konsentrasi DNA dalam otak dapat diketahui bahwa pertambahan
sel berlangsung terus sampai anak berumur kurang lebih 1 tahun (Mandel dan Bieth, 19S2).
Imunoglobolin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang dan lamina propria ileum
dan apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress
imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin gama G, yaitu imunologi dari ibu
yang dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang
dapat melalui plasenta, seperti toksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya,
reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi gama A, gama
G dan gama M.
Pada manusia, pemindahan imunoglobulin melalui traktus digestivus sangat sedikit,
terbukti dari penyelidikan bahwa tidak ada perbedaan pada bayi yang mendapatkan
kolostrum dengan yang mendapatkan air susu sapi (de Murait, 1962) dan pemberian
kolostrum tidak mempengaruhi maturasi imunologis neonatus (Schneegans, 1962).
Imunoglobulin dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam traktus digestivus,
misalnya terhadap beberapa 'strain' E.coli.3
APGAR Score
9
Skor Apgar merupakan pemeriksaan awal yang penting untuk bayi segera setelah
kelahirannya. Pemeriksaan ini terdiri atas lima komponen untuk menggolongkan pemulihan
status neurologi neonatus dari proses kelahirannya dan kemampuan adaptasinya yang segera
terhadap kehidupan ekstra uteri.
Gambar 1.1.Apgar score
Ballard score
Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian flsik
eksternal dan neurologis. Kriteria neurologis diberikan skor, demikian pula kriteria fisik
eksternal. Jumlah skor flsik dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan
grafik regresi tinier dicari masa gestasinya : 1,3
Maturitas neuromuskuler
Setiap kriteria itu terdiri dari angka 0 sampai 5,tapi new ballard score,terdapat score -
1,yang memungkinkan jarak -10 sampai 50,rumus ini hanya bisa dipakai saat kehamilan di
atas 20 minggu. Terdapat rumus langsung dari ballard score sendiri [ 2*score+120) /5 ]
10
Gambar 1.2. Ballard score,maturitas neuromuskuler
Indeks Maturity
Gambar 1.3. Ballard score,maturitas fisik dan maturity rating
Grafik Lub Chenko
Untuk mengetahui gangguan pertumbuhan janin dapat digunakan grafik
LubChenco. Dimana pertumbuhan janin untuk suatu masa gestasi dikatakan baik kalau
11
berat badannya sesuai dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Agar dapat
dilihat apakah bayi itu mengalami retardasi pertumbuhan atau tidak, harus dimiliki baku
berat badan untuk tiap masa gestasi. Oleh karena itu dirasakan pentingnya untuk
mempunyai suatu kurva berat badan sesuai dengan masa gestasinya.
Gambar 1.4 Grafik LubChenco
Pertumbuhan janin normal kalau berat badannya terletak antara persentil ke-10 dan
persentil ke 90. Bila terletak di bawah persentil ke-10 disebut kecil untuk masa kehamilan
(KMK), sedangkan bila terletak di atas persentil ke-90 disebut besar untuk masa kehamilan
(BMK). Bila berat badan lahir bayi terietak di antara persentil ke-10 dan persentil ke-90
disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau bayi normal.
Working diagnose
Neonatus cukup bulan – Sesuai masa kehamilan.
Penatalaksanaan dan Perawatan
Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah
kelahiran.3
Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan.
Oleh karena itu PENTING diperhatikan dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga
bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin.
1. Membersihkan jalan nafas
12
Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu
bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa
Periksa ulang pernafasan. Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah
lahir.
Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan:
Letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi.
Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x/ gosok kulit bayi dengan kain kering dan
kasar.
Penghisapan lendir
Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yang steril, sediakan juga
tabung oksigen dan selangnya.
Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
Memantau mencatat usaha nafas yang pertama.
Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut harus diperhatikan.
2. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.
Cara :
Celupkan tangan yang masih meggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5%
untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya.
Bilas tangan dengan air matang /DTT.
Keringkan tangan (bersarung tangan).
Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.
Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan.
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat &lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP pada sisi
yang berlawanan.
Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
Selimuti bayi dengan kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup.
13
3. Mempertahankan suhu tubuh
Dengan cara keringkan bayi secara seksama, selimuti bayi dg selimut/kain
bersih, kering dan hangat, tutup bagian kepala bayi. Anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusukan bayinya. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.Lakukan
penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
4. Pencegahan infeksi
Memberikan obat tetes mata/salep
diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu : eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin dan langsung diteteskan
pada mata bayi segera setelah bayi lahir.5
Bayi baru lahir sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal
dalam perawatannya.
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan
bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam
keadaan bersih.
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunaka
Asuhan Bayi 1-24 jam Setelah Lahir
Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL ygmemerlukan
perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugaskesehatan
Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
Bayi tampak aktif/lunglai
Bayi kemerahan /biru
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
14
1. Pemberian nutrisi
Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum
memberikanzat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran
mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan.
2. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC.
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu .
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya
botol berisi air panas.
3. Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet
untuk BAK/BAB.
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah
tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera
ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah
atau bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi
setiaphari.
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabunsetiap
hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang
yangmemegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu.
Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua:
Pernafasan sulit/ > 60x/menit
Suhu > 38 °C atau < 36,5 °C
Warna kulit biru/pucat
Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering
warna hijau tua, ada lendir darah
15
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang.5
Edukasi dan Profilaksis
Profilaksis Mata
Untuk mencegah oftalmia gonokokus, semua bayi baru lahir harus mendapat larutan
perak nitrat 1% atau salep mata yang mengandung baik tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%
yang dioleskan pada kedua mata dalam waktu 1 jam setelah lahir. Larutan atau salep tersebut
jangan dibilas dari mata setelah diberikan karena dapat mengurangi efektivitas obat.
Vitamin K
Semua bayi baru lahir harus mendapat satu dosis tunggal vitamin K dalam beberapa
jam setelah lahir untuk mencegah timbulnya penyakit perdarahan bayi baru lahir. Penyakit ini
dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal atau intrakranial serta suatu perdarahan
menyeluruh. Peristiwa tersebut dapat terjadi sedini beberapa hari pertama setelah lahir, atau
hingga selambat 2 bulan atau lebih. Bentuk lambat terutama terjadi pada bayi yang mendapat
ASI eksklusif. Satu miligram vitamin K intramuskular mampu memberi perlindungan penuh.
Dosis oral 2 mg mampu mempertahankan status koagulasi normal dalam beberapa hari
pertama, tetapi mungkin harus diulang karena satu dosis tunggal mungkin tidak mempunyai
efek perlindungan yang sama lamanya dengan vitamin K intramuskular.
Pencegahan Hepatitis
Pada banyak keadaan, akan paling praktis untuk memberikan dosis pertama pada
neonatus sebelum pemulangan dari rumah sakit.
Bayi yang terlahir dari ibu hepatitis B positif atau ibu dengan status hepatitis tidka
diketahui memerlukan penatalaksanaan khusus. Jika ibu hepatitis B positif, begitu suhu stabil,
mandikan bayi segera setelah lahir untuk menghilangkan semua bahan darah infeksius.
Bersihkan kulit sebelum setiap injeksi atau pengambilan darah. Sebelum 12 jam pascalahir,
berikan globulin imun hepatitis B kepada bayi (0,5 mL IM) di satu tempat, dan vaksin
hepatitis rekombinan secara bersamaan di tempat yang lain. Jika menggunakan vaksin
Recombivax, gunakan 0,5 mL formulasi dewasa (5µg), bukan formulasi pediatri (2,5µg)
16
yang digunakan untuk profilaksis biasa. Bayi dari ibu hepatitis B positif harus diimunisasi
lebih cepat dari jadwal, dengan dosis kedua pada 1 bulan dan dosis ketiga, 6 bulan.
Gambar 1.5 Daftar imunisasi
Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat dari menjadi media
berbiaknya mikroorganisme patogen, seperti Staphylococcus aureus atau Clostridia.
Perawatan tali pusat paling baikdilakukan dengan membiarkannya terpajan pada udara dan
mengusapnya setiap hari dengan alkohol. Tindakan ini akan mengeringkan tali pusat,
menjadikannya media pertumbuhan yang buruk; jangan sekali-sekali emmbungkus tali pusat
dengna balutan basah atau balutan kedap udara. Pemberian obat antiseptik topikal pada tali
pusat dapat mengurangi kolonisasi kuman, tetapi kecuali jika terjadi suatu peningkatan pada
infeksi stafilokokus di ruang perawatan bayi, antiseptik biasanya tidak diperlukan.
Sirkumsisi
Sirkumsisi atau pengangkatan preputium penis hampir di dekat sulkus koronarius
sering dilakukan untuk mencegah penyakit peradangan lambat pada penis (misal,
balanopostitis) serta masalah stenosis atau konstriksi preputium (fimosis atau parafimosis).
Di Amerika Serikat, sirkumsisi telah diperlihatkan menurunkan insidensi kanker penis,
infeksi traktus urinarius, dan penyakit menular seksual.
17
Sirkumsisi dilakukan dengan teknik jepitan bedah. Pada teknik ini, pelekatan popok
ke tempat bedah pascaoperasi dicegah dengan menggunakan kasa Vaseline atau dengan
mengoleskan Vaseline pada popok atau penis.
Penjagaan higiene yang baik untuk penis yang tidak disirkumsisi harus diajarkan
kepada orang tua dan diulang-ulang selama kunjungan anak sehat. Pada kelahiran cukup
bulan, hanya 4% bayi memiliki preputium yang dapat ditarik ke belakang. Angka ini
meningkat menjadi 50% pada usia 1 tahun dan 80 hingga 90% pada usia 3 tahun.5,6
Masalah Pemberian Makanan
Pemberian makan bayi yang berhasil memerlukan kerja sama antara ibu dan bayinya,
mulai dari pengalaman pemberian makanan awal dan berlanjut terus selama anak masih
dalam masa ketergantungan. Dengan segera membina praktek-praktek pemberian makanan
yang menyenangkan dan memuaskan sangat membantu kesehatan emosional bayi dan anak.
Waktu makan harus dapat menyenangkan ibu maupun bayinya dan sebagian besar
menentukan keadaan emosionalnya selama terjadi pemberian makanan. Ketegangan,
kecemasan, iritabel, mudah kecewa atau ibu secara emosional labil, akan lebih mungkin
mengalami kesukaran hubungan selama pemberian makan.
Ketika bayi dapat dengan aman menerima nutrisi enteral setelah dilahirkan,
pemberian makan harus dimulai untuk mempertahankan metabolisme dan pertumbuhan
normal selama transisi dari kehidupan janin ke kehidupan ekstrauterin. Pemasukan cairan
yang tidak cukup menyebabkan bayi mengalami “demam dehidrasi”. Kebanyakan bayi dapat
mulai minum air susu ibu (ASI) segera setelah lahir. Bila timbul masalah mengenai toleransi
pemberian makanan karena status fisik atau neurologis, pemberian makanan harus dihentikan
dan cairan pariental harus ditambahkan. Ibu yang ingin mulai menyusui di ruang bersalin dan
terus ingin menyusui atas dasar kebutuhan selanjutnya, keluarga harus dukung.
Pemberian makan bayi memerlukan interpretasi praktis kebutuhan nutrisi spesifik dan
berbagai batas napsu makan bayi normal serta prilaku mengenai makan secara luas. Waktu
yang diperlukan bayi untuk mengosongkan lambungnya dapat bervariasi yaitu dari 1 sampai
4 jam atau lebih. Skema pemberian makanan harus didasarkan pada “pengaturan sendiri”
yang masuk akal.
Pada bayi sehat yang diberi susu botol, akan menginginkan 6-9 kali minum per 24 jam
pada akhir minggu pertama. Bayi-bayi tersebut akan puas sekitar 4 jam. Bayi yang lebih kecil
atau bayi yang memiliki pengosongan lambung lebih cepat, menginginkan susu formula
sekitar 2-3 jam. Kebanyakan bayi yang cukup bulan akan cepat menaikkan pemasukkan susu
18
formula dari 30 mL sampai 80-90 mL, setiap 3-4 jam pada usia 4-5 hari. Beberapa bayi tidak
akan bangun tengah malam untuk minum susu setelah usia 3-6 minggu. Setelah usia 4 dan 8
bulan, banyak bayi tidak ingin makan pada sore hari dan akan puas dengan 3 kali makan/hari
pada usia 9-12 bulan. Tangisan bayi merupakan hal yang penting karena lapar. Akantetapi,
orangtua tidak perlu memberi makan setiap kali menangis. Beberapa bayi memiliki sifat
tenang, ada yang hiperaktif, dan ada yang mudah terangsang. Ketika bayi sakit, mereka tidak
ingin makan. Bayi yang bangun dan menangis terus menerus pada interval pendek
disebabkan karena tidak cukup mendapat susu pada setiap kali pemberian susu. Selain itu
juga disebabkan karena terlalu banyak pakaian basah, kotor, atau popok yang tidak enak
dipakai, tertelan udara (gas), lingkungan yang terlalu panas atau dingin, dan sakit. Beberapa
bayi menangis untuk mencari perhatian yang lebih. Adapula bayi yang bersifat acuh ketika
perawatannya tidak terlalu cukup. Bayi yang hanya digendong baru bisa berhenti menangis
biasanya tidak memerlukan makanan di tangannya. Pemberian makanan pada saat
menggendong setika menangis harus dihentikan.
Jenis-jenis makanan yang dapat diberikan yaitu:
a. ASI
ASI direkomendasikan sebagai makanan eksklusif pada semua bayi aterm (cukup bulan)
selama 6 bulan pertama kehidupan. Setelah itu, dianjurkan untuk beralih ke makanan
padat. ASI juga direkomendasikan untuk bayi preterm (kurang bulan). Semua ibu harus
didorong dan didukung untuk menyusui, Konseling harus sudah dimulai pada awal
kehamilan dan ibu harus dibantu oleh perawat maupun spesialis laktasi. Pilihan pemberian
ASI secara langsung atau melalui botol merupakan pilihan pribadi.
Manfaat pemberian ASI untuk bayi yaitu:
Meningkatkan ikatan antara ibu dan anak
Memiliki komposisi nutrisi yang ideal
Mengandung faktor imun (IgA sekretorik)
Mengurangi gastroenteritis
Intoleransi makanan lebih sedikit
Mengurangi insiden enterkolitis nekrotikans pada bayi preterm
Meningkatkan produksi keron sebagai substrat energi alternatif pengganti glukosa
pada hari-hari pertama kehidupan
Dapat menurunkan insiden dan keparahan eksim dan asma
Kejadian obesitas dan diabetes melitus tergantung imsulin dan penyakit inflamasi
usus yaitu penyakit Chron dan kolitis ulseratif relatif kecil.
19
IQ meningkat 6-8 poin
Manfaat pemberian ASI untuk ibu yaitu:
Memperkuat ikatan ibu dan bayi
Penurunan berat badan postpartum lebih cepat
Menurunkan risiko osteoporosis
Menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium
Memperpanjang jarak antarkehamilan yang sangat penting di negara berkembang.
Komplikasi pemberian ASI pada bayi yaitu:
Dehidrasi dapat terjadi jika jumlah susu tidak cukup atau teknik menyusui yang salah
dan udara panas
Ikterus yang terkait dengan ASI umum dijumpai.
Vitamin K yang mempunyai kadar rendah dalam ASI dapat menjadi predisposisi
penyakit perdarahan pada bayi baru lahir
Komplikasi pemberian ASI pada ibu yaitu:
Perasaan yang marah ketika ibu tidak berhasil memberikan ASI
Pembengkakkan payudara, puting pecah-pecah
Mastitis
Kontradiksi pemberian ASI yaitu:
Infeksi HIV maternal
Infeksi Tuberculosis maternal
Kelainan metabolisme bawaan seperti galaktosemia
b. Susu formula
Formula merupakan susu yang dihumanisasi yaitu dimanipulasi sehingga menyerupai
ASI. Namun demikian, masih terdapat perbedaan dalam komposisi yang dapat dilihat
pada tabel 2.4.1. Susu formula tidak mengandung sifat anti-infeksi. Formula kedelai
kadang digunakan untuk mencegah gangguan alergi seperti eksim dan asma. Sekitar 10-
30% bayi dengan intoleransi protein susu sapi menjadi sensitif terhadap kedelai.
ASI Sapi Kerbau Kambing
Protein 1,4 3,2 6,3 4,3
20
Lemak 3,7 3,5 12,3 2.3
Karbohidrat 7,2 4,3 7,1 6,6
Vitamin A 60 SI 130 SI 80 SI 125 SI
Thiamin 0,03 mg 0,03 mg 0,04 mg 0,06 mg
Ca 30 mg 143 mg 216 mg 98 mg
Fe 1,7 mg 0,2 mg 2,7 mg
Kalori 68 61 160 64
Tabel 1.1. Komposisi Zat Gizi dalam ASI dan Air Susu Berbagai Jenis Hewan (g/100g)
Apabila terjadi masalah dalam pemberian makanan maka pertumbuhan dan
perkembangan anak akan terganggu. Sistim kekebalan imun yang harusnya diperoleh dari
ASI akan menjadi kurang sehingga si anak akan sering terkena sakit. Hubungan anatara ibu
dan anak tidak kuat. Intoleransi terhadap berbagai makanan terutama laktosa akan semakin
besar mengingat banyak bahan-bahan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan
dan pertumbuhan si anak.5,6
Pendidikan Ibu dan Pemulangan
Waktu yang dihabiskan seorang bayi baru lahir di tempat perawatan bayi di rumah
sakit adalah periode bagi observasi sekaligus pendidikan ibu. Saat pemulangan, ibu sudah
harus mendapat cukup instruksi praktis untuk keterampilan serta kepercayaan diri ibu dalam
memberi makan, memandikan, serta memberi perawatan umum kepada bayi. Jika bayi pulang
menggunakan mobil, ibu sudah harus menyiapkan sebuah kursi bayi khusus dan tahu cara
menggunakannya.
Jika memungkinkan, pemeriksaan bayi saat pemulangan harus dilakukan di depan ibu
agar ibu memiliki kesempatan bertanya kepada dokter mengenai hal-hal yang dianggapnya
abnormal. Harus ada suatu perjanjian pasti mengenai perawatan bayi sehat berikutnya. Bayi
yang dipulangkan dalam 48 jam setelah lahir harus dilihat lagi dalam 2 hingga 3 hari. Ibu
juga harus dinasihati bahwa jika bayi sakit selama periode neonatal dan berobat ke rumah
sakit lain, rumah sakit tempat bayi pertama kali dirawat harus diberitahu. Infeksi menular
seperti diare bakterial atau infeksi stafilokokus biasanya menjadi simptomatik setelah
pemulangan. Jika rumah sakit asal tempat bayi dirawat tidak diberitahu, dapat terjadi
keterlambatan serius sebelum masalah tersebut diketahui dan dilakukan tindakan perbaikan.5,6
PENUTUP
21
Pada neonatus cukup bulan – Sesuai masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan
fisik secara keseluruhan dan jika memang diperlukan pemeriksaan penunjang dapat diakukan
pemeriksaan penunjang. Selain itu, perlu diperhatikan beberapa perubahan fiisiologis pada
neonates yang baru lahir serta perawatannya. Baik perawatan terhadap neonates sendriri
maupun perawatan terhadap ibunya. Neonatus yang kahir cukup bulan dan sesuai masa
kehamilan mempunyai prognosis yang bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam: Kosim
MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2010.h.11-5.
2. Gleadle J. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetrik. Dalam At a Glance :Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga;2005.h.35.
3. Ilmu Kesehatan Anak. Perinatalogi. Dalam : Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.Jilid 3. Jakarta:Infomedika: 2007;h.1044-64.
4. Mcdonald S. Pemeriksaan praktis bayi baru lahir. Dalam: Lorna D. Pemeriksaan
kesehatan ba Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 23th ed. Jakarta:
EGC;2013.h.616-28.
5. Bani AP, Limanjaya D, Aggraini D, Mahanani DA, Hartanto H, Mandera LI, dkk,
penyunting. Buku ajar pediatri rudolph. Dalam: Rudolph AM. Rudolph’s pediatrics.
20th ed. Jakarta:EGC; 2006.h.262-5.
6. yi: pendekatan multidimensi. Jakarta: EGC;2011.h.17-46.
22